dalharindo.files.wordpress.com · web viewpengertian filsafat perkataan inggris philosophy yang...

22
§ Nama Mahasiswa : R. Dalhar Pilihanto NIM : A2B109028 Tugas Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dosen : Dr. H. Wahyu, M.S. Hari,Tanggal : Jumat, 2 Oktober 2009 STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Oleh R. Dalhar Pilihanto Pengantar Ilmu adalah pengetahuan yang rasional dan didukung dengan bukti yang empiris dan memiliki dua bentuk yang menjadi ciri khasnya yaitu paradigma dan metode. Dalam hal paradigma dan metode ini ilmu selalu berorientasi pada logika dan berkaitan dengan cara berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah selalu berhubungan dengan teknik, urutan/alur ilmiah, metode, pendekatan, dan lain-lain yang berkaitan dengan menarik simpulan deduktif dan induktif. Tidak dapat disangkal lagi bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang secara progresif dan cepat. Perkembangan suatu disiplin ilmu ternyata melibatkan disiplin ilmu yang lain. Hal ini menandakan bahwa antardisiplin ilmu adanya saling kait dan 1

Upload: vuongnga

Post on 26-Jun-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Nama Mahasiswa : R. Dalhar PilihantoNIM : A2B109028Tugas Mata Kuliah : Filsafat IlmuDosen : Dr. H. Wahyu, M.S.Hari,Tanggal : Jumat, 2 Oktober 2009

STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUANOleh R. Dalhar Pilihanto

Pengantar

Ilmu adalah pengetahuan yang rasional dan didukung dengan bukti yang empiris dan

memiliki dua bentuk yang menjadi ciri khasnya yaitu paradigma dan metode. Dalam hal

paradigma dan metode ini ilmu selalu berorientasi pada logika dan berkaitan dengan cara

berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah selalu berhubungan dengan teknik, urutan/alur ilmiah,

metode, pendekatan, dan lain-lain yang berkaitan dengan menarik simpulan deduktif dan

induktif.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang secara progresif

dan cepat. Perkembangan suatu disiplin ilmu ternyata melibatkan disiplin ilmu yang lain. Hal

ini menandakan bahwa antardisiplin ilmu adanya saling kait dan saling memerlukan. Hal ini

dapat kita lihat dari contoh kecil yang ada di sekitar kita; suatu hasil penemuan bidang

teknologi seperti penemuan computer semakin lama semakin berkembang dan dalam hal

pemasaran hasil teknologi ini perlu disiplin ilmu yang lain seperti ilmu ekonomi, dan juga

pada saat pemasaran juga kita perlu mengetahui sosial budaya masyarakat target pemasaran.

Hal ini membuktikan bahwa suatu disiplin ilmu tidak dapat berdiri sendiri. Selaras dengan

itu, Koento Wibisono (1984) mengatakan adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat

hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu

dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.

1

Page 2: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Dan perlu kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak

terlepas dari pengaruh-pengaruh pemikiran filsafat barat sehingga kadangkala hasil sebuah

pengembangan teori atau produk dari aplikasi teori ilmu pengetahuan belum dapat diterima

oleh semua kalangan.

Dari kedua paragraf di atas, kita dapat menarik tiga bagian berbeda yang berperan, yaitu

penemu, pengembang ilmu, innovator yang istilah-istilah tersebut bermuara pada kata

pemikir, yang kedua adalah produsen dari hasil penemuan para inovator; dan yang ketiga

adalah penikmat hasil temuan, pengguna, atau konsumen. Ketiga bagian tersebut sama-sama

berkaitan dalam hal pemanfaatan ilmu pengetahuan.

Oleh karena ada tiga bagian yang berbeda, ditambah dengan latar belakang para

pengembang ilmu pengetahuan, produsen, dan pengguna hasil temuan yang berbeda,

memunculkan adanya kenyataan bahwa sebuah perkembangan ilmu pengetahuan belum tentu

dapat diterima oleh semua kalangan. Padahal menurut Wahyu, dalam makalahnya dikatakan

ilmu mempunyai beberapa kegunaan yaitu

a. sebagai alat eksplanasi, yaitu ilmu digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala

b. sebagai alat peramal, yaitu ilmu dapat digunakan sebagai alat untuk meramal

penyebab terjadinya gejala-gejala tersebut,

c. sebagai alat control, yaitu ilmu dapat digunakan sebagai pencegah terjadinya gejala-

gejala yang tidak diharapkan atau gejala yang memang diharapkan.

Dari uraian di atas , perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu memikirkan

strategi yang tepat agar hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat

diterima dan bermanfaat bagi semua pihak. Inilah permasalahan yang akan dibahas oleh

penulis. Bagaimana strategi yang tepat untuk pengembangan ilmu pengetahuan?

1

Page 3: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Pembahasan

Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ada empat pengertian, namun

pengertian yang keempat yang penulis rasa sesuai dengan konteks pembahasan dalam

makalah ini yaitu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Berbicara tentang strategi pengembangan ilmu ini Koento Wibisono (1982:13)

mengelompokkan menjadi 3 macam pendapat:

Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan

tetutup, dalam arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan. “Science for sake of

science only” merupakan semboyan yang didengungkan.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya

memberikan refleksi, bahkan juga memberi justifikasi. Dengan ini ilmu cendrung memasuki

kawasan untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi.

Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling

memberi pengaruh untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak

dalam kemiskinan relevansi dan aktualitasnya. “Science for sake of human progress” adalah

pendiriannya.

Dari ketiga strategi di atas , semua tepat apabila disesuaikan dengan kondisi dan situasi

di mana ilmu pengetahuan itu berada. Artinya, strategi pernbangunan ilmu pengetahuan (dan

teknologi) tidak dapat dilepaskan dari garis politik pembangunan suatu daerah. Hal tersebut

dapat dijabar bahwa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita harus

mempertimbangkan dua hal yaitu visi dan falsafah/ideologi daerah tersebut serta visi dan

praksis (praktik dalam bidang kehidupan dan kegiatan praktis manusia).

1

Page 4: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Namun, dari ketiga pendapat ini pendapat yang ketiga yang mampu membangkitkan

gairah keilmuan, karena strategi yang digunakan punya hubungan yang sangat erat untuk

memperkaya muatan-muatan keilmuan sesuai dengan kemajuan dan kekinian ilmu yang

berkembang di tengah-tengah masyarakat sehingga dari sini tak dapat diletakkan urgensi

untuk mengembangkan ilmu yang tidak sekedar teori-teori belaka, tapi juga realisasi teori

dalam praktik dan hasil-hasil yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Artinya di sini

bahwa ada nilai-nilai yang menjadi muatan suatu ilmu bisa berkembang dan bermanfaat.

Selain itu, Wahyu dalam makalahnya mengatakan bahwa ilmu harus berada di atas pusat

kekuasaan pemerintah karena ilmu harus mengabdi pada kebaikan, kemajuan, atau

kebahagiaan umat manusia. Ditambahkan pula, ilmu di Indonesia tidak bebas nilai,

melainkan harus berdasarkan metafisis, epistimologi, dan aksiologi; ilmu harus berdasarkan

filsafat; dan ilmu dalam perkembangangannya harus berdimensi religious.

Dengan demikian boleh dikatakan, selain ketiga strategi dan bagaimana strtegi ilmu

harus berkembang di atas, perkembangan ilmu pengetahuan juga harus mempertimbangkan

bahkan harus mempunyai tanggung jawab sosial sehingga perkembangan ilmu pengetahuan

tidak secara membabi buta tanpa mempertimbangkan idiologi, hukum, adat istiadat, nilai

kearifan lokal, dan lain-lain yang ada di suatu daerah di mana ilmu pengetahuan itu

berkembang. Seperti pepatah mengatakan dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung jua.

Kesimpulan

Dari uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak

diatur dengan nilai justru dapat membawa hal yang merugikan bagi pengguna ilmu

pengetahuan tersebut. Oleh karena itulah dalam perkembangannya ilmu pengetahuan perlu

memperhatikan empat strategi yaitu ilmu berkembang dalam otonomi dan tetutup, ilmu lebur

dalam konteks, ilmu dan konteks saling meresapi dan saling memberi pengaruh untuk

1

Page 5: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi

dan aktualitasnya, dan perkembangan ilmu pengetahuan juga harus mempertimbangkan

bahkan harus di atas kekuasaan pemerintah, tidak bebas nilai, berdasarkan filsafat, dan

mempunyai tanggung jawab sosial.

selesai

DAFTAR PUSTAKABertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”,Gramedia: Jakarta, p.14, 16, 20-21, 26. Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara:Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79. Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”,Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16.

Burhanuddin,Salam, 1995. Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, Jujun S. Sumiasumantri (ed), 1985. Ilmu dalam Prespektif, Jakarta: Gramedia, cet. 6

Wahyu, 2005. Strategi Pengembangan Ilmu di Indonesia(kumpilan makalah). Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

1

Page 6: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Perlu di edit setelah ini

Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tertutup, dalam

arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan, “Science for the sake of science only”

merupakan semboyan yang didengungkan!

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya memberikan

refleksi, bahkan juga memberikan justifikasi. Dengan ini ilmu, cenderung memasuki kawasan untuk

menjadikan dirinya sebagai ideologi.

Ketiga, pendapat yang menyatukan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling mem-

pengaruhi untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan

relevansi dan aktualitasnya. Science for the sake human progres adalah pendiriannya.

Sebagai produk politik yang dijabarkan secara konstitusional dalam GBHN, ditentukan bahwa Iptek

selain merupakan asas, faktor dominan, juga dinyatakan sebagai sasaran pembangunan. Dengan

demikian bagi kita strategi pernbangunan ilmu pengetahuan (dan teknologi) tidak dapat dilepaskan

dari garis politik pembangunan nasional kita yang aktualitasnya seperti berikut ini.

1.Visi dan orientasi filsafatinya haruslah diletakkan pada nilai-nilaiPancasila sebagai cermin budaya

bangsa.

2.Visi dan orientasi praksisnya haruslah diletakkan pada sifat-sifat teleologis, etis, dan integratif.

Teleologisdalam arti bahwa ilmu pengetahuan sebagai asas pembangunan diarahkan untuk

mencapai suatu tujuan (teleos) yaitu ideal sebagaimana digariskan di dalam Pembukaan UUD 1945.

Etis dalam arti bahwa ilmu pengetahuan diterapkan untuk meningkatkan harkat dan martabat

manusia. Bukan manusia yang direkayasa Ilmu, tetapi sebaliknya. Sifat etis ini menuntut penerapan

i1mu pengetahuan secara bertanggung jawab.

Integratif dalam arti bahwa penerapan Ilmu pengetahuan selain untuk meningkatkan harkat

dan martabat manusia atau kualltas SDM, juga dimaksudkan untuk meningkatkan struktur dan kultur

masyarakat. Manusia tidak pernah terisolasi, manusia selalu berada dalam, relasi dengan sesama

dan lingkungan masyarakatnya. Peningkatan kualitas SDM hanya akan mempunyai arti dan makna

apabila terintegrasikan ke dalam masyarakat yang juga ditingkatkan struktur dan kultumya.

1

Page 7: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Dalam pada itu, sebagaimana dampak pengaruh globalisasi baik positif maupun negatif yang tidak

dapat dielakkan, maka tidak dapat dielakkan

Pula adanya urgensi untuk mengembangkan ilmu, t1dak hanya atas dasar metodologi yang

dibatasi oleh context of Justification, melainkan juga atas dasar heuristik yang bergerak dalam

context of discovery.

dikutip dari : (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM/Koento Wibisono)

DAFTARPUSTAKABahm, Archie J., What is “Science”?, World Books, Albuqerque, New Meexico, 1980.Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, cet. iii, 1995.Jujun S. Sumiasumantri (ed), Ilmu dalam Prespektif, Jakarta: Gramedia, cet. 6, 1985.----------, Filsafat Ilmu,Sebuah Pengantar Populer, Jakarata: Pustaka Sinar harapan, 1990.Kneller, George F., Movement of Thought in Modern Education, New York: John Witey and Sound, 1984Koento Wibisono, Arti Perkemabangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte, Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press, cet. ke 2, 1982.-----------, Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Budaya, makalah Pengantar kuliah Filsafat Ilmu, (t.t., t

http://duaberita.blog.friendster.com/2007/05/filsafat-ilmu-sebagai-landasan-pengembangan-ilmu-pengetahuan-alam/tp.).

Oleh:Feti FatimahF-226010041Epmail: [email protected]

1.Pendahuluan

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).

Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran

1

Page 8: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.

Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.

Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.

Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).

Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.

Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.

1

Page 9: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Berdasarkan beberapa pendapat di atas serta dikaitkan dengan permasalahan yang penulis akan jelajahi, maka penulisan ini akan difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam”, dengan pertimbangan bahwa latar belakang pendidikan penulis adalah ilmu pengetahuan alam (MIPA – Kimia).

2. Pengertian Filsafat

Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).

Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.

Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).

Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.

3. Filsafat Ilmu

Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah

1

Page 10: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.

Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.

Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).

Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.

Lebih lanjut Koento Wibisono (1984), mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu.

Dengan memahami hakekat ilmu itu, menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu, dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya, struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan intelektualnya.

4. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Alam

Frank (dalam Soeparmo, 1984), dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan

1

Page 11: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

pengertian tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun 1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank, fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan kemanusian mempunyai hubungan erat.

Sastrapratedja (1997), mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam.

Menurut Van Melsen (1985), ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi yang langsung. Hal kedua yang penting mengenai registrasi ini adalah bahwa dalam keadaan ilmu alam sekarang ini registrasi itu tidak menyangkut pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam eksperimen adalah cara benda-benda bereaksi atas “campur tangan” eksperimental kita. Eksperimentasi yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron dan bagian-bagian elementer lainnya.

Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat.

Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999).

Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam.

1

Page 12: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The Liang Gie, 1999), ilmu kimia dapat digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu yakni: kimia an organik, kimia organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia nuklir.

Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memberi efinisi tentang ilmu kimia sebagai “… that it relates to the law of the phenomena of composition and decomposition, which result from the molecular and specific mutual action of different subtances, natural or artificial” ( arti harafiahnya kira-kira adalah ilmu yang berhubungan dengan hukum gejala komposisi dan dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun sintetik). Untuk itu pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui pengamatan (observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan perbandingan (komparasi).

Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan nama/istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy.

Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam pengembangan ilmu IPA selanjutnya.

5. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa filsafat ilmu sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu khususnya ilmu pengetahuan alam karena kenyataanya, filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan alam.

(sumber:http://tumoutou.net/702_04212/feti_fatimah.htm)

DAFTAR PUSTAKABahm,Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The Science Of Values;44-49, World Books, Albuquerqe, New Mexico, p.1,11. Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”,Gramedia Jakarta, p.14, 16, 20-21, 26. Koento Wibisono S. dkk., 1997., “FilsafatIlmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara,Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79. Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan DanAktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”,Fakultas Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16. ____________________.,1996., “Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste

1

Page 13: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

Comte”,Cet.Ke-2, Gadjah Mada University Press Yogyakarta, p.8, 24-26, 40. ____________________.,1999., “Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran DanPerkembangannya Sebagai Penakalah, Ditjen Dikti Depdikbud – Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta, p.1. Nuchelmans,G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam,Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono”, Fakultas Filsafat – PPPT UGMYogyakarta p.6-7. Sastrapratedja,M., 1997., “Beberapa Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, Makalah, Disampaikan Pada Internship Filsafat Ilmu Pengetahuan,UGM Yogyakarta 2-8 Januari 1997, p.2-3. Soeparmo,A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, PenerbitAirlangga University Press, Surabaya, p.2, 11. TheLiang Gie., 1999., Pengantar Filsafat Ilmu”, Cet. Ke-4, Penerbit LibertyYogyakarta, p.29, 31, 37, 61, 68, 85, 93, 159, 161.

STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU & TANGGUNG JAWAB SOSIAL   KEILMUAN Posted on Juni 2, 2008 by mawardiumm

STRATEGI PENGEMBANGAN ILMU & TANGGUNG JAWAB SOSIAL KEILMUANOleh Imam MawardiPengembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dengan perkembagan kemajuan pemikiran masyarakat. Hal ini sebagaimana tergambar dalam satu segi dari filsafat positivisme Auguste Comte, yaitu bahwa perkembangan jiwa atau masyarakat manusia berlangsung di atas garis linier menuju ke arah kemajuan, dan kemajuan itu digambarkan sebagai masyarakat tahap positif, atau masyarakat industrial (Wibisono, 1982:16).Pada masyarakat industrial ini, sikap ilmiah menjadi budaya tersendiri dalam kehidupan mereka, artinya sikap ilmiah menjadi suatu pandangan seseorang terhadap cara berfikir yang sesuai dengan metode keilmuan, sehingga timbullah kecenderungan untuk menerima ataupun menolak terhadap cara berfikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut. Seorang ilmuan jelas harus memiliki sikap positif, atau kecenderungan untuk menerima cara berfikir yang sesuai dengan metode keilmuan, yang dimanifestasikan di dalam kognisinya, emosi atau perasaannya, serta di dalam perilakunya. Adapun sikap ilmiah yang perlu dimiliki–seperti yang dikemukakan Prof. Drs. Harsojo– adalah (1) obyektivitas, (2) sikap serba relatif, (3)

1

Page 14: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

sikap skeptis, (4) kesabaran intelektual, (5) kesederhanaan, dan (6) sikap tidak memihak kepada etik (Salam, 1995:38).Sedang Archie J. Bahm, mengungkapkan bahwa sikap ilmiah dilandasi dilandasi dengan karaktristik, yaitu: (1) keingintahuan, (2) spekulatif, (3) obyektif, (4) membuka cakrawala pandang, (5)mencurahkan kepada penilaian, dan (6) bersikap tentatif (sementara). (Bahm, 1980:2-3).Kalau kita cermati bahwa sikap ilmiah ini, akan mempengaruhi suasana keilmiahan suatu kebenaran, namun sikap ini harus dibarengi oleh pertumbuhan masyarakat ilmiah, sehingga teori-teori baru bisa diterima dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.Oleh sebab itulah, dalam perkembangan filsafat ilmu juga mengarahkan pada strategi pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik, bahkakn sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja nilai guna suatuilmu, tetapi juga muatan makna bagi kehidupan masyarakat (Wibisono, 1982:13).Berbicara tentang strategi pengembangan ilmu ini Koento Wibisono (1982:13) mengelompokkan menjadi 3 macam pendapat: pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tetutup, dalam rti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan. “Science for sake of science only” merupakan semboyan yang didengungkan. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya memberikan refleksi, bahkan juga memberi justifikasi. Dengan ini ilmu cendrung memasuki kawasan untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi. Ketiga, pendapat ynag menyatakan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling memberi pengaruh untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansidan aktualitasnya. “Science for sake of human progress” adalah pendiriannya.Dari ketiga pendapat ini rupanya pendapat yang ketiga yang mampu membangkitkan gairah keilmuan, karena strategi yang digunakan punya relevansi untuk memperkaya muatan-muatan keilmuana sesuai dengan progresivitas dan aktualitas yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Sehingga dari sini tak dapat diletakkan urgensi untuk mengembangkan ilmu yang tidak sekedar teori-teori belaka, tapi juga realisasi teori dalam praktek dan hasil-hasil yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Artinya di sini bahwa ada nilai-nilai yang menjadi muatan suatu ilmu bisa berkembang dan bermanfaat.Sebagaimana lazimnya, ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Meskipun yang disebut pengetahuan ilmiah sesuai dengan keharusan adanya keraguan didalamnya kemudian dipertanyakan kembali. Demikian pula sikap masyarakat atas pengetahuan itu, untuk menerima atau menolaknya. Sekiranya hasil ilmu itu memenuhi syarat-syarat keilmuan maka dia diterima sebagai bagian kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat.Jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan saja karena ia adalah warga mayarakat yangkepentingannya terlibat sefcara langsung di masyarakat, namun lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuan secara tidak pernah mandeg pada penelaahan dan keilmuan secara individual, namun juga ikut bertanggungjawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfatkan olah masyarakat (Jujun, 1990:237).Dalam masyarakat yang agak statis, nilai tercakup dalam adat kebiasaan dan tradisi. Disini tugas dan tanggung jawab sosial keilmuan harus mampu mengisi dan mewarnai kondisi masyarakat tersebut tanpa harus merubah esensi budayanya. Artinya semata-mata demi untuk kemajuan masyarakat tersebut, sehingga fungsi ilmu itu dapat diterima dan dilaksankan oleh semua anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga tercerahkan dan akhirnya tersadarkan. Hal ini akan membentuk idelisme progresif pada pola pikir masyarakat.Untuk menjembatani hal inii, perlunya sikap sosial seorang ilmuan, yakni konsistensi dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan (Jujun, 1990:239), mampu menyampaikan

1

Page 15: dalharindo.files.wordpress.com · Web viewPengertian Filsafat Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan

§

dengan bahasa yang dimengerti masyarakat danmampu memberikan perspektif secara benar suatu masalah.Demikian juga seorang ilmuan tentunya harus konsekuaen dengan falsafah hidupnya, baik secara intelektual maupun secara moral dan mampu membawa masyarakat menuju progesivitas yang tinggi, maka ilmuan harus menjadi suri tauladan dalam segala tindak tanduknya di tengah-tengah masyarakat.

DAFTAR PUSTAKABahm, Archie J., What is “Science”?, World Books, Albuqerque, New Meexico, 1980.Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, cet. iii, 1995.Jujun S. Sumiasumantri (ed), Ilmu dalam Prespektif, Jakarta: Gramedia, cet. 6, 1985.———-, Filsafat Ilmu,Sebuah Pengantar Populer, Jakarata: Pustaka Sinar harapan, 1990.Kneller, George F., Movement of Thought in Modern Education, New York: John Witey and Sound, 1984Koento Wibisono, Arti Perkemabangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte, Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press, cet. ke 2, 1982.———–, Hubungan Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Budaya, makalah Pengantar kuliah Filsafat Ilmu, (t.t., t.tp.).

DIarsipkan di bawah: Embun Pendidikan | Ditandai: Filsafat Ilmu

1