metode pembelajaran inovatif
DESCRIPTION
pendidikan, metode belajar, inovasi pendidikanTRANSCRIPT
A. METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
Model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
menurut Balanchard (2001) pembelajaran kontekstual merupakan suatu
konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan memotivasi siswamembuat hubungan antara pengetahuan dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan
tenaga kerja.
Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual tersebut, terdapat tiga hal
penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran
di kelas, yakni :
a. Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses ketertiban siswa untuk
menemukan materi, artinya proses belajar berorientasi kepada proses
pengalaman secara langsung, siswa mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran.
b. Pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dngan kehidupan nyata di masyarakat.
c. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar ammpu menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah kedalam kehidupan nyata sehari-hari, artinya siswa
tidak hanya memahami apa yang dipelajarinya, malainkan sampai kepada
aplikasinya dalam kehidupan nyata.
1
Lima konsep dasar yang melandasi model pembelajaran kontekstual yaitu :
1. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan pemindahan pengetahuan dari guru kepada
siswa.
2. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil belajar.
3. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan
masalah, berfikir kritis, dan melaksanakan observasi, serta menarik
kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang.
4. Siswa mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya
menggapainya.
5. Cara belajar terbaik adalah peserta didik mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya,
Penerapan metode kontekstual ini diharapkan siswa mampu mengembangkan,
menerapkan, dan menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan
kehidupan lingkungan sehri-hari. Pembelajaran ditekankan pada upaya membantu
siswa agar mampu mempelajari atau learning how to learn, bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin snformasi diakhir periode pembelajaran.
KOMPONEN CTL
Membuat hubungan yang bermakna (making meaningful connections) antara
sekolah dan konteks kehidupan nyata, sehingga siswa merasakan bahwa
belajar penting untuk masa depannya.
Melakukan pekerjaan yang siginifikan (doing significant work). Pekerjaan
yang memiliki suatu tujuan, memiliki kepedulian terhadap orang lain, ikut
serta dalam menentukan pilihan, dan menghasilkan produk.
Pembelajaran mandiri (self-regulated learning) yang membangun minat
individual siswa untuk bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka
2
mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar dan
konteks kehidupan sehari-hari.
Bekerjasama (collaborating) untuk membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu mereka untuk mengerti bagaimana
berkomunikasi/berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang
ditimbulkannya.
Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking); siswa diwajibkan
untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan,
analisis dan sintesa data, memahami suatu isu/fakta dan pemecahan masalah.
Pendewasaan individu (nurturing individual) dengan mengenalnya,
memberikan perhatian, mempunyai harapan tinggi terhadap siswa dan
memotivasinya.
Pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards) melalui
pengidentifikasian tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment) yang
menantang siswa agar dapat menggunakan informasi akademis baru dan
keterampilannya kedalam situasi nyata untuk tujuan yang signifikan
TEORI YANG MELANDASI CTL
Knowledge-Based Constructivism, menekankan kepada pentingnya siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar.
Effort-Based Learning/Incremental Theory of Intellegence; Bekerja keras
untuk mencapai tujuan belajar akan memotivasi seseorang untuk terlibat
dalam kegiatan yang berkaitan dengan komitmen untuk belajar.
3
Socialization; yang menekankan bahwa belajar merupakan proses sosial yang
menentukan tujuan belajar, oleh karenanya, faktor sosial dan budaya perlu
diperhatikan selama perencanaan pengajaran.
Situated Learning; pengetahuan dan pembelajaran harus dikondisikan dalam
fisik tertentu dan konteks sosial (masyarakat, rumah, dsb) dalam mencapai
tujuan belajar.
Distributed Learning; manusia merupakan bagian terintegrasi dari proses
pembelajaran, oleh karenanya harus berbagi pengetahuan dan tugas-tugas
PENDEKATAN CTL
Problem-Based Learning, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam
rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi
pelajaran.
Authentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang menperkenankan
siswa untuk mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks
kehidupan nyata.
Inquiry-Based Learning; pendekatan pembelajaran yang mengikuti
metodologi sains dan memberi ke-sempatan untuk pembelajaran bermakna.
Project-Based Learning; pendekatan pembelajaran yang memperkenankan
siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya
(pengetahuan dan keterampilan baru), dan mengkulminasikannya dalam
produk nyata.
4
Work-Based Learning; pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan
menggunakannya kembali di tempat kerja.
Service Learning, yaitu pendekatan pembelajar-an yang menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan
kegiatan lainnya.
Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
IMPLEMENTASI CTL
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat
mengimplementasikan pembelajaran dan pengajaran kontekstual guru seharusnya;
Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkem-bangan mental
(developmentally appropriate) siswa.
Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning
groups).
Mempertimbangan keragaman siswa (disversity of students).
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembe-lajaran mandiri (self-
regulated learning) dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran berpikir,
peng-gunaan strategi dan motivasi berkelanjutan).
Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelli-gences) siswa.
5
Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang meningkatkan pembelajaran
siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia
diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru (contructivism).
Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil
mengingat sejumlah fakta).
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan
(quesioning).
Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun
kerjasama antar siswa.
Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.
Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).
PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk
menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
menyelesaikan masalah.
6
Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara
mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan
sekolah (Hymes, 1991).
Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi
(performance) siswa yang ditemui di dalam praktek dunia nyata.
TUJUAN PENILAIAN AUTENTIK
Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks
dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik.
Melalui penilaian autentik ini, diharapkan ber-bagai informasi yang
absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar
diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan.
Keunggulan Metode Kontekstual yaitu:
a. Kegiatan lebih kepada pendidikan buakn pengajaran
b. Sebagai pembentuk manusia
c. Memecahkan masalah
d. Hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur tidak hanya tes saja
B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan
menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.
7
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang
dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini,
siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada
mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok
yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.
Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4) adalah
“hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial”.
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan
pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa
bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan
diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.
Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
8
Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki
tujuan yang sama.
b. Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi
setelahnya.
c. Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama
selama pembelajaran.
d. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Nur (dalam Widyantini,
2006: 4) sebagai berikut:
1) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk secara heterogen.
3) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.
Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan
kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa
dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling
menghargai pendapat teman sekelompoknya.
Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
9
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan
agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling
menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan,
saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun
teman lain.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi
dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4. Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok
belajar.
10
5. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
6. Memberikan penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan
demokratis.
2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh
siswa.
3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-
keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
4. siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar
karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5. siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi
juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi
kesuksesan kelompoknya.
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya
lebih bermakna bagi dirinya.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di
sekolah yaitu:
1. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
11
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat
menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak
mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol
atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk
belajar menjadi sia-sia.
2. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering
berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar
kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan
bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara
ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal
sepele.
3. Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain
percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua
anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota
kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru
dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku
untuk pendalaman.
C. METODE PEMBELAJARAN STAD (Student Achievment Divisions)
Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan” salah satu
pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang
heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan
langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan
dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas
Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya
siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman
12
sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan”
(Arindawati, 2004: 83 - 84).
Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5
orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan
yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model
pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif,
berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta
merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.
Pembelajaran STAD terdiri lima komponen utama, yaitu :
1. Penyajian kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas.
Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan
terbimbing.
2. Kegiatan kelompok
Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling
membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3. Kuis (Quizzes)
Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui
keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil
perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan
keberhasilan kelompok.
4. Skor kemajuan (perkembangan ) individu
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor
siswa yang lalu.
13
5. Penghargaan kelompok
Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor
kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-
masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.
Keuntungan model pembelajaran STAD, yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi.
d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu
dan kebutuhan belajarnya.
e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif
dalam diskusi.
f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang
lain.
Kelemahan model pembelajaran STAD, yaitu:
a. Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan
mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat
yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
b. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota
yang pandai lebih dominan.
14
D. MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada
juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola
cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar
dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar
kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang
secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan
untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab
atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan
dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga
dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok
sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang
dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan
disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:
15
1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik
- topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi
dari permasalahan tersebut.
2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan
yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli
untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.
Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Jigsaw berdasarkan uraian di atas adalah
sebagai berikut :
Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw :
a. Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap
proses belajarnya.
b. Mendorong siswa untuk berfikir kritis
c. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk
menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok
tersebut.
d. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut
untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw ada juga kekurangannya
yaitu:
a. Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding
metode yang lain
b. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap
kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda
16
E. METODE PEMBELAJARAN GI (GROUP INVESTIGATION)
Pengertian Metode Pembelajaran GI
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan
beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik,
democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif.
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong
siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses
kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide
dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah
kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.
Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group
investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam
kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan
investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.
Tujuan Model Pembelajaran GI
Metode Grup Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait:
1. Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu
topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai implikasi yang positif
terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membentu mencapai
tujuan.
2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui
investigasi.
3. Group Investigasi melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam
memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dibekali
17
keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi guru menerapkan model pembelajaran GI dapat mencapai tiga hal, yaitu
dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar untuk bekerjas secara
kooperatif.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran GI
Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran
pada model pemelajaran GI sebagai berikut.
1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan.
3. Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam
kelompoknya.
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau
salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep
dan memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
Tahap-Tahap Model Pembelajaran GI
Pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran di atas tentunya harus
berdasarkan prinsip pengelolaan atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif
model Group Investigation. Dimana di dalam kelas yang menerapakan model GI,
pengajar lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang
18
bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan
kelompok menjadi tiga tahap:
1. Tahap pemecahan masalah,
2. Tahap pengelolaan kelas,
3. Tahap pemaknaan secara perseorangan.
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan,
apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap
pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa
yang saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk
memperoleh informasi itu. Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan
dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang
dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses
tersebut (Thelen dalam Winataputra, 2001: 37).
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran GI
Kelebihan Metode Pembelajaran GI
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu
sebagai berikut:
a. Secara Pribadi dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas memberi
semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif rasa percaya diri dapat lebih
meningkat dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
b. Secara Sosial / Kelompok meningkatkan belajar bekerja sama belajar
berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru belajar berkomunikasi
yang baik secara sistematis belajar menghargai pendapat orang lain meningkatkan
partisipasi dalam membuat suatu keputusan
Kekurangan Metode Pembelajaran GI
a. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
19
b. Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, meodel
pembelajran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa
untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
d. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
F. MODEL PEMBELAJARAN STRUKTURAL
Penelitian tentang Metode Struktural telah dilakukan oleh Hidayat Puput
Saputri (2007). Dalam penelitian. Dalam penelitian berjudul Eksperimentasi
Pembelajaran Kooperatif Melalui Pendekatan Struktural NHT Ditinjau dari
Aktivitas Belajar Siswa ( Penelitian Dilakukan Terhadap Siswa Kelas Semester
I Sumpiuh, kabupaten Banyumas Sub Pokok Bahasan Fungsi). Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa: a) Metode pembelajaran Kooperatif Melalui Pendekatan
Sruktural Numbered Head Together menghasikan prestasi belajar Matematika
yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok
bahasan fungsi. b) Aktivitas belajar siswa untuk kategori tinggi , sedang, rendah
memberikan prestasi belajar matematika yang sama pada sub pokok bahasan
fungsi. c) tidak terdapat antara interaksi antara metode pembelajaran dan
aktivitas siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan
fungsi.
Sejauh ini pendekatan struktural diterapkan untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa. Pendekatan struktural belum diterapkan pada progam pendidikan
matematika dan belum diteliti dalam pendidikan seni rupa terutama mata
pelajaran gambar bentuk dan belum diteliti untuk meningktakan kualitas
pembelajaran menggambar bentuk.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Struktural
20
Langkah memperbaiki model pembelajaran melalui penerapan Model
Pembelajaran Struktural adalah langkah yang tepat, karena memperbaiki model
pembelajaran yang lebih menekankan pada siswa untuk berpikir aktif dan
kreatif maka akan meningkatkan motivasi belajar siswa maka siswa akan
senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran gambar bentuk, efektifnya
waktu pembelajaran, kualitas pembelajaran yang meningkat, sehingga
berdampak pada keaktifan siswa meningkat, kesungguhan siswa dalam
mengikuti pembelajaran (meliputi: dapat mengidentifikasi tahap proses
menggambar bentuk, bahan menggambar bentuk, dan teknik menggambar bentuk)
meningkatkan, dan keterampilan menggambar bentuk meningkat. Kompetensi
yang diharapkan dalam pembelajaran gambar bentuk tercapai, sehingga kualitas
pembelajaran meningkat.
Kelebihan Model Pembelajaran Struktural
Kelebihan belajar kooperatif dengan metode struktural antara lain:
a. Meningkatkan prestasi siswa.
b. Memperdalam pemahaman siswa.
c. Menyenangkan siswa dalam belajar.
d. Mengembangkan sikap positif siswa.
e. Mengembangkan siswa kepemimpinan siswa.
f. Mengembangkan rasa percaya diri siswa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki.
h. Mengembangkan ketrampilan untuk masa depan
G. MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM (TANDUR)
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, Rayakan
Pembelajaran Kuantum adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala
nuansanya. Metode kuantum juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan
perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Metode ini berfokus pada hubungan
21
dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka
untuk belajar.
Untuk mempermudah proses pembelajaran, dalam konteks guru dituntut harus
mampu mengubah:
1. Suasana yang memberdayakan untuk kegiatan PBM
2. Landasan yang kukuh untuk kegiatan PBM
3. Lingkungan yang mendukung PBM
4. Rencangan pembelajaran yang dinamis
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kuantum
Prinsip-prinsip pembelajaran kuantum menurut Deporter (2005:7) adalah sebagai
berikut :
1. Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan
hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi didalam pengubahan mempunyai tujuan
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita dikembangkan pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan
menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi
ketika siswa mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa
yang mereka pelajari
4. Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan.
Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan
22
Peryaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi
emosi positif dengan belajar.
Model pembelajaran TANDUR
Model pembelajaran TANDUR adalah suatu rancangan model yang diharapkan dapat
sepenuhnya membuat siswa tertarik dan berminat pada pelajaran, memberikan
pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran nyata
bagi mereka (DePorter, 2005:4). TANDUR sendiri merupakan akronim yang menjadi
bagian atau fase-fase pembelajaran, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Adapaun akronim tersebut memiliki tujuan
yang menjadi pedoman bagi para pendidik dan mempermudah untuk dilaksanakan.
Maksud dari akronim-akronim tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tumbuhkan (Enroll)
Tumbuh kanminat, pada awal pembelajaran guru harus berusaha menumbuhkan
minat siswa untuk belajar. Siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran
bagi dirinya atau bagi kehidupannya. Pada tahap ini guru dapat menyampaikan
tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, salah satunya dengan mengajukan
pertanyaan awal kepada siswa.
2. Alami (Experience)
Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika
siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang akan diajarkan. Hal
tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuka pengetahuannya
menjadi lebih dalam serta membuat hubungan-hubungan, menambah makna
relevan dengan isi materi. Sera pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional,
menciptakan peluang untuk pemberian makna, dan pengalaman membangun
keingintahuan siswa.
Keduanya melengkapi satu sama lain dan efektifitasnya dapat ditingkatkan
dengan berbagai metode.
23
3. Namai (Label)
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan. Setelah
minat dan perhatian telah tumbuh, maka pada saat itulah guru memberikan
informasi atau konsep yang diinginkan yang isinya disebut dengan langkah
penamaan. Penaman ini merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat,
dsb. Pada tahap ini guru diharapkan melakukan berbagai teknik yang dapat
merangsang memori siswa sehingga apa yang disajikan lengket dalam pikiran
mereka diantaranya dengan menggunakan berbagai gambar, grafik, warna,
peragaan, analogi, dan berbagai istilah-istilah menarik seperti mengingat nama
atau berbagai perjanjian sehingga kelihatan menarik bagi siswa.
4. Demonstrasikan (Demonstrate)
Tahap ini adalah fase dimana guru dan siswa diminta memperlihatkan ke seluruh
anggota kelas bagaimana suatu proses seharusnya terjadi dengan benar. Proses
dimaksud dapat berupa: membuat proses kerja, proses mengerjakan dan proses
menggunakan secara tepat dan benar, sehingga konsep yang telah mereka ketahui
pada langkah sebelumnya dapat dipahami dan dipraktikkan secara nyata.
5. Ulangi (Review)
Langkah selanjutnya pengulangan pengetahuan yang telah diperoleh dari tahap-
tahap sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan penguatan terhadap konsep
yang telah siswa dapatkan pada tahap sebelumnya. Ulangi berarti bahwa proses
pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan
menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa.
6. Rayakan (Celebrate)
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan ketrampilan dan ilmu
pengetahuan. Langkah terakhir model ini adalah penguatan secara psikologis.
Ketika sebuah program telah dilaksanakan dan tujuan tercapai dengan baik. Maka
24
amat layak jika hal itu dihargai dan dirayakan. Dengan kata lain perayaan berarti
pemberian umpan balik yangpositif pada siswa atas keberhasilannya, baik berupa
pujian, pemberian hadiah, atau bentuk lainnya. Gagne, 1977 (Wena, 2009:66)
menyatakan bahwa umpan balik sangat penting artinya bagi proses penguatan
terhadap prestasi yang telah dicapai oleh siswa. Hal ini berarti bahwa perayaan
akan dapat memeperkuat proses belajar selanjutnya. Bentuk penghargaan itu
dapat bervariasi, namun pada intinya diharapkan agar siswa merasa bahwa apa-
apa yang telah mereka lakukan begitu berarti dan tidak sia-sia sehingga
menimbulkan minat dan semangat baru ketika mereka harus mengikuti materi
selanjutnya.
H. MODEL PEMBELAJARAN PBL (Problem Based Learning)
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan untuk pertama kali oleh
Howard Barrows pada awal tahun 70-an dalam pembelajaran Ilmu Pendidikan
Medis di Southern Illionis University School (Barrows, 1980).
Menurut Dewwey ( dalam Sudjana 2001 :
19 ) pembelajaran berbasis masalah adalah
interaksi antara stimulus dengan respons,
merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberi masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah, sedangkan system
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pengertian Model pembelajaran PBL
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar.
25
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam
tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world) (Major, Claire.H dan
Palmer, Betsy, 2001).
2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang
menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini
digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud (Duch J.B, 1995).
3) Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang merangsang
siswa aktif untuk memecahkan permasalahan dalam situasi nyata (Evan Glazer,
2001).
Dari beberapa uraian mengenai pengertian pembelajaran berbasis
masalah, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBM)
merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata
(real world) untuk memulai pembelajaran.
Tahapan-Tahapan Model PBM
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Orientasi siswa terhadap
masalah
Menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
logistik yg dibutuhkan
Memotivasi siswa untuk terlibat
aktif dalam pemecahan masalah
yang dipilih
26
Fase 2
Mengorganisasikan siswa
Membantu siswa mendefinisikan
dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan
masalah tersebut
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
model dan berbagi tugas dengan
teman
Fase 5
Menganalisa dan
mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
dipelajari /meminta kelompok
presentasi hasil kerja
Ciri-Ciri Model Pembelajaran PBL
Secara umum, model pembelajaran PBL ini mempunyai ciri yang sama, yaitu:
27
1. Kelompok kecil
Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 3-6 orang mahasiswa. Anggota kelompok sebaiknya heterogen
dalam hal gender, kemampuan akademik dan kepribadian. Anggota kelompok
mendapat kesempatan yang sama untuk berbagi peran. Dalam setiap diskusi
kelompok, harus ada pimpinan diskusi yang ditunjuk secara bergantian.
2. Self directed learning
Mahasiswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menentukan isu
pembelajaran berdasarkan analisis masalah pada soal pemicu. Kemudian mereka
mengidentifikasi pengetahuan yang perlu diketahui, yang sudah diketahui dan yang
perlu dicari. Setelah itu mahasiswa menentukan sumber pembelajaran serta cara
mencarinya. Terakhir, mereka menentukan tugas pembelajaran masing-masing
anggota kelompok dan belajar secara mandiri.
3. Interdependent learning
Pada proses belajar, mahasiswa berbagi pengetahuan dengan temannya dalam
kelompok. Kemudian mereka mengintegrasikan dan menghubungkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah. Pada
proses ini, tanggungjawab pembelajarn menjadi tanggung jawab bersama.
4. Self assess
Sistem penilaian mandiri ini membantu mahasiswa untuk memantau
kemajuan belajar. Penilaian harus dipahami sebagai kecakapan yang penting dalam
proses pembelajaran. Terdapat 5 komponen yang penting dalam penilaian; yaitu:
1. Apa yang dinilai
2. Tujuan yang jelas
28
3. Criteria yang terukur
4. Waktu dan sumber daya yang memadai
5. Bukti pencapaian tujuan pembelajaran
Seluruh penilaian ini sejatinya akan menjadi bahan refleksi tentang seluruh
proses pembelajaran.
5. Kelas floating facilitator
Dalam hal ini dosen berperan sebagai fasilitator, coach, dan model yang
memberdayakan mahasiswa untuk memonitor dan menjaga diskusi kelompok yang
efektif.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE BASED LEARNING
Kelebihan Model pembelajaran PBL yaitu:
Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat
Menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Karena
pemecahan masalah dilakukan
oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada memecahkan masalah secara
perseorangan
Meningkatkan kemungkinan siswa berpikir kritis
Dapat mengembangkan rasa kepemimpinan
Siswa dapat belajar memehami siswa lain karena pendapat setiap siswa selalu
berbeda
Dapat saling membantu dalam memecahkan masalah
Meningkatkan keakraban antar siswa
Membuat siswa lebih aktif
Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari
29
Menimbulkan ide-ide baru
Kekurangan Model Pembelajaran PBL
Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau
membuat kesepakatan . Sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan
Seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi dan
menyebabkan orang yang tidak
berminat hanya sebagai penonton
Kadangkala, terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang
dipecahkan, bahkan mungkin
pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
Seingkali anggota kelompok mencoba mendominasi pembicaraan, sedangkan
anggota lainnya mungkin segan
untuk ikut berpartisipasi.
Model pembelajaran Based Learning biasa dilakukan secara berkelompok
membuat siswa yang malas semakin malas
Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini
menuntut siswa yang lebih aktif
30