pbl s2 mpt.docx

38
DAFTAR ISI Daftar Isi.............................................................. ..........................................................1 Skenario......................................................... ................................................................3 Kata Sulit............................................................ ...........................................................4 Pertanyaan dan Jawaban.......................................................... ......................................5 Hipotesa......................................................... ................................................................6 Sasaran Belajar.......................................................... .....................................................7 LO 1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Hipersensitivitas.................................8 1.1 Definisi............................................... ......................................................... .8 1.2 Etiologi LO 2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I..................................8 2.1 Mekanisme..................................................... ...............................................8 2.2 Manifestasi klinis…………………………………………………………….9 LO 3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II.................................10 1

Upload: putrijusticaricinamariq

Post on 09-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DAFTAR ISIDaftar Isi........................................................................................................................1Skenario.........................................................................................................................3Kata Sulit.......................................................................................................................4Pertanyaan dan Jawaban................................................................................................5Hipotesa.........................................................................................................................6Sasaran Belajar...............................................................................................................7LO 1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Hipersensitivitas.................................81.1 Definisi.........................................................................................................81.2 EtiologiLO 2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I..................................82.1 Mekanisme....................................................................................................82.2 Manifestasi klinis.9LO 3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II.................................103.1 Mekanisme....................................................................................................103.2 Manifestasi klinis....11LO 4. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe III................................124.1 Mekanisme..124.2 Manifestasi klinis....15LO 5. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe IV.165.1 Mekanisme..165.2 Manifestasi klinis17LO 6. Memahami dan Menjelaskan Anti Histamin dan Kortikosteroid176.1 Farmakinetik dan Farmakodinamik.176.2 Indikasi dan Kontraindikasi.206.3 Efek samping...21LO 7. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Pemilihan Obat Alternatif.22Daftar Pustaka...............................................................................................................27

REAKSI ALERGISeorang perempun berusia 20 tahun, dating ke dokter dengan keluhan gatal gatal serta bentol bentol merah yang hamper merata di seluruh tubuh, timbul bengkak pada kelopak mata dan bibir sesudah minum obat penurun panas (parasetamol). Pada pemeriksaan fisik diddapatkan angioedema di mata dan bibir serta urtikaria di seluruh tubuh. Dokter menjelaskan keaadaan ini diakibatkan oleh reaksi alergi (hipersensitivitas tipe cepat), sehingga ia mendapatkan obat anti hstamin dan kortikosteroid. Dokter memberikan saran agar selalu berhati hati dalam meminum obat serta berkonsultasi dulu dengan dokter.

KATA SULIT1. Angiodema : Reaksi vaskular pada dermis bagian dalam/jaringan subkutan/submukosa. Disebabkan diatasi, peningkatan permeabilitas ditandai dengan lesi urtika besar.

2. Urtikaria : Reaksi vaskular lapisan dermis bagian atas yang ditandai dengan gambaran sementara bercak yang agak menonjol dan lebih merah / lebih pucat dari pada kulit sekitar dan seringkali disertai dengan gatal yang hebat.

3. Histamin : hasil dari dekarboksilasi produk histidin. Ditemukan diseluruh jaringan tubuh. Secara partikel di dalam sel mast berhubungan dengan basofil.

4. Kortikosteroid : kelompok hormon yang dihasilkan sel mast oleh kelenjar adrenal dan korteks.

PERTANYAAN DAN JAWABAN SEMENTARAPertanyaan1. Apa manifestasi klinis dari alergi selain yanga ada pada skenario?2. Apa saja tipe hipersensitivitas selain yang ada pada skenario?3. Apa yang menyebabkan bengkak pada mata?4. Apa indikasi anti histamin dan kortikosteroid pada tersebut?5. Apa faktor yang menyebabkan alergi pada pemberian PCT?6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui reaksi alergi?7. Bagaimana cara mencegah alergi pada obat?8. Apa saja indikasi PCT pada reaksi alergi?9. Bagaumana pandangan islam terhadap pengobatan alternatif terhadap orang orang yang tidak ingin menggunakan obat kimia?10. Antipiretik apa yang digunakan selain PCT pada pasien di skenario?Jawaban 1. Kejang bronkus (Gejalanya berupa sesak, kadang disertai kejang laring), nausea, muntah, nyeri abdomen, diare, pingsan, hipotensi.2. Hipersensitivitas tipe I yang diperantarai IgE dan reaksinya cepat.Hipersensitivitas tipe II yang diperantarai IgG dan IgM. Terbentuknya antibodi oleh antigen.3. Peningkatan permeabilitas kapiler yang disebabkan oleh histamin diakibatkan oleh degranulasi sel mast sehingga menyebabkan edema.4. Bila terjadi hipersensitivitas dan auto imun.5. Empedu -> limpa -> pemb. Darah (berupa antigen)-> dimakan APC -> MHC II -> sinyal Th2 -> sitokin -> sel B -> sel plasma -> IgE (antibodi) menempel ke basofil dan sel mast -> PG dan LT (histamin) -> tipe I (vasodilatasi, peningkatan permeabilitas), tipe II (kejang bronkus). Jadi tergantung sistem imun dan antigen dan antibodi.6. Hitung jenis eosinofil, jika lebih dari 3% dan total lebih dari 700ml. Gold standard: DBPCFCRast + uji tusuk: umur kurang dari 2 tahun dengan bulatan 6mm, umur lebih dari 2 tahun dengan bulatan lebih dari 6mm.7. Konsultasi ke dokter dengan diberikan suntikan intrakutan (alergi).8. Sampai saat ini belum ditemukan. Bila pasien demam tapi tidak disertai alergi.9. Jika efek sampingnya lebih kecil maka diperbolehkan. (As-syura ayat 42 dan At-taghabun ayat 11)10. Ibuprofen, salisilat.

HIPOTESA

PEMERIKSAAN: Hitung jenis eosinofil Goldstandard:DBPCFC Rast + uji tusukHIPERSENSITIVITASPENCEGAHAN:Konsultasi ke dokter dan suntikan intrakutan (alergi)

TIPE TIPE:Hipesensitivitas tipe I Hipersensitivitas tipe II Hipersenstivitas tipe III Hipersensitivitas tipe IV

PENGOBATAN:Mengganti antipiretik lain selain parasetamol. Anti histamin dan kortikosteroid

PANDANGAN ISLAM: Jika efek sampingnya lebih kecil maka diperbolehkan

SASARAN BELAJARLO 1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Hipersensitivitas1.1 Definisi1.2 EtiologiLO 2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I2.1 Mekanisme2.2 Manifestasi klinisLO 3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II3.1 Mekanisme3.2 Manifestasi klinisLO 4. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe III4.1 Mekanisme4.2 Manifestasi kliniSLO 5. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe IV5.1 Mekanisme5.2 Manifestasi klinisLO 6. Memahami dan Menjelaskan Anti Histamin dan Kortikosteroid6.1 Farmakokinetik dan Farmakodinamik6.2 Indikasi dan Kontraindikasi6.3 Efek sampingLO 7. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Pemilihan Obat Alternatif

1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Hipersensitivitas1.1 DefinisiHipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Atau respon imun ayng berlebihan dan yang tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.

1.2 Etiologi Benda asing pada lingkungan (dapat berupa pakaian, makanan). Perbedaan keadaan fisik tiap bahan, misalnya berat molekul tiap bahan berbeda apabila berat molekulnya besar maka daya sensitivitasnya juga lebih besar. Kekerapan pajanan. Daya tahan tubuh seseorang, contohnya orang tersebut penderita imunodefesiensi atau tidak daya reaksi silang antar bahan akan berpengaruh terhadap timbulnya alergi.

2. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas tipe I2.1 MekanismePada reaksi tipe 1, allergen yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rhinitis alegi, asma dan dermatitis atopi. Urutan kejadian rekasi tipe 1 adalaha. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membentuk IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sek mast/basofil.b. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan IgE.

c. Fase efektor yaitu waktu yang terjadi respon yang kompleks (anafilaksisi) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivasi farmakologik.Pajanan dengan antigen mengaktifkan sel Th2 yang merangsang sel B, berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi IgE. Molekul IgE yang dilepas, diikat oleh FceR1 pada sel mast dan basophil. Pajanan kedua dengan allergen menimbulkan ikatan silang antara antigen dan IgE yang diikat oleh sel mast, dan memacu pelepasa mediator farmakologis aktif dari sel mast dan basophil. Mediator tersebut menimbulkan kontraksi otot polos, ,meningkatkan permeabilitas vascular dan vasodilatasi, kerusakan jaringan dan anafilaksis.Mediator primer utama pada hipersensitivitas Tipe 1

MediatorEfek

HistaminPeningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi, kontraksi otot polos, sekresi mukosa gaster

ECF-AKemotaksis eosinofil

NCF-AKemotaksis neutrofil

ProteaseSekresi mukus bronkial, degradasi membran basal pembuluh darah, pembentukan produk pemecah komplemen

PAFAgregasi dan degranulasi trombosit, kontraksi otot polos paru

Hidrolase asamDegradasi matriks ekstraseluler

Mediator sekunder utama pada Hipersensitivitas Tipe 1

MediatorEfek

SitokinAktivasi berbagai sel radang

BradikininPeningkatan permebilitas kapiler, vasodilatasi, kontraksi otot polos, stimulasi ujung saraf nyeri

Prostaglandin D2Kontrakso otot polos paru, vasodilatasi, agregasi trombosit

LeukotrienKontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas, kemotaksis

2.2 Manifestasi KlinisManifestasi reaksi tipe 1 dapat bervariasi dari yang local,ringan, hingga berat.1. Reaksi lokalReaksi hipersensitifitas tipe 1 lokal terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat alergan masuk. Kecenderungan untuk menunjukkan reaksi Tipe 1 adalah diturunkan dan disebut atopi. Sedikitnya 20% populasi menunjukkan penyakit yang terjadi melalui IgE seperti rinitis alergi, asma dan dermatitis atopi. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh sel mast/basofil. IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila serum (darah) orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang normal. Reaksi alergi yang mengenai kulit, mata, hidung dan saluran nafas.2. Reaksi sistemik anafilaksisiAnafilaksisi adalah reaksi Tipe 1 yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit saja. Anafilaksis adalah reeaksi hipersensitifitas Gell dan Coombs Tipe 1 atau reaksi alergi yang cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast dan basofil merupakan sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai alergan seperti makanan (asal laut, kacang-kacangan), obat atau sengatan serangga dan juga lateks, latihan jasmani dan bahan anafilaksis, pemicu spesifiknya tidak dapat diidentifikasi.3. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoidReaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik umum yang melibatkan pengelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE. Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor nonimun. Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, pruritis, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun. Manifestasi klinisnya sering serupa, sehingga kulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. Reaksi anafilaktoid dapat ditimbulkan antimikroba, protein, kontras dengan yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin, dan pelemas otot.Jenis AlergiAlergen UmumGambaran

AnafilaksisObat, serum, kacang-kacanganEdema dengan peningkatan permeabilitas kapiler, okulasi trakea , koleps sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian

Urtikaris akutSengatan seranggaBentol, merah

Rinitis alergiPolen, tungau debu rumahEdema dan iritasi mukosa nasal

AsmaPolen, tungau debu rumahKonstriksi bronkial, peningkatan produksi mukus, inflamasi saluran nafas

MakananKerang, susu, telur, ikan, bahan asal gandumUrtikaria yang gatal dan potensial menjadi anafilaksis

Ekzem atopiPolen, tungau debu runah, beberapa makananInflamasi pada kulit yang terasa gatal, biasanya merah dan ada kalanya vesikular

3. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas tipe II3.1 MekanismeTerjadinya Reaksi Hipersensitivitas Tipe-II ini sangat erat kaitannya dengan adanya suatu proses penanggulangan munculnya sel klon baru. Adanya sel klon baru tersebut dapat ditemukan pada:1. sel tumor2. sel terinfeksi virus3. sel yang terinduksi mutagen

Selanjutnya sel-sel tersebut dikenal dengan sel target, yakni suatu sel karena adanya faktor lingkungan sel tersebut mengalami perubahan DNA (kecacatan-DNA). Oleh karena itu sel tersebut harus diperbaiki (DNA repair) atau dimusnahkan melalui sistem imunologik. Jika sel tersebut tidak dimusnahkan oleh sistem imun tubuh maka sel tersebut dapat berkembang menjadi klon baru yang selanjutnya dapat menimbulkan gangguan penyakit.

Contohnya; Reaksi transfusi, AHA, Reaksi obat, Sindrom Good posture, miastenia gravis, pemvigus. Mekanisme reaksinya ada 3 macam yaitu:1. Fagositosis sel melalui proses apsonik adherence atau immune adherence2. Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan dibentuknya Antbodi IgG/IgM sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki reseptor Fc sebagai efektor ADCC.3. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen. Ikatan Ag-Ab mengaktifkan komplemen sehingga menyebabkan lisis. Reaksi hipersensitivitas tipe 2 dapat melalui 2 jalur:1. Melalui jalur ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity) Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan dibentuknya Antbodi IgG/IgM sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki reseptor Fc sebagai efektor ADCC.Melalui aktivitas sistem komplemen

3.2 Manifestasi Klinis1. Reaksi transfusia. Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran SDM disandi oleh berbagai gen.b. Individu golongan darah A mendapat transfusi golongan B terjadi reaksi transfusi, karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel darah B yagn menimbulka kerusakan darah direk oleh hemolisis masif intravaskular1. Reaksi dapat cepat/ lambat2. Reaksi cepat: a. Disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM.b. Dalam beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan dalam plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan hemaglobinuria.c. Beberapa hemaglobin diubah menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik.d. Gejala khas:Demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang bawah, dan hemoglobinuria.3. Reaksi lambat:a. Terjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun inkompatibel dengan golongan darah yang lain.b. Terjadi 2-6 hari setelah transfusi.c. Darah yagn ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai antigen membran golongan darah, tersering adalah golongan resus, Kidd, Kell, dan Duffy

2. Penyakit hemolitik pda bayi baru lahirDitimbulkan oleh inkompatibilitas Rh dalam kehamilan, yaitu pada ibu dengan golongan darah rhesus dn janin dengan rhesus (+).3. Anemia hemolitik1. Antibiotika tertentu seperti penisilin, sefalosporin, dan streptomisin dapat diabsorbsi non spesifik pada protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembawa.1. Pada beberapa penderita, kompleks membentuk ab yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.

4. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas tipe III4.1 MekanismeDalam keadaan normal komplex imun dalam sirkulasi diikat dan diangkut eritrosit ke hati, limpa dan disana dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear, terutama di hati, limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Pada umumnya kompleks yang besar dapat dengan mudah dan cepat dimusnahkan oleh makrofag dalam hati. Kompleks kecil dan larut sulit untuk dimusnahkan, karena itu dapat lebih lama berada dalam sirkulasi. Diduga bahwa gangguan fumhsi fagosit merupakan salah satu penyebab mengapa kompleks tersebut sulit dimusnahkan. Meskipun kompleks imun berada di dalam sirkulasi dalam jangka waktu lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila kompleks imun tersebut mengendap di jaringan.1. Kompleks imun mengendap di dinding pembuluh darah.a. Infeksi dapat disertai antigen dalam jumlah yang berlebih, tapi tanpa adanya respon antibodi yang efektif.b. Makrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepaskan berbagai bahan yang dapat merusak jaringan.c. Kompleks imun yang terdiri atas antigen dalam sirkulasi dan IgM atau IgG3 ( dapat juga IgA) diendapkan di membran basal vaskular dan membran basal ginjal yang menimbulkan inflamasi lokal dan luas.d. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan agregrasi trombosit, aktivasi makrofag, perubahan permeabilitas vaskular, aktivasi sel mast.

2. Kompleks imun mengendap dijaringanHal yang mungkin terjadi pada pengendapan kompleks imun dijaringan adalah a. Ukuran kompleks imunKompleks imun yang sangat besar yang dibentuk pada kelebihan antibodi , dengan cepat akan dibuang dari sirkulasi oleh sistem fagosit ik mononuklir dan kerena itu relatif tidak berbahaya. Kompleks imun yang sangat patogen yang pada umumnya berukuran kecil ataunsedang, beredar lebih lama dan mengikat kurang kuat pada sel-sel fagosit.b. Permeabilitas vaskular yang meningkatKarena histamin yang dilepaskan oleh sel mast.3. Bentuk reaksiReaksi tipe III mempunyai 2 bentuk reaksi, lokal dan sistemik.a. Reaksi lokal atau Fenomen ArthusArthus merupakan bentuk reaksi dari kompleks imun. Antibodi yang ditemukan adalah jenis presipitin. Pada pemeriksaan mikroskopis, terlihat neutrofil menempel pada endotel vaskular dan bermigrasi ke jaringan tempat kompleks imun diendapkan. Reaksi yang timbul berupa kerusakan jaringan lokal dan vaskular akibat akumyulasi cairan (edem) dan SDM (eritema) sampai nekrosis. Pertama suntikan obat dapat memicu pembentukan kompleks imun yang mengaktifkan komplemen yaitu C3a dan C5a ( anafilatoksin ) yang terbentuk pada aktivasi komplemen, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang dapat menimbulkan edem. C3a dan C5a berfungsi juga sebagai faktor kemotaktik, lalu komplemen diikat oleh sel mast.Dan neutrofil dan trombosit mulai dikerahkan ditempat reaksi dan menimbulkan stasis dan obstruksi total aliran darah, sasaran dari anafilatoksin adalah pembuluh darah kecil, sel mast, otot polos, dan leukosit perifer yang menimbulkan kontraksi otot polos, degranulasi sel mast, peningkatan permeabilitas vaskular dan respons triple terhadap kulit, neutrofil yang diaktifkan memakan kompleks imun dan bersama dengan trombosit yang digumpalkan melepas berbagai enzim litik ( protease, kolagenase), akhirnya terjadi perdarahan yang disertai nekrosis jaringan setempat.b. Reaksi tipe III sistemik serum sickness

Antibodi yang berperan biasanya jenis IgM atau IgG. Komplemen yang diaktifkan melepas anafilatoksin (C3a, C5a) yang memacu sel mast dan basofil melepas histamin. Mediator lainnya dan MCF (C3a, C5a, C5, C6, C7) mengerahkan polimorf yang melepas enzim proteolitik dan protein polikationik. Kompleks imun lebih mudah untuk diendapkan di tempat-tempat dengan tekanan darah yang meninggi dan disertai putaran arus, misalnya dalam kapiler glomerolus, bifurkasi pembuluh darah, pleksus koroid dan korpus silier mata. Pada artritis reumatoid, sel plasma dalam sinovium membentuk anti-IgG (FR berupa IgM) dan membentuk kompleks imun di sendi. Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit yang membentuk mikrotrombi dan melepas amin vasoaktif. Bahan vasoaktif yang dilepas sel mast dan trombosit menimbulkan vasodilatasi, peningkatan vaskular dan inflamasi. Neutrofil dikerahkan dan menyingkirkan kompleks imun. Neutrofil yang terkepung di jaringan akan sulit untuk menangkap dan makan kompleks, tetapi akan melepas granulnya(angry cell). Kejadian ini menimbulkan lebih banyak kerusakan jaringan. Reaksi Herxheimer adalah serum sickness (tipe III) yang terjadi sesudah pemberian pengobatan terhadap penyakit infeksi kronis.

4.2 Manifestasi KlinisReaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh hipersensitivitas tipe III memiliki dua bentuk reaksi, yaitu lokal dan sistemik. 1. Reaksi Lokal atau Fenomena ArthusPada mulanya, Arthus menyuntikkan serum kuda ke kelinci secara berulang di tempat yang sama. Dalam waktu 2-4 jam, terdapat eritema ringan dan edem pada kelinci. Lalu setelah sekitar 5-6 suntikan, terdapat perdarahan dan nekrosis di tempat suntikan. Hal tersebut adalah fenomena Arthus yang merupakan bentuk reaksi kompleks imun. Antibodi yang ditemukan adalah presipitin. Reaksi Arthus dalam kilinis dapat berupa vaskulitis dengan nekrosis.Mekanisme pada reaksi arthus adalah sebaga berikut:a. Neutrofil menempel pada endotel vaskular kemudian bermigrasi ke jaringan tempat kompleks imun diendapkan. Reaksi yang timbul yaitu berupa pengumpulan cairan di jaringan (edema) dan sel darah merah (eritema) sampai nekrosis. b. C3a dan C5a yag terbentuk saat aktivasi komplemen meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga memperparah edema. C3a dan C5a juga bekerja sebagai faktor kemotaktik sehingga menarik neutrofil dan trombosit ke tempat reaksi. Neutrofil dan trombosit ini kemudian menimbulkan statis dan obstruksi total aliran darah. c. Neutrofil akan memakan kompleks imun kemudian akan melepas bahan-bahan seperti protease, kolagenase dan bahan-bahan vasoaktif bersama trombosit sehingga akan menyebabkan perdarahan yang disertai nekrosis jaringan setempat. 2. Reaksi Sistemik atau Serum SicknessAntibodi yang berperan dalam reaksi ini adalah IgG atau IgM dengan mekanisme sebagai berikut:a. Komplemen yang telah teraktivasi melepaskan anafilatoksin (C3a dan C5a) yang memacu sel mast dan basofil melepas histamin. b. Kompleks imun lebih mudah diendapkan di daerah dengan tekanan darah yang tinggi dengan putaran arus (contoh: kapiler glomerulus, bifurkasi pembuluh darah, plexus koroid, dan korpus silier mata)c. Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit yang membentuk mkrotrombi kemudian melepas amin vasoaktif. Bahan-bahan vasoaktiv tersebut mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan inflamasi.

d. Neutrofil deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun. Neutrofil yang terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan kompleks tetapi akan tetap melepaskan granulnya (angry cell) sehingga menyebabkan lebih banyak kerusakan jaringan. e. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut juga meleaskan mediator-mediator antara lain enzim-enzim yang dapat merusak jaringanDari mekanisme diatas, beberapa hari minggu setelah pemberian serum asing akan mulai terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak, kemerahan dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar getah bening yang dapat berupa vaskulitis sistemik (arteritis), glomerulonefritis, dan artiritis. Reaksi tersebut dinamakan reaksi Pirquet dan Schick.

5. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas tipe IV5.1 MekanismeDelayed Type Hypersensitivity Tipe IV :a. Fase sensitasiMembutuhkan waktu 1-2 minggu setelah kontak primer dengan antigen. Th diaktifkan oleh APC melalui MHC-II. Berbagai APC (sel Langerhans/SD pada kulit dan makrofag) menangkap antigen dan membawanya ke kelenjar limfoid regional untuk dipresentasikan ke sel T sehingga terjadi proliferasi sel Th1 (umumnya).

b. Fase efektorPajanan ulang dapat menginduksi sel efektor sehingga mengaktifkan sel Th1 dan melepas sitokin yang menyebabkan : Aktifnya sistem kemotaksis dengan adanya zat kemokin (makrofag dan sel inflamasi). Gejala biasanya muncul nampak 24 jam setelah kontak kedua. Menginduksi monosit menempel pada endotel vaskular, bermigrasi ke jaringan sekitar. Mengaktifkan makrofag yang berperan sebagai APC, sel efektor, dan menginduksi sel Th1 untuk reaksi inflamasi dan menekan sel Th2.Mekanisme kedua reaksi adalah sama, perbedaannya terletak pada sel T yang teraktivasi. Pada Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV, sel Th1 yang teraktivasi dan pada T Cell Mediated Cytolysis, sel Tc/CTL/ CD8+ yang teraktivasi.Contoh mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe IV :Reaksi pada infeksi parasit dan bakteri intrasela. DTH mengaktifkan influks makrofag pada infeksi yang tidak dapat ditemukan oleh antibodi.b. Makrofag melepaskan enzim litik yang menyebabkan kerusakan jaringan.c. Bila enzim litik terus diproduksi dapat mengakibatkan reaksi granulomatosis yang akan menyebabkan nekrosis pada jaringan yang dapat mengenai jaringan pembuluh darah.

Respon pada infeksi M. tuberkulosisa. Bakteri mengaktifkan respon DTH yang selanjutnya mengaktifkan makrofag yang merangsang isolasi kuman dalam lesi granuloma (tuberkulin)b. Tuberkulin akan melepaskan enzim litik yang akan merusak jaringan paru-paru dan menimbulkan nekrosis jaringan.

Granuloma terbentuk pada :a. TBb. Leprac. Skistosomiasisd. Lesmaniasise. Sarkoidasis

5.2 Manifestasi Klinis1. Dermatitis kontakDermatitis kontak adalah penyakit CD4 yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan tidak berbahaya ,merupakan contoh reaksi DTH.2. Hipersensitivitas tuberculinBentuk alergi bakterial spesifik terhadap produk fitrat biakan M.tuberkulosis yang bila disuntikkan kekulit,akan menimbulkan reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV.yang berperan sel limfosit CD4+ T.3. Reaksi jones moteReaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap antigen protein yang berhubungan dengan infiltrat basofil mencolok dikulit dibawah dermis.4. T cell mediated cytolysis Kerusakan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung membunuh sel sasaran dan penyakit yang ditimbulkannya cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan biasanya tidak sistemik.

6.Memahami dan Menjelaskan Anti Histamin dan Kortikosteroid6.1 Farmakokinetik dan FarmakodinamikFarmakodinamikA. AntihistaminAntihistaminAda banyak golongan obat yang termaksud dalam antihistamin, yaitu antergan, neontergan, difenhidramin, dan tripelenamin yang efektif untuk mengobati edema, eritem, dan pruritus, dan yang baru ini ditemukan adalah burinamid, metiamid, dan simetidin untuk menghambat sekresi asam lambung akibat histamin. Ada 2 jenis antihistain, yaitu :1. Antagonis reseptor H1 (AH1)a. FarmakodinamikAH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, bermacam otot polos, selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan.

2. Antagonis reseptor H2 (AH2)a. Simetidin dan Ranitidin1. FarmakodinamikSimetadin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Kerjanya menghambat sekresi asam lambung. Simetadin dan ranitidin juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.

b. Famotidin1. FarmakodinamikFamotidin merupakan AH2sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung pada keadaan basal, malam, dan akibat distimulasi oleh pentagastrin. Famotidin 3 kali lebih poten daripada ramitidin dan 20 kali lebih poten daripada simetidin.

c. Nizatidin1. FarmakodinamikPotensi nizatin daam menghambat sekresi asam lambung.

B. KortikosteroidFarmakodinamika. Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.b. Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. 1. Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil.2. Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar sangat kecil.c. Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan massa kerjanya.1. Sediaan kerja singkat mempunyai masa paruh biologis kurang dari 12 jam.2. Sediaan kerja sedang mempunyai masa paruh biologis antara 12-36 jam.3. Sediaan kerja lama mempunyai masa paruh biologis lebih dari 36 jam.

FarmakokinetikA. Antihistamin.1. Antagonis reseptor H1 (AH1)

FarmakokinetikEfek yang ditimbulkan dari antihistamin 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 umumnya 4-6 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati. AH1 disekresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

2. Antagonis reseptor H2 (AH2)a. Simetidin dan RanitidinFarmakokinetikAbsorpsi simetidin diperlambat oleh makan, sehingga simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperanjang efek pada periode pascamakan. Ranitidn mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya diekskresi terutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja.

b. FamotidinFarmakokinetikFamotidin mencapai kadarpuncak di plasma kira kira dalam 2 jam setelah penggunaan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam. Metabolit utama adalah famotidin-S-oksida. Pada pasien gagal ginjal berat masa paruh eliminasi dapat melibihi20 jam.

c. NizatidinFarmakokinetikKadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 1 jam, masa paruh plasma sekitar 1,5 jam dan lama kerja sampai dengn 10 jam, disekresi melalui ginjal.

B. KortikosteroidPerubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mulai kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor dan ikatan protein.Glukokortikoid dapat di absorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistematik, antara lain supresi korteks adrenal. 6.2 Indikasi dan kontraindikasiIndikasiAntihistamin1. Antagonis reseptor H1 (AH1)IndikasiAH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit aergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.

2. Antagonis reseptor H2 (AH2)i. Simetidin dan RanitidinIndikasiEfektif untuk mengtasi gejala akut tukak duodenum dan mempercepat penyembuhannya. Selain itu, juga efektif untuk mengatasi gejala dan mempercepat penyembuhan tukak lambung. Dapat pula untuk gangguan refluks lambung-esofagus.

ii. FamotidinIndikasi pbat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung, refluks esofagitis, dan untuk pasiendengan sindrom Zollinger-Ellison.

iii. NizatidinIndikasiEfektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu atau dua kali sehari selama 8 minggu, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-Ellion.

KortikosteroidUntuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial dan error dan harus di evaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit.Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya.Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis sangat besar.Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih dari hingga dosis melebihi dosis substisusi, insidens efek samping dan efek letal potensial akan bertambah.Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya.Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat mengancam jiwa pasienKontraindikasiAntihistaminKortikosteroidSebenarnya sampai sekarang tidak ada kontraindikasi absolut kortikosteroid. Pemberian dosis tunggal besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan yang mungkin dapat merupakan kontraindikasi relatif dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien.Bila obat akan diberikan untuk beberapa hari atu beberapa minggu, kontraindikasi relatif yaitu diabetes melitustukak peptik/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya.

6.3 Efek sampingAntihistamin1. Antagonis reseptor H1 (AH1)Efek sampingEfek samping yang paling sering adalah sedasi. Efek samping yang berhubungan dengan AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, tremor, nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare,mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan.

2. Antagonis reseptor H2 (AH2)i. Simetidin dan RanitidinEfek sampingEfek sampingnya rendah, yaitu penghambatan terhadap resptor H2, seperti nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam, kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten.

ii. FamotidinEfek sampingEfek samping ringan dan jarang terjadi, seperti sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare, dan tidak menimbulkan efek antiandrogenik.

iii. NizatidinEfek sampingEfek samping ringan saluran cerna dapat terjadi, dan tidak memiliki efek antiandrogenik.

KortikosteroidEfek sampinga. Efek samping dapat timbul karena peenghentian pemberian secara tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar.b. Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insifisiensi adrenalm akut dengan gejala demam, malgia, artralgia dan malaise.c. Komplikasi yang timbul akibat pengobatan lama ialah gangguan cairan dan elektrolit , hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi terutama tuberkulosis, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami pendarahan atau perforasi, osteoporosis dll.d. Alkalosis hipokalemik jarang terjadi pada pasien dengan pengobatan derivat kortikosteroid sintetik.Tukak peptik ialah komplikasi yang kadang-kadang terjadi pada pengobatan dengan kortikosteroid. Sebab itu bila bila ada kecurigaan dianjurkan untuk melaakukan pemeriksaan radiologik terhadap saluran cerna bagian atas sebelum obat diberikan.

7. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Pengobatan Alternatif MaslahahKitab al-Mustashfa, Imam al-Ghazali mengemukakan penjelasan tentang al-maslahah yaitu: Pada dasarnya al-maslahah adalah suatu gambaran untuk mengabil manfaat atau menghindarkan kemudaratan, tapi bukan itu yang kami maksudkan, sebab meraih manfaat dan menghindarkan kemudaratan terseut bukanlah tujuan kemasalahatan manusia dalam mencapai maksudnya. Yang kami maksud dengan maslahah adalah memelihara tujuan syara.Ungkapan al-Ghazali ini memberikan isyarat bahwa ada dua bentuk kemaslahatan, yaitu Kemasalahatan menurut manusia, dan Kemaslahatan menurut syariat.

Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah dikisahkan bahwa seorang Anshar terluka di perang Uhud. Rasulullah pun memanggil dua orang dokter yang ada di kota Madinah, lalu bersabda, Obatilah dia.Dalam riwayat lain ada seorang sahabat bertanya,Wahai Rasulullah, apakah ada kebaikan dalam ilmu kedokteran? Rasullah menjawab, Ya,Begitu pula yang diriwayatkan dari Hilal bin Yasaf bahwa seorang lelaki menderita sakit di zaman Rasulullah. Mengetahui hal itu, beliau bersabda, Panggilkan dokter. Lalu Hilal bertanya, Wahai Rasulullah, apakah dokter bisa melakukan sesuatu untuknya? Ya, jawab beliau. (HR Ahmad dalam Musnad: V/371 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf: V/21)Hilal meriwayatkan bahwa Rasulullah mnjenguk orang sakit lalu bersabda, Panggilkan dokter! kemudian ada yang bertanya, Bahkan engkau mengatakan hal itu, wahai Rasulullah? Ya, jawab beliau.Berdasarkan pemaparan di atas, tampak jelas bagaimana Rasulullah menganjurkan kita untuk berobat dan berusaha menggunakan ilmu kedokteran yang diciptakan Allah untuk kita. Kita juga ditekankan agar tidak menyerah pada penyakit karena Rasulullah bersabda, Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. (HR Muslim (34) dan Ahmad: II/380)Di antaranya yang ada di Musnad Ahmad. Hadits Ziyadah bin Alaqah dari Usamah bin Syuraik menuturkan,Aku berada bersama Nabi lalu datanglah sekelompok orang Badui dan bertanya,Wahai Rasulullah, apakah kita boleh berobat? Rasulullah menjawab, Ya, wahai hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit kecuali Allah menciptakan obatnya, kecuali satu macam penyakit. Mereka bertanya,Apa itu? Rasulullah menjawab,Penyakit tua.(HR Ahmad dalam Musnad : IV/278, Tirmidzi dalam Sunan (2038))Nabi bersabda,Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat tepat pada penyakitnya maka ia akan sembuh dengan izin Allah. (HR Muslim: I/191)Abu Hurairah meriwayatkan secara marfu, Tidaklah Allah menurunkan panyakit kecuali menurunkan obatnya.(HR Bukhari: VII/158)Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, Kesembuhan ada pada tiga hal, minum madu, pisau bekam, dan sengatan api. Aku melarang umatku menyengatkan api. (HR Bukhari dan Muslim)Dari firman Allah disini dapat dipahami: bahwasanya agama islam di bagun untuk kemaslahatan artinya : semua syariat dalam perintah dan larangannya serta hukum-hukumnya adalah untukmashoolihi(manfaat-manfaat)dan makna masholihi adalah : jamak dari maslahat artinya : manfaat dan kebaikan.Misal :Allah melarang minuman keras dan judi karena mudharat (bahayanya) lebih besar dari pada manfaatnya, sebagaimana dikatakan dalam QS : Al-Baqorah :219 2:219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.1. Firman Allah taala : ( : 157)Dan dia menghalalkan yang baik bagi mereka serta mengharamankan bagi mereka segala sesuatu yang buruk ( al araf : 157 )Rokok termasuk hal yang buruk dan membahayakan diri sendiri , dan orang lain serta tak sedap baunya.2. ( : 195 )Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan ( al baqoroh : 195)Rokok mengakibatkan penyakit yang bisa membinasakan seperti kanker, penyakir paru-paru dan lain sebagainya.3. ( : 29 )Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah terhadap kalian Maha menyayangi( an nisa : 29 )Rokok bisa membunuh penghisapnya secara perlahan-lahan4. ( : 19 )Dosa keduanya ( minuman keras dan judi ) lebih besar dari pada manfaatnya.(QS Al-Baqoroh : 219 )Rokok bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.5. ( : 26 )Janganlah menghambur-hamburkan ( hartamu ) dengan boros, sesungguhnya pemborosan itu adalah saudaranya syaithon.(QS Al-Isra : 26 )Membeli rokok adalah merupakan pemborosan dan pemborosan termasuk perbuatannya syaithon.6. Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda : tidak boleh membahayakan diri sendiri ataupun orang lain Merokok membahayakan si perokok, menganggu orang lain dan membuang-buang harta.7. Sabda Nabi Muhammad Shallallahualaihi wasallam : ( ) ( ) Allah membenci untukmu perbuatan menyia-yiakan harta.( HR bukhari-muslim ).Merokok adalah menyia-nyiakan harta dan dibenci Allah.8. Sabda Rasulullah Shallallahualaihi wasallam : ( )Perumpamaan kawan duduk yang baik dengan kawan duduk yang jelek ialah seperti pembawa minyak wangi dengan peniup api (tukang pandai besi)(HR Bukhari-Muslim)Perokok adalah kawan duduk yang jelek yang meniup api yang bisa membakar orang di sekitarnya ataupun menyebabkan bau yang tidak sedap.9. ( )Barang siapa menghirup (meminum) racun hingga mati maka racun itu akan berada di tangannya lalu dihirupkan slama-lamanya di neraka jahannam. (HR Muslim).Rokok mengandung racun (nikotin) yang membunuh penghisapnya perlahan-lahan dan menyiksanya.10. Sabda Rasulullah Shallallahualaihi wasallam : ( )Barang siapa makan bawang putih atau bawang merah hendaknya menyingkir (menjauh) dari kita dan menjauhi masjid kami dan duduklah dirumah. (HR Bukhari-Muslim).Rokok lebih busuk baunya dari pada bawang putih ataupun bawang merah .11. Sebagian besar ahli fiqh mengharamkan rokok, sedang yang tidak mengaharamkan rokok belum melihat bahayanya yang nyata yaitu penyakit kanker dan paru-paru yang bisa membunun penghisapnya.

Al-Quran obat terbaik Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian. (Al-Isra:82)Dalam hal ini Rasulullah bersabda, Di dalam tubuh terdapat segumpal darah, jika ia baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik.(HR Bukhari: I/153 (53) dalam Fathul Bari)

MafsadahAl-mafsadah, yaitu sesuatu yang banyak keburukkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen Garna, Iris Rengganis. 2010. Imunologi Dasar. Ed. 9. FKUI:Jakarta.Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi. Edisi V, Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi. Edisi V, Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idris Alwi, dkk. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI, Jakarta : Interna Publishing.

2