ferdidermawan.files.wordpress.com · web viewbab iv hasil dan pembahasan hasil penelitian kegiatan...
TRANSCRIPT
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
Penelitian ini di awalai dengan kegiatan observasi awal dan wawancara
dengan guru bidang studi matematika SD Negeri 13 Poasiapada tanggal 12 April
2015.dari hasil observasi awal dan wawancara tersebut khususnya kelas V-B SD
Negeri 13 Poasia, masalah yang dirasakan oleh guru adalah kurangnya peran dan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas, hal ini dikarenakan siswa yang tidak
memiliki keberanian untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran meskipun
guru sudah melibatkan siswa namun siswa tetap pasif. Pada saat terjadi proses
pembelajaran situasi kelas gaduh dan masih ada siswa yang sering keluar masuk
ruangan sehinggamenurut gurunya diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa serta keaktifan siswa dalam belajar
khususnya mata pelajaran matematika.
Sementara hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika
menunjukan bahwa hasil belajar matematika siswa keas V-B, masih relatif rendah.
Berdasarkan hasil diskusi selanjutnya antara peneliti dan guru matematika dengan
memperhatikan masalah yang dihadapi guru tersebut, maka peneliti dan guru
sepakat untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan
minat dan motivasi siswa serta keaktifan siswa untuk meningkatkan hasil
belajarnya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
24
dalam mengajarkan matematika pada materi pecahan di kelas V-B SD Negeri 13
Poasia.
Pada hari selasa tanggal 14 April 2015 diadakan tes awal untuk untuk
mengetahui kemampuan siswa terhadap materi pecahan yang akan diajarkan, nilai
tes awal tersebut digunakan sebagai acuan untuk membentuk kelompok pada
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan untuk melihat besarnya
peningkatan prestasi belajar siswa setelah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD diterapkan. Soal-soal tes awal berupa materi prasyarat atau materi yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini juga bertujuan untuk
menggali pengetahuan dan pengalaman belajar siswa yang telah diperoleh yang
ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan. Soal-soal tes awal tersebut
dapat dilihat pada lampiran 12. Pemberian tes awal ini dilakukian secara tertulis
selama 2 jam pelajaran dan diikuti oleh 31 siswa kelas V-B SD Negeri 13 Poasia.
Berdasarkan hasil tes awal yang dilakukan ketuntasan siswa secara klasikal
terhadap konsep dasar materi pelajaran yyang akan diajarkan hanya 18,52% atau
sebanyak 5 orang siswa memperoleh nilai ≥ 60 dari jumlah siswa 31 dengan nilai
rata-rata 43,3. Ini memberikan gambaran bahwa penguasaan siswa terhadap
konsep dasar materi yang akan diteiti masih rendah dan secara klasikal belum
memenuhi standar yang ditetapkan sekolah yaitu 80% dari seluruh siswa harus
memperoleh nilai ≥ 60. Hasil tes awal ini menjadi patokan bagi guru dan
penelitiuntuk mulai melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan.
25
2. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Hal pertama yang dilakukan adalah peneliti bersama guru
membentuk/menyusun kelompok siswa berdasarkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berdasarkan hasil tes awal yang diberikan. Siswa yang
memperoleh nilai yang rendah dikelompokkan dengan siswa yang memperoleh
nilai yang tinggi, agar siswa yang memperoleh nilai rendah merasa lebih percaya
diri dan dihargai oleh temannya. Daftar kelompok dapat dilihat pada lampiran 3.
Setelah kelompok terbentuk, maka peneliti melakukan konsultasi dengan guru
mata pelajaran untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
(1) Membuat RPP untuk tindakan siklus I. RPP ini dibuat berdasarkan silabus
yang dijadikan acuan penelitian (Lampiran 1). RPP yang dibuat untuk siklus I
terdiri dari 2 pertemuan pada materi “pecahan”, dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada siklus I memiliki indikator : (1) menyelesaikan
operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan, (2) menyelesaikan operasi
pengurangan berbagai bentuk pecahan. Berdasarkan langkah-lngkah yang ada
dalam RPP kemudian disusun skenario pembelajaran untuk setiap pertemuan.
(2) Membuat lembar observasi terhadap siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung, dengan aspek yang diobservasi adalah hal-hal
yang didasarkan pada langkah-langkah yang ada dalam RPP.
26
(3) Menyiapkan LKS sebagai pendukung pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
(4) Merancang alat evaluasi untuk te indakan siklus I
(5) Menyiappkan jurna refleksi diri untuk tindakan siklus I
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan yaitu pada hari selasa tanggal
14 April 2015 dan hari sabtu pada tanggal 18 Apri 2015 dengan pertemuan
pertama berlangsung selama 3 x 35 menit dan pertemuan kedua berlangsung
selama 3 x 35 menit. Subyek penelitian adalah kelas V-B SD Negeri 13 Poasia
semester 2 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 16 siswa laki-laki dan 15
siswa perempuan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru mata pelajaran kelas V-B SD
Negeri 13 Poasia, sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat (observer).
Pelaksanaan tindakan siklus I terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari selasa, 14 April 2015 dengan indikator pencapaian
menentukan operasi penjumlahan berbagai bentuk pecahan, dengan alokasi waktu
2 jam pelajaran. Untuk pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan RPP yang telah
disiapkan sebelumnya sebagai mana tercantum pada lampiran 5.
Pada pertemuan pertama kegiatan belajar mengajar diawali dengan
mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa satu persatu berdasarkan
urutan absen, kemudian guru langsung menyampaikan materi yang akan
dipelajari. Guru menghubungkan materi prasyarat dengan materi pelajaran yang
27
akan diajarkan namun guru tidak memberikan motivasi kepada siswa tetapi
langsung menyampaikan tujuan pembelajaran tanpa menyampaikan model
pembelajaran yang akan digunakan. Guru mengawali kegiatan ini dengan
menyajikan informasi mengenai materi pecahan,khusunya pengertian pecahan dan
menyelesaikan operasi pecahan berbagai bentuk. Setelah siswa paham guru
melanjutkan materi dengan indicator yang kedua, akan tetapi terlebih dahulu guru
memberikan penyampaian kepada siswa agar tidak membuat kelas menjadi gaduh
dan agar mereka memperhatikan penjelasan guru karena akan ditunjuk menjawab
pertanyaan selesai guru menjelaskan.
Setelah menyajikan informasi guru kemudian melanjutkan dengan
membagi kelompok. Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok seperti
kelompok sebelumnya, tiap kelompok dengan kemampuan anak yang heterogen,
pada tahap ini guru tidak lagi mengalami kesulitan malah sebelum mereka di
instruksikan untuk bentuk kelompok semula mereka sudah langsung membentuk
sesuai dengan kelompok sebelumnya. Setelah guru menjelaskan materi, guru
membagikan LKS 1.1 ke masing-masing kelompok kemudian guru menyuruh
siswa untuk mengerjakan LKS 1,1 yang telah dibagikan dengan berdiskusi.
Selama diskusi berlangsung, guru memantau kerja dan keaktifan siswa daalam
kelompok serat mmengarahkan / membantu kelompok yang mengalami kesulitan.
Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dan ada beberapa siswa yang tampil untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok meskipun masih ada yang malu-malu
28
untuk tampil presentasi. Setelah presentasi maka diberikan kesempatan kelompok
lain untuk menanggapi jawaban yang ada dan disini kemudian guru mengarahkan
siswa kejawaban yang benar. Penghargaan kelompo diberikan kepada keompok
yang presentasinya terbaik dan tercepat dengan meminta siswa untuk memberikan
tepukan yang meriah dan ada pula yang menggunakan kata bagus.
Guru tidak membimbng siswa ntuk menyimpulkan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Tetapi guru langsung memberikan soal tugas (PR) untuk siswa
sebanyak 5 nomor yang ada dibuku paket. Guru selanjutnya langsung menutup
pertemuan. Seperti sebelumnya, setelah pertemuan guru bersama peneliti
selanjutnya mendiskusikan lagi beberapa kekurangan/kelemahan yang ada untuk
diperbaiki pada pertemuan berikutnya.
c. Observasi dan Evaluasi
1) Observasi
Pada setiap pertemuan peneliti selaku pengamat (observer ) mengamati
proses pembelajaran sejak pertemuan pertama sampai pertemuan kedua dengan
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini meliputi lembar observasi
pembelajaran terhadap guru dan terhadap siswa. Untuk setiap aspek yang diamati
berdasarkan RPP yang telah dibuat dan ditunjukkan untuk guru matematika dan
siswa kelas V-B SD Negeri 13 Poasia. Aspek-aspek yang diobservasi selama
proses pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung adalah : minat dan
kemampuan siswa mengikuti proses pembelajaran, sikap siswa yang dapat
dipercaya, menghargai guru, tanggung jawab sosial maupun individu, kemampuan
29
siswa untuk bertanya, mengajukan pendapat serta berdiskusi dalam kelompok.
Selain itu cara guru mengajar dan menyajikan materi serta langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk lebih
jelasnya lembar observasi terhadap guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran.
Hasil observasi pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pertemuan 1
Berdasarkan hasl observasi pada pertemuan I menunjukan skor rata-rata
pengamatan pembelajaran kooperatif guru sebesar 60 % sedangkan skor rata-rata
hasil observasi siswa sebesar 52,94%. Hal ini menunjukan bahwa dari segi proses
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dimana indikator keberhasilan
sudah mencukupi. Untuk rekapitulasi ketuntasan proses pelaksanaan skenario
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Hasil observasi guru menunjukan hal-
hal sebagai berikut:
1) Guru tidak memotivasi siswa, tetapi langsung memberikan apresepsi sehingga
hanya sebagian siswa saja yang antusias mengikuti pelajaran
2) Guru tidak menyampaikan model pembelajaran yang digunakan
3) Guru kurang optimal mengawasi siswa saat bwkwrja kelompok
4) Guru tidak memberikan kesimpulan akhir atas semua pertanyaan yang muncul
saat diskusi
5) Guru tidak memberikan penghargaan untuk kelompok yang memperoleh hasil
terbaik
30
6) Tidak maksimalnya guru dalam memanfaatkan waktu sehingga ada beberapa
poin yang tidak terlaksana
Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut :
1) Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru
2) Masih ada siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru
3) Sebagian besar siswa sudah bisa menyelesaikan soal yang diberikan
4) Siswa masih malu-malu untuk mengajukan pertanyaan pada guru jika ada
masalahnya
b. Pertemuan 2
Berdasarkan hasl observasi pada pertemuan I menunjukan skor rata-rata
pengamatan pembelajaran kooperatif guru sebesar 70 % sedangkan skor rata-rata
hasil observasi siswa sebesar 64,71%. Hal ini menunjukan bahwa dari segi proses
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dimana indikator keberhasilan
sudah mencukupi. Untuk rekapitulasi ketuntasan proses pelaksanaan skenario
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Hasil observasi guru menunjukan hal-
hal sebagai berikut:
1) Guru belum memberikan motivasi pada siswa pada awal pembelajaran
2) Guru suda maksimal mengawasi kegiatan siswa diskusi dalam kelompok
3) Guru sudah optimal memanfaatkan waktu dengan baik
4) Guru belum menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan
Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut :
1) Masih ada siswa yang yang tidak memperhatikan penjelasan guru
31
2) Masih ada siswa yang bercerita saat guru menjelaskan
3) Siswa sudah aktif dalam mengerjakan soal yang ada pada LKS
4) Siswa sudah lebih aktif dan berani mempresentasikan hasil pekerjaannya
didepan kelas
2) Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebanyak 2 pertemuan, maka
pertemuan ketiga penelitian dilanjutkan dengan memberikan evaluasi kepada
siswa berupa tes tindakan siklus I pada hari sabtu tanggal 18 April 2015. Soal-soal
evaluasi ini bersumber dari materi pertemuan 1 dan pertemuan 2 yang telah
dipelajari siswa yang merupakan penjabaran dari kompetens dasar 5.2 yaitu “
menyelesaikan penjumlahan dan perkalian berbagai bentuk pecahan”. Tes ini
bertujuan untuk melihat sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai siswa setelah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan dan untuk melihat seberapa
besar sumbangan skor yang diberikan oleh masing-masing anggoa kelompok
kepada elompoknya. Besarnya sumbangan skor yang diberikan akan menentukan
suatu kelompok termaksud dalam 3 kategori yaitu, kelompok super, kelompok
hebat, kelompok baik. Soal tes siklus II dapat dilihat pada lampran.
Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukan penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran menagalami peningkatan dari tes awal. Pada tes awal, siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 hanya sebanyak 5 siswa atau sebesar 18,52% dengan nilai
rata-rata 43,33. Sedangkan pada tes hasil tindakan siklus I siswa yang
32
memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 16 siswa atau sebesar 59,26% dengan rata-rata
60,74. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan sebesar 40,74% atau sebanyak 6 siswa dari tes awal.
Berdasarkan hasil tes tindakan siklus I nilai peningkatan siswa diperoleh
dari menentukan nilasi dasar (awal) yang diambil dari hasil tes awal tiap anggota
kelompok yang kemudian ditentukan berapa poin nilai peningkatannya. Dari nilai
peningkatan tersebut masing-masing kelompok diberikan penghargaan yaitu
terdapat 3 kelompok yang termaksud dalam kriteria kelompok super dengan nilai
rata-rata 28 untuk kelompok 2, dengan nilai rata-rata 27,5, dan dengan nilai rata-
rata 25 untuk kelompok 4. Dan 3 kelompok yang termaksud dalam kriteria
kelompok hebat yaitu kelompok 1 dengan nilai rata-rata 24, kelompok 5 dengan
nilai rata-rata 22,5, dan kelompok 3 dengan nilai rata-rata 20 untuk. Daftar skor
perkembangan kelompok siswa dapat diliht pada lampira.
d. Refleksi
Pada tindakan siklus I terlihat bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif masih belum sempurna. Pada tahap ini, peneliti bersama guru secara
kolaboratif menilai dan mendiskusikan kelemahan dan kekurangan yang terdapat
pada pelaksanaan tindakan siklus I untuk selanjutnya akan diperbaiki pada
tindakan siklus II. Penerapan model pembelajaran koopeatif merupakan hal yang
baru bagi siswa. Berdasarkan hasil observasi peneliti menilai siswa belum dapat
memahami betul tujuan pembelajaran secara kooperatif yang mengutamakan
kebersamaan dalam kerja kelompok, keterbukaan, komunikasi, kemauan dalam
33
membantu teman, kemauan berperan serta untuk lebih aktif kedalam kelompok.
Di samping itu siswa juga belum belajar saling menghargai dalam hidup
berdampingan satu sama lain, sehingga kebersamaan kurang terjalin dengan baik
dan pada akhirnya kegiatan masih didominasi oleh siswa tertentu saja terutama
hanya siswa yang gemar mata pelajaran matematika. Siswa masih kurang
bersemangat dalam mengikuti pelajaran akibatnya, kurang motivasi dalam diri
siswa. Pemantauan guru kurang efektif terhadap kegiatan kelompok sehingga
kadang-kadang kelompok yang lebih membutuhkan bimbingan merasa kurang
diperhatikan. Dengan melihat kelemahan-kelemahan yang ada serta hasil belajar
matematika siswa pada tindakan siklus I yang belum memenuhi tujuan
pembelajaran dalam penelitian ini, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan
siklus II.
3. Tindakan siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada siklus I, maka
peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan
dan kekurangan selama siklus I akan diperbaiki pada siklus II sehingga
diharapkan pelaksanaan model pembelajaran kooperatf tipe STAD dapat lebih
sempurna. Hal-hal yang perlu dilaksanakan pada siklus II adalah :
1) Guru harus memotivasi siswa agar siswa antusias dan bersemangat dalam
mengikuti pelajaran
34
2) Guru harus menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan
3) Guru harus lebih optimal memanfaatkan waktu, agar semua tahapan skenario
dapat terlaksana dengan baik
4) Guru harus lebih maksimal mengawasi jalannya setiap tahapan dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar tahapan tersebut dapat terlaksana
sesuai skenario yang telah ditetapkan.
Pada tahapan perencanaan ini kegiatan yang dilakukan adalah hal-hal
sebagai berikut :
1) Peneliti membuat RPP untuk tindakan siklus II. RPP ini dibuat berdasarkan
silabus yang dijadikan acuan penelitian . RPP yang dibuat untuk siklus II
terdiri dari 2 pertemuan pada materi “pecahan”, dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada siklus II memiliki indikator : (1) menyelesaikan
operasi perkalian berbagai bentuk pecahan, (2) menyelesaikan operasi
pembagian berbagai bentuk pecahan. Berdasarkan langkah-lngkah yang ada
dalam RPP kemudian disusun skenario pembelajaran untuk setiap pertemuan.
2) Membuat lembar observasi terhadap siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung, dengan aspek yang diobservasi adalah hal-hal
yang didasarkan pada langkah-langkah yang ada dalam RPP.
3) Menyiapkan LKS sebagai pendukung pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
4) Merancang alat evaluasi untuk te indakan siklus II
35
5) Menyiappkan jurnal refleksi diri untuk tindakan siklus II
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilaksanakan setelah siklus I selesai. Dari hasil siklus I diketahui
bahwa guru belum dapat mengelola pembelajran dengan baik sehingga peneliti
melaukan siklus II. Siklus II dilakukkan 2 kali pertemuan yaitu pada hari selasa
tanggal 21 April 2015 dan hari sabtu 25 April 2015 dengan pertemuan pertama
berlangsung selama 3x35 menit dan peremuan kedua 3x35 menit. Subyek
penelitian kelas V-B Sd Negeri 13 Poasia semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 31 siswa dengan 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Pelaksanaan tindakan kelas II ini juga dilaksanakan oleh guru mata
pelajaran matematika kelas V-B SD Negeri 13 Poasia, sedangkan peneliti menjadi
pengamat (observer). Pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai RPP yang telah
dipersiapkan sebelumnya sebagaimana tercantum pada lampiran 5.
Pada pertemuan pertama disiklus II ini guru melakukan kegiatan
pendahuluan diawali dengan guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
siswa, kemudian guru menyampaikan materi ajar, tujuan pembelajaran dilanjutkan
dengan melakukan apresepsi setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa
untuk lebih memperhatikan penjelasan yang diberikan akan tetapi tidak
menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan.
Guru melakukan kegiatan ini dengan menjelaskan melalui contoh cara
mengubah masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk perkalian
pecahan yang dilanjutkan dengan cara menyelesaikan model matematika yang
36
berkaian dengan pecahan. Setelah selesai menjelaskan guru meminta siswa untuk
menanyakah hal-hal yang belum mereka pahami ada beberapa siswa yang berani
bertanya. Tetapi masih saja ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasanguru
dengan sibuk cerita dengan temannya. Oleh karena itu guru memberikan hukuman
dengan cara mengerjakan soal yang diberikan guru.
Guru membagi kelompok menjadi 6 kelompok seperti kelompok
sebelumnya, tiap kelompok dengan kemampuan anak yang heterogen, pada tahap
ini guru tidak lagi mengalami kesulitan malah sebelum mereka di instruksikan
untuk bentuk kelompok semula mereka sudah langsung membentuk sesuai dengan
kelompok sebelumnya. Setelah guru menjelaskan materi, guru membagikan LKS
2.1 ke masing-masing kelompok kemudian guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan LKS 2,1 yang telah dibagikan dengan berdiskusi. Selama diskusi
berlangsung, guru memantau kerja dan keaktifan siswa daalam kelompok serat
mmengarahkan / membantu kelompok yang mengalami kesulitan.
Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dan ada beberapa siswa yang tampil untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok meskipun masih ada yang malu-malu
untuk tampil presentasi. Setelah presentasi maka diberikan kesempatan kelompok
lain untuk menanggapi jawaban yang ada dan disini kemudian guru mengarahkan
siswa kejawaban yang benar. Penghargaan kelompo diberikan kepada keompok
yang presentasinya terbaik dan tercepat dengan meminta siswa untuk memberikan
tepukan yang meriah dan ada pula yang menggunakan kata bagus.
37
Guru tidak membimbng siswa ntuk menyimpulkan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Tetapi guru langsung memberikan soal tugas (PR) untuk siswa
sebanyak 5 nomor yang ada dibuku paket. Guru selanjutnya langsung menutup
pertemuan. Seperti sebelumnya, setelah pertemuan guru bersama peneliti
selanjutnya mendiskusikan lagi beberapa kekurangan/kelemahan yang ada untuk
diperbaiki pada pertemuan berikutnya.
c. Observasi dan Evaluasi
1) Observasi
Pada setiap pertemuan peneliti selaku pengamat (observer ) mengamati
proses pembelajaran sejak pertemuan pertama sampai pertemuan kedua dengan
menggunakan lembar observasi.; lembar observasi ini meliputi lembar observasi
pembelajaran terhadap guru dan terhadap siswa. Untuk setiap aspek yang diamati
berdasarkan RPP yang telah dibuat dan ditunjukkan untuk guru matematika dan
siswa kelas V-B SD Negeri 13 Poasia. Aspek-aspek yang diobservasi selama
proses pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung adalah : minat dan
kemampuan siswa mengikuti proses pembelajaran, sikap siswa yang dapat
dipercaya, menghargai guru, tanggung jawab sosial maupun individu, kemampuan
siswa untuk bertanya, mengajukan pendapat serta berdiskusi dalam kelompok.
Selain itu cara guru mengajar dan menyajikan materi serta langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk lebih
jelasnya lembar observasi terhadap guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran.
Hasil observasi pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
38
a. Pertemuan 1
Berdasarkan hasl observasi pada pertemuan I menunjukan skor rata-rata
pengamatan pembelajaran kooperatif guru sebesar 85 % sedangkan skor rata-rata
hasil observasi siswa sebesar 88, 24%. Hal ini menunjukan bahwa dari segi proses
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dimana indikator keberhasilan
sudah mencukupi. Untuk rekapitulasi ketuntasan proses pelaksanaan skenario
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Hasil observasi guru menunjukan hal-
hal sebagai berikut:
7) Guru tidak menanyakan kembali dan membahas PR yang dianggap sulit oleh
siswa
8) Guru tidak menyampaikan model pembelajaran yang digunakan
9) Guru tidak memberikan kesimpulan akhir atas semua pertanyaan yang muncul
saat diskusi
Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut :
5) Siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru
6) Masih ada siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru
7) Sebagian besar siswa sudah bisa menyelesaikan soal yang diberikan
8) Siswa masih malu-malu untuk mengajukan pertanyaan pada guru jika ada
masalahnya
b. Pertemuan 2
Berdasarkan hasl observasi pada pertemuan II menunjukan skor rata-rata
pengamatan pembelajaran kooperatif guru sebesar 90 % sedangkan skor rata-rata
39
hasil observasi siswa sebesar 93,75%. Hal ini menunjukan bahwa dari segi proses
kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dimana indikator keberhasilan
sudah mencukupi. Untuk rekapitulasi ketuntasan proses pelaksanaan skenario
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Hasil observasi guru menunjukan hal-
hal sebagai berikut:
5) Guru sudah memberikan motivasi pada siswa pada awal pembelajaran
6) Guru suda maksimal mengawasi kegiatan siswa diskusi dalam kelompok
7) Guru sudah optimal memanfaatkan waktu dengan baik
Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut :
5) Masih ada siswa yang yang tidak memperhatikan penjelasan guru
6) Siswa sudah aktif dalam mengerjakan soal yang ada pada LKS
7) Siswa sudah lebih aktif dan berani mempresentasikan hasil pekerjaannya
didepan kelas
d. Evaluasi
Sama seerti siklus I sebelumnya, evaluasi dilakukan setelah dilakukan
kegiatan belajar mengajar denga model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebanyak 2 pertemuan, maka pertemuan ketiga penelitian dilanjutkan dengan
memberikan evaluasi kepada siswa berupa tes tindakas siklus II pada hari selasa
tanggal 21 April 2015. Soal-soal evaluasi ini bersumber dari materi pertemuan 1
dan pertemuan 2 yang telah dipelajari siswa yang merupakan penjabaran dari
kompetens dasar 5.3 yaitu “ menyelesaikan perkalian dan pembagian berbagai
bentuk pecahan”. Tes ini bertujuan untuk melihat sejauh mana materi pelajaran
40
telah dikuasai siswa setelah model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan
dan untuk melihat seberapa besar sumbangan skor yang diberikan oleh masing-
masing anggoa kelompok kepada elompoknya. Besarnya sumbangan skor yang
diberikan akan menentukan suatu kelompok termaksud dalam 3 kategori yaitu,
kelompok super, kelompok hebat, kelompok baik. Soal tes siklus II dapat dilihat
pada lampran.
Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukan enguasaan siswa terhadap
materi pelajaran menagalami peningkatan dari tes tindakan siklus I. Pada tes
tindakan siklus II, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 hanya sebanyak 16 siswa
atau sebesar 59,26% dengan nilai rata-rata60,74. Seangkamn pada tes hasil
tindakan siklus II siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 22 siswa atau
sebesar 81,48% dengan rata-rata 67,59.dari hasil ini dapat dilihat bahwa hasil
belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 22,22% atau sebanyak 6 siswa dari
tes tindakan siklus I.
Berdasarkan hasil tes tindakan siklus II nilai peningkatan siswa diperoleh
dari menentukan nilasi dasar (awal) yang diambil dari hasil tes tindakan siklus I
tiap anggota kelompok yang kemudian ditentukan berapa poin nilai
peningkatannya. Dari nilai penngkatan tersebut masing-masing kelompok
diberikan penghargaan yaitu terdapat satu kelompok yang termaksud dalam
kriteria kelompok super dengan nilai rata-rata 26 untuk kelompok 3, dan 4
kelompok dwngan kriteria sebagai kelompok hebat yaitu kelompok 1 dengan nilai
rata-rata 24, kelompok 4 dengan nilai rata-rata 22,5, kelompok 5 dengan nilai
41
rata-rata 20, dan kelompok 6 dengan nilai rata-rata 20. Sedangkan ada satu
kelompok yang mendapat kriteria sebagai kelompok baik yaitu kelompok 2
dengan nilai rata-rata 15.
e. Refleksi
Kegiatan refleksi pada tindakan siklus II menunjukan hasil yang cukup
memuaskan. Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukan bahwa proses
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif sudah cukup sempurna, walaupun
masih ada beberapa siswa yang belum mampu menyampaikan pendapatnya ketika
ditanya oleh guru, tetapi siswa tersebut sudah aktif dalam kelompok dan adanya
kekompakan pada saat berdiskusi. Ini berarti siswa sudah mempunyai semangat
dan motivasi belajar yang cukup baik.
Dari hasil evaluasi atau tes tindakan siklus II terlihat bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas V-B Sd Negeri 13 Poasia mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan siklus I. Ketuntasan belajar matematika siswa secara
klasikal pada siklus I sebesar 59,26% sedangkan pada siklus II mencapai 81,48%.
Bertitik tolak dari hasil yang diperoleh pada tindakan siklus II, berarti hasil
belajar matematika siswa mengalami peningkatan. Maka penelitian dihentikan
pada siklus II sehingga indikator keberhasilan dalam peneitian ini telah tercapai.
Dengan demikian, tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V-B SD Negeri 13 Posia pada pokok bahasan pecahan
melalu model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah terpenuhi.
42
B. Pembahasan
penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus
terdiri dari 2 kali pertemuan yang diselesaikan dengan model penelitian tindakan
kelas. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian. Pembeljaran
dalam penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena
model pembelajaran yang paling sederhana dan baik untuk guru yang baru
memulai untuk menggunakan pendekatan kooperatif dalam kleas, STAD juga
merupakan model pembelajaran yang efektif. Letak kesederhanaannya adalah
membagi kelompok yang anggotanya 4 – 5 orang yang heterogen yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan berasal dari berbagai suku, kemampuan (tinggi, sedang,
dan rendah). Oleh sebab itu tipe ini dipilih untuk diterapkan dalam pengajaran
pokok bahasan pecahan. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
siswa didorong lebih aktif belajar, bertanya, dan menjawab serta memberikan
kesempatan siswa untuk menentukan, dan dapat menyelesaikan soal-soal pecahan.
Model pembelajaran ini dianggap sangat cocok untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran dikelas V-B SD Negeri 13 Poasia khususnya pada materi pecahan
yang sebelumnya siswa hanya diam dan tidak aktif dalam pembelajaran.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, siswa dilatih untuk
berpikir kritis, aktif dalam memecahkan masalahnya yang ada secara kelompok
untuk didiskusikan, tipe STAD ini juga melatih siswa untuk saling menghargai
pendapat sesama demi mendapatkan kesepakatan yang baik. Kemudian siswa
43
untuk selanjutnya mempresentasikan hasil kerja kelompok itu di depan kelas.
STAD ini memberikian banyak waktu bagi siswa untuk berpikir, menjawab dan
saling membantu sama lain.
Sebelum dilaksanakan tindakan siklus I, terlebih dahulu siswa kelas V-B
SD Negeri 13 Poasia diberi tes awal dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang hasilnya kemudian digunakan sebagai
patokan dalam pembentukan kelompok siswa dalam model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang akan digunakan. Hasil tes awal menunjukan bahwa
penguasaan materi masih sangat rendah, hal ini bisa dilihat dari rendahnya
ketuntasan secara klasikal yang hanya mencapai 18,52% dengan rata-rata 43,33
dengan jumlah siswa yang tuntas 5 oran dan dan yang tidak tuntas 26 orang.
Pada penelitian ini guru mengajar diawali dengan melakukan kegiatan
pendahuluan kemudian masuk di kegiatan inti yaitu dengan menyajikan materi
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, setelah siswa benar-benar
sudah memahami materi yang telah diajarkan kemudian guru mengarahkan siswa
untuk membentuk kelompok.
Pembentukan kelompok dalam penelitian ini didasarkan pada model
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jumlah siswa sebanyak 31 orang
kemudia dibagi dalam 6 kelompok dengan rincian 5 kelompok terdiri dari 5 orang
dan 1 kelompok terdiri dari 6 orang, dimana masing-masing kelompok dibentuk
berdasarkan latar belakang sosial, suku, ras dan jenis kelamin yang berbeda serta
kemampuan yang berbeda berdasarkan hasil tes awal yang diberikan.
44
Pengelompokkan ini berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada saat diberikan
tes awal, dimana siswa yang mempunyai nilai yang tinggi dikelompokkan dengan
siswa yang mempunyai nilai yang rendah, agar siswa yang nilainya rendah
tersebut merasa dihargai oleh siswa yang nilainya tinggi. Selain itu siswa yang
mempunyai nilai yang paling tinggi tidak dikelompokkan dengan siswa yang
mempunyai nilai yang paling rendah, hal ini untuk menghindari siswa yang tinggi
nilainya tersebut tidak mau berdiskusi dengan siswa yang rendah nilainya ataupu
sebaliknya. Siswa yang rendah nilainya merasa malu untuk bertanya pada teman
kelompoknya itu. Pengelompokkan ini juga didasarkan pada tingkat kognitif
siswa berdasarkan penilaian guruyang mengajar dikelas itu, dengan melihat
aktifitas siswa selama proses pembelajaran selama ini.
Setelah pembentukan kelompok selesai guru membagikan LKS kepada
masing-masing kelompok dan kemudian menyuruh siswa untuk mengerjakan soal
yang ada di dalam LKS dengan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Jika
dalam satu kelompk tidak ada yang dimengerti maka dapat bertanya kepada guru.
Presentasi kerja kelompok di depan kelas dilakukan setelah siswa selesai
mengerjakan LKS yang telah dibagikan ke masing-masing kelompok. Presentasi
ini bertujuan agar siswa mampu untuk maju di depan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Penghargaan kelompok pada penelitian ini dilakukan denga dua cara yaitu
penghargaan kelompok setiap akhir pertemuan dan penghargaan kelompok setiap
akhir siklus. Penghargaan pertama diberikan ketika siswa swlwsai
45
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas berupa acungan jempol
atau dengan kata-kata bagus atau dua-duanya secara bersama. Ini bertujuan untuk
menumbuhkan minat belajar siswa agar siswa lebih efektif lagi dalam kegiatan
belajar mengajar dan tidak malu lagi untuk tampil di depan kelas. Penghargaan
kedua diberikan setiap akhir siklus yaitu seyelah siswa diberikan tes tindakan
siklus I dimana penghargaan ini diberikan setelah menghitung skor perkembangan
setiap siswa dengan menentukan nilai dasar (awal), nilai terkini kemudian
dihitung nilai skor perkembangannya. Setelah skor perkembangan selesai dihitung
maka penghargaan kepada kelompok diberikan berdasarkan perolehan skor rata-
rata.
Berdasarkan hasil observasi siklus I, guru dan siswa sudah melakukan
sebagian kegiatan belajar mengajar sesuai dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Namun masih terdapat kekurangan-kekurangan sebagaimana tertulis
dalam hasil penelitian yang perlu diperbaiki, antara lain kekurangan dari hasil
observasi terhadap guru dan siswa. Pada pertemuan pertama siswa masih ada yang
ribut pada saat guru menjelaskan, siswa juga tidak merasa nyaman denga anggota
kelompoknya yang baru. Kekueangan ini juga terdapat pada guru yang belum
mengorganisasi waktu dengan baik hal ini mengakibatkan beberapa kegiatan tidak
dapat terlaksana secara menyeluruh.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I, terlihat adanya
peningkatan hasol belajar matematika siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD hal ini sejalan dengan pendapat sudjana
46
(1995: 22) yang mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman
belajarnya. Sebagian siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah
ditetapkan oleh sekolah, namun masih ada sebagian siswa yang memperleh nilai
rendah atau masih berada di bawah standar. Hal ini disebabkan karena pada saat
proses pembelajaran berlangsung, mereka kurang memperhatikan penjelasan guru.
Selain itu pada saat diskusi kelompok mereka kebanyakan mengharap jawaban
dari teman kelompoknya, sehingga materi yang dipelajari tidak dipahami. Hal ini
berakibat pada hasil evaluasi yang diperoleh, dimana pelaksanaannya tidak dalam
bentuk kelompok tetapi harus kerja mandiri, dalam hal ini setiap siswa harus
mempertanggungjawabkan materi yang telah diberikan oleh guru selama
pertemuan petama dan kedua.
Berpedoman dari kekurangan-kekurangan yang masih ada serta hasil
belajar siswa pada tindakan siklus I yang belum mencapai indikator keberhasilan
dalam penelitian ini dilanjutkan pada tindakan siklus II. Pada siklus II, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD kembali dilaksanakan. Siswa tetap berada
pada kelompoknya masing-masing sebagaimana pembagian kelompok pada
tindakan siklus II.
Hasil observasi terhadap guru dan siswa pada tindakan siklus II,
menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan yang diharapkan.
Kelemahan-kelemahan pada siklus I sudah mampu diatasi, seperti sebagian siswa
sudah mampu memikirkan materi pelajaran mengungkapkan pendapatnya, dapat
47
menyelesaikan soal dan mempresentasikan dengan benar, pada umumnya siswa
sudah mulai aktif dalam kelompoknya. Selain itu, siswa sudah mengkaji ulang
proses / hasil diskusi kelompoknya walaupun masih dalam bimbingan guru.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada siklus II, sebagian
besar siswa sudah memperleh nilai di atas rata-rata, meskipun masih ada beberapa
orang yang memperoleh nilai di atas-rata, meskipun masih ada beberapa orang
yang memperoleh nilai di bawah standar. Hal ini disebabkan karena mereka
memiliki kemampuan yang sangat minim, bukan karena pengaruh tidak
memperhatikan penjelasan guru atau tidak belajar, tetapi daya serap mereka
memang berbeda dari siswa yang lainnya. Mereka sudah berusaha untuk
memperoleh nilai yang baik tetapi kemampuan mereka sangat terbatas.
Berdasarkan hasil evaluasi untuk nilai perkembangan individu dan
kelompok juga ada yang mengalami peningkatan tetapi ada juga yang turun.
Adapun yang meningkat yaitu kelompok 3 yang pada siklus I memperoleh
penghargaan kriteria hebat dengan poin 20 menjadi kriteria super dengan poin 26
dengan jumlah siswa yang tuntas menjadi 4 orang siswa dari 5 orang siswa
dimana pada siklus I hanya 2 orang yang tuntas meskipun ada 1 orang yang
nilainya turun. Adapun kelompok yang tetap bertahan adalah kelompok 1 tetap
bertahan diposisi sebelumnya yaitu kriteria hebat dengan poin 24 pada kelompok
ini juga mengalami peningkatan jumlah siswa yang tuntas dimana pada siklus I
yang tuntas hanya 2 orang menjadi 4 orang siswa dari 5 orang siswa, begitu pula
kelompok 5 tetap bertahan pada kriteria hebat meskipun jumlah poinnya menurun
48
dengan 22,5 poin menjadi 20 poin dengan jumlah siswa yang tntas tetap yaitu 3
orang siswa pada siklus I hanya saja ada 1 orang yang nilainya turun.
Peningkatan hasil belajar siswa tidak lepas dari keberhasilan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang dapat dilihat dari
persentase pelaksanaan pendekatan pembelajaran yang selalu meningkat pada
setiap siklus.
Data pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dalam
pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Siklus I Siklus II0
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
Pertemuan 1Pertemuan 2
Data hasil pengamatan pembelajaran kooperatif untuk guru dan aktivitas
siswa dari siklus I dan siklus II menyataan bahwa secara skenario pembelajaran
telah mencukupi indikator keberhasilan, jadi berdasarkan tabel ini dapat dilihat
bahwa dari segi proses tindakan ini dikategorikan berhasil.
Data hasi pengamatan rata-rata kelas dan presentasi ketuntasan secara
klasikal dari siklus I dan siklus II menyatakan bahwa hasil belajar siswa telah
mencukupi indikator keberhasilan, meskipun sescara individu ada yang nilainya
49
turun namun yang digunakan secara klaskal karena meskipun nilai siswa tersebut
turun tetapi nilainya tetap ≥ 60. Jadi berdasarkan tabel di bawah ini dapat dilihat
bahwa dari segi hasil tindakan ini dikategorikan berhasil. Hal ini sejalan dengan
pendapatnya Winkel (200:59) mengatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis yang berlanggsung dalam interaksi aktf dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai-
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.
Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus II
18.52%
59.26%81.48%
Tabel Presentase Tuntas Belajar
Karena indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai, dalam
hal ini minimal 80% siswa telah mencapai nilai ≥ 60 dan proses pelaksanaan
pemeblajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa sudah tercapai yaitu minimal
85% aspek yang diobservasi pada saat pelaksanaan pendekatan pembelajaran ini
sudah terlaksana, maka penelitian dihentikian pada siklus II. Jadi dapat
disimpulkan bahwa melalui penerapan mode pembelajaran kooperatif tipe STAD
50
hasil belajar matematika siswa kela V-B SD Negeri 13 Poasia pada pokok
bahasan pecahan dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tioe STAD siswa kelas V-B SD negeri 13 Poasia
memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Siswa sudah mampu
bersosialisasi dengan baik dan bahkan sudah berani mengeluarkan pendapatnya
dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Meskipun ada beberapa yang hingga
akhir tindakan siklus II memiliki nilau < 60, namun mereka sudah memberikan
penghargaan dan sikap positif pada saat model pembelajaran kooperatif tipe
STAD diterapkan.
51