aksayalfath.files.wordpress.com · web viewbab i pendahuluan latar belakang masalah seluruh...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seluruh kehidupan manusia tidak terlepas dari komunikasi. Oleh
sebab itulah semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara
potensial tidak bosa terlepas dari komunikas. Komunikasi menurut
bentuknya dapat dikelompokan menjadi antar persona, komunikasi
kelompok, dan komunikasi public. Focus dalam penulisan makalah ini
adalah komunikasi kelompok dan komunikasi public yang memngaruhi
dan memainkan peranya bagi perkembangan dunia pendidikan.
Dalam era globalisasi sekarang ini, pendidikan merupakan
kebutuhan primer dikalangan masyarakat yang memegang peranan
penting guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
pendidikan juga merupakan salah satu fungsi dari kelompok secara
formal saling menukar informasi. Komunikasi tidak dapat dihindarkan
dalam kehidupan manusia dalam hal ini adalah siswa. Keinginan
untuk mendapatkan pengakun dari orang lain menyebabkan setiap
orang mencari relasi dengan siswa lain untuk berinteraksi. Interaksi itu
dapat dimulai dari lingkungan rumah sampai dilingkungan sekolah
dimana setiap hari ia berada.
Sekolah tempat bertemunya berbagai macam orang. Kalau
diperhatikan, mereka pasti saling berinteraksi satu sama lain dalam
bentuk individu-individu maupun kelompok. Interaksi yang berlagsung
dengan saling pengertian antara sesame siswa akan menghasilkan
suatu hubungan yang baik. Sehingga akan timbul keinginan untuk
bersama-sama saling menolong dan mendorong agar siswa berhasil
dalam meningkatkan prestasi, naik kelas, dan lulus ujian akhir.
2
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung
secara tatap muka antara seseorang dengan sejumlah orang yang
berkumpul guna memperoleh masksud dan tujuan yang dikehendaki.
Kenyataan ini disebabkan karena seringnya komunikasi kelompok
dilakukan siswa, sehingga pemahaman mereka terhadap pesan yang
disampaikan oleh guru tentang satu mata pelajaran disekolah dapat
dimengerti dalam disekusi kelompok yang mereka lakukan.
B. Rumusan Masalah
Untuk merumuskan masalah yang ingin diteliti, penulis
menyajikanya dalam bentuk kalimat pertanyaan, dan diikuti dengan
sub-sub pertanyaan dengan tujuan menambah ketajaman perumusan.
Adapun fokus atau pokok permasalahanan dalam penelitian ini
adalah: Menemukan bagaimana bentuk korelasi dan urgensifitas
komunikasi kelompok dan komunikasi public terhadap perkembangan
dunia pendidikan.
Untuk mempermudah dan taktis dalam menjawab permasalahan
pokok diatas, maka disini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apa hakikat komunikasi itu?
2. Bagaimana konsep komunikasi kelompok dan komunikasi
publik?
3. Bagaimana implikasi konsep komunikasi kelompok dan
komunikasi public terhadap dunia pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan pokok dari penelitian ini adalah menguraikan
bagaimana bentuk implikasi dan urgensifitas komunikasi kelompok
dan komunikasi public terhadap dunia pendidikan. Adapun tujuan dari
3
penelitian ini secara lebih terperinci adalah sebagai berikut, yakni
ingin:
1. Mengetahui makna komunikasi.
2. Mendeskripsikan konsep komunikasi kelompok dan komunikasi
publik.
3. Menjelaskan hubungan urgensifitas komunikasi kelompok dan
komunikasi public bagi perkembangan dunia pendidikan.
D. Kegunaan Penulisan Makalah
Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Dari perspektif teoritis normatisnya, penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi mahasiswa,
khususnya dilingkungan Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi utamanya bagi mahasiswa
konsenstrasi Teknologi Pendidikan Islam (TPI) tentang bagaimana
bentuk korelasi antara komunikas kelompok dan komunikasi
public tersebut dengan sesungguhnya, sehingga nantinya
diharapkan mahasiswa tersebut memiliki kesadaran bahwasanya
konsep-konsep atau teori-teori yang dikemukakan memiliki
urgensi yang penuh hikmah dan mampu untuk menuntun
kehidupan manusia kearah pendidikan yang lebih baik
sebagaimana yang juga dicita-citakan oleh agama itu sendiri.
2. Sedangkan dari segi praktis pragmatisnya, maka kegunaan
penelitian ini adalah juga memberikan informasi baru bagi
masyarakat luas pada umumnya bagaimana letak pentingnya
sebuah komunikasi dalam dunia pendidikan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini, terdiri dari tiga bab dalam
pembahasan. Bab I, penulis akan berbicara mengenai pendahuluan
4
makalah ini yang didalamnya terdapat penjelasan tentang mengapa
penelitian ini penting untuk ditindaklanjuti yang terangkum dalam sub
judul latar belakang masalah, kemudian menguraikan masalah yang
terdapat dalam peneltian, tujuan dan kegunaan penulisan makalah ini.
Sedangkan pada Bab II, penulis akan berbicara mengenai konsep
komunikasi yang meliputi definisi, ruang lingkup dan dimensi-dimensi
lain dari komunikasi. Lalu dilanjutkan dengan uraian tentang konsep
komunikasi kelompok dan komunikasi public secara umum, untuk
kemudian dijabarkan kembali dengan lebih terperinci bentuk
hubungan urgensifitas komunikasi kelompok dan komunikasi public
tersebut dalam dunia pendidikan.
Terakhir, pada Bab III, Makalah ini ditutup dengan uraian mengenai
kesimpulan penelitian, rekomendasi penulis, dan kata penutup. Dan
pada bagian akhir skripsi ini, penulis juga mencantumkan daftar
pustaka.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi itu ada di setiap aspek
kehidupan dan kegiatan manusia. Ia ada di mana-mana, karena itulah
komunikasi sangat sulit untuk didefinisikan dalam kalimat sederhana
yang tegas. Ibarat air, ia mampu membasahi daerah atau wilayah
yang disentuhnya. Komunikasi akan selalu mampu memberi warna
atau pengaruh pada bidang yang disentuhnya. Menurut Litlejohn
komunikasi itu mempunyai banyak makna. Bahkan menurut Dance
dan Larson terdapat 126 batasan komunikasi. Hal ini menunjukkan
betapa sulitnya membuat definisi secara tegas.1
Kita mulai dengan satu asumsi dasar bahwa komunikasi
berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya
kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainya. Hamper
setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang
lainya, dan kebutuhan ini terjadi dengan pertukaran pesan yang
berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia
yang tanpa berkoumunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu
mengemuka lewat perilaku manusia. Ketika kita melambaikan tangan,
tersenyum, bermuka masam, menganggukan kepala atau
memberikan satu isyarat, kita juga sedang berpeilaku. Sering prilaku-
prilaku ini merupakan pesan-pesan. Pesan-pesan itu digunakan untuk
mengkomunikasikan sesuatu kepada seseorang.2
1Littlejon, Theories of Human Comunication (California: Wardsworth Publishing Company, 1996), hlm. 7 dan silahkan lihat juga Pawit M. Yusuf, Ilmu Informasi, Kounikasi, dan Kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 4
2Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 12
6
Pengertian komunikasi secara eti,ologis mengandung arti sama
makna, memberitahukan, dan berpartisipasi. Pemahaman mengenai
konsep komunikasi dapat dilihat melalui uraian kata secara etimologi
yakni: istilah komunikasi itu sendiri terkandung makna bersama-sama
common, commones dalam bahasa ingggris communication, yang
artinya: pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu). Pertukaran
dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengarnya.3
Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris sebenarnya
berasal dari kata communicates dalam bahasa Latin yang artinya
berbagai atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikas,
menurut Lexigraper (ahli kamus bahasa), menunjuk pada satu upaya,
yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu didalam
Webster New College Dictionary edisi tahun 1977, antara lain
dijelaskan bahwa komunikasi adalah satu proses pertukaran informasi
diantara individu melalui system lambing bunyi, tanda-tanda atau
tingkah laku.4
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication,berasal dari kata latin communication dan bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi
akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai
apa yang dipercakapkan.5
Komunikasi adalah satu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-
3Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 39
4Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 39
5Onong Uchayana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 9
7
kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang-orang
lainya (khalayak). Definisi menunjukkan bahwa komunikasi adalah
satu proses yang terjadi diantara orang dengan orang-orang lainya,
definisi ini juga memberikan penekanan bahwa kegiatan komunikasi
yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau
membentuk prilaku orang-orang lainya yang menjadi sasaran
komunikasi.6
Komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai satu hal yang dikomunikasikan.
Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan
orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain
perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif.
Sebaliknya, jika ia tidak mengerti, maka komunikasi tidak
berlangsung. Dengan lain perkataan hubungan antara orang-orang itu
tidak komunikatif.7
Komunikasi adalah satu proses yang membuat suatu dari yang
semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi milik
oleh dua orang. Komunikasi juga memiliki tatanan sebagai berikut:
1. Komunikasi Pribadi (personal Communication)
a. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication)
b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication).8
2. Komunikasi Kelompok (group communication)
6Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 40
7Onong Uchayana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja ROsdakarya, 2008), hlm. 4
8http:// id. shvoong. com /social-sciences/communication-media-studies/2187861-ruang-lingkup-komunikasi/
8
a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication);
ceramah, Forum, Simposium (symposium), Diskusi panel
(panel discussion), Seminar, Curah saran (brainstorming), dan
lain-lain.
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large group
communication/public speaking).9
3. Komunikasi Massa (mass communication)
a. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media
communication) : Surat kabar (daily), Majalah (magazine),
b. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media
communication) : radio, televise, film, dan lain-lain.
c. Komunikasi Medio (medio communication)
d. Surat, telepon, pamflet, poster, spanduk dan lain-lain media
yang tidak termasuk media massa.10
B. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok terdiri dari dua kata, yaitu, komunikasi dan
kelompok. Menurut Efendy, komunikasi kelompok adalah komunikasi
yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok
orang yang jumlahnya lebih dari dua orang yang berkumpul.11
Pendapat yang dikemukakan oleh Goloberg dan Warson,
pengertian komunikasi kelompok adalah satu bidang studi penelitian
terapan yang menitikberatkan perhatianya pada proses kelompok
9Onong Uchiyana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: Rosdakarya, 1992), hlm. 56
10Ibid., hlm. 58 11Onong Udjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti,
1993), hlm. 4
9
secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi
kelompok tatap muka yang kecil.12
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dapat berlangsung
antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Karakterisitik komunikasi kelompok adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok bersifat homogeny.
2. Dalam diskusi kelompok, terjadi kesempatan melakukan tindakan
pada saat itu juga.
3. Arus balik didalam komunikasi terjadi secara langsung, karena
komunikator sedang berlangsung.
4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi
pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi
pada komunikasi kelompok besar).
5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan
meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada
komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.13
Keberadaan suatu kelompok dalam satu masyarakat dicerminkan
oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakanya. Adapun fungsi
tersebut mencakup:
1. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial. Dalam
arti sebagaimana suatu kelompok mampu memlihara dan
memantapkan hubungan sosial diantara para anggotanya.
12 Sanjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 1913http://fatfrogblogs-friendster.com
10
2. Fungsi kedua, pendidikan dalam arti sebagaimana dalam sebuah
kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai
dan mempertukarkan pengetahuan mengenai fungsi pendidikan
ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok-kelompok
itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, namun
demikian,, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan
yang diterapkan atau tidak, tergantung pada tiga faktor, yaitu
jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan
dalam kelompok serta frekuensi interaksi diantara para anggota
kelompok.
3. Fungsi ketiga, yaitu persuasi. Seorang anggota kelompok dapat
beripaya mempersuasi anggotanya supaya melakukan atau tirak
melakukan sesuatu. Seorang yang terlibat usaha-usaha persuasi
dalam satu kelompok membawa resiko untuk tidak diterima para
anggota lainya.
4. Fungsi keempat, kegiatan-kegiatan untuk memcahkan persoalan
dan membuat keputusan-keputusan, pemecahan masalah
berkaitan dengan alternative atau solusi yang tidak diketahui
sebelumnya, sedangkan perbuatan keputusan berhubungan
dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi pemecahan
masalah menghasulkan materi atau bahan untuk membuat
keputusan.
5. Fungsi kelim, terapi. Dari kelompok-kelompok terapi memiliki
perbedaan dengan kelompok lainya. Tentunya, individu tersebut
harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainya, guna
mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu
dirinya sendiri bukan memebantu kelompok mencapai
consensus.14
14Sundjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 95
11
Manusia menurut behaviorisme dilahirkan ranpa sifat-sifat sosial
atau psikologis. Oleh karena itu behaviorisme memandang bahwa
perilaku manusia merupakan hasil pengalaman dan prilaku yang
digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak
kesenangan dan mengurangi penderitaan.
Behaviorisme melihat bahwa pada saat lahir jiwa manusia tidak
memiliki apa-apa dan bagaikan sebuah meja lilin yang siap dilukis
oleh pengalaman dan perilaku digerakan oleh pengalaman inderawi
atau dikenal sebagai proses belajar.15
Menurut behaviorisme, terdapat tiga asumsi mengenai sifat
manusia seperti dijelaskan oleh Efendy, yaitu:
1. Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dipelajari dengan
membentuk asosiasi, artinya perilaku manusia terjadi melalui
kebiasaan refleksi, atau hubungan antara responden dengan
peneguhan yang memungkinkan dalam lingkungan.
2. Behaviorisme menyatakan bahwa manusia pada dasarnya
bersifat hedonistic. Oleh karena itu mansuia selalu berusaha untuk
mencari kesenagan dan menghindari kesulitan atau
kesengsaraan.
3. Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku pada dasarnya
ditentukan oleh liingkungan. Oleh karena perilaku merupakan
fungsi asosiasi tindakan dengan peneguhan, dan semua
peneguhan tersebut berasal dari lingkungan, maka dengan
menggunakan lingkungan orang pada akhirnya dapat
menghasilkan perilaku yang diinginkan.16
15Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985), hlm. 22 16Effendy, Ilmu Teori dan Dilsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 1993), hlm.
16
12
Dengan demikian, berdasarkan asumsi ini perkembangan
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan Watson, salah seorang
tokoh aliran behaviorisme yang menjelaskan bahwa manusia akan
belajar melalui interaksi yang dilakukan dengan lingkunganya.
Behaviorisme memandang bahwa manusia merupakan organism
yang pasif yang perilakunya dibentuk oleh lingkungan. Oleh
karena itu model dasar dari aliran behaviorisme ini adalah model
belajar.17
Teori belajar sosial adalah teori yang berdasarkan aliran atau
pandangan behaviorisme. Perilaku manusa, menurut Bandura,
ternyata yang dikaji banyak yang tida bisa dijelaskan dengan
pelaziman seperti pelaziman klasik.18 Bandura menyatakan bahwa
manusia menciptakan atau membentuk suatu perilaku melalui suatu
interaksi dengan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan
peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Manurut
Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Selanjutnya, Bandura
menyatakan bahwa ganjaran dan hukuman itu, terdapat faktor penting
lainya dalam belajar yaitu tindakan.
Menurut Bandura, seorang anak yang mempelajari prilaku dapat
dibedakan melalui dua cara, yaitu: pertama, belajar melalui
konsekuensi respon, kedua belajar melalui peniruan. Proses belajar
yang dilakukan seorang anak baik melalui konsekuesi respon maupun
peniruan, biasanya dilakukan seorang anak baik melalui orang-orang
terdekat denganya seperti ayah, ibu, kakak, adik, saudara dan
sebagainya. Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan awal bagi
seorang anak, akan memegang peranan penting dalam proses belajar
sosial, serta membentuk prilaku dan kepribadianya.19
17Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 44
18Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosadakarya, 1996), hlm. 25
13
Komunikasi kelompok ini dibagi kedalam dua bentuk yaitu
komunikasi kelompok kecil (small group communication) misalnya
ceramah (lecturer), diskusi panel (panel discussion), simposium,
forum, seminar, curah-saran (brainstorming), danl lain sebagainya.
Sedangkan bentuk yang kedua diseut sebagai komunikasi kelompok
besar (large group communication atau dikenal sebagai public
speaking)
C. Definisi dan Ruang Lingkup Komunikasi Publik
Model Aristoteles adalah model komunikasi paling klasik, yang
sering juga disebut model retoris.20 Filosof Yunani, Aristoteles adalah
tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang intinya adalah
persuasi. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi verbal
pertama. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan
pembiacaraanya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap
mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga unsur dasar proses
komunikasi, yaitu pembicara, pesan, dan pendengar.
Focus komunikasi yang ditelaah oleh Aristoteles adalah
komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan sebutan komunikasi
publik atau pidato.21 Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh
siapa anda, argument anda, dan dengan memainkan emosi khalayak.
Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam
menentukan efek persuasif dalam komunikasi public meliputi, isi
pidato, susunanya, dan cara penyampaianya. Aristoteles juga
menyadari peran khalayak pendengar. Persuasi berlangsung melalui
19Samad Lasape, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005), hlm. 44 lihat juga Bandura, (1997), hlm. 17
20John. R. Wenburg dan Wiliam W. Wilmot, The Personal Communication Process (New York: John Wiley and Sons, 1973), hlm. 47-49
21Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 146
14
khalayak ketika mereka diarahkan melalui pidato itu kedalam suatu
keadaan emosi tertentu.22
Salah satu kelemahan model komunikasi public adalahbahwa
komunikasi dianggap fenomena yang statis. Seseorang berbicara,
pesanya, berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan.
Tahap-tahap dalam peristiwa itu berurutan ketimbang terjadi secara
simultan. Disamping itu model ini juga berfokus kepada komunikasi
yang bertujuan disengaja, yang terjadi ketika seseorang berusaha
membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.23
Kelemahan lain dari model komunikasi pulbik ini adalah tidak
dibahasnya aspek-aspek non verbal dalam persuasi. Meskipun
demikian kita harus bersikap adil untuk tidak menilai satu model
komunikasi dengan perspektif kekinian. Jelas bahwa model Aristoteles
ini telah mengilhami para pakar komunikasi lainya untuk merancang
model-model komunikasi yang lebih baru. Kebanyakan model
komunikasi yang lebih baru yang dikembangkan para ahli sejak
zaman Aristoteles tetap mengandung tiga unsure yang sama: sumber
yang mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima
pesan.24
Publistik merupakan perkembangan dari ilmu persuratkabaran.
Perkembangan tersebut bukan saja disebabkan dari timbulnya media
massa lain seperti radio, televise, dan lain-lain melainkan juga karena
pengaruh media massa modern itu yang menimbulkan sikap-sikap
rohaniah tertentu pula antara satu sama lain. Sebagai ilmu, publistik
mempelajari dan menliti secara khusus masalah umum mengenai
22Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 146
23Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 147
24Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 147
15
penghimpunan, pengarahan, dan penyebaran secara rohaniah.
Menurut Hageman, publistik adalah ajaran tentang pernyataan umum
mengenai isi kesadaran yang aktual.25
Dari sekian banyak definisi publistik, definisi yang diketengahkan
oleh Hageman ini adalah definisi terbaik karena perumusanya singkat,
namun maksudnya menyeluruh.
Komunikasi publik adalah komunikasi yang menggunakan media
massa, baik cetak (surat kabar dan majalah) atau elektronik (radio,
televise), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
melembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat.26
Pendapat De Vito dalam bukunya yang berjudul “Communicology:
An Introduction to The Study of Communication.” Antara lain
menegaskan bahwa komunikasi public adalah komunikasi yang
ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (termasuk
kepada siswa) atau semua orang yang membaca dan menonton.27
Komunikasi public adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-
pemancar yang audio atau visual.28
Dari beberapa pendapat tentang komunikasi diatas, penulis dapat
memahami bahwa komunikasi public adalah komunikasi yang
menggunakan saluran media massa seperti media cetak maupun
elektronik yang ditujukan kepada khalayak atau masyarakat.
Effendy mengungkapkan tentang karakteristik dari komunikasi
public adalah sebagai berikut:
25Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosdakarya, 2007), hlm. 75
26Mulyana, (2000), hlm. 75 27Effendy, (1994), hlm. 21 28Fajar, (2008), hlm. 225
16
1. Komunikasi public berlangsung satu arah, ini berarti tidak
terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator.
2. Komunikator pada komunikasi public bersifat umum, pesan yang
disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena
direuntukan kepada umum mengenai kepentingan umum. Jadi
tidak ditujukan kepada perseorangan atau kelompok tertentu.
3. Media dalam komunikasi publik menimbulkan keserempakan,
kemempuanya untuk menimbulkan keserempakan kepada
khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.
4. Komunikan komunikasi public bersifat heterogen. Dalam
komunikasi public, khalayak yang ditju adalah siapa saja yang
bersifat heterogen atau khalayak umum.29
Komunikasi massa ini dapat berupa pers, radio, televisi, film, dan
lain-lain. Sebagaimana yang duungkapkan oleh para ahli komunikasi,
bahwa komunikasi massa merupakan singkatan dari komunikasi
media massa. Sehingga komunikasi massa juga dapat diartikan
sebagai proses komunikasi yang menngunakan media.30
Adapun ciri-ciri komunikasi massa itu adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah.
2. Komunikator dalam komunikasi massa itu melembaga.
3. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum.
4. Media komunikasi massa mengandung keserempakan.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.31
29Effendy, (2005), hlm. 22-25 30Ibid., hlm. 20 31Ibid., hlm. 20-25
17
D. Peranan Komunikasi Dalam Pendidikan
Komunikasi selalu menimbulkan efek. Bahkan berteriak didekat
tembok dapat berpengaruh kepada orang yang berteriak. Setiap
tindakan komunikasi akan melahirkan konsekuensi- terutama bagi
semua pihak yang terlibat dalam komunikasi. Bahkan konsekuensi
bagi orang-orang yang dapat merasakan pengertian pencapaian
dalam perubahan komunikasi dimana pendengar didalamnya tidak
dapat memberikan tanggapan secara verbal. Sebagai contoh dalam
dunia pendidikan misalnya, jika siswa menunjukan minat dan
perhatian, guru mungkin akan merasakan bahwa memahami
merupakan suatu hal yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan
ketajaman untuk menentukan efek komunikasi kita dan apakah efek
tersebut merupakan efek yang dicari. Apabila seorang siswa
dikelasnya menyanggupi tugas yang anda sarankan, berbarti anda
bertindak benar dalam mempertimbangkan komunikasi anda yang
berdampak positif.32
1. Efek Komunikasi Publik: Kognitif, Afektif dan Behavorial
Charles Robert Wright (1960) menambahkan fungsi
entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa. Jay
Black dan frederick C, Whitney (1988) mendefinisikan fungsi
komunikasi massa sebagai: (a) to inform (menginformasikan), (b)
to entertaint (memberi hiburan), (c) to persuade (membujuk), dan
(d) transmission of the culture (transmisi budaya). John Vivian dal
bukunya The Media of Mass Communication (1991)
mendefinisikan fungsi komunikasi massa sebagai : (a) providing
information, (b) providing entertainment, (c) helping to persuade,
dan (d) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial).
32Dan B. Curtis, dkk., Komunikasi Bisnis dan Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 20
18
Joseph R. Dominick dalam bukunya The Dynamics of Mass
Communication (1981) mendefinisikan fungsi komunikasi massa
sebagai berikut: (a) surveillance (pengawasan), (b) interpretation
(interpretasi), (c) linkage (hubungan), (d) socialitation (sosialisasi),
dan (e) entertainment (hiburan) (lihat Nurudin, 2003). Sedangkan
Onong Uchjana Effendy (1994) mendefinisikan fungsi komunikasi
massa sebagai berikut: (a) menyampaikan informasi (to inform),
(b) mendidik (to educate), (c) menghibur (to entertain), dan (d)
mempengaruhi (to influence).33
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif,
afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran,
belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan
dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek
konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan
sesuatu menurut cara tertentu.34
Sesuai dengan tujuanya, komunikasi mempunyai tujuan untuk
memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi.
Sudah dapat dipastikan, bahwa komunikasi akan memberikan
dampak atau pengaruh terhadap pembaca, pendengar, dan
penontonya. Apabila pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi
itu sendiri tidak berjalan.35
Dampak komunikasi, selain positif juga mempunyai dampak
negatif. Pengelola komunikasi dapat dipastikan tidak berniat untuk
menyebarkan dampak negatif kepada khalayaknya. Tentu yang
diinginkan adalah pengaruh positif. Apabila terdapat dampak negatif,
33Nurudin, Komunikasi Massa, (Malang: CESPUR, 2005), hlm. 56 34Amri Jhi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia
Ketiga, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), hlm. 45 35Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Jakarta: Logos, 1999,
hlm.30
19
bisa dikatakan itu sebagai efek samping saja. Namun efek samping itu
cukup membahayakan sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak.36
Komunikasi harus mempunyai efek menambah pengetahuan,
mengubah sikap, dan menggerakkan perilaku kita. Efek yang terjadi
pada komunikan tersebut terdapat pada tiga aspek.
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan
yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan
dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu
khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita
memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang
belum pernah kita kunjungi secara langsung.37
Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot
Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah
umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu
tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh
komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata
lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk
memberitahu saja.
Menurut Mc. Luhan,38 media massa adalah perpanjangan alat
indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat 36Ibid., hlm. 3137Siti Karlinah, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999), hlm. 8 38Wajar bila Mc Luhan menitik beratkan pada medianya, karena kajian-kajiannya tentang
komunikasi terfokus pada media interaktif yang berbasiskan mikroelektronika. Latar belakang pemikirannya ialah ada dampak radikal bentuk-bentuk komunikasi yang berdimensi pada ruang, waktu, dan persepsi manusia. Karya-karyanya secara luas mengartikulasikan sejumlah perubahan paling mendasar yang disebabkan teknologi media, maka wajar bila Mc Luhan berpendapat, isi pesan tidak mempengaruhi pesan, karena kajiannya bertumpu pada media pembawa pesan (lihat Antoni, Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai, 2004)
20
indera).39 Dengan media massa kita memperoleh informasi
tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat
atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang
ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah
diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-
mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.
Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi
cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan
lebih mengerikan.
Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif,
maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi
pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan
timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip,
yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau
masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali
timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita
sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang
kemewahan dan seringkali cerewet.40 Penampilan seperti itu, bila
dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri
khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga.
Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh
media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern
orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media
massa.
Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan
terbentuk (pula) oleh peran agenda setting
(penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu
asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan 39Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya,
2007), hlm. 220 40Ibid., hlm. 226
21
yang akan disiarkannya.41 Biasanya, surat kabar mengatur berita
mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang
dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai
contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia
memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai
Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang
mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting.
Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama,
terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa
daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya
hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting
dari media tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau
tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi
agenda setting.
Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun
ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek
prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa
Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek
prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat
miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong
mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif.
Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau
kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau,
sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar,
maka terjadilah efek prososial behavioral.42
2. Efek Afektif
41Ibid., hlm. 229 42Ibid., hlm. 230
22
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan
dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu
kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih
dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak
diharapkan dapat merasakannya.43 Sebagai contoh, setelah kita
mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten
dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam
diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa
jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan
sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten.
Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para
pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas
tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura.
Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai
keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan
kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang
menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi
Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga
mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar
kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat
dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas
akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari
berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama.
Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan
sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan
43Karlinah, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999), hlm. 9
23
manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film.44
Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat
tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan
informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi
jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita
kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap
anaknya,45 namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya,
dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-
anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak
semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang
merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa
mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih
buruk.
Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa
memang tidak bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media
massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan
peristiwa belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat
mnejelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari
Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman
langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling).
Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan.
Artinya, kita mampu memiliki keterampila tertentu, bila terdapat
jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri
kita.
Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat
tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention),
proses reproduksi motoris, dan proses motivasional.
44Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya, 2007), hlm. 240
45www.liputan6.com, edisi online 11 April 2005
24
Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang
dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh
seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya
menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang
disebut Bandura sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap,
nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa
tersebut dari orang-orang sekita kita.bila peristiwa itu sudah
dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita
baru pata mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya.
Setiap saat kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita
teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita perhatikan.
Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial.
Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam
benak benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan
bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk
mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam bentuk
imaginal dan verbal. Yang pertama disebut visual imagination,
yaitu gambaran mental tentang peristiwa yang kita amati dan
menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang kedua
menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut
Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja harus
merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan
secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang
kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan
sesuatu disebut seabagi “rehearsal”.
Selanjutnya, proses reroduksi artinya menghasilkan kembali
perilaku atau tindakan yang kita amati. Tetapi apakah kita betul-
betul melaksanakan perilaku teladan itu bergantung pada
motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam
peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal,
25
peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri
(self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan
benar telah kita simpan dalam memori kita. Kita bermaksud
mempraktekkannya dalam percakapan dengan kawan kita. Kita
akan melakukan hanya apabila kita mengetahui orang lain tidak
akan mencemoohkan kitam atau bila kita yakin orang lain akan
menghargai tindakan kita. Ini yang disebut peneguhan eksternal.
Jadi, kampanye bahasa Indoensia dalam TVRI dan surat kabar
berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa
Indoensia yang baik dan benar.
Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita
melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena
perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa
Indonesia yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki reutasi
tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah. Kita memerlukan
peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran
(pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang
lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin kita teladani
membantu terjadinya reproduksi motor.
Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri
mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin
timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri
yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang
benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu kita memberikan
kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
di Indonesia. Secara yuridis formal, fungsi komunikasi massa di
atur dalam UU RI no: 40 tahun 1999 pasal 3 ayat (1) dan (2), juga
26
pada UU RI no: 32 tahun 2003 pasal 4 ayat (1) dan (2). Masing-
masing pasal berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3 UU 40/1999. (1) Pers Nasional mempunyai fungsi
sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.
(2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat
berfungsi sebagai lembaga ekonomi.
Pasal 4 UU32/2003. (1) Penyiaran sebagai kegiatan
komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial. (2)
Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.46
Sedangkan fungsi komunikasi massa untuk peserta didik
meliputi:
1. Informasi:
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang
berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan
dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis,
pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan
pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan
pengetahuan.
46McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,( Jakarta: Erlangga, 1987), hlm. 67
27
2. Identitas pribadi:
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model perilaku.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam
media).
d. Meningkatkan pemahamna tentang diri-sendiri.
3. Integrasi dan interaksi sosial:
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain;
empati sosial.
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan
meningkatkan rasa memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interkasi sosial.
d. Memperoleh teman selain dari manusia.
e. Membantu menjalankan peran sosial.
f. Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi
sanak –keluiarga, teman, dan masyarakat.
2. Belajar adalah Proses Komunikasi Kelompok
Dengan berjalanya waktu, orang memperoleh informasi dan
memperlihatkan kecenderungan yang muncul kembali dalam
menanggapi objek-objek di sekelilingnya. Pengadopsian pola dan
perubahan tanggapan dalam diri mereka ketika menghadapi
pengalaman baru itu adalah yang kita seut belajar. Belajar adalah
28
kegiatan yang dipikirkan yang menyangkut modifikasi dan
pengaturan kembali prilaku, termasuk citra dan interpretasi
seseorang serta kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang
berkaitan denganya.47
Ada sejumlah cara untuk memikirkan belajar dan cara
menguraikanya. Ada gunanya kita memfokuskan dua hal yang
menekankan aspek komunikasi dari belajar. Yang pertama,
dengan mengikuti petunjuk Deutsch, ialah memikirkan belajar
sebagai kegiatan sibernetik.48
Sibernetika adalah studi tentang manusia, hewan dan mesin.
Yaitu diantara system konrol tersendiri. System control sendiri ini
disebut juga dengan jaringan belajar yang memiliki organisasi
komunikasi dan control tanpa mempedulikan bagaimanasistem itu
berjalan dan bertukar pesan apakah melalui kata, seperti diantara
orang-orang dalam organisasi sosial, sel saraf dan hormone
makhluk hidup, atau isyarat elektronik didalam computer.49
Cirri utama dari system ini adalah bahwa siswa mendapatkan
pemahaman belajar melalui umpan balik. System sibernetik ini
adalah dapat menstimulus siswa melaksanakan tindakan sebagai
tanggapan terhadap masukan informasi, dan mencakup hasil
tindakanya sendiri dalam informasi baru yang digunakanya untuk
memodifikasi perlakuanya siswa tersebut di kemudian hari.50
Ada dua tipe balajar dalam diri siswa yang mengontrol sendiri.
Yang pertama adalah belajar sederhana, dalam belajar
47Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm. 87
48Karl Deustch, The Nervous of Government (New York: The Free Press of Glencoe, 1963), hlm. 88
49Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm. 87
50George Herbert, Mind, Self, and Society (Chicago: Chicago Press, 1934), hlm. 78
29
sederhana, siswa menyesuaikan tanggapanya untuk mencapai
tujuan, tujuan yang tetao dan tidak berubah dalam sepanjang
hidupnya. Salah satu contoh, tujuan siswa adalah mengukir
prestasi. Tujuan itu tetap, tetapi siswa tersebut menyesuaikan
langkahnya untuk mencapai kearah itu.
Tipe belajar yang lain bersifat kompleks. Pada tataran ini,
komunikasi dari belajar menenkankan sifat aktif, bukan reaktif.
Sifat ini memandang belajar sebagai kegiatan simbolik dan
meminjamnya dari pemikiran George Herbert Mead. Pada
hakikatnya kegiatan itu (termasuk kegiatan disekolah-pen) sosial.
Dan karena sosial dipelajari. Menurut teori Mead, siswa tidak
langsung menanggapi tindakan orang lain, akan tetapi mereka
menanggapi apa yang mereka percaya sebagai maksud orang
lain. Akan tetapi siswa menanggapi apa yang ia percaya sebagai
maksud orang lain (siswa lainya).51
Komunikasi memiliki fungsi yang amat penting. Menurut
pengamtan Richard Denny, kondisi kehidupan dahulu
dibandingkan dengan sekarang sangat jauh berbeda dalam hal
komunikasi. Manusia saat ini memiliki sedikit sekali kesempatan
untuk berkomunikasi dan mempelajari keterampilan yang
berkaitan dengan manusia. Salah satu contoh, banyak diantara
mahasiswa saat ini bergegas ke kampus setelah menyantap
makan pagi senidirian. Diruang kelas mereka mengalami tekanan
untuk berprestasi akademis. Dibandingkan dengan mahasiswa
dulu, mereka kekurangan waktu untuk beraktivitas dan
berinteraksi dengan mahasiswa lainya. Mereka kurang ambil
bagian dalam bidang olahraga dan keterampilan hubungan antara
manusia. Sekembali dirumah, banyak mahasiswa yang makan
51Dan Nimmo, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: ROsdakarya, 2006), hlm. 87
30
siang di depan TV, lagi-lagi seringkali seorang diri, lalu mungkin
mengerjakan makalah dan duduk beberapa jam di depan
komputer.52
Dalam analisis Denny, menurutnya, TV tidak mendorong orang
menjadi sika berbicara. Tentu saja TV sangat berguna tetapi ketika TV
dinyalakan percakapan pasti akan berkurang. Akibatnya orang
menjadi makin tertutup dan kurang ingin berbagi perasaan dan emosi.
Mereka hampir tidak mempunyai waktu atau kecenderungan untuk
bercakap-cakap dengan teman atau keluarga.53 Jika kondisi ini
berlanjut tentu bukan hal mustahil akan terjadilah disharmonisasi
dalam sebuah lingkungan keluarga. Disinilah letak pentingnya
komunikasi tersebut.
Secara garis besar, fungsi dari komunikasi, menurut Onong
Effendi hanya ada tiga hal yaitu: pertama, menyiarkan informasi (to
inform) kedua, mendidik (to educate) dan ketiga, menghibur (to
entertain).
Ada para ahli yang menambah fungsi selain dari tiga funggsi
tersebut di atas seperti fungsi mempengaruhi (to influence), fungsi
membimbing (to guide), fungsi mengkritik (to criticize).Tetapi ini hanya
tambahan saja terhadap ketiga fungsi tadi.54
Sedangkan menurut Deddy Mulyana dalam sebuah bukunya yang
berjudul Ilmu Komunikasi, ia merumuskan bahwa setidaknya ada
empat fungsi dari komunikasi itu yakni sebagai berikut:
1. Komunikasi Sosial
52Richard Denny, terj., Communicate to Win: Kiat Komunikasi yang Efektif dan Impresif (Jkarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 4
53Ibid.54Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 1992, hlm. 54.
31
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun
konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperolah kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain leat komunikasi yang menghibur, dan
memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi, kita
bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok
belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara
keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif sangat erat kaitanya dengan komunikasi
sosial. Komunikasi ekspresif dapat dilakukan baik sendirian
ataupun kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilkukan sejauh
komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyapaikan
perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut
dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan non verbal.
Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,
prihatin, marah, dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata,
namun terutama melalui perilaku non verbal. Sebagai contoh,
seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai
kepala anaknya. Atau seorang atasan menunjukkan simpatinya
kepada bawahanya yang isterinya baru meninggal dengan
menepuk bahunya.
3. Komunikasi Ritual
Erat kaitanya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi
ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas
sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun
32
dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites
of passage, mula dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun,
(nyanyian happy birthday dan pemotongan kue), pertunangan
(melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem
kepada orang tua, sawer, dan sebagainya. Dalam acara-acara itu
orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-
perilaku simbolik. Ritus-ritus lainya seperti berdoa (shalat,
sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara
bendera termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara
wisuda, perayaan lebaran idul fitri, Idul Adha atau natal, juga
adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam
bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen
mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara,
ideologi, atau agama mereka.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan dan mengubah prilaku atau menggerakkan tindakan,
dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan
tersebut dapat disebut membujuk (persuasif). Komunikasi yang
berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung
muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan
pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau inforasi yang
disampaikan akurat dan layak diketahui. Ketika seorang dosen
menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataanya dapat
membujuk mahasiswa untuk membersihkan ruang kuliah tersebut.
Bahkan komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara
33
tidak langsung membujuk khalayak untuk melupakan persoalan
hidup mereka.55
3. Mengapa Pendidikan Indonesia Lemah Dibandingkan Pendidikan Barat? Apakah ada Kesalahan Dalam Komunikasi?
Dibandingkan dengan negara-negara maju seperti: Australia,
Amerika, dan Jepang, anak-anak dan remaja di negara kita
kurang terbiasa membaca buku. Disana mereka lazim membaca
beberapa buku setiap minggu yang mereka pinjam dari
perpustakaan. Tidak mengherankan bila setelah mereka dewasa
pun mereka tetap gemar membaca. Di Jepang, para penumpang
dewasa lazim membawa dan membaca buku ketika mereka
berpergian dengan kendaraan umum. Mengapa anak-anak di
negara asing itu memiliki minat labih besar daripada minat baca
remaja di Indonesia? Jawaban yang lazim dikemukakan bahwa
bangsa-bangsa maju tersebut memiliki tradisi membaca yang
baik, selain terdapat banyak buku yang terbit setiap tahun. Harga
buku relative murah, dan daya beli masyarakat tinggi. Ditambah
lagi perpustakaan bertebaran dimana-mana. Sedanagkan di
Indonesia kondisinya berbanding terbalik.56
Satu faktor yang jarang dikemukakan dalam menelaah
kurangya minat baca dikalangan bangsa kita adalah adanya
hubungan yang erat mengenai kurangnya demokritasiasi dan
komunikasi efektif dilingkungan pendidikan kita. Diakui bahwa
pendidikan di negara kita sejak SD hingga perguruan tinggi pada
umumnya berlangsung satu arah. Siswa atau mahasiswa
55Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5-34
56Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 140
34
dianggap orang-orang yang tidak tahu apa-apa, aeperti wadah
kosong atau kertas putih. Murid harus patuh sepenuhnya pada
guru, dan memahami pelajaran sebagaimana guru itu
memahaminya. Konteks ini sangat nyata dan bisa dibuktikan
dimana guru berdiri didepan, sementara anak-anak menghadap
kedepan dan mendengarkan guru mengajar. Bandingkan dengan
sebuah kelas di Australia misalnya, dimana anak-anak duduk
diatas lantai, dibangku secara berkeliling atau setengah lingkaran
dan guru mendorong anak-anak untuk mengemukakan gagasan-
gagasanya, dengan pertanyaan terbuka “bagaimana” atau
“mengapa”57
Bila dinegara yang disebut diatas, guru berperan sebgai
fasilitator, maka dinegara kita, guru atau dosen menjadi raja-raja
kecil diruang kelas atau ruang kuliah yang merasa bahwa mereka
adalah satu-satunya sumber kebenaran di kelas. Yang terjadi
adalah indoktrinasi, berkedok pendidikan.
Iklim pengajaran yang kaku, otoriter dan paternalistic itu
adalah salah satu saja hambatan terhadap pengembangan minat
baca. Kegiatan membaca, sebagai satu kegiatan komunikasi
secara keseluruhan. Kalau murid senantiasa disuapi oleh guru,
maka rasa ingin tahu mereka tidak akan berkembang dengan
maksimal.
Selain memiliki dampak positif terhadap pendidikan, ternyata
komunikasi public dalam bentuk media elektronik, katakanlah TV
diduga mengurangi kegiatan belajar anak, menghamabat
imajinasi, kreativitas, dan sosiabilitas mereka. Selain itu, TV juga
dengan tayangan-tayanganya yang penuh dengan kekerasan,
57Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 140
35
dianggap membuat orang menjadi kurang peka terhadap
kekerasan yang terjadi di sekitar mereka.58
E. Diskusi Kelas: Wujud Penerapan Komunikasi Kelompok
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan sebagai
suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu
masalah. Sebagai metode penyuluhan berkelompok, diskusi biasanya
membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-
masing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk
bertanya atau memberikan pendapat. Berdasarkan hal tersebut
diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yaitu metode diskusi.
Metode diskusi merupakan salah satu dari beberapa metode
pembelajaran yang umum digunakan dalam dunia pendidikan, diskusi
merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain,
saling berbagi gagasan dan pendapat.
Namun setiap metode pembelajaran yang di berikan pastinya ada
manfaat atau kelemahannya, sehingga para guru harus memahami
berbagai metode pembelajaran agar guru dapat memilih dan
menggunakan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajarannya. Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses
berpikir dan mengungkapkan pendapat.
58Dedy Mulyana, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 142
36
Jumlah anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5 (lima)
sampai 20 (dua puluh) orang. Jumlah ini memudahkan anggota untuk
berinteraksi dan memudahkan guru untuk mengkoordinasi jalannya
diskusi.
Adapun tujuan diskusi adalah, pertama, untuk memberikan
motivasi kepada siswa agar dapat berkomunikasi secara lisan, Kedua,
memberikan kesempatan kepada peserta dididk untuk menggunakan
pengetahuan dan informasi yang telah dimiliki. Ketiga,
mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang
rasa terhadap keragaman pendapat orang lain, dalam rangka
mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.
Dalam buku bertajuk “Effective Teaching”, Daniel Muijs dan David
Reynolds menyatakan bahwa “Classroom discussion can help fulfil
three major learning goals: promoting students’ involvement and
engagement in the lesson by allowing students to voice their own
ideas; helping them develop batter understanding by allowing them to
thinks through and verbalize their thinking, and, finally, helping
students obtain communication skills”59
Dengan kata lain, diskusi kelas dapat membantu untuk mencapai
tiga tujuan pembelajaran: (1) meningkatkan keikutsertaan dan
kegiatan siswa dalam pelajaran dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyuarakan pendapatnya, (2) membantu siswa
dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik dengan cara
memberikan kesempatan untuk menyatakan pemikiran mereka, dan
akhirnya (3) membantu siswa untuk meningkatkan kecakapan
berkomunikasi.
59Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice. (London, Paul Champsan Publishing, 2001), hlm. 25
37
Metode diskusi mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar
pendapat, dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk
berpartisipasi secara optimal, tanpa ada aturan-aturan yang terlalu
keras, namun tetap harus mengikuti etika yang disepakati bersama.
Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari
melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok.
1. Penerapan Komunikasi Kelompok di Dalam Kelas
Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran di
kelas adalah sebagai berikut :
a. Guru menentukan suatu masalah yang akan didiskusikan atau
guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu
pokok atau problem yang akan didiskusikan.
b. Guru menjelaskan tujuan diskusi.
c. Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab
mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
d. Guru mengatur giliran pembicara supaya tidak semua siswa
serentak berbicara mengeluarkan pendapat.
e. Guru menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara
agar seluruh kelas dapat mendengarkan apa yang sedang
dikemukakan.
f. Mengatur giliran berbicara agar semua siswa dapat
menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
g. Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang
dari pokok permasalahan.
38
h. Membuat catatan hal-hal yang menurut pendapat guru harus
segera dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari
pendapat yang salah.
i. Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa
dengan siswa.
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi Kelompok
Adapun kebaikan Metode Diskusi kelompok didalam kelas
adalah sebagai berikut :
a. Suasana kelas hidup, sebab para siswa mengarahkan
pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
Partisipasi siswa menjadi lebih baik.
b. Siswa dapat belajar menghargai pendapat orang lain.
c. Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual seperti
toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan
sebagainya.
d. Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam
demokrasi
e. Siswa dapat belajar bermusyawarah.60
Adapun kelemahan Metode Diskusi kelompok adalah sebagai
berikut:
a. Diskusi pada umumnya dikuasai oleh siswa yang gemar
berbicara
b. Bagi siswa yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk
melepaskan diri dari tanggung jawab.
60http://www.nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/
39
c. Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari
poko persoalan.
d. Membutuhkan waktu cukup banyak.
e. Sulit digunakan di tingkat rendah pada sekolah dasar.61
F. Metode Ceramah: Wujud Komunikas Publik Dalam Dunia Pendidikan
Metode ceramah yang dianggap sebagai penyebab utama dari
rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran memang patut
dibenarkan, tetapi juga anggapan itu sepenuhnya kurang tepat karena
setiap metode atau model pembelajaran baik metode pembelajaran
klasik termasuk metode ceramah maupun metode pembelajaran
modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing, yang saling melengkapi satu sama lain.62 Metode ceramah itu
sendiri pada dasarnya memiliki banyak pengertian dan jenisnya.
Berikut ini beberapa pengertian dari metode ceramah, antara lain :
1. Menurut Winarno Surahmad, ceramah adalah penerangan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan
peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang
pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
2. Metode ceramah adalah penyajian informasi secara lisan baik
formal maupun informal.
3. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin, ceramah berasal
dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati
membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar
sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan
61http://www.ziazone.wordpress.com/2011/10/05/metode-pembelajaran-diskusi/ 62Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 27
40
membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan
penggunaan buku.
4. Metode ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh
guru terhadap kelasnya, dengan menggunakan alat bantu
mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada
siswa. Metode ceramah ini sering kita jumpai pada proses-proses
pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke
tingkat perguruan tinggi, sehingga metode seperti ini sudah
dianggap sebagai metode yang terbaik bagi guru untuk melakukan
interaksi belajar mengajar. Satu hal yang tidak pernah menjadi
bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas penggunaan
metode ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa,
bahkan akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.63
5. Metode ceramah juga disebut juga kegiatan memberikan informasi
dengan kata-kata. Pengajaran sejarah, merupakan proses
pemberian informasi atau materi kepada siswa serta hasil dari
penggunaan metode tersebut sering tidak berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Makna dan arti dari materi atau informasi
tersebut terkadang ditafsirkan berbeda atau salah oleh siswa. Hal
ini karena tingkat pemahaman setiap siswa yang berbeda-beda
atau dilain pihak guru sebagai pusat pembelajaran kurang pandai
dalam menyampaikan informasi atau materi kepada siswa. Jenis-
jenis metode ceramah, terdiri dari metode ceramah bervariasi,
metode ceramah campuran dan metode ceramah asli.
Anggapan-anggapan negatif tentang metode ceramah sudah
seharusnya patut diluruskan, baik dari segi pemahaman artikulasi oleh
guru maupun penerapannya dalam proses belajar mengajar
63Popham Jame , dkk. Teknik Mengajar Secara Sistematis. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 53
41
disekolah. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik,
dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru
dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti
gambar dan audio visual lainnya. Definisi lain ceramah menurut
bahasa berasal dari kata lego (bahasa latin) yang diartikan secara
umum dengan “mengajar” sebagai akibat guru menyampaikan
pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran
dengan menggunakan buku kemudian menjadi lecture method atau
metode ceramah.64
Definisi metode ceramah diatas, bila langsung diserap dan
diaplikasikan tanpa melalui pemahaman terlebih dahulu oleh para
guru tentu hasil yang didapat dari penerapan metode ini akan jauh
dari harapan, seperti halnya yang terjadi dalam problematika saat ini.
Hampir setiap guru sejarah menggunakan metode ceramah yang jauh
dari kaidah-kaidah metode ceramah seharusnya.65
Metode ceramah dalam proses belajar mengajar sesungguhnya
tidak dapat dikatakan suatu metode yang salah. Hal ini dikarenakan
model pengajaran ini seperti yang dijelaskan diatas terdiri dari
beberapa jenis, yang nantinya dapat dieksploitasi atau dikreasikan
menjadi suatu metode ceramah yang menyenangkan, tidak seperti
pada metode ceramah klasik yang terkesan mendongeng.66 Metode
ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar juga
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelemahan :
64Suwarna, dkk. Pengajaran Mikro. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005), hlm. 56 65Sagala Syaiful, Konsep dan makna pembelajaran. (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm 89 66Djamarah Saiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: Rajawali Press, 2000), hlm. 53.
42
1. Mudah menjadi verbalisme.
2. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang
benar-benar menerimanya.
3. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
4. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada siapa yang
menggunakannya.
5. Cenderung membuat siswa pasif
Kelebihan:
1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
6. Lebih ekonomis dalam hal waktu.
7. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan.
8. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
9. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh
perhatian.
10. Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan
dan meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang
akademik. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari
beberapa sumber lain
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalh ini adalah:
1. Komunikasi adalah kegiatan saling bertukar informasi antara satu
atau lebih orang, dengan adanya kesepakatan terhadap makna dan
konteks yang dibicarakan (lingua franca)
2. Komunikasi kelompok adalah adalah komunikas yang terjadi
diantara kelompok dengan kelompok lain misalnya dalam bentuk
disdkusi kelas. Sedangkan komunikasi publik adalah komunikasi
satu arah yang disampaikan melalui nara sumber kepada khalayak
yang mana dalam konteks pendidikan, komunikasi public ini adalah
seperti metode ceramah yang diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran kepada siswa.
3. Hubungan komunikasi kelompok dan komunikasi public bagi dunia
pendidikan adalah sangat erat dalam dunia pendidikan, karena
sejatinya, pendidikan itu berjalan seiring denga proses komunikasi
didalamnya, tidak ada pembelajaran kalau tidak ada komunikasi.
B. Rekomendasi
Dalam kesempatan ini penulis merekomendasikan kepada semua
pihak untuk dapat jeli melihat segala relaitas yang menghampiri para
pendidik di lingkunganya, pendidik harus memiliki pribadi yang kuat
dan tidak mudah digoyahkan serta luwes dalam wawasan keilmuan
dan memahami konteks komunikasi efektif, baik itu dalam bentuk
komunikasi kelompok maupun komunikasi publik untuk diterapkan di
lingkungan mereka masing-masing.
44
Setelah membaca uraian tersebut, kita dapat mencoba untuk
menanyakan kepada diri kita sendiri. Pertama, sudahkah kita pernah
mencoba untuk menerapkan metode tersebut dalam proses
pembelajaran? Kalau belum maka cobalah. Kedua, kalau sudah,
apakah yang telah Anda laksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan metode diskusi kelas dan metode ceramah (komunikasi
public) tersebut? Kalau belum Anda bisa menyesuaikan. Semua akan
terpulang kepada diri kita sendiri. Mudah-mudahan uraian dalam
tulisan ini dapat sedikit membantu Anda. Dengan menggunakan
metode diskusi yang benar dalam proses belajar mengajar,
diharapkan kasus-kasus kekerasan dalam kehidupan kita dapat
berkurang dari hari ke hari. Insyaallah.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selanjutnya
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dan menyelesaikan makalah ini. Hanya
do’alah yang dapat penulis kirimkan semoga segala pengorbanan
yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Selanjutnya
harapan saya semua pihak dapat memberikan sumbang saran demi
untuk kesempurnaan penulisan dan isi dari makalah ini, semoga Allah
selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada kita semua
Amin Yarobbal’alamin.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
45
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Mafri, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos, 1999)
Amri Jhi, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988)
Antoni, Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai, 2004)
Dan B. Curtis, dkk., Komunikasi Bisnis dan Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2006)
Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching, Evidence and Practice. (London, Paul Champsan Publishing, 2001)
Denny. Richard, terj., Communicate to Win: Kiat Komunikasi yang Efektif dan Impresif (Jkarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006)
Effendy. Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosdakarya, 2007)
Herbert. George, Mind, Self, and Society (Chicago: Chicago Press, 1934)
http:// id. shvoong. com /social-sciences/communication-media-studies/2187861-ruang-lingkup-komunikasi/
http://fatfrogblogs-friendster.com
http://www.nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/
http://www.ziazone.wordpress.com/2011/10/05/metode-pembelajaran-diskusi/
Karl Deustch, The Nervous of Government (New York: The Free Press of Glencoe, 1963)
Karlinah, Siti, Komunikasi Massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999)
Lasape. Samad, Pentingnya Komunikasi Kelompok Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa (Manado: Jurnal Penenlitian Komunikasi dan Opini Publik, 2005)
46
Littlejon, Theories of Human Comunication (California: Wardsworth Publishing Company, 1996)
McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,( Jakarta: Erlangga, 1987)
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)
Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008)
Mulyana. Deddy, Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Rosdakarya, 2006)
Mulyana. Dedy, Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
Nimmo. Dan, Komuniikasi Politik Khalayak dan Efek (Bandung: Rosdakarya, 2006)
Nurudin, Komunikasi Massa, (Malang: CESPUR, 2005)
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 1992)
Pawit M. Yusuf, Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)
Popham Jame, dkk. Teknik Mengajar Secara Sistematis. (Jakarta : Rineka Cipta, 2008)
R. Wenburg, John. dan Wiliam W. Wilmot, The Personal Communication Process (New York: John Wiley and Sons, 1973)
Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985)
Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosadakarya, 1996)
Rakhmat. Jalaluddin, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya, 2007)
Saiful Bahri. Djamarah, Strategi Belajar Mengajar.(Jakarta: Rajawali Press, 2000)
47
Sanjaya, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006)
Suwarna, dkk. Pengajaran Mikro. (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2005)
Syaiful. Sagala, Konsep dan makna pembelajaran. (Bandung : Alfabeta, 2008)
Uchayana Effendy. Onong, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja ROsdakarya, 2008)
Uchayana Effendy. Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007)
Uchyana Onong. Effendy, Ilmu Teori dan Dilsafat Komunikasi (Bandung: Cipta Aditya Bakti, 1993)
www.liputan6.com, edisi online 11 April 2005