syair79.files.wordpress.com · web viewpengertian kinerja kata kinerja (performance) dalam konteks...
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Perawat
1. Pengertian kinerja
Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan
prestasi kerja. Para pakar banyak memberikan definisi tentang kinerja
secara umum.
a. Achmad S. Ruky,(2001)) menyatakan bahwa kinerja adalah catatan
tentang hasil hasil yang diperoleh dari fungsi fungsi pekerjaan atau
kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
b. Kemudian WHO (2000) menyatakan bahwa kiinerja adalah
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan
Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi
sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan
pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak
terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar.
Melalui kinerja klinis perawat atau bidan, diharapkan dapat
menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan atau kebidanan, yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan
dampak akhir bermuara pada kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat,
8
2. Pengertian perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam
bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disyahkan oleh
pemerintah, sedangkan perawat profesional adalah perawat yang mengikuti
pendidikan keperawatan sekurang-kurangnya Diploma III keperawaatan.
Keperawatan sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik
(Gartinah.dkk, 1999).
Karakteristik keperawatan sebagi profesi menurut Gillies (1996)
yaitu (a) memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistemis
dan khusus, (b) mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia
secara konstan melalui penelitian, (c) melaksanakan pendidikan melalui
pendidikan tinggi, (d) menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh
manusia dalam pelayanan, (e) berfungsi secara otonomi dalam
merumuskan kebijakan dan pengendalian praktek profesional, (f)
memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat diatas kepentingan
pribadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika profesi serta (g)
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan
mendokumentasikan proses perawatan
3. Peran dan fungsi perawat
Gartinah,dkk (1999) mengemukakan bahwa dalam praktek
keperawatan, perawat melakukan peran dan fungsi sebagai berikut :
3.1. Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan langsung kepada
pasien dengan menggunakan proses keperawatan.
9
3.2. Sebagai advokat pasien, perawat berfungsi sebagai penghubung pasien
dengan tim kesehatan yang lain, membela kepentingan pasien dan
membantu klien dalam memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan. Peran advokasi sekaligus mengharuskan
perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani
oleh pasien atau keluarganya.
3.3. Sebagai pendidik pasien, perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik sehingga pasien dan keluarganya
dapat menerimanya.
3.4. Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber
dan potensi yang ada secara terkoordinasi.
3.5. Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain
dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan guna memenuhi kesehatan pasien.
3.6. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,
bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan pasien atau
keluarga agar menjadi sehat.
3.7. Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai
tujuan yang diharapkan yaitu terpenuhinya kepuasan dasar dan
kepuasan perawat melakukan tugasnya.
10
4. Tanggung jawab perawat
Secara umum perawat mempunyai tanggung jawab dalam
memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan diri sebagai profesi. Tanggung jawab memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien mencakup aspek bio-psiko-kultural-spiritual
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dengan menggunakan proses
keperawatan yang meliputi :
4.1. Membantu pasien memperoleh kesehatannya.
4.2. Membantu pasien yang sehat untuk memelihara kesehatannya.
4.3. Membantu pasien yang tidak bisa disembuhkan untuk menerima
kondisinya.
4.4. Membantu pasien yang menghadapi ajal untuk memperlakukan secara
manusiawi sesuai martabatnya sampai meninggal.
5. Lingkup kewenangan perawat
Gartinah,dkk (1999) membagi kewenangan perawat menjadi lima,
yaitu :
5.1 Melaksanakan pengkajian perawat terhadap status bio-psiko-sosio-
kultural spiritual pasien.
5.2 Merumuskan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan
garapan utama yaitu tidak terepenuhinya kebutuhan dasar pasien.
5.3 Menyusun rencana tindakan keperawatan.
5.4 Melaksanakan tindakan keperawatan.
11
5.5 Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
B. Tinjauan Tentang Puskesmas Perawatan
1. Pengertian
Puskesmas perawatan adalah suatu kesatuan organisasi fungsional
yang merupakan pusat pengembangan masyarakat yang memberikan
pelayanan rawat inap kepada pasien. Selain itu juga membina peran serta
masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab
atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Anonim,
1999).
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas perawatan
meliputi pelayanan kuratif (pengobatan) preventif (pencegahan), promotif
(peningkatan) dan rehabilitatif (pemulihan). Adapun kegiatan pokok di
Puskesmas perawatan umumnya hampir sama dengan Puskesmas non
perawatan yakni KIA, KB, untuk peningkatan gizi, kesehatan lingkungan
dan penyediaan air bersih, pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,
penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan
olahraga, perawatan kesehatan masyarakat (Anonim, 1999).
12
2. Fungsi Puskesmas perawatan
Fungsi Puskesmas perawatan adalah sebagai berikut:
2.1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
2.2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.
2.3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
C. Tinjauan Tentang Kinerja Perawat
1. Pengertian
Menurut Prawirosentono (1999) kinerja atau performance adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam
suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-
masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Menurut Bernadin dan Kussel (1994) dalam Ilyas (2001), kinerja
adalah hasil dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan dan kegiatan tertentu
selama satu periode waktu tertentu. Sesuai pengertian tersebut ada tiga
aspek yang perlu dipahami yakni : (a) kejelasan tugas atau pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya, (b). kejelasan hasil yang diharapkan dari
suatu pekerjaan atau fungsi dan (c) waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud.
13
2. Tujuan penilaian atau evaluasi kinerja
Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM
organisasi. Secara lebih spesifik, tujuan evaluasi kinerja sebagaimana
dikemukakan Sunyoto (1999 : 1) dalam Mangkunegara (2005) adalah
2.1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan
kinerja
2.2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga
mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-
kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
2.3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan
keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap
karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.
2.4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,
sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan
potensinya.
2.5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai
dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian
menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
3. Sasaran penilaian atau evaluasi kinerja
Sasaran-sasaran dan evaluasi kinerja karyawan yang dikemukakan
Sunyoto (1999) dalam Mangkunagara (2005) sebagai berikut :
14
3.1. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara
berkesinambungan dan periodik, baik kinerja karyawan maupun
kinerja organisasi.
3.2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalu
audit keterampilan dan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan
kemampuan dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan pelatihan itu dapat
menyelenggarakan program pelatihan dengan tepat.
3.3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan memberikan
tanggung jawab perorangan dan kelompok sehingga untuk periode
selanjutnya jelas apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu dan
baku yang harus dicapai, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja karyawan.
3.4. Menemukan potensi karyawan yang berhak memperoleh promosi dan
kalau mendasarkan hasil diskusi antara karyawan dengan
pimpinannya itu untuk menyusun suatu proposal mengenai sistem
bijak (merit system) dan sistem promosi lainnya, seperti imbalan.
Evaluasi kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki mereka yang
tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam organisasi. Banyak
organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang terbaik
dan terpercaya dalam bidangnya (Mangkunegara, 2005)
4. Prinsip dasar penilaian atau evaluasi kinerja
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar evaluasi
kinerja sebagai berikut :
15
4.1 Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan
semata-mata menyelesaikan persoalan itu sendiri, namun pimpinan
dan karyawan mampu menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap
saat, setiap ada persoalan baru. Jadi yang penting adalah
kemampuannya.
4.2 Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat, misalnya cari hasil
diskusi antara karyawan penyelia langsung, suatu diskusi yang
konstruktif untuk mencari jalan terbaik dalam meningkatkan mutu dan
baku yang tinggi.
4.3 Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan
kesan terpaksa, namun dimasukkan secara sadar ke dalam corporate
planning, dilakukan secara periodik, terarah dan terprogram bukan
kegiatan yang hanya setahun sekali.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor
kemampuan (ablity) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai
dengan pendapat Davis dalam Mangkunegara (2005) yang merumuskan
bahwa :
5.1. Faktor kemampuan (ability)
Secara psikologis kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemapuan reality (knowledge + Skill). Artinya,
pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-
16
120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai
kinerja maksimal.
5.2. Faktor motivasi (motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka
yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan
menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka
bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan
motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup
antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja
(Mangkunegara, 2005).
D. Tinjauan Tentang Pendidikan Perawat
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah
melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan
perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan
interpersonal. Sebagian besar pendidikan perawat adalah vokasional (D3
Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. Tetapi bila ingin
menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3
17
Keperawatan/Akademi Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi
perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1 Keperawatan.
Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan
dan Ners. Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke Magister
Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan (Gartinah, dkk., 1999)
E. Tinjauan Tentang Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak
dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumberdaya manusia, yang di
dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga
manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumberdaya
manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi
tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat (1993:3) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan
praktek daripada teori.
Alex S. Nitisemito (1982:86) mengungkapkan tentang tujuan pelatihan
sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku
dan pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun
lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam
18
pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas sematamata hanya untuk
mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan diberikan
dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan
memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu
yang tidak mengikuti pelatihan.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta
pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu.
Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora (1995:287) yang
menjelaskan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang
untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan
sikap seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.
F. Tinjauan Tentang Motivasi Kerja
Secara ilmiah setiap orang selalu diliputi kebutuhan dan sebagain besar
kebutuhan itu tidak cukup kuat untuk mendorong seseorang berbuat sesuatu
pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan menjadi suatu dorongan bila kebutuhan
itu muncul hingga mencapai taraf intensitas yang cukup. Pemenuhan
kebutuhan selalu diwarnai oleh motif untuk memenuhinya, atau dengan kata
lain motivasi dipakai untuk menunjukan suatu keadaan dalam diri seseorang
yang berasal dari akibat suatu kebutuhan (Minardi, 2001).
Istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi atau motif antara lain
kebutuhan (need), keinginan (wish) dan dorongan (drive). Demikian pula
19
dengan pengertian motivasi sendiri banyak ditafsirkan secara berbeda-beda
oleh para ahli sesuai dengan tempat dan keadaan dari masing-masing ahli
tersebut. Siagian (1998 :134) misalnya mendefinisikan motivasi yaitu sebagai
daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela
untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab dan
menunaikan kewajiban-kawajibannya.
Teori tentang motivasi yang diyakini dengan harapan agar dapat
membangun komitmen yang tinggi dalam suatu organisasi, karena
bagaimanapun juga tidak ada organisasi yang dapat berhasil dengan baik tanpa
adanya komitmen yang tinggi dari para anggotanya. Pemikiran tentang
motivasi telah berkembang mulai dari pendekatan awal yang mencapai suatu
model untuk memotivasi individu sampai ke pendekatan yang lebih
kontemporer, dengan menyadari bahwa motivasi bertumbuh dari pengaruh
timbal balik antara faktor individu dan faktor lingkungan (Wahjosamidjo,
1984).
Pengertian motivasi kerja dalam manajemen sering digunakan untuk
menerangkan motivasi yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Motivasi
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, meyalurkan dan memelihara
perilaku manusia, cerminan yang paling sederhana tentang motivasi dapat
dilihat dari aspek perilaku ini. Motivasi merupakan masalah yang sangat
penting dalam setiap usaha sekelompok orang yang bekerja sama dalam
rangka pencapaian tujuan tertentu. Menurut A.W.Widjaya dalam Zainun
(1994), bahwa : “Semua kegiatan organisasi/perusahaan tidak berfaedahjika
20
anggota-anggota yang sudah di organisasi/perusahaan tersebut tidak berhasrat
menyumbangkan usahanya guna memenuhi tugas yang di bebankan
kepadanya. Bagaimanapun dengan cara-cara lain, masing-masing individu
harus menjalankan tugas-tugasnya dengan aktif”.
Pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi merupakan bagian
integral dari kegiatan organisasi atau perusahaan dari dalam proses pembinaan,
pengembangan dan pengerahan tenaga kerja manusia. Karyawan akan bekerja
dengan lebih baik dalam lingkungan dimana mereka merasa dihargai dan
program pemberian insentif dapat membantu karyawan merasa bahwa
perusahaan memperhatikan kesejahteraan mereka dan mengakui prestasi yang
telah dicapai.
21
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti
G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan :
22
Kinerja Perawat
Pendidikan Perawat
Fasilitas Kerja
Pelatihan Kerja
Motivasi Kerja
Kepemimpinan
Dukungan teman
Disiplin kerja
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian diatas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini :
1. Ho : Tidak ada hubungan pendidikan perawat dengan kinerja perawat pada
Puskesmas di Kabupaten Konawe tahun 2009.
Ha : Diduga ada hubungan pendidikan perawat dengan kinerja perawat
pada Puskesmas di Kabupaten Konawe tahun 2009.
2. Ho : Tidak ada hubungan fasilitas kerja perawat dengan kinerja perawat
pada Puskesmas di Kabupaten Konawe tahun 2009.
Ha : Diduga ada hubungan fasilitas kerja dengan kinerja perawat pada
Puskesmas di Kabupaten Konawe tahun 2009.
3. Ho : Tidak ada hubungan motivasi kerja perawat dengan kinerja perawat
pada Puskesmas di Kabupaten Konawe tahun 2009.
Ha : Diduga ada hubungan motivasi kerja dengan kinerja perawat pada
Puskesmas perawatan di Kabupaten Konawe tahun 2009.
4. Ho : Tidak ada hubungan pelatihan kerja perawat dengan kinerja perawat
pada Puskesmas di Kabupaten Konawe tahun 2009.
Ha : Diduga ada hubungan pelatihan kerja dengan kinerja perawat pada
Puskesmas di Kabupaten Konawe tahun 2009.
23