mutosagala.files.wordpress.com · web viewmenjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri...

123
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA DAN PENJELASAN MENGENAI PNPM MANDIRI Disusun oleh : Rahmatdi Cindy Uli Oktavia N Aditya Budi Prakoso Wahyunikusumaningrum H Zira Brenda Wiranti Miranthy Indriastuti I Rochim Waijanti Alvionetta Diass P Dirga Abriyanti K Firdhian Budiyono Dita Pratiwi Muhammad Zaenuddin

Upload: vandien

Post on 16-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA DAN PENJELASAN MENGENAI PNPM MANDIRI

Disusun oleh :

Rahmatdi

Cindy Uli Oktavia N

Aditya Budi Prakoso

Wahyunikusumaningrum H

Zira Brenda Wiranti

Miranthy Indriastuti I

Rochim Waijanti

Alvionetta Diass P

Dirga Abriyanti K

Firdhian Budiyono

Dita Pratiwi

Muhammad Zaenuddin

Traheka Erdyas B

Muhammad Wintar A

Ratih Prajna P

Kunto Adi Wicaksono

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

2012

Daftar Isi

I. Visi

3

II. Misi

3

III. Kedudukan

5

IV. Tugas

5

V. Fungsi

5

VI. Kementrian Terkoordinir

5

VII. Profil Menteri Koordinator

6

VIII. Program Kemenkoperekonomian

9

IX. Anggaran dari APBN

13

X. Data Capaian

16

XI. Hambatan

25

XII. Implementasi

29

XIII. Penjelasan Kementerian Terkait

36

XIV. Rekomendasi

76

XV. PNPM Mandiri

77

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

Visi dan Misi

Sesuai tugas pokok dan fungsi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai Rencana Strategis (Renstra) yang berorientasi pada kondisi yang diinginkan selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2010-2014, dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencakup visi, misi, sebagai berikut:

VISI

Suatu tugas pokok dan fungsi, serta kondisi yang ingin diwujudkan, maka Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan visi sebagai berikut:

Terwujudnya lembaga koordinasi dan sinkronisasi pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan.

Visi ini disusun berdasarkan analisis potensi dan permasalahan internal dan ekstenal dari empat perspektif yaitu perspektif pemangku kepentingan, perspektif shareholders, perspektif proses bisnis, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang dirumuskan sebagai pernyataan keinginan pencapaian organisasi dalam periode lima tahun ke depan. Pernyataan keinginan pencapaian tujuan organisasi diyakini dapat memberikan motivasi dan menumbuhkan komitmen personil organisasi untuk mewujudkan visi dimaksud. Dalam perumusan pernyataan tersebut, juga mengandung keyakinan dasar organisasi. Keyakinan dasar organisasi akan memberikan keyakinan kepada pegawai bahwa keinginan yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan dapat diwujudkan. Visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tersebut merupakan koridor utama kegiatan koordinasi, sehingga perlu adanya kesamaan persepsi, tindakan dalam mewujudkan pencapaian visi tersebut. Visi, terwujudnya lembaga koordinasi dan sinkronisasi pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan menggambarkan angan-angan ke depan atas amanat yang diberikan yang tertuang dalam tugas pokok dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kata efektif mempunyai arti bahwa kinerja koordinasi dan sinkronisasi yang dihasilkan memberikan manfaat tepat sasaran yang signifikan bagi upaya pencapaian sasaran pembangunan di bidang ekonomi. Sedangkan kata berkelanjutan mempunyai makna bahwa koordinasi harus dilakukan secara terus menerus dan proaktif supaya pelaksanaan pembangunan perekonomian yang dilakukan oleh sektor dan pelaku ekonomi dapat berjalan sinergi sehingga pembangunan ekonomi yang dicapai berkesinambungan.

Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah untuk mewujudkan:

i) pertumbuhan perekonomian yang diinginkan melalui peningkatan investasi dan ekspor;

penurunan tingkat pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja;

ii) serta penurunan tingkat kemiskinan dan kesenjangan melalui revitalisasi pertanian dan perdesaan. Pembangunan perekonomian tersebut dapat mewujudkan perekonomian nasional yang mandiri, memperkokoh kondisi dalam negeri yang tangguh dalam menghadapi tantangan era globalisasi, sehingga diharapkan dapat menaikkan taraf hidup serta membawa masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Misi Kemenko Bidang Perekonomian

Guna mewujudkan visi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan misi. Misi diharapkan dapat terlaksana demi terwujudnya visi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Adapun misi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu:

Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian.

Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan adanya reformasi di bidang ekonomi, perkembangan perekonomian dalam negeri maupun internasional, kondisi era globalisasi yang semakin kompetitif, serta kebutuhan atau tuntutan dari masyarakat yang menginginkan adanya akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih. Misi tersebut juga mengisyaratkan adanya upaya untuk meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan kerja sama yang lebih baik dalam pengembangan perekonomian nasional.

KEDUDUKAN

a. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

b. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

TUGAS

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang ekonomi.

FUNGSI

Dalam menjalankan tugas di atas, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan fungsi :

1. sinkronisasi penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian,

2. koordinasipenyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perekonomian,

3. pengendalian penyelenggaraan urusan kementerian sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,

4. pengelolaan barang milik/kekayaan negara negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

5. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

6. pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden.

KEMENTERIAN TERKOORDINIR

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan:

Kem. Keuangan

Kem. Energi dan Sumber Daya Mineral

Kem. Perindustrian

Kem. Perdagangan

Kem. Pertanian

Kem. Kehutanan

Kem. Perhubungan

Kem. Kelautan dan Perikanan

Kem. Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kem. Pekerjaan Umum

Kem. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kem. Riset dan Teknologi

Kem. Koperasi dan UsahaKecil dan Menengah

Kem. Pembangunan Daerah Tertinggal

Kem. Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kem. Badan Usaha Milik Negara

Serta badan-badan negara lainnya seperti :

Badan Pertanahan Nasional

Badan Koordinasi Penanaman Modal

Badan Penempatan dan Perlidungan Tenaga Kerja Indonesia

Instansi lain yang dianggap perlu.

PROFIL MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN INDONESIA

BIOGRAFI

Ir. M. Hatta Rajasa, seorang pengusaha dan CEO sukses yang kemudian berkonsentrasi jadi politisi. Sebagai politisi, dia gemilang! Sejumlah jabatan penting di partai, legislatif dan eksekutif diembannya. Di partai, dia mencapai puncak sebagai Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (2010-2015). Dia pun telah menjabat empat jabatan menteri (Menristek, Menhub, Mensesneg dan Menko Perekonomian). Pria relijius penganut pluralisme dalam politik ini memang berobsesi menjadi politisi negarawan yang mendahulukan kepentingan bangsa. Diprediksi, dia akan tampil sebagai Capres atau Cawapres 2014.

Sebagai orang partai politik (politisi) yang duduk dalam kabinet, pria berambut perak kelahiran Palembang, 18 Desember 1953 ini, berupaya menjalankan peran secara optimal, tanpa terjadinya kemungkinan loyalitas ganda dan abuse of power, baik dalam posisinya secara bersamaan sebagai petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) dan pejabat tinggi negara (menteri). Dia pernah menjabat Sekjen, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan dan Ketua Umum DPP PAN, sekaligus pernah menjabat sebagai pejabat tinggi negara, mulai dari Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Republik Indonesia Kabinet Gotong-Royong, Menteri Perhubungan dan Menteri Sekretaris Negara Kabinet Indonesia Bersatu I dan Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II.

Bagi Hatta, power is not our ultimate goal. "Tujuan utamanya adalah mewujudkan Indonesia baru yang demokratis, berkeadilan, terbuka, dalam masyarakat majemuk yang saling menghormati. Pernyataan ini sekaligus bermakna penegasan posisinya yang menjamin tidak akan terjadinya kemungkinan loyalitas ganda dan abuse of power, kendati dia tetap memegang jabatan partai saat bersamaan menjabat menteri. Dia menegaskan bukan karena keinginan diri pribadinya berkuasa, tetapi sebagai kader PAN ingin menganbdikan diri kepada bangsa.

Menurut Hatta, untuk dapat mencapai tujuan itu perlu dibangun dua sasaran utama. Pertama, empowering public, memberikan pemberdayaan kepada masyarakat di segala aspek, apakah itu hukum, sosial, ekonomi dan yang lain. Dan untuk dapat membangun itu, harus dimulai dengan adanya keberpihakan yang jelas akan kebijakan yang mendukung publik. Kedua. Good Government and Clean Government yang hanya dapat terbangun jika ada anggota-anggota parlemen yang selalu mengkritisi pemerintahan, tetapi sekali lagi, bukan untuk maksud menjatuhkan.

Sejak kecil, dia memang sudah terlatih bekerja keras, jujur, mandiri dan bekerjasama tanpa pandang bulu. Dia memerankan posisinya sebagai Ketua Fraksi Reformasi DPR (PAN dan Partai Keadilan) dengan amat baik. Sejak kecil, dia memang sudah terlatih bekerja keras, jujur, mandiri dan bekerjasama tanpa pandang bulu. Dia terbiasa bergaul dengan banyak orang yang berbeda latarbelakang. Maka, ketika terjadi persaingan dalam mengisi jabatan Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (DPP-PAN) yang dilepas Faisal Basri, Hatta mendapat dukungan dari berbagai 'aliran' dalam internal PAN. Dia terpilih menjabat Sekjen DPP PAN (2000-2005).

Perannya yang menonjol sebagai Ketua Fraksi Amanat Reformasi (1999-2000), selain berperan mengantarkannya jadi Sekjen PAN, bahkan juga mengantarnya menjabat Menteri Riset dan Teknologi Kabinet Gotong Royong, pada pemerintahan Presiden Megawati (2001-2004). Kemudian, tatkala pucuk pimpinan pemerintahan beralih kepada duet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dia pun dipercaya Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu I.

Banyak orang tak menduga dia menjadi Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu. Sama seperti saat dia dipercaya menjabat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kabinet Gotong-Royong. Maklum, lulusan perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, diprediksi banyak orang lebih pas menjabat Menteri Enerji dan Sumber Daya Mineral. Namun, dengan kemampuan manajerial yang dimilikinya, jabatan apa pun dapat diemban dengan baik. Terbukti, semasih menjabat Menristek, ia antara lain berhasil mengangkat nama bangsa, manakala terpilih menjadi Presiden Ke-46 Konfrensi IAEA (The International Atomic Energy Agency)

Kemudian ketika terjadi perombakan KIB, Hatta makin dipercaya memegang kendali tata kelola organisasi pada pusat kekuasaan sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) menggantikan Yusril Ihza Mahendra. Dia pun dengan cepat mampu memegang kendali Sekretariat Negara dengan amat baik. Berbeda partai dengan Presiden SBY, tidak menjadi halangan dalam kedekatan hubungan. Bahkan, secara mengejutkan dalam Pemilu Presiden 2009, dia dipercaya oleh SBY menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional Capres SBY - Cawapres Boediono.

Dia terlihat amat diandalkan Presiden SBY dalam melakukan loby tingkat tinggi. Dimana ada jalan susah dan buntu secara politik, Hatta Rajasa sanggup dengan elegan mencairkannya. Antara lain, di tengah suasana politi yang memanas menjelang Pemilu presiden 8 Juni 2009, Hatta mampu menghidupkan komunikasi politik yang lama buntu antara Megawati Soekarnoputri (PDIP) dengan SBY (Partai Demokrat). Kendati kedua tokoh dan partai ini tetap bersaing dalam Pilpres, tetapi sudah terjadi kelenturan komunikasi politik.

Setelah Pilpres 2009, usai, yang dimenangkan SBY-Boediono, Hatta yang lulusan insinyur perminyakan ITB, pun dipercaya menjadi Menteri Koordinator Perekonomian (2009-2014). Dia pun mengemban amanat ini dengan baik. Ketika terjadi benturan antara DPR dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang oleh DPR diduga terlibat dalam kasus Bank Century, sehingga Sri Mulyani ditolak kehadirannya di DPR, Hatta mampu mencairkannya tanpa ada yang merasa dipermalukan.

Dalam posisinya sebagai Menko Perekonomian, Hatta justru dipercaya oleh partainya melalui Kongres III di Batam untuk menjadi Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional periode 2010-2015. Dalam posisi Ketua Umum PAN merangkap Menko Perekonomian dengan kepiawan politiknya, diprediksi Hatta Rajasa akan menjadi calon Presiden pada Pemilu 2014 mendatang. Meskipun kini Hatta telah menjadi besan dari Presiden SBY hubungan politik yang dibina antara PAN dan Demokrat akan menjadi lebih solid menurut banyak anggapan pengamat politik di Indonesia.

PENDIDIKAN

Hatta Rajasa menamatkan sarjananya sebagai Insinyur Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1973, Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung (ITB) selama setahun, namun tidak dilanjutkan karena kesibukannya di Parpol dan menjadi Menristek.

Program Kerja Menko Perekonomian

.

Empat Klaster Pro Rakyat

PROGRAM PRO RAKYAT KLASTER I

Program Keluarga Harapan (PKH)

PKH adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), selama keluarga tersebut memenuhi kewajibannya. (Memeriksakan anggota keluarganya ke fasilitas kesehatan dan menyekolahkan anaknya dengan tingkat kehadiran sesuai ketentuan).

Raskin

Pemberian beras secara gratis bagi keluarga miskin dengan tujuan memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin.

Jamkesmas

Jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dan tidak mampu yang memberikan manfaat berupa pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif

Bantuan Siswa Miskin

Bantuan tunai yang diberikan kepada pelajar SD dengan kriteria:

minimal tingkat kehadiran siswa di kelas 75%;

berasal dari keluarga tidak mampu/miskin;

diusulkan oleh Kepala Sekolah ybs;

memiliki kepribadian terpuji;

PROGRAM PRO RAKYAT KLASTER II

PNPM Mandiri

Merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, melalui pola perencanaan pembangunan partisipatif dan bottom-up

PROGRAM PRO RAKYAT KLASTER III

Pemberdayaan UMKM

Melalui KUR, Pemerintah memberikan bantuan modal pada UMKM agar mampu terus berkembang dan menciptakan lapangan kerja baru.

PROGRAM PRO RAKYAT KLASTER IV

PROGRAM RUMAH SANGAT MURAH

PROGRAM KENDARAAN ANGKUTAN UMUM MURAH

PROGRAM AIR BERSIH UNTUK RAKYAT

PROGRAM LISTRIK MURAH & HEMAT

Program Peningkatan Kehidupan Nelayan

Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan

LANGKAH-LANGKAH OPTIMALISASI PELAKSANAAN 3 KLASTER PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KLASTER I

Bantuan dan Perlindungan Sosial

Permasalahan:

RTSM akan merasakan dampak akibat krisis keuangan dunia berupa menurunnya

daya beli dan terbatasnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan.

Tindak Lanjut:

Percepatan pelaksanaan tahun 2008 dengan mengacu pada data terbaru 19,1 juta

RTS dari BPS.

BLT 2009 perlu diberikan selama 6 bulan.

BTB/PKH ditambah untuk 750.000 RTSM yang mempunyai ibu hamil dan anak-anak usia SD.

KLASTER II

Pemberdayaan Masyarakat melalui PNPM Mandiri (1)

Permasalahan:

Pelaksanaan PNPM Mandiri th 2008 masih terhambat oleh lemahnya komitmen dan

kinerja yang buruk dari Pemda : 134 kab/kota ( 27%) belum membentuk satker dan

sekitar 11 kab/kota tidak mau menyediakan dana daerah untuk PNPM Mandiri.

Papua dan Papua Barat belum mencairkan BLM dari Dana Otsus/APBD-nya sehingga

menghambat pencairan BLM dari APBN.

Dengan alokasi anggaran terbatas untuk th 2009 dan jumlah kecamatan yang

meningkat, maka sulit untuk mencapai sasaran BLM 3 M per kecamatan

Tindak Lanjut:

Percepatan pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 pada periode Okt- Des th 2008:

Mendesak pemda Provinsi Papua dan Papua Barat mencairkan dana BLM Program

Respek sebesar Rp.100 juta/kampung segera.

Mendesak pemda kabupaten/kota yang belum membentuk satker agar segera

membentuk dan memproses pencairan BLM dan gaji para fasilitator.

Pemda kab/kota yang tidak menyediakan dana APBD th 2007 dan th 2008 dan tidak

memberikan komitmen tertulis utk tidak diberikan lagi alokasi dana PNPM Mandiri

pada th 2009.

ANGGARAN DARI APBN (HISTORIS)

Alokasi apbn kementerian koordinator bidang perekonomian Indonesia, sumber DATA POKOK APBN 20062012 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Tabel 1

Belanja Pemerintah Menurut Organisasi, 2006-2012

(miliar rupiah)

NO

Kementrian Keuangan / Lembaga

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

APBN-P

RAPBN

APBN

1

Kementerian Keuangan

5.167,0

6.999,2

12.051,1

11.759,2

12.955,0

12.457,7

17.780,0

17.780,0

2

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

4.657,6

5.141,6

5.442,5

6.577,2

5.543,6

15.674,9

15.643,2

15.804,7

3

Kementerian Perindustrian

1.126,5

1.484,5

1.414,8

1.444,9

1.492,7

2.245,6

2.290,1

2.548,9

4

Kementerian Perdagangan

1.128,7

1.233,6

1.144,5

1.455,0

1.258,3

2.449,9

2.115,9

2.401,7

5

Kementerian Pertanian

5.551,2

6.532,3

7.203,9

7.676,5

8.016,1

17.740,6

17.761,2

17.831,2

6

Kementerian Kehutanan

1.485,2

1.761,0

3.174,7

2.110,2

3.290,9

5.872,7

6.095,3

6.233,0

7

Kementerian Perhubungan

6.769,7

9.070,4

13.477,1

15.557,3

15.562,1

23.134,6

26.809,3

28.117,7

8

Kementerian Kelautan dan Perikanan

2.566,3

2.343,1

2.398,9

3.205,6

3.139,5

5.559,2

5.871,5

5.993,3

9

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2.069,4

2.451,1

2.352,5

2.837,8

2.763,9

4.656,4

4.163,0

4.163,0

10

Kementerian Pekerjaan Umum

19.186,7

22.769,5

30.670,0

40.082,7

32.746,9

56.535,3

61.182,0

62.563,1

11

Kementerian Riset dan Teknologi

342,6

437,1

451,2

408,0

620,0

675,4

672,3

672,3

12

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

930,2

1.280,8

982,1

744,3

729,6

1.015,7

1.093,9

1.213,9

13

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

230,2

384,8

918,4

931,2

1.024,5

1.263,4

986,4

1.018,3

14

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

198,1

252,6

312,3

314,9

384,6

716,7

827,3

827,3

15

Kementerian Badan Usaha Milik Negara

155,1

261,8

148,3

129,0

92,8

144,3

142,7

142,7

TOTAL

51.564,50

62.403,00

82.142,30

95.233,80

89.620,50

150.142,60

163.434.10

167.311,10

TOTAL APBN

440.031,2

504.623,5

693.356,0

628.812,4

781.533,6

1.418.500,00

1.418.500,00

Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah mengalokasikan anggaran pembelanjaan yang lebih disektor pembangunan umum (Kementerian Pekerjaan Umum). Hal ini dapat dilihat dari alokasi Kementerian Pembangunan Umum yang dari tahun ke tahun selalu mendapatkan alokasi yang paling besar dan juga meningkat setiap tahunnya. Ini merupakan hal yang sangat kontradiktif dengan kenyataan yang dapat kita lihat di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil. Masih banyak daerah yang memiliki sarana, prasarana, serta fasilitas berupa infrastruktur yang sangat jauh dari kata layak. Mulai dari jalan raya, jembatan, dan infrastruktur lainnya. Alokasi dana yang besar ini kemudian hanya dinikmati oleh segelintir masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga kesenjangan sosial semakin nyata terlihat dan dirasakan di Indonesia.

DATA CAPAIAN

KLASTER II

PNPM MANDIRI: Realisasi 2008: 4.768 Kec di 36.400 desa dengan total dana Rp

7,14 Trilyun, dan Target 2009: 6.407 Kec. dengan total dana Rp 9,7 Trilyun.

PNPM Mandiri utk Fakir Miskin & KAT/ BLPS-KUBE 2008 : 3.802 KUBE di

33 prov., 99 kab/kota sekitar 14.218 KK

KLASTER III

Jumlah Penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR), pada akhir Agustus 2008 :

1.193.481 Nasabah (59,92%), dgn total dana yang disalurkan: Rp. 10,10 Trilyun

(67,39%).

Surplus Perdagangan Indonesia Menciut

Dalam enam bulan berturut-turut sejak September 2011, pertumbuhan impor Indonesia Februari 2012, meningkat melebihi pertumbuhan ekspornya. SelamaJanuari hingga Februari 2012, pertumbuhan impor mencapai 21,4% (yoy), kontras dengan ekspor yang hanya tumbuh 7,6% (yoy). Kondisi ini membuat surplus perdagangan Indonesia tergerus. Secara nominal, pada Februari 2012, realisasi ekspor sebesar USD 15,6 miliar dan impor sebesar USD 14,9 miliar menghasilkan surplus perdagangan sebesar USD 693 juta. Surplus perdagangan ini hanya 26% dibandingkan surplus perdagangan Februari tahun lalu. Selama Januari -Februari 2012, ekspor industri Indonesia yang berkontribusi sebesar 60,3% dari total ekspor hanya tumbuh 3,3% (yoy) atau sebesar USD 18,8 miliar.Pertumbuhan periode ini jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekspor industri tahun lalu yang tumbuh sebesar 36,1% (yoy). Tidak hanya di industri, pertumbuhan ekspor pertanian serta pertambangan dan lainnya hanya tumbuh 2,8% dan 7,2% (yoy) dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 20,1% dan 14,8% (yoy).

Kondisi ini nyata menunjukkan efek kondisi global pada perlambatan pertumbuhan ekspor Indonesia. Perlu mewaspadai ketidakpastian permintaan internasional yang berimbas ke ekspor industri mengingat kinerja sektor industri sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena memberi kontribusi sekitar 25% pada perekonomian nasional. Ketidakpastian permintaan global membuat harga referensi beberapa komoditas ekspor utama Indonesia mengalami kenaikan. Sebagai respon hal tersebut, Pemerintah menyesuaikan harga patokan komoditas ekspor yang dikenakan bea keluar, salah satunya komoditas CPO. Bea keluar CPO pada Februari 2012 ditetapkan naik menjadi 16.5% lebih tinggi daripada bulan sebelumnya yaitu sebesar 15%. Namun, akibat kenaikan harga patokan, ekspor CPO Februari 2012 malah menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ekspor CPO ini berimbas padaturunnya ekspor kelompok komoditas lemak dan minyak hewan nabati sebesar USD 547,3 juta pada Februari 2012.impor barang modal selama Januari hingga Februari 2012 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan impor barang konsumsi dan bahan baku penolong. Kondisi ini berbeda dengan tahun 2011 dimana impor Sedangkan impor barang konsumsi dan bahan baku penolong, untuk periode yang sama, hanya tumbuh 16,8% dan 17,3% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2011 masing-masing 47,8% dan 31,5% (yoy).

Secara keseluruhan, meskipun pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor, impor terbesar berasal dari komoditas bahan baku penolong 72,2%) untuk kebutuhan industri. Untuk mengangkat kinerja ekspor, Pemerintah perlu terus mengupayakan diferensiasi produk dan pasar tujuan ekspor. Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar sejak pertengahan Februari 2012 harus tetap terjaga agar dapat meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia. Dengan langkah ini, pertumbuhan ekspor pada periode selanjutnya dimungkinkan dapat meningkat untuk mengantisipasi kecenderungan pertumbuhan impor lebih tinggi daripada pertumbuhan ekspor yang berlangsung sejak September 2011. (TKA) barang konsumsi memiliki pertumbuhan paling tinggi. Hingga Februari 2012, impor barang modal tumbuh 41,2% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 14,7% (yoy).

Perkembangan Inflasi Maret 2012

Berbeda dari dua tahun sebelumnya yang mengalami deflasi, IHK Maret 2012 mencatat inflasi dan bahkan meningkat dari bulan sebelumnya. Inflasi IHK Maret 2012 tercatat sebesar 0,07% (mtm) atau 3,97% (yoy), disebabkan kenaikan harga bumbu dan penurunan harga beras yang terbatas. Komponen volatile food mencatat deflasi sebesar -0,41% (mtm) pada Maret 2012 jauh lebih kecil dibandingkan periode yang sama di dua tahun sebelumnya (-1,14% pada Maret 2010 dan -2,28% padaMaret 2011). Hal tersebut terutamakarena tertahannya koreksi hargaberas sebagai dampak kenaikan HPP beras yang sebesar 30%, kendala penurunan produksi pada

komoditas aneka bumbu dan peningkatan ekspektasi inflasi terkait rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Realisasi inflasi inti (core inflation) menjadi 4,25% (yoy) sedikit melambat dari bulan sebelumnya 4,30% (yoy) terutama terjadi pada kelompok non-tradable. Indikasi perlambatan permintaan tercermin dari inflasi durable goods seperti barang-barang tertier (elektronik dan perlengkapan rumah tangga), bahan bangunan dan sektor jasajasa yang cenderung menurun. Ekspektasi inflasi mulai meningkat seiring munculnya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Dampak peningkatan ekspektasi inflasi tercermin pada perkembangan harga beberapa komoditas yang merupakan kebutuhan pokok, seperti gula pasir. Dari sisi eksternal, harga global masih terpengaruh oleh gejolak ekonomi eksternal dan cenderung berada di level yang tinggi. Inflasi kelompok administered prices sedikit meningkat menjadi 0,24% (mtm) atau 2,92% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh masih berlanjutnya dampak kenaikan cukai rokok. Ke depan, faktor risiko tekanan inflasi relatif meningkat sejalan dengan adanya UU APBN-P 2012 yang membuka peluang penyesuaian harga BBM bersubsidi dan penundaan implementasi UU Hortikultura pada Juni 2012. Mencermati kecenderungan ekspektasi inflasi yang mulai meningkat, Bank Indonesia dan Pemerintah baik di tingkat pusatdan daerah melalui forum TPI dan TPID perlu segera memperkuat komunikasi kebijakan untuk meredam eskalasi ekspektasi inflasi. Langkah tersebut dibarengi upaya menjamin ketersediaan pasokan serta pengawasan terhadap distribusi BBM bersubsidi mengingat disparitas harga yang semakin melebar mendorong meningkatnya berbagai tindakan penyalahgunaan atau penyelundupan yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas harga.

Pengarusutamaan Pendidikan dalam Anggaran Negara

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk menuangkan pendidikan sebagai salah satu prioritas pembangunan dalam kerangka kebijakan negara. Lebih jauh lagi, wujud perhatian terhadap bidang pendidikan sebagai amanat konstitusi juga tercermin dalam amandemen UUD 1945 yang menyatakan bahwa anggaran pendidikan dialokasikan sebesar 20% dari belanja negara. Secara khusus, seperti yang tercantum dalam dokumen Rencana Kebijakan Pemerintah (RKP) tahun 2012, pendidikan menjadi salah satu aspek dari sasaran pemerintah tahun ini dalam mencapai pelayanan public yang baik,memberdayakan kaum perempuan, penanggulangan kemiskinan, mendorong konservasi energi, perlindungan anak, dan pemantapan karakter bangsa.

Sejak tahun 2005, alokasi anggaran untuk bidang pendidikan memang menunjukkan peningkatan secara nominal. Berdasarkan persentase, sejak tahun 2009 alokasinya sudah mencapai rata rata 20% dari total belanja negara. Alokasi ini terbagi melalui belanja pemerintah pusat dan dana transfer ke daerah. Untuk alokasi melalui belanja pemerintah pusat, sekitar 25% anggaran digunakan untuk program program utama bantuan sosial pendidikan yang terdiri dari program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Beasiswa pendidikan untuk Siswa Miskin (BSM). Selanjutnya untuk komponen anggaran pendidikan yang ditransfer ke daerah, hamper 70% dari dana tersebut digunakan untuk alokasi tenaga pendidik. Besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk bidang pendidikan sendiri walaupun menunjukkan peningkatan sekitar 40% dari total DAK, namun persentasenya dari total anggaran pendidikan yang disalurkan ke daerah masih relative kecil berkisar di angka kurang dari 10%. Bagaimana implementasi dari anggaran pendidikan tersebut? Suatu penelitian yang dilakukan oleh Kantor Bank Dunia Jakarta mungkin dapat mengungkaapkan sekelumit fakta.

Penelitian yang mengambil tema Reaching out to the Poor and to the Vulnerable in Indonesia ini menunjukkan bahwa penyerahan Bantuan Tunai untuk Siswa Miskin seringkali terlambat sehingga tidak dapat membantu transisi siswa ke jenjang yang lebih tinggi. Cerminan lainnya ialah hasil olah data penelitian ini yang menunjukkan bahwa pada tahun 2010, lebih dari 80% siswa miskin mengalami putus sekolah sebelum mencapai kelas 10. Era bonus demografi ada di depan mata kita. Oleh karena itu, itikad baik tidaklah cukup namun tetap harus diiringi dengan alokasi dan pelaksanaan program yang tepat. Jika hal ini dapat dilaksanakan dari pusat hingga ke tingkat daerah, maka bukan suatu euforia semata bila pendidikan menjadi modal bangsa dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Perkembangan Anggaran Pendidikan

Realisasi Penyaluran KUR Maret 2012

Realisasi penyaluran KUR pada bulan Maret 2012 mencapai Rp. 2,6T. Secara kumulatif, Januari hingga Maret 2012, penyaluran KUR tercatat sebesar Rp. 6,48T atau meningkat sebesar 0,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2011. Dengan demikian, total penyaluran KUR sejak awal diluncurkan pada November 2007 hingga Maret 2012 telah mencapai Rp. 69,9T dengan jumlah debitur sebanyak 6,13 juta UMKM. Kinerja KUR sendiri cukup baik dilihat dari rasio NPL yaitu sebesar 2,69%. Penyaluran KUR pada Maret 2012 masih didominasi oleh BRI khususnya untuk produk KUR Mikro yaitu sebesar Rp. 1,2T. Dengan demikian, selama Januari hingga Maret 2012, BRI telah menyalurkan KUR Mikro sebesar Rp. 3,22T atau 49,66% dari total penyaluran KUR oleh bank pelaksana. Diikuti penyaluran KUR oleh BNI sebesar Rp. 909,6 M, BPD sebesar Rp. 781,8 M, dan BRI KUR Ritel sebesar Rp. 737,1M. Pada periode yang sama, penyaluran KUR oleh Bank Mandiri hanya mencapai Rp. 242,3 M, bahkan lebih kecil dibandingkan BTN (Rp. 306,2 M) dan Bank Syariah Mandiri (Rp. 277,2 M). Kinerja penyaluran KUR yang meningkat oleh BPD didominasi oleh Bank Jatim dan Bank Jateng masing-masing sebesar Rp. 296,6 M dan Rp. 140,4 M.

Dilihat dari sektor yang menerima KUR, sektor perdagangan masih menjadi sektor terbesar yang mendapatkan KUR pada bulan Maret 2012 yaitu sebesar Rp. 1,42T. Dengan demikian, selama Januari hingga Maret 2012, sektor

perdagangan telah mendapatkan KUR sebesar Rp. 2,9 T atau 44,57% dari total penyaluran KUR sejak Januari 2012. Diikuti sector pertanian sebesar Rp. 1,02 T. Masih terjadi rentang yang cukup besar dari nominal KUR yang disalurkan pada sektor perdagangan dan

pertanian. Berdasarkan sebaran regional, wilayah Jawa masih menjadi wilayah terbesar penyaluran KUR. Hal ini terlihat dari penyaluran KUR terbesar di Jawa Tengah dan Jawa

Timur. Selama Januari hingga Maret 2012, penyaluran KUR di kedua wilayah masing-masing mencapai Rp. 1,11T dan Rp. 998,3 M. Sedangkan penyaluran KUR di sejumlah wilayah diluar Jawa masih sangat rendah, seperti penyaluran KUR di Maluku Utara dan Papua Barat yang hanya Rp. 24,9 M dan Rp. 31,7 M. Untuk itu, sosialisasi dan koordinasi Berdasarkan data Komite Kebijakan KUR, belum ada penambahan total realisasi penyaluran KUR TKI pada bulan Maret 2012 jika dibandingkan dengan realisasi penyaluran pada Februari 2012. Penyaluran KUR TKI telah dilakukan di tiga provinsi, yaitu Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. Penyaluran KUR TKI tertinggi adalah di Provinsi Jawa Timur yang merupakan salah satu

kantong TKI yaitu sebesar Rp. 1,78 M atau hampir 50% dari total penyaluran KUR TKI, dengan jumlah debitur sebanyak 123 TKI. Sebagian besar KUR diberikan pada TKI yang bekerja dengan negara tujuan Brunai Darussalam (43,7%) dan Hongkong (40,93%). Menurut jenis lapangan kerja, debitur TKI yang paling banyak mendapatkan KUR adalah TKI yang bekerja di sector konstruksi (53,86%) dan pembantu rumah tangga (40,14%). (TKA) Pemerintah Daerah dengan perbankan harus terus ditingkatkan. Secara khusus, penyaluran KUR TKI dilaporkan masih kurang optimal. Sejak diluncurkan pada Desember 2010 hingga Maret 2012, total penyaluran KUR untuk TKI mencapai Rp. 3,57 M dengan jumlah debitur sebanyak 317 TKI.

Penyaluran KUR menurut sektor Ekonomi

Perkembangan Ekonomi Daerah Triwulan I-2012

Di sisi inflasi, perkembangan harga di berbagai daerah pada akhir triwulan I 2012 cenderung mulai menunjukkan adanya tekanan. Realisasi inflasi yang terjadi pada akhir triwulan I 2012 di hampir seluruh wilayah cenderung lebih tinggi dibandingkan periode yang sama dalam tiga tahun terakhir. KTI mengalami kenaikan inflasi yang cukup besar sehingga mendorong disparitas yang kembali melebar dengan inflasi nasional. Cenderung meningkatnya inflasi di berbagai daerah dipengaruhi terutama oleh kenaikan harga bumbu terutama cabe dan relative tertahannya penurunan harga beras. Terkendalanya produksi cabe, khususnya di sentra produksi di Jawa Timur, akibat factor tingginya curah hujan menyebabkan pasokan yang relative terbatas. Sementara itu, tertahannya harga beras pada siklus panen raya kali ini dipengaruhi oleh penerapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras yang baru pada akhir Februari 2012 dan bergesernya puncak panen di sebagian besar Jawa yang diperkirakan baru terjadi pada April 2012. Selain itu, ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan turut memengaruhi perkembangan harga di akhir triwulan I 2012, meski masih relative terbatas

HAMBATAN

Berikut ini adalah beberapa program yang difokuskan karena memiliki hambatan yang cukup signifikan :

1. Peningkatan investasi

Penanaman modal (investasi), baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri (asing) tidak dapat dipungkiri telah memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian di tanah air. Keberadaan para penanam modal (investor) ini menjadi begitu signifikan dalam upaya mempercepat perputaran roda perekonomian nasional. Tanpa didukung pertumbuhan investasi dari swasta, rasanya pemerintah akan sulit untuk menggerakkan roda perekonomian dan melaksanakan pembangunan sebagaimana yang diharapkan.

Selama 2008-2011 pemerintah telah mengeluarkan izin untuk investasi senilai Rp 2.000 triliun. Sejauh ini, baru terealisasi Rp 600 triliun. Sisanya, Rp 1.400 triliun, ditunda karena infrastruktur tidak siap dan ketidakpastian hukum. Masalah Investasi senilai total Rp 1.400 triliun yang masih menggantung itu sudah mengantongi perizinan dari pemerintah pusat. Artinya, proyek sebenarnya sudah siap direalisasikan. Namun, investor memilih menunggu atau menunda karena kondisi infrastruktur tidak siap serta hukum serba tidak pasti. Ada faktor internal investor yang menyebabkan investasi ditunda

Masih ada hambatan dalam meningkatkan potensi investasi di Indonesia

Sampai sekarang ini masih terdapat beberapa hambatan dalam meningkatkan potensi investasi di Indonesia. Masalah pertama adalah infrastruktur, Kedua terkait dengan pelayanan publik. Ketiga, tentang korupsi. hambatan lainnya adalah harmonisasi peraturan antara pusat dan negara yang belum ada terjalin secara komunikatif. Ketidaksiapan infrastruktur merupakan faktor utama yang menyebabkan investasi ditunda. Infrastruktur maksudnya antara lain energi, jalan, dan pelabuhan. Selain infrastruktur adanya ketidakpastian hukum yang sangat mempengaruhi dan juga dikeluhkan oleh para investor. Misalnya saha persoalan mengenai pembebasan lahan dan perizinan di daerah. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya lama proses perizinan.

Yang menjadi masalah utama tentang strategi pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur adalah melibatkan badan usaha milik negara dan swasta karena anggaran pemerintah terbatas. Anggaran terbatas itu dapat dilihat dari porsi anggaran infrastruktur minimal 5 persen dari produk domestik bruto. Namun selama ini, porsinya rata-rata masih 1-2 persen,

Masih adanya kendala yang dihadapi oleh UMKM

Kendala terberat yang dihadapi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Kendala yang selama ini masih dihadapi UMKM, seperti minimnya akses permodalan, bunga kredit yang tinggi, dan sulitnya akses pemasaran. semestinya pemerintah bisa menciptakan kebijakan yang memiliki keterkaitan antara usaha kecil menengah dan usaha besar. Misalnya, di luar negeri dan negara maju yang melibatkan usaha mikro dan kecil sebagai pemasok bagi industri yang lebih besar

PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)

PNPM Mandiri merupakan salah satu program pemerintah sebagai upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan

Hambatan program PNPM Mandiri :

Program dan kegiatan yang dilaksanakan kurang menyentuh sasaran

Penanggulangan kemiskinan masih berorientasi pada kondisi dan indicator makro, sementara belum tentu di masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung

Belum ada instrument upaya penaggulangan kemiskinan yang spesifik sesuai dengan keragaman dan dimensi permasalahan di derah

Kesulitan dalam mencari relawan yang bersedia tidak dibayar dan mau berpartisipasi dalam pelaksanaan program di desa/kelurahan

kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan, baik menyangkut pengelolaan keuangan, ketepatan sasaran maupun penerima manfaat dari program tersebut. Dikhawatirkan bukannya penduduk miskin yang menurun, tetapi malah akan makin meningkat jika penyimpangan tersebut terjadi.

MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk memberikan arah pembangunan ekonomi Indonesia hingga 2025. Melalui percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi ini, perwujudan kualitas Pembangunan Manusia Indonesia sebagai bangsa yang maju tidak saja melalui peningkatan pendapatan dan daya beli semata, namun dibarengi dengan membaiknya pemerataan dan kualitas hidup seluruh bangsa. Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristik negara maju.

Hambatan MP3EI

1. Masih ada pandangan sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan kapitalisme semu. Sebab, MP3EI ini merupakan perpaduan antara penguasa dan pengusaha. Jadi kalau digeneralisasi pemerintah pusat dan daerah adalah penguasa. BUMN dan pengusaha adalah kolaborasi pengusaha. Jadi MP3EI adalah kolaborasi pengusaha dan penguasa. Ini yang biasa disebut dengan kapitalisme semu, yang tidak mau bersaing dengan bisnis sehat

2. Secara historis atau konseptual MP3EI merupakan bentuk ketidakapuasan terhadap RPJPM yang dinilai masih pada tataran normatif.

3. MP3EI itu hanya memberikan ruang bagi pelaku ekonomi asing melalui instrumen liberalisasi perdagangan. MP3EI hanya memberi ruang yang besar bagi pelaku ekonomi asing melalui instrumen liberalisasi perdagangan

4. Krisis ekonomi terutama di negara maju. Pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang memberikan imbas pada sisi ekspor dan impor Indonesia

5. Kenaikan harga minyak dunia yang belum menentu. Semakin tinggi kenaikan harga minyak di pasar dunia, akan berdampak pada keuangan negara, terutama untuk alokasi anggaran subsidi bahan bakar.

6. Penyelesaian rancangan undang-undang dan pendirian bank infrastruktur, sebaiknya dilakukan secara pararel dan dalam waktu cepat

7. Pemerintah menyelesaikan masalah pembebasan lahan terlebih dahulu karena itu bisa menjadi daya tarik bagi investor, setelah itu pemerintah pasti bisa menarik investor untuk berinvestasi

8. Lemahnya law enforcement. Masalah koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, juga dinilai menjadi hambatan dalam pembangunan infrastruktur. Sisi koordinasi perlu dibenahi dan dari sisi kebijakan, harusnya ada aturan yang dapat dijadikan pedoman.

Program Keluarga Harapan (PKH)

PKH adalah program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), selama keluarga tersebut memenuhi kewajibannya. (Memeriksakan anggota keluarganya ke fasilitas kesehatan dan menyekolahkan anaknya dengan tingkat kehadiran sesuai ketentuan).

Hambatab PKH antara lain :

1. Kurangnya koordinasi di antara dinas kesehatan, pendidikan, Bappeda, dan beberapa instansi lainnya dalam mensukseskan PKH. Contohnya, di lingkungan guru-guru, ada keengganan melakukan verifikasi atas siswa yang memperoleh PKH, karena dianggap tugas tambahan, bahkan ada yang minta honor

2. Adanya regulasi pergantian pejabat yang berakibat terputusnya informasi dari pejabat lama ke pejabat yang baru. Begitu pula ditingkat kelembagaan, lurah di beberapa kabupaten/kota ada yang merasa tidak dilibatkan dalam pendataan PKH.

3. PKH adalah program baru yang sangat rumit pelaksanaannya dan terdiri dari banyak elemen yang saling berkaitan. Dalam pelaksanaannya, apabila terdapat gangguan pada salah satu elemennya, maka akan menggangu program tersebut secara keseluruhan

4. Masih adanya permasalahan data yang kurang akurat atau masih banyak data yang error, sosialisasi yang kurang optimal, dan verifikasi formulir yang belum optimal, distribusi formulir yang belum menjangkau semua fasilitas kesehatan (faskes) dan fasilitas pendidikan (fasdik), pengembalian formulir yang tidak tepat waktu,

Implementasi Isu-Isu Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah

Implementasi kebijakan pemerintah:

Banyak program yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah- masalah pembanguan di Indonesia. Tiga masalah utama pembangunan yaitu pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sampai saat ini terus menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tetapi sampai saat ini implementasi dari kebijakan program-program pemerintah tersebut masih banyak menemui kendala. Kendala implementasi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

1. Kurangnya sosialisasi dan minat masyarakat terhadap program yang ditawarkan pemerintah. Hal ini misalnya dapat dibuktikan dengan adanya KUR yang sepi peminat. Penyebabnya dari pendataan penerima KUR yang layak menerima jumlahnya sedikit.

Perbanas: Kredit Usaha Rakyat Kurang Peminat

VIVAnews - Ketua Perbanas Sigit Pramono menilai terhambatnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) salah satu penyebabnya adalah kurangnya permintaan dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mendapatkan kredit KUR.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan bahwa penyaluran KUR terhambat.

Menurut Sigit, salah satu persoalannya adalah identifikasi orang-orang yang layak mendapatkan KUR menunjukkan permintaan yang sedikit. Ia menduga, adanya permintaan usaha yang turun sehingga UKM terkena imbasnya.

"Yang layak mendapatkan KUR ini terbukti setelah dijumlah tidak banyak." ujarnya di Jakarta, Rabu 14 Juli 2010.

Padahal, Sigit mengakui, persyaratan untuk memperoleh KUR tidak sulit, seperti kredit tanpa agunan.

Kemarin, dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, SBY mengatakan dirinya mendapatkan laporan dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) bahwa ada masalah dalam penyaluran KUR.

"Laporan dari saudara Kuntoro, Kepala UKP4, ada permasalahan penyaluran KUR, ini kalau meleset sangat merugikan kita," ujar SBY dalam Rapat Terbatas di Kantor Presiden Jakarta, Selasa 13 Juli 2010.

Pemerintah telah menganggarkan KUR Rp100 triliun dengan jaminan pemerintah Rp20 triliun.

Menurutnya, Rp20 triliun ini dampaknya besar bagi usaha kecil dan menengah. "Kalau ada masalah administrasi, ketentuan, dan tak tersalurkan sekali lagi merugi, karena UKM jalur efektif mengurangi kemiskinan," ujar SBY.

Presiden meminta Menko Perekonomian Hatta Rajasa segera menyusun solusi dan mengajak semua pihak, termasuk perbankan penyalur KUR, perusahaan penjamin untuk memecahkan masalah.

Sumber : http://bisnis.vivanews.com/news/read/164526-perbanas--kur-kurang-peminat

2. Terlalu banyak kritik yang diberikan kepada pemerintah, tanpa adanya solusi. Misal: pandangan program BLSM yang dinilai tidak mendidik masyarakat akibat rencana pemerintah yang akan menaikan harga BBM dan menuai banyak kontroversi.

Pemberian BLSM Tidak Mendidik

Meski dirasa tidak mendidik masyarakat untuk mandiri, Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan, pemerintah tidak punya pilihan lain, selain memberi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) pada masyarakat untuk mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pemerintah tidak ada pilihan lain untuk menghadapi dampak kenaikan BBM karena untuk memberikan pemberdayaan tidak bisa dirasakan langsung, sedangkan dampak BBM langsung dirasakan, kata Menteri Sosial di Depok, Sabtu 3 Maret 2012.

Menteri mengakui memang pada dasarnya BLSM tidak mendidik masyarakat untuk mandiri, namun pemerintah tidak mempunyai pilihan lain. Menurutnya butuh satu dana tunai agar mereka bisa bertahan hidup. Ia juga meminta agar jangan ada pihak-pihak yang berpikir negatif terhadap kebijakan yang diambil pemerintah dalam rencana memberikan BLSM termasuk dikaitkan dengan kepentingan politik.

Tidak perlu dikaitkan dengan pemilu atau partai politik, pemilu masih lama. Untuk mengatasi dampak kenaikan BBM itu kewajiban pemerintah. Masyarakat harus berfikir realistis terhadap masalah tersebut, kata Mensos.

Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi pada 1 April mendatang. Kenaikan BBM diperkirakan akan membawa dampak melambungnya harga-harga barang dan semakin lemahnya daya beli masyarakat. BLSM akan diberikan sebesar Rp 150.000 per rumah tangga dengan sasaran sebanyak 18,5 juta RTS atau 74 juta jiwa selama sembilan bulan.

Ini jalan terbaik untuk masyarakat dalam mengatasi kenaikan harga BBM. Tidak ada cara lain yang dilakukan pemerintah selain menaikkan harga BBM untuk menjaga APBN tetap stabil, tambahnya.(ant/hms)

Sumber : http://matanews.com/2012/03/03/pemberian-blsm-tidak-mendidik/

3. Program- program yang diadakan pemerintah rentan terhadap korupsi.

Banyak kasus yang telah membuktikan bahwa program pemerintah yang berhubungan dengan uang pasti sangat rentan korusi. Misalnya : Program PNPM Mandiri, BLT, dan lain- lain.

A. Rentan Korupsi - Program PNPM Mandiri Terancam Dihentikan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) untuk tahun anggaran 2011 terancam dihentikan, jika kasus penyelewengan dana dengan nilai Rp 110 miliar untuk seluruh program PNPM Mandiri sejak tahun 1998 tidak dapat dituntaskan.

Hal tersebut dikatakan Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), Sujana Royat, pada acara Media Briefing PNPM Mandiri : Persepsi Versus Fakta, di Jakarta, Kamis, (20/1).

Menurut Sujana, sejak awal program tahun 1998 hingga saat ini tercatat ada sekitar 4.000-an kasus penyelewengan dana dengan nilai Rp 110 miliar untuk seluruh program PNPM Mandiri.

"Namun sayangnya, kebanyakan para pelaku korupsi dana PNPM adalah pihak dari fasilitator atau konsultan", ujarnya.

Daerah-daerah yang telah terdeteksi melakukan penyelewengan hampir di semua provinsi, dan provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang melakukan penyelewengan terbesar dari dana PNPM.Selanjutnya menyusul Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, NTT, Sulawesi Tenggaras dan Bali.

Untuk pelaksanaan PNPM 2011, dana yang dibiayai oleh Bank Dunia, juga akan menghentikan penyaluran ke desa yang melakukan korupsi. "Maka dari itu butuh kerja sama dengan oknum terkait untuk menyelesaikan kasus kecurangan ini," kata Sujana.

Program PNPM Mandiri adalah program pemerintah yang diawali oleh Program Pembangunan Kecamatan (PPK) yang telah berjalan sejak tahun 1998 dan proyek penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang berjalan sejak 1999. Program ini telah berjalan selama 5 kepresidenan.

Dikatakan Sujana, ada sekitar Rp 86,1 triliun (kurang dari 10 persen dari APBN) pada tahun 2011 akan dipergunakan untuk penanggulangan kemiskinan melalui 50 program.

Keseluruhan anggaran pusat PNPM Pedesaan, Perkotaan, Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan khusus (SPADA), Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (RIS), pembangunan infrastruktur sosial-ekonomi wilayah (RISE) tahun 2011 sekitar Rp 12 triliun (1 persen) dari total APBN.

"Penyaluran dana PNPM tahun 2011, lebih kecil dibandingkan tahun 2010. Hal ini dikarenakan sudah ada beberapa desa yang sudah maju, sehingga tidak kami berikan karena kita akan mendorong ke kluster tiga yaitu memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR)," kata Sujana menambahkan

Sumber : http://www.lkpp.go.id/v2/berita-detail.php?id=2133354782

B. BLT Ajang Korupsi

Setelah kisruh kenaikan harga BBM, kini muncul kisruh Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dibagikan ke sejumlah keluarga miskin di Indonesia. Rencananya pemerintah akan mengucurkan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 25,6 triliun untuk 18,5 juta keluarga miskin. Tapi belum juga dibagikan, BLT telah menuai polemik di pemerintahan, anggota DPR dan partai. Mereka ribut mengenai cara pembagiannya dan ada pula yang takut bila bantuan tersebut dikorupsi oleh partai.

Tingkah laku mereka seperti anak kecil yang sedang memperebutkan permen. Malahan dari beberapa surat kabar yang tadi pagi saya baca, para politikus itu ternyata menjadi penghambat pemberian BLT ke masyarakat miskin. Benar-benar tak habis pikir sama para politikus itu yang katanya pintar dan terhormat.

Apakah benar BLT sudah tepat sasaran? Dan apa sebenarnya definisi miskin itu sendiri. Dulu saat BLT pertama kali, dulu pernah dijumpai beberapa keluarga yang menerima BLT tapi keadaan keluarga tersebut masih bisa dikatakan cukup. Malahan ada pula yang menerima BLT itu adalah keluarga dari sang lurah atau bahkan para kerabat dari petinggi desa yang mendapatkan BLT.

Kalau sudah seperti ini, korupsi tidak hanya terjadi di atas saja, tapi juga sudah menjalar ke bawah yakni tingkat keluarahan dan bahkan tingkat RT. Ini sungguh sangat disayangkan.

Sumber : http://ceritamu.com/Ceritamu/Kiriman/BLT-Ajang-Korupsi.aspx

Kebijakan untuk mencapai tujuan2: Ketersediaan pendidikan tinggi Indonesia yang bermutu dan relevan

Mengembangkan alternatif pendanaan pendidikan tinggi bagi masyarakat kurang mampu. Selain beasiswa, alternatif pendanaan seperti voucher dan kredit mahasiswa perlu dikembangkan tidak hanya untuk mahasiswa PTN tetapi juga untuk mahasiswa PTS, karena pada kenyataannya banyak mahasiswa kurang mampu tidak mampu bersaing masuk ke PTN

C. RUU Perguruan Tinggi Berpihak kepada Rakyat Miskin

Jakarta --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyatakan, Rancangan Undang-Undang (RUU) Perguruan Tinggi sangat berpihak kepada rakyat miskin. "RUU ini sangat pro-poor, ucapnya kepada wartawan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, Rabu(4/4). RUU tersebut sudah hampir final.

Keberpihakan kepada rakyat miskin ditunjukkan dengan cara membuka akses seluas-luasnya kepada anak-anak Indonesia untuk masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) "Kami akan mendorong sebanyak-banyaknya anak-anak Indonesia agar bisa kuliah, kata penerima Medali Emas Kemerdekaan Pers 2012 ini.

Syarat pertama agar akses ke perguruan tinggi terbuka luas yaitu perguruan tinggi negeri harus ada di setiap provinsi. Selain itu akan dikembangkan akademi komunitas di tiap kabupaten / kota, dan pendidikan jarak jauh untuk daerah-daerah yang terpencil. "Satu lagi, pendidikan khusus dan layanan khusus juga harus ada di jenjang pendidikan tinggi, ucap Menteri Nuh.

Selain itu aspek keterjangkauan harus ada agar anak-anak dari keluarga miskin dapat menikmati pendidikan tinggi. Keterbatasan biaya jangan sampai menghalangi anak-anak masuk PTN, bahkan biaya pendaftaran juga akan ditanggung pemerintah, ujar Menteri Nuh. Untuk melindungi masyarakat, pemerintah juga akan menentukan standar biaya untuk tiap-tiap program studi. "Ini benar-benar pro-poor, ujar Menteri Nuh menegaskan. (NW)

Sumber : http://118.98.223.68/kemdikbud/berita/239

D. Kompensasi Kenaikan BBM, Subsidi Siswa Miskin Bertambah

Jakarta --- Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) diikuti dengan penambahan kuota penerima subsidi siswa miskin (SSM). Dari Rp11,2 triliun yang diusulkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012, Rp3,9 triliun di antaranya untuk SSM.

Anak-anak dari jenjang SD, SMP, sampai perguruan tinggi yang menerima SSM jumlahnya pun kami naikkan, yang tadinya enam juta anak, menjadi 14 juta anak, tutur Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di kantor Kemdikbud, Jakarta Selasa (27/03)..

Mendikbud menjelaskan, kuota penerima SSM dinaikkan sampai dua kali lipat lebih karena adanya dampak yang luas atas kenaikan harga BBM. Selama ini, siswa yang diberi subsidi adalah siswa yang benar-benar miskin. Sekarang, dengan adanya pengalihan subsidi yang ditandai dengan kenaikan harga BBM, otomatis siswa yang hampir miskin juga menerima imbasnya. Jadi untuk meng-cover adik-adik yang hampir miskin itu, kami naikkan jumlah penerimanya, tutur mantan Menteri Komunikasi dan Informasi ini.

Untuk mendapatkan 14 juta penerima SSM, kata Menteri Nuh, siswa tidak perlu mengajukan permohonan atau lamaran. Pihak sekolah yang akan mendata para siswa yang layak untuk menerima SSM. Sekolah kemudian berkoordinasi dengan dinas pendidikan daerah setempat. Setelah data diperoleh, baru kami verifikasi, ucap Menteri Nuh.

Untuk SD setiap penerima mendapat Rp360 ribu/anak/tahun. Kemdikbud akan mengusulkan menjadi Rp450 ribu/anak/tahun. Untuk SMP dari Rp550 ribu akan naik menjadi Rp750 ribu/anak/tahun. SMA dan SMK yang tadinya Rp780 ribu akan naik menjadi Rp1 juta/anak/tahun.

Menurut Mendikbud, jauh sebelum ada kompensasi kenaikan BBM Kemdikbud telah mengaji ulang penerima SSM. Subsidi siswa miskin merupakan biaya personal yang melekat pada siswa. Transportasi menjadi kebutuhan yang paling besar. Karena biaya transportasi ada kemungkinan akan naik, dari situlah kami naikkan besarannya, ujar Mendikbud.

Sumber : http://118.98.223.68/kemdikbud/berita/224

Keberhasilan program SM3T

Program ini bertujuan menjangkau akses peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). Banyak daerah yang merasa terbantu dengan adanya program ini seperti di daerah NTT, Papua, Aceh, dan lain- lain.

E. SM3T di NTT, Atasi Kendala Kurangnya Guru

Sumba Timur, NTT - Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) baru berusia dua bulan. Program yang diluncurkan pada 10 Desember 2011 di Jatim Expo Surabaya ini bertujuan menjangkau akses peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). Untuk melihat perkembangan dan permasalahan dalam pelaksanaan Program SM3T ini, dilakukan monitoring ke daerah yang menjadi fokus SM3T. Monitoring pertama dilakukan dengan mengunjungi Kabupaten Sumba Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada 25-27 Januari 2012.

Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten paling responsif terhadap Program SM3T. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sumba Timur, Obed Hilungara, mengungkapkan bahwa kehadiran SM3T memang diharapkan mampu melapisi kekurangan guru yang selama ini menjadi persoalan pendidikan yang paling mendasar di Sumbawa Timur.

Kalau kita lihat dari segi guru per mata pelajaran, kita mengalami kekurangan sekitar 1030 guru. Dan bila dilihat dari kualifikasi akademik guru di sini, baru 35% yang terkualifikasi D3. Sementara D4 atau S1 sisanya masih berpendidikan SPG setara. Jadi memang program SM3T ini sangat membantu kami dalam pemenuhan kebutuhan guru tersebut, ucap Obed.

Kabupaten Sumba Timur sendiri mendapatkan lebih dari 300 guru SM3T yang terdiri dari 241 peserta asal Universitas Negeri Surabaya (Unesa), 60 peserta asal Universitas Negeri Makassar (UNM) dan 37 peserta dari Universitas Negeri Manado (Unima).

Program SM3T merupakan rangkaian dari Pendidikan Profesi Guru (PPG) bagi sarjana pendidikan yang diawali dengan pengabdian dan penempatan di daerah 3T selama satu tahun. Tahun ini SM3T difokuskan pada Provinsi Aceh, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Papua, dan Papua Barat. (AF)

Sumber : http://118.98.223.68/kemdikbud/berita/127

PENJELASAN PER KEMENTERIAN

1.,KEMENTERIAN KEUANGAN

Nama Menteri Keuangan : Agus D.W Martowardjojo

Tugas:

menyelenggarakan urusan di bidang keuangan dan kekayaan negara dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Fungsi:

a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan dan kekayaan negara;

b. Pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Keuangan;

c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan;

d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Keuangan di daerah;

e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan

f. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

2.Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral : Ir. Jero Wacik, SE

Visi KESDM :

Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan Iingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Misi KESDM :

1. Meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral dalam negeri.

2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap energi, mineral dan informasi geologi.

3. Mendorong keekonomian harga energi dan mineral dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat

4. Mendorong peningkatan kemampuan dalam negeri dalam pengelolaan energi, mineral dan kegeologian.

5. Meningkatkan nilai tambah energi dan mineral.

6. Meningkatkan pembinaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan usaha energi dan mineral secara berdaya guna, berhasil guna, berdaya saing, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

7. Meningkatkan kemampuan kelibangan dan kediklatan ESDM

8. Meningkatkan kualitas SDM dan ESDM

9. Melaksanakan good governance

TUGAS

Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.

FUNGSI

1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang energi dan sumber daya mineral;

2. Pelaksanaan urusan emerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral;

3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Departemen;

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas Departemen

5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsi Departemen kepada Presiden.

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Nama Menteri Perindustrian : Ir. Mohammad Suleman Hidayat

VISI

Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalahMembawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Duniayang bercirikan :

1. Industri kelas dunia;

2. PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;

3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.

Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Barusesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:

1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;

2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;

3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;

4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);

5. Jasa industri yang tangguh.

Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes) yaitu :

1. Meningkatnya nilai tambah industri;

2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;

3. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan;

4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;

5. Lengkap dan menguatnya struktur industri;

6. Tersebarnya pembangunan industri;

7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.

Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.

MISI

Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut:

1. Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;

2. Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;

3. Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;

4. Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;

5. Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;

6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;

7. Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:

1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri;

2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;

3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;

4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;

5. Memfasilitasi penguatan struktur industri;

6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;

7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.

KONDISI YANG DIHARAPKAN PADA TAHUN 2010-2014

Kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014 sebagai berikut:

1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis;

2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;

3. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk olahan;

4. Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor;

5. Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri di masa depan;

6. Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua kali lebih cepat daripada industri kecil.

Keluaran jangka menengah yang diharapkan adalah :

1. Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru,

2. Pulihnya industri yang terpuruk akibat krisis,

3. Meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan,

4. Menguatnya struktur industri, seiring dengan tumbuhnya industri penunjang, komponen dan bahan baku industri,

5. Meningkatnya ekspor secara signifikan,

6. Terbangunnya pilar-pilar industri masa depan,

7. Semakin kuatnya keterkaitan antar skala-industri, dan seimbangnya sumbangan nilai tambah antara industri besar dan IKM.

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Nama Menteri Perdagangan : Gita Wirjawan

Visi

Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan

Misi

Dalam rangka mewuj udkan Visi Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan, maka misi Kementerian Perdagangan adalah:

1. Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas.

2. Menguatkan pasar dalam negeri.

3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan j aringan

distribusi nasional.Rencana Strategis 20102014 2010 Kementerian Perdagangan RI

Tujuan

Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan pembangunan perdagangan periode 2010- 2014 yang ingin dicapai yaitu :

1. Peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi perdagangan luar negeri untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara-negara tertentu da meningkatkan kelancaran arus barang ekspor dan impor.

2. Perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri yang berorientasi pada pelayanan publik yang optimal.

3. Peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar global.

4. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional untuk memperj uangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional, bilateral yang penuh tantangan dan kompleksitas.

5. Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri dengan melakukan reformasi birokrasi dan harmonisasi kebij akan perdagangan dalam negeri di pusat dan di daerah.

5. Peningkatan kinerja sektor perdagangan dan ekonomi kreatif melalui fasilitasi promosi dan penciptaan kebij akan perdagangan yang sesuai.

6. Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri sehingga masyarakat terhindar dari produk-produk yang menyebabkan kerugian, membahayakan kesehatan, keamanan dan keselamatan konsumen serta produsen dalam negeri terhindar dari praktek perdagangan tidak sehat.

7. Stabilisasi dan penurunan disparitas harga bahan pokok di Indonesia, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pokok dapat terjaga.

8. .Penciptaan jaringan distribusi yang efisien melalui

penciptaan sarana dan kebij akan distribusi serta layanan logistic yang mendukung dan sinergis

KEMENTERIAN PERTANIAN

Nama Menteri Pertanian : Ir. H. Suswono, MMA

Visi Kementerian Pertanian:Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani.

Misi Kementerian Pertanian:

1. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.

2. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.

3. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.

4. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.

5. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi.

6. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri.

7. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.

8. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional.

9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.

10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional.

KEMENTERIANKEHUTANAN

Nama Menteri Kehutanan : Zulkifli Hasan, SE.,MM

VISI DAN MISI

Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan Untuk mewujudkan visi di atas, maka misi dan tujuan masing-masing misi, ditetapkan sebagai berikut:

1. Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan informasi kehutanan. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepastian kawasan hutan sebagai dasar penyiapan prakondisi pengelolaan sumberdaya hutan secara lestari.

2. Meningkatkan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) untuk memperkuat kesejahteraan rakyat sekitar hutan dan keadilan berusaha. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan optimalisasi pengelolaan hutan produksi.

3. Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. Misi tersebut bertujuan menurunkan gangguan keamanan hutan dan hasil hutan dalam penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.

4. Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS) sehingga dapat meningkatkan optimalisasi fungsi ekologi, ekonomi dan sosial DAS. Misi ini bertujuan meningkatkan kondisi, fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS), sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam, dan dikelola secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Meningkatkan ketersediaan produk teknologi dasar dan terapan serta kompetensi SDM dalam mendukung penyelenggaraan pengurusan hutan secara optimal. Misi ini bertujuan untuk menyediakan informasi ilmiah dalam pengelolaan hutan lestari, baik dalam tatanan perumusan kebijakan maupun kegiatan teknis pengelolaan hutan di lapangan, serta tersedianya SDM kehutanan yang profesional melalui pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan.

6. Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan Kementerian Kehutanan. Tujuan utama misi ini adalah penyediaan perangkat peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan hutan lestari, peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bidang kehutanan dan terlaksananya tertib administrasi pada Kementerian Kehutanan.

LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA DEPARTEMEN KEHUTANAN

A. PERKEMBANGAN KEHUTANAN MENJELANG TAHUN 1983

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967, mengamanatkan bahwa pengurusan hutan pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan manfaat hutan yang sebesar-besarnya secara serbaguna dan lestari baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi kemakmuran masyarakat.

Pengurusan hutan tersebut dilaksanakan melalui berbagai bentuk kegiatan, yang mencakup:1. Pengaturan pemolaan dan penataan kawasan hutan.2. Pengaturan dan penyelenggaraan pengusahaan hutan.3. Pengaturan terhadap perlindungan proses ekologi yang mendukung sistem. penyangga kehidupan serta rehabilitasi hutan, tanah dan air.4. Pengaturan terhadap usaha-usaha terselenggaranya dan terpeliharanya pengawetan sumber daya alam dan lingkungan hidup.5. Penyelenggaraan penyuluhan dan pendidikan di bidang kehutanan.

Agar usaha-usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan pengurusan hutan tersebut secara administratif dan teknis dapat terselenggara dengan baik maka diperlukan adanya wadah atau sarana kelembagaan yang dapat menampung seluruh aktivitas kegiatan di bidang kehutanan.

Pada PELITA I, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu, kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk Direktorat Jenderal, yang secara administratif dan teknis berada di bawah Departemen Pertanian. Melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 168/Kpts-Org/4/1971 ditetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Kehutanan, yang terdiri dari:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Kehutanan. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu administrasi untuk penyelenggaraan bimbingan, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi seluruh kegiatan dan pekerjaan Direktorat Jenderal.

2. Direktorat Perencanaan. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk pembinaan kegiatan pengumpulan dan penganalisis data, perencanaan program, pengukuhan, penataan dan pemanfaatan, inventarisasi serta evaluasi program sub sektor kehutanan.

3. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk pembinaan reboisasi dan penghijauan serta persuteraan alam.

4. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Fungsinya adalah sebagai pembantu teknis untuk pembinaan cagar alam, suaka margasatwa, hutan suaka alam, taman wisata, taman buru dan sebagainya.

5. Direktorat Eksploitasi dan Pengolahan. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk pembinaan dan pengembangan eksploitasi dan pengolahan hasil hutan.

6. Direktorat Pemasaran. Fungsinya adalah sebagai staf pembantu teknis untuk pembinaan dan pengembangan pemasaran hasil hutan.

7. Lembaga Penelitian Hutan. Lembaga ini berfungsi sebagai pelaksana teknis penelitian hutan, tata air, satwa liar, sutera alam, dan pencegahan serta pembasmian hama dan penyakit.

8. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Lembaga ini berfungsi sebagai pelaksana teknis penelitian teknologi (fisik dan kimiawi), pemasaran dan sarana produksi (tenaga dan alat).

Sejalan dengan usaha pemantapan organisasi di lingkungan Departemen Pertanian dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas pada PELITA II, maka pada tahun 1975 susunan organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Kehutanan, mengalami perubahan pula.

Dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 190/Kpts/Org/5/1975, ditetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Kehutanan, yang terdiri dari:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal

2. Direktorat Bina Program Kehutanan

3. Direktorat Bina Produksi Kehutanan

4. Direktorat Bina Sarana Usaha Kehutanan

5. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi

6. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam

Dalam struktur organisasi yang baru itu, Lembaga Penelitian Hutan yang semula adalah unsur pelaksana Direktorat Jenderal Kehutanan, dimasukkan ke dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP). Sedang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan, hubungan masyarakat dan penyuluhan dimasukkan ke dalam Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian (BPLPP).

Sebagai suatu sarana untuk mencapai tujuan, organisasi harus dapat menampung perkembangan tugas dan kegiatan yang terjadi. Oleh karena itu, untuk lebih memantapkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di sub sektor kehutanan dalam PELITA III, dengan Surat Keputusan No. 453/Kpts/Org/6/1980, Menteri Pertanian mengadakan pemantapan kembali Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Kehutanan.

Berdasarkan Keputusan tersebut Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Kehutanan ditetapkan sebagai berikut:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal

2. Direktorat Bina Program Kehutanan

3. Direktorat Bina Produksi Kehutanan

4. Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi

5. Direktorat Tertib Pengusahaan Hutan

6. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian tersebut Direktorat Bina Sarana Usaha Kehutanan diubah menjadi Direktorat Tertib Pengusahaan Hutan. Perubahan ini sesuai dengan perkembangan keadaan pada waktu itu, yang menekankan perlunya usaha-usaha pemantapan dalam bidang pengusahaan hutan.

Disamping perangkat tingkat pusat yang berfungsi sebagai unsur pembantu bidang administrasi dan teknis, terdapat pula unsur pelaksana teknis Direktorat Jenderal Kehutanan yang terdiri dari:

1. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dibentuk berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 429/Kpts/Org/7/1978, sebagai unit pelaksana teknis di bidang perlindungan dan pengawetan alam.

2. Balai Planologi Kehutanan (BPK), dibentuk berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 430/Kpts/Org/7/1978, sebagai unit pelaksana teknis bimbingan dan pengamanan sumber serta modal kehutanan.

Selain unsur-unsur tersebut, pelaksanaan tugas-tugas yang berkaitan dengan bidang kehutanan ditangani juga oleh beberapa instansi kehutanan lainnya yang secara administratif berada di luar Direktorat Jenderal Kehutanan, yaitu:

1. Balai Latihan Kehutanan, dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, yang khusus menangani kegiatan pendidikan dan latihan kehutanan.

2. Balai Penelitian Hutan (BPH) dan Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH), merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yang khusus menangani kegiatan penelitian hutan dan hasil hutan.

3. Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah Tingkat I yang menangani urusan rumah tangga daerah di bidang kehutanan dan tugas-tugas perbantuan dari Direktorat Jenderal Kehutanan.

B. PEMBENTUKAN DEPARTEMEN KEHUTANAN

Pembangunan kehutanan sebagai suatu rangkaian usaha diarahkan dan direncanakan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya hutan secara maksimal dan lestari. Tujuannya adalah untuk memadukan dan menyeimbangkan manfaat hutan dengan fungsi hutan dalam keharmonisan yang dapat berlangsung secara paripurna.

Dalam pelaksanaannya, yang sejalan dengan semakin berkembangnya usaha-usaha lain dalam pembangunan nasional, pembangunan kehutanan menghadapi berbagai masalah/hambatan yang sangat kompleks. Apabila masalah dan hambatan tersebut tidak ditangani secara menyeluruh, tujuan pembangunan kehutanan akan dapat terganggu.

Berbagai masalah yang berupa ancaman, gangguan, dan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan, tidak akan dapat terselesaikan secara tuntas apabila penanganannya tidak bersifat strategis, yaitu melalui penanggulangan secara konsepsional dan paripurna dengan sistem manajemen yang dapat menampung seluruh aktivitas kegiatan kehutanan yang sudah semakin meningkat. Dalam kondisi seperti itu maka perlu adanya suatu bentuk administrasi pemerintahan yang sesuai dan memadai, sebagai sarana yang sangat dibutuhkan bagi terlaksananya keberhasilan pembangunan kehutanan.

Instansi kehutanan yang setingkat Direktorat Jenderal dirasakan tidak mampu mengatasi permasalahan dan perkembangan aktivitas pembangunan kehutanan yang semakin meningkat. Beberapa hambatan yang secara administratif mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kehutanan antara lain:

1. Ruang lingkup direktorat jenderal sudah terlalu sempit, sehingga banyak permasalahan yang seharusnya ditangani dengan wewenang kebijaksanaan seorang menteri kurang mendapat perhatian. Akibatnya, Direktorat Jenderal Kehutanan sering dihadapkan kepada masalah-masalah hierarkhis, seperti misalnya di dalam melakukan kerjasama dengan instansi-instansi lain yang lebih tinggi tingkatannya.

2. Akibat selanjutnya, barangkali terus ke tingkat yang lebih bawah. Direktorat Jenderal Kehutanan terpaksa banyak mendelegasikan wewenang kepada direktorat melebihi dari yang seharusnya. Maka, direktorat terlibat pula pada tugas-tugas lini dan tugas-tugas lintas sektoral/sub sektoral, yang memang banyak terjadi untuk kegiatan kehutanan.

3. Kewenangan yang melekat pada organisasi tingkat direktorat jenderal dirasakan terlalu kecil di dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang bersifat kebijaksanaan, terutama dalam melakukan kerjasama dengan instansi lain yang terkait.

4. Hubungan teknis fungsional antara daerah dan pusat, dilakukan melalui Kantor Wilayah Departemen (Pertanian), yang karena berbedanya sifat kegiatan masing-masing sub sektor, menimbulkan kekurangserasian.

5. Keterbatasan untuk mengembangkan sarana personil terjadi, karena terikat pada jumlah formasi untuk tingkat direktorat jenderal.

6. Di samping itu terjadi pula keterbatasan pada unit organisasi, yang secara fungsional bertindak sebagai unsur pengawas.

7. Keseluruhan hambatan tersebut menyebabkan sering timbulnya masalah-masalah yang bersifat non rutin, yang memerlukan pemecahan secara khusus.

Selain itu, untuk mencapai tujuan pembangunan kehutanan diperlukan suatu pangkal tolak dan orientasi dengan cakrawala yang luas serta menyeluruh tentang hutan dan kehutanan, yang dalam pelaksanaannya mencakup aspek pemanfaatan, konservasi sumber daya alam hutan, dan rehabilitasi lahan.

Dari hal-hal tersebut, maka terbentuknya Departemen Kehutanan pada PELITA IV merupakan konsekuensi logis dari tuntutan keadaan dan perkembangan selama itu, dengan demikian wadah baru setingkat departemen tidak akan mampu menampung permasalahan-permasalahan yang beranekaragam. Hal ini sejalan dengan pidato Presiden pada pembentukan Kabinet Pembangunan IV pada tanggal 16 Maret 1983, sebagai berikut:

Untuk itu dianggap perlu untuk menambah jumlah departemen dengan memecah beberapa departemen yang dinilai ruang lingkup tugasnya perlu memperoleh perhatian yang lebih besar dan harus ditangani lebih intensif dalam PELITA IV nanti.

Sedangkan dalam pemecahan Departemen Pertanian menjadi Departemen Pertanian dan Departemen Kehutanan, Presiden mengatakan:

Pemecahan ini perlu, karena dalam PELITA IV nanti di satu pihak terus berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian seperti pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan, sedangkan di lain pihak kita harus dapat memanfaatkan kekayaan alam kita yang berupa hutan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap dan harus melaksanakan rehabilitasi dan kelestarian hutan.

Terbentuknya Departemen Kehutanan memang sangat tepat, karena hutan dengan multi fungsinya tidak mungkin ditangani secara baik tanpa wadah yang mandiri. Demikian pula ketiga aspek pembangunan kehutanan (perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan) dapat dilaksanakan secara saling menunjang, sehingga tidak dapat dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh berbagai departemen. Melihat pentingnya penanganan ketiga aspek pembangunan kehutanan itu maka eksistensi Departemen Kehutanan memang merupakan suatu kebutuhan yang mendasar sebagai sarana dalam rangka tinggal landas kehutanan.

Untuk dapat menampung tugas dan fungsi pokok tersebut di atas maka sesuai dengan Surat Keputusan Presiden Nomor 15 tahun 1984 Struktur Organisasi Departemen Kehutanan ditetapkan sebagai berikut:

1. Menteri;

2. Sekretariat Jenderal;

3. Inspektorat Jenderal;

4. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan;

5. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan;

6. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam;

7. Badan Inventarisasi dan Tata Guna Hutan;

8. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;

9. Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan;

10. Kantor Wilayah Departemen Kehutanan di Wilayah.

Di samping itu terdapat 12 UPT di lingkungan Departemen Kehutanan dan 24 Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I.

Pembentukan Departemen Kehutanan bukan merupakan restorasi dari Direktorat Jenderal Kehutanan, melainkan merupakan suatu pembangunan institusi kehutanan melalui pengembangan dan pemanfaatan kondisi dan material yang dimiliki. Hal tersebut sekaligus merupakan jawaban atas kondisi dan permasalahan yang dihadapi selama itu, yang antara lain berupa keterbatasan masalah peraturan perundangan, kepemimpinan dan kebijaksanaan, keterbatasan sarana, personil dan lain-lain. Atas dasar kondisi tersebut kemudian ditetapkan kembali tujuan, misi dan tugas pokok serta fungsi Departemen Kehutanan sebagai landasan pelaksanaan pembangunan kehutanan.

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Nama Menteri : EE Magindaan, SIP

Tugas Pokok

Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang perhubungan.

Fungsi

Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang perhubungan;

Pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perhubungan;

Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Departemen Perhubungan;

Pengawasan dan pelaksanaan tugas dibidang perhubungan;

Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsi bidang perhubungan kepada Presiden;

Visi

Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah;

Misi

Mempertahankan tingkat jasa pelayanan sarana dan prasarana perhubungan;

Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang sarana dan prasarana perhubungan;

Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa perhubungan;

Meningkatkan kualitas pelayanan jasa perhubungan yang handal dan memberikan nilai tambah;

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Nama Menteri Kelautan dan Perikanan : Syarif Cicip Sutardjo

VISI, MISI, GRAND STRATEGY DAN SASARAN STRATEGIS KKP

VISI :

Pembangunan Kelautan dan Perikanan : Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015

MISI :

" Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan "

TUJUAN ((GRAND STRATEGY (The Blue Revolution Policies)) :

A. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi.

B. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan.

C. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan.

D. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional.

SASARAN STRATEGIS :

1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi.

Peraturan perundang-undangan di bidang Kelautan dan Perikanan sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah."

Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat.

Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan.

2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan.

Sumber daya Kelautan dan Perikanan dimanfaatkan secara optimal dan berkelnjutan.

Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara berkelanjutan.

Pulau-pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi.

Indonesia bebas Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.

3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan.

Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha yang bankable. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin. Sarana dan Prasarana Kelautan dan Perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.

4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional.

Seluruh desa memiliki Pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan.

Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang kelautan dan perikanan.

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Nama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi :Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, MSi

Visi

"Terwujudnya Te