usulan penelitian s2 -lusiana

75
PENGARUH JARAK TANAM DALAM BARIS DAN TAKARAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) VARIETAS MASTER SWEET Oleh Lusiana 4122.5.13.31.10010 USULAN PENELITIAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS WINAYA MUKTI i

Upload: fajar-rochman

Post on 07-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

usulan penelitian agroteknologi

TRANSCRIPT

PENGARUH JARAK TANAM DALAM BARIS DAN TAKARAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG

MANIS (Zea mays saccharata Sturt) VARIETAS

MASTER SWEET

OlehLusiana

4122.5.13.31.10010

USULAN PENELITIAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI

BANDUNG

2015

i

PENGARUH JARAK TANAM DALAM BARIS DAN TAKARAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG

MANIS(Zea Mays Saccharata Sturt) VARIETAS

MASTER SWEET

OlehLusiana

4122.5.13.31.10010

USULAN PENELITIAN

Bandung, ……………………………………………

Disetujui dan disahkan Komisi Pembimbing,

Dr. R. Wahyono, Ir., M.P. Hudaya Mulyana, Ir., M.P.

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

ii

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeleaikan Usulan

Penelitian dengan Judul : “Pengaruh Jarak Tanam dalam

Baris dan Takaran Pupuk Kandang Ayam terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays

saccharata Sturt) Varietas Master Sweet”.

Penyusunan Usulan Penelitian ini dapat terselesaikan atas

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih kepada Yth:

1. Dr. R. Wahyono Widodo, Ir., M.P., sebagai Ketua Komisi

Pembimbing dan Hudaya Mulyana Ir., M.P. Sebagai anggota

komisi pembimbing.

2. Dr. Hj. Noertjahyani, Ir., M.P. Sebagai Ketua Program Studi

Magister Agroteknologi

3. Prof. Dr. Hj. Ai Komariah, Ir., M.S. sebagai Direktur

Pascasarjana Universitas Winaya Mukti.

4. Seluruh Staf Karyawan Pascasarjana Universitas Winaya

Mukti.

iii

5. Keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil

6. Semua pihak yang telah membantu penulis selama

penulisan usulan penelitian.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Ridha-

Nya dan membalas segala kebaikannya, Aamiin.

Subang, April 2015

Penulis

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………..…………………..ii

KATA PENGANTAR………………………….….……………….…….……...iv

DAFTAR ISI ………………………………….…….………………..…………..v

DAFTAR TABEL…………………………….…………………………………vi

DAFTAR LAMPIRAN……………………..…………………………………..vii

BAB I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………..……………..1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah…………………..…………....5

1.3 Tujuan Penelitian……………………….……………..

…………...5

1.4 Kegunaan Penelitian………………………………..……….……..6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN/PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………..7

2.2 Kerangka Pemikiran/Pendekatan Masalah………………..……..18

2.3 Hipotesis Penelitian……………………………………..……….22

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode yang Digunakan………………………………..………..23

3.2 Operasionalisasi Variabel…………………………….…….…….24

3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data/Informasi……….....................27

3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………….....27

3.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis……………………..…….34

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….

LAMPIRAN……………………………………………………………………….

v

DAFTAR TABEL

No

Judul Halaman

1 Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa jenis Hewan Ternak………………………………………………………………...

17

2 Operasionalisasi Variabel 25

3 Kombinasi Perlakuan Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Ayam…………………………………………………………………

26

4 Daftar Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok Pola Faktorial………………………………………………………………

36

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1

2

Denah Tata Letak Percobaan…………………………...

Deskripsi Jagung Varietas Master Sweet………………

50

51

vii

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

selain gandum dan padi. Jagung merupakan alternatif pangan yang mendukung

ketahanan pangan nasional dimana beberapa daerah di Indonesia (misalnya di

Madura dan Nusa Tenggara) menggunakan jagung sebagai bahan pangan pokok.

Saat ini penggunaan jagung semakin meningkat, selain sebagai bahan pangan,

jagung digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri sehingga hampir

seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Jenis jagung yang dikembangkan di Indonesia terdiri dari beberapa

macam, salah satunya jenis jagung yang paling digemari di Indonesia adalah jenis

jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau dikenal dengan sweet corn.

Jagung manis sangat digemari karena memiliki rasa yang lebih manis

dibandingkan dengan jagung jenis lain. Menurut Koswara (1986), kadar gula

pada endosperm jagung manis sebesar 5-6% dan kadar pati 10-11% sedangkan

pada jagung biasa kandungan gulanya hanya mencapai 2-3 % atau setengahnya

dari jagung manis. Tanaman jagung manis memiliki rasa manis

disebabkan tanaman ini memiliki gen resesif yang berfungsi

untuk menghambat proses pembentukan gula menjadi pati,

dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman

jagung manis menjadi 4 - 8 kali lebih manis dibandingkan dengan

tanaman jagung pipil (Ermanita, 2004).

3

Kandungan gizi jagung manis tiap 100 g bahan disajikan pada Tabel 1

(Iskandar, 2008).

Tabel 1. Kandungan Gizi 100 g Jagung Manis

No Zat Gizi (Tiap 100 g Bahan) Jagung Manis1 Energi (cal) 96.02 Protein (g) 3.53 Lemak (g) 1.04 Karbohidrat (g) 22.85 Kalsium (mg) 3.06 Fosfor (mg) 1117 Besi (mg) 0.78 Vitamin A (SI) 4009 Vitamin B (mg) 0.1510 Vitamin C (mg) 12.011 Air (g) 72.2

Kebutuhan akan tersedianya jagung manis setiap tahun semakin meningkat.

Berdasarkan data dari BPS (2011), pada tahun 2008-2010 ekspor jagung manis

mengalami penurunan sebesar 17,25 % sedangkan impor jagung manis

mengalami peningkatan sebesar 6.27 % per tahun. Produksi nasional jagung

manis pada tahun 2014 mencapai 18.548.872,00 ton dengan luas panen

3.786.376,00 ha (BPS,2014) sementara target pemerintah produksi jagung manis

harus mencapai 26.000.000 ton.

atau rata-rata 4,899 ton/haHal ini menandakan bahwa produksi jagung manis

nasional belum mampu mencukupi permintaan pasar.

Permintaan pasar terhadap jagung manis semakin meningkat dan peluang

pasar yang besar belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani karena

berbagai kendala, diantaranya terbatasnya lahan pertanian produktif dengan kata

lain tingkat kesuburan lahan tersebut sangat rendah kemudian dalam aspek teknis

4

(pemupukan, pengaturan populasi tanaman, penggunaan benih yang bermutu)

petani belum sepenuhnya dapat menerapkannya dengan tepat.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan produksi tanaman

jagung manis adalah pupuk anorganik. Pemakaian pupuk anorganik atau kimia

selain dapat meningkatkan produksi tanaman namun dapat merusak sifat fisik

serta populasi mesofauna di dalam tanah (Lingga dan Marsono, 2001).

Suwahyono (2011) mengemukakan bahwa pupuk kimia tidak mampu

memperbaiki kualitas tanah, berbeda dengan pupuk organik yang bisa berfungsi

sebagai penyubur dan pembenah tanah. Selain itu, pupuk organik dapat

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman karena mampu berperan dalam

memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya simpan air, meningkatkan

aktivitas biologi tanah, serta sebagai sumber nutrisi tanaman lengkap. Oleh

karena itu dalam usaha pertanian saat ini lebih dianjurkan menggunakan pupuk

organik. Pemanfaatan pupuk organik sangat diperlukan untuk perbaikan

produkivitas. Bahan organik di dalam tanah sangat berperan dalam proses kimia,

fisika dan biogis dalam tanah. Proses kimia berkaitan dengan meningkatkan daya

jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar

kation (KTK) tanah berasal dari bahan organic, sedangkan proses biologis

berkaitan dengan pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan

aktivitas mikroorganisme (Ermadani dan Mahbub, 2011).

Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan untuk perbaikan

kesuburan tanah adalah pupuk kandang ayam.

5

Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan dan sebagian besar hasil

pertanian diangkut keluar, tanpa adanya usaha pengembalian sebagian sisa panen

ke dalam tanah menyebabkan kandungan bahan organik dalam tanah semakin

rendah, terutama pada tanah-tanah pertanian yang diusahakan intensif, akibatnya

terjadi penurunan kesuburan tanah.

Pada umumnya tanah-tanah pertanian tidak dapat menyediakan semua

unsur hara yang dibutuhkan oleh tananaman dalam waktu yang cepat, untuk itu

perlu dilakukan pemupukan terutama pupuk organik. Pemupukan bertujuan

untuk menggantikan unsur hara yang terangkut pada saat panen atau hilang

akibat erosi dan pencucian serta pemakaian yang tinggi. Salah satu upaya

untuk menjaga kesuburannya adalah dengan pemberian bahan organik karena

selain menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, pupuk organik

terbukti sangat baik dalam memperbaiki kondisi tanah dan potensi pengikat dari

tanah terhadap zat makanan tanaman karena tanah besar pengaruhnya

terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lingga, 2001).

Menurut Harjadi (1989), pertumbuhan dan mutu hasil jagung manis

dipengaruhi oleh faktor lingkungan kesuburan tanah. Salah satu cara untuk

meningkatkan kesuburan tanah adalah dengan menambahkan bahan organik ke

dalam tanah. Pemupukan dengan pupuk organik merupakan salah satu cara yang

digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah secara fisik,kimia dan biologi

terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis.

Perbaikan terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah melalui pemupukan

sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang sebagai

6

pupuk organik berperan dalam menambah ketersediaan unsur hara, memperbaiki

struktur tanah dan mendorong aktivitas jasad renik tanah, selain itu pupuk

kandang juga mengandung unsur -unsur mikro (tembaga , mangan dan boron)

yang penting bagi pertumbuhan tanaman.

Peningkatan produktivitas jagung manis selain ditentukan oleh

peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan organik juga dipengaruhi oleh

pengaturan jarak tanam, karena dalam suatu pertanaman, tanaman akan

mengalami persaingan/kompetisi antar tanaman dengan tanaman lain (gulma)

dalam hal unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu

upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan pengaturan jarak tanam

yang optimal, sehingga sumber daya tersedia dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Harjadi (1989) menyatakan, bahwa produksi persatuan luas akan meningkat

sejalan dengan meningkatnya populasi, akan tetapi setelah kompetisi berlangsung

produksi tanaman akan menurun. Berdasarkan hal tersebut maka pengaturan jarak

tanam perlu dilakukan agar dicapai produksi jagung manis yang tinggi.

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan

cahaya, perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman dalam

penggunaan air dan unsur hara. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh:

(a) jenis/varietas jagung yang ditanam, (b) pola tanam, (c) kesuburan tanah, dan

(d) bagian tanaman yang akan dipakai sebagai pendekatan ekonomi. Jarak tanam

yang tidak teratur akan mengakibatkan terjadinya kompetisi baik terhadap cahaya

matahari, air, maupun unsur hara, jarak tanam yang rapat mengakibatkan proses

penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran didalam

7

tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan

unsur hara menjadi lebih besar. Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah

pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan

dicapai. Makin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak

berbuah. Harjadi, (2002) mengatakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi

persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan

mempengaruhi hasil.

Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna

mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman

jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman

yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan

lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan

penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada

saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun

sesama tanaman akan saling menutupi, akibatnya pertumbuhan tanaman akan

tinggi memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan

menghambat proses fotosintesis dan produksi tanaman tidak optimal.

Penelitian mengenai pemberian pupuk kandang ayam dan pengaturan jarak

tanam dalam baris merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam

meningkatkan produksi hasil tanaman jagung manis (Zea mayssaccharata Sturt).

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka salah satu

aspek yang mempengaruhi jumlah produksi jagung manis adalah

8

produktivitas. Ada lima hal penting yang harus diperhatikan dalam

meningkatkan produktivitas tanaman, yaitu : pengairan, jarak tanam

pemupukan, pengendalian hama, dan penggunaan varietas tanaman yang baik

(Poehlman and Borthakhur, 1969). permasalahan yang dapat diidentifikasikan

dalam penelitian ini adalah kurangnya penambahan bahan organik ke dalam tanah

sehingga kesuburan lahan rendah, pengaturan jarak tanam yang tidak ideal

menyebabkan terjadinya kompetisi antar tanaman dalam hal air, unsur hara,

cahaya serta ruang tumbuh tidak optimum sehingga pertumbuhan dan hasil

tanaman tidak optimal. Penggunaan benih jagung merupakan salah satu kendala

dalam produksi jagung manis,

1. Apakah terjadi interaksi antara jarak tanam dalam baris dengan takaran

pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung

manis varietas Master Sweet.

2. Apakah terdapat takaran optimum pupuk kandang ayam pada setiap jarak

tanaman dalam baris yang menghasilkan jagung manis varietas Master

Sweet tertinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi antara jarak tanam

dalam baris dengan takaran pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman jagung manis serta mengetahui takaran pupuk kandang optimum pada

setiap jarak tanam dalam baris yang menghasilkan jagung manis varietas Master

Sweet tertinggi.

1.4 Kegunaan Penelitian

9

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

pengaturan jarak tanam dalam baris dan takaran pupuk kandang terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis varietas Master Sweet , sehingga

diperoleh hasil jagung manis yang tinggi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN/PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Jagung manis atau Sweet corn sudah sejak lama dikenal oleh bangsa

Indian, Amerika. Hal ini terbukti ketika tahun 1779 Sullivar melakukan ekspedisi

melawan suku Indian, dalam perjalanannya melalui sungai Susquehenna, ia

menemukan ladang jagung manis. Tahun 1832, jagung manis telah banyak

ditanam di Amerika sampai tahun 1866 terdapat 16 varietas (Palungkun dan

Budiarti, 2000).

Jagung telah tersebar di seluruh Indonesia. Daerah-daerah penghasil

jagung yang telah tercatat antara lain Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan,

Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, JawaTimur, Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku (AAK, 1994).

Klasifikasi jagung manis adalah sebagai berikut : Kingdom Plantae,

Divisio Spermatophyta, Subdivisio Poales (Graminales), Famili Poaceae

(Graminae), Genus Zea, Spesies Zea mays.

Menurut Subekti dkk., (2002) berdasarkan bentuk dan struktur biji jagung

dapat diklasifikasikan sebagai berikut : jagung mutiara (Z. mays indurate), jagung

gigi kuda (Z. mays indentata), jagung manis (Z. mays saccharata), jagung pod (Z.

tunicate sturt), jagung berondong (Z. mays everta), jagung pulut (Z. ceritina

Kulesh), jagung QPM (Quality Protein Maize), jagung minyak tinggi (High Oil)

(Purwanto dan Purnamawati, 2010).

11

Sifat manis pada jagung manis disebabkan oleh adanya gen su-1 (sugary),

bt-2 (brittle), dan sh-2 (shrunken).Gen ini dapat mencegah pengubahan gula

menjadi zat pati pada endosperm sehingga jumlah gula yang ada dua kali lebih

banyak dibandingkan jagung biasa (Palungkun dan Budiarti, 2000).

Secara fisik maupun morfologi, jagung manis sulit dibedakan dengan

jagung biasa. Perbedaan antara kedua jagung tersebut umumnya pada bunga

jantan. Bunga jantan jagung manis berwarna putih krem, sedangkan pada jagung

biasa kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna putih, sedangkan

pada jagung biasa berwarna merah.

Jagung manis mengandung lebih banyak gula pada endospermnya

daripada jagung biasa dan pada proses pematangan, kadar gula yang tinggi

menyebabkan biji keriput. Keadaan yang keriput inilah yang membedakannya

dengan biji jagung biasa, selain itu tinggi tanaman jagung manis sedikit lebih

pendek daripada jagung biasa. Perbedaan lainnya adalah jagung manis berumur

lebih genjah dan memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan jagung biasa.

Tongkol jagung manis biasanya sudah siap panen ketika tanaman berumur 60-70

hari (Palungkun dan Budiarti, 2000).

Jagung merupakan tanaman berumah satu monoecious dimana letak bunga

jantan dan betina terpisah pada satu tanaman dan bunga jantan terbentuk pada

ujung batang, sedangkan bunga betina terletak pada pertengahan batang. Tanaman

jagung bersifat protandry dimana bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari

sebelum munculnya rambut pada bunga betina (Subandi dkk., 1988).

12

Bunga jantan mengandung banyak bunga kecil pada ujung batangnya yang

disebut tassel.Tiap bunga kecil tersebut terdapat tiga buah benang sari. Bunga

jantan yang terbungkus ini di dalamnya terdapat benang sari.Bunga betina juga

mengandung banyak bunga kecil yang ujungnya pendek dan datar, pada saat

masak disebut tongkol. Setiap bunga betina mempunyai satu putik (Palungkun

dan Budiarti, 2000). Bunga terbentuk pada saat tanaman sudah mencapai

pertengahan umur.Sel telur yang terdapat pada bunga betina dilindungi oleh

tangkai putik, sedangkan yang berbentuk benang biasanya disebut rambut

(AAK, 1993). Lebih kurang 95% dari bakal biji terjadi karena perkawinan silang

dan hanya 5% terjadi perkawinan sendiri. Hampir semua tepung sari yang

menyerbuki putik datang dari malai tanaman terdekat, tetapi tepung sari dapat

diterbangkan angin sampai sejauh 1 kilometer (Suprapto, 1990).

Sistem perakaran jagung terdiri atas akar primer, akar lateral, akar

horizontal, dan akar udara.Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul

pada saat biji berkecambah dan tumbuh ke bawah. Akar lateral adalah akar yang

tumbuh memanjang ke samping. Akar udara adalah akar yang tumbuh dari bulu-

bulu di atas permukaan tanah (Najianti dan Danarti, 1992). Tanaman jagung

berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang 25 cm (Suprapto,

1990).

Warisno (1998), mengemukakan bahwa batang tanaman jagung bulat

silindris dan tidak berlubang tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh

sehingga makin memperkuat berdirinya batang. Batang jagung beruas-ruas dan

pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20

13

ruas. Rata-rata panjang (tinggi) tanaman jagung antara 1 meter s.d. 3 meter di

atas permukaan tanah. Batang tanaman jagung dapat tumbuh membesar dengan

diameter sekitar 3-4 cm.

Daun jagung berbentuk pita atau garis dan mempunyai ibu tulang daun

yang terletak tepat di tengah-tengah daun. Jumlah daun sekitar 8-48 helai setiap

batangnya, tergantung pada jenis atau varietas yang ditanam. Panjang daun 30-45

cm dan lebarnya antara 5-15 cm (Warisno, 1998).

Biji jagung terletak pada tongkol yang tersusun memanjang.Pada tongkol

tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat, sedangkan pada buah jagung

terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus

(kolobot). Pada setiap tanaman jagung terbentuk 1-2 tongkol. Bakal biji yang

sudah siap diserbuki ditandai dengan rambut yang memanjang dan keluar melalui

sela-sela antara tongkol dan kelobot. Pada setiap bakal biji selalu terdapat tangkai

putik berupa rambut. Bunga betina siap untuk dibuahi, akan diiringi dengan

bertambahnya jumlah rambut yang keluar melewati ujung tongkol jagung (AAK,

1993). Biji tersusun rapi pada tongkol, setiap tongkol terdiri atas 10-14 baris,

sedangkan setiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir biji (Muhajir, 1988).

Jagung manis mempunyai tipe pertumbuhan determinate. Jagung manis

tergolong jagung yang berumur genjah. Umur panen tanaman ini tergantung pada

jenisnya. Umumnya jagung manis siap dipanen pada umur 60-70 hari setelah

tanam, tetapi di daerah dataran tinggi umur panen dapat mencapai 80 hari. Jagung

termasuk tanaman C-4 yang mampu beradaptasi dengan baik pada faktor-faktor

pembatas pertumbuhan dan hasil.

14

Tanaman C-4 dapat beradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti

intensitas radiasi matahari yang tinggi dengan suhu siang dan malam yang tinggi,

curah hujan rendah, serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat-sifat yang

menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C-4 antara lain aktivitas fotosintesis

pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah

serta efisien dalam penggunaan air. Meskipun demikian, jagung memerlukan air

yang cukup selama masa pertumbuhannya, khususnya saat menjelang berbunga

dan pengisian biji (Muhajir, 1988).

Rukmana (1997), mengemukakan bahwa jagung terutama ditanam di

dataran rendah, baik tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi di musim

kemarau, tetapi juga dapat pula ditanam pada ketinggian 1000-1800 meter dpl.

Pertanaman jagung sangat memerlukan drainase dan aerasi yang baik. Tanah yang

baik untuk pertumbuhan jagung adalah tanah yang gembur dan subur, kaya humus

dan menghendaki tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu atau lempung

berpasir.

Tanaman jagung toleran terhadap reaksi kemasaman tanah (pH) pada

kisaran 5,6-7,5. Pada lahan yang tidak beririgasi , pertumbuhan tanaman

memerlukan curah hujan optimum sekitar 85-200 mm/bulan secara merata. Suhu

yang dikehendaki tanaman jagung antara 210C- 340C, namun suhu optimum

untuk pertumbuhan jagung manis berkisar antara 230C - 270C (Purnomo dan

Purnamawati, 2010).

Jarak Tanam

15

Jarak tanam mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan

jumlah hasil yang diperoleh dari sebidang tanah. Jarak tanam atau populasi

tanaman penting diketahui untuk menentukan sasaran agronomi, yaitu produksi

maksimum (Jumin , 2008). Pada program pemerintah dikenal panca usaha atau

lima tindakan budidaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan produksi

maksimum yang meliputi: penanaman dengan bibit unggul, penanaman dengan

jarak tanam teratur dalam barisan teratur (tandur jajar), pengairan yang baik,

pemupukan yang tepat, proteksi tanaman terhadap hama dan penyakit

(Harjadi,1984).

Pengaturan jarak tanam dalam budidaya pertanian sangat dianjurkan

karena mempermudah ruang tumbuh, mempermudah dalam tindakan budidaya

seperti mempermudah dalam pemberian pupuk, pengendalian hama dan penyakit

serta pengendalian gulma (Satari dkk., 2005).

Jarak tanam berkaitan dengan jumlah populasi tanaman yang harus

diperhitungkan dengan efek kompetisi terhadap lingkungan tumbuh tanaman (air,

hara, cahaya) untuk menghindari adanya saling menaungi antar kanopi tanaman,

dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Pemupukan yang berat, menunjukan

populasi tanaman yang lebih besar yang akan mendatangkan keefisienan

penggunaan pupuk, karena tercapainya keefisienan penggunaan pupuk (Satari,

2004).

Distribusi tanaman, yaitu pengaturan letak tanaman pada sebidang tanah,

mempengaruhi keefisienan penggunaan cahaya. Pada umumnya jarak tanam

sama segala penjuru lebih efisien daripada jarak tanam lainnya karena awal titik

16

kompetisi tertunda terjadinya. Arah barisan dapat digunakan untuk menggunakan

cahaya secara efisien. Tanaman yang ditanam dengan arah barisan Timur-Barat,

menggunakan cahaya lebih efisien daripada arah barisan Utara-Selatan

(Harjadi,1984).

Jarak tanam atau populasi tanaman dipengaruhi oleh jenis tanaman,

kesuburan tanah dan kelembaban tanah serta teknologi yang digunakan (Jumin,

2008).

Produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi tanaman

yang tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimal di awal

pertumbuhan, akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing secara

individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor - faktor tumbuh

lainnya. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi ukuran baik pada

seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman (cabang, umbi, polong).

Kerapatan tanaman optimum ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan

ekonomi dalam menentukan keuntungan optimum (Harjadi,1984).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran

padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia (sapi,

kambing, babi, kuda) dan unggas seperti ayam dan burung. Pupuk kandang

mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk

pertumbuhannya, selain unsur makro N, P, K pupuk kandang juga mengandung

unsur makro seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S).

17

Pupuk kandang selain berfungsi sebagai penyedia unsur makro dan mikro,

pupuk kandang berperan dalam memperbaiki kesuburan fisika tanah melalui

perubahan struktur dan permeabilitas tanah, dapat memperbaiki kesuburan kimia

tanah dimana pupuk kandang memiliki daya ikat ionnya tinggi sehingga akan

mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik dengan meminimalkan kehilangan

pupuk anorganik akibat penguapan atau tercuci oleh hujan, dapat meningkatkan

kegiatan mikroorganisme tanah yang berarti meningkatkan kesuburan biologis,

dalam pelapukannya sering mengeluarkan hormon yang merangsang pertumbuhan

tanaman, seperti auxin, gibberelin,dan Cytokinin (Jumin, 2008).

Nilai pupuk kandang ditentukan oleh kandungan unsur hara dan tingkat

pelapukannya, sehingga nilainya itu dipengaruhi oleh macam makanan dan sistem

pemeliharaan, kandungan bahan lain (sisa makanan yang belum cerna), kesehatan

dan umur hewan, jenis hewan dan metode pengolahannya. Pupuk kandang

nilainya menjadi lebih baik bila makanannya mengandung banyak protein seperti

ayam ras (Jumin, 2008).

Pupuk kandang bila dilihat dari dekomposisinya, digolongkan menjadi

dua, yaitu pupuk dingin dan pupuk panas. Pupuk dingin merupakan pupuk yang

terbentuk karena proses penguraiannya oleh mikroorganisme dan berlangsung

perlahan sehingga tidak membentuk panas. Contoh pupuk dingin antara lain

kotoran sapi, kerbau dan babi. Pupuk panas merupakan pupuk yang terbentuk

karena proses penguraian oleh mikroorganisme yang berlangsung cepat sehingga

membentuk panas. Contoh pupuk panas antara lain kotoran ayam, kambing dan

kuda (Musnamar, 2003). Pupuk dingin sesuai untuk dipakai pada tanah yang

18

ringan karena dapat terjadi perombakan yang intensif oleh bakteri sementara

pupuk panas cepat terurai dan sesuai untuk dipakai pada tanah berat atau padat

(Jumin, 2008).

Pupuk kandang ayam merupakan pupuk kandang yang berasal dari

kotoran ayam yang berbentuk padat cair artinya kotorannya bercampur dengan

urin. Hal ini disebabkan golongan unggas hanya memiliki satu lubang

pengeluaran kotoran, akibatnya kotoran yang keluar menjadi satu antara padat dan

cair (Jumin, 2008). Kandungan hara dalam kotoran ayam tiga kali lebih besar dari

hewan ternak lainnya (Musnamar, 2003). Kandungan hara pupuk kandang

beberapa jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Kandungan Hara Pupuk Kandang Beberapa Jenis Ternak

Jenis Ternak N P2O5 K2O

Kambing 0,83-0,95 0,35-0,51 1,00-1,20

Sapi 0,10-0,96 0,64-1,15 0,45-1,00

Babi 0,46-0,50 0,35-0,41 0,36-1,00

Kuda 0,64-0,70 0,18-0,25 0,55-0,64

Ayam 1,00-3,13 2,80-6,00 0,40-2,90

Sumber : Musnamar, 2003

2.2 Kerangka Pemikiran/Pendekatan Pemecahan Masalah

Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan

cahaya, perkembangan hama penyakit dan kompetisi antara tanaman dalam

penggunaan air dan unsur hara. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh:

(a) jenis/varietas jagung yang ditanam, (b) pola tanam, (c) kesuburan tanah, dan

19

(d) bagian tanaman yang akan dipakai sebagai pendekatan ekonomi. Jarak tanam

yang tidak teratur akan mengakibatkan terjadinya kompetisi baik terhadap cahaya

matahari, air, maupun unsur hara, jarak tanam yang rapat mengakibatkan proses

penyerapan unsur hara menjadi kurang efesien, karena kondisi perakaran didalam

tanah yang saling bertaut sehingga kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan

unsur hara menjadi lebih besar.

Pengaturan jarak tanam pada suatu areal tanah pertanian merupakan

salah satu cara yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Makin rapat

jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. Harjadi,

(2002) mengatakan bahwa jarak tanam juga mempengaruhi persaingan antar

tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi

hasil.

Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna

mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman

jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman

yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan

lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan

penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada

saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun

sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi

memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan

menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal.

20

Pengaturan jarak tanam pada tanaman akan berhubungan dengan tingkat

kepadatan populasi tanaman per satuan luas lahan. Produksi tanaman per satuan

luas ditentukan oleh produksi per tanaman dan jumlah tanaman per satuan

luas.Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi populasi per satuan luas,

maka produksi semakin tinggi.Kepadatan populasi tanaman terkait dengan

pemanfaatan ruang media tumbuh.Pada kepadatan rendah menyebabkan

menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi

kepadatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan

individu terhambat.

Kepadatan populasi tanaman dapat meningkatkan produksi bahan kering

tanaman, sampai suatu maksimum yaitu pada saat peningkatan kepadatan

populasi tanaman lebih lanjut tidak diikuti lagi oleh peningkatan produksi bahan

kering tanaman (Donald, 1963 dan Bunting 1972).

Kepadatan populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya

dukung lingkungan, karena keterbatasan lingkungan maka akan terjadi pembatas

pertumbuhan tanaman (Odum, 1959 dan Boughey, 1968). Pengaturan kepadatan

populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada tanaman budidaya bertujuan

untuk menekan kompetisi antar tanaman dalam hal air, cahaya, unsur hara dan

faktor pendukung lainnya (Harjadi, 1984). Menurut Jugerheimer (1976)

kepadatan populasi yang tinggi meningkatkan indeks luas Daun (ILD) sehingga

meningkatkan luas daun per satuan luas tanah yang berfotosintesis. Salisbury and

Ross (1992) menyatakan bahwa luas daun tanaman merupakan suatu faktor yang

21

menentukan jumlah energi matahari yang dapat diserap oleh daun dan akan

menentukan besarnya fotosintat yang dihasilkan.

Menurut Loomis dan Wiliam (1969), produksi bahan kering tanaman

adalah fungsi dari laju fotosintesis seluruh daun.Tinggi tanaman, lebar tajuk dan

sudut daun mempengaruhi kemampuan intersepsi radiasi yang diterima oleh

tanaman.

Menurut Chapman dan Carter (1976), kepadatan populasi optimum

tanaman jagung untuk produksi biji pada umumnya adalah 50.000

tanaman/hektar, tetapi dapat ditingkatkan menjadi 75.000 sampai 87.000

tanaman/hektar apabila produktivitas lingkungan sangat tinggi. Menurut

Doorenbos dan Kassam (1986), kepadatan populasi tanaman jagung varietas

lambat/dalam hanya 20.000 sampai 30.000 tanaman/hektar, dan varietas genjah

bisa mencapai 50.000 sampai 80.000 tanaman/hektar.

Jagung merupakan tanaman yang banyak menyerap N, sehingga tinggi

rendahnya N sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

tanaman jagung. Tanaman bila mendapatkan N yang cukup maka daun akan

tumbuh besar dan memperluas permukaannya. Permukaan daun yang lebih luas

memungkinkan untuk menyerap cahaya matahari yang banyak sehingga proses

fotosintesa juga berlangsung lebih cepat, akibatnya fotosintat yang terbentuk akan

terakumulasi pada bobot kering tanaman yang lebih bobot. Meskipun

penambahan luas daun akan berkurang atau berhenti pada saat tanaman memasuki

fase pembungaan, tetapi bobot tanaman akan mengalami peningkatan bobot

kering seiring dengan bertambahnya umur (Gardner et al., 1991). Poerwowidodo

22

(1992), Syekhfani (1997), dan Novizan (2002), menyatakan bahwa N merupakan

unsur yang berpengaruh cepat terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, dan bila

kecukupan N maka daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas

permukaannya.

Peningkatan N pada tanaman biasanya dilakukan dengan pemupukan

secara kimia/sintesis merupakan jalan termudah dan tercepat dalam menangani

masalah kahat hara, karena mudah terurai dan langsung dapat diserap tanaman,

sehingga pertumbuhan menjadi lebih subur. Hal ini membuat ketergantungan

petani terhadap pupuk anorganik sangat besar. Hairiah dkk., (2000) menyatakan

bahwa pemupukan secara kimia/sintetis mempunyai beberapa kelemahan, yaitu

harganya mahal, tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi

tanah, serta pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan

pencemaran lingkungan.

Syekhfani (1993) menyatakan pertanian secara konvensional

berusaha memacu produksi sebanyak-banyaknya, tanpa ada usaha pengembalian

sisa panen kembali ke tanah, sehingga kesuburan tanah menjadi rusak. Kondisi

tanah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman diperlukan adanya bahan organik

tanah dilapisan atas paling sedikit 2% (Young, 1989).

Perbaikan terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah melalui pemupukan

sangat diperlukan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang sebagai

pupuk organik berperan dalam menambah ketersediaan unsur hara, memperbaiki

struktur tanah dan mendorong aktivitas jasad renik tanah, selain itu pupuk

23

kandang juga mengandung unsur -unsur mikro (tembaga , mangan dan boron)

yang penting bagi pertumbuhan tanaman.

Penguraian yang terjadi dalam pupuk kandang dapat mempertinggi humus.

Menurut Stevenson (1994),Asmara dan Rahayu (2001) humus berwarna hitam

kelam, berukuran koloidal pada tanah gambut dapat menyerap air 20 kali lipat

berat sendiri sedangkan pada tanah mineral dapat memperbaiki struktur tanah dan

porositas tanah, sebagai bahan perekat karena mengandung gugus karboksil dan

hidroksil, mampu berikatan dengan ion - ion logam, tidak larut dala m air, sebagai

bahan penyangga dan se bagai sumber hara tanaman.

Tisdale et al (1995) menambahkan bahwa pupuk kandang yang diberikan

ke dalam tanah dapat mensuplai nitrogen, meningkatkan P dan unsur mikro.

Pupuk kandang juga dapat meningkatkan daya mengikat air, kelembaban tanah

dan kadar CO2. Menurut Suhardjo (1993) pupuk organik dapat menetralisir sifat

racun dari Al dan Fe. Kurnianingsih (2004) dan Tatipata (2005 ) menyatakan

bahwa peningkatan pH tanah, menurunkan kejenuhan basa dan menurunkan KTK

tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman pada lahan gambut.

Bahan organik dapat berperan menyimpan dan melepaskan unsur hara bagi

tanaman. Handayanto (1996) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik

mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kesuburan tanah.

Pengaruh langsung disebabkan karena pelepasan unsur hara melalui mineralisasi,

sedangkan pengaruh tidak langsung adalah menyebabkan akumulasi bahan

organik tanah, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan penyediaan unsur

hara tanaman. Salah satu upaya perbaikan bahan organik tanah yang cukup murah

24

adalah dengan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah, baik berupa

perombakan sisa tanaman atau hewan oleh mikroorganisme.

Banyak dilaporkan bahwa penggunaan pupuk anorganik secara terus

menerus menjadi tidak efisien dan dapat mengganggu keseimbangan sifat tanah

(fisik, kimia dan bioogi) sehingga menurunkan produktivitas lahan dan

mempengaruhi produksi hasil jagung manis. Pemberian pupuk organik yang

dipadukan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman

dan efisiensi penggunaan pupuk baik pada lahan sawah atau lahan kering

(Musnamar, 2002).

Upaya penambahan bahan organik ke dalam tanah salah satunya dengan

pemberian pupuk organik (pupuk dari kotoran hewan). Pupuk kandang ayam

merupakan pupuk kandang yang memiliki kandungan unsur hara makro N, P dan

K yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang sapi, kambing, babi dan

kuda (Tabel 1.). Pupuk kandang ayam memiliki kandungan N tiga kali lebih

besar daripada kotoran hewan ternak lainnya dan memiliki kandungan P dan K

lebih tinggi dibandingkan kotoran hewan ternak lainnya, (Musnamar, 2002).

Menurut Mayadewi (2007) pupuk kandang ayam dapat meningkatkan

hasil jagung manis dan menurunkan berat kering gulma bila dibandingkan dengan

pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing. Pemberian pupuk

kandang ayam yang dikombinasikan dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm dapat

menghasilkan tongkol layak jual tertinggi yaitu 11,6 ton/ha.

Hasil penelitian Sutriadi et al. (2005), menunjukkan bahwa dengan

aplikasi pukan ayam sebesar 2 t ha-1meningkatkan produksi jagung sebanyak 6%

25

pada musim pertama sedangkan pada musim kedua sebesar 40% pada perlakuan

tanpa dan dengan bahan organik, peningkatan antar musim mencapai enam

setengah kali. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pukan umumnya

terlihat terutama pada musim kedua (residu).

Kualitas pukan sangat berpengaruh terhadap respon tanaman. Pupuk

kandang ayam secara umum mempunyai kelebihan dalam kecepatan penyediaan

hara, komposisi hara seperti kadar N, P, K, dan Ca disbanding pukan sapi dan

kambing. Pada pengujian Widowati et al.(2004), pemberian pukan ayam

menghasilkan produksi tertinggi pada tanaman sayuran selada pada tanah Andisol

Cisarua dengan takaran optimum ± 25 t ha-1

.

2.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat interaksi antara pengaturan jarak tanam dalam baris dengan

takaran pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

jagung manis varietas Master Sweet.

2. Terdapat takaran optimum pupuk kandang ayam pada setiap jarak tanam

dalam baris yang menghasilkan jagung manis varietas Master Sweet

tertinggi?

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode yang Digunakan

Penelitian ini mengkaji pengaruh jarak tanam dalam baris dan takaran

pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis

varietas Master Sweet. Berdasarkan tujuan tersebut maka sifat penelitian ini

adalah verifikatif yang dilakukan dengan pendekatan eksperimen di lapangan.

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi

Kulon, Kabupaten Bandung dimulai bulan Mei 2015 sampai dengan Juli 2015.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih hibrida jagung

manis Varietas Master Sweet, pupuk kandang ayam, pupuk Urea, SP36 dan KCl.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, garu,

alat tugal (linggis), ember, gembor, tali raffia, patok, sendok, pisau, meteran,

jangka sorong, timbangan analitik, alat tulis, papan plang.

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

pola faktorial, yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor pertama adalah

jarak tanam dalam baris yang terdiri dari tiga taraf dan faktor kedua adalah

takaran pupuk kandang ayam terdiri dari empat taraf.

3.2 Operasionalisasi Variabel.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan,

maka diperlukan suatu batasan dalam operasionalisasi variable.Penelitian ini

24

terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (perlakuan) dan variabel terikat

(respon).

Tabel 2. Operasional Variabel

No Variabel Konsep variabel Indikator Variabel

1 Jarak tanam jarak tanam dalam baris j1= 70 cm x 20 cm = 60 tanj2= 70 cm x 25 cm = 48 tanj3= 70 cm x 30cm = 40 tan

2 Pupuk kandang ayam Takaran pupuk kandang p0 = tanpa pupuk kandangp1 = 10 ton ha-1

p2 = 20 ton ha-1

p3 = 30 ton ha-1

3 Karakteristik Pertumbuhan

Bertambahnya ukuran,volume atau bobot tanaman yang bersifat tidak balik

a. Tinggi tanaman (cm)b. Jumlah daun

4 Karakteristik Komponen Hasil

a. Panjang tongkolb. Diameter tongkolc. Bobot Tonggkol

berkelobot/tanamand. Bobot Tongkol tanpa

kelobot/tanaman 5 Hasil a. BobotTongkol

berkolobot/petak b. Bobot Tongkol tanpa

kolobot/petakSelain respon utama, diamati pula respons penunjang sebagai berikut:

1. Serangan Hama dan Penyakit selama percobaan

2. Gulma yang tumbuh selama percobaan

3. Analisis tanah tempat penelitian sebelum percobaan

4. Analisis Pupuk Kandang Ayam

5. Data suhu harian selama percobaan

25

Tabel 3. Kombinasi perlakuan Jarak Tanam dalam Baris (j) dan Takaran Pupuk Kandang Ayam (p)

Perlakuan (t)Jarak Tanam (j) Takaran Pupuk Kandang Ayam (p)

p0 p1 p2 p3

j1 j1p0 j1p1 j1p2 j1p3

j2 j2p0 j2p1 j2p2 j2p3

j3 j3p0 j3p1 j3p2 j3p3

Variabel respon terdiri dari pengamatan penunjang dan pengamatan utama.

Pengamatan penunjang adaah pengamatan yang datanya digunakan untuk

mendukung pengamatan utama, yang meliputi kondisi lingkungan (suhu harian,

hama, penyakit dan tumbuhan pengganggu (gulma)). Pengamatan utama adalah

pengamatan yang datanya akan dianalisis secara statistik yang digunakan untuk

menjawab hipotesis yang dilakukan terhadap 5 (lima) tanaman sebagai sampel

dari setiap perlakuan, yang meliputi :

1. Tinggi Tanaman

Merupakan rata-rata tinggi tanaman dari setiap tanaman contoh pada setiap

petak percobaan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman

mulai dari pangkal batang sampai dengan ujung daun yang terpanjang saat

tanaman berumur 14 HST, 28 HST, 42 HST. Tinggi tanaman diukur

dengan menggunakan alat meteran.

2. Jumlah Daun

Merupakan rata-rata Jumlah daun dari tiap tanaman contoh pada setiap

petak percobaan.Pengamatan dilakukan pada umur 14 HST, 28 HST, 42

HST.

26

3. Panjang tongkol per tanaman (cm) dengan mengukur panjang tongkol

dengan kolobotnya dan panjang tongkol tanpa kolobotnya kemudian

dirata-ratakan. Pengukuran menggunakan meteran pada saat tanaman

setelah dipanen.

4. Diameter Tongkol dengan mengukur pertengahan tongkol menggunakan

jangka sorong pada tanaman sampel setelah dipanen.

5. Bobot Tongkol Berkolobot/tanaman yaitu dengan menimbang setiap

tongkol berkolobot per sampel tanaman setelah dipanen dengan

menggunakan alat timbangan analitik.

6. Bobot Tongkol tanpa kolobot/tanaman yaitu dengan menimbang setiap

tongkol berkolobot per sampel tanaman setelah dipanen dengan

menggunakan alat timbangan analitik.

7. Bobot Tongkol Berkolobot/Petak Percobaan yaitu dengan menimbang

setiap tongkol berkolobot dari tanaman sampel pada setiap petak

percobaan.

8. Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/petak Percobaan yaitu dengan menimbang

setiap tongkol yang telah dikupas dari kolobotnya dan dibersihkan dari

rambutnya dari tanaman sampel pada setiap petak percobaan setelah

dipanen dengan menggunakan alat timbangan analitik.

3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data

Jenis data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder.Data

primer adalah data yang diperoleh dari objek penelitian melalui pengamatan

27

langsung di lapangan terhadap variabel pengamatan. Data sekunder adalah data

yang diperoleh dari studi pustaka, instansi terkait seperti Dinas Pertanian, serta

jurnal-jurnal hasil penelitian yang dapat menunjang penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai untuk memperoleh data yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Dilakukan dengan maksud menggali teori-teori dasar dan konsep yang

berhubungan dengan penelitian serta orientasi yang luas mengenai topik yang

dipilih guna mendapatkan data sekunder.

2. Penelitian Lapangan (Field research)

Cara ini dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung terhadap

objek penelitian untuk memperoleh data primer.Cara pengumpulan data

primer ini melalui observasi. Observasi dilaksanakan melalui pengamatan

langsung terhadap objek penelitian, pertumbuhan dan hasil tanaman jagung

manis setelah melalui perlakuan pengaturan jarak tanam dan pemberian pupuk

kandang ayam dengan takaran yang berbeda.

Tahapan produksi tanaman Jagung manis adalah sebagai berikut

1. Pemilihan Benih

Benih yang akan digunakan adalah benih bersertifikat yang

memiliki syarat bermutu tinggi baik secara mutu genetik, fisik maupun

fisiologinya. Benih berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak

28

tercampur varietas lain, tidak tercemar hama dan penyakit). Berdasarkan

hal tersebut maka benih jagung manis yang digunakan adalah benih

hibrida varietas Master Sweet. Deskripsi varietas Master Sweet (Lampiran

2).

2. Persiapan Lahan

Pengolahan lahan meliputi pembersihan lahan, pencangkulan,

penggaruan dan pembuatan bedengan. Pembersihan lahan meliputi

pembersihan rumput-rumput liar atau gulma. Lahan yang telah bersih

kemudian dicangkul dengan kedalaman 20 cm sampai 30 cm. Tanah

dicangkul sampai strukturnya remah dan gembur. Tanah yang telah diolah

kemudian diistirahatkan selama satu minggu untuk perbaikan aerasi.

Setelah satu minggu, dilakukan pengukuran untuk membuat petakan

percobaan berukuran 2,8 m x 3 m dengan jarak antar ulangan 1 m , jarak

tanam dibuat sesuai perlakuan yaitu terdiri dari 70 cm x 20 cm ; 70 cm x

25 cm ; 70 cm x 30 cm. Selanjutnya pemupukan dengan pupuk kandang

ayam sesuai takaran masing-masing perlakuan (tanpa pemupukan, 10

ton/ha, 20 ton/ha dan 30 ton-ha), kemudian dibuat larikan untuk

pemupukan dasar menggunakanpupuk dasar dengan dosis anjuran, Urea

150 kg-ha, SP36 175 kg-ha dan KCl 75 kg-ha. Jarak antar larikan

disesuaikan dengan jarak tanam yang akan digunakan. Setelah pupuk

dasar ditempatkan pada garitan kemudian ditutup tanah dan dibuat

bedengan.

3. Penanaman

29

Tanaman jagung merupakan tanaman yang benihnya ditanam

langsung (direct seed) tanpa disemai dahulu karena ukuran benihnya

cukup besar. Sebelum benih jagung ditanam, terlebih dahulu lahan dibuat

jarak tanam sesuai perlakuan 70 cm x 20 cm ; 70 cm x 25 cm ; 70 cm x

30 cm masing-masing petak berukuran 2,8 m x 3 m dan jarak antar

ulangan 1 m, kemudian dibuat lubang tanam sedalam 5 cm dengan cara

ditugal sesuai dengan populasi tanaman tiap petak perlakuan. Benih

dimasukan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji dengan kedalaman 5

cm bersamaan dengan pemberian insektisida Furadan 3G agar terhindar

dari serangan lalat bibit dan ulat agrotis. Masing-masing lubang tanam

yang telah dimasuki benih, kemudian ditutup kembali dengan tanah.

4. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat bersamaan dengan penanaman

benih di lapangan. Pupuk yang diberikan sebagai pupuk dasar Urea 150

kg ha-1, SP36 175 kg ha-1 dan KCl 75 kg ha-1 (sesuai rekomendasi) atau

Urea 126 g/petak, 147 g/petak SP36 dan 63 g/petak KCl. Pemberian pupuk

dasar ini dilakukan dengan cara membenamkan pupuk tersebut di sekitar

lubang tanam dengan jarak 10 cm- 15 cm dari lubang tanam, dengan

kedalaman 10 cm. Setelah pupuk dimasukan kedalam lubang pupuk

kemudian lubang pupuk tersebut ditutup kembali dengan tanah.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada tanaman jagung manis meliputi penyulaman,

penyiraman, penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit.

30

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman jagung yang mati atau

pertumbuhannya terhambat serta terkena serangan hama dan penyakit.

Penyulaman dilakukan pada saat 7 HST sampai dengan 10 HST dengan

cara mengganti tanaman yang mati atau abnormal dengan benih yang baru

dan sehat dengan varietas yang sama.

Penyiraman dilakukan sejak mulai tanam sampai menjelang panen

sesuai kebutuhan tanaman. Penyiraman bertujuan untuk memberikan

ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman jagung terutama pada saat

pembungaan dan pengisian biji.

Penyiangan perlu dilakukan karena disekitar tanaman jagung manis

biasanya ditumbuhi gulma atau tumbuhan pengganggu. Tujuan dilakukan

penyiangan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman

pokok dan tumbuhan pengganggu. Penyiangan dilakukan dengan

menggunakan alat bantu cangkul dan kored dan dilakukan dengan hati-hati

tanpa merusak tanaman pokok. Penyiangan dilakukan pada 2 MST dan

berikutnya yang dilakukan secara rutin bergantung kepada pertumbuhan

gulma.

Pengendalian hama dan penyakit merupakan tindakan yang perlu

dilakukan karena dapat menentukan kualitas dan kuantitas hasil panen.

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara manual bila

serangan masih sangat rendah, cara mekanik yaitu dengan sanitasi

lingkungan, dan cara kimia dengan menggunakan pestisida seperti

pemberian insektisida sistemik furadan 3G dengan dosis 2 kg/ha pada

31

setiap lubang tanam agar terhindar dari hama lalat buah dan ulat agrotis.

Pengendalian menggunakan kimia (pestisida) apabila tingkat serangan

hama dan penyakit tinggi.

6. Panen

Panen jagung manis yang tepat adalah pada saat kandungan gula

paling tinggi, untuk mengetahuinya pada umur 64 HST mulai dilakukan

pemeriksaan. Salah satu cara untuk mengetahui kematangannya dengan

cara ditusuk dengan ibu jari, apabila biji jagung ditusuk mengeluarkan

cairan seperti susu maka jagung tersebut sudah siap dipanen. Cara lainnya

menentukan panen jagung manis yaitu dengan cara visual dan fisik

apabila rambut jagung manis sudah terlihat berwarna putih kecoklatan dan

dipegang tongkolnya sudah berisi penuh maka jagung siap dipanen.

Panen jagung manis sebaiknya dilakukan pada pagi hari tidak lebih

dari pukul 09.00 pagi karena cuaca panas dapat menurunkan kadar gula

jagung manis ± 10% dimana gula berubah menjadi pati. Panen jagung

manisdilakukan secara manual dengan cara tongkol dipetik hingga lepas

dari batangnya. Untuk setiap petak perlakuan buah jagung manis yang

dipanen dimasukan ke dalam wadah (container) sedangkan buah jagung

pada tanaman sampel dimasukan ke dalam kantong plastik. Setelah itu

dilakukan pengamatan pada jagung dari tanaman sampel meliputi: Panjang

tongkol (cm), diameter tongkol (cm), Bobot tongkol berkelobot/tanaman,

Bobot Tongkol Berkolobot/petak, Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/tanaman,

Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/petak.

32

3.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

Analisis ragam dengan anova dilakukan terhadap data hasil pengamatan

dari variabel berupa Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), Panjang tongkol

(cm), Diameter tongkol (cm), Bobot Tongkol Berkolobot/tanaman (g), Bobot

Tongkol Berkolobot/petak (kg), Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/tanaman (g),

Bobot Tongkol Tanpa Kolobot/petak (kg). Jika dari hasil analisis ragam terdapat

keragaman yang nyata, pengujian dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan

pada taraf 5 % dengan model linier :

Yijk = µ + ra + jb + pc + (jp)bc + εabc

Yijk = Nilai pengamatan pada ulangan ke a, j pada taraf ke b dan p pada taraf ke-c

µ = Nilai rata-rata umumri = Pengaruh ulangan ke-ajj = Pengaruh perlakuan jarak tanam ke-bpk = Pengaruh perlakuan takaran pupuk kandang ayam ke-c(jp)jk = Pengaruh interaksi perlakuan jarak tanam ke-b dan perlakuan

Takaran pupuk kandang ayam ke-cεijk = Pengaruh acak ulangan ke-a, perlakuan j ke-b dan perlakuan p ke-c.

Tabel 4.Daftar Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok faktorial

Sumber Keragaman

DB JK KT Fh F0.05

Ulangan 2 ∑X..2/t-X..

2/rt JKr/DBr KTr/KTg

Perlakuan11 ∑X..bc

2/r-X..

2/rt JKt/DBt KTt/KTg

Jarak Tanam 2 ∑X..j2/rp-X..

2/rt JKj/DBj KTj/KTg

Pupuk Kandang ayam

3 ∑X..k2/rj-X..

2/rt JKp/DBp KTp/KTg

Interaksi 6 JKt-JKj-JKp JKjp/DBjp KTjp/KTg

Galat 22 JKT-JKr-JKt JKg/DBg

Total 35 ∑Xabc2-X..

2/rp

Keterangan : DB = Derajat Bebas

33

JK = Jumlah Kuadrat KT = Kuadrat Tengah Fh = F hitung F0,05 = F table pada tingkat kepercayaan 5%

Jika hasil analisis sidik keragaman menunjukan perbedaan yang nyata, maka

analisis data dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan

(DMRT) pada taraf nyata 5 %.

LSR (α;dBG;p) = SSR(α;dbG;p).Sx

Baku rata-rata (Sx) dihitung dengan cara sebagai berikut:

1. Jika terjadi interaksi antara jarak tanam (j1, j2, j3) pada taraf takaran pupuk

kandang ayam (p0, p1, p2, p3) yang sama atau sebaliknya:

Sx = √KTGr

2. Jika tidak terjadi interaksi

Untuk membedakan pengaruh dua rata-rata jarak tanam (j) :

a. Sx = √KTGrxp

b. Untuk membedakan pengaruh dua rata-rata takaran pupuk kandang ayam

(p) :

Sx = √KTGrxj

Keterangan :

LSR : Least Significan RangesSSR : Studenttized Significant RangesSx : Galat baku rata-rataα : Taraf nyatap : Jarak antar perlakuandbG : Derajat bebas Galatj : Banyaknya perlakuan jarak tanam

34

p : Banyaknya perlakuan pupuk kandang ayamKTG : Kuadrat Tengah Galat

Mengetahui Takaran Pupuk Kandang ayam Optimum:

Xopt → y = β0 + β1X + β2X2 +ε

ȳ = b0 + b1 + b2x2

Xopt = - b 2b2

Ymax = bo + (b1/2b2) + b2 (-b1/2b2)2

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1994. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta

Asmara, A.A. dan E. Rahayu. 2001. Peran bahan organik terhadap kesuburan tanah. Buletin Ilmiah Instiper . 8(1):69-78

BPS. 2010-2012. Produktivitas dan Produksi jagung di Indonesia. Jakarta

Bunting, E. S. 1978. Agronomic and Fhysiological Factor Affecteing Forages Maize Production, pp. 57-237. In E. S. Bunting (Ed). Forages Maize. ARC, London.

Chapman, S. R. dan L. P. Carter. 1976. Crop Production Principles and Practices. WH Freeman and Co., San Francisco.

Doorenbos, J. dan A. H. Kassam. 1986. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper. FAO of The United Nations, Rome.

Donald, C. M. 1963. Competition among crop and pasture plant. Adv. Agron 15 : 1-118.

Ermanita, y. Bey, dan firdaus. 2004. Pertumbuhan Vegetatif Dua Varietas Jagung pada Tanah Gambut yang diberi Limbah Pulp & Paper. Jurnal Biogenesis. 1(1):1-8, 2004.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Harjadi, S.S. 1984. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

35

Harjadi, S. S. 1989. Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Hairiah .,Widiarto, S.R.Utami, D.Suprayogo, S.M.Sitompul, Sunaryo, B.Lusiana, R.Mulia, M.van Noorwijk & G.Cadish, 2000. Pengelolaan kesuburan Tanah Masam Secara Biologi.International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) Bogor.

Handayanto, E., 1996. Ekologi Tanah dan Pengelolaah Kesuburan tanah secara Biologi. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang

Jumin, H. B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi.Raja Grafindo. Jakarta.

Jugerheimer, R. W. 1976. Corn Improvement Seed Production and Uses. John Willey and Son Inc., New York.

Loomis, R. S. dan W. A. William. 1969. Productivity and the morphology of crop stand, pp. 27-45. In R. C. Dinavers (Ed), Physiological Aspect of Crop Yield. Crop Sci., Madison.

Muhajir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Dalam Subandi, Mahddin Syam dan Adi Widjono, 1988. Jagung.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. Hal 33-48

Musnamar, I. E. 2003. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta

Odum, E. P. 1959. Fundamentals of Ecology. 2nd. WB Saunders Co., London.

Palungkun, R. dan A. Budiarti. 2000. Sweet Corn Baby Corn.Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hlm.

Purwono dan Purnamawati, H. 2010. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4 thEd.Wadsworth Publishing Company Bellmount, California. 681 hal

Satari, G. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Pustaka Giratuna. Bandung.

Sutejo, M. M. dan Kartasapoetra. 1988. Pengantar ilmu Tanah. Bina Aksara. Jakarta.

Suprapto, H. S. 1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hlm.

36

Subandi, S, Sunarno dan Adiwidodo, 1988. Prosiding lokakarya Penelitian Komoditi dan Studi Kasus. Proyek Pembangunan Penelitian Terapan. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Syekhfani. 1993. Pengaruh Sistem Pola Tanam terhadap Kandungan Pupuk Organik dalam Mempertahankan Kesuburan Tanah. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional IV Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi di UNILA. Bandar Lampung.

Tisdale, S.L., W.L., Nelson, and J.D. Beaton. 1995 Soil Fertility and Fertilizer. MacMillan Publishing Company. New York. 754 p

Warisno, 1998. Budidaya JagungHibrida. Kanisius.Yogyakarta.

Young RD, Weat Fall DG, Cilliver GW. 1985. Production, Marketing, and Used of Phosphorus Fertilizers. In : O.P. Engested (Ed). Fertilizer Technology and Use. Third Ed. Published by Soil Soc of Am., Inc. Madison, Wisconsin. PP.323-376.

Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan

______________________ULANGAN________________________I II III

j2p1 j3p0 j1p0

j1p0 j1p1 j3p0

j2p3 j1p2 j2p2

j2p0 j2p1 j1p1

j3p1 j2p0 j2p1

37

j1p3 j3p1 j3p3

j1p1 j1p0 j3p1

j2p2 j1p3 j2p3

j3p0 j3p3 j3p2

j3p2 j3p2 j2p0

j1p2 j2p2 j1p3

j3p3 j2p3 j1p2

Keterangan:Luas Petak Perlakuan = 2,8 m x 3 mJarak antar petak = 0,5 mJarak antar ulangan = 1 mLampiran 2. Deskripsi Jagung Manis Varietas BISI SWEET 1

Nama Varietas : BISI SWEET 1Kategori : Jagung ManisSK : 46/Kpts/TP.240/2/2000 Tahun : 2000Tetua : Silangan MK x S 9301 dan FK x S 9801Rataan Hasil : 15 ton/ha berkolobot; 13 ton ha tanpa

kolobotPotensi Hasil : 12 ton/ha berkolobot; 9,5ton/ha tanpa

kolobotPemulia : Putu Darsana, Nasib Wignjo Wibowo, Setio

GiriGolongan : Hibrida Silang TunggalUmur 50% Keluar Rambut

47 hari di dataran rendah; 68-73 hari di dataran tinggi

Umur Panen Segar : 64 hari di dataran rendah; 100 hari dataran tinggi

Batang : Sedang, Tegap dan seragamWarna Batang : HijauTinggi Tanaman : 160 cmDaun : Sedang, agak terkulai

38

Warna Daun : Hijau CerahKeragaman tanaman : SeragamPerakaran : BaikBentuk Malai : Besar, terkulaiWarna Sekam : Hijau PucatWarna Rambut : KuningUkuran Tongkol : MediumTinggi tongkol : 74 cmKelobot : Menutup biji dengan baikBiji : Semi mutiaraWarna Biji : Kuning Baris Biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 14-16 barisKetahanan thd Penyakit : Tahan terhadap karat daun Toleran terhadap

bulaiKeterangan : Beradaptasi baik di dataran rendah maupun

di dataran tinggiSumber:

Lampiran 3. Analisis Tanah pada tanah di Desa Wanareja Kelurahan Pasirkareumbi Kecamatan Subang

NO KOMPONEN KANDUNGAN KRITERIA

1 Liat (%) 66 Liat BerpasirDebu (%) 17Pasir (%) 16

2 N -total(%) 0,10 Rendah3 C -Organik(%) 1,10 Rendah4 C/N 11 Sedang5 Ph H2O 5,6 Agak asam6 Ph KCL 4,6 Masam7 P2O5 Olsen 21,3 Sangat tinggi8 Ca (me/100g) 6,93 Sedang9 Mg (me/100g) 1,7 Sedang10 K (me/100g) 0,31 Sedang11 Na (me/100g) 0,10 Rendah12 KTK 11,68 Rendah13 Kejenuhan Basa 77,5 Tinggi14 0,9 Sangat Tinggi15 Fe (ppm) 916 Mn 1,617 Cu 0,1218 Zn 52,5 Sangat tinggi19 Al 179,4

39

20 S 16,30 Rendah21 K2O (HCL 25 %) 82,26 Sangat Tinggi

22 P2O5(HCl 25 %) 0

23 Al-dd (me/100 g) 0,09

H- dd (me/100 g)

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang 2014

*)Kriteria berdasarkan Hardjowigeno s, 1992