filsafat: sarana berpikir pada manusia philosophy: means

17
Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020 42 Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means of Thinking in Humans Asri Rahmatillah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia [email protected] Abstrak Kegiatan berpikir merupakan salah satu keseharian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, karena kehadirannya mampu mempengaruhi manusia terhadap berbagai aspek kehidupannya. Tujuan dalam penulisan artikel ini ialah untuk mengetahui serta memahami bagimana peran filsafat sebagai sarana berpikir manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling dan teknik analisis data menggunakan analisis data interaktif yang dimulai dengan reduksi data, tabulasi data, klasifikasi data, interpretasi data, dan kesimpulan. Berdasarkan hasil paparan serta analisis menunjukkan, bahwa filsafat merupakan bagian penting dari sarana berpikir manusia, dimana proses berpikir filsafat yaitu berpikir secara mendalam, dari berbagai sudut pandang, serta menyeluruh, sehingga kebenaran yang pasti bisa ditemukan. Mengingat peran penting filsafat tersebut, maka tentunya hal ini sangat dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Kata Kunci: Berpikir, Filsafat & Manusia Abstract Thinking is one of the daily activities that cannot be separated from human life, because its presence is able to influence humans on various aspects of their life. The purpose of writing this article is to know and understand the role of philosophy as a means of human thinking. The research method used is qualitative methods, data collection techniques using purposive sampling technique and data analysis techniques using interactive data analysis starting with data reduction, data tabulation, data classification, data interpretation, and conclusions. Based on the results of the exposure and analysis, it shows that philosophy is an important part of the means of human thinking, where the process of philosophical thinking is thinking deeply, from various points of view, and thoroughly, so that definite truth can be found. Given the important role of this philosophy, then of course this is very much needed by humans throughout the ages. Keywords: Thinking, Philosophy & Humans

Upload: others

Post on 07-Apr-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020 42

Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia

Philosophy: Means of Thinking in Humans

Asri Rahmatillah

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh

Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia

[email protected]

Abstrak

Kegiatan berpikir merupakan salah satu keseharian yang tidak bisa

dipisahkan dari kehidupan manusia, karena kehadirannya mampu

mempengaruhi manusia terhadap berbagai aspek kehidupannya. Tujuan

dalam penulisan artikel ini ialah untuk mengetahui serta memahami

bagimana peran filsafat sebagai sarana berpikir manusia. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode kualitatif, teknik pengumpulan data

menggunakan teknik purposive sampling dan teknik analisis data

menggunakan analisis data interaktif yang dimulai dengan reduksi data,

tabulasi data, klasifikasi data, interpretasi data, dan kesimpulan.

Berdasarkan hasil paparan serta analisis menunjukkan, bahwa filsafat

merupakan bagian penting dari sarana berpikir manusia, dimana proses

berpikir filsafat yaitu berpikir secara mendalam, dari berbagai sudut

pandang, serta menyeluruh, sehingga kebenaran yang pasti bisa ditemukan.

Mengingat peran penting filsafat tersebut, maka tentunya hal ini sangat

dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa.

Kata Kunci: Berpikir, Filsafat & Manusia

Abstract

Thinking is one of the daily activities that cannot be separated from human

life, because its presence is able to influence humans on various aspects of

their life. The purpose of writing this article is to know and understand the

role of philosophy as a means of human thinking. The research method

used is qualitative methods, data collection techniques using purposive

sampling technique and data analysis techniques using interactive data

analysis starting with data reduction, data tabulation, data classification,

data interpretation, and conclusions. Based on the results of the exposure

and analysis, it shows that philosophy is an important part of the means of

human thinking, where the process of philosophical thinking is thinking

deeply, from various points of view, and thoroughly, so that definite truth

can be found. Given the important role of this philosophy, then of course

this is very much needed by humans throughout the ages.

Keywords: Thinking, Philosophy & Humans

Page 2: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

43

I. PENDAHULUAN

Berkenaan dengan filsafat,

banyak orang memberi cap

terhadap filsafat dan seluruh

kajian mengenai filsafat sesuatu

yang rumit, sulit, bahkan ada

beberapa orang yang

berpandangan bahwa kajian

filsafat merupakan suatu kajian

yang berbahaya karena bisa

menghilangkan iman dalam diri

seseorang. Satu hal yang menarik

adalah latar belakang atau hal

yang menyebabkan mereka

memiliki pandangan tersebut,

rata-rata karena melihat produk

atau hasil dari filsafat, bukan

karena mereka telah menelaah

atau belajar mengenai filsafat itu

sendiri. Tentunya pandangan

tersebut tidak bisa dijadikan

sebagai sebuah tolak ukur yang

sah dalam menilai filsafat.

Pada hakikatnya manusia dan

filsafat merupakan satu kesatuan

yang tidak bisa dipisahkan.

Keduanya saling membutuhkan

satu sama lain. Karena secara

sederhana filsafat merupakan

kegiatan berpikir, dan berpikir

merupakan satu bagian penting

yang harus selalu ada dalam diri

manusia, agar manusia terus maju

dan berkembang. Berbicara

mengenai berpikir, dalam

pandangan islam sendiri berpikir

merupakan suatu sarana agar

manusia bisa disebut sebagai

makhluk yang berakal. cara

berpikir yang benar dalam islam

dikenal dengan istilah tafakkur.

Tujuan dari kegiatan berpikir

itu sendiri, adalah untuk

mengetahui kebenaran. Adapun

kebenaran yang dimaksud ialah

kebenaran yang mampu

mengendalikan diri agar tidak

terjerumus ke dalam lubang

kesesatan. Tujuan terebut

tentunya selaras dengan tujuan

filsafat, yaitu mencari kebenaran.

Terkait dengan hal tersebut,

penulis tertarik untuk menulis

artikel dengan judul Filsafat

Sebagai Sarana Berfikir

Manusia.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif

kualitatif. Metode penelitian

kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme

yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek alamiah untuk

mendapatkan data yang

mendalam tentang suatu makna

(Sugiyono, 2017).

Page 3: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

44

Sumber data penelitian ini

berupa 10 artikel atau jurnal

ilmiah dan 5 buah buku cetak.

Teknik pengumpulan data

penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling.

Teknik purposive sampling

adalah teknik yang pemilihan

sumber datanya bersifat selektif

dengan menggunakan

pertimbangan tertentu yang

dipegang oleh peneliti (Sugiyono,

2017).

Purposive sampling

digunakan karena tidak mungkin

semua populasi diteliti atau

dianalisis. Pengambilan sampel

ini didasarkan pada berbagai

pertimbangan tertentu dan

digunakan untuk mewakili

informasi yang dibutuhkan

peneliti yaitu mengenai gaya

selingkung dua artikel jurnal

terbitan perguruan tinggi di

Indonesia.

Uji validitas data dalam

penelitian ini adalah

menggunakan triangulasi data.

Triangulasi adalah suatu cara

untuk meningkatkan kepercayaan

terhadap data atau informasi yang

ditemukan. Triangulasi data

berarti peneliti wajib

menggunakan sumber data yang

berbeda-beda untuk suatu data

atau informasi yang sama

(Sugiyono, 2017).

Analisis data yang digunakan

adalah model analisis interaktif.

Model analisis data interaktif

adalah analisis data telah

dilaksanakan bersamaan dengan

proses pengumpulan data dengan

melakukan perbandingan antara

data yang diperoleh dengan data

lainnya (Sugiyono, 2017).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Berkenalan dengan Filsafat

Filsafat bisa kita ibaratkan

sebagai sebuah poros. Dimana ia

menjadi titik perputaran atau titik

utama terkait ilmu sampai dengan

makna dari kehidupan manusia

itu sendiri. Sekalipun kajian

filsafat tidak pernah terlepas dari

berbagai pandangan negatif, hal

tersebut tidak mampu mengubah

realita yang ada bahwa kajian

filsafat merupakan kajian yang

amat penting bagi kehidupan

manusia. 3 pilar utama dalam

seluruh kajian filsafat, yaitu

ontologi, epistimologi serta

aksiologi.

Secara etimologis kata

„filsafat berasal dari bahasa

Page 4: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

45

Yunani philosophia dari kata

“philos” berarti cinta atau

“philia” (persahabatan, tertarik

kepada) dan “sophos” yang

berarti kebijaksanaan,

pengetahuan, keterampilan,

pengalaman. praktis, intelegensi)

(Bagus, 1996). Dalam bahasa

Inggris adalah philosophy.

Filsafat boleh dimaknakan ingin

mengerti dengan mendalam atau

cinta dengan kebijaksanaan.

Secara harfiah, filsafat berarti

cinta akan kebijaksanaan. Hal ini

menunjukkan bahwa manusia

tidak pernah secara sempurna

memiliki pengertian menyeluruh

tentang segala sesuatu yang

dimaksudkan kebijaksanaan,

namun terus menerus harus

mengejarnya. Filsafat adalah

pengetahuan yang dimiliki rasio

yang menembus dasar-dasar

terakhir dari segala sesuatu.

Filsafat menggumuli seluruh

realitas, tetapi teristimewa

eksistensi dan tujuan manusia

(Widyawati, 2013).

Muhammad Syukri dan Rizki

Muhammad Haris di dalam

bukunya memaparkan bahwa

filsafat adalah ilmu pengetahuan

yang menyelidiki sesuatu yang

ada secara mendalam dengan

menggunakan akal sampai pada

hakikatnya. Filsafat bukannya

mempersoalkan gejala-gejala

atau fenomena akan tetapi

mencari hakikat dari fenomena

tersebut (Nasution & Haris,

2017).

Sedangkan menurut

Zaprulkhan (2019), filsafat

adalah sebuah kegiatan pencarian

dan petualangan tanpa henti

mengenai makna kebijaksanaan

dan kebenaran dalam pentas

kehidupan, baik tentang Tuhan

Sang Pencipta, eksistensi dan

tujuan hidup manusia, maupun

realitas alam semesta.

Zaprulkhan (2019) juga

menambahkan bahwa kegiatan

pencarian itu tidak pernah final,

tidak pernah membuahkan

pencapaian kebijaksanaan dan

kebenaran secara komprehensif,

maka setiap orang yang

berfilsafat harus bertindak rendah

hati. Masih ada semesta makna

kearifan dan kebenaran tak

terpahami, masih ada

kebijaksanaan yang tersisa, masih

ada jejak makna yang belum kita

mengerti. Sehingga filsafat

menjadi undangan tak

Page 5: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

46

berkesudahan terhadap

kebijaksanaan (Zaprulkhan,

2019).

Sejalan dengan pendapat

Zaprulkhan (2019), Jujun juga

berpendapat bahwa berfilsafat

berarti berendah hati

mengevaluasi segenap

pengetahuan yang telah kita

ketahui. Apakah ilmu telah

mencakup segenap pengetahuan

yang seyogyanya saya ketahui

dalam kehidupan ini? Di batas

manakah ilmu mulai dan di batas

manakah dia berhenti ?

kemanakah saya harus berpaling

di batas ketidaktahuan ini?

Apakah kelebihan dan

kekurangan ilmu? (mengetahui

kekurangan bukan berarti

merendahkanmu, namun secara

sadar memanfaatkan, untuk lebih

terlanjur mencintaimu). Menurut

Jujun, sederhanaya seseorang

yang berfilsafat dapat

diumpamakan seorang yang

berpijak di bumi sedang tengadah

ke bintang-bintang. Dia ingin

mengetahui hakikat dirinya

dalam kesemestaan galaksi. Atau

seorang yang berdiri di puncak

tinggi, memandang ngarai dan

lembah dibawahnya. Dia ingin

menyimak kehadirannya dengan

kesemestaan yang ditatapnya

(Suriasumantri, 2010).

Filsafat secara sederhana

terbagi menjadi tiga macam yang

menjadi lahan kerja filsafat, yaitu

ontologi, epistemologi dan

aksiologi. Ketiga dari lahan

garapan filsafat tersebut termuat

dalam tiga pertanyaan dimana

dalam ontologi bertanya tentang

apa. Pertanyaan apa tersebut

merupakan pertanyaan dasar dari

sesuatu. Sedangkan dalam

epistemologi, mengenalinya

dengan menggunakan pertanyaan

mengapa. Sedangkan untuk

aksiologi merupakan kelanjutan

dari epistemologi dengan

menggunakan pertanyaan

bagaimana. Pertanyaan

bagaimana tersebut merupakan

kelanjutan dari setelah

mengetahui dan cara

mengetahuinya diteruskan

dengan bagaimanakah sikap kita

selanjutnya (Malian, 2010).

B. Penyebab Lahirnya Filsafat

Sebenarnya apa yang menjadi

penyebab munculnya filsafat?

Tentunya ada banyak hal yang

menjadi sebab atas munculnya

filsafat atau bahasa mudahnya

Page 6: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

47

yang memotivasi manusia untuk

berfilsafat.

Pertama, ketakjuban. Banyak

filsuf mengatakan bahwa yang

menajdi awal kelahiran filsafat

ialah thaumasia (kekaguman,

keheranan, ketakjuban). Dalam

karyanya yang berjudul

Metafisika, Aristoteles

mengatakan bahwa karena

ketakjuban manusia mulai

berfilsafat. Begitu pula dalam

perspektif Driyarkara, keheranan,

ketakjuban, atau perasaan ingin

tahu dalam diri seseorang

merupakan motif awal bagi

timbulnya filsafat. Menurutnya,

apabila kita sungguh-sungguh

hidup dengan sadar di dunia ini,

kita tentu akan berhadapan

dengan berbagai pertanyaan dan

persoalan. Hasrat akan mengerti

itu menyatakan diri dalam

macam-macam pertanyaan, yang

sungguh-sungguh tidak mudah

dijawab sekaligus. Yang dapat

bertanya demikian itu hanya

manusia saja, hewan tidak

bertanya, tidak mempersoalkan

apa yang dialaminya itu. Berbeda

dengan manusia, sejak waktu ia

menyadari dunia, orang lain, dan

dirinya sendiri, maka heran lah ia,

tercengang-cengang. Artinya, ia

insyaf bahwa ada hal-hal yang

tidak dimengertinya, tetapi ingin

dan sanggup, ia mengertinya.

Simpulan sederhananya adalah

pada mulanya manusia takjub

memandang benda-benda aneh

yang ada disekitarnya, lantas

setelah itu ketakjubannya

semakin terarah pada hal-hal

yang lebih luas dan besar

(Zaprulkhan, 2019).

Kedua, Ketidakpuasan.

Ketidakpuasan akan membuat

manusia melepaskan segala

sesuatu yang tak dapat

memuaskannya, lalu ia akan

berupaya menemukan apa yang

dapat memuaskannya. Manusia

yang tidak puas dan terus-

menerus mencari penjelasan dan

keterangan yang lebih pasti itu

lambat-laun mulai berpikir secara

rasional. Akibatnya, akal budi

semakin berperan. Berbagai

mitos dan mite yang diwariskan

oleh tradisi turun-temurun

semakin tersisih dari perannya

semua yang begitu besar. Ketika

rasio berhasil menurunkan mitos-

mitos dan mite-mite dari

singgasananya, lahirlah filsafat,

yang pada masa itu mencakup

Page 7: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

48

seluruh ilmu pengetahuan yang

ada dan yang telah dikenal.

Ketiga, Hasrat Bertanya.

Ketakjuban manusia telah

melahirkan pertanyaan-

pertanyaan, dan ketidakpuasan

manusia membuat pertanyaan-

pertanyaan itu tak kunjung habis.

Pertanyaan tak boleh dianggap

sepele, karena pertanyaan lah

yang membuat kehidupan serta

pengetahuan manusia

berkembang dan maju.

Pertanyaanlah yang membuat

manusia melakukan pengamatan,

penelitian, dan penyelidikan. Dan

ketiga hal litulah yang

menghasilkan penemua-

penemuan baru yang semakin

memperkaya manusia dengan

pengetahuan yang terus

bertambah. Hasrat bertanya

membuat manusia

mempertanyakan segalanya.

Pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan itu tidak sekedar terarah

pada wujud sesuatu, melainkan

juga terarah pada dasar dan

hakikatnya. Inilah yang menjadi

salah satu ciri khas filsafat.

Filsafat selalu mempertanyakan

sesuatu dengan cara berpikir

radikal, sampai ke akar-akarnya,

tetapi juga bersifat universal.

Keempat, Keraguan. Manusia

selaku penanya mempertanyakan

sesuatu dengan maksud untuk

memperoleh kejelasan dan

keterangan mengenai sesuatu

yang dipertanyakannya itu. Tentu

saja hal itu berarti bahwa apa

yang dipertanyakannya itu tidak

jelas atau belum terang.

Pertanyaan yang diajukan untuk

memperoleh kejelasan dan

keterangan yang pasti pada

hakikatnya merupakan suatu

pernyataan tentang adanya aporia

(keraguan atau ketidakpastian

dan kebingungan) di pihak

manusia yang bertanya. Setiap

pertanyaan yang diajukan oleh

seseorang sesungguhnya

senantiasa bertolah dari apa yang

telah diketahui oleh si penanya

lebih dahulu. Akan tetapi, karena

apa yang diketahui oleh si

penanya baru merupakan

gambaran yang samar, maka ia

bertanya. Ia bertanya karena

masih meragukan kejelasan dan

kebenaran dari apa yang telah

diketahuinya. Jadi, jelas terlihat

bahwa keraguanlah yang turut

merangsang manusia untuk

Page 8: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

49

bertanya dan terus bertanya, yang

kemudian menggiring manusia

berfilsafat (Wahana, 2016).

Secara sederhana ketakjuban,

ketidakpuasan, Hasrat bertanya,

dan keraguan, menjadi titik awal

terkait lahirnya kajian filsafat.

Bagaimana dengan perasaan

takjub yang membawa kita

dengan pertanyaan-pertanyaan

yang tentunya membutuhkan

sebuah jawaban yang rasional.

Lantas ketidakpuasan yang

mampu membawa manusia

melalui sebuah proses berpikir

demi memenuhi setiap celah

ketidakpuasan yang hadir dalam

diri kita. juga hasrat bertanya

yang menjadikan manusia dan

peradabannya menjadi lebih maju

dan terus berkembang, karena

hasrat pertanyaan yang diajukan

dalam berfilsafat begitu dalam

bagai akar-akar pohon tua yang

terkubur puluhan meter di bawah

tanah. Pun dengan munculnya

keraguan dalam diri manusia

yang berhasil memancing

manusia untuk mencari suatu

kebenaran yang pasti dan mutlak.

Keempat proses di atas sejatinya

membawa manusia melalui

sebuah proses berpikir, baik

secara disadari maupun tidak.

C. Objek Filsafat

Bidang telaah filsafat meliputi

segala pengetahuan manusia serta

segala sesuatu yang ingin

diketahui manusia. Rene

Descartes mengatakan filsafat

adalah himpunan dari segala

pengetahuan yang pangkal

penyelidikannya mengenai

Tuhan, alam, dan manusia. Objek

filsafat dibagi menjadi dua, yakni

objek material dan objek forma.

Objek materia meliputi hakikat

Tuhan, hakikat alam, hakikat

manusia. Sedangkan objek forma

adalah usaha mencari keterangan

yang radikal tentang objek

material (Biyanto, 2018). Secara

tidak langsung, apa yang

dipaparkan oleh Rene Descrates

mengenai objek filsafat adalah

menjadi bukti bahwa filsafat

merupakan salah satu poros atau

pusat terhadap lahirnya ilmu-ilmu

yang lain.

D. Karakteristik Pemikiran

Filsafat

Karakteristik dasar filsafat

oleh Jan Hendrik Rapar

diungkapkan setidaknya ada lima

hal, yaitu berpikir radikal,

Page 9: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

50

mencari asas, memburu

kebenaran, mencari kejelasan dan

berpikir rasional.

1. Berpikir Radikal, berpikir

secara radikal adalah karakter

utama filsafat, karena filosuf

berpikir secara radikal, maka

ia tidak akan pernah terpaku

hanya pada fenomena suatu

entitas tertentu. Ia tidak akan

pernah berhenti hanya pada

suatu wujud realitas tertentu.

Keradikalan berpikirnya itu

akan senantiasa mengobarkan

hasratnya untuk menemukan

akar seluruh kenyataan,

termasuk realitas pribadinya.

Berpikir rabikal yaitu berpikir

secara mendalam, untuk

mencapai akar persoalan yang

dipermasalahkan.

2. Mencari Asas, karakter filsafat

berikutnya adalah mencari

asas yang paling hakiki dari

keseluruhan realitas, yaitu

berupaya menemukan sesuatu

yang menjadi esensi realitas.

Dengan menemukan esensi

suatu realitas, maka akan

diketahui dengan pasti dan

menjadi jelas keadaan realitas

tersebut, oleh karena itu,

mencari asas adalah salah satu

sifat dasar atau karakteristik

filsafat.

3. Memburu Kebenaran,

berfilsafat berarti memburu

kebenaran tentang segala

sesuatu. Kebenaran yang

hendak dicapai adalah

kebenaran yang tidak

meragukan, oleh sebab itu ia

selalu terbuka untuk

dipersoalkan kembali dan diuji

demi meraih kebenaran yang

lebih hakiki. Dengan demikian

dapat ditegaskan bahwa

kebenaran filsafat tidak pernah

bersifat mutlak dan final,

melainkan terus bergerak dari

suatu kebenaran menuju

kebenaran baru yang lebih

pasti. Kebenaran yang baru ini

pun masih bersifat terbuka

untuk diuji dan dikaji lagi

sampai menemukan kebenaran

yang lebih meyakinkan.

Dengan demikian, terlihat

bahwa salah satu karakteristik

filsafat adalah senantiasa

memburu kebenaran.

4. Mencari Kejelasan, berfilsafat

berarti berupaya mendapatkan

kejelasan mengenai seluruh

realitas. Geisler dan Feinberg

mengatakan bahwa ciri khas

Page 10: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

51

penelitian filsafat ialah adanya

usaha keras demi meraih

kejelasan intelektual.

Mengejar kejelasan berarti

harus berjuang dengan gigih

untuk mengeliminasi segala

sesuatu yang tidak jelas, yang

kabur dan yang gelap, bahkan

juga yang serba rahasia dan

berupa teka-teki.

5. Berpikir Rasional, berpikir

secara radikal, mencari asas,

memburu kebenaran, dan

mencari kejelasan tidak

mungkin dapat berhasil

dengan baik tanpa berpikir

secara rasional. Berpikir

secara rasional berarti berpikir

logis, sistematis dan kritis.

Berpikir logis itu bukan hanya

sekedar mengapai pengertian-

pengertian yang dapat diterima

oleh akal sehat, melainkan

agar sanggup menarik

kesimpulan dan mengambil

keputusan yang tepat dan

benar dari premis-premis yang

digunakan. Berpikir logis juga

menuntut pemikiran yang

sistematis, di mana rangkaian

pemikiran yang berhubungan

satu sama lain atau saling

berkaitan secara logis. Tanpa

berpikir yang logis-sistematis

dan koheren, maka satu hal

yang tak mungkin dicapai

kebenaran yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Berpikir kritis ialah terus

menerus mengegevaluasi dan

memverifikasi

argumenargumen yang

mengklaim diri benar. berpikir

logissistematis-kritis adalah

ciri utama berpikir rasional,

dan berpikir rasional adalah

salah satu karakteristik

filsafat.

Di samping berpikir radikal,

mencari asas, memburu

kebenaran, mencari kejelasan dan

berpikir rasional. Masih ada lagi

beberapa hal yang menjadi

karakteristik atau ciri khas

filsafat, yaitu sebagai berikut

(Ritaudin, 2015):

1. Memikirkan Sifat-Sifat Umum,

sebagai diketahui, bahwa ojek

kajian filsafat selalu memilih

hal-hal yang umum.

2. Hidup Dalam Kesadaran,

meminjam istilah Rene

Descartes, ‘cogito ergo sum’

saya berpikir maka saya ada.

Kalimat ini menegaskan

bahwa filsfat itu memiliki ciri

Page 11: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

52

selalu hidup dalam kesadaran.

Aristoteles menengarai bahwa

keheranan adalah sumber yang

melahirkan filsafat.

3. Bersifat Toleran, orang yang

hidup tanpa kesadaran

(berpikir filosofis), yang selalu

sibuk dengan aktivitas rutin

dan disibukkan oleh

pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari, ia tidak punya

waktu untuk berpikir secara

filosofis. Pemikiran filosofis

menerima kritikan dari luar,

bahkan secara internal

melakukan self critic, kritik

internal. Maka menjadi ciri

khas pemikiran filsafat adalah

bersifat terbuka dan toleran

terhadap perbedaan

pandangan atau pemikiran

yang berbeda.

4. Bersifat Subjektif, pemikiran

filsafat itu menjadi milik

filosuf itu sendiri. Berpikir

manusia pasti bersifat

subjektif. Perbedaan ini

lumrah terjadi dalam

menjawab teka-teki yang tidak

habis-habisnya karena bersifat

metafisis. Walaupun

jawabannya saling

berlawanan, namun dengan

pengalaman apa pun tidak

dapat memvonis mana yang

benar dan mana yang salah.

Karena konsepsi filsafat

benar-benar asli tidak bisa

digugat. Konsepsi itu bisa

diserang dengan konsepsi lain,

tetapi tidak dapat dikalahkan.

Kesimpulannya adalah

karakteristik atau ciri khas dari

pemikiran filsafat ada empat,

yaitu: Pertama, berpikir radikal

dimana pemikiran filsafat tidak

hanya menilai atau menariks

suatu permasalahan dari satu

sudut pandang saja, tetapi dari

berbagai sudut pandang dengan

analisis yang tajam, dalam dan

menyeluruh. Kedua yaitu

mencari asas, maksudnya ialah

pemikiran filsafat selalu mencari

asas yang paling hakiki atau

mencari asas yang paling jelas

dari keseluruhan yang diteliti.

Ketiga yaitu memburu

kebenaran, selama kebenaran

yang dimaksud belum jelas

kebenarannya, maka filsafat akan

terus mencari sampai

menemukan kebenaran yang

lebih pasti. Pasti atau tidaknya

sebuah kebenaran tentunya

melalui sebuah pengujian,

Page 12: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

53

sehingga kebenaran tersebut

bersifat terbuka. Inilah alasan

mengapa filsafat terus bergerak

dan berkembang, karena bisa saja

seiring berjalannya waktu aka

nada banyak lagi kemungkinan

atau temuan-temuan lain yang

jauh lebih pasti. Keempat yaitu

mencari kejelasan, ciri khas lain

dari pemikiran filsafat yaitu

berusaha keras untuk mencari

kejelasan terhadap hakikat yang

diteliti. Filsafat akan

mengeleminasi setiap

kemungkinan-kemungkinan yang

tidak jelas, sehingga yang tersisa

hanya temuan-temuan yang

sifatnya jelas. Keelima yaitu

berpikir rasional, ibarat meja

berkaki tiga, berpikir rasional

merupakan hal utama untuk

memapu melakukan berpikir

radikal, mencari asas, memburu

kebenaran dan mencari kejelasan.

Mengapa? Karena berpikir

rasional berarti berpikir secara

logis, sistematis, dan kritis.

E. Urgensi Filsafat dalam

Kehidupan

Filsafat secara esensial sangat

penting artinya bagi kehidupan

manusia, khususnya dalam

menyelesaikan berbagai

persoalan kemanusiaan. Filsafat

secara umum adalah berpikir

secara menyeluruh, mendalam,

radikal dan rasional, tentang

sesuatu. Menurut Syamsuddin

Arif dan Dinar Dewi Kania dalam

Adian Husaini, filsafat itu

mencari kebenaran. Dengan

bertanya secara terus menerus

tentang segala hal, dari persoalan

gajah sampai persoalan semut,

dari soal hukum, dan politik

hingga soal moral dan metafisika

dan sebagainya. Yusuf (2016)

juga mengemukakan bahwa

filsafat merupakan sebuah

disiplin ilmu yang terkait dengan

perihal kebijaksanaan.

Sedangkan kebijaksanaan

merupakan titik ideal dalam

kehidupan manusia, karena ia

dapat menjadikan manusia untuk

bersikap dan bertindak atas dasar

pertimbangan kemanusiaan yang

tinggi. Secara tidak langsung

berdasarkan hasil paparan terkait

referensi di atas, penulis mampu

menyimpulkan bagaimana

besarnya peran filsafat dalam

kehidupan manusia, dimana

filsafat menjadi sentral atau pusat

terhadap segala sesuatu yang

berkaitan dengan persoalan-

Page 13: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

54

persoalan manusia. Mengapa

filsafat bisa menjadi sentral atau

poros, karena kegiatan berfilsafat

selalu berkaitan dengan kegiatan

berpikir, dimana kegiatan

berpikir sendiri ibarat sebuah

roda dalam diri manusia,

sehingga satu dan lainnya tidak

bisa terpisahkan, sederhananya

kegiatan berpikir dengan manusia

merupakan satu kesatuan yang

mustahil untuk dipisahkan.

F. Berkenalan dengan Berpikir

Berbicara mengenai berpikir,

menurut Mansur (2019), manusia

sebagai makhluk berpikir

menginginkan selalu dapat

memenuhi kebutuhan-

kebutuhannnya baik kebutuhan

jasmaniah atau rohaniah.

Pemenuhan kebutuhan bermula

dari tahap bawah kebutuhan

fisiologis hingga tahap tertinggi

kebutuhan aktualisasi diri.

Kebenaran dan kebaikan

merupakan nilai kerohanian yang

selalu diperlukan manusia

sebagai komsumsi rohaninya.

Berpikir adalah memberikan

gambaran adanya sesuatu yang

ada pada diri seseorang. Sesuatu

yang merupakan tenaga yang di

bangun oleh unsur-unsur dalam

diri seseorang untuk melakukan

aktivitas. Pengertian berpikir

secara umum adalah aktivitas

mental atau intelektual yang

melibatkan kesadaran dan

subjektivitas individu. Hal ini

dapat mengarah pada sesuatu

yang berupa tindakan atau ide-ide

atau pengaturan ide. Berpikir juga

mendasari segala tindakan

manusia dan interaksinya

(Sunaryo, 2011).

Supriadi dkk (2015)

berpendapat bahwa berpikir

adalah proses kognitif yang

digunakan untuk memahami

lingkungan di sekitarnya,

mempertanyakan asumsi sehari-

hari mengarahkan pada solusi

baru yang positif dapat

mempengaruhi kualitas hidup

mereka. Sedangkan menurut

Carson, berpikir sebenarnya

merupakan penggabungan antara

teori dan praktek, abstrak dan

konkret, konsep dan fakta.

Artinya manusia senantiasa

melakukan proses berpikir setiap

hari. Dari mulai berpikir

mengenai hal-hal yang sifatnya

ringan, juga berpikir mengenai

hal-hal yang sifatnya cukup

dalam. Bagaimana apabila

Page 14: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

55

kegiatan berpikir tersebut tidak

dilakukan oleh manusia itu

sendiri? Keadaan manusia

tersebut akan persis seperti dalam

lorong tanpa cahaya. Kenapa?

Karena berpikir juga merupakan

bagian dari aktivitas penting yang

menggiring kita menuju

pengetahuan. Kegiatan berpikir

yang masuk dalam kategori

berfilsafat ialah berpikir secara

mendalam.

Secara sekilas, berpikir

pada umumnya dengan berpikir

secara mendalam terlihat sama,

yaitu sama-sama berpikir.

Padahal, apabila dikaji lebih

lanjut, keduanya memiliki

perbedaan. Berpikir secara

mendalam apabila dipaparkan

secara sederhana yaitu proses

berpikir yang memiliki makna,

tujuan serta mampu memberi

manfaat bagi banyak hal.

Sehingga cukup mudah untuk

merealisasikannya. Sedangkan

berpikir pada umumnya tidak

bisa dikatakan dengan berfilsafat,

karena mungkin apa yang

dipikirkan hanya sekedar

khayalan semata.

Kegiatan berpikir juga

memberikan konstribusi besar

dalam dunia pendidikan, menurut

Haviz (2009), berpikir dalam

pendidikan, secara filosofis bisa

diimplementasikan ke dalam

bentuk berpikir kritis.

Pengamatan yang dilakukan

secara kritis terhadap setiap

masalah, merupakan bentuk sikap

dan tanggapan yang efektif dalam

pendidikan. Tindakan ini harus

dilakukan oleh setiap unsur

pendidikan, sehingga tujuan

pendidikan bisa tercapai.

Khususnya, untuk membantu

seseorang untuk berpikir secara

baik dalam membuat suatu

kesimpulan. Karena, penerapan

sebuah kesimpulan yang lahir

dari pemikiran tersebut, sangat

menentukan keberhasilan dalam

mengatasi masalah pendidikan

yang ditemukan. Berpikir

merupakan bagian dari

pendidikan metakognitif. Sebagai

bagian dari pendidikan

metakognitif, berpikir kritis akan

menghasilkan outcomes yang

lebih berkualitas. Contoh

sederhana adalah, proses belajar

yang melibatkan dosen dan

mahasiswa di perguruan tinggi

merupakan salah satu proses yang

Page 15: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

56

tepat untuk membentuk pola

berpikir kritis.

Sama seperti halnya

manusia dengan proses berpikir

yang ibarat sebuah roda, kegiatan

berpikir dengan pendidikan juga

merupakan satu paket yang saling

menguntungkan. Karena tanpa

sebuah pendidikan proses

berpikir ilmiah itu tidak akan bisa

terarah, sedangkan tanpa proses

berpikir, pendidikan mustahil

ada. Hal ini pula yang sekali lagi

mengharuskan manusia untuk

senantiasa melakukan proses

berpikir agar gerak roda

pengetahuan dan kehidupannya

terus berkembang. Karena

melalui proses berpikir yang

kritis atau terarah ini mampu

menghasilkan banyak hal baru

yang bisa bermanfaat bagi yang

lain.

Kegiatan berpikir mendalam

inilah yang sering kita kenal

dengan berfilsafat. Filsafat

sebagai sarana berpikir juga

mampu membentuk kerangka

berpikir manusia dalam

bertindak. Menurut Aulia (2015)

dalam paparan jurnalnya, filsafat

mengendalikan sikap, sedangkan

sikap mengendalikan tindakan.

Hasil dari tindakan adalah

mengendalikan gaya hidup.

Artinya bagaimana kegiatan

berpikir atau kegiatan berfilsafat

mampu mempengaruhi seluruh

aspek kehidupan manusia,

sehingga kehadirannya dituntut

untuk terus ada agar kehidupan

bisa terus berlangsung dengan

baik dan dengan melahirkan

berbagai hal-hal yang baru, yang

sifatnya mampu membuat

kemajuan yang baik dan tepat.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil paparan

serta analisis di atas, penulis

menyimpulkan bahwa filsafat

merupakan kajian yang mengkaji

seluruh aspek kehidupan

manusia, dengan tujuan utama

yaitu mencari kebenaran, melalui

kelima karakteristik

pemikirannya. Filsafat juga

menjadi bagian penting dari

sarana berpikir manusia, dimana

proses berpikir filsafat yaitu

berpikir secara mendalam, dari

berbagai sudut pandang, serta

menyeluruh, sehingga kebenaran

yang pasti bisa ditemukan.

Lantas pengetahuan yang

dimiliki, secara tidak langsung

mampu mempengaruhi atau

Page 16: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

57

bahkan membentuk gerak gerik

tingkah laku atau tindakan

seseorang. Karena hal tersebut,

orang yang senantiasa berfilsafat

akan selalu berhati-hati dalam

bersikap, berucap, dan

mengambil atau memutuskan

suatu keputusan, atau dengan kata

lain, orang yang berfilsafat

dengan baik akan memiliki sifat

dan sikap yang bijaksana.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R. N. (2015). Berfikir Filsafat: Sebagai Pembentukan Kerangka

Berfikir Untuk Bertindak. Jurnal Studi Al-Qur’an, 11 (1).

Biyanto. (2018). Filsafat Ilmu Dan Ilmu Keislaman. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Haviz, M. (2009). Berfikir Dalam Pendidikan Suatu Tinjauan Filsafat

Tentang Pendidikan Untuk Berfikir Kritis. Ta’dib, 12 (1).

Malian, S. (2010). Perkembangan Filsafat Ilmu Serta Kaitannya dengan

Teori Hukum. UNISIA, 33 (73).

Mansur, R. (2019). Filsafat Mengajarkan Manusia Berfikir Kritis.

ElementerIs: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam, 1 (2).

Nasution, M. S. A & Haris, R. M. (2017). Filsafat Ilmu. Depok: Raja

Grafindo Persada.

Ritaudin, S. (2015). Mengenal Filsafat Dan Karakteristiknya. Kalam:

Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 9 (1).

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo, W. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriadi, D., Mardiyana & Subanti, S. 2015. Analisis Proses Berfikir Siswa

Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah

Polya Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII Al-

Azhar Syifa Budi Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Elektronik

Pembelajaran Matematika, 3 (2).

Suriasumantri, J. S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 17: Filsafat: Sarana Berpikir pada Manusia Philosophy: Means

Filsafat sebagai Sarana Berpikir Manusia (Asri Rahmatillah)

Manhajuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam Pascasarjana

STAI Syamsul 'Ulum Gunungpuyuh Volume 1 Nomor 1 Tahun 2020

58

Wahana, P. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka

Diamond.

Yusuf, H. 2016. Urgensi Filsafat Dalam Kehidupan Masyarakat

Kontemporer: Tinjauan Filsafat Islam Terhadap Fungsi Moral Dan

Agama. Jurnal Theologia, 27 (1).

Widyawati, S. 2013. Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu

Pendidikan. Gelar: Jurnal Seni Budaya, 11 (1).

Zaprulkhan. 2019. Filsafat Ilmu Sebuah analisis Kontemporer. Depok:

Raja Grafindo Persada.