metode pembelajaran inovatif

45
A. METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) Model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. menurut Balanchard (2001) pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswamembuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja. Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual tersebut, terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, yakni : a. Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses ketertiban siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar berorientasi kepada proses pengalaman 1

Upload: phoetry-kusumawardhani

Post on 23-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pendidikan, metode belajar, inovasi pendidikan

TRANSCRIPT

A. METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

Model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

menurut Balanchard (2001) pembelajaran kontekstual merupakan suatu

konsepsi yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia

nyata dan memotivasi siswamembuat hubungan antara pengetahuan dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan

tenaga kerja.

Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual tersebut, terdapat tiga hal

penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran

di kelas, yakni :

a. Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses ketertiban siswa untuk

menemukan materi, artinya proses belajar berorientasi kepada proses

pengalaman secara langsung, siswa mencari dan menemukan sendiri materi

pelajaran.

b. Pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa menemukan hubungan

antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa

dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah

dngan kehidupan nyata di masyarakat.

c. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa agar ammpu menerapkan apa

yang dipelajari di sekolah kedalam kehidupan nyata sehari-hari, artinya siswa

tidak hanya memahami apa yang dipelajarinya, malainkan sampai kepada

aplikasinya dalam kehidupan nyata.

1

Lima konsep dasar yang melandasi model pembelajaran kontekstual yaitu :

1. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami, bukan pemindahan pengetahuan dari guru kepada

siswa.

2. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil belajar.

3. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan

masalah, berfikir kritis, dan melaksanakan observasi, serta menarik

kesimpulan dalam kehidupan jangka panjang.

4. Siswa mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya

menggapainya.

5. Cara belajar terbaik adalah peserta didik mengkonstruksi sendiri secara aktif

pemahamannya,

Penerapan metode kontekstual ini diharapkan siswa mampu mengembangkan,

menerapkan, dan menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan

kehidupan lingkungan sehri-hari. Pembelajaran ditekankan pada upaya membantu

siswa agar mampu mempelajari atau learning how to learn, bukan ditekankan pada

diperolehnya sebanyak mungkin snformasi diakhir periode pembelajaran.

KOMPONEN CTL

Membuat hubungan yang bermakna (making meaningful connections) antara

sekolah dan konteks kehidupan nyata, sehingga siswa merasakan bahwa

belajar penting untuk masa depannya.

Melakukan pekerjaan yang siginifikan (doing significant work). Pekerjaan

yang memiliki suatu tujuan, memiliki kepedulian terhadap orang lain, ikut

serta dalam menentukan pilihan, dan menghasilkan produk.

Pembelajaran mandiri (self-regulated learning) yang membangun minat

individual siswa untuk bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka

2

mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar dan

konteks kehidupan sehari-hari.

Bekerjasama (collaborating) untuk membantu siswa bekerja secara efektif

dalam kelompok, membantu mereka untuk mengerti bagaimana

berkomunikasi/berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang

ditimbulkannya.

Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking); siswa diwajibkan

untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan,

analisis dan sintesa data, memahami suatu isu/fakta dan pemecahan masalah.

Pendewasaan individu (nurturing individual) dengan mengenalnya,

memberikan perhatian, mempunyai harapan tinggi terhadap siswa dan

memotivasinya.

Pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards) melalui

pengidentifikasian tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.

Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment) yang

menantang siswa agar dapat menggunakan informasi akademis baru dan

keterampilannya kedalam situasi nyata untuk tujuan yang signifikan

TEORI YANG MELANDASI CTL

Knowledge-Based Constructivism, menekankan kepada pentingnya siswa

membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses

belajar mengajar.

Effort-Based Learning/Incremental Theory of Intellegence; Bekerja keras

untuk mencapai tujuan belajar akan memotivasi seseorang untuk terlibat

dalam kegiatan yang berkaitan dengan komitmen untuk belajar.

3

Socialization; yang menekankan bahwa belajar merupakan proses sosial yang

menentukan tujuan belajar, oleh karenanya, faktor sosial dan budaya perlu

diperhatikan selama perencanaan pengajaran.

Situated Learning; pengetahuan dan pembelajaran harus dikondisikan dalam

fisik tertentu dan konteks sosial (masyarakat, rumah, dsb) dalam mencapai

tujuan belajar.

Distributed Learning; manusia merupakan bagian terintegrasi dari proses

pembelajaran, oleh karenanya harus berbagi pengetahuan dan tugas-tugas

PENDEKATAN CTL

Problem-Based Learning, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk

belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam

rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi

pelajaran.

Authentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang menperkenankan

siswa untuk mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan

keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks

kehidupan nyata.

Inquiry-Based Learning; pendekatan pembelajaran yang mengikuti

metodologi sains dan memberi ke-sempatan untuk pembelajaran bermakna.

Project-Based Learning; pendekatan pembelajaran yang memperkenankan

siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya

(pengetahuan dan keterampilan baru), dan mengkulminasikannya dalam

produk nyata.

4

Work-Based Learning; pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa

menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan

menggunakannya kembali di tempat kerja.

Service Learning, yaitu pendekatan pembelajar-an yang menyajikan suatu

penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat melalui proyek/tugas terstruktur dan

kegiatan lainnya.

Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan

kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

IMPLEMENTASI CTL

Sesuai dengan faktor kebutuhan individual siswa, maka untuk dapat

mengimplementasikan pembelajaran dan pengajaran kontekstual guru seharusnya;

Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkem-bangan mental

(developmentally appropriate) siswa.

Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning

groups).

Mempertimbangan keragaman siswa (disversity of students).

Menyediakan lingkungan yang mendukung pembe-lajaran mandiri (self-

regulated learning) dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran berpikir,

peng-gunaan strategi dan motivasi berkelanjutan).

Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelli-gences) siswa.

5

Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang meningkatkan pembelajaran

siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat

tinggi.

Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia

diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkontruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan baru (contructivism).

Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil

mengingat sejumlah fakta).

Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan

(quesioning).

Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun

kerjasama antar siswa.

Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk

memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.

Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.

Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

PENILAIAN AUTENTIK

Penilaian autentik adalah suatu istilah/terminologi yang diciptakan untuk

menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat

mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan

menyelesaikan masalah.

6

Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara

mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan

sekolah (Hymes, 1991).

Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi

(performance) siswa yang ditemui di dalam praktek dunia nyata.

TUJUAN PENILAIAN AUTENTIK

Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks

dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan

pengetahuan dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik.

Melalui penilaian autentik ini, diharapkan ber-bagai informasi yang

absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar

diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan.

Keunggulan Metode Kontekstual yaitu:

a. Kegiatan lebih kepada pendidikan buakn pengajaran

b. Sebagai pembentuk manusia

c. Memecahkan masalah

d. Hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur tidak hanya tes saja

B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan

menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan

keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.

7

Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang

dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini,

siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada

mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok

yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif. 

Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4) adalah

“hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial”.

Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan

pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan

prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa

bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan

diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan

keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.

Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan

partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

8

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran

kooperatif sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan

dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki

tujuan yang sama.

b. Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi

setelahnya.

c. Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama

selama pembelajaran.

d. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Nur (dalam Widyantini,

2006: 4) sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kelompok dibentuk secara heterogen.

3) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.

Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan

kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa

dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling

menghargai pendapat teman sekelompoknya.

Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

9

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,

baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan

kesetaraan jender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing

individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan

agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling

menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan,

saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun

teman lain.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi

dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

2. Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

4. Membimbing kelompok belajar.

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok

belajar.

10

5. Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

6. Memberikan penghargaan.

Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model

pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap,

dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan

demokratis. 

2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh

siswa. 

3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-

keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. 

4. siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar

karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 

5. siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi

juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi

kesuksesan kelompoknya. 

6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami

pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya

lebih bermakna bagi dirinya.

 Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok 

Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di

sekolah yaitu:

1. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip

11

Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat

menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak

mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol

atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk

belajar menjadi sia-sia.

2. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok

Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering

berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar

kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan

bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara

ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal

sepele.

3. Bisa terjadi kesalahan kelompok

Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain

percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua

anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota

kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru

dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku

untuk pendalaman.

C. METODE PEMBELAJARAN STAD (Student Achievment Divisions)

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan” salah satu

pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang

heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan

langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan

dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas

Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya

siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman

12

sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan”

(Arindawati, 2004: 83 - 84). 

Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5

orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan

yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model

pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif,

berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta

merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

Pembelajaran STAD terdiri lima komponen utama, yaitu :

1. Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas.

Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan

terbimbing.

2. Kegiatan kelompok

Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling

membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan

menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3. Kuis (Quizzes)

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui

keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil

perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan

keberhasilan kelompok.

4. Skor kemajuan (perkembangan ) individu

Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi

berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor

siswa yang lalu.

13

5. Penghargaan kelompok

Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing

kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor

kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-

masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

Keuntungan model pembelajaran STAD, yaitu:

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan

bertanya dan membahas suatu masalah.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan

penyelidikan mengenai suatu masalah.

c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan

berdiskusi.

d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu

dan kebutuhan belajarnya.

e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif

dalam diskusi.

f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang

lain.

Kelemahan model pembelajaran STAD, yaitu:

a. Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan

mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat

yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

b. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

c. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota

yang pandai lebih dominan.

14

D. MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw

Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada

juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn

potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola

cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar

dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar

kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk

kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran

kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang

secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan

untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab

atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan

dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Menurut Rusman (2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga

dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada

permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok

sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang

dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan

disampaikan pada anggota kelompoknya.

Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:

15

1. Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memeperoleh topik

- topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi

dari permasalahan tersebut.

2. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik permasalahan

yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli

untuk membicaran topik permasalahan tersebut.

3. Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan

menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

4. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi.

Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Jigsaw berdasarkan uraian di atas adalah

sebagai berikut :

Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw :

a. Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap

proses belajarnya.

b. Mendorong siswa untuk berfikir kritis

c. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk

menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok

tersebut.

d. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut

untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw ada juga kekurangannya

yaitu:

a. Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding

metode yang lain

b. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap

kelompok  membutuhkan penanganan yang berbeda

16

E. METODE PEMBELAJARAN GI (GROUP INVESTIGATION)

Pengertian Metode Pembelajaran GI

Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran

kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan

beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik,

democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif.

Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong

siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide

dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah

kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group

investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam

kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan

investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.

Tujuan Model Pembelajaran GI

Metode Grup Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait:

1. Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu

topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai implikasi yang positif

terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membentu mencapai

tujuan. 

2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui

investigasi.

3. Group Investigasi melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam

memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dibekali

17

keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat.

Jadi guru menerapkan model pembelajaran GI dapat mencapai tiga hal, yaitu

dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar untuk bekerjas secara

kooperatif.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran GI

Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran

pada model pemelajaran GI sebagai  berikut.

1. Guru  membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.

2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus

dikerjakan.

3. Guru  memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil  materi tugas secara

kooperatif dalam kelompoknya.

4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara  kooperatif dalam

kelompoknya.

5. Setelah selesai, masing-masing  kelompok yang diwakili ketua kelompok  atau

salah  satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.

6. Kelompok lain  dapat memberikan tanggapan  terhadap hasil pembahasannya.

7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila  terjadi kesalahan  konsep

dan memberikan kesimpulan.

8. Evaluasi.

Tahap-Tahap Model Pembelajaran GI

Pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran di atas tentunya harus

berdasarkan prinsip pengelolaan atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif

model Group Investigation. Dimana di dalam kelas yang menerapakan model GI,

pengajar lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang

18

bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan

kelompok menjadi tiga tahap:

1. Tahap pemecahan masalah,

2. Tahap pengelolaan kelas,

3. Tahap pemaknaan secara perseorangan. 

Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan,

apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap

pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa

yang saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk

memperoleh informasi itu. Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan

dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang

dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses

tersebut (Thelen dalam Winataputra, 2001: 37). 

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran GI

Kelebihan Metode Pembelajaran GI

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu

sebagai berikut:

a. Secara Pribadi dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas memberi

semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif rasa percaya diri dapat lebih

meningkat dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah

b. Secara Sosial / Kelompok meningkatkan belajar bekerja sama belajar

berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru belajar berkomunikasi

yang baik secara sistematis belajar menghargai pendapat orang lain meningkatkan

partisipasi dalam membuat suatu keputusan

Kekurangan Metode Pembelajaran GI

a. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan

19

b. Sulitnya memberikan penilaian secara personal

c. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, meodel

pembelajran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa

untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri

d. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif

F. MODEL PEMBELAJARAN STRUKTURAL

Penelitian tentang Metode Struktural telah dilakukan oleh Hidayat Puput

Saputri (2007). Dalam penelitian. Dalam penelitian berjudul Eksperimentasi

Pembelajaran Kooperatif Melalui Pendekatan Struktural NHT Ditinjau dari

Aktivitas Belajar Siswa ( Penelitian Dilakukan Terhadap Siswa Kelas Semester

I Sumpiuh, kabupaten Banyumas Sub Pokok Bahasan Fungsi). Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa: a) Metode pembelajaran Kooperatif Melalui Pendekatan

Sruktural Numbered Head Together menghasikan prestasi belajar Matematika

yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok

bahasan fungsi. b) Aktivitas belajar siswa untuk kategori tinggi , sedang, rendah

memberikan prestasi belajar matematika yang sama pada sub pokok bahasan

fungsi. c) tidak terdapat antara interaksi antara metode pembelajaran dan

aktivitas siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan

fungsi.

Sejauh ini pendekatan struktural diterapkan untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa. Pendekatan struktural belum diterapkan pada progam pendidikan

matematika dan belum diteliti dalam pendidikan seni rupa terutama mata

pelajaran gambar bentuk dan belum diteliti untuk meningktakan kualitas

pembelajaran menggambar bentuk.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Struktural

20

Langkah memperbaiki model pembelajaran melalui penerapan Model

Pembelajaran Struktural adalah langkah yang tepat, karena memperbaiki model

pembelajaran yang lebih menekankan pada siswa untuk berpikir aktif dan

kreatif maka akan meningkatkan motivasi belajar siswa maka siswa akan

senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran gambar bentuk, efektifnya

waktu pembelajaran, kualitas pembelajaran yang meningkat, sehingga

berdampak pada keaktifan siswa meningkat, kesungguhan siswa dalam

mengikuti pembelajaran (meliputi: dapat mengidentifikasi tahap proses

menggambar bentuk, bahan menggambar bentuk, dan teknik menggambar bentuk)

meningkatkan, dan keterampilan menggambar bentuk meningkat. Kompetensi

yang diharapkan dalam pembelajaran gambar bentuk tercapai, sehingga kualitas

pembelajaran meningkat.

Kelebihan Model Pembelajaran Struktural

Kelebihan belajar kooperatif dengan metode struktural antara lain:

a. Meningkatkan prestasi siswa.

b. Memperdalam pemahaman siswa.

c. Menyenangkan siswa dalam belajar.

d. Mengembangkan sikap positif siswa.

e. Mengembangkan siswa kepemimpinan siswa.

f. Mengembangkan rasa percaya diri siswa.

g. Mengembangkan rasa saling memiliki.

h. Mengembangkan ketrampilan untuk masa depan

G. MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM (TANDUR)

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, Rayakan

Pembelajaran Kuantum adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala

nuansanya. Metode kuantum juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan

perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Metode ini berfokus pada hubungan

21

dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka

untuk belajar.

Untuk mempermudah proses pembelajaran, dalam konteks guru dituntut harus

mampu mengubah:

1. Suasana yang memberdayakan untuk kegiatan PBM

2. Landasan yang kukuh untuk kegiatan PBM

3. Lingkungan yang mendukung PBM

4. Rencangan pembelajaran yang dinamis

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kuantum

Prinsip-prinsip pembelajaran kuantum menurut Deporter (2005:7) adalah sebagai

berikut :

1. Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan

hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi didalam pengubahan mempunyai tujuan

3. Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita dikembangkan pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan

menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi

ketika siswa mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa

yang mereka pelajari

4. Akui setiap usaha

Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan.

Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas

kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

5. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan

22

Peryaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi

emosi positif dengan belajar.

Model pembelajaran TANDUR

Model pembelajaran TANDUR adalah suatu rancangan model yang diharapkan dapat

sepenuhnya membuat siswa tertarik dan berminat pada pelajaran, memberikan

pengalaman yang langsung kepada siswa dan berusaha menjadikan isi pelajaran nyata

bagi mereka (DePorter, 2005:4). TANDUR sendiri merupakan akronim yang menjadi

bagian atau fase-fase pembelajaran, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Adapaun akronim tersebut memiliki tujuan

yang menjadi pedoman bagi para pendidik dan mempermudah untuk dilaksanakan.

Maksud dari akronim-akronim tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhkan (Enroll)

Tumbuh kanminat, pada awal pembelajaran guru harus berusaha menumbuhkan

minat siswa untuk belajar. Siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran

bagi dirinya atau bagi kehidupannya. Pada tahap ini guru dapat menyampaikan

tujuan dari pembelajaran yang dilakukan, salah satunya dengan mengajukan

pertanyaan awal kepada siswa.

2. Alami (Experience)

Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika

siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang akan diajarkan. Hal

tersebut memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuka pengetahuannya

menjadi lebih dalam serta membuat hubungan-hubungan, menambah makna

relevan dengan isi materi. Sera pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional,

menciptakan peluang untuk pemberian makna, dan pengalaman membangun

keingintahuan siswa.

Keduanya melengkapi satu sama lain dan efektifitasnya dapat ditingkatkan

dengan berbagai metode.

23

3. Namai (Label)

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan. Setelah

minat dan perhatian telah tumbuh, maka pada saat itulah guru memberikan

informasi atau konsep yang diinginkan yang isinya disebut dengan langkah

penamaan. Penaman ini merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat,

dsb. Pada tahap ini guru diharapkan melakukan berbagai teknik yang dapat

merangsang memori siswa sehingga apa yang disajikan lengket dalam pikiran

mereka diantaranya dengan menggunakan berbagai gambar, grafik, warna,

peragaan, analogi, dan berbagai istilah-istilah menarik seperti mengingat nama

atau berbagai perjanjian sehingga kelihatan menarik bagi siswa.

4. Demonstrasikan (Demonstrate)

Tahap ini adalah fase dimana guru dan siswa diminta memperlihatkan ke seluruh

anggota kelas bagaimana suatu proses seharusnya terjadi dengan benar. Proses

dimaksud dapat berupa: membuat proses kerja, proses mengerjakan dan proses

menggunakan secara tepat dan benar, sehingga konsep yang telah mereka ketahui

pada langkah sebelumnya dapat dipahami dan dipraktikkan secara nyata.

5. Ulangi (Review)

Langkah selanjutnya pengulangan pengetahuan yang telah diperoleh dari tahap-

tahap sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan penguatan terhadap konsep

yang telah siswa dapatkan pada tahap sebelumnya. Ulangi berarti bahwa proses

pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan

menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa.

6. Rayakan (Celebrate)

Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan ketrampilan dan ilmu

pengetahuan. Langkah terakhir model ini adalah penguatan secara psikologis.

Ketika sebuah program telah dilaksanakan dan tujuan tercapai dengan baik. Maka

24

amat layak jika hal itu dihargai dan dirayakan. Dengan kata lain perayaan berarti

pemberian umpan balik yangpositif pada siswa atas keberhasilannya, baik berupa

pujian, pemberian hadiah, atau bentuk lainnya. Gagne, 1977 (Wena, 2009:66)

menyatakan bahwa umpan balik sangat penting artinya bagi proses penguatan

terhadap prestasi yang telah dicapai oleh siswa. Hal ini berarti bahwa perayaan

akan dapat memeperkuat proses belajar selanjutnya. Bentuk penghargaan itu

dapat bervariasi, namun pada intinya diharapkan agar siswa merasa bahwa apa-

apa yang telah mereka lakukan begitu berarti dan tidak sia-sia sehingga

menimbulkan minat dan semangat baru ketika mereka harus mengikuti materi

selanjutnya.

H. MODEL PEMBELAJARAN PBL (Problem Based Learning)

Model  Pembelajaran  Berbasis  Masalah  dikembangkan  untuk  pertama kali  oleh 

Howard  Barrows  pada  awal  tahun  70-an  dalam  pembelajaran  Ilmu Pendidikan 

Medis  di  Southern  Illionis  University  School  (Barrows, 1980). 

Menurut  Dewwey  (  dalam  Sudjana  2001  : 

19  )  pembelajaran berbasis  masalah  adalah 

interaksi  antara  stimulus  dengan  respons, 

merupakan hubungan  antara  dua  arah 

belajar  dan  lingkungan.  Lingkungan 

memberi masukan  kepada  siswa  berupa 

bantuan  dan  masalah,  sedangkan  system 

saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga  yang dihadapi

dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Pengertian Model pembelajaran PBL

1) Pembelajaran  berbasis  masalah  merupakan  sebuah  pendekatan pembelajaran

yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar.

25

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam

tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world) (Major, Claire.H dan

Palmer, Betsy, 2001).

2) Pembelajaran  berbasis  masalah  merupakan  suatu  metode  pembelajaran yang 

menantang  siswa  untuk  “belajar  bagaimana  belajar”,  bekerja  secara

berkelompok  untuk  mencari  solusi dari  permasalahan  dunia  nyata. Masalah  ini 

digunakan  untuk  mengikat  siswa  pada  rasa  ingin  tahu  pada pembelajaran yang

dimaksud (Duch J.B, 1995).

3) Pembelajaran  berbasis  masalah  adalah  strategi  pembelajaran  yang merangsang 

siswa  aktif  untuk  memecahkan  permasalahan  dalam  situasi nyata (Evan Glazer,

2001).

Dari  beberapa  uraian  mengenai  pengertian  pembelajaran  berbasis

masalah,  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran  berbasis  masalah  (PBM)

merupakan  pembelajaran  yang  menghadapkan  siswa  pada  masalah  dunia nyata 

(real  world)  untuk  memulai  pembelajaran.

Tahapan-Tahapan Model PBM

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1

Orientasi siswa terhadap

masalah

 

Menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

logistik yg dibutuhkan

Memotivasi siswa untuk terlibat

aktif dalam pemecahan masalah

yang dipilih

26

Fase 2

Mengorganisasikan siswa

Membantu siswa mendefinisikan

dan

mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan  dengan

masalah tersebut

Fase 3

Membimbing penyelidikan

individu dan kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah

Fase 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

karya yang sesuai seperti laporan,

model dan berbagi tugas dengan

teman

Fase 5

Menganalisa dan

mengevaluasi

proses pemecahan masalah

 Mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah

dipelajari /meminta kelompok

presentasi hasil kerja

Ciri-Ciri Model Pembelajaran PBL

Secara umum, model pembelajaran PBL ini mempunyai ciri yang sama, yaitu:

27

1. Kelompok kecil

Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dimana masing-masing

kelompok terdiri dari 3-6 orang mahasiswa. Anggota kelompok sebaiknya heterogen

dalam hal gender, kemampuan akademik dan kepribadian. Anggota kelompok

mendapat kesempatan yang sama untuk berbagi peran. Dalam setiap diskusi

kelompok, harus ada pimpinan diskusi yang ditunjuk secara bergantian.

2. Self directed learning

Mahasiswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menentukan isu

pembelajaran berdasarkan analisis masalah pada soal pemicu. Kemudian mereka

mengidentifikasi pengetahuan yang perlu diketahui, yang sudah diketahui dan yang

perlu dicari. Setelah itu mahasiswa menentukan sumber pembelajaran serta cara

mencarinya. Terakhir, mereka menentukan tugas pembelajaran masing-masing

anggota kelompok dan belajar secara mandiri.

3. Interdependent learning

Pada proses belajar, mahasiswa berbagi pengetahuan dengan temannya dalam

kelompok. Kemudian mereka mengintegrasikan dan menghubungkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk menyelesaikan masalah. Pada

proses ini, tanggungjawab pembelajarn menjadi tanggung jawab bersama.

4. Self assess

Sistem penilaian mandiri ini membantu mahasiswa untuk memantau

kemajuan belajar. Penilaian harus dipahami sebagai kecakapan yang penting dalam

proses pembelajaran. Terdapat 5 komponen yang penting dalam penilaian; yaitu:

1. Apa yang dinilai

2. Tujuan yang jelas

28

3. Criteria yang terukur

4. Waktu dan sumber daya yang memadai

5. Bukti pencapaian tujuan pembelajaran

Seluruh penilaian ini sejatinya akan menjadi bahan refleksi tentang seluruh

proses pembelajaran.

5. Kelas floating facilitator

Dalam hal ini dosen berperan sebagai fasilitator, coach, dan model yang

memberdayakan mahasiswa untuk memonitor dan menjaga diskusi kelompok yang

efektif.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE BASED LEARNING

Kelebihan Model pembelajaran PBL yaitu:

Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat

Menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Karena

pemecahan masalah dilakukan

oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada memecahkan masalah secara

perseorangan

Meningkatkan kemungkinan siswa berpikir kritis

Dapat mengembangkan rasa kepemimpinan

Siswa dapat belajar memehami siswa lain karena pendapat setiap siswa selalu

berbeda

Dapat saling membantu dalam memecahkan masalah

Meningkatkan keakraban antar siswa

Membuat siswa lebih aktif

Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari

29

Menimbulkan ide-ide baru

Kekurangan Model Pembelajaran PBL

Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau

membuat kesepakatan . Sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan

Seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi dan

menyebabkan orang yang tidak

berminat hanya sebagai penonton

Kadangkala, terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang

dipecahkan, bahkan mungkin

pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.

Seingkali anggota kelompok mencoba mendominasi pembicaraan, sedangkan

anggota lainnya mungkin segan

untuk ikut berpartisipasi.

Model pembelajaran Based Learning biasa dilakukan secara berkelompok

membuat siswa yang malas semakin malas

Siswa merasa guru tidak pernah menjelaskan karena model pembelajaran ini

menuntut siswa yang lebih aktif

30