uu 1/1957, pokok pokok pemerintahan daerah …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf ·...

50
UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:1 TAHUN 1957 (1/1957) Tanggal:17 JANUARI 1957 (JAKARTA) _________________________________________________________________ Tentang:POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a.bahwa berhubung dengan perkembangan ketata-negaraan maka Undang-undang tentang Pokok Pemerintahan Daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri, perlu diperbaharui sesuai dengan Negara Kesatuan; b.bahwa pembaharuan itu perlu dilakukan dalam suatu Undang-undang yang berlaku untuk seluruh Indonesia; Mengingat :Pasal-pasal 89, 131 jo. 132 Undang-Undang Dasar Sementara; dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN: I.Mencabut: a.Undang-undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1948 b.Undang-undang Negara Indonesia Timur No. 44 tahun 1950; c.Peraturan-perundangan lainnya mengenai Pemerintahan Daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri. II.Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1)Yang dimaksud dengan Daerah dalam Undang-undang ini ialah daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri, yang disebut juga "Daerah Swatantra" dan "Daerah Istimewa". (2)Jika dalam Undang-undang ini disebut "setingkat lebih atas" maka yang dimaksudkan ialah: a.Daerah tingkat ke I (termasuk Daerah Istimewa tingkat I) bagi Daerah tingkat ke II (termasuk Daerah Istimewa tingkat II), yang terletak dalam wilayah Daerah tingkat I itu; b.Daerah tingkat ke II (termasuk Daerah Istimewa tingkat II) bagi Daerah tingkat ke III (termasuk Daerah Istimewa tingkat III) yang terletak dalam wilayah Daerah tingkat *1332 II itu. (3)Jika dalam Undang-undang ini di belakang perkataan "Dewan Perwakilan Rakyat Daerah" atau "Dewan Pemerintah Daerah" disebut suatu "tingkat", maka dengan "tingkat" itu dimaksudkan tingkat dari Daerah yang disebut dalam hubungan itu. (4)Jika dalam Undang-undang ini di belakang perkataan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah tidak disebut sesuatu penjelasan, maka yang dimaksud ialah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah dari Daerah Swatantra dan Daerah Istimewa. (5)Dalam Undang-undang ini dengan istilah keputusan dapat diartikan juga peraturan.

Upload: duongkien

Post on 15-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor:1 TAHUN 1957 (1/1957)

Tanggal:17 JANUARI 1957 (JAKARTA)

_________________________________________________________________

Tentang:POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *)

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang: a.bahwa berhubung dengan perkembangan ketata-negaraan makaUndang-undang tentang Pokok Pemerintahan Daerah yang berhak mengurusrumah tangganya sendiri, perlu diperbaharui sesuai dengan NegaraKesatuan; b.bahwa pembaharuan itu perlu dilakukan dalam suatuUndang-undang yang berlaku untuk seluruh Indonesia;

Mengingat :Pasal-pasal 89, 131 jo. 132 Undang-Undang Dasar Sementara;dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;

MEMUTUSKAN:

I.Mencabut: a.Undang-undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1948b.Undang-undang Negara Indonesia Timur No. 44 tahun 1950;c.Peraturan-perundangan lainnya mengenai Pemerintahan Daerah yangberhak mengurus rumah tangganya sendiri.

II.Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

(1)Yang dimaksud dengan Daerah dalam Undang-undang ini ialah daerahyang berhak mengurus rumah tangganya sendiri, yang disebut juga"Daerah Swatantra" dan "Daerah Istimewa". (2)Jika dalam Undang-undangini disebut "setingkat lebih atas" maka yang dimaksudkan ialah:a.Daerah tingkat ke I (termasuk Daerah Istimewa tingkat I) bagi Daerahtingkat ke II (termasuk Daerah Istimewa tingkat II), yang terletakdalam wilayah Daerah tingkat I itu; b.Daerah tingkat ke II (termasukDaerah Istimewa tingkat II) bagi Daerah tingkat ke III (termasukDaerah Istimewa tingkat III) yang terletak dalam wilayah Daerahtingkat *1332 II itu.

(3)Jika dalam Undang-undang ini di belakang perkataan "DewanPerwakilan Rakyat Daerah" atau "Dewan Pemerintah Daerah" disebut suatu"tingkat", maka dengan "tingkat" itu dimaksudkan tingkat dari Daerahyang disebut dalam hubungan itu.

(4)Jika dalam Undang-undang ini di belakang perkataan Dewan PerwakilanRakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah tidak disebut sesuatupenjelasan, maka yang dimaksud ialah Dewan Perwakilan Rakyat Daerahdan Dewan Pemerintah dari Daerah Swatantra dan Daerah Istimewa.

(5)Dalam Undang-undang ini dengan istilah keputusan dapat diartikanjuga peraturan.

Page 2: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

BAB II PEMBAGIAN WILAYAH REPUBLIK INDONESIA DALAM DAERAH SWATANTRA

Pasal 2

(1)Wilayah Republik Indonesia dibagi dalam daerah besar dan kecil,yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri, dan yang merupakansebanyak-banyaknya 3 (tiga) tingkat yang derajatnya dari atas ke bawahadalah sebagai berikut: a.Daerah tingkat ke I, termasuk KotaprajaJakarta Raya, b.Daerah tingkat ke II, termasuk Kotapraja, dan c.Daerahtingkat ke III.

(2)Daerah Swapraja menurut pentingnya dan perkembangan masyarakatdewasa ini, dapat ditetapkan sebagai Daerah Istimewa tingkat ke I,IIatau III atau Daerah Swatantra tingkat ke I, II atau III, yang berhakmengurus rumah tangganya sendiri.

Pasal 3

Pembentukan Daerah Swatantra, demikian pula Daerah Istimewa termaksuddalam Pasal 2, ayat (2), termasuk perubahan wilayahnya kemudian,diatur dengan Undang-undang.

Pasal 4

(1)Yang dapat dibentuk sebagai Kotapraja adalah daerah yang merupakankelompok kediaman penduduk, dengan berpedoman kepada syarat penduduksejumlah sekurang-kurangnya 50.000 jiwa. (2)Dalam Kotapraja, kecualiKotapraja Jakarta Raya, tidak dibentuk daerah Swatantra tingkat lebihrendah.

Bab III BENTUK DAN SUSUNAN PEMERINTAH DAERAH BAGIAN I KETENTUAN UMUM

Pasal 5

Pemerintah Daerah terdiri daripada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah danDewan Pemerintah Daerah.

*1333 Pasal 6

(1)Kepala Daerah karena jabatannya adalah Ketua serta anggota DewanPemerintah Daerah. (2)Ketua dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan RakyatDaerah dipilih oleh dan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.(3)Wakil Ketua Dewan Pemerintah Daerah dipilih oleh dan dari, anggotaDewan Pemerintah Daerah. (4)Selama Ketua dan Wakil Ketua DewanPerwakilan Rakyat Daerah belum ada rapat Dewan Perwakilan RakyatDaerah dipimpin oleh seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerahyang tertua usianya.

BAGIAN II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Pasal 7

(1)Bagi tiap-tiap Daerah jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerahditetapkan dalam Undang-undang pembentukannya, dengan dasarperhitungan jumlah penduduk yang harus mempunyai seorang anggota bagimasing-masing Daerah sebagai berikut: a.bagi Daerah-daerah tingkat Itiap-tiap 200,000 orang penduduk mempunyai seorang wakil denganminimum 30 dan maksimum 75; b.bagi Daerah-daerah tingkat II tiap-tiap10.000 orang penduduk mempunyai seorang wakil dengan minimum 15 orang

Page 3: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

dan maksimum 35; c.bagi Daerah-daerah tingkat III tiap-tiap 2000 orangpenduduk mempunyai seorang wakil dengan minimum 10 dan maksimum 20.

(2)Perubahan jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurutketentuan-ketentuan tersebut tersebut dalam ayat (1) sub a, b dan cditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. (3)Keanggotaan Dewan PerwakilanRakyat Daerah berlaku untuk masa empat tahun. (4)Anggota DewanPerwakilan Rakyat Daerah, yang mengisi lowongan keanggotaan antaratau, duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah itu hanya untuk sisamasa empat tahun tersebut. (5)Menyimpang daripada ketentuan tersebutdalam ayat 3, anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yangpertama meletakkan keanggotaannya itu bersama-sama pada waktu yangditentukan dalam Undang-undang Pembentukan. (6)Pemilihan danpenggantian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diatur denganUndang-undang. Pasal 8

Yang dapat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ialahwarganegara Indonesia yang:

a.telah berumur dua puluh tahun;b.bertempat tinggal pokok di dalam wilayah yang bersangkutansedikitnya enam bulan yang terakhir;c.cakap menulis dan membaca bahasa Indonesia dalam huruf Latin;d.tidak kehilangan hak menguasai atau mengurus harta bendanya karenakeputusan pengadilan yang tidak dapat berobah lagi;e.tidak dipecat dari hak memilih atau hak dipilih dengan keputusanpengadilan yang tidak dapat dirobah lagi; *1334 f.tidak tergangguingatannya.

Pasal 9

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah boleh merangkap menjadi:a.Presiden dan Wakil Presiden; b.Perdana Menteri dan Menteri; c.Ketuadan Anggota Dewan Pengawas Keuangan; d.Anggota Dewan Pemerintah Daerahdan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang tingkatnya lebih atasatau lebih rendah; e.Kepala Dinas Daerah, Sekretaris Daerah danpegawai yang bertanggung-jawab tentang keuangan kepada Daerah yangbersangkutan.

Pasal 10

(1)Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak boleh: a.menjadiadpokat, pokrol atau kuasa dalam perkara hukum, dalam mana Daerah itutersangkut; b.ikut serta dalam pemungutan suara mengenai penetapanatau pengusahaan dari perhitungan yang dibuat oleh suatu badan dalammana ia duduk sebagai anggota pengurusannya, kecuali apabila hal inimengenai perhitungan anggaran keruangan Daerah yang bersangkutan;c.langsung atau tidak langsung turut serta dalam ataupun menjadipenanggung untuk sesuatu usaha menyelenggarakan pekerjaan umum,pengangkutan atau berlaku sebagai rekanan (leverancier), gunakepentingan daerah; d.melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yangmendatangkan keuntungan baginya atau merugikan bagi Daerah dalamhal-hal yang berhubungan langsung dengan Daerah yang bersangkutan,

(2)Terhadap larangan-larangan tersebut dalam ayat (1) Dewan PerwakilanRakyat Daerah dapat memberikan pengecualian apabila kepentingan Daerahmemerlukannya.

(3)Anggota yang melanggar caranya tersebut dalam ayat (1) setelahdiberi kesempatan untuk mempertahankan diri dengan lisan atau tulisan,

Page 4: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

dapat diberhentikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan sebelumitu dapat diberhentikan sementara oleh Dewan Pemerintah Daerah yangbersangkutan.

(4)Terhadap putusan pemberhentian dan pemberhentian sementara tersebutdalam ayat(3), anggota yang bersangkutan dalam waktu satu bulansesudah menerima putusan itu, dapat minta ketentuan Dewan PemerintahDaerah yang setingkat lebih atas, atau bagi anggota Dewan PerwakilanRakyat Daerah tingkat ke I, dari Presiden.

Pasal 11

(1)Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berhenti karena anggota itumeninggal dunia, atau dapat diberhentikan, karena anggota itu:a.memajukan permintaan berhenti sebagai anggota; b.tidak mempunyailagi sesuatu syarat seperti tersebut dalam Pasal 8 dan 9; c.melanggarsuatu peraturan yang khusus ditetapkan bagi anggota-anggota DewanPerwakilan Rakyat Daerah, kecuali *1335 yang termaksud dalam Pasal 10.

(2)Keputusan mengenai pengurangan keanggotaan termaksud dalam ayat (1)bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat ke I diambil olehMenteri Dalam Negeri di atas usul Dewan Pemerintah Daerah dari Daerahyang bersangkutan dan bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dibawahnya oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas, atas usulDewan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

(3)Atas keputusan Dewan Pemerintah Daerah termaksud dalam ayat (2)kecuali mengenai hal tersebut dalam ayat (1) sub a, anggota yangbersangkutan dalam waktu satu bulan sesudah menerima putusan ituberhak meminta putusan dalam bandingan kepada Presiden mengenaikeputusan Dewan Pemerintah Daerah tingkat ke I dan kepada DewanPemerintah Daerah tingkat ke I mengenai keputusan Dewan PemerintahDaerah tingkat ke II.

Pasal 12

(1)Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menerima uang sidang, uangjalan dan uang penginapan menurut peraturan yang ditetapkan oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah.

(2)Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam ayat (1) kepada Ketua/WakilKetua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat diberikan uang kehormatanmenurut peraturan yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(3)Peraturan tersebut dalam ayat (1) dan (2) harus disahkan lebihdahulu oleh Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat ke I, dan olehDewan Pemerintah Daerah dari Daerah yang setingkat lebih atas bagilain-lain Daerah. (4)Dalam Peraturan Pemerintah dapat ditetapkanperaturan umum mengenai hal tersebut dalam ayat (1) dan (20)

Pasal 13

(1)Sebelum memangku jabatannya anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerahmengangkat sumpah (janji) di dalam rapat pertama Dewan PerwakilanRakyat Daerah, dihadapan Menteri Dalam Negeri atau seorang yangditunjuk olehnya yang memimpin rapat itu, menurut cara agamanya.

(2)Pengangkatan sumpah (janji) dari anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah, yang antara waktu mengisi lowongan keanggotaan DewanPerwakilan Rakyat Daerah sebagai dimaksud dalam pasal 7 ayat (4),

Page 5: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

dilakukan dihadapan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (3)Susunankata-kata sumpah atau janji yang dimaksud dalam ayat (1) dan (2)adalah sebagai berikut:

"Saya bersumpah (menerangkan) bahwa saya untuk dipilih menjadi AnggotaDewan Perwakilan Rakyat Daerah, langsung atau tidak langsung, dengannama atau dalih apapun, tiada memberikan atau menjanjikan ataupun akanmemberikan sesuatu kepada siapapun juga. Saya bersumpah (berjanji)bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatanini, tiada sekali-kali akan menerima, langsung ataupun tak langsung,*1336 dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian. Saya bersumpah(berjanji), bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggotaDewan Perwakilan Rakyat Daerah ... dengan sebaik-baiknya dansejujur-jujurnya, bahwa saya akan membantu memelihara segala peraturanyang berlaku bagi Republik Indonesia dan akan berusaha dengan sekuattenaga memajukan kesejahteraan Daerah ... Saya bersumpah (berjanji)bahwa saya akan setia kepada Negara Republik Indonesia dan senantiasamenjunjung tinggi kehormatan Negara dan Daerah".

(4)Pada waktu pengangkatan sumpah atau janji semua orang yang hadirpada rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah harus berdiri; Menteri DalamNegeri atau orang yang ditunjuk olehnya dalam hal termaksud dalam ayat(1) atau Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam hal termaksuddalam ayat (2) berusaha supaya segala sesuatu dilakukan dalam suasanahikmat.

BAGIAN III SIDANG DAN RAPAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Pasal 14

(1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersidang atau berapat ataspanggilan Ketuanya. Atas permintaan sekurang-kurangnya seperlima darijumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau atas permintaanDewan Pemerintah Daerah, maka Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerahwajib memanggil Dewan itu untuk bersidang atau berapat dalam satubulan sesudah permintaan itu diterimanya,

(2)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersidang sekurang-kurangnya sekalidalam tiga bulan.

(3)Semua yang hadir pada rapat tertutup berkewajiban merahasiakansegala hal yang dibicarakan dalam rapat itu.

(4)Kewajiban merahasiakan seperti tersebut dalam ayat (3) berlangsungterus, baik bagi anggota-anggota maupunpegawai-pegawai/pekerja-pekerja yang mengetahui hal-hal yangdibicarakan itu dengan jalan lain atau dari surat-surat yang mengenaihal itu sampai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membebaskan mereka darikewajiban tersebut.

Pasal 15

(1)Rapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terbuka untuk umum, kecualijika Ketua menimbang perlu ditutup ataupun sekurang-kurangnya limaanggota menuntut hal itu. (2)Sesudah pintu ditutup rapat memutuskanapakah permusyawaratan dilakukan dengan pintu tertutup. (3)Tentang halyang dibicarakan dalam rapat tertutup, dapat diambil keputusan denganpintu tertutup, kecuali tentang. a.anggaran belanja, perhitungananggaran belanja dan perobahan anggaran-belanja. b.penetapan,perobahan dan penghapusan pajak. c.mengadakan pinjaman uang.

Page 6: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

d.kedudukan harta benda dan hak-hak Daerah e.melaksanakanpekerjaan-pekerjaan, penyerahan-penyerahan barang dan pengangkutantanpa mengadakan penawaran umum. *1337 f.penghapusan tagihan-tagihansebagian atau seluruhnya. g.mengadakan persetujuan penyelesaianperkara perdata secara damai (dading) h.penerimaan anggota baru.i.mengadakan usaha-usaha yang dapat merugikan atau mengurangikepentingan umum. j.penjualan barang-barang dan hak-hak ataupunpembebanannya, penyewaannya, pengepahannya peminjamannya untukdipakai, baik untuk selutuhnya maupun untuk sebahagiannya.

Pasal 16

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membuat peraturan tata-tertib, yangtidak dapat berlaku sebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeri bagiDaerah Swatantra Tingkat I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkatlebih atas bagi lain-lain Daerah.

Pasal 17

(1)Rapat baru sah dan dapat mengambil sesuatu putusan, jikalau jumlahanggota yang hadir lebih dari separoh jumlah anggota Dewan PerwakilanRakyat Daerah sebagai yang ditetapkan dalam peraturan pembentukannya.Quorum itu dianggap selalu ada selama rapat itu, kecuali jika padawaktu diadakan pemungutan suara ternyata sebaliknya. (2)Sesuatuputusan rapat adalah sah, jika diambil dengan suara terbanyak olehanggota yang hadir pada saat pemungutan suara itu. (3)Bila dalampemungutan suara jumlah suara ternyata sama, maka pemungutan suarayang kedua kalinya diadakan dalam rapat pertama berikutnya. Bilajumlah suara masih juga sama maka usul yang bersangkutan dinyatakantidak diterima. (4)Pemungutan suara yang mengenai diri orang harusdilakukan dengan tertulis di atas kertas dengan tidak dibubuhi tandatangan. Bila jumlah suara ternyata sama, maka diadakan pemungutansuara yang kedua kalinya. Bila jumlah suara ternyata msih sama, makadiadakan undian dan undian itulah yang memutuskan.

Pasal 18

Ketua, Wakil Ketua dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidakdapat dituntut karena pembicaraannya di dalam rapat Dewan PerwakilanRakyat Daerah atau karena tulisannya yang sampai kepada rapat DewanPerwakilan Rakyat Daerah, kecuali jika mereka dengan itu mengumumkanapa yang di katakan atau yang dikemukakan dalam rapat tertutup dengansyarat supaya dirahasiakan.

BAGIAN IV DEWAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 19

(1)Anggota-anggota Dewan Pemerintah Daerah dipilih oleh dan darianggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atas dasar perwakilanberimbang. *1338 (2)Ketua dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan RakyatDaerah tidak boleh mejadi anggota Dewan Pemerintah Daerah. (3)Jumlahanggota Dewan Pemerintah Daerah ditetapkan dalam peraturanpembentukan. (4)Dalam Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan peraturanumum mengenai cara menyelenggarakan dasar perwakilan berimbangtermaksud dalam ayat (1).

Pasal 20

(1)Anggota Dewan Pemerintah Daerah dipilih untuk suatu masa pemilihan

Page 7: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Dewan Perwakilan rakyat Daerah, kecuali jika ia berhenti, baik ataskemauan sendiri atau karena meninggal dunia, maupun karena sesuatukeputusan berdasarkan ketentuan-ketentuan Pasal 10 dan 11 ataupunkarena sesuatu keputusan lain dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yangbersangkutan. (2)Jika berhubung dengan apa yang tersebut dalam ayat(1) timbul lowongan keanggotaan Dewan Pemerintah Daerah, maka anggotabaru yang dipilih untuk mengisi lowongan itu duduk dalam DewanPemerintah Daerah hanya untuk sisa masa tersebut dalam ayat (1).(3)Barang siapa berhenti sebagai anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah ia dengan sendirinya berhenti sebagai anggota Dewan PemerintahDaerah.

Pasal 21

(1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membuat pedoman untuk DewanPemerintah Daerah guna mengatur cara menjalankan kekuasaan dankewajibannya. (2)Pedoman tersebut dalam ayat (1) tidak dapat berlakusebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat ke Idan oleh Dewan Pemerintahan Daerah setingkat lebih atas dari Daerahyang bersangkutan bagi lain-lain Daerah. (3)Dewan Pemerintah Daerahmenetapkan peraturan tata-tertib untuk rapat-rapatnya, yang baru dapatberlaku setelah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 22

(1)Anggota Dewan Pemerintah Daerah menerima uang kehormatan, uangjalan dan uang penginapan menurut peraturan yang ditetapkan oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah. (2)Peraturan tersebut dalam ayat (1) tidakdapat berlaku sebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeri bagi Daerahtingkat ke I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atasdari Daerah yang bersangkutan bagi lain-lain Daerah. (3)DalamPeraturan Pemerintah dapat ditetapkan peraturan umum hal tersebutdalam ayat (1).

BAGIAN V KEPALA DAERAH

Pasal 23

(1)Kepala Daerah dipilih menurut aturan yang ditetapkan denganUndang-undang. *1339 (2)Cara pengangkatan dan pemberhentian KepalaDaerah ditetapkan dengan Undang-undang.

Pasal 24

(1)Sebelum Undang-undang tersebut dalam Pasal 23 ayat (1) ada, untuksementara waktu Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan RakyatDaerah, dengan memperhatikan syarat-syarat kecakapan dan pengetahuanyang diperlukan bagi jabatan tersebut menurut ketentuan-ketentuantersebut dalam ayat (2) sampai dengan 7. (2)Hasil pemilihan KepalaDaerah dimaksud dalam ayat (1) memerlukan pengesahan lebih dahuludari.

a.Presidan apabila mengenai Kepala Daerah dari tingkat ke I.b.Menteri Dalam Negeri atau penguasa yang ditunjuk olehnya apabilamengenai Kepala Daerah dari tingkat ke II dan ke III. (3)Kepala Daerahdipilih untuk satu masa pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ataubagi mereka yang dipilih antar waktu guna mengisi lowongan KepalaDaerah, untuk sisa masa pemilihan tersebut. (4)Dengan PeraturanPemerintah ditetapkan peraturan umum mengenai syarat-syarat kecakapandan pengetahuan seperti tersebut dalam ayat (1) dan cara pemilihan

Page 8: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

serta pengesahan Kepala Daerah. (5)Kepala Daerah berhenti darijabatannya, karena.

a.meninggal dunia,b.masa pemilihan seperti dimaksud dalam ayat (3) berakhir.c.permintaan sendiri;d.keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang memperhentikannyasebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (6)Dengan tidakmengurangi ketentuan-ketentuan seperti dimaksud dalam ayat (5) diatas, Kepala Daerah juga berhenti dari jabatannya karena keputusanDewan Perwakilan Rakyat Daerah yang:

a.memperhentikannya sebagai Kepala Daerah.b.memperhentikan Dewan Pemerintah Daerah. (7)Pemberhentian KepalaDaerah termaksud dalam ayat (5) sub e dan d dan ayat (6) memerlukanpengesahan dari penguasa yang berwajib seperti di maksud dalam ayat(2).

Pasal 25

(1)Kepala Daerah Istimewa diangkat dari calon yang diajukan oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah dari keturunan keluarga yang berkuasa didaerah itu dijaman sebelum Republik Indonesia dan yang masih menguasaidaerahnya, dengan memperhatikan syarat-syarat kecakapan, kejujuran,kesetiaan serta adat istiadat dalam daerah itu, dan diangkat dandiberhentikan oleh:

a.Presiden bagi Daerah Istimewa tingkat I.b.Menteri Dalam Negeri atau penguasa yang ditunjuk olehnya bagi DaerahIstimewa tingkat II dan III. (2)Untuk Daerah Istimewa dapat diangkatdari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah seorangWakil Kepala Daerah Istimewa yang diangkat dan diberhentikan olehpenguasa yang mengangkat/memberhentikan Kepala Daerah Istimewa, dengan*1340 memperhatikan syarat-syarat tersebut dalam ayat (1). (3)Kepaladan Wakil Kepala Daerah Istimewa karena jabatannya adalahberturut-turut menjadi Ketua serta anggota dan Wakil Ketua sertaanggota dari Dewan Pemerintah Daerah.

Pasal 26

(1)Apabila Kepala Daerah berhalangan atau berhenti dari jabatannya,maka ia diwakili oleh Wakil Ketua Dewan Pemerintah Daerah. (2)Apabiladalam hal yang dimaksud dalam ayat (1) Wakil Ketua Dewan PemerintahDaerah juga berhalangan atau berhenti dari jabatannya, maka iadiwakili oleh anggota yang tertua suianya dari Dewan Pemerintah Daerahitu. (3)Apabila Dewan Pemerintah Daerah itu berhenti karena suatukeputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah seperti dimaksud dalam Pasal20 ayat (1), maka untuk sementara waktu tugas Dewan Pemerintah Daerahitu dijalankan oleh Ketua/Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 27

(1)Apabila Kepala Daerah Istimewa berhalangan atau berhenti darijabatannya, maka ia diwakili oleh Wakil Kepala Daerah Istimewa.(2)Apabila Wakil Kepala Daerah Istimewa termaksud dalam ayat (1) ituberhalangan atau berhenti dari jabatannya, maka ia diwakili olehseorang anggota Dewan Pemerintah Daerah yang dipilih oleh dan darianggota Dewan Pemerintah Daerah. (3)Apabila dalam Daerah Istimewatidak diangkat Wakil Kepala Daerah Istimewa termaksud dalam Pasal 25ayat (2), maka kepala Daerah Istimewa, apabila ia berhalangan atau

Page 9: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

berhenti dari jabatannya, diwakili oleh Wakil ketua Dewan PemerintahDaerah yang dipilih oleh dan dari anggota-anggota Dewan PemerintahDaerah. (4)Apabila Dewan Pemerintah Daerah itu berhenti, karena suatukeputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah seperti dimaksud dalam Pasal20 ayat 1, maka untuk sementara waktu tugas Dewan Pemerintah Daerahdijalankan oleh Kepala Daerah Istimewa.

Pasal 28

(1)Kepala Daerah menerima gaji, uang jalan dan uang penginapan sertasegala penghasilan lainnya yang sah yang bersangkutan denganjabatannya, menurut peraturan yang ditetapkan oleh Dewan PerwakilanRakyat Daerah. Dalam peraturan tersebut dapat diatur hal-hal mengenaikedudukan hukum dari Kepala Daerah. (2)Peraturan tersebut dalam ayat(1) tidak dapat berlaku sebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeribagi Daerah tingkat ke I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkatlebih atas dari Daerah yang bersangkutan bagi lain-lain Daerah.(3)Dalam Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan peraturan umum mengenaihal-hal tersebut dalam ayat (1).

Pasal 29

*1341 Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa menerima gaji, uangjalan dan uang penginapan serta segala penghasilan lainnya yang sahyang bersangkutan dengan jabatannya, menurut peraturan yangditetapakan oleh Pemerintah. Dalam peraturan tersebut dapat diaturhal-hal lain mengenai kedudukan hukum dari Kepala dan Wakil KepalaDaerah Istimewa.

Pasal 30

(1)Sebelum memangku jabatannya Kepala Daerah mengangkat sumpah (janji)di hadapan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam suatu sidanmenurut cara agamanya dan disaksikan oleh Wakil Pemerintah Pusat.(2)Kepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa, sebelum memangkujabatannya mengangkat sumpah (janji) dalam suatu sidang DewanPerwakilan Rakyat Daerah di hadapan pejabat yang ditunjuk olehPemerintah Pusat. (3)Susunan kata-kata sumpah atau janji yang dimaksuddalam ayat (1) adalah sebagai berikut:

"Saya bersumpah (menerangkan), bahwa saya untuk dipilih menjadi KepalaDaerah, langsung atau tak langsung, dengan nama atau dalih apapun,tiada memberikan atau menjanjikan ataupun akan memberikan sesuataukepada siapapun juga.

Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya, untuk melakukan atau tidakmelakukan sesuatu dalam jabatan ini, tiada sekali-kali akan menerimalangsung ataupun tak langsung dari siapapun juga sesuatu janji ataupemberian.

Saya bersumpah (berjanji), bahwa saya akan memenuhi kewajiban sayasebagai Kepala Daerah ... dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya,bahwa saya akan membantu memelihara segala peraturan yang berlaku bagiRepublik Indonesia dan akan berusaha dengan sekuat tenaga memajukankesejahteraan Daerah...

"Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya akan setia kepada NegaraRepublik Indonesia dan akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatanNegara dan Daerah".

Page 10: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

(4)Susunan kata-kata sumpah atau janji yang dimaksud dalam ayat (2)adalah sebagai berikut: "Saya bersumpah (berjanji), bahwa saya akanmemenuhi kewajiban saya sebagai Kepala Daerah Istimewa ... dengansebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya, bahwa saya akan membantumemelihara segala peraturan yang berlaku bagi Republik Indonesia danakan berusaha dengan sekuat tenaga memajukan kesejahteraan Daerah ...Saya bersumpah (berjanji) bahwa saya akan setia kepada Negara RepublikIndonesia dan akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara danDaerah".

BAB IV KEKUASAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH BAGIAN I DEWANPERWAKILAN RAKYAT DAERAH

I Ketentuan umum *1342 Pasal 31

(1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mengatur dan mengurus segala urusanrumah tangga Daerahnya kecuali urusan yang oleh undang-undang inidiserahkan kepada penguasa lain. (2)Dengan tidak mengurangi ketentuantermaksud dalam ayat (1) di atas, dalam peraturan pembentukanditetapkan urusan-urusan tertentu yang diatur dan diurus oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah sejak saat pembentukannya itu. (3)Denganperaturan Pemerintah tiap-tiap waktu, dengan memperhatikan kesanggupandan kemampuan dari masing-masing Daerah, atas usul dari DewanPerwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan dan sepanjang mengenaidaerah tingkat II dan III setelah minta pertimbangan dari DewanPemerintah Daerah dari daerah setingkat di atasnya, urusan-urusantersebut dalam ayat (2) ditambah dengan urusan-urusan lain. (4)Denganmemperhatikan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini DewanPerwakilan Rakyat Daerah dengan Peraturan Daerah dapat menyerahkanuntuk diatur dan diurus urusan-urusan rumah tangga Daerahnya kepadaDaerah tingkat bawahannya, peraturan itu untuk dapat berlaku harusdisahkan lebih dahulu oleh Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat keI dan oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas bagiDaerah-daerah lainnya.

Pasal 32

Dalam peraturan pembentukan atau berdasarkan atas atau denganperaturan undang-undang lainnya kepada Pemerintah Daerah dapatditugaskan pembantuan dalam hal menjalankan peraturan-peraturanperundangan tersebut.

Pasal 33

Dengan Peraturan Daerah dapat ditugaskan kepada Pemerintah Daerah daridaerah tingkat bawahan untuk memberi pembantuan dalam hal menjalankanperaturan daerah.

Pasal 34

Jika dalam peraturan perundangan tersebut dalam Pasal 32 dan 33 tidakdinyatakan, bahwa tugas pembantuan yang dimaksud itu diserahkan kepadaDewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka tugas itu dijalankan oleh DewanPemerintah Daerah.

Pasal 35

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat membela kepentingan Daerah danpenduduknya ke hadapan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat. DewanPerwakilan Rakyat Daerah dapat membela kepentingan Daerah dan

Page 11: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

penduduknya ke hadapan Dewan Pemerintah Daerah dan/ atau DewanPerwakilan Rakyat Daerah Indonesia.

2 Peraturan Daerah

Pasal 36

*1343 (1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk kepentingan Daerah atauuntuk kepentingan pekerjaan tersebut dalam Bab IV § I dapat membuatperaturan-peraturan, yang disebut "Peraturan Daerah" dengan ditambahnama Daerah. Peraturan Daerah harus ditandatangani oleh Ketua DewanPerwakilan Rakyat Daerah. (2)Dalam Peraturan Pemerintah dapat diadakanketentuan-ketentuan tentang bentuk Peraturan Daerah.

Pasal 37

(1)Pengundangan Peraturan Daerah yang merupakan syarat tunggal untukkekuatan mengikat, dilakukan oleh Kepala Daerah dengan menempatkannyadalam.

a.Lembaran Daerah tingkat ke I bagi Peraturan Daerah tingkat ke Itersebut dan Daerah-daerah tingkat bawahannya.b.Lembaran Kotapraja Jakarta Raya bagi Peraturan Daerah Kotaprajatersebut. Jika tidak ada lembaran-lembaran tersebut dalam sub a dan bmaka pengundangan Peraturan Daerah itu dilakukan menurut cara lainyang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah. (2)Peraturan Daerah mulaiberlaku pada hari yang ditentukan dalam peraturan tersebut atau jikaketentuan ini tidak ada peraturan Daerah mulai berlaku pada hari ke 30sesudah hari pengundangannya termaksud dalam ayat (1) (3)PeraturanDaerah yang tidak boleh berlaku sebelum disahkan oleh penguasa yangberkewajiban, tidak diundangkan sebelum pengesahan itu diberikanataupun jangka waktu tersebut dalam Pasal 63 berakhir.

Pasal 38

(1)Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan denganperaturan-perundangan yang lebih tinggi tingkatnya atau dengankepentingan umum. (2)Peraturan Daerah tidak boleh mengatur pokok-pokokdan hal-hal yang telah diatur dalam peraturan-perundangan yang lebihtinggi tingkatnya. (3)Sesuatu Peraturan Daerah dengan sendirinya tidakberlaku lagi jika pokok-pokok yang diaturnya kemudian, diatur dalamperaturan perundangan yang lebih tinggi tingkatannya. (4)Jika dalamsuatu peraturan-perundangan yang lebih tinggi tingkatnya itu hanyadiatur hal-hal yang telah diatur dalam sesuatu Peraturan Daerah, makaPeraturan Daerah ini hanya tidak berlaku lagi sekedar mengenai hal-halitu.

Pasal 39

(1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat menetapkan hukuman kurunganselama-lamanya enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya, Rp. 5000,-(lima ribu rupiah) terhadap pelanggaran peraturan-peraturannya, denganatau tidak dengan merampas barang-barang tertentu, kecuali jikalaudengan undang-undang atau Peraturan Pemerintah ditentukan lain.(2)Dalam hal pelanggaran ulangan (recidive) perbuatan pidana dimaksuddalam ayat (1) dalam waktu tidak lebih dari satu tahun sejak penghukumpelanggaran pertama tidak dapat *1344 diubah lagi, maka dapatdiancamkan hukuman-hukuman sampai dua kali maksimum dari hukuman yangtermaksud dalam ayat (1). (3)Perbuatan pidana sebagai dimaksud dalamayat 1 adalah pelanggaran. (4)Peraturan Daerah yang memuat peraturan

Page 12: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

pidana tidak dapat berlaku sebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeribagi Peraturan Daerah tingkat ke I dan oleh Dewan Pemerintah Daerahsetingkat lebih atas bagi Peraturan Daerah lainnya.

Pasal 40

Dengan Peraturan Daerah yang ditunjuk pegawai-pegawai Daerah yangdiberi tugas untuk mengusut pelanggaran ketentuan-ketentuan dariPeraturan Daerah yang dimaksud dalam Pasal 39.

Pasal 41

Dimana pelaksanaaan Keputusan Daerah memerlukan bantuan alat kekuasaanmaka dalam Peraturan Daerah dapat ditetapkan, bahwa segala biaya untukbantuan itu dapat dibebankan kepada pelanggar.

3. Kerja sama antara Pemerintah-pemerintah Daerah

Pasal 42

(1)Pemerintah Daerah dari beberapa Daerah dapat bersama-sama mengaturdan mengurus kepentingan bersama. (2)Keputusan bersama mengenai halyang dimaksud dalam ayat (1), demikian juga tentang perubahan danpencabutannya, harus disahkan lebih dahulu oleh Menteri Dalam Negeribagi Daerah tingkat ke I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkatlebih atas bagi lain-lain Daerah. (3)Bila tidak terdapat kata sepakattentang perubahan atau pencabutan peraturan tersebut dalam ayat (1),maka Menteri Dalam Negeri atau Dewan Pemerintah Daerah tersebut dalamayat (2) yang memutuskan.

4 Panitia-panitia

Pasal 43

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat membentuk Panitia-panitia yangterdiri dari anggota-anggotanya, untuk menjalankan pekerjaan gunamelancarkan tugasnya.

BAGIAN II DEWAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 44

(1)Dewan Pemerintah Daerah menjalankan keputusan-keputusan DewanPerwakilan Rakyat Daerah. (2)Pimpinan sehari-hari Pemerintahan Daerahdijalankan oleh Dewan Pemerintah Daerah.

Pasal 45

*1345 Dalam Peraturan Daerah Dewan Pemerintah Daerah dapat diserahitugas untuk menetapkan peraturan-peraturan penyelenggaraaan dariPeraturan Daerah itu.

Pasal 46

Keputusan Dewan Pemerintah Daerah ditandatangani oleh Ketua DewanPemerintah Daerah.

Pasal 47

Dewan Pemerintah Daerah menyiapkan dengan sebaik-baiknya segala

Page 13: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

sesuatu yang harus dipertimbangkan dan diputus oleh Dewan PerwakilanRakyat Daerah, sepanjang persiapan itu oleh Dewan Perwakilan RakyatDaerah tidak ditugaskan kepada badan lain.

Pasal 48

Dalam menjalankan tugasnya tentang hal-hal yang tersebut dalam Pasal44 ataupun Pasal 45, anggota-anggota Dewan Pemerintah Daerahbersama-sama bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerahdan wajib memberi keterangan-keterangan yang diminta oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 49

Dewan Pemerintah Daerah mewakili Daerahnya di dalam dan di luarpengadilan. Dalam hal-hal yang dipandang perlu Dewan Pemerintah Daerahdapat menunjuk seorang kuasa untuk menggantinya.

BAGIAN III MELALAIKAN ATAU TIDAK MENJALANKAN TUGAS KEWAJIBAN

Pasal 50

(1)Jika Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ternyata melalaikan mengurusrumah tangganya, sehingga merugikan Daerah itu atau merugikan Negara,maka Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah menentukan cara bagaimanaDaerah itu harus diurus menyimpang dari Pasal 31. (2)Jika PemerintahDaerah ternyata tidak menjalankan hal-hal yang termaksud dalam Pasal32, maka oleh Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah ditunjukalat-alat Pemerintah, yang harus menjalankan hal-hal itu atas biayaDaerah yang bersangkutan. (3)Jika hal seperti tersebut dalam ayat 2terjadi terhadap penyelenggaraan tugas termaksud dalam Pasal 33, makapenunjukan dilakukan dengan Peraturan Daerah oleh Dewan PerwakilanRakyat Daerah yang memberikan tugas itu. (4)Jika hal seperti tersebutdalam ayat (1) terjadi, maka sambil menunggu ditetapkannya PeraturanPemerintah termaksud dalam ayat (1) hak, tugas, dan kewajibanPemerintah Daerah untuk sementara itu dijalankan oleh Kepala Daerahyang bersangkutan.

BAB V SEKRETARIS DAN PEGAWAI DAERAH *1346

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

Pasal 51

Semua pegawai Daerah, begitu pula pegawai Negara dan pegawai sesuatuDaerah lainnya yang diperbantukan kepada Daerah, berada di bawahpimpinan Dewan Pemerintah Daerah.

Bagian II Sekretaris Daerah

Pasal 52

(1)Sekretaris Daerah adalah pegawai Daerah yang diangkat dandiperhentikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atas usul DewanPemerintah Daerah dengan mengingat syarat-syarat tersebut dalam Pasal53 ayat (1). (2)Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Dewan PerwakilanRakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah. (3)Apabila SekretarisDaerah berhalangan atau berhenti dari jabatannya, Dewan PemerintahDaerah menunjuk seorang pegawai lain dari Daerah itu untukmewakilinya.

Page 14: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

BAGIAN III PEGAWAI DAERAH

Pasal 53

(1)Pengetahuan tentang pengangkatan, pemberhentian, pemberhentiansementara, gaji, pensiun, uang tunggu dan hal-hal sebagainya mengenaikedudukan hukum pegawai Daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah,sedapat- dapatnya disesuaikan dengan peraturan-peraturan yangditetapkan oleh Pemerintah terhadap pegawai Negara. (2)PeraturanDaerah tersebut dalam ayat (1) tidak dapat berlaku sebelum disahkanoleh Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat ke I dan oleh DewanPemerintah Daerah setingkat lebih atas bagi Daerah lain-lainnya.

Pasal 54

(1)Cara dan syarat-syarat menetapkan pekerjaan pegawai Negara yangdiperbantukan kepada Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah,sedangkan bagi pegawai Daerah yang diperbantukan kepada Daerah lainnyadalam Peraturan Daerah dari Daerah yang memperbantukan pegawainya itu.(2)Pegawai Negara atau pegawai Daerah yang diperbantukan kepada Daerahdigaji dari keuangan Daerah yang, menerima pegawai itu, kecualiapabila dalam Peraturan Pemerintah tersebut dalam Ayat (1) ditetapkanlain. (3)Iuran pensiun pegawai serta jandanya dan iuran untuktunjangan anak-anaknya bagi pegawai Negara atau bagi pegawai Daerahyang diperbantukan, dipungut dari gajinya dan dimasukkan dalam kasNegara atau kas Daerah yang bersangkutan.

Pasal 55

*1347 (1)Atas permintaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dengankeputusan Menteri atau penguasa yang ditunjuk olehnya, dapatdipekerjakan pegawai dalam lingkungan Kementeriannya untuk melakukanurusan-urusan tertentu bagi kepentingan Daerah yang bersangkutan.(2)Dalam hal tersebut, dalam ayat (1), syarat-syarat dan hubungankerja antara pegawai yang bersangkutan dengan alat-alat pemerintahanDaerah, sepanjang diperlukan diatur dalam keputusan termaksud dalamayat itu.

BAB VI KEUANGAN DAERAH

BAGIAN I KETENTUAN UMUM

Pasal 56

(1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berhak mengadakan pajak Daerah. danretribusi Daerah. (2)Dalam undang-undang ditetapkan peraturan umumtentang pajak Daerah dan retribusi Daerah. (3)Peraturan daerah yangmengadakan, merobah dan meniadakan pajak Daerah dan retribusi Daerah,tidak dapat berlaku sebelum disahkan oleh penguasa dan menurut carayang ditetapkan dalam undang-undang seperti dimaksud dalam ayat (2).

Pasal 57

Dengan Undang-undang kepada Daerah dapat diserahkan pajak Negara.

Pasal 58

(1)Kepada Daerah dapat diberikan.

Page 15: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

a.penerimaan-penerimaan pajak Negara untuk sebagian atau seluruhnya.danb.ganjaran, subsidi dan sumbangan. (2)Pemberian penghasilan termaksuddalam ayat (1) di atas diatur dalam Undang-undang.

Pasal 59

(1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berhak mengadakan perusahaan Daerah.(2)Dalam Peraturan Pemerintah ditetapkan peraturan umum tentangmengadakan perusahaan Daerah.

BAGIAN II PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pasal 60

(1)Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memegang semua kekuasaan mengenaipengelolaan umum keuangan Daerah, yang tidak dengan peraturanUndang-undang diserahkan kepada penguasa *1348 lain. (2)DalamPeraturan Pemerintah ditetapkan hal-hal mengenai.

a.mengadakan pinjaman uang atau menjadi penanggung dalam peminjamanuang untuk kepentingan Daerah.b.penjualan barang-barang dan hak-hak ataupun pembebanannya,penyewaannya, pengepahannya atau peminjamannya untuk dipakai, baikuntuk seluruhnya maupun untuk sebahagiannya.c.melaksanakan pekerjaan-pekerjaan, penyerahan-penyerahan barang danpengangkutan-pengangkutan, tanpa mengadakan penawaran umum.d.penghapusan tagihan-tagihan sebagian atau seluruhnya.e.mengadakan persetujuan penyelesaian perkara perdata secara damai,dan lain-lain hal yang berhubungan dengan pengeluaran keuangan Daerah.

BAGIAN III ANGGARAN KEUANGAN DAERAH

Pasal 61

(1)Untuk pertama kalinya anggaran keuangan Daerah ditetapkan bagiDaerah tingkat ke I dan ke II dengan Undang-undang, bagi Daerahtingkat ke III dengan Peraturan Pemerintah. (2)Untuk selanjutnyaanggaran keuangan Daerah ditetapkan oleh Dewan Perwakilan RakyatDaerah. (3)Anggaran keuangan Daerah yang dimaksud dalam ayat (2),tidak dapat berlaku sebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeri bagiDaerah tingkat ke I dan oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebihatas bagi Daerah lainnya. (4)Tiap-tiap perubahan dalam anggarankeuangan Daerah seperti dimaksud dalam ayat (1) dan (2), kecuali yangdikuasakan dalam anggaran keuangan tersebut, tidak dapat berlakusebelum disahkan oleh Menteri Dalam Negeri bagi Baerah tingkat ke Idan oleh Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas bagi daerahlainnya.

BAB VII PENGAWASAN TERHADAP DAERAH

BAGIAN I PENGESAHAN DAN JANGKA WAKTU PENGESAHAN

Pasal 62

Dengan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan, bahwasesuatu keputusan Daerah mengeneai pokok-pokok tertentu tidak berlakusebelum disahkan oleh :

a.Menteri Dalam Negeri untuk keputusan Daerah tingkat ke I; b.Dewan

Page 16: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Pemerintah Daerah tingkat ke I untuk keputusan Daerah tingkat ke II;c.Dewan Pemerintah Daerah tingkat ke II untuk keputusan Daerah tingkatke III.

Pasal 63

(1)Bila untuk menjalankan sesuatu keputusan Dewan Perwakilan RakyatDaerah menurut undang-undang ini, harus ditunggu *1349 pengesahanlebih dahulu dari Menteri Dalam Negeri bagi Daerah tingkat ke I bagilain-lain Daerah dari Dewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas,maka keputusan itu dapat dijalankan apabila Menteri Dalam Negeri atauDewan Pemerintah Daerah tersebut, dalam tiga bulan terhitung mulaihari keputusan itu dikirimkan untuk mendapat pengesahan, tidakmengambil ketetapan. (2)Waktu tiga bulan itu dapat diperpanjangselama-lamanya tiga bulan lagi oleh Menteri Dalam Negeri atau DewanPemerintah Daerah tersebut dan hal itu diberitahukan kepada DewanPerwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. (3)Bila keputusan DewanPerwakilan Rakyat Daerah dalam ayat (1) tidak dapat disahkan, makaMenteri Dalam Negeri atau Dewan Pemerintah Daerah tersebutmemberitahukan hal itu dengan keterangan cukup kepada Dewan PerwakilanRakyat Daerah yang bersangkutan. (4)Terhadap hal tersebut dalam ayat(3) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan dalam waktu satubulan terhitung mulai saat pemberitahuan tentang penolakan pengesahantersebut dapat memajukan kebeberatan kepada Dewan Pemerintah Daerahsetingkat lebih atas dari Dewan Pemerintah Daerah yang menolak. Bilapenolakan pengesahan itu terjadi oleh Dewan Pemerintah Daerah tingkatke I, maka keberatan itu diajukan kepada Menteri Dalam Negeri dan bilapenolakan itu terjadi oleh Menteri Dalam Negeri, maka keberatan itudiajukan kepada Presiden.

BAGIAN II PEMBATASAN DAN PERTANGUHAN

I UMUM

Pasal 64

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah,jikalau bertentangan dengan kepentingan umum, undang-undang, PeraturanPemerintah atau Peraturan Daerah yang lebih tinggi tingkatnya,dipertangguhkan atau dibatalkan bagi Daerah Swatantra Tingkat ke Ioleh Menteri Dalam Negeri atau penguasa lain yang ditunjuknya dan bagilain-lain daerah Dewan Pemerintah.Daerah setingkat lebih atas.

Pasal 65

(1)Menteri Dalam Negeri atau penguasa lain yang ditunjuknyamempertangguhkan atau membatalkan keputusan-keputusan Dewan PerwakilanRakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah dari Daerah-daerah SwatantraTingkat ke I dan III bertentangan dengan Peraturan Perundangan yanglebih tinggi tingkatnya atau dengan kepentingan umum, apabilaternyata, Dewan Pemerintah Daerah yang berhak melakukan wewenang itumenurut Pasal 64, tidak melakukannya. (2)Pembatalan seperti dimaksuddalam ayat (1) dilakukan setelah mendengar Dewan Pemerintah Daerahsetingkat lebih atas, yang berwewenag melakukan pembatalan itu.

Pasal 66

(1)Pembatalan berdasarkan pertentangan dengan peraturan-perundanganyang lebih tinggi tingkatnya, menghendaki *1350 pula dibatalkannyasemula akibat dari pada keputusan yang dibatalkan itu, sepanjang

Page 17: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

akibat itu masih dapat dibatalkan. (2)Pembatalan berdasarkanpertentangan dengan kepentingan umum hanya membawa pembatalanakibat-akibat yang bertentangan dengan kepentingan itu.

Pasal 67

(1)Putusan pertangguhan atau pembatalan termaksud dalam Pasal 64 dan65 dengan menyebutkan alasan-alasannya dalam tempo lima belas harisesudah tanggal putusan itu, diberitahukan kepada Dewan PerwakilanRakyat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.(2)Lamanya tempo pertangguhan disebutkan dalam surat ketetapan dantidak boleh melebihi enam bulan. Pada saat Pertangguhan itu keputusanyang bersangkutan berhenti berlakunya. (1)Apabila dalam tempo tersebutdalam ayat (2) berdasarkan pertangguhan itu tidak ada putusanpembatalan, maka keputusan Daerah yang bersangkutan berlaku.

Pasal 68

Untuk kepentingan pengawasan maka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah danDewan Pemerintah Daerah wajib memberikan keterangan yang diminta olehPemerintah Daerah setingkat de atasnya atau oleh Menteri Dalam Negeriatau penguasa-penguasa lain yang ditunjuknya.

II PENGAWASAN OLEH PEMERINTAH

Pasal 69

Pemerintah mengawasi jalannya pemerintahan daerah. Cara pengawasanditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

BAGIAN III PERSELISIHAN MENGENAI PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 70

(1)Perselisihan mengenai pemerintah antara :

a.Daerah-daerah dari tingkat ke I atau antara Daerah tingkat Ke Idengan Daerah tingkat lainnya, dan antara Daerah-daerah yang terletakdalam satu wilayah Daerah ke I diputuskan oleh Menteri Dalam Negeri.b.Daerah-daerah di bawah Daerah tingkat ke I yang sama tingkatnya danterletak dalam satu wilayah Daerah tingkat ke I, diputus oleh DewanPemerintah Daerah tingkat ke I itu, apabila mengenai perselisihanantara Daerah-daerah tingkat ke II, atau oleh Dewan Pemerintah Daerahtingkat ke II yang bersangkutan apabila mengenai perselisihan antaraDaerah-daerah tingkat ke III.c.Daerah dengan Daerah yang lebih atas, yang terletak dalam satuwilayah Daerah tingkat ke I diputus oleh Pemerintah Daerah tingkat keI itu. (2)Putusan termaksud dalam ayat (1) diberitahukan kepadaDaerah-daerah yang bersangkutan. *1351 BAGIAN IV PENYELIDIKAN DANPEMERIKSAAN OLEH PEMERINTAH

Pasal 71

(1)Bagi kepentingan umum Menteri Dalam Negeri atau pegawai PemerintahPusat yang atas namanya, berhak mengadakan penyelidikan danpemeriksaan tentang segala sesuatu mengenai pekerjaan mengurus rumahtangga Daerah maupun mengenai tugas pembantuan oleh Dewan PerwakilanRakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah. (2)Ketentuan tersebut dalamayat (1) berlaku juga bagi Daerah tingkat lebih atas terhadap Daerahyang lebih rendah dalam lingkugannya.

Page 18: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

BAGIAN V PENGUMUMAN

Pasal 72

Tiap-tiap keputusan-mengenai pembatalan ataupun perselisihan mengenaipemerintah Daerah termaksud dalam Bagian 2 dan 3 Bab ini diumumkandalam Berita Negara Republik Indonesia atau menurut cara termaksuddalam Pasal 37 ayat (1). Dewan Pemerintah Daerah yang bersangkutanmengumumkan pula keputusan tersebut dalam Daerahnya.

BAB VIII PERATURAN PERALIHAN

Pasal 73

(1)Propinsi, Daerah Istimewa setingkat Propinsi dan Kabupaten/DaerahIstimewa setingkat Kabupaten yang berhak mengurus rumah tangganyasendiri berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia NO. 22 tahun1948, tidak perlu dibentuk lagi sebagai Daerah Swatantra menurutketentuan dalam Pasal 3 "Undang-undang tentang Pokok Pemerintah Daerah1956" akan tetapi Daerah-daerah tersebut, sejak mulai berlakunyaundang-undang ini berturut-turut menjadi Daerah tingkat ke I/DaerahIstimewa tingkat ke I dan Daerah tingkat ke II/Daerah Istimewa tingkatke II termaksud dalam pasal Undang-undang ini. (2)Semua Kota besar danKota kecil yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkanUndang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1948, tidak perludibentuk lagi sebagai Kota Praja menurut ketentuan dalam Pasal 2"Undang-undang tentang Pokok Pemerintahan Daerah 1956" akan tetapiDaerah-daerah tersebut, sejak mulai berlakunya Undang-undang ini,menjadi kotapraja Jakarta Raya termaksud dalam Pasal 2 Undang-undangini. (3)Kotapraja Jakarta Raya yang berhak mengurus rumah tangganyasendiri berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1956 tidak perludibentuk lagi sebagai Kotapraja menurut ketentuan dalam Pasal 3"Undang-undang tentang Pokok Pemerintahan Daerah 1956", akan tetapiDaerah tersebut, sejak mulai berlakunya undang-undang ini, menjadiKotapraja Jakarta Raya termaksud dalam Pasal 2 *1352 Undang-undangini. (4)Daerah-daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiriberdasarkan Undang-undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 tahun 1950dan lain-lain Peraturan-perundangan berjalan terus menurutketentuan-ketentuan dalam peraturan-perundangan tersebut hingga Daerahitu dibentuk, diubah atau dihapuskan berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 74

(1)Selama Pemerintah Daerah dari Daerah-daerah Swatantra termaksuddalam Pasal 73 ayat (1) (2) dan (3), yang pada saat mulai berlakunyaundang- undang ini, belum terbentuk dan tersusun menurutketentuan-ketentuan dalam Pasal 5 dan 6, pemerintahan Daerahdiselesanggarakan oleh Pemerintah Daerah yang ada pada saat mulaiberlakunya undang-undang ini, termasuk juga Kepala Daerahnya. (2)Dalamwaktu selambat-lambatnya dua tahun terhitung mulai hari berlakunyaundang-undang ini, pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah barumenurut ketentuan dimaksud dalam Pasal 7 ayat (6) harus sudah selesai.(3)Dalam waktu selambat-lambatnya tiga bulan sesudah pembentukan DewanPerwakilan Rakyat Daerah baru termaksud dalam ayat (2), harus sudahdiadakan pemilihan dari:

a.Kepala Daerah, b.Ketua dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan RakyatDaerah,c.Anggota-anggota Dewan Pemerintah Daerah, sebagai yang dimaksud dalam

Page 19: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

undang-undang ini. (4)Apabila berhubung dengan keadaan dalammasing-masing Daerah, Pemilihan Kepala Daerah belum dapat dilaksanakanmenurut cara termaksud dalam Pasal 24 ayat (1), maka belum menyimpangdari ketentuan tersebut. Kepala Daerah diangkat sebagai berikut :

a.dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah belum terbentuk dalam waktuyang ditetapkan dalam Pasal 74 ayat (2) oleh:

1.Presiden bagi Kepala Daerah tingkat ke I,

2.Menteri Dalam Negeri atau penguasa yang ditunjuk olehnya bagi KepalaDaerah tingkat ke II dan III;b.dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sudah terbentuk, akantetapi pemilihan Kepala Daerah itu tidak dapat terlaksana dalam waktuyang ditetapkan dalam Pasal Pasal 74 ayat (3), oleh Presiden bagiKepala Daerah tingkat ke I, dan oleh Menteri Dalam Negeri ataupenguasa yang ditunjuk olehnya bagi Kepala Daerah tingkat ke II danIII, pengangkatan mana sedapat-dapatnya diambil dari calon-calonsedikit-dikitnya dua dan sebanyak-banyaknya empat orang, yangdimaksudkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan.(5)Akibat-akibat lainnya dari peralihan karena ketentuan dalam Pasal73 sepanjang diperlukan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 75

(1)Sejak saat mulai berlakunya undang-undang ini, maka *1353 segalaperaturan-perundangan yang mengatur hal-hal yang menurut undang-undangini harus diatur dalam suatu peratutan-perundangan terus berlaku,hingga diubah ditambah atau dicabut berdasarkan undang-undang ini.(2)Selama Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan keuangan Daerahtermaksud dalam Pasal 60 ayat (2) belum ditetapkan, segala sesuatudijalankan menurut aturan-aturan dan petunjuk-petunjuk yang berlaku.(3)Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Pasal 74 ayat (1) makaselama kekuasaan pemerintahan di Daerah dibentuk berdasarkanUndang-undang ini, belum diselenggarakan menurut ketentuan-ketentuandalam Undang-undang ini, kekuasaan dijalankan oleh penguasa-penguasayang ditunjuk oleh Pemerintah.

BAB IX PERATURAN PENUTUP

Pasal 76

(1)Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang tentang pokok-pokokpemerintahan 1956". (2)Undang-undang ini mulai berlaku pada haridiundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkanpengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 1957. PRESIDEN REPUBLIKINDONESIA

SUKARNO

Diundangkan pada tanggal 18 Januari 1957. MENTERI KEHAKIMAN, a.i

SUNARJO

MENTERI DALAM NEGERI,

Page 20: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

SUNARJO

Memori Penjelasan Mengenai

Usul Undang-Undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

Hal-hal utama yang diatur dalam rancangan yang baru sekarang ini ialahempat macam persoalan besar, yaitu:

1.Bagaimanakah seharusnya isi otonomi itu; *1354 2.Berapakahselayaknya jumlah tingkat-tingkat yang dapat dibentuk dalam sistimotonomi itu;

3.Bagaimanakah seharusnya kedudukan Kepala Daerah berhadapan denganotonomi itu;

4.Bagaimanakah dan apakah isi pengawasan yang tak boleh tidak harusdilakukan terhadap Daerah-daerah Otonomi oleh penguasa Pusat.

UMUM. Undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah inibermaksud untuk mengatur sebaik-baiknya soal-soal yang semata-mataterletak dalam lapangan otonomi dan "medebewind" di seluruh, wilayahNegara Republik Indonesia, sesuai dengan maksud pasal 131Undang-Undang Dasar Sementara yang berarti juga akan merobah prinsipcara-cara pemerintahan bentuk lama, Pada umumnya soal-soal tersebut diatas tidak dapat dilepaskan dari soal-soal pokok yakni bagaimanakahbentuk Negara yang dihadapi dan bagaimanakah keadaan-keadaansesungguhnya dalam pelbagai masyarakat dalam Negara itu. Kita telahmenciptakan Negara Kesatuan, yang sifatnya ialah memusatkan segalaurusan yang meliputi kepentingan seluruh wilayah Negara Kesatuan itudan seluruh bangsa yang merupakan bangsa kesatuan itu. Pemusatan yangdimaksud mempunyai dua segi:

1.segi tugas bagi Negara Kesatuan itu terhadap kepentingan-kepentinganyang dipusatkan itu;

2.segi pengawasan terhadap penyelenggaraan kepentingan-kepentinganrakyat setempat, yang walaupun sifatnya hanya setempat akan tetapikarena penjaringannya dengan lain-lain kepentingan di sekitarnyamerupakan sedikit banyaknya juga kepentingan umum, ditinjau datikesatuan Negara dan Bangsa. Mengenai keadaan yang sesungguhnya dalammasyarakat maka soal itu dapat mengenai beberapa segi pula, umpamanyasusunan masyarakat, ikatan-ikatan kemasyarakatan seperti ikatankedarahan, ikatan adat-istiadat, ikatan kebudayaan umumnya, sifat dantingkat perekonomian dalam masyarakat itu, tingkat kecerdasannya danyang tidak boleh pula dilupakan akhlak umum, yang membedakan satumasyarakat dari masyarakat yang lain itu. Juga lain-lain faktor dapatmempengaruhi hidupnya kemasyarakatan itu, umpamanya: tempatgeografinya, corak buminya yang akan menentukankemungkinan-kemungkinan saluran perhubungannya dan dalam perjalananwaktu pelbagai perkembangan dalam lapangan tehnik.

Ad. 1. Dari gambaran pikiran yang tersimpul pada keterangan umum itu,dapatlah kita pahamkan, bahwa otonomi yang dapat diserahkan kepadasesuatu lingkungan masyarakat yang tertentu itu terbatas kepadapengertian, urusan Pusatkah atau kepentingan Pusatkah soal yangdihadapi dan jika jawabannya tidak menurut kebijaksanaan Pusat itumaka soal itu adalah urusan Daerah semata-mata. Tentu dalamnegara-hukum seperti sifatnya negara kita ini, yaitu dalam arti

Page 21: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

terutama hukum tertulis, jika mengenai pembahagian kekuasaan itu, makakebijaksanaan yang dimaksud itu dalam pokok-pokoknya perlu disalurkandalam peraturan-peraturan perundangan, sehingga yang tidak dimasukkandalam peraturan-peraturan perundangan tersebut itulah yang menjadilapangan kebijaksanaan benar. Dalam istilah hukum, yang dipakai dalamrancangan Undang-undang ini, urusan dan kepentingan Pusat yang tidakdiatur itu dengan secara tertulis, dinamakan kepentingan umum. Jikakita telah *1355 mengerti apa yang dimaksud dengan urusan Pusat, yaitusegala apa yang menurut peraturan ditugaskan sendiri oleh Pusat kepadadirinya yang disebut kepentingan umum, sebagai tadi tersebut di atasmaka nyatalah bahwa yang selebihnya itu termasuk kepada pengertianotonomi bagi kesatuan-kesatuan masyarakat dalam negara itu. Tetanglahkepada kita, bahwa pembahagian kekuasaan yang sedemikian itu bukanpembahagian yang isinya dapat diperincikan satu persatu. Pada azasnyamemang tidak mungkin untuk menetapkan secara tegas tentang urusan"rumah tangga Daerah" itu, hal mana terutama disebabkan karenafaktor-faktor yang terletak dalam kehidupan masyarakat daerah itusendiri, yang merupakan suatu hasil dari pertumbuhan pelbagai anasirdalam masyarakat itu dan yang dalam perkembangannya akan mencari jalankeluar sendiri. Kehidupan kemasyarakatan itu adalah penuh dengandinamika, dan terbentanglah di mukanya lapangan dankemungkinan-kemungkinan yang sangat luas, disebabkan bertambahnya danberkembangnya perhubungan manusia yang satu dengan yang lain, dandengan pula kesatuan-kesatuan masyarakat yang satu dengan yang lain.Dengan berpegangan kepada pokok pikiran itu, maka pemecahan perihaldasar dan isi otonomi itu hendaknya didasarkan kepada keadaan danfaktor-faktor yang riil, yang nyata, sehingga dengan demikian dapatlahkiranya diwujudkan keinginan umum dalam masyarakat itu. Sistimketata-negaraan yang terbaik untuk melaksanakan tujuan tersebut ialahsistim yang bersesuaian dengan keadaan dan susunan masyarakat yangsewajarnya itu. Karena itu perincian yang tegas, baik tentang urusanrumah-tangga Daerah maupun mengenai urusan-urusan yang termasuk tugasPemerintah Pusat, kiranya tidak mungkin dapat diadakan, karenaperincian yang demikian itu tidak akan sesuai dengan gaya perkembangankehidupan masyarakat, baik di Daerah maupun di pusat Negara.Urusan-urusan yang tadinya termasuk lingkungan Daerah, karenaperkembangan keadaan dapat dirasakan tidak sesuai lagi apabila masihdiurus oleh Daerah itu, disebabkan urusan tersebut sudah mengenaikepentingan yang luas daripada Daerah itu sendiri. Dalam keadaan yangdemikian itu urusan tersebut dapat beralih menjadi urusan dari Daerahyang lebih atas tingkatnya atau menjadi urusan Pemerintah Pusat,apabila hal tersebut dianggap mengenai kepentingan nasional. Demikianpula sebaliknya, urusan yang tadinya dijalankan oleh Pemerintah Pusatatau Daerah tingkat I, kemudian karena perkembangan keadaan dirasakansudah sepatutnya urusan itu dilakukan oleh Daerah maka urusan tersebutdapat diserahkan kepada dan beralih menjadi urusan Daerah atau urusanDaerah bawahan. Jadi pada hakekatnya yang menjadi persoalan ialah,bagaimanakah sebaik-baiknya kepentingan umum itu dapat diurus dandipelihara, sehingga dicapailah hasil yang sebesar-besarnya. Dalammemecahkan persoalan tersebut, perlu kiranya kita mendasarkan diripada keadaan yang riil, pada kebutuhan dan kemampuan yang nyata,sehingga dapatlah tercapai harmoni antara tugas dengan kemampuan dankekuatan, baik dalam Daerah itu sen-diri, maupun dengan pusat Negara.Buah pikiran yang dibentangkan di atas itu digambarkan dalam pasal 31dan 38, pasal-pasal mana cukup menjamin adanya kesempatan bagidaerah-daerah untuk menunaikan dengan sepenuhnya tugas itu, menurutbakat dan kesanggupannya agar dapat berkembang secara luas. Sistim inidapatlah disebut sistim otonomi yang riil. Di sinilah terletakperbedaan besar dengan sistim yang dianut sampai sekarang ini, sebagaiyang dimaksudkan dengan Undang-undang Republik Indonesia No.22 tahun

Page 22: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

1948 dan Staatsblad Indonesia Timur No.44 tahun 1950. Sebagai tuntunanpertama dalam pembentukan daerah swatantra, maka pada tiap-tiapUndang-undang Pembentukan Daerah- *1356 daerah itu akan ditetapkanurusan-urusan tertentu, yang segera dapat diatur dan diurus olehDaerah sejak saat pembentukan itu. Urusan-urusan yang tercantum dalamUndang-undang Pembentukan itu hanya merupakan suatu pangkal permulaansaja, agar supaya Daerah-daerah itu dapat segera menjalankan tugasnyaitu, dengan tidak mengurangi kemungkinan yang luas bagi perkembangantugas otonomi Daerah itu. Di samping itu, kepada tiap-tiapUndang-undang Pembentukan daerah otonom akan diserahkan pula suatupenetapan anggaran belanja yang pertama bagi Daerah-daerah itu, dimana akan dapat dilihatnya urusan-urusan mana pada saat pembentukanitu dapat dijalankan oleh Daerah yang bersangkutan, dengan ditetapkanpula sumber keuangannya dan alat-alat perlengkapannya (pasal 61 ayat1). Urusan-urusan pusat diselenggarakan oleh aparatur-aparatur daritiap-tiap Kementerian. Ada kemungkinan banyak urusan-urusan itumenurut sifatnya dan sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan Daerahlambat laun dapat diserahkan kepada Daerah. Untuk melancarkan itu akandibentuk suatu Dewan Otonomi dan Desentralisasi, yang diketuai olehPerdana Menteri atau salah seorang Wakil Perdana Menteri, sedangMenteri Dalam Negeri duduk sebagai Wakil Ketua dan lain-lain anggota,yang antaranya terdiri dari anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,yang ditunjuk oleh Seksi Dalam Negeri Dewan Perwakilan Rakyatditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Ad. 2. Hal-hal yang disinggung ini tidak dapat kita lepaskan daripengertian setempat mengenai kesatuan-kesatuan masyarakat yang palingbawah, yang kita namakan kesatuan-kesatuan masyarakat hukum.Kesatuan-kesatuan masyarakat hukum ini bentuknya bermacam-macam diseluruh Indonesia ini. Di Jawa namanya Desa dan Desa itu adalah satumacam kesatuan masyarakat hukum yang tidak lagi terbagi dalamkesatuan-kesatuan masyarakat hukum bawahan dan tidak pula Desa itumerupakan bahagian dari lain kesatuan masyarakat hukum menurut adat,sehingga desa itu berdiri tunggal, mempunyai daerah sendiri, rakyatsendiri, penguasa sendiri dan mungkin pula harta benda sendiri,sedangkan hukum-adat yang berlaku di dalamnya adalah sesungguhnya"homogeen". Lain coraknya umpamanya di Tapanuli, di mana kesatuanmasyarakat hukum-adat itu mempunyai bentuk yang bertingkat, umpamanyaKuria sebagai kesatuan masyarakat hukum-adat yang tertinggi danmerupakan satu daerah, mempunyai di dalamnya sejumlahkesatuan-kesatuan masyarakat hukum-adat bawahannya, yang dinamakannyaHuta, yang masing-masing mempunyai sekumpulan rakyat sendiri, satupenguasa sendiri dan mungkin pula mempunyai daerah sendiri sebagaibahagian dalam daerah kuria itu, sehingga adapula huta-huta yang tidakmempunyai lingkungan daerah itu dalam daerah kurianya sendiri.Meskipun demikian juga dalam setiap kesatuan kuria itu berlaku hukumadat yang "homogeen". Contoh yang lain ialah Minangkabau, dimanadidapati kesatuan masyarakat hukum tertinggi yakni Nagari, yangmasing-masing mempunyai daerah sendiri sedangkan dalam daerah itudijumpai sejumlah suku-asal, yang masing-masing suku merupakan pulasatu kesatuan masyarakat hukum-adat yang terbawah. Juga kesatuanmasyarakat hukumnya yang bernama Suku itu mungkin mempunyai daerahsendiri atau tidak dalam lingkungan nagari itu. Syarat belakangan ini,mempunyai daerah sendiri adalah syarat *1357 mutlak dalam sistimotonomi, yang memberikan kekuasaan kepada sekumpulan rakyat yangberdiam dalam suatu lingkungan yang nyata. Dengan demikian nyatalahbahwa bagi tempat-tempat yang serupa ini sulit kita untuk menciptakansatu kesatuan otonomi dalam pengertian tingkat yang ketiga (III),sehingga kemungkinannya atau hanya memberikan otonomi itu secaratindakan baru kepada kabupaten di bawah Propinsi, atau menciptakan

Page 23: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

dengan cara bikin-bikinan wilayah administratief dalam kabupaten ituuntuk kemudian dijadikan kesatuan yang berotonomi. Dalam prinsipnyasangatlah tidak bijaksana mengadakan kesatuan otonomi secarabikin-bikinan saja dengan tidak berdasarkan kesatuan-kesatuanmasyarakat hukum yang ada. Prinsip yang kedua ialah bahwa sesuatudaerah yang akan kita berikan otonomi itu hendaklah sebanyak mungkinmerupakan suatu masyarakat yang sungguh mempunyai faktor-faktorpengikut kesatuannya. Sebab itulah maka hendaknya di mana menurutkeadaan masyarakat belum dapat diadakan tiga (3) tingkat, untuksementara waktu dibentuk 2 tingkat dahulu. Berhubung dengan hal-haladanya atau tidak adanya kesatuan-kesatuan masyarakat hukum-adatsebagai dasar bekerja untuk menyusun tingkat otonomi itu, hendaklahpula kita insyafi bahwa urusan otonomi tidak "congruent" dengan urusanhukum-adat, sehingga manakala sesuatu kesatuan masyarakat hukum-adatdijadikan menjadi satu daerah otonomi atau dimasukkan ke dalam suatudaerah otonomi, maka hal itu tidaklah berarti, bahwa tugas-tugaskepala-kepala adat dengan sendirinya telah terhapus. Yang mungkinterhapus hanya segi-segi hukum-adat yang bercorak ketata-negaraan,manakala hanya satu kesatuan masyarakat hukum-adat itu dijadikandaerah otonomi, sekedar corak yang dimaksud bersepadanan dengankekuasaan ketata-negaraan yang tersimpul dalam pengertian otonomi itu.Kesanggupan melihat perbedaan itu, yaitu perbedaan antara otonomi dankekuasaan adat adalah suatu syarat penting untuk menjalin hidupnyaotonomi itu secara yang memuaskan, keseluruhan rakyat yang mau tak maumasih terkungkung dalam sistim hukum-adat itu.

Ad. 3. Pada pokoknya seorang Kepala Daerah itu haruslah seorang yangdekat kepada dan dikenal oleh masyarakat Daerah yang bersangkutan itu,dan karena itu Kepala Daerah haruslah seorang yang mendapatkepercayaan dari rakyat tersebut dan diserahi kekuasaan ataskepercayaan rakyat itu. Berhubung dengan itu, maka jalan satu-satunyauntuk memenuhi maksud tersebut ialah bahwa Kepala Daerah itu haruslahdipilih langsung oleh rakyat dari Daerah yang bersangkutan. Dasarpikiran ini tercantum dalam pasal 23 ayat 1 yang selanjutnya dalamayat 2 ditentukan bahwa cara pengangkatan dan pemberhentian KepalaDaerah ditetapkan dengan Undang-undang. Akan tetapi meskipun padaazasnya seorang Kepala Daerah itu harus dipilih secara demikian, namunsementara waktu dipandang perlu memperhatikan pula keadaan yang nyatadan perkembangan masyarakat dewasa ini didaerah-daerah, kenyataan manakiranya belum sampai kepada suatu taraf, yang dapat menjaminberlangsungnya pemilihan dengan diperolehnya hasil-hasil daripemilihan itu yang sebaik-baiknya. Berhubung dengan itu maka untukmasa peralihan itu yang diharapkan akan berlangsung tidak lebih lamadari 4 tahun perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang lebih praktismengenai pemilihan Kepala Daerah itu. Berdasarkan pendapat ini, makadalam pasal 24 ditetapkan bahwa untuk sementara waktu Kepala Daerahdipilih oleh Dewan Perwakilan *1358 Rakyat Daerah dengan memperhatikansyarat-syarat kecakapan dan pengetahuan yang diperlukan bagi jabatantersebut, syarat-syarat mana dapat diatur dengan Peraturan Pemerintah.Meskipun pada umumnya Kepala Daerah dipilih terutama darianggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang cakap, namun DewanPerwakilan Rakyat Daerah dapat pula memilih seorang calon dari luaryang dianggapnya memenuhi syarat-syarat. Hasil pemilihan Kepala Daerahini perlu mendapatkan pengesahan terlebih dahulu dari instansiPemerintah yang berwajib, sehingga dalam figur Kepala Daerah inibertemulah titik demokrasi dari bawah dan dari atas dalam susunanpemerintahan Negara. Dengan pengesahan dari Pemerintah Pusat ini dapatpula dicegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan dalam soalpemilihan Kepala Daerah. Mengenai cara pengesahan Kepala Daerah,begitu pula cara pemilihan dapat ditetapkan peraturan-peraturan umum

Page 24: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

dengan Peraturan Pemerintah. Pengesahan tersebut tidaklah akandilakukan secara otomatis, akan tetapi akan diberikan setelah ditinjauapakah segala syarat yang diperlukan bagi penetapan Kepala Daerahtelah dipenuhi. Dalam hal pengesahan tadi tidak dapat diberikan,Pemerintah akan menjelaskan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yangbersangkutan sebab-sebab mengapa pengesahan tidak dapat diberikan,dengan disertai ketentuan untuk mengadakan pemilihan baru. Denganpengesahan oleh Pemerintah Pusat maka kedudukan Kepala Daerah sebagaiorgan Pemerintah Daerah itu merupakan satu organisasi yang stabil,karena berdasarkan kepercayaan DPRD terhadapnya yang tentu tidak mudahmengeluarkan suara-suara untuk menumbangkannya. Mengenai masa jabatandari Kepala Daerah itu seyogyanya disesuaikan dengan masa pemilihanDPRD. yang bersangkutan, sehingga Kepala Daerah itu berdiri dan jatuhbersama-sama dengan DPRD.-nya itu. Dalam hal seorang anggota DPRD.dipilih menjadi Kepala Daaerah, maka segala ketentuan yang berlakubagi anggota DPRD. itu juga berlaku baginya (Pasal 24 ayat 5 sub d).Berhubung dengan itu, maka apabila ia melakukan perbuatan-perbuatanyang dilarang untuk tiap-tiap anggota DPRD., maka iapun dapatdiberhentikan oleh DPRD. dari keanggotaan DPRD. sebagai dimaksud dalampasal 10 dan 11 Undang-undang tersebut, yang akan berakibatkan pulaberakhirnya kedudukannya sebagai Kepala Daerah. Sebagai Ketuamerangkap Anggota DPD., ia menjalankan tugas dan kewajibannya itubersama-sama dengan anggota-anggota DPR. lainnya, dan bertanggungjawabsecara collegiaal terhadap DPRD. tentang penyelenggaraan tugasnya.Berhubung dengan itu, apabila DPD. ditumbangkan oleh DPRD maka KepalaDaerah yang telah dipilih oleh DPRD. itu turut serta pula jatuh, dankembali kepada kedudukannya semula. Dengan kedudukan Kepala Daerahseperti diuraikan di atas, ia tidak mungkin lagi dapat dirasakansebagai suatu "dwarskijker.. atau sebagai "boneka", melainkan sekarangtegaslah kedudukannya itu sebagai alat Daerah, yang tugas dankewajibannya itu sesuai dengan tanggungjawab yang sewajarnya.Berhubung dengan pokok-pokok pikiran seperti diuraikan di atas, makaperlu kiranya dijelaskan pula secara pokok-pokok akibat-akibatnya daripikiran itu yang berhubungan dengan:

a. Tugas Kepala Daerah,b. Wakil kepala Daerah,c. Gaji dan segala emolumenten dari Kepala Daerah,d. Kepala Daerah Istimewa.

Ad. a. Sebagaimana telah dimaklumi, maka Undang-undang Republik *1359Indonesia No.22 tahun 1948 itu pada dasarnya menghendaki suatuPemerintahan Daerah yang bersifat collegiaal dan tidak menghendakiadanya "dualisme" dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah. Artinyaialah bahwa penyelenggaraan pemerintahan Daerah itu haruslahsepenuhnya dijalankan oleh Pemerintah Daerah sebagai badanpemerintahan yaitu DPRD. dan DPD. Kepala Daerah tidak merupakan suatuorgan yang berdiri sendiri terlepas dari pada DPRD. dan DPD. dan tidakdiperkenankan menjalankan pemerintahan sendiri. Akan tetapi maksuduntuk melenyapkan "dualisme" itu ternyata tidak dipegang teguh, baikoleh pembuat Undang-undang sendiri maupun dalam pelaksanaannya(praktek), sehingga dalam Undang-undang Republik Indonesia No.22 tahun1948 sendiri terdapat ketentuan-ketentuan yang sesungguhnyabertentangan dengan maksud tersebut dan pada dasarnya masihmempertahankan sifat "dualisme" itu. Hal ini terbukti dariketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal 28 ayat 6 (yaituPeraturan Daerah dipandang mulai berlaku sesudah ditanda-tangani olehKepala Daerah) dan pasal 36 (yaitu Kepala Daerah dapat menahandijalankannya keputusan dari DPRD. dan DPD.) dari Undang-undangRepublik Indonesia No.22 tahun 1948 itu. Dengan adanya

Page 25: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

ketentuan-ketentuan ini, maka Kepala Daerah merupakan suatu organ yangbertindak sendiri, terlepas dari DPD. maupun DPRD. Meskipun dalamMemori penjelasan Undang-undang tersebut diterangkan, bahwa dalam haltersebut Kepala Daerah itu bertindak sebagai pengawas, dan karena itumenjalankan tugas Pemerintah Pusat, namun tidaklah dapat dipungkiri,bahwa ketentuan tersebut menimbulkan kembali sifat "dualisme" dalamPemerintah Daerah itu. Berhubung dengan itu, agar supaya sifat"dualisme" ini dapat secara konsekuen dihapuskan, maka kepada KepalaDaerah hanya diserahkan melaksanakan tugas-tugas yang termasuk UrusanDaerah Otonom saja, dengan tidak menghilangkan pokok pikiran bahwaPemerintah Daerah itu hanya terdiri dari DPRD. dan DPD. Tugaspengawasan yang sesungguhnya termasuk hak placet Pemerintah Pusat,tidak lagi dijalankan oleh Kepala Daerah. Berhubung dengan itu, makaadalah satu keuntungan apabila Kepala Daerah diserahi tugas Ketua DPD.Dengan demikian maka Kepala Daerah itu adalah "Zuiver" alat.Daerahyang dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah itu selalu bertindakcollegiaal, yaitu bersama-sama dengan anggota DPR. lainnya.

Ad. b. Apabila Kepala Daerah itu berhalangan maka ia diwakili olehWakil Ketua DPD. yang dipilih oleh dan dari anggota DPD. itu. Hal iniadalah berlainan dengan keadaan sampai sekarang, yang karena KepalaDaerah disamping pekerjaan dalam lapangan otonomi juga mengerjakantugas dalam lapangan Pemerintah pusat memerlukan dua pejabat untukmewakili Kepala Daerah apabila ia berhalangan, yaitu: 1. mewakilidalam lapangan otonomi dan 2. seorang lain yang mewakili dalamlapangan Pemerintah Pusat.

Ad. c. Dari semua uraian tersebut di atas jelaslah, bahwa KepalaDaerah adalah alat dari Daerah yang bersangkutan. Berhubung denganitu, maka berlainan daripada waktu yang telah lampau, maka penghasilandan segala "emolumenten" yang melekat kepada jabatan Kepala Daerahtersebut akan ditetapkan oleh Daerah itu sendiri dengan peraturandaerah. Pengawasan preventief atas peraturan daerah yang mengatur haltersebut di atas masih diperlukan, agar supaya dapat mencegahtimbulnya discriminatie yang tidak sehat antara Daerah-daerah.

*1360 Ad. d. Berlainan dengan Kepala Daerah biasa, maka Kepala DaerahIstimewa itu tidak dipilih oleh dan dari anggota-anggota DPRD.melainkan diangkat oleh Pemerintah Pusat dari keturunan keluarga yangberkuasa di Daerah itu di zaman sebelum Republik Indonesia dan yangmasih menguasai Daerahnya, dengan memperhatikan syarat-syaratkecakapan, kejujuran, kesetiaan serta adat-istiadat dalam daerah itu.Ketentuan ini pada pokoknya sama bunyinya dengan apa yang ditentukandalam Undang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 1948. Jadikeistimewaannya dari suatu Daerah Istimewa masih tetap terletak dalamkedudukan Kepala Daerahnya. Berhubung dengan itu, maka mengenaiperwakilan Kepala Daerah, serta penghasilan dan segala "emolumenten"yang melakat kepada jabatan Kepala Daerah itu agak berbeda pula daripada apa yang telah diuraikan mengenai hal tersebut bagi Kepala Daerahbiasa. Seperti telah tercantum dalam Rancangan Undang-undang tersebutmaka dalam suatu Daerah Istimewa dapat pula diangkat seorang WakilKepala Daerah Istimewa. Hal ini misalnya dapat terjadi, apabila DaerahIstimewa itu terbentuk sebagai gabungan dari beberapa bekasSwapraja-Swapraja, seperti misalnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Sesuaidengan sistim yang telah diuraikan di atas, maka Kepala dan WakilKepala Daerah Istimewa adalah Ketua dan Wakil Ketua serta anggota dariDPD. Berhubung dengan itu, maka apabila diangkat Wakil Kepala DaerahIstimewa tersebut, maka dengan sendirinya ialah yang mewakili KepalaDaerah Istimewa. Sedangkan apabila Wakil Kepala Daerah Istimewa inijuga berhalangan, maka Kepala Daerah Istimewa diwakili oleh seorang

Page 26: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

anggota DPD. yang dipilih oleh dan dari anggota DPD. Apabila dalamDaerah Istimewa itu tidak diangkat Wakil Kepala Daerah Istimewa, makaperwakilan Kepala Daerah Istimewa diatur seperti perwakilan KepalaDaerah biasa. Selain daripada itu, karena Kepala Daerah Istimewa inidiangkat oleh penguasa Pemerintah Pusat yang berwajib, maka:

a.ia tidak dapat ditumbangkan oleh DPRD., sedangkanb.mengenai gaji dan segala "emolumenten" yang melekat kepada jabatanKepala Daerah itu, tidak ditetapkan oleh Daerah itu sendiri, melainkanoleh Pemerintah Pusat.

Ad 4. Mengenai pengawasan Pusat terhadap urusan Daerah-daerah, makapengawasan itu berpusat kepada penjagaan:

1.supaya DPRD. dan DPD. itu melakukan tugasnya secara sebaik-baiknyasehingga urusan Daerah tidak terbengkalai atau kurang terpelihara.

2.supaya keputusan-keputusan atau tindakan-tindakan yang diambil olehalat-alat otonomi Daerah terutama di sini keputusan-keputusan yangdiambil oleh DPRD. atau tindakan-tindakan yang diambil oleh DPD.sebagai alat penyelenggara, tidak bertentangan dengan kepentingan umumatau bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggimengenai sesuatu pokok atau sesuatu hal urusan umum. Hak pengawasanitu merupakan bahagian yang tak dapat dipisahkan dari kekuasaaneksekutip seluruhnya, oleh karena pada instansi terakhir Pemerintahlahyang harus bertanggungjawab atas seluruh penyelenggaraan pemerintahandalam negeri dan luar negeri itu kepada DPR. (Parlemen). Berhubungdengan itu maka hak pengawasan ini haruslah diatur sedemikian rupa,sehingga sedikit-dikitnya dapatlah terjamin *1361 penyelenggaraanseluruh pemerintahan itu i.c. mengenai pemerintahan daerah dan dengandemikian penyelenggaraan dari kepentingan umum itu. Dengan dibentuknyadaerah-daerah otonom, sebagai rangkaian pelaksanaan dari politikdesentralisasi pemerintahan negara, maka juga sebahagian dari hakpengawasan ini disarankan kepada daerah-daerah otonom setingkat lebihatas, yaitu hak pengawasan represif dan preventif terhadap beberapajenis keputusan-keputusan tertentu dari pemerintah Daerah bawahannya,sebagaimana ditentukan dalam Rancangan Undang-undang tersebut. Jadipengawasan preventif ini hanya diharuskan bagi beberapa keputusantertentu saja, dalam mana tersangkut kepentingan-kepentingan besaratau kemungkinan timbulnya kegelisahan-kegelisahan dangangguan-gangguan dalam penyelenggaraan kepentingan umum itu olehpemerintah daerah sehingga dengan demikian kemungkinan datangnyakerugian atas kepentingan-kepentingan itu, dapat dicegah sebelumnya.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

1.Istilah "Daerah" dalam Undang-undang ini dipakai sebagai satuistilah tehnis, untuk menyebut dengan satu perkataan apa yang dimaksudoleh Undang-Undang Dasar Sementara (Pasal 131 ayat 1) dengan anakkalimat "daerah besar dan kecil yang berhak mengurus rumah-tangganyasendiri (autonoom)." Dalam Undang-undang ini diberikan dasar hukumkepada istilah baru "Daerah Swatantra" yang berarti "daerah otonoom",istilah mana sudah dipakai dalam surat-menyurat resmi. Berhubungperkataan "Daerah" itu dalam undang-undang ini dipakai sebagai satuistilah tehnis yang mempunyai isi yang tertentu, maka perkataan"daerah" Indonesia seyogyanya disebut "wilayah" Indonesia.

2.Untuk keperluan pengawasan atau eksaminasi maka perlu ditunjuk

Page 27: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

instansi atasan yang melakukan pekerjaan itu. Oleh karena itu apabiladalam Undang-undang ini dijumpai perkataan "setingkat lebih atas",maka perkataan ini harus ditafsirkan Daerah tingkat I (termasuk DaerahIstimewa tingkat I) bagi Daerah tingkat II (termasuk Daerah Istimewatingkat II), yang terletak dalam wilayah Daerah tingkat ke I itu.Demikian pula Daerah tingkat II (termasuk Daerah Istimewa tingkat keII bagi Daerah-daerah tingkat III (termasuk Daerah Istimewa tingkat keIII) yang terletak dalam Daerah tingkat II itu.

3.Ketentuan pasal 1 ayat 3 bermaksud untuk menghindari timbulnya suatutafsiran yang tidak dikehendaki oleh pembuat undang-undang. Jadiapabila dalam Undang-undang ini kita jumpai misalnya perkataan "DewanPemerintah Daerah tingkat ke-I" (pasal 64, 65 dan lain-lain), makayang dimaksudkan ialah Dewan Pemerintah Daerah dari Daerah tingkatke-I, jadi baik Daerah tingkat I (termasuk Kotapradja Jakarta Raya)sebagai dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 maupun Daerah Istimewa tingkat Isebagai dimaksud dalam pasal 2 ayat 2.

4.Yang dimaksud dengan "keputusan" dari Pemerintah Daerah ialah semuaperwujudan kehendak Pemerintah Daerah (Daerah Perwakilan Rakyat Daerahatau Dewan Pemerintah Daerah) untuk bertindak terhadap sesuatu halmengenai urusan rumah-tangganya. Perwujudan kehendak itu, terutamadari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, biasanya berbentuk "peraturan"atau "mosi" dan peraturan yang dibentuk menurut syarat-syarat tertentu(misalnya mengenai pengundangannya) disebut"peraturan-peraturan-daerah". *1362 Pasal 2

Pembagian dalam tingkat-tingkat daerah otonoom lihat

Penjelasan Umum.

Di samping itu perlu di sini dijelaskan bahwa antara Kotapraja tidakdiadakan perbedaan tingkat, kecuali mengenai ibukota Negara, yangmempunyai kedudukan dan riwayat sendiri. Ketentuan dalam ayat 2 pasalini, menentukan bahwa daerah Swapraja itu dengan undang-undangpembentukan dapat dijadikan Daerah Istimewa atau Daerah Swatantrabiasa. Hal itu berarti, bahwa daerah Swapraja menjadi Daerah yangdiberi otonomi menurut undang-undang dan pada azasnya telah memenuhikehendak pasal 132 Undang-undang Dasar Sementara. Mengenai DaerahIstimewa, setiap kali suatu daerah Swapraja itu dibentuk menjadiDaerah Istimewa, maka pada azasnya kita telah memberikan status barukepada daerah Swapraja tersebut, yang bentuk susunan pemerintahannyamenurut pasal 132 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara harusdisesuaikan dengan dasar-dasar yang dimaksud dalam pasal 131Undang-undang Dasar Sementara. Kepada daerah Swapraja itu mestilahdiberikan pemerintahan berotonomi menurut undang-undang, sehinggatidak dibolehkan suatu daerah Swapraja terbebas dari pemerintahanotonomi yang bersifat demokratis menurut undang-undang itu, dimanakepada rakyat diserahkan hampir semua kekuasaan Swapraja itu, sehinggatinggal lagi urusan-urusan adat yang dapat dipertahankan dalam tanganKepala Swapraja dan orang-orang besarnya selama rakyatnya bertaklukkepada hukum-adatnya. Tiap-tiap kali daerah Swapraja dibentuk menjadiDaerah Istimewa atau Daerah Swatantra biasa, maka hal itu berartihapusnya daerah Swapraja yang bersangkutan, sehingga akibat-akibatdari penghapusan itu haruslah pula diatur tersendiri, jadi diantaranyamengenai Kepala-kepala/pembesar-pembesar dan pegawai-pegawai lainnyadari Swapraja-Swapraja, yang sedapat-dapatnya dimasukkan pula ke dalamformasi pegawai Daerah Istimewa/Swatantra itu sesuai dengansyarat-syarat kecakapannya dan lain-lain.

Page 28: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Pasal 3

Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 131 Undang-undang Dasar Sementaramaka dalam pasal ini ditetapkan, bahwa pembentukan suatu DaerahSwatantra/Istimewa dilakukan dengan undang-undang. Pembentukan akandilakukan setelah diadakan peninjauan dari pelbagai sudut antara laindari sudut keuangan yang harus meyakinkan hak hidupnya, dan setelahminta pertimbangan atau atas usul dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerahdari Daerah setingkat lebih atas, sepanjang mengenai Daerah tingkat IIdan III. Mengenai perubahan wilayah dari suatu Daerah Swatantra, halini dengan sendirinya tidak akan dilakukan tanpa persetujuan dariDewan-dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang bersangkutan. Jugabatas-batas wilayah dan penunjukkan ibukota daerah Swatantramasing-masing baik diatur dalam undang-undang pembentukan. Agar supayaperobahan (termasuk perluasan dan pengurangan) batas-batas wilayahDaerah-daerah Swatantra/Istimewa itu senantiasa diadakan denganberhati-hati serta memperhatikan kehendak rakyat wilayah-wilayah yangbersangkutan, maka dalam pasal ini ditetapkan bahwa perubahan ituharus dilakukan dengan undang-undang.

*1363 Pasal 4

Penetapan jumlah penduduk 50.000 jiwa sebagai syarat bagi pembentukanKotapraja, diadakan mengingat perimbangan jumlah penduduk yang telahdipakai dalam undang-undang pembentukan Kabupaten-kabupaten pada waktuyang lampau. Berhubung dengan pertimbangan tersebut, maka mengenaikota-kota di luar Jawa yang menurut perkembangan sekarang, penduduknyakurang padat kalau dibandingkan dengan Jawa, akan tetapikepentingannya ketata-negaraan tidaklah kurang, misalnya mengenaiibu-ibu kota karesidenan dahulu maka dibuka kemungkinan untukmenurunkan syarat minimum penduduk itu dalam hal dipandang perlu olehpembuat undang-undang jumlah 50.000 hanya merupakan pedoman saja).Selain daripada itu dalam Kotapraja tidak dibentuk daerah Swatantratingkat lebih rendah, karena pembentukan daerah otonoom di dalam suatuKotapraja akan mengakibatkan berkurangnya sumber-sumber penghasilanKotapraja yang bersangkutan. Oleh karena juga daerah-daerah otonoombawahan yang berada dalam Kotapraja itu harus mempunyai sumber-sumberpenghasilannya sendiri agar nanti dapat berdiri sendiri juga dalamsoal keuangannya, yang tentunya harus mengambilnya dari bagiansumber-sumber penghasilan Kotapraja yang bersangkutan itu. Berhubungdengan itu pembentukan daerah-daerah otonoom di dalam Kotaprajamungkin dapat merugikan Kotapraja itu sendiri dan karena ituseyogyanya tidak dibentuk saja daerah-daerah otonoom tingkat bawahan.Kekecualian diadakan bagi Kota-praja Jakarta Raya, yang mempunyairiwayat tersendiri dalam pembentukannya dan perkembangannya. Pun pulamelihat luas daerahnya yang meliputi wilayah stadsgemente Bataviadahulu ditambah dengan kecamatan-kecamatan sekelilingnya (termasukkecamatan Pulau Seribu) dan perkembangannya yang sangat cepat dalamsegala segi penghidupan masyarakatnya, memang bagi Jakarta Rayadiperlukan pengaturan dan perhatian yang istimewa pula dalampenyelenggaraan pemerintahannya. Di samping itu sumber-sumberpenghasilannya ternyata cukup luas dan besar, malah masih diperlukanintensiteit yang lebih besar dari dalam menggali sumber-sumberkeuangannya itu, sehingga karena itu pembentukan daerah otonoomtingkat lebih rendah di daerah Kotapraja Jakarta Raya akan dapatmelancarkan jalannya pemerintahan di Daerah itu. Seperti diterangkanmengenai sumber-sumber penghasilannya daerah-daerah otonom itu tadijuga berhubung dengan banyaknya obyek-obyek tidak akan seberapamemberatkan Kotapraja sendiri.

Page 29: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Pasal 5

Dalam pasal 5 ditentukan bahwa Pemerintah Daerah terdiri dari padaDewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah. Denganketentuan ini, maka kedua badan ini merupakan alat-perlengkapanDaerah, yang menurut Undang-undang ini berkewajiban mengurus segalaurusan rumah tangga sendiri dan dapat pula diserahi tugas untukmemberikan bantuan dalam menjalankan peraturan-peraturan olehinstansi-instansi yang lebih tinggi. Dalam pasal ini tidak disebutKepala Daerah sebagai alat perlengkapan Daerah. Tentang kedudukanKepala Daerah dan kekuasaannya dalam pemerintahan Daerah, lihatPenjelasan Umum.

Pasal 6

Cukup jelas (lihat lebih lanjut dalam Penjelasan Umum). *1364 Pasal 7

Jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ditetapkan dalam undangPembentukannya. Jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah iniditetapkan atas dasar perhitungan jumlah penduduk, yang harusmempunyai seorang wakil dalam Dewan, serta syarat-syarat minimum danmaximum jumlah anggota bagi masing-masing Daerah seperti tersebutdalam ayat 1 sub a, b dan c. Syarat minimum ini diadakan, agar supayaDaerah yang tidak banyak penduduknya masih mempunyai jumlah perwakilanyang cukup dalam DPRD-DPRD-nya, sedang syarat-syarat maximum diadakanjangan sampai jumlah anggota DPRD itu terlalu besar (log), yang dapatmenghambat DPRD-DPRD tersebut dalam menjalankan tugasnya. Agar supayajumlah anggota DPRD. ini senantiasa dapat disesuaikan denganperkembangan masyarakat di daerah-daerah itu masing-masing, maka telahseyogyanya dalam ayat 2 diadakan ketentuan, bahwa perubahan jumlahanggota DPRD ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Keanggotaan DewanPerwakilan Rakyat Daerah berlaku untuk masa empat tahun, Dalam ayat(4) ditentukan, bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yangdipilih pada saat sesudah waktu pemilihan anggota Dewan PerwakilanRakyat Daerah selesai, memegang keanggotaannya itu tidak untuk empattahun, akan tetapi sampai berakhirnya waktu pemilihan. Selain dari itudalam ayat (5) ditentukan, bahwa para anggota DPRD yang pertamameletakan jabatannya bersama-sama pada waktu yang ditentukan dalamUndang-undang Pembentukan dengan ketentuan ini maka Daerah-daerah yangtelah dibentuk itu dapat mempunyai waktu pemilihan yang berakhir padasaat yang sama, meskipun pembentukan Daerah-daerah itu tidakdilangsungkan pada suatu ketika.

Pasal 8

Untuk dapat dipilih menjadi anggota DPRD (passief kiesrecht)syarat-syarat tersebut dalam pasal ini diperlukan, agar supaya anggotaitu mempunyai sifat dan pengetahuan minimum untuk dapat menjalankankewajibannya dengan baik. Umur dua puluh satu tahun sebagai ditentukandalam sub a dianggap cukup bagi seseorang untuk mempunyai pemandanganluas dan pendapat tertentu tentang pelbagai soal, sehingga dapatdiharap menjalankan kewajibannya sebagai anggota DPRD dengan baik.Umur dua puluh satu tahun itu harus sudah tercapai pada waktu yangbersangkutan dipilih menjadi anggota DPRD. Wanita pun tidakdikecualikan untuk dapat dipilih sebagai anggota. Dalam waktu enambulan yang ditetapkan pada sub b anggota harus benar bertempat tinggaldi daerah yang bersangkutan, agar dengan demikian dapat dianggapmengetahui keadaan dari Daerah di mana ia menjadi wakil rakyatnya.Berhubungan dengan ini dalam sub. b., dipakai istilah "bertempattinggal pokok."

Page 30: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Pasal 9

Dalam pasal 9 sub b ditentukan bahwa anggota DPRD. tidak bolehmerangkap menjadi Perdana Menteri dan Menteri. Sesuai dengan kebiasaanpolitik (convention) dalam negara kita, maka yang dimaksudkan denganPerdana Menteri itu juga Wakil Perdana Menteri dan dengan menteri jugaMenteri Muda (vide Undang-undang Dasar Sementara 1950). Selaindaripada itu dengan ketentuan yang termaktub dalam pasal 9 ini, dapatditarik kesimpulan, bahwa semua pegawai Daerah, kecuali yangdimaksudkan dalam sub. c dapat menjadi anggota DPRD. Dengan demikiandiperbesar kemungkinan pemilih dapat memilih orang-orang yang cakapmenjadi anggota DPRD. Yang *1365 dimaksudkan dengan dinas pada sub bialah bagian khusus dari pekerjaan Daerah misalnya: dinas pertanian,dinas pekerjaan-umum, dinas pendidikan dan sebagainya. Dengan dinastidak dimaksudkan bagian dari Kantor Sekretaris atau bagian darikantor lainnya.

Pasal 10

Pasal ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai anggota-anggota DPRD.itu melakukan usaha-usaha, baik secara langsung maupun tidak langsungyang mendatangkan keuntungan baginya atau merugikan bagi daerah yangbersangkutan, seperti misalnya: menjadi adpokat, pokrol atau kuasadalam perkara hukum dalam mana Daerah itu tersangkut dan lain-lain,sebab usaha-usaha tersebut dapat menurunkan kedudukan kehormatansebagai anggota DPRD di mata rakyat, yang dengan sendirinya dapatberakibat mengurangkan kepercayaan rakyat kepada DPRD. yangbersangkutan. Akan tetapi, kalau kepentingan Daerah memerlukannya,maka DPRD dapat memberikan pengecualiannya, misalnya: dalam suatuDaerah tidak ada lagi seorang adpokat atau pemborong bangunan kecualiseseorang yang kebetulan menjadi anggota DPRD. itu, maka dalam halini, tidak ada jalan lain bagi DPRD. yang bersangkutan daripadamenyesuaikan diri dengan keadaan tersebut, dan menyimpang dariketentuan termaksud dalam pasal 10 ayat 1. Anggota yang melanggarlarangan tersebut dalam ayat 1 dapat diperhentikan oleh DPRD. dansebelum itu dapat diperhentikan sementara oleh DPD. yang bersangkutanakan tetapi setelah kepada yang bersangkutan itu diberi kesempatanuntuk mempertahankan diri dengan lisan atau tulisan. Untuk mencegahtindakan sewenang-wenang dari DPRD. maka kecuali kesempatan yang harusdiberikan kepada yang bersangkutan untuk mempertahankan diri, anggotayang bersangkutan dapat minta pula ketentuan DPD. yang setingkat lebihatas atau bagi anggota DPRD. tingkat ke-I yang setingkat lebih atasatau bagi anggota DPRD. tingkat ke-I dari Presiden terhadap putusanpemberhentian dan pemberhentian sementara itu, dalam waktu satu bulansesudah menerima putusan tersebut.

Pasal 11.

Dalam undang-undang ini dirasa perlu untuk mengadakan ketentuantentang gugurnya atau dapat digugurkannya anggota-anggota DPRD. yangsama sekali tidak diatur dalam Undang-undang No.22/1948 RI. danUndang-undang No.44/1950 NIT. sehingga kerap kali menimbulkankesulitan-kesulitan dalam praktek. Keanggotaan DPRD. itu gugur kalauanggota tersebut meninggal dunia. Lowongan yang dengan demikian initimbul dalam DPRD. harus diisi menurut cara-cara yang tersebut dalampasal 7 ayat 4. Gugurnya keanggotaan karena meninggal dunia ini tidakperlu menunggu keputusan-keputusan penguasa yang tersebut dalam ayat2. Keanggotaan DPRD. dapat digugurkan karena anggota tersebut tidaklagi memenuhi sesuatu syarat seperti tersebut dalam pasal 8 dan 9,

Page 31: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

misalnya orang telah dipilih menjadi anggota DPRD itu kemudian sakitingatan atau dipecat dari hak memilih atau hak dipilih dengankeputusan pengadilan yang tidak dapat dirobah lagi atau lain-lainnyaseperti tersebut dalam pasal 8 atau kemudian menjadi Menteri danlain-lainnya seperti tersebut dalam pasal 9. Demikian pula kalauanggota DPRD. itu melanggar suatu peraturan yang khusus ditetapkanbagi anggota-anggota DPRD. (yang dimaksudkan dengan peraturan di siniialah peraturan-perundangan yaitu Undang-undang, Undang-undang Daruratatau Peraturan Pemerintah) atau memajukan permintaan untuk berhentisebagai anggota. Penguguran ini harus dilakukan dengan *1366 keputusanMenteri Dalam Negeri bagi anggota DPRD. tingkat ke-I atas usul DPD.dari Daerah yang bersangkutan dan dengan keputusan DPD. setingkatlebih atas bagi anggota-anggota DPRD. tingkat ke-I atas usul DPD. dariDaerah yang bersangkutan dan dengan keputusan DPD. setingkat lebihatas bagi anggota-anggota DPRD. lainnya atas usul DPD. yangbersangkutan. Dalam ayat 3 disediakan kemungkinan kepadaanggota-anggota DPRD. yang bersangkutan untuk meminta putusan dalambanding kepada Penguasa yang setingkat lebih tinggi daripada Penguasayang memutus.

Pasal 12

Dalam pasal ini ditentukan, bahwa peraturan mengenai uang sidang, uangjalan dan uang penginapan bagi anggota-anggota DPRD. ditetapkan olehDPRD. yang bersangkutan. Kemudian dalam pasal ini juga diberikandasarnya untuk memberikan uang kehormatan kepada Ketua dan Wakil KetuaDPRD. bila kemudian misalnya ternyata bahwa mereka itu harus bekerjasehari-hari dan menyumbangkan tenaganya dengan penuh, akan tetapiuntuk menjaga keadilan dan perimbangan dengan kekuatan keuanganDaerah, maka peraturan-peraturan tersebut di atas memerlukanpengesahan terlebih dahulu dari instansi yang lebih atas. Peraturantersebut bagi Daerah tingkat II dan III harus disahkan terlebih dahuluoleh DPD. setingkat lebih atas dan oleh Menteri Dalam Negeri bagiDaerah tingkat I. Untuk menjaga jangan sampai peraturan tersebutsangat berbeda antara Daerah yang satu dengan lainnya, maka Pemerintahdengan peraturan Pemerintah dapat memberikan aturan-aturan umummengenai hal tersebut (uniformitet).

Pasal 13

Menurut pasal ini, maka anggota DPRD. sebelum menjalankan hak dankewajibannya itu harus bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengansungguh-sungguh di dalam rapat pertama DPRD. di hadapan Menteri DalamNegeri atau seorang yang ditunjuk olehnya yang memimpin rapat itu,bahwa ia akan memenuhi kewajibannya itu dengan jujur. Oleh karena paraanggota DPRD. itu baru boleh memangku jabatannya, apabila mereka itusudah bersumpah (menyatakan janji) maka dengan sendirinya perluditetapkan siapa yang akan memimpin rapat pertama DPRD. itu jadi untukmenerima penyumpahan janji tersebut. Berhubung dengan itu, maka dalamayat 1 itu ditetapkan, bahwa yang memimpin rapat itu ialah MenteriDalam Negeri atau seorang yang ditunjuk olehnya. Baru mengenaipengangkatan sumpah janji dari anggota DPRD. yang antar waktu mengisilowongan keanggotaan DPRD. seperti dimaksud dalam ayat 2, dapatdilangsungkan di hadapan Ketua DPRD. itu sendiri, oleh karena dalamkeadaan yang demikian itu para anggota DPRD. sudah memangkujabatannya. Berlainan dengan ketentuan dalam undang-undang RI.No.22/1948, maka anggota-anggota DPD. menurut undang-undang ini tidakperlu mengadakan sumpah atau janji sebelum menjalankan tugasnya itu,karena anggota-anggota DPD. itu dipilih oleh dan dari anggota-anggotaDPRD. Jadi anggota DPD. itu adalah anggota DPRD. yang sebelum

Page 32: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

menjalankan hak dan kewajibannya, sebagai anggota DPRD. yang sebelummenjalankan hak dan kewajibannya, sebagai anggota DPRD. telahbersumpah atau berjanji. Karena itu tidak perlu kiranyaanggota-anggota DPD. ini bersumpah atau berjanji sampai dua kali.Tentang susunan kata sumpah atas janji dicantumkan pula dalam pasalini, sehingga tidak perlu lagi menunggu penetapannya dalam peraturanPemerintah seperti pada Undang-undang RI. No.22/1948.

*1367 Pasal 14

Perkataan "Sidang dan Rapat" dalam pasal ini mengandung arti yang samaseperti perkataan-perkataan dalam bahasa asing "Zitting enVergadering". Suatu sidang dapat ditentukan untuk suatu waktu, di manadiadakan rapat-rapat. Penetapan waktu dan penyelenggaraan dari rapatdan sidang ini adalah termasuk kewajiban Ketua DPRD., meskipun tidaktegas dinyatakan dalam pasal ini. Sidang dan rapat DPRD. ini dapatjuga diadakan atas permintaan Dewan Pemerintah Daerah, kalau badan iniberpendapat bahwa sidang dan rapat itu perlu diadakan untukkepentingan Daerah yang bersangkutan. Kewajiban untuk merahasiakansegala sesuatu yang dibicarakan dalam rapat tertutup tidak sajamengenai anggota DPRD. akan tetapi juga mengenai parapegawai/pekerja-pekerja dan semua yang hadir pada rapat tertutup ituditambah pula dengan mereka yang mengetahui hal-hal yang dibicarakandalam rapat itu dengan jalan lain, umpamanya pegawai yangmengetahuinya, karena kedudukannya menerima laporan dari lain pegawaiyang mengunjungi rapat.

Pasal 15

Pada umumnya rapat DPRD. itu terbuka bagi umum. Sifat terbuka iniadalah sesuai dengan cita-cita demokrasi, di mana rakyat umum jugadapat mengikuti dengan seksama segala pembicaraan dalam rapat-rapatitu dan apa yang diperdebatkan oleh para wakilnya itu. Dengan demikianmaka umum dapat mengadakan kritik dan pemandangan-pemandangan ataspembicaraan-pembicaraan dan putusan-putusan yang diambil dalam rapatitu dengan melalui pers, radio dan lain-lain. Dalam keadaan yangkhusus, misalnya kalau kepentingan umum memerlukannya, maka rapatdapat memutuskan untuk mengadakan rapat tertutup. Dalam memutuskan iniharus diindahkan ketentuan-ketentuan dalam pasal 17 ayat 1, 2 dan 3.Ayat 3 menentukan beberapa hal yang tidak dapat diambil putusan dalamrapat tertutup. Jadi mengenai hal-hal yang tersebut dalam ayat iniharus dibicarakan dalam rapat terbuka, karena pembicaraan-pembicaraanmengenai hal-hal tersebut perlu sekali dapat diikuti oleh umum.Hal-hal yang tidak dapat dibicarakan atau diambil putusan dalam rapattertutup adalah umumnya mengenai keuangan dan harta-benda Daerah,tentang penerimaan anggota baru dan segala usaha yang dapat merugikanatau mengurangi kepentingan umum. Ayat ini mengharuskan supaya umummempunyai pengetahuan seluas-luasnya mengenai hal-hal tersebut denganmengikuti pembicaraan dalam rapat terbuka.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Dalam ayat 1 ditetapkan bahwa quorum yang harus dicapai untuk dapatmengadakan rapat yang sah dan dapat mengambil sesuatu putusan adalahlebih dari separoh jumlah anggota DPRD., yang ditetapkan dalamundang-undang pembentukan termaksud dalam pasal 7 ayat 1. Berlainan

Page 33: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

dengan Undang-undang RI. No.22/1948 di sini dengan tegas dinyatakan,bahwa yang dimaksudkan dengan jumlah anggota DPRD. ialah jumlah yangditentukan dalam undang-undang pembentukan bagi Daerah yangbersangkutan, jadi bukan jumlah anggota yang benar-benar duduk sebagaianggota DPRD. Umpamanya menurut undang-undang pembentukan (bagiPropinsi *1368 misalnya) DPRD. mempunyai 75 anggota, akan tetapi waktuakan diadakan rapat ada lowongan untuk dua kursi (anggota), makajumlah untuk menetapkan quorum bukanlah 75-2, melainkan tetap sepertiyang ditetapkan dalam undang-undang pembentukan yaitu 75. Jadi dalamhal ini quorum itu adalah lebih dari separoh jumlah anggota (75)-37« =38. Untuk mengetahui tercapainya atau tidak quorum itu haruslahdiperiksa daftar anggota yang hadir pada suatu rapat (presentielijst).Quorum ini dianggap selalu ada selama rapat itu, kecuali jika padawaktu diadakan pemungutan suara ternyata quorum itu tidak ada lagi,misalnya karena beberapa anggota yang mula-mula hadir kemudianmeninggalkan rapat itu. Di dalam praktek keadaan ini kerap kalimenimbulkan kesulitan, karena timbulnya persoalan apakah kalaukemudian pada waktu diadakan pemungutan suara ternyata quorum itutidak ada lagi, rapat itu masih sah mengingat ketentuan dalam ayat 1.Memang meskipun rapat itu mula-mula sah, karena memenuhi quorum yangtelah ditentukan dalam ayat 1, akan tetapi kalau kemudian pada waktupemungutan suara quorum itu tidak ada lagi maka rapat itu tak dapatmengadakan keputusan yang sah. Ketentuan ini bermaksud agar supayaanggota-anggota DPRD. itu berusaha untuk menghadiri rapat, yang sudahdiadakan itu demi kepentingan Daerah yang mereka wakili. Kalau quorumtidak tercapai maka harus diadakan rapat lagi pada waktu lain,sehingga terdapat quorum itu. Aturan bahwa dengan rapat yang kedua,meskipun tidak tercapai quorum, rapat dianggap sah, tidak ada. Iniuntuk menjaga agar supaya jangan sampai pembicaraan dan putusan dapatdiadakan dalam rapat yang tidak dihadiri oleh kebanyakan dari jumlahanggota DPRD. Dengan demikian dasar-dasar demokrasi tetap dapatterpelihara. Bila quorum itu terus menerus tidak dapat tercapai,sehingga DPRD. tidak dapat mengadakan rapat-rapat dan keputusan yangperlu dalam mengurus rumah tangga Daerah, sehingga merugikan Daerahatau Negara, maka Pemerintah dengan peraturan Pemerintah menentukancara bagaimana Daerah itu harus diurus menurut ketentuan dalam pasal50. Ayat 2 menegaskan lagi ketentuan dalam ayat 1, yaitu bahwa putusanrapat itu hanya sah jika diambil dengan suara terbanyak dari anggotayang hadir pada saat pemungutan suara itu, yang berarti bahwa padasaat itu quorum yang telah ditetapkan, harus ada. Ayat 3, mengaturpemungutan suara mengenai perkara, umpamanya mengenai rancanganperaturan daerah, sedang ayat 4 mengatur pemungutan suara mengenaiorang. Tentang cara pemungutan suara, undian dan sebagainya dapatdiatur seterusnya dengan jelas dalam peraturan tata-tertib DPRD.

Pasal 18

Maksud aturan ini ialah agar supaya anggota DPRD. dapat mengeluarkanpendapatnya dengan bebas. Anggota tidak perlu takut akan dituntut,karena apa yang dengan lisan atau tertulis dikemukakan dalam rapat.Meskipun demikian, anggota harus mempunyai sopan santun sendiri dan didalam aturan tata-tertib dapat ditetapkan, bahwa segala sesuatu harusdiajukan dengan sopan dan tertib. Ketentuan ini hanya mengenaimengeluarkan pendapat dan keterangan dengan bebas pada waktu diadakanrapat dan diucapkan atau diajukan didalam rapat DPRD. itu. Ketentuanini tidak berlaku terhadap rapat-rapat DPD. *1369 Pasal 19

Dalam ayat 1 ditetapkan bahwa anggota-anggota DPD. dipilih oleh dandari anggota-anggota DPRD. atas dasar perwakilan berimbang. Ketentuanini bermaksud untuk menghindarkan kemungkinan diborongnya semua kursi

Page 34: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

dalam DPD. itu oleh partai yang mempunyai wakil.terbanyak dalam DPRD.Dasar perwakilan berimbang ini memberikan jaminan kepada partai Kecilatau golongan kecil untuk juga mempunyai wakilnya dalam DPD. itu.Dengan dasar ini, maka yang menentukan perwakilan ialah besarnyakiesquotient, misalnya: Jumlah anggota DPRD. adalah 50, sedang jumlahanggota DPD. menurut Undang-undang Pembentukan dari Daerah yangbersangkutan adalah 5, maka kiesquotientnya adalah 50:5 = 10. Dengandemikian, inilah partai yang besar dan yang umpamanya mempunyai 25anggota sebagai wakilnya dalam DPRD., hanya akan mendapat 2 kursidalam DPD. itu, sedangkan 3 kursi lainnya disediakan untukpartai-partai atau golongan-golongan lainnya. Sekedar untuk memberikantuntunan dalam cara menyelenggarakan dasar perwakilan berimbang ini,maka Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah dapat memberikanaturan-umum tentang hal ini (ayat 4). Ayat 2 menentukan bahwa Ketuadan Wakil Ketua DPRD. tidak boleh duduk sebagai anggota DPD. Dengandemikian dapat dihindarkan keganjilan mengenai tanggung jawabnyasebagai anggota DPD. kepada DPRD. lagi pula dapat menghindarkankesulitan dalam penyelenggaraan tugas kedua badan itu masing-masing.Jumlah anggota DPD. ditetapkan dalam Undang-undang Pembentukan, karenamasing-masing Daerah itu mempunyai jumlah penduduk dan anggota DPRD.yang berlainan. Pemilihan anggota-anggota DPD. ini seharusnyadilaksanakan oleh DPRD. segera sesudah DPRD. terbentuk, supaya dengandemikian urusan rumah-tangga daerah itu dapat segera mulaidiselenggarakan.

Pasal 20

Dalam Undang-undang ini tidak diadakan anggota-anggota pengganti yangkhusus bagi anggota-anggota DPD. yang karena sesuatu hal (misalnyasakit, dan lain-lainnya) tidak dapat menjalankan tugasnya. Bilamanaseorang anggota DPD. karena sesuatu hal, misalnya sakit, tidak dapatmenjalankan tugasnya, maka tugas ini sementara dijalankan oleh anggotaDPD. lainnya yang ada berdasar penunjukan rapat DPD. Kalau anggota ituterus-menerus sakit, sehingga sama sekali tidak dapat menjalankantugasnya, maka satu-satunya jalan untuk mengganti anggota itu sebelumwaktunya berakhir seperti yang ditetapkan dalam ayat 1, ialah supayaanggota itu memajukan permohonan untuk berhenti menjadi anggota DPD.Anggota yang insaf akan kedudukannya, sebagai wakil rakyat, yangdiserahi tugas menjalankan putusan-putusan DPRD. dan memimpinsehari-hari pemerintahan Daerah, akan merasa betapa besar kerugianyang akan diderita Daerahnya dan dengan demikian juga Negara, bilatugas-tugas itu terbengkalai dan tidak dapat dilaksanakannya. Olehkarena itu, untuk menghindarkan hal ini, kiranya tidak akan adakeberatan apa-apa untuk memajukan permohonan berhenti itu, danmenyediakan tempatnya bagi orang lain, yang akan dipilih oleh DPRD.Seyogyanya, jika hal ini terjadi maka diberikanlah peringatanseperlunya oleh Ketua/Wakil Ketua DPD. kepada anggota-anggota yangbersangkutan. Tindakan ini adalah sesuai dengan sumpah/janji anggotatersebut seperti termaksud dalam pasal 13, yaitu bahwa senantiasa*1370 akan mengutamakan kepentingan negara umumnya dan Daerahkhususnya, daripada kepentingan diri sendiri. Ayat 2 menetapkan, bahwajika timbul lowongan keanggotaan DPD. maka anggota baru yang dipilihuntuk mengisi lowongan itu duduk dalam DPD. untuk kekurangan dariwaktu tersebut dalam ayat 1. Dengan ketentuan ini, makaanggota-anggota DPD. itu selalu meletakkan jabatannya pada waktu yangbersamaan, dan hal ini adalah sesuai dengan pertanggung jawab kolektipdari anggota-anggota DPD. Selanjutnya periksa Penjelasan Umum,mengenai persoalan tersebut diatas.

Pasal 21

Page 35: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Pedoman untuk Dewan Pemerintah Daerah yang mengatur cara menjalankankekuasaan dan kewajiban perlu diadakan oleh DPRD., agar supaya DPD.dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Karena pedomantersebut mengenai soal yang dapat berakibat besar untuk berjalannyaperaturan-peraturan daerah, maka guna menjaga ketepatannya diperlukanpengesahan dari instansi atasan. Seperti biasanya terjadi dalampraktek Dewan Pemerintah Daerah menetapkan peraturan tata-tertib untukrapat-rapatnya, yang baharu dapat berlaku setelah disahkan oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 22

Dalam pasal 44 ayat 2 ditetapkan, bahwa pimpinan sehari-haripemerintahan Daerah diserahkan kepada Dewan Pemerintah Daerah.Berhubung dengan ini dapatlah dikira-kirakan, bahwa tenagaanggota-anggota DPD. itu akan dibutuhkan sepenuhnya bagi kepentinganpemerintahan Daerah itu, sehingga tidak mungkin dirangkap denganjabatan lain. Mengingat hal tersebut di atas, maka dalam pasal iniayat 1 ditetapkan, bahwa kepada anggota DPD. tersebut diberikan uangkehormatan menurut peraturan-peraturan yang dibuat oleh DPRD. Uangkehormatan ini dimaksudkan sebagai uang pengganti kerugian yangterbatas. Artinya bahwa, sesuai dengan kedudukan kehormatan sebagaianggota-anggota DPD., kepada anggota-anggota DPD. diberikan sekedaruang pengganti kerugian, yang besarnya ditetapkan dengan mengingatkekuatan keuangan Daerah yang bersangkutan dan Negara. Tidaklah uangkerugian ini dimaksudkan sebagai pengganti kerugian seluruhpenghasilan yang mungkin diperoleh seorang anggota DPD. itu di luarlapangan pekerjaan sebagai anggota. Seorang anggota DPRD yang telahdipilih dan juga menerima pilihan itu sebagai anggota DPD., sudahselayaknya menerima pula segala konsekuensinya, yaitu di sini yangberhubungan dengan uang kehormatan yang telah ditetapkan oleh DPRD.yang bersangkutan itu. Kepala Daerah, yang menjadi Ketua dan anggotaDPD. karena jabatannya, tidak menerima uang kehormatan dimaksud itu.(Lihatlah selanjutnya pasal 28). Untuk mencegah penetapan uangkehormatan yang melebihi batas dan sangat berbeda dengan lain-lainDaerah, maka penetapan DPRD. mengenai hal ini harus disahkan terlebihdahulu oleh instansi yang lebih atas.

Pasal 23, 24 dan 25

Yang dimaksud dengan penguasa ialah pegawai Pemerintah Pusat atauDewan Pemerintah Daerah tingkat ke-I dan II, yang bertindak atas namaMenteri Dalam Negeri. Selanjutnya sudah cukup dijelaskan dalamPenjelasan Umum. *1371 Pasal 26

Mengenai perwakilan Kepala Daerah sudah cukup dijelaskan dalamPenjelasan Umum.

Pasal 27

Mengenai perwakilan Kepala Daerah Istimewa sudah cukup dijelaskandalam penjelasan Umum.

Pasal 28

Mengenai gaji dan segala "emolumenten" yang melekat kepada jabatanKepala Daerah sudah cukup dijelaskan dalam Penjelasan Umum.

Pasal 29

Page 36: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Mengenai gaji dan segala "emolumenten" yang melekat kepada jabatanKepala Daerah Istimewa sudah cukup dijelaskan dalam penjelasan Umum.

Pasal 30

Juga Kepala Daerah yang telah dipilih berdasarkan pasal 23 atau pasal24, sebelum memangku jabatannya, harus mengangkat sumpah (janji).Pengangkatan sumpah janji tersebut harus dilakukan di hadapan KetuaDPRD. dalam suatu sidang DPRD. tersebut, sebagai suatu badan di manaterhimpun wakil-wakil dari rakyat Daerah yang bersangkutan, sedangkanpenyaksian oleh wakil Pemerintah Pusat menunjukkan adanya suatu titikpertemuan dalam kepentingan, yaitu sebagai penanggung jawab terakhirkepada DPR. Demikian pula sebaliknya pengangkatan sumpah janji dariKepala dan Wakil Kepala Daerah Istimewa, yang telah diangkat olehinstansi-instansi Pemerrintah Pusat berdasarkan pasal 25 harusdisaksikan oleh DPRD. yang bersangkutan, penyaksian mana jugamenunjukkan adanya suatu titik pertemuan dalam kepentingan, yaitukepentingan dari Daerah yang bersangkutan. Oleh karena carapengangkatan dari Kepala Daerah dan dari Kepala Daerah Istimewa ituadalah berbeda, maka isi sumpah janji itu pun sedikit berlainan, satudan lain disesuaikan dengan cara pengangkatannya tersebut.

Pasal 31

Ayat 1 dari pasal 31 menyatakan, bahwa urusan rumah tangga Daerahdiatur oleh Pemerintah Daerah, sehingga segala urusan yang tidak ataubelum diatur oleh Pemerintah Pusat atau Daerah tingkat atasan dapatdiatur oleh Daerah. Sebaliknya apabila sesuatu urusan berdasarkankepentingan umum diatur oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerahtingkat atasan, maka Peraturan Daerah yang mengatur urusan itu dengansendirinya berhenti berlaku. Ayat 2 menetapkan adanya urusan tertentusebagai kekuasaan pangkal daripada Pemerintah Daerah. Di mana keadaansekarang menyatakan, bahwa urusan yang ada di tangan Pemerintah Pusatdapat dijadikan urusan Daerah, maka ayat 3 memberikan dasar, agarsebanyak mungkin dari urusan-urusan yang diatur oleh Pemerintah Pusatitu dialihkan menjadi urusan Daerah. *1372 Dalam pelaksanaannya akandibentuk suatu Dewan Otonomi dan Desentralisasi yang dimaksud dalampenjelasan Umum. Selanjutnya mengenai pasal 31 ini lihatlah uraiandalam penjelasan Umum.

Pasal 32

Pasal ini memberikan kemungkinan kepada Pemerintah Pusat untuk mintabantuan kepada Pemerintah Daerah dalam hal menjalankanperaturan-peraturan perundangan (pengesahan sesuatu urusan dalam "hakmedebewind"). Berdasarkan pasal 132 ayat 3 Undang-undang DasarSementara, maka dengan undang-undang dapat diserahkan penyelenggaraantugas-tugas kepada Daerah yang tidak termasuk dalam urusanrumah-tangganya. Akan tetapi, sesuai dengan maksud pasal 99Undang-undang Dasar Sementara, maka dalam pasal ini ditetapkan bahwapenyerahan sesuatu dalam hak medebewind itu dapat dilakukan dalamundang-undang pembentukan atau berdasarkan atas atau dengan peraturanundang-undang lainnya, yang berarti bahwa penyerahan sesuatu dalam hakmedebewind itu, dapat juga dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.Selain daripada itu menurut ketentuan ini, maka hak medebewind ituhanya dapat diserahkan kepada Pemerintah Daerah, yaitu DPRD. atauDPD., jadi tidak kepada Kepala Daerah.

Pasal 33

Page 37: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Selainnya Pemerintah Pusat, juga sesuatu Daerah dapat menyerahkankewajibannya kepada Daerah dibawahnya untuk dijalankan (medebewind).Perlu di sini diperhatikan, bahwa sesuatu Daerah hanya dapat mintabantuan dari Daerah tingkat bawahannya dalam menjalankan peraturandaerah itu khusus mengenai hal-hal yang terletak dalam dataran otonomiDaerah itu. Apa yang diserahkan "in-medebewind" oleh Pemerintah Pusatkepada Daerah itu, tidak dapat oleh Daerah itu diserahkan lagi kepadaDaerah tingkat bawahannya seperti termaksud oleh pasal ini kecualikalau kebebasan ini memang diberikan oleh undang-undang peraturanPemerintah termaksud dalam pasal 32.

Pasal 34

Ketentuan dalam pasal ini bermaksud untuk menghilangkan keraguraguantentang siapa yang diserahi hak medebewind menurut pasal 32 dan 33itu. Apabila dalam undang-undang, peraturan Pemerintah atau peraturandaerah hak medebewind itu diserahkan kepada Pemerintah atau peraturandaerah hak medebewind itu diserahkan kepada Pemerintah Daerah, makaini berarti bahwa yang diserahi menjalankan tugas itu ialah DewanPemerintah Daerah, lain halnya kalau dalam peraturan perundangan itudengan tegas dinyatakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 35

Dalam pasal ini ditetapkan bahwa.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapatmembela kepentingan-kepentingan Daerah dan penduduknya ke hadapaninstansi-instansi lebih atas (hak petisi). Hal ini dapat dijalankandengan tertulis, lisan atau mosi.

Pasal 36

*1373 Dalam ayat 1 ditentukan, bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerahuntuk kepentingan Daerah atau untuk kepentingan pekerjaan tersebutdalam Bab IV $ 1 dapat membuat peraturan-peraturan yang disebut"peraturan-daerah" dengan ditambah nama Daerah, misalnya "PeraturanDaerah Propinsi Jawa Barat". Peraturan-peraturan daerah ini harusditandatangani oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Agar supayadiperoleh "uniformiteit" dalam bentuk peraturan daerah, makaPemerintah dengan peraturan Pemerintah dapat menetapkanketentuan-ketentuan tentang hal tersebut.

Pasal 37

Dalam ayat 1 ditetapkan, bahwa peraturan daerah itu baru mempunyaikekuatan mengikat kalau peraturan tersebut sudah diundangkan olehKepala Daerah dalam lembaran-lembaran termaksud dalam sub a dan b, danjikalau tidak ada lembaran-lembaran itu, maka pengundangan dilakukanmenurut cara lain yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah.Ketentuan dalam ayat 2 bermaksud untuk melenyapkan keragu-raguanmengenai berlakunya peraturan daerah itu. Demikian pula mengenaiperaturan-peraturan daerah, yang harus disahkan terlebih dahulu olehinstansi lebih atas untuk dapat berlaku, hanya diundangkan kalau sudahdiperoleh pengesahan itu atau jangka waktu tersebut dalam pasal 63berakhir (yaitu jikalau dalam 3 bulan terhitung mulai hari keputusanitu dikirimkan untuk mendapat pengesahan, ketetapan itu tidakdiambil).

Pasal 38

Page 38: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Ketentuan dalam ayat 1 ini bermaksud, bahwa dalam menyelenggarakan halotonomi yang bersifat luas itu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah harusselalu mengingat apakah sesuatu pokok atau hal yang akan diaturnyadalam peraturan-daerah itu, tidak sudah diatur lebih dahulu dalamperaturan-peraturan daerah itu, tidak sudah diatur lebih dahulu dalamperaturan-perundangan yang lebih tinggi tingkatnya. Sebab dalam sistimpemerintahan negara kesatuan, di mana daerah-otonom merupakan suatubagian yang "integrerend’" daripada Negara, maka harus dijaga jangansampai terjadi pertentangan dalam perundang-undangan antara Daerahotonom dengan Pemerintah Pusat atau dengan Daerah yang lebih tinggitingkatnya ataupun dalam sesuatu peraturan daerah diatur sesuatunyayang bertentangan dengan kepentingan umum. Yang dimaksudkan denganistilah "peraturan perundangan" disini, ialah apa yang dimaksud dengan"wetteljke regeling" yakni yang terdiri dari:

a.peraturan undang-undang yakni undang-undang, undang-undang daruratdan peraturan Pemerintah.b.peraturan daerah. Dalam ayat 2 ditetapkan bahwa peraturan daerahtidak boleh mengatur pokok-pokok dan hal-hal yang telah diatur dalamperaturan-perundangan yang lebih tinggi tingkatnya. Ketentuan iniadalah sesuai dengan maksud dari sistem rumah tangga daerah yang riil(lihat penjelasan Umum), di mana Daerah berhak mengurus segala sesuatuyang dianggapnya termasuk urusan rumah-tangga daerahnya, kecuali kalauperaturan-perundangan yang lebih tinggi tingkatnya itu menyediakannyapengurusan tersebut bagi instansi sendiri atau bagi tingkat Daerahlain atau mengaturnya sendiri pokok-pokok/hal-hal yang sama itu. Dalampasal ini dibedakan dengan tegas antara pokok-pokok (dalam bahasaasingnya "onderwerpen") dan hal-hal *1374 (dalam bahasa asingnya"punten", oleh karena membawa akibat yang sangat berlainan sepertitermaksud dalam ayat 3 dan 4 yaitu:

a.kalau sesuatu peraturan daerah mengatur pokok-pokok yang kemudiandiaturnya dalam peraturan-perundangan yang lebih tinggi tingkatnya,maka peraturan-daerah tersebut dengan sendirinya (van Rechtswege)tidak berlaku lagi.b.kalau peraturan-perundangan yang lebih tinggi tingkatnya itu memuatbeberapa hal yang sama (hal-hal itu merupakan bagian dari suatupokok), sebagai yang telah diatur dalam peraturan-daerah, makaperaturan-daerah itu terus berlaku, kecuali mengenai hal-hal yangdiatur kemudian dalam peraturan-perundangan yang lebih tinggitingkatnya itu.

Pasal 39

Pasal ini memberikan kekuasaan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerahuntuk menetapkan hukuman terhadap pelanggaran peraturan-peraturannya;hukuman selama-lamanya enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.5.000,- dapat ditetapkan oleh masing-masing Dewan Perwakilan RakyatDaerah dari tiga tingkat Daerah. Agar supaya hal ini dapat dijalankandengan penuh kebijaksanaan, maka peraturan yang memuatperaturan-pidana untuk dapat berlaku harus disahkan terlebih dahuluoleh Menteri Dalam Negeri bagi peraturan daerah tingkat ke-I dan olehDewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas bagi peraturan daerahlainnya. Dalam ayat 2 diatur tentang pelanggar-ulangan (recidive) dariperbuatan pidana tersebut dalam ayat 1 yang sama sekali tidak diaturdalam Undang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 1948. Dalam halrecidive tersebut di atas, yang dilakukan dalam waktu tidak lebih darisatu tahun sejak penghukuman pelanggaran pertama tidak dapat diubahlagi, maka hukuman-hukuman itu dapat diancamkan sampai dua kalimaximum dari hukuman yang termaksud dalam ayat 1. Maksud ketentuan ini

Page 39: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

ialah agar supaya yang berkewajiban sungguh-sungguh mentaati peraturantersebut.

Pasal 40

Pasal ini memberikan kemungkinan kepada Daerah untuk menunjukpegawai-pegawai daerah yang diberi tugas kepolisian, yaitu untukmengusut pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah.

Pasal 41

Dalam pasal ini ditetapkan, bahwa kalau pelaksanaan keputusan daerahitu memerlukan bantuan alat kekuasaan, maka dalam peraturan daerahdapat ditetapkan, bahwa segala biaya untuk bantuan itu dapatdibebankan kepada pelanggar. Ketentuan ini yang tidak terdapat dalamUndang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 1948 bermaksud, agarsupaya yang berwajib sungguh-sungguh mentaati segala keputusan Daerahitu, dan bila terpaksa pelaksanaan keputusan itu harus mendapatbantuan alat-kekuasaan, maka segala biaya untuk bantuan itu dapatdibebankan kepada pelanggar. Dengan "sanctie" ini, maka kiranya dapatdijamin pelaksanaan keputusan Daerah itu sebagaimana mestinya.

Pasal 42

Dalam menjalankan kekuasaan dan kewajibannya, Daerah-daerah dapatbekerja bersama-sama; kerja sama ini tidak perlu hanya antaraDaerah-daerah yang setingkat saja,. melainkan dapat juga antara *1375Daerah-daerah yang tidak sama tingkatnya. Kerja-sama ini dapatdijalankan jika kepentingan dari Daerah-daerah yang bersangkutan itumemerlukannya (incidenteel). Kepentingan-kepentingan ini mengenaiseluruh lapangan Pemerintahan Daerah. Keputusan daerah untuk mengaturkerja sama ini lebih dahulu harus disahkan oleh instansi atasan. Padaumumnya kerja sama antara Daerah-daerah itu diputuskan oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah masing-masing sebagai pemegang kekuasaantertinggi dalam Daerah-daerah itu. Akan tetapi dalam keadaan memaksamaka juga Dewan Pemerintah Daerah dapat mengambil inisiatif untukmengadakan kerja sama itu, dengan catatan bahwa keputusan yangdemikian ini kemudian harus disahkan oleh Dewan Perwakilan RakyatDaerah-daerah yang bersangkutan, karena kerja sama ini pada umumnya,membawa akibat-akibat finansieel yang harus ditanggung oleh Daerahmasing-masing. Selain daripada itu jika untuk melaksanakan kerja samaini dibentuk sebuah badan atau panitia, maka dalam peraturan kerjasama itu harus pula diatur tentang pertanggungan-jawab dari badan ataupanitia ini. Apabila kerja sama itu terjadi antara Daerah tingkat Idan Daerah tingkat II atau Daerah-daerah lainnya yang tidak samatingkatnya, maka pengesahan dilakukan oleh instansi yang lebih tinggidari Daerah yang tertinggi diantara Daerah-daerah yang mengadakankerja sama itu, jadi di sini oleh Menteri Dalam Negeri. Demikian pula,kalau kemudian tidak terdapat kata sepakat tentang perubahannya ataupencabutannya peraturan tentang kerja sama itu, maka Menteri DalamNegeri atau Dewan Pemerintah Daerah yang tersebut dalam ayat 2 yangmemutus.

Pasal 43

Ketentuan mengenai panitia-panitia ini tidak terdapat dalamUndang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 1948. Oleh karena itudalam undang-undang baru ini dirasa perlu untuk mengadakan kemungkinankepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membentuk panitia-panitia yangdiperlukan untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan

Page 40: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

maksud agar supaya tugas Daerah itu dapat berjalan lancar misalnyamembentuk panitia untuk mempersiapkan dan mempermudahkan pemecahanpersoalan dan lain-lain.

Pasal 44

Kekuasaan dan kewajiban Dewan Pemerintah Daerah adalah terutamatermasuk kekuasaan eksekutip. Oleh karena itu, kewajiban pertama dariDewan Pemerintah Daerah itu ialah menjalankan putusan-putusan DewanPerwakilan Rakyat Daerah. Di samping hal tersebut di atas, makapimpinan sehari-hari dari pemerintahan Daerah diserahkan pula kepadaDewan Pemerintah Daerah (ayat 2). Apa yang termasuk pimpinansehari-hari dalam pasal ini tidak dijelaskan; akan tetapi meskipundemikian pimpinan sehari-hari ini harus diperbedakan daripimpinan-umum dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang memegangkekuasaan yang tertinggi di Daerah itu. Dewan Perwakilan Rakyat Daerahyang memegang pimpinan umum, seyogyanya tidak memegang pemerintahansehari-hari karena badan ini terlalu "log" dan dengan demikian tidaklayak untuk memimpin Pemerintahan sehari-hari. Karena itu pimpinansehari-hari ini diserahkan kepada Dewan Pemerintah Daerah, yang dalammenjalankannya ini harus bertanggung-jawab kepada Dewan PerwakilanRakyat Daerah.

*1376 Pasal 45

Disamping kewajiban-kewajiban tersebut dalam pasal 44 Dewan PemerintahDaerah dapat juga diserahi tugas untuk menetapkan peraturan-peraturanpenyelenggaraan dari peraturan-daerah. Dengan ketentuan ini maka DewanPemerintah Daerah dapat diberi kekuasaan legislatip, meskipun hanyaterbatas pada pembuatan peraturan penyelenggaraan dari peraturandaerah saja. Maksud dari ketentuan ini ialah agar supayapenyelenggaraan pemerintah daerah dapat lebih cepat dan efisiendiadakan dan tidak perlu segala sesuatu itu diatur oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah.

Pasal 46

Ketentuan ini diadakan sesuai dengan tanggung jawab anggota-anggotaDPD. dalam menjalankan tugasnya secara kolektip kepada DewanPerwakilan Rakyat Daerah (pasal 48).

Pasal 47

Pasal ini menetapkan, bahwa Dewan Pemerintah Daerah juga berkewajibanuntuk menyiapkan segala sesuatu yang harus dipertimbangkan dandiputuskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kecuali kalaupersiapan ini oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ditugaskan kepadabadan lain (vide pasal 43). Ketentuan semacam ini tidak terdapat padaUndang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 1948, karena itu dalamundang-undang ini dimuatnya untuk lebih menjelaskan lagi tugas-tugasDewan Pemerintah Daerah itu.

Pasal 48

Pasal ini menetapkan tanggung-jawab Dewan Pemerintah Daerah terhadapDewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam menjalankan tugasnya itu. Lebihkonsekuen daripada Undang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 1948,maka di sini diatur pertanggungan-jawab Dewan Pemerintah Daerah secarakolektif kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dewan PemerintahDaerah dapat mengadakan pembagian pekerjaan antara anggota-anggota dan

Page 41: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

terhadap pekerjaan ini masing-masing bertanggung jawab kepada DewanPemerintah Daerah (sebagai college). Jadi pertanggungan-jawab darianggota-anggota Dewan Pemerintah Daerah mengenai tugas kewajiban yangditetapkan menjadi tugas anggota-anggota itu masing-masing di dalamDewan Pemerintah Daerah. Akan tetapi kepada Dewan Perwakilan RakyatDaerah, maka seluruh Dewan Pemerintah Daerah yang bertanggung jawabsecara kolektif yaitu: Kalau Dewan Pemerintah Daerah tidak menyetujuisalah suatu tindakan anggotanya, maka Dewan Pemerintah Daerah dapatmenyerahkan tugas anggota tersebut kepada anggota Dewan PemerintahDaerah yang lain atau merobah pembagian pekerjaan antaraanggota-anggota Dewan Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan itu.Terhadap tindakan anggota tersebut, Dewan Pemerintah Daerahlah yangbertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hal ini dapatmengakibatkan timbulnya mosi tidak percaya atau mosi tidak setuju(afkeuring) dari DPRD. yang bersangkutan terhadap kebijaksanaan DPD.yang dapat menyebabkan tumbangnya DPD. tersebut. Oleh karena itu,adanya tanggung jawab kolektif ini, mengharuskan anggota-anggota DPD.itu bekerja rapat dan saling membantu satu sama lain.

Pasal 49

*1377 Perwakilan ini perlu ditegaskan di sini agar supaya dalamperkara perdata atau pidana terang badan mana yang harus bertindakatas nama Daerah, jika Daerah menjadi penggugat atau yang digugat.Akan tetapi tidak hanya perwakilan di dalam pengadilan saja, melainkanjuga di luar pengadilan ditegaskan di sini. Karena Dewan PemerintahDaerah ini merupakan sebuah "college", maka kerap kali tidak mungkinuntuk seluruh "college" itu yang mewakili Daerah. Berhubung denganini, maka dalam pasal ini ditentukan, bahwa Dewan Pemerintah Daerahdapat menunjuk seorang kuasa untuk menggantinya misalnya: seoranganggota Dewan Pemerintah Daerah/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atauKepala Daerah sendiri.

Pasal 50

Dalam hal Pemerintah Daerah melalaikan mengurus rumah tangga Daerahseperti tersebut dalam ayat 1, maka Pemerintah dapat menentukan carabagaimana Daerah itu harus diurus menyimpang dari pasal 31. Pemerintahmisalnya dapat menyerahkan tugas DPRD. itu kepada DPD. jika tindakanlain tidak berhasil, maka sebagai tindakan terakhir Pemerintah dapatmembekukan DPRD. untuk suatu masa tertentu atau membubarkan DPRD.Apabila Pemerintah terpaksa membubarkan DPRD., maka Pemerintahberwajib dalam waktu 1 bulan sesudah pembubaran itu mulai denganmengadakan pemilihan DPRD. baru, agar supaya "vacuum" demokrasi diDaerah dapat segera diatasi. Ayat 2 mengatur dalam hal PemerintahDaerah melalaikan tugasnya medebewins sedangkan ayat 3 memberikan"voorziening" dalam hal DPRD. itu tidak menjalankan tugas yangdiserahkan kepadanya oleh DPRD. yang lebih tinggi tingkatnya. Ayat 4menentukan, bahwa selama Peraturan Pemerintah dimaksud dalam ayat 1belum menentukan cara bagaimana Daerah itu harus diurus, maka KepalaDaerah diserahi tugas menjalankan hak, tugas dan kewajiban PemerintahDaerah.

Pasal 51

Untuk menghilangkan segala keragu-raguan dalam praktek mengenaikedudukan pegawai yang diperbantukan maka diadakan ketentuan umumdalam pasal ini. Pada prinsipnya semua pegawai daerah begitu pulapegawai Negara yang diperbantukan kepada Daerah berada di bawahpimpinan Dewan Pemerintah Daerah dan bukan di bawah Kepala Daerah,

Page 42: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

kecuali dengan sendirinya dalam hal dimaksud dalam pasal 50 ayat 4.

Pasal 52

Sekretaris Daerah menurut pasal ini adalah seorang pegawai Daerah,yang diangkat/diberhentikan oleh DPRD. atas usul DPD. dengan mengingatsyarat-syarat tersebut dalam pasal 53 ayat 1. Karena pekerjaan dankedudukan-kedudukan Sekretaris Daerah ini sangat penting, makapengangkatan dan pemberhentiannya dilaksanakan oleh DPRD. Akan tetapikarena dalam prakteknya sulit bagi DPRD. untuk mengetahui pegawaiDaerah yang mana yang kiranya cakap untuk diangkat menjadi SekretarisDaerah, maka ditetapkan bahwa pengangkatan itu dilakukan atas usulDPD., yang lebih mengetahui tentang keadaan dan kecakapan pegawaiDaerah, karena semua pegawai Daerah berada di bawah pimpinan DPD.selain daripada itu, agar supaya Sekretaris Daerah yang diangkat itusungguh-sungguh orang yang cakap dan memang patut menduduki tempatitu, maka harus pula diperhatikan syarat-syarat yang tersebut dalampasal 53 ayat 1, dimana diantaranya ditetapkan bahwa penuturan tentangpengangkatan *1378 pegawai sedapat-dapatnya diseganikan denganperaturan-peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat terhadappegawai Negara. Jadi baik DPD. yang mengusulkan calon SekretarisDaerah itu, maupun DPRD. yang mengangkatnya harus memperhatikansedapat-dapatnya syarat-syarat yang ditetapkan oleh Negara bagipegawainya yang berkedudukan sama. Dengan jalan demikian kiranya dapatdihindari pengangkatan seorang Sekretaris hanya atas dasar dankepentingan politik saja. Seperti di atas telah dikatakan, makaSekretaris Daerah itu tidak merangkap Sekretaris Kepala Daerah sepertitermaksud dalam Undang-undang Republik Indonesia No.22/1948 danUndang-undang NIT. No.44/1950, melainkan Sekertaris Daerah itu adalah-Sekertaris DPRD. dan DPD. Yang dimaksudkan dengan ayat 3 ialah, jikaberhalangan itu terjadi untuk waktu yang pendek; jika halangan itumenjadi lama, umpamanya lebih dari 3 bulan karena sakit, maka DPD.untuk keberesan pekerjaan seharusnya mengajukan gantinya Sekretarisitu kepada DPRD.

Pasal 53

1).Peraturan tentang pegawai Daerah harus ditetapkan dalam peraturandaerah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah oleh karena ini menjadikekuasaan dan kewajibannya. Maka Daerah dapat mengadakan peraturantentang hal itu yang berbeda dengan peraturan yang berlaku bagipegawai Negara, tetapi sedapat mungkin Daerah diharuskan dalam pasalini menyesuaikan peraturan dengan peraturan-peraturan yang ditetapkanoleh Pemerintah bagi pegawai Negara. 2).Peraturan-daerah itu untukdapat berlaku harus disahkan dulu oleh Menteri Dalam Negeri bagiDaerah tingkat ke-I dan bagi Daerah tingkat ke-II dan ke-III olehDewan Pemerintah Daerah setingkat lebih atas.Pengesahan itu diperlukanuntuk menjaga jangan sampai imbangan tentang gaji dan lain-lainterganggu.

Pasal 54

1).Karena pegawai-pegawai yang mempunyai keahlian sementara waktu initidak akan mencukupi keperluan pemerintahan Daerah, maka masihdiperlukan cara memperbantukan pegawai Negara kepada Daerah, agarsupaya Pemerintah dapat membagi-bagi tenaga dengan rasionil kepadaDaerah-daerah. Ketentuan dalam ayat 1 pasal ini diadakan untuk lebihmenegaskan lagi kedudukan pegawai Negara dan pegawai Daerah yangdiperbantukan. 2).dan 3). untuk menegaskan instansi manakah yang harusmemikul akibat keuangan dari perbantuan pegawai itu, maka diadakan

Page 43: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

ketentuan yang termuat dalam ayat 2 pasal ini. Pada pokoknyaditentukan, bahwa instansi yang memakai tenaga itu, membayar gajinya.Uang iuran pensiun dan sebagainya dimasukkan dalam kas instansi yangmemperbantukan tenaga tersebut.

Pasal 55

Ketentuan ini diadakan untuk memberi kemungkinan kepada PemerintahDaerah meminta pertolongan kepada pegawai-pegawai Negara dalammenyelenggarakan urusan-urusan tertentu dari Daerah itu, karenamisalnya tidak ada tenaga pada Daerah itu untuk menyelenggarakanurusan tersebut, atau dalam hal sesuatu Daerah tidak atau belummempunyai pegawai yang ahli untuk mengorganisir dinas baru dari Daerahitu berhubung dengan penyerahan baru dari sesuatu urusan PemerintahPusat kepada Daerah tersebut. *1379 Pegawai yang dimaksud dalam ayatini tidak merupakan pegawai Negara yang diperbantukan kepada Daerah,tetapi tetap berkedudukan sebagai pegawai Negara dan termasuk formasipegawai dari Kementerian, atau Jawatannya semula. Di dalam prakteknya,adanya ketentuan tentang syarat-syarat dan hubungan kerja antarapegawai Negara yang dipekerjakan untuk kepentingan Daerah, denganalat-alat pemerintahan Daerah itu akan lebih menegaskan kedudukanhukum dari pegawai Negara itu selama tenaganya dibutuhkan gunakepentingan Daerah yang bersangkutan.

Pasal 56

1).Mengikuti ketentuan dalam UUDS. pasal 117 yang tidak memperkenankanpemungutan pajak dan cukai untuk kegunaan kas Negara, kecuali denganUndang-undang atau atas kuasa Undang-undang, maka hak untuk mengadakanpajak daerah dan retribusi daerah dengan Undang-undang ini diletakkandalam tangan DPRD. (Pasal 56 ayat 1). Yang dimaksud dengan pajakdaerah ialah pungutan daerah berdasarkan peraturan yang ditetapkannyaguna pembiayaan pengeluaran-pengeluaran daerah sebagai badan publik,sedang lapangan pajak daerah adalah lapangan pajak yang belumdipergunakan atau diusahakan Negara. Retribusi daerah ialah pungutandaerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasapekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan ataukarena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidaklangsung. 2).Ketentuan bahwa peraturan umum tentang pajak daerah danretribusi daerah ditetapkan dalam Undang-undang (Pasal 56 ayat 2)dimaksudkan agar daerah mendapat pegangan yang umum, sehingga akandapat dijauhkan pembebanan rakyat yang melebihi batas. Di dalammenentukan besarnya jumlah pajak atau retribusi harus mendapatperhatian beberapa faktor-faktor antara lain tarip-tarip yang berlakudilain-lain daerah sekitarnya, kekuatan keuangan serta kemampuanpenduduk, tarip-tarip yang progresif dan sebagainya, sehingga pajakdaerah dan retribusi daerah yang diadakan itu terasa adil dan layakoleh penduduk dan merupakan sumber pendapatan yang berarti bagidaerah. 3).Oleh karena pajak daerah dan retribusi daerah itu bagidaerah merupakan pendapatan yang tidak kecil artinya dan kepadapenduduk memberikan beban, dan dengan demikian mempunyai arti yangpenting bagi semua fihak, maka ditentukan bahwa untuk berlakunyasesuatu peraturan tentang pajak daerah dan retribusi daerah diperlukanpengesahan lebih dahulu oleh penguasa dan menurut cara-cara yangditetapkan dalam Undang-undang (pasal 56 ayat 3).

Pasal 57

Seperti dijelaskan dalam penjelasan pasal 56 lapangan pajak daerahadalah lapangan pajak yang belum dipergunakan atau diusahakan oleh

Page 44: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Negara. Dalam pada itu di antara pajak-pajak yang telah diusahakanoleh Negara terdapat beberapa macam pajak yang sedikit banyakmempunyai sifat kedaerahan dan pengurusannya lebih tepat jikadiselenggarakan oleh daerah, seperti pajak verponding, pajak rumahtangga, pajak potong dan sebagainya. Kesanggupan keuangan daerahsebesar-besarnya dan seluas-luasnya untuk pembiayaan urusan rumahtangganya memerlukan penyerahan pajak-pajak yang dimaksud di ataskepada daerah. Dengan penyerahan ini dapat diharapkan bahwa daerahakan lebih *1380 mencurahkan perhatian serta tenaganya untukmendapatkan hasil yang sebesar-besarnya untuk kepentingandaerah-daerah sendiri.

Pasal 58

1).Selain daripada penyerahan pajak Negara kepada daerah (pasal 57)dapat pula diserahkan sebagian atau seluruh penerimaan dari sesuatupajak Negara, agar dapat terjamin kebutuhan akan keuangan (ayat 1 suba) begitu pula jika perlu dapat diberikan ganjaran, subsidi dansumbangan (ayat 1 sub B). Ganjaran adalah: a.jumlah uang yangdiserahkan kepada daerah berhubung dengan kewajiban menyelenggarakantugas Negara.b.jumlah uang yang diserahkan kepada daerah berhubung tugas Negaratelah menjadi urusan rumah tangga daerah. Dasar daripada pemberianganjaran ini ialah bahwa:

a.daerah memerlukan waktu yang tidak singkat untuk dapat menyesuaikankeadaan keuangannya guna menanggung bertambahnya pengeluaran untuktugas yang diserahkan kepada daerah.b.pada hakekatnya Negara tidak dapat melepaskan diri sama sekali daripertanggungan-jawab atas penyelenggaraan otonomi daerah, karena dalamtugas dimaksud selalu terdapat unsur-unsur kepentingan umum yang padapokoknya menjadi tugas Negara. Subsidi ialah bantuan yang diberikankepada daerah untuk penyelenggaraan usaha-usaha daerah yang biayanyamelampaui kekuatan keuangan daerah. Sumbangan ialah bantuan yangdiberikan kepada daerah untuk menutup kekurangan anggaran keuangandaerah, oleh karena keadaan luar biasa yang mengakibatkan bahwa daerahmengalami kesulitan keuangan.

2).Pemberian penghasilan tersebut kepada daerah akan diatur dalamUndang-undang Perimbangan Keuangan.

Pasal 59

Didalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah DPRD. dengansendirinya memperhatikan pula penyelenggaraan usaha-usaha untukmeninggikan kemakmuran dan kesejahteraan penduduknya. Dalam hendakmewujudkan tujuan ini kepada daerah diberi hak untuk mengadakanperusahaan daerah. Mengingat akan ketentuan dalam pasal 37 dan 38UUDS. maka perusahaan-perusahaan (utiliteitsbedrijven) yang diadakansebagai badan publik dan tidak diajukan untuk semata-mata akan mencarikeuntungan yang sebesar-besarnya dengan melepaskan fungsi sosialdaripada perusahaan itu terhadap penduduk daerah. Adanya sesuatuperusahaan dari daerah tidak boleh merusak keseimbangan keuangan umumdaerah, sehingga pokok untuk mendirikan perusahaan daerah harusdidapat dari mengadakan pinjaman. Peraturan umum tentang mengadakanperusahaan daerah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 60

1).Pengelolaan keuangan daerah yang tepat dan sehat serta seksama,

Page 45: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

akan memberi gambaran dan pemandangan setiap waktu tentang carabagaimana daerah melaksanakan kewajibannya dan merupakan syarat utamadalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan daerah, lagi pula akanmenjadi dasar bagi *1381 pertumbuhan dan perkembangan urusan daerah.Untuk keperluan-keperluan dimaksud DPRD. memegang kekuasaan penuhuntuk mengadakan peraturan-peraturan daerah yang antara lain memuatketentuan tentang:

a.penyusunan anggaran keuangan daerah. b.menyampaikan rencana anggarankeuangan daerah yang sudah ditetapkannya kepada penguasa yang berhakmengesahkannya.c.menyelenggarakan keuangan daerah yang telah mendapat pengesahan.d.pemeriksaan perhitungan dan pertanggungan-jawab keuangan daerah.e.perhitungan anggaran keuangan daerah.

2).Keuangan daerah tidak dapat terlepas dari keuangan Negara dan padahakekatnya merupakan bagian dari keuangan umum. Persamaan dankeseragaman dalam cara penyelenggaraan keuangan daerah diperlukan agardapat diperoleh gambaran tentang dan mempermudah pengawasan terhadappengurusan dan perkembangan rumah tangga daerah, berhubung dengan manadalam Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan peraturan-peraturan umummengenai penyelenggaraan keuangan daerah.

Pasal 61

1).Di dalam membentuk daerah dikehendaki adanya anggaran keuangandaerah pertama yang menjadi dasar permulaan bagi daerah untukmenyelenggarakan tugas kewajibannya. Penetapan anggaran keuangandaerah pertama dalam Undang-undang untuk daerah tingkat I dan IIberdasarkan kenyataan bahwa tugas-tugas yang diserahkan pada daerahtersebut meliputi tugas berbagai-bagai Kementerian, yang memerlukanpeninjauan yang seksama dengan mengadakan perobahan anggaran keuanganNegara, sepanjang diperlukan. Anggaran keuangan daerah pertama memuatantara lain rencana biaya dari:

a.keperluan-keperluan berhubung dengan pembentukan daerah.b.urusan-urusan rumah tangga sendiri menurut keadaan pada waktupembentukan daerah yang bersangkutan.c.urusan-urusan pemerintah yang diserahkan dan ditugaskan kepadadaerah sesuai dengan yang dimuat dalam anggaran Negara. 2).Denganmemakai anggaran keuangan daerah pertama sebagai pangkal permulaanuntuk selanjutnya anggaran keuangan daerah ditetapkan oleh DPRD.3).Dasar otonomi yang seluas-luasnya menghendaki kesanggupan keuangandaerah sebesar-besarnya dan dengan sendirinya dasar ini tidak terlepasdan harus mengikuti keadaan keuangan Negara seluruhnya. Kesanggupankeuangan daerah sebesar-besarnya tidak dapat diserahkan kepada daerahuntuk mewujudkannya menurut kehendaknya sendiri-sendiri, oleh karenasebagai dinyatakan di atas, keuangan daerah tidak dapat dipisahkandari keuangan Negara seluruhnya dalam menyelenggarakan kepentinganumum.

Berhubung dengan itu dimuat ketentuan (pasal 61 ayat 3) bahwa anggarankeuangan daerah tidak berlaku sebelum disyahkan oleh Menteri DalamNegeri bagi daerah tingkat I dan oleh DPD. setingkat lebih atas bagilain-lain daerah. 4).Ketentuan ini berlaku pula untuk tiap-tiapperubahan anggaran keuangan daerah (ayat 4).

*1382 Pasal 62

Berlainan dengan Undang-undang R.I. No. 22 tahun 1948 dan

Page 46: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

Undang-undang N.I.T. No. 44 tahun 1950, Bab tentang pengawasanterhadap Daerah dalam undang-undang ini untuk mendapat systematik yanglebih teratur, terbagi dalam 5 bagian yakni :

1. tentang pengesahan dan jangka waktu pengesahan;

2. tentang pembatalan dan pertanggungan;

3. tentang sengketa mengenai tata-usaha Daerah;

4. tentang penyelidikan dan pemeriksaan oleh Pemerintah;

5. tentang pengumuman.

Sebelum meningkat pada penjelasan sepasal demi sepasal, lebih dahulutentang pengawasan terhadap Daerah ini, perlu rasanya dikemukakan,bahwa pada umumnya dapat dikatakan bahwasanya pengawasan atas segalakeputusan Pemerintah Daerah Swantara pengawasan itu merupakan suatuakibat mutlak dari adanya Negara Kesatuan. Dalam menyelenggarakanpemerintahan Negara di dalam suatu Negara Kesatuan pada umumnyaharuslah selalu diusahakan tetap terpeliharanya kesatuan itu, sehinggakemerdekaan Daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sekali-kalitidak boleh berakhir dengan rusaknya hubungan Negara dan Daerahnya."Harmoni" antara Pusat dan Daerah harus tetap ada dan terpelihara, dandi dalam Negara dengan pemerintahan yang didesentralisir, makapengasan inilah yang merupakan jalan yang terpenting untuk menjaminterpeliharanya harmoni itu. Menilik sifatnya, pengawasan ini dapatterbagi dalam DUA jenis pengawasan :

A. pengawasan preventief;B. pengawasan represif.

ad. A. PENGAWASAN PREVENTIF Pengawasan preventif ini dimaksudkan untukmencegah berlakunya keputusan Daerah yang dipandang penting olehpembuat Undang-undang. Pengawasan semacam ini hanya diharuskan bagibeberapa putusan tertentu, dalam mana tersangkutkepentingan-kepentingan besar, sehingga dengan demikian kemungkinandatangnya kerugian atas kepentingan-kepentingan itu sudah dapatdicegah sebelumnya. Pengawasan preventif ini berupa mewajibkandidapatkannya pengesahan lebih dahulu dari fihak pengawas yangditunjuk, sebagai suatu syarat yang harus dipenuhi lebih dahulu,supaya keputusan itu dapat mulai berlaku, di samping syarat-syaratlain yang bersangkutan dengan pengundangan apabila keputusan itumerupakan peraturan daerah. Keputusan-keputusan Daerah yang menurutundang-undang ini harus diawasi secara preventif, ialah antara lainputusan-putusan Daerah termaksud dalam pasal 12 ayat 3, pasal 21 ayat2, pasal 22 ayat 2, pasal 3 ayat 4, pasal 42 ayat 2, pasal 53 ayat 2,dan lain-lainnya. Selain keputusan-keputusan Daerah tentang hal-haltermaksud dalam pasal-pasal tersebut di atas itu, dalam undang-undangatau peraturan Pemerintah dapat ditetapkan, bahwa sesuatu keputusanDaerah mengenai pokok-pokok tertentu tidak berlaku sebelum disahkanoleh penguasa yang ditunjuk (periksalah pasal 62 dari undang-undangini).

Ad. B. PENGAWASAN REPRESSIF Pengawasan represif dalam undang-undangini diwujudkan dengan pembatalan, yang bermaksud meniadakankeputusan-keputusan, yang salah karena bertentangan dengan peraturanperundangan yang lebih tinggi tingkatnya atau dengan kepentingan umum.Berlainan dengan *1383 pengawasan preventif yang hanya ditujukankepada keputusan-keputusan tertentu dan harus dijalankan di dalam

Page 47: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

jangka waktu yang terbatas, sebelum sesuatu keputusan tertentu itumulai berlaku, pengawasan represif ini dijalankan terhadap semuakeputusan Daerah di dalam jangka waktu yang tidak terbatas, sungguhpunkeputusan itu sudah mulai berlaku. Yang dimaksudkan dengan "keputusan"dalam undang-undang ini ialah keputusan di dalam arti luas, dalam manatermasuk jua peraturan-daerah, sebagai telah dinyatakan juga dalampasal 1 ayat 1. Apabila menurut pendapat pengawas, suatu putusanDaerah memuat anasir- anasir yang memberi alasan untuk membatalkankeputusan itu, baik karena bertentangan dengan peraturan perundanganyang lebih tinggi tingkatannya maupun dengan kepentingan umum, makakeputusan Daerah itu dapat dipertangguhkan oleh pengawas yang ditunjukuntuk itu. Pertangguhan ini dimaksudkan untuk menahan dijalankannyaputusan itu selama masih dalam pertimbangan untuk pembatalan. Aktapenundaan ini dibatasi dalam undang-undang ini (Periksa pasal 67).

Pasal 63

Agar supaya keputusan tentang pengesahan ini tidak diambil dalam waktuyang sangat lama, maka dalam pasal ini diadakan ketentuan jangka waktuuntuk mengambil keputusan oleh penguasa yang harus mengesahkan selama3 bulan terhitung mulai hari putusan Daerah yang bersangkutandikirimkan untuk mendapat pengesahan. Jika dalam waktu 3 bulan ituinstansi yang wajib mengesahkan tidak mengambil keputusan, makaputusan Daerah itu oleh Daerah tersebut dapat dijalankan. Waktu 3bulan ini dapat diperpanjang sampai 6 bulan. Dalam ayat 4 dibukakemungkinan bagi Daerah untuk memajukan keberatan terhadap putusantidak memberi pengesahan kepada Dewan Pemerintah Daerah setingkatlebih atas dari penguasa Daerah yang menolak atau kepada Menteri DalamNegeri apabila yang menolak itu Dewan Pemerintah Daerah tingkat I.

Pasal 64 dan 65

Instansi yang berhak untuk membatalkan atau menunda suatu putusandaerah terutama diletakkan kepada instansi setingkat lebih atas (Lihatpasal 64). Karena Pemerintah Pusat adalah penanggung jawab terakhirmengenai segala hal yang berhubungan dengan soal-soal pemerintahandaerah hal mana dicantumkan dalam pasal 69, maka dalam pasal 65 diberikemungkinan kepada Pemerintah Pusat untuk mempertangguhkan ataumembatalkan keputusan-keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah danDewan Pemerintah Daerah dari Daerah-daerah Swantara tingkat ke-II danke-III yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebihtinggi tingkatnya atau dengan kepentingan umum, apabila ternyata,Dewan Pemerintah Daerah yang berhak melakukan wewenang itu menurutpasal 64, tidak melakukannya. Selanjutnya cara-cara pengawasan yangbelum diatur dengan undang-undang ini, akan ditetapkan denganPeraturan Pemerintah (periksa pasal 69). Yang dimaksud dengan penguasadalam pasal-pasal 64, 65 dan 68 ialah pegawai Pemerintah Pusat atauDewan Pemerintah Daerah tingkat ke-I dan II, yang bertindak atau atasnama Menteri Dalam Negeri.

Pasal 66.

Dalam pasal ini diatur akibat-akibat pembatalan sesuatu keputusanDaerah karena: *1384 a.bertentangan dengan peraturan-perundangan yanglebih tinggi;b.bertentangan dengan kepentingan umum.

Hal di atas ini dalam Undang-undang R.I. No. 22 tahun 1948 ataupundalam Undang-undang N.I.T. No. 44 tahun 1950 tidak diatur dalamundang-undangnya sendiri, hanya dalam penjelasan Undang-undang R.I.

Page 48: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

No. 22 tahun 1948 terdapat ketentuan sebagai tercantum dalam pasal 66ini. Oleh karena hal itu merupakan ketentuan pokok, maka lebih padatempatnya, apabila hal itu dimuat dalam undang-undangnya sendiri dantidak cukup dalam penjelasan saja.

Pasal 67

Sudah jelas.

Pasal 68

Sudah jelas.

Pasal 69

Lihatlah penjelasan atas pasal-pasal 64 dan 65.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71.

Sudah jelas.

Pasal 72.

Sudah jelas.

Pasal 73.

Pembentukan Daerah Swantara berdasarkan undang-undang ini sudah barangtentu tidak dapat diadakan dengan sekaligus untuk semua Daerah didalamwilayah Indonesia begitu pula peraturan-peraturan penyelenggaraannyamenghendaki waktu yang cukup. Berhubung dengan hal-ihwal itu perludiadakan pasal-pasal peralihan agar undang-undang dapat dijalankandengan tidak mengacaukan jalannya pemerintahan Daerah sepanjang Daerahini belum dapat terbentuk menurut undang-undang ini. Pada waktu mulaiberlakunya undang-undang ini kita dapatkan di Indonesia Daerah-daerahSwatantra yang berdasar atas pelbagai jenis perundang-undangan pokok,misalnya:

1.Propinsi-propinsi di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, Daerah IstimewaYogyakarta, Kota Besar dan Kota Kecil di Jawa dan Kalimantan, begitupula Kabupaten, Daerah Istimewa setingkat Kabupaten di Kalimantandibentuk berdasarkan Undang-undang R.I. No. 22 tahun 1948.

2.Kotapraja Jakarta Raya berdasar atas S.G.O. dengan "tijdelijkevoorzieningenn j/a juncto Undang-undang No. 1 tahun 1956."

3.Daerah-daerah dalam Propinsi Maluku, Sulawesi dan Nusa Tenggara atasUndang-undang N.I.T. No. 44 Tahun 1950.

4.Kota Makasar atau ordonnatie voorloopige voorzieningen m.b.t. debestuursveering v/d gewesten Borneo en de Groote Oost (Staatsblad 1946No.17)juncto S.G.O.S.

Lain daripada itu masih kita dapatkan pula daerah-daerah asli yangmengurus rumah tangganya sendiri sebagai desa, marga, negari dsb.,yang berdasarkan

Page 49: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

I.G.O. dan I.G.O.B. Sebelum daerah-daerah tersebut di atas dapatdibentuk baru *1385 berdasarkan undang-undang baru ini, perlu dalampasal 73 ini dinyatakan bahwa daerah-daerah swatantra itu berjalanterus berdasrakan perundang-undangannya pokok masing-masing. Olehkarena dasar-dasar pokok dari undang-undang ini tidak banyak sekaliperbedaannya dengan Undang-undang R.I. No. 22 tahun 1948, maka selainuntuk mengejar waktu yang diperlukan untuk membentuk baru berdasarkanundang-undang ini, nampaknya tidak akan menimbulkan banyak kesulitandi dalam praktek jika Propinsi, Kabupaten, Kota Besar dan Kota Kecil,begitu pula Daerah Istimewa setingkat propinsi dan setingkat Kabupatenyang telah dibentuk berdasarkan Undang-undang R.I. No. 22 tahun 1948sejak saat mulai berlakunya undang-undang baru ini menjadiberturut-turut Daerah tingkat ke-I, Daerah tingkat ke-II, Kotapraja,Daerah istimewa tingkat ke-I dan tingkat ke-II menurut undang-undangbaru ini. Oleh karena itu dalam pasal 73 ayat 1 dan 2 hal di atasdicantumkan demikian. Demikian pula halnya dengan KotaprajaJakarta-Raya, yang menurut ayat 3 menjadi Kotapraja Jakarta-Rayamenurut undang-undang ini. Sebaliknya Daerah-daerah di dalam PropinsiMaluku, Sulawesi dan Nusa Tenggara sungguhpun Undang-undang N.I.T. No.44 tahun 1950 hampir sama dengan Undang-undang R.I. No. 22 tahun 1948tidak dapat dinyatakan menjadi sesuatu jenis Daerah menurutundang-undang baru ini, oleh karena masih harus ditinjau lebih jauhmengenai isi rumah tangganya. Sebelum pembentukan baru terjadi, makaDaerah-daerah tersebut berjalan terus bersandarkan Undang-undang No.44 tahun 1950.

Pasal 74.

Ayat 1 bermaksud untuk mencegah kekosongan dalam Pemerintah Daerah,berhubung dengan dijadikannya daerah-daerah otonoom yang sudah adaberdasarkan Undang-undang R.I. No. 22/1948 dan Undang-undang No. 1tahun 1956, menjadi daerah-daerah otonom menurut undang-undang ini(pasal 73 ayat 1, 2 dan 3). Dengan ketentuan ayat 1 itu, makaPemerintah Daerah yang ada pada saat mulai berlakunya undang-undangini dapat terus melakukan kewajibannya seperti sediakala, denganketentuan, bahwa dalam waktu selambat-lambatnya dua tahun pembentukanD.P.R.D. baru berdasarkan pasal 7 ayat 6 sudah, selesai. Sedangkandalam waktu selambat-lambatnya 3 bulan sesudah pembentukan D.P.R.D.itu maka harus pula telah diadakan pemilihan Kepala Daerah, Ketua danWakil Ketua D.P.R.D. tidak dapat dibentuk dalam waktu sebagaimanadimaksud dalam ayat 2, maka dengan sendirinya pemilihan Kepala Daerahsebagai dimaksud dalam pasal 24 ayat 1, tidak akan dapat terlaksana,sehingga karena itu perlu diadakan jalan keluar untuk menghadapikesulitan tersebut, Jalan keluar dimaksud tercantum dalam ayat 4 suba. Demikian pula apabila D.P.R.D. itu sudah dapat dibentuk, akantetapi pemilihan Kepala Daerah tidak dapat dilaksanakan dalam waktudimaksud dalam ayat 2, maka perlu juga diadakan jalan keluar; jalankeluar dimaksud terdapat dalam ayat 4 sub b. Selanjutnya ayat 5menyerahkan kepada Peraturan Pemerintah pengaturan lebih lanjutakibat-akibat yang ditimbulkan oleh ketentuan pasal 73 ayat 1, 2 dan 3itu.

Pasal 75.

Sudah jelas.

Pasal 76.

Sudah jelas. *1386 Diketahui Menteri Kehakiman a.i SOENARJO

Page 50: UU 1/1957, POKOK POKOK PEMERINTAHAN DAERAH …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/10772.pdf · ... dengan dasar perhitungan jumlah penduduk ... pegawai-pegawai/pekerja-pekerja

--------------------------------

CATATAN

*)Disetujui D.P.R. dalam pleno terbuka ke-113 pada hari jum’at tanggal14 Desember 1950, P.19/56,

DICETAK ULANG_________________________________________________________________