urgensi saksi dalam talak dan rujuk menurut khi...

68
URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif) Oleh AZIZ MAULANA 103044128066 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: vuongtu

Post on 31-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif)

Oleh

AZIZ MAULANA

103044128066

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 2: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

AZIZ MAULANA 103044128066

Di bawah bimbingan

Dr. Abdur Rahman Dahlan, MA. NIP: 195811101988031001

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

Page 3: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan dalam

sidang munaqosayah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada 31 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada jurusan Peradilan Agama.

Jakarta, 31 Agustus 2010 Mengesahkan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Nip. 1955 0505 1982031012

PANITIA UJIAN 1. Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, M.A (………………...)

Nip. 1950 0306 1976031001

2. Sekertaris : Kamarusdiana, S.Ag, M.H (………………...) Nip. 1972 0224 1998031003

3. Pembimbing : Dr. Abdur Rahman Dahlan, M.A (………………...)

Nip. 1958 1110 1988031001

4. Penguji I : Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A (………………...) Nip. 1956 0906 1982031004

5. Penguji II : Dr. Asmawi, M.Ag (………………...) Nip. 1972 1010 1997031008

Page 4: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyartan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Agustus 2010

AZIZ MAULANA

iii

Page 5: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

mengiringi dan membimbing langkah penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Walau

terasa sangat berat, namun berkat rahmat dan hidayatNya penulis mampu untuk

menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada

junjungan alam, pembawa cahaya kebajikan, Nabi yang mulia, Muhammad SAW.

Berawal dari rasa kekhawatiran akan kepastian hukum mengenai sah dan

tidaknya talak serta rujuk tanpa saksi, maka penulis mencoba untuk mengkaji lebih

dalam lagi mengenai hal itu dengan menggunakan metode perbandingan antara fiqih

dan KHI. Penelitian ini penulis lakukan bukan saja untuk menjawab kekhawatiran

penulis sendiri, tetapi lebih lanjut lagi penulis berharap agar karya tulis ini dapat

memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya hukum dan

lembaga hukum.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan kalimat terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis semasa kuliah

sampai menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan ini penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

menyelesaikan studi dengan baik. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis haturkan

iv

Page 6: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

kepada Drs. Basiq Djalil, S.H., M.H., dan Kamarusdiana, S.Ag., M.H., sebagai ketua

dan sekretaris jurusan yang telah membantu penulis dalam proses studi, baik sebagai

pelayan akademis maupun kapasitasnya sebagai dosen pengajar. Tak lupa pula

penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada Dr. Abdur

Rahman Dahlan, M.A., selaku pembimbing skripsi, yang telah menuntun dan

membimbing penulis hingga bisa menghasilkan karya tulis yang baik.

Ucapan terima kasih pula penulis haturkan untuk segenap dosen dan para

pengajar yang telah mendedikasikan hidupnya, mencurahkan ilmunya kepada bangsa

dan negara khususnya kami, para mahasiswa. Ucapan terima kasih penulis

persembahkan kepada segenap staff perpustakaan Fakultas Syariah yang telah

memberikan pelayanan kepustakaan dan literasinya.

Kasih dan sayang serta doa tulus yang selalu dihadirkan oleh Bapak dan Ibu;

M. Tarmidzi dan Latifah untuk penulis; hormat dan baktiku selalu untukmu. Terhatur

pula cinta kasih ini untuk kakak-kakakku; Asep Dimyati, Hasan Bisri S.Ag,

Mukhlisin Lubis serta untuk adik-adikku; Anita, Rosita dan Miftah, yang telah

memberikan bantuan doa dan semangatnya untuk penulis.

Terima kasih teruntuk K.H. Bahruddin S.Ag. (Abi), pengasuh Pondok

Pesantren Daar El Hikaam, yang selalu memberikan nasihat kesejukan bagi hati

penulis saat gundah gulana melanda. Seluruh teman-teman seperjuangan santri Daar

El Hikaam, penulis ucapkan banyak terima kasih.

v

Page 7: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

vi

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf, penulis sangat

menyadari sekali bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan yang

tentunya membutuhkan koreksi atas kekurangan dan kesalahan. Untuk itulah saran

dan kritik membangun selalu penulis harapkan.

Akhir kata penulis ucapkan, jazakumullah khairan katsiran.

Ciputat, 12 Agustus 2010

(Penulis)

Page 8: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. .. iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul ……………………………………………. . 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………………. 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………………… 10

D. Review Studi Terdahulu……………………………………………. 10

E. Metode Penelitian…………………………………………………... 13

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………… 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG SAKSI DALAM TALAK DAN

RUJUK

A. Pengertian Talak dan Rujuk …………………………………. ……. 16

B. Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut Tinjauan KHI dan Fiqih …. 23

1. Landasan Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut KHI…………. 23

2. Landasan Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut Fiqih………… 26

C. Akibat Hukum serta Hikmah Talak dan Rujuk………………...…. 29

BAB III URGENSI KEUDUDKAN SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

A. Pengertian Saksi…………………………………………………….. 32

vii

Page 9: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

viii

B. Urgensi Kedudukan Saksi dalam Talak dan Rujuk menurut KHI … 37

C. Urgensi Kedudukan Saksi dalam Talak dan Rujuk menurut Fiqih... 39

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM ANTARA KHI DAN FIQIH

A. Analisis Perbandingan antara KHI dan Fiqih Mengenai Urgensi

Kedudukan Saksi dalam Talak dan Rujuk ......................................... 44

B. Contoh Kasus Kedudukan Saksi dalam Talak dan Rujuk …………. 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………. 53

B. Saran ……………………………………………………………….. 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN.

Page 10: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Islam adalah agama yang sangat sempurna, hal itu dibuktikan dengan

banyaknya aturan-aturan hukum yang mengatur hampir di semua lini kehidupan

manusia. Dari mulai hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah

sebagai sang pencipta atau Khalik. Hal itu Allah terangkan dalam firmanNYA :

…….. tΠ öθu‹ø9 $# àMù=yϑø. r& öΝ ä3s9 öΝ ä3oΨƒ ÏŠ àMôϑoÿøCr& uρ öΝä3ø‹n=tæ ©ÉLyϑ÷èÏΡ àMŠÅÊu‘ uρ ãΝ ä3s9 zΝ≈ n=ó™ M}$#

$YΨƒ ÏŠ 4 Ç⎯ yϑsù §äÜ ôÊ$# ’ Îû >π |ÁuΚøƒ xΧ uö xî 7#ÏΡ$yftGãΒ 5Ο øO\b}   ¨βÎ* sù ©!$# Ö‘θà xî ÒΟ‹Ïm§‘ ∩⊂∪

)3: 3 /المائدة(

Artinya : “… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah

Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Al-Maidah/3 : 3).

Sebagai salah satu bukti kesempurnaan Islam, dapat dilihat dari segi

penempatan aturan-aturan hukum. Islam sangat peduli terhadap pemeluknya,

sehingga Islam selalu memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di setiap

lini kehidupan masyarakat.

Salah satu aturan hukum yang mengatur persoalan dalam Islam ialah

hukum tentang pernikahan. Pernikahan bukanlah hal yang sederhana, karena hal

1

Page 11: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

2

ini menyangkut persoalan hubungan silaturahim antara dua keluarga besar, yaitu

kelurga dari pihak istri dan kelurga dari pihak suami. Apabila hubungan

pernikahan suami istri itu baik, maka akan baik pula hubungan silaturahim kedua

keluarga besar itu, begitupun sebaliknya.

Sebelum melangkah lebih lanjut lagi ke dalam pembahasan dari pokok

penelitian ini, penulis akan mencoba untuk menjelaskan terlebih dahulu mengenai

beberapa hal tentang nikah.

Menurut bahasa, nikah ialah الجمع artinya “berkumpul”.1 Sedangkan

Imam Abu Suja’ mengatakan bahwa nikah menurut bahasa yaitu الجمع والوطء

(berkumpul dan bersetubuh).

Sedangkan menurut istilah, “Nikah adalah akad yang mengandung

kebolehan untuk bersetubuh”.2 Sedangkan dalam Pasal 2 BAB II KHI

mengatakan bahwa “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu

akad yang sangat kuat atau mistaqan ghalidhan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah”.3 Ulama Ahli Ushul (Ushul al-Fiqh)

mengemukakan beberapa pendapat tentang arti lafaz nikah:

1 Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husain, Kifâyah al-akhyâr fî halli ghayah

al-Ikhtishar, ( Kudus: Maktabah menara kudus,t.th), Juz 2, h. 31, Zainudin al-malibari, Fath al- mu’în,, h. 97.

2 Bakri A. Rahman, Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam UU. Perkawinan dan

BW, (PT. Hidakarya Agung, 1981), h. 11. 3 Abdurrahman, KHI di Indonesia , h. 114.

Page 12: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

3

a. Nikah menurut arti aslinya adalah bersetubuh dan menurut arti majazi adalah

akad yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan

wanita; demikian menurut Ahli Ushul golongan Hanafi.

b. Nikah menurut arti aslinya ialah akad yang dengan akad ini menjadi halal

hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti Majazi

ialah setubuh; demikian menurut Ahli Ushul golongan Syafi’iyah.

c. Nikah, bersyarikat artinya antara akad dan setubuh; demikian menurut Abu al-

Qasim Az-Zajjd, Imam Yahya, Ibnu Hazm, dan sebagian Ahli Ushul dari

sahabat Abu Hanifah.4

Beberapa definisi di atas sudah memberikan penjelasan mengenai apa

yang dimaksud dengan nikah. Perbedaan pemberian definisi tersebut tidak terlalu

banyak memberikan pengaruh karena pada intinya maksud dari semua pendapat

itu hampir sama yaitu: “memberikan kehalalan hubungan suami istri antara

seorang pria dan wanita.

Selain dari perbedaan pendapat mengenai definisi nikah masih ada yang

menjadi salah satu sumber perbedaan dalam pernikahan, yaitu perceraian dan

rujuk. Talak berarti putusnya ikatan tali perkawinan, sedangkan rujuk berarti

menyambungnya kembali ikatan perkawinan yang sempat terputus. Namun

4 Ibrahim Hosen, Fiqih Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta:Pustaka Pirdaus, 2003),

h.115

Page 13: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

4

permasalahan talak dan rujuk tidak semudah itu, masih banyak perdebatan

mengenai tata caranya, waktu terjadinya, syarat-syaratnya dan lain-lain. Pada

kesempatan kali ini penulis akan memfokuskan penelitian mengenai persoalan

saksi dalam talak dan rujuk. Sedikit akan penulis jelaskan alasan mengapa

mengambil persoalan ini.

Rasulullah saw pernah bersabda:

. الطالق اهللا إىل احلالل ابغض: وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال قال، عمر ابن عن )ماجه وابن داود أبوا رواه(

Artinya : “Dari Ibnu Umar, ia berkata telah bersabda Rasulullah saw: “Sesuatu

yang halal yang amat dibenci Allah ialah talak.5 (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah) Kalau dilihat dari hadits tadi, sekiranya Allah pun tidak menyukai

terjadinya talak atau perceraian dalam rumah tangga, karena sebenarnya masih

terdapat cara lain yang lebih baik dalam penyelesaian permasalahan-

permasalahan rumah tangga. Tetapi, kalau memang semua cara dan usaha telah

dilakukan untuk mempertahankan utuhnya rumah tangga dan itu semua gagal,

maka perceraian pun harus dilakukan dengan ma’ruf dan sesuai dengan aturan-

aturan islam yang berlaku.

Allah berfirman dalam al-Qur’an:

5 Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtar al-Hadits, (Semarang: Maktabah al-Alawiyyah, t.th), h.

4.

Page 14: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

5

$pκ š‰ r'≈ tƒ t⎦⎪Ï% ©!$# (# þθãΖtΒ# u™ # sŒ Î) ÞΟ çFóss3 tΡ ÏM≈ oΨ ÏΒ÷σ ßϑø9 $# ¢Ο èO £⎯ èδθßϑçGø) ¯=sÛ ⎯ ÏΒ È≅ ö6 s% βr&

 ∅èδθ¡yϑs? $yϑ sù öΝ ä3s9 £⎯ Îγ øŠn=tæ ô⎯ ÏΒ ;Ïã $pκ tΞρ‘‰tF÷è s? ( £⎯ èδθãèÏnG yϑsù £⎯ èδθãmÎh | uρ %[n# u| 

WξŠ ÏΗsd ∩⊆®∪ )49: 33/األحزاب(

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-

perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka tidak ada masa iddah atas mereka yang kamu perhitungkan. Namun berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya". (QS. al-Ahzab/33: 49)

Dalam ujung ayat tersebut ditegaskan bahwa menceraikan istri itu harus

dengan cara” yang sebaik-baiknya”. Karena hal ini berpengaruh sekali terhadap

sah atau tidaknya perceraian. Kalau seandainya terjadi kesalahan dalam hal ini,

maka setidaknya akan menimbulkan sebuah akibat hukum baru.

Hal yang kedua adalah “Rujuk”, sepertinya persoalan talak dan rujuk

adalah dua persoalan yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari aturan hukum.

Karena seandainya talak yang dilakukan tidak sah, tapi seorang suami tetap

menjalankan keputusan cerai itu dengan cara meninggalkan istrinya berarti ia

telah mendzalimi hak perempuan. Begitupun sebaliknya, seandainya rujuk yang

dilakukan oleh bekas suami tidak sah, maka ia berada dalam jurang keharaman

selagi bersama perempuan tersebut.

Dalam permasalahan ini pula, Allah swt berfirman:

# sŒ Î* sù z⎯ øón= t/ £⎯ ßγ n=y_r& £⎯ èδθä3Å¡øΒr'sù >∃ρ ã÷èyϑÎ/ ÷ρr& £⎯ èδθè%Í‘$sù 7∃ρ ã÷èyϑÎ/ (#ρ߉Íκ ô−r& uρ ô“uρsŒ

Page 15: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

6

5Α ô‰tã óΟ ä3ΖÏiΒ (#θßϑŠ Ï% r& uρ nοy‰≈ yγ ¤±9 $# ¬! 4 öΝ à6 Ï9≡ sŒ àátãθム⎯ Ïμ Î/ ⎯ tΒ tβ% x. Ú∅ÏΒ÷σ ム«!$$Î/

ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$# 4 ⎯ tΒuρ È,−Gtƒ ©!$# ≅ yèøg s† … ã&©! %[`tøƒ xΧ ∩⊄∪ )2: 65/الطالق( Artinya : “Maka apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujuklah

(kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah pelajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar". (QS. At thaalaq/65 : 2)

Persoalan yang paling mendasar dalam dua hal di atas tentang talak dan

rujuk adalah keberadaan saksi dalam prosesnya. Ulama telah berselisih paham

mengenai keberadaan saksi. Ada yang berpendapat bahwa hal itu wajib menjadi

rukun (menurut ulama Syi’ah Imamiyah) dan ada pula yang mengatakan itu

sunnah. Imam Syafi’i berpendapat bahwa rujuk dengan perbuatan itu tidak sah,

karena dalam ayat di atas Allah menyuruh agar rujuk itu dipersaksikan.6 Akan

tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa rujuk tanpa saksi itu sah. Dengan dalil

sebagai berikut:

....£⎯ åκçJs9θãèç/ uρ ‘,ymr& £⎯ ÏδÏjŠ tÎ/ ....∩⊄⊄∇∪ )228: 2/البقرة(

Artinya :

“…. Suami mereka lebih berhak untuk kembali kepada mereka....”. (QS. Al Baqarah/2 : 228)

6 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Bandung,1988), h. 389.

Page 16: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

7

Mereka berpendapat bahwa dalam ayat tersebut tidak ditentukan dengan

perkataan atau perbuatan. Hukum mempersaksikan dalam ayat tersebut adalah

sunnah. Dan menurut Imam Abu Hanifah, jika mempersaksikan dalam hal talak

saja tidak wajib, apalagi dalam hal rujuk, yang sifatnya meneruskan perkawinan

yang lama.

Akan tetapi KHI berkata lain. Dalam Bab XVI :

pasal 115 dikatakan bahwa :

Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak, barulah persidangan mengenai perkara

perceraian itu digelar dengan semangat untuk mencapai kemashlahatan dan

keadilan bagi kedua belah pihak.

Kemudian dalam Bab XVIII pasal 165 dikatakan bahwa :

Rujuk yang dilakukan tanpa persetujuan bekas istri dapat dinyatakan tidak sah dengan putusan Pengadilan Agama.

Kemudian dalam pasal 167 sampai 169 yang salah satu isinya mengatakan

bahwa :

Setelah itu suaminya mengucapkan rujuknya dan masing-masing yang bersangkutan beserta saksi-saksi menandatangani buku Pendaftaran Rujuk.7 Dari beberapa pasal dalam KHI tadi, sekiranya dapat diketahui bahwa

7 Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama dalam Perspektif Fiqih dan Kompilasi Hukum

Islam, (Qolbun Salim, 2005), h. 258.

Page 17: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

8

terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara KHI dan fiqih. Bagi KHI saksi

dalam talak dan rujuk itu wajib adanya dan itu berakibat terhadap sebuah hukum

baru, yaitu sah atau tidak sahnya talak atau rujuk.

Permasalahannya bisa jadi di sekitar kita masih terdapat sebagian orang

yang memakai hukum fiqih dan sebagaian lagi memakai KHI. Lalu bagaimanakah

menyikapi hal ini?

Dari latar belakang tersebut, tidaklah berlebihan apabila penulis

berkeinginan membuat sebuah karya ilmiah dengan judul “ URGENSI SAKSI

DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah

Kajian Komparatif).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang menyangkut masalah pernikahan sangatlah luas dan

beragam. Dari mulai syarat syah, rukun nikah, saksi dalam nikah, talak, rujuk,

saksi dalam talak dan rujuk dan lain-lain. Kalau kita mau menjabarkan

permaslahan itu semua dengan pendapat para ulama madzhab saja misalnya,

akan membutuhkan waktu pengkajian yang cukup lama, disamping itu pula

akan sulit bagi penulis untuk mengkerucutkan permasalahan, tentunya dengan

segala keterbatasan kemampuan penulis pribadi, apalagi kalau kita hendak

membandingkan itu semua dengan pendapat Kompilasi Hukum Islam.

Sungguh akan sangat panjang dan lebar sekali pembahasannya.

Page 18: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

9

Oleh sebab itu dalam skripsi ini penulis akan membatasi penelitian

tentang dua perbedaan pendapat menegenai kedudukan saksi dalam talak dan

rujuk saja yaitu antara pendapat fiqih yang lebih dulu lahir, dengan pendapat

Kompilasi Hukum Islam yang lahir belakangan dan bertempat di Negara

tercinta ini, yaitu Indonesia.

Pendapat fiqih mengenai talak dan rujuk sangatlah beragam dari mulai

syarat, rukun, sampai tata cara menjatuhkan talak dan rujuk itu sendiri. Begitu

pula dengan KHI, terdapat banyak pasal dan ayat yang menerangkan tentang

talak dan rujuk. Hanya saja pada skripsi ini penulis membatasi penelitian

mengenai urgensi saksi dalam talak dan rujuk saja.

2. Perumusan Masalah

Setelah penulis membatasi penelitian pada urgensi saksi pada masalah

talak dan rujuk, maka akan muncul kemudian perumusan masalah, yang pada

kali ini akan dikumpulkan dalam beberapa poin saja, yaitu:

a. Bagaimana pendapat KHI tentang saksi dalam talak dan rujuk?

b. Bagaiamana pendapat Fiqih tentang saksi dalam talak dan rujuk ?

c. Aturan hukum manakah yang cocok untuk masyarakat Indonesia yang

pluralis ini?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Page 19: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

10

1) Untuk mengetahui dan lebih memperjelas tentang bagaimana sikap KHI

mengenai kedudukan saksi dalam talak dan rujuk?

2) Untuk mengetahui dan lebih memperjelas tentang bagaimana para ulama

fiqih menyikapi tentang kedudukan saksi dalam talak dan rujuk ?

3) Untuk mengetahui dan lebih memperjelas tentang akibat hukum apa yang

terjadi apabila mengambil salah satunya?

2. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam proses perkembangan

khazanah keilmuan bagi para mahasiswa, lebih-lebih lagi bagi mahasiswa

Peradilan Agama (PA). Selain itu pula diharapkan skripsi ini dapat dijadikan

bahan rujukan untuk lebih mengetahui tentang dasar hukum, sebab, dan akibat

hukum yang ditimbulkan dari perbedaan pendapat dalam masalah ini.

Skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan

pemikiran yang dapat memperkaya koleksi kepustakan ilmu fiqih. Dan di

samping itu, secara pribadi, studi ini sangat bermanfaat bagi pengembangan

metodologi dan ilmu pengetahuan penulis.

D. Studi Review Terdahulu

Literatur dalam hukum Islam masih berbeda pendapat mengenai saksi dalam

talak dan rujuk, berbeda dengan apa yang di tuliskan dalam KHI. Oleh karena itu

perlu ada pengkajian yang mendalam mengenai hal ini. Penulis mencoba mencari

beberapa karya tulis yang ada seblumnya agar dapat dijadikan salah satu rujukan

Page 20: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

11

sekaligus untuk menunjukkan bahwa skripsi ini berbeda dengan karya tulis orang

lain. Kajian-kajian yang penulis temukan diantaranya ialah :

Nurin, Kedudukan Saksi Dalam Talak Menurut UU. No. 1 Tahun 1974 dan

KHI, Fakultas Syari’ah dan Hukum , 2006.8

Skripsi ini terdiri dari 5 bab, pada kisaran tinjauan teoritis, skripsi tersebut

mempunyai sedikit persamaan dengan skripsi penulis akan tetapi dalam pokok

pembahasan jelas terdapat perbedaan objek perbandingan, yang menjadi pokok

permasalahan skripsi tersebut ialah membandingkan antara UU. No.1 Tahun 1974

dengan KHI. Skripsi ini membandingkan pasal 36 dalam UU. No.1 Tahun 1974

dengan beberapa pasal dalam KHI diantaranya pasal 116-117 dan beberapa pasal

dari pasal 129-148. Padahal dalam permasalahan saksi dalam talak antara UU

tersebut dengan KHI tidak terlalu terlihat pertentangannya bahkan cenderung

memiliki kesamaan. Pendekatan yang digunakan oleh Nurin dalam skripsinya

ialah pendekatan kualitatif.

Ahmad Zaenuddin, Kedudukan saksi dalam rujuk menurut Imam Mazhab,

KHI dan Undang-undang perkawinan tahun 1974, Fakultas Syari’ah dan Hukum,

2005.9

Skripsi ini menjelaskan tentang kedudukan saksi hanya dalam rujuk saja tidak

membahas saksi dalam talak. Walaupun objek kajian hukumnya sama yaitu antara

8 Nurin, “Kedudukan Saksi Dalam Talak Menurut UU. No. 1 Tahun 1974 dan KHI’, (Skripsi

S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006). 9 Ahmad Zaenuddin, “Kedudukan Saksi Dalam Rujuk Menurut Imam Mazhab, KHI dan UU

Perkawinan Tahun 1974, (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005).

Page 21: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

12

pendapat Imam Mazhab UU. No.1 Tahun 1974 dengan KHI, namun jelas sekali

perbedaannya dengan skripsi yang penulis tulis, yang hanya menggunakan dua

objek kajian saja. Pendekatan yang digunakan dalam skripsi tersebut ialah

pendekatan kualitatif. Disamping itu juga pendapat ulama madzhab yang dipakai

ialah ulama mazhab empat.

H.M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam : Suatu analisis dari UU. No.

1 Tahun 1974 dan KHI, 2004.

Buku ini sangat bagus dan lengkap sekali, beberapa bab di dalamnya

menjelaskan mengenai: usaha-usaha yang harus ditempuh sebelum putusnya

perkawinan, bentuk-bentuk perceraian, waktu menjatuhkan talak dan lain-lain.

Akan tetapi buku ini hanya menjelaskan saja tanpa adanya perbandingan anatra

fiqih dan KHI.10

Abdul Rahman Umar, Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum

Islam,1986.

Buku ini juga sangatlah bagus dan lengkap, di dalamnya dijelaskan mengenai

hukum Islam, saksi dan kesaksian dan lain-lain yang menyangkut masalah saksi

dan kesaksian hanya saja tidak terlalu menjelaskan mengenai urgensi saksi

menurut fiqih dan KHI.11

Kesimpulannya adalah skripsi yang penulis tulis ini tidaklah memiliki

kesamaan yang benar-benar sama dengan karya tulis orang lain walaupun kadang

10 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari UU No. 1 Tahun 1974 dan

KHI, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). 11 Abdul Rahman Umar, Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum Islam, (Jakarta:

Pustaka al-Husna, 1986).

Page 22: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

13

ada kesamaan dalam pengambilan sumber teorinya akan tetapi jelaslah berbeda

dalam masalah objek kajiannya dan tentunya berbeda pula ksimpulan akhir dari

penelitiannya.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yang memusatkan perhatian tidak pada hasil penelitian lapangan.

Dikarenakan yang dikaji dalam penelitian ini hanya dokumen-dokumen saja.

2. Objek Penelitian

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pendapat-pendapat Ulama

mazhab yang tercantum dalam kitab-kitab fiqih dan beberapa pasal dalam

KHI yang terkait dengan masalah saksi dalam talak dan rujuk.

b. Data sekunder yaitu data pendukung yang di peroleh dari pengkajian

buku-buku, dokumen-dokumen serta sebuah putusan dari kantor

Pengadilan Agama tentang saksi dalam talak.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (Library Research) .12

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press,1986), h. 201.

Page 23: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

14

Penulis mengkaji beberapa pendapat ulama fiqih dan pendapat KHI

mengenai saksi dalam talak dan rujuk serta mengkaji sebuah putusan

Pengadilan Agama yang penulis jadikan sebagai contoh kasus.

4. Teknik Analisa Data:

Yaitu menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif, serta

menggunakan teknik perbandingan hukum, yang membandingkan pendapat

para Ulama dengan beberapa pasal dalam KHI.13 Penelitian tersebut akan

memberikan pengetahuan tentang persamaan dan perbedaaan mengenai

kedudukan saksi dalam talak dan rujuk. Dengan penelitian ini penulis

berharap dapat lebih mudah untuk mengadakan unifikasi hukum, serta

mendapatkan kepastian hukum tentang kedudukan saksi. Hasil-hasil

perbandingan hukum akan sangat bermanfaat bagi penerapan hukum di suatu

masyarakat majemuk seperti Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang setiap bab memuat penjelasan

tersendiri. Untuk memudahkan para pembaca, penulis akan menguraikan

sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab satu merupakan bab pendahuluan yang berisikan alasan pemilihan judul,

pembatasan masalah yang dimaksudkan agar masalah tidak terlalu meluas, dan

perumusan masalah yang memuat tiga pertanyaan yang nantinya menjadi acuan

13 Ibid., h.257

Page 24: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

15

dalam peneitian ini, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab dua berisikan tinjauan teoritis tentang saksi dalam talak dan rujuk

menurut KHI dan fiqih. Dalam bab ini juga terdiri dari dua poin besar yaitu

pengertian talak dan rujuk serta pembahasan tentang saksi dalam talak dan rujuk.

Dalam poin yang kedua ini berisikan tentang beberapa landasan hukum yang

dipakai KHI dan Fiqih terkait saksi dalam talak dan rujuk.

Bab tiga berisikan pembahasan urgensi kedudukan saksi dalam talak dan

rujuk. Pembahasannya meliputi pengertian saksi baik secara hukum fiqih ataupun

KHI, lalu kemudian membahas tentang urgensi kedudukan saksi dalam talak dan

rujuk baik menurut KHI ataupun Fiqih.

Bab empat berisikan tentang analisis perbandingan hukum mengenai saksi

dalam talak dan rujuk antara KHI dan Fiqih dan sebuah putusan dari kantor

Pengadilan Agama yang penulis jadikan sebagai contoh kasus dalam penelitian

ini.

Bab lima merupkan bab penutup yang berisikan beberapa kesimpulan yang

fungsinya sebagai jawaban dari beberapa pertanyaan yang muncul dalam

perumusan masalah dan juga berisikan saran-saran.

Page 25: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

A. Pengertian Talak dan Rujuk

1. Pengertian talak

Talak secara bahasa dapat diartikan حل القيد melepaskan ikatan1,

sedangkan menurut istilah ialah sebuah nama untuk melepaskan ikatan

perkawinan2. Seabagaimana yang Allah singgung dalam salah satu

firmanNYA:

$pκ š‰ r'≈ tƒ t⎦⎪Ï% ©!$# (#þθãΖ tΒ# u™ # sŒ Î) ÞΟ çFóss3tΡ ÏM≈ oΨ ÏΒ÷σ ßϑø9 $# ¢Ο èO £⎯ èδθßϑçGø) ¯=sÛ ⎯ ÏΒ È≅ ö6 s% βr&

 ∅èδθ¡yϑs? $yϑsù öΝ ä3s9 £⎯ Îγ øŠn=tæ ô⎯ ÏΒ ;Ïã $pκ tΞρ‘‰tF÷ès? ( £⎯ èδθãèÏnGyϑsù £⎯ èδθãmÎh| uρ

% [n# u|  WξŠ ÏΗsd ∩⊆®∪ )49: 33/األحزاب(

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-

perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya”.(QS Al-Ahzab /33 : 49)

Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang talak yang terjadi sebelum

Duhul, dikatan disana bahwa tidak ada iddah bagi perempuan yang di talak

sebelum terjadinya duhul.

1 Muhammad Husain, Kifậyah al-akhyậr, Juz 2, h. 68. 2 Ibid.

16

Page 26: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

17

Apabila dilihat dari lafadnya, maka talak dibagi menjadi dua, yaitu sharih

(terang) dan kinayah (sindiran).

1) Sharih, yaitu kalimat yang tidak ragu-ragu lagi bahwa yang dimaksud

adalah memutuskan ikatan perkawinan. Sedangkan menurut Imam

Muhammad Husain dalam kifayahnya mengatakan bahwa talak sharih itu

ada 3 lafadz (talak, firaq, dan sarah), dan masih menurut beliau bahwa

talak yang sharih itu tidak membutuhkan niat3, seperti kata si suami:

“Engkau tertalak” atau “Saya ceraikan engkau”.

2) Kinayah, yaitu kalimat yang masih ragu-ragu, boleh diartikan untuk

perceraian nikah atau yang lain. Contohnya seperti perkataan suami:

“Pulanglah engkau ke rumah keluargamu”, atau “Pergilah dari sini”4.

Kalimat-kalimat tersebut bisa saja diartikan dengan arti yang sesuai

dengan redaksinya, atau bisa juga diartikan dengan maksud yang

terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, lafadz kinayah ini memerlukan

niat di hati. Kalau tidak dibarengi dengan niat maka tidak jatuh talak5.

Sedangkan menurut KHI dalam pasal 117 diungkapkan bahwa, talak

adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang terjadi salah

satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud

3 Ibid, h. 86. 4 Sulaiman, Fiqih Islam, h. 373. 5 Ibn Qasim al-Ghozi, Hasyiyah al-Baijuri, (Daar al-Fikri), h. 205.

Page 27: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

18

dalam pasal 129, 130 dan 1316.

Adapun perceraian terjadi karena beberapa sebab, dijelaskan dalam

KHI pasal 116, yang diantaranya ialah:

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-

turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal

lain diluar kemampuannya;

c) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun. Atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan

tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.7dan lain-

lain.

Apabila beberapa hal yang tersebut di atas telah terjadi maka sudah

jelas bahwa tujuan perkawinan sudah sangat sulit untuk terwujud. Dan tujuan

perkawinan itu sendiri ada beberapa, di antaranya adalah:

a) Untuk hidup dalam pergaulan yang sempurna.

b) Satu jalan yang amat mulia untuk mengatur rumah tangga dan keturunan.

c) Sebagai satu tali yang amat teguh guna memperkokoh tali persaudaraan

antara kaum kerabat laki-laki dengan kaum kerabat perempuan. 8

6 Basiq Djalil, Perkawinan Lintas Agama, h. 246. 7 Ibid., h. 245. 8 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, h. 372.

Page 28: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

19

Apabila dilihat dari bilangannya, maka talak dibagi 3 bagian, yaitu:

talak raj’i, bain syugra, dan talak bain kubra, sebagaimana yang telah

dijelaskan dalam pasal 118 sampai 120 KHI.

Pasal 118

Talak raj’i adalah talak ke satu atau ke dua, di mana suami berhak rujuk selama istri dalam masa iddah.

Pasal 119

Talak bain syugra adalah talak yang tidak boleh rujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah

Pasal 120

Talak bain kubra adalah talak yang terjadi untuk ke tiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat rujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba’da al dukhul dan habis masa iddahnya.

)نالطالق مرتا( itulah kalimat yang terdapat dalam al-Qur’an dan dikutip dalam sarah Baijuri.

Talak itu dua kali (talak yang bisa rujuk), dijelaskan bahwa tidak

menutup kemungkinan bisa terjadi tiga kali. Tidak ada perbedaan memang

secara bilangan dengan KHI, hanya saja dalam hukum Islam talak raj’i yang

terjadi dua kali dan dan dihitung dua kali, kemudian talak bain terjadi satu kali

saja atau satu jenis saja.

Secara pengertian antara KHI dan fiqih tidak terlalu banyak

perbedaan. Talak raj’i dalam fiqih pun mengandung pengertian bahwa talak

satu atau dua yang membolehkan suami atau istri rujuk kembali selama masa

iddah. Begitu pun dengan talak bain “talak yang terjadi ke tiga kalinya dan

Page 29: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

20

tidak boleh dinikahkan kembali, sebelum bekas istri itu mengadakan

pernikahan baru, kemudian dicerai dan selesai masa iddahnya dan itu pun

terjadi ba’da al dukhul”. Hanya saja ada perbedaan pada persoalan ada atau

tidaknya saksi dalam talak. Dalam KHI pasal 115 dijelaskan bahwa,

“Perceraian hanya dapat dilakukan di sidang Pengadilan Agama9..........”, yang

dalam proses persidangan itu akan ada persidangan saksi. Berbeda dengan

para Ulama fiqih yang berbeda pendapat mengenai saksi dalam talak.

2. Pengertian Rujuk

Rujuk ialah mengembalikan istri kepada pernikahan semula setelah

ditalak, dan bukan talak bain10. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

M≈ s) ¯=sÜ ßϑø9 $# uρ š∅óÁ−/ utItƒ £⎯ Îγ Å¡àΡr'Î/ sπ sW≈ n=rO &™ÿρãè% 4 Ÿωuρ ‘≅ Ït s† £⎯ çλm; βr& z⎯ ôϑçFõ3 tƒ $tΒ t,n=y{

ª!$# þ’ Îû £⎯ Îγ ÏΒ% tnö‘ r& βÎ) £⎯ ä. £⎯ ÏΒ÷σ ム«!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$# 4 £⎯ åκçJs9θãèç/ uρ ‘,ymr& £⎯ÏδÏjŠ tÎ/ ’ Îû

y7Ï9≡ sŒ ÷βÎ) (# ÿρߊ# u‘ r& $[s≈ n=ô¹Î) 4 £⎯ çλm; uρ ã≅ ÷WÏΒ “Ï% ©!$# £⎯ Íκö n=tã Å∃ρ á÷èpRùQ $$Î/ 4 ÉΑ$y_Ìh=Ï9 uρ £⎯ Íκ ö n=tã

×π y_u‘ yŠ 3 ª!$# uρ ͕tã îΛ⎧Å3ym ∩⊄⊄∇∪ )228: 2/البقرة(

Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)

tiga kali quru' tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti

9 Basiq Djalil, Perkawinan lintas Agama, h. 245, kumpulan Perundang-undangan (memuat)

NTCR. (Bandung: CV. Madany Bandung, 2007), h. 90, PP. No. 9 Tahun 1975, pasal 14. 10 Muhammad Husain, Kifâyah al-akhyâr, h. 86.

Page 30: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

21

itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Baqarah / 2 : 228)

Ayat tersebut menjelaskan tentang masa menunggu bagi perempuan

yang telah di talak semata-mata untuk mengetahui kebersihan rahim nya,

selain itu pula di singgung tentang bekas suami yang hendak berbuat ishlah

dengan cara merujuk bekas istrinya maka lakukanlah saat masa menunggu itu.

Ayat tersebut sangat bersesuaian dengan apa yang dijelaskan dalam surat At-

Thalaq yang redaksinya ialah :

# sŒ Î* sù z⎯ øón=t/ £⎯ ßγ n=y_r& £⎯ èδθä3Å¡øΒr'sù >∃ρ ã÷èyϑÎ/ ÷ρr& £⎯ èδθè%Í‘$sù 7∃ρ ã÷èyϑÎ/ (#ρ߉Íκ ô−r& uρ ô“uρsŒ

5Α ô‰tã óΟ ä3ΖÏiΒ (#θßϑŠ Ï% r& uρ nοy‰≈ yγ ¤±9 $# ¬! 4 öΝ à6 Ï9≡ sŒ àátãθム⎯Ïμ Î/ ⎯ tΒ tβ% x. Ú∅ÏΒ÷σ ム«!$$Î/

ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$# 4 ⎯ tΒuρ È,−Gtƒ ©!$# ≅ yèøg s† … ã&©! %[`tøƒ xΧ ∩⊄∪ )2: 65/الطالق(

Artinya : "Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah

mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (QS At-Thalaq /65 : 2)

Ayat tersebut pula menjelaskan hal yang sama dengan ayat yang

sebelumnya hanya saja dalam ayat ini Allah memberikan pilihan pada bekas

suami apak ia ingin meneruskan perkawinan atau perceraian asalkan dengan

Page 31: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

22

cara yang ma’ruf.

Dalam pasal 163 KHI, dijelaskan tentang rujuk, di antaranya

mengenai beberapa hal yang menyebabkan rujuk itu terjadi:

a) Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang jatuh tiga kali atau

talak yang dijatuhkan qobla al dukhul.

b) Putusnya perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan atau

alasan-alasan selain zina dan khulu.

Sehingga rujuk tidak akan terjadi apabila putusnya perkawinan

terjadi di luar izin pengadilan.

c) Keadaan istri yang dirujuk itu tertentu. Kalau suami yang mentalak

beberapa istrinya, kemudian ia rujuk kepada salah seorang dari mereka

yang tidak ditentukan siapa yang dirujuknya, maka rujuk itu tidak sah11.

Di samping itu semua, rujuk pun telah dicontohkan oleh Rasulullah

SAW. Hal itu dikisahkan dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Nasai dan

Ibnu Majah.

). اهطلق حفصة مث راجع(عن عمرو رضي اهللا عنه أن النيب صلى اهللا عليه وسلم 12)رواه أبو داود والنسائ و ابن ماجه(

Artinya : “Dari Umar RA bahwasannya Nabi saw telah mentalak Hafshah

kemudian merujuknya. (Riwayat Abu daud dan Nasai dan Ibnu Majah).

11 Sulaiman, Fiqih Islam, h. 388. 12 Muhammad Husain, Kifâyah Al-Akhyâr, h. 86

Page 32: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

23

B. Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut KHI dan FIQIH

1. Landasan Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut KHI

a. Landsan Saksi dalam Talak

Dengan terbentuknya Kompilasi Hukum Islam sedikit banyak

dapat memberikan kontribusi bagi para Hakim Pengadilan Agama dalam

memutuskan sebuah perkara tanpa terjadi perbedaan yang signifikan.

Kompilasi Hukum Islam pun menjadi acuan dalam pelaksanaan

perkawinan di KUA (Kantor Urusan Agama) dan para Hakim di

Pengadilan Agama dalam penyelesaian kasus-kasus warga negara

Indonesia muslim.

Kompilasi berarti suatu produk berbentuk tulisan karya orang lain

yang disusun secara teratur (Compilation is: a literary production

composed of the work of others and arranged methodical manner),

(Kamus Black, Black’s Law Dictionary). Kompilasi Hukum Islam yang

dipakai oleh para Hakim di Pengadilan mulanya atas dasar

disosialisasikannya keputusan Presiden (Kepres) pada zaman orde baru.

Dalam skripsi ini, penulis memaparkan beberapa pasal dan ayat

saja yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam yang berkaitan dengan

saksi dalam talak dan rujuk. Putusnya perkawinan telah dijelaskan dalam

pasal BAB XVI, yang secara umum rumusannya dijelaskan dalam pasal

113:

“Perkawinan dapat putus karena:

Page 33: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

24

a. Kematian, b. Perceraian, dan c. atas putusan Pengadilan”.

Bahkan lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 115.

“Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama, setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”.

Kemudian dalam pasal 116 dijelaskan dengan gamblang tentang

beberapa alasan yang menjadikan perceraian. Yang di antara beberapa

poinnya adalah:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun. Atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;

f. Antara suami-istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

g. Suami melanggar taklik-talak; Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.

Tidak ada sama sekali dari pasal-pasal di atas yang menjelaskan

dengan ekplisit mengenai saksi dalam talak, hanya saja secara implisit

saksi sangat dibutuhkan dalam permaslahan talak. Lihatlah dengan cermat

bait demi bait dari pasal-pasal tersebut, hampir semua kasus atau sebab-

sebab yang mengakibatkan terjadinya talak adalah perkara yang

membutuhkan kesaksian dari beberapa orang saksi. Misalnya saja dalam

Page 34: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

25

poin “a “ yang menjelaskan tentang salah satu pihak baik suami atau istri

melakukan perbuatan zina atau mabuk-mabukan, hal ini tentunya

merupakan perkara yang membutuhkan kesaksian dari beberapa orang

saksi. Karena bagi sisapa saja yang menjadi penuduh maka wajib baginya

untuk mengajukan saksi untuk menguatkan tuduhannya. Begitu pula

sebaliknya bagi yang tertuduh harus mengajukan saksi untuk menguatkan

sanggahannya.

b. Landasan Saksi dalam Rujuk

Secara eksplisit sebab terjadinya rujuk tidak dijelaskan dalam KHI,

hanya saja pastinya rujuk terjadi karena kedua belah pihak menghendaki

utuhnya kembali ikatan perkawinan yang sempat terputus.Tapi dalam KHI

dijelaskan tentang beberapa hal yang menjaadikan rujuk itu bisa terjadi,

yaitu dalam pasal 163 :

1. Seorang suami dapat merujuk istrinya yang dalam masa iddah 2. Rujuk dapat dilakukan daam hal-hal :

a. Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah jatuh tiga kali atau talak yang dijatuhkan qobla al dukhul

b. Putusnya perkawinan berdasarkan putusan Pengadilan dengan alasan-alasan selain zina dan khuluk

Sedangkan tata cara rujuk di jelaskan dalam pasal 167-169, yang

dintara isi pasal itu oalah :

Pasal 167 1. Suami yang hendak merujuk istrinya datang bersama-sama

istrinya Kepegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat tinggal suami istri dengan membawa penetapan tentang trjadinya talak dan surat keteranagan lain yang dipeerlukan.

Page 35: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

26

2. Rujuk dilakukan dengan persetujuan istri di hadapan Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah.

3. Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah memeriksa dan menyelidiki apakah suami yang akan merujuk itu memenuhi syarat-syarat merujuk menurut hukum munakahat, apakah rujuk yang akan dilakukan itu masih dalam iddah talak raj’i, apakah perempuan yang di rurjuk itu istrinya.

4. Setelah itu suaminya mengucapkan rujuknya dan masing-masing yang bersangkutan beserta saksi-saksi menandatangani buku pendaftaran rjuk.

5. Setelah rujuk itu dilaksanakan, Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah menasehati suami istri tentang hukum-hukum dan kewajiban mereka yang berhubungan dengan rujuk.

Beberapa pasal di atas tadi merupakan landasan hukum tntang

rujuk dalam KHI. Berbeda dengan saksi dalam talak, KHI sama sekali

tidak menjelaskan secara langsung dalam pasal-pasalnya, akan tetapi

keberadaan saksi dalam rujuk sangat jelas sekali disebutkan dalam pasal

147 ayat 4.

2. Landasan Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut Fiqih

a. Landasan Saksi dalam Talak

Menurut Jumhur Fuqaha berbeda pendapat bahwa talak bisa jatuh

atau berlangsung tanpa saksi. Sebab talak merupakan hak seorang suami

dan sepertinya tidak ada dasar hukum dari Rasulullah saw., dan dari para

sahabat yang mengharuskan adanya saksi dalam talak. Mereka

berpegangan pada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang antara lain:

Page 36: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

27

$pκ š‰ r'≈ tƒ t⎦⎪Ï% ©!$# (#þθãΖ tΒ# u™ # sŒ Î) ÞΟ çFóss3tΡ ÏM≈ oΨ ÏΒ÷σ ßϑø9 $# ¢Ο èO £⎯ èδθßϑçGø) ¯=sÛ ⎯ ÏΒ È≅ ö6 s% βr&

 ∅èδθ¡yϑs? 49: 33/األحزاب(.... نها تعتدو ة عد من عليهن لكم فما( Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu menikahi

perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya ........”. (QS. Al-Ahzab/33 : 49).

Ayat tersebut menjelaskan tentang talak saja dan tidak di singgung

tentang harus adanya saksi dalam proses perceraian. Ayat ini kemudian

menjadi salah satu dalil bagi ualama jumhur untuk menopang pendapat

mereka yang tidak mensyaratkan adanya saksi dalam talak.

Kaitannya kesaksian dalam talak, Muhammad Jawad Mugniyah

mengutip dari bukunya Syekh Abu Zahrah “al-Ahwal al-Syakhsiyyah”,

halaman 36513, mengatakan bahwa ulama madzhab Syi’ah Immamiyah

Itsna’ Asyariah dan Ismailiyyah berpendapat bahwa talak tidak dianggap

jatuh bila tidak disertai dua orang saksi yang adil. Hal ini berdasarkan

firman Allah dalam surah Al-Thalaq yang berbunyi:

# sŒ Î* sù z⎯ øón=t/ £⎯ ßγ n=y_r& £⎯ èδθä3Å¡øΒr'sù >∃ρã÷èyϑÎ/ ÷ρr& £⎯ èδθè%Í‘$sù 7∃ρ ã÷èyϑÎ/ (#ρ߉Íκ ô−r& uρ

ô“uρsŒ 5Α ô‰tã óΟ ä3ΖÏiΒ (#θßϑŠ Ï%r& uρ nοy‰≈ yγ ¤±9 $# ¬! 4 öΝ à6 Ï9≡ sŒ àátãθム⎯ Ïμ Î/ ⎯ tΒ tβ% x.

13 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Madzhab, (Jakarta: Lentera Basritama, 1996),

Cet. ke-2, h. 448-449.

Page 37: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

28

Ú∅ÏΒ÷σ ム«!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$# 4 ⎯ tΒuρ È,−Gtƒ ©!$# ≅ yèøg s† … ã&©! %[`tøƒ xΧ .)2: 65/الطالق(

Artinya : “Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka

rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (QS At-Thalaq /65 : 2)

Makna yang tersirat dalam ayat di atas adalah bahwa persaksian

sebagai alasan untuk dapat memberikan nasehat bagi orang yang beriman

kepada Allah dan hari akhirat. Setidaknya dengan hadirnya para saksi dari

kalangan orang yang adil tidak akan bisa terlepas dari pemberian nasehat

yang baik bagi suami dan istri, yang bisa menjadi jalan keluar dari

persoalan yang amat Allah benci itu.

b. Landasan saksi dalam Rujuk

Para Ulama mazhab sepakat bahwa perbuatan rujuk dilakukan

dengan perkataan )قول( dan penyaksian ) اشهاد.( Namun, para ulama

berbeda pendapat tentang kedudukan saksi dalam rujuk. Mereka berselisih

tentang; apakah mendatangkan saksi merupakan syarat sah rujuk ataukah

bukan, dan juga bertentangan pendapat mengenai boleh tidaknya rujuk

Page 38: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

29

dengan wat’i.14 Dalam al-Qur’an sendiri sudah Allah singgung;

# sŒ Î* sù z⎯ øón=t/ £⎯ ßγ n=y_r& £⎯ èδθä3Å¡øΒr'sù >∃ρã÷èyϑÎ/ ÷ρr& £⎯ èδθè%Í‘$sù 7∃ρ ã÷èyϑÎ/ (#ρ߉Íκ ô−r& uρ

ô“uρsŒ 5Α ô‰tã óΟ ä3ΖÏiΒ (#θßϑŠ Ï%r& uρ nοy‰≈ yγ ¤±9 $# ¬! 4 öΝ à6 Ï9≡ sŒ àátãθム⎯ Ïμ Î/ ⎯ tΒ tβ% x.

Ú∅ÏΒ÷σ ム«!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$# 4 ⎯ tΒuρ È,−Gtƒ ©!$# ≅ yèøg s† … ã&©! % [`tøƒ xΧ ∩⊄∪ )الطالق/

65 :2(

Artinya : "Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah

mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (QS At-Thalaq /65 : 2)

Ayat inilah yang menjadi salah satu sumber perbedaan pendapat

antara para ulama madzhab. Seperti dalam maasalah talak, ulama Syi’ah

tetap mensyaratkan adanya saksi. Berbeda dengan Syafi’I dan Ibnu

Hamba yang mewajibkan adanya saksi, dan berbeda pula dengan Imam

Malik yang sama sekali tidak mensyaratkan saksi, hanya mensyaratkan

niat dalam hati.

3. Akibat Hukum serta Hikmah Talak dan Rujuk

Secara umum akibat hukum talak adalah kembali putusnya

perkawinan, tetapi dapat dilihat pula dari jenis talaknya. Dalam talak raj’i

14 Ibnu Rusyd, Bidâyah al-Mujtahîd, h. 63.

Page 39: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

30

akad perkawinan tidaklah hilang dan tidak pula menghilangkan hak

(kepemilikan). Talak ini juga tidak menghilangkan perpisahan, dan tidak

menimbulkan akibat-akibat hukum selama masih dalam masa iddah istrinya15.

Kemudian seorang istri yang baik dalam menjalankan talak raj’iyah, berhak

mendapatkan tempat tinggal, pakaian dan uang belanja dari mantan suaminya.

Sedangkan dalam talak ba’in syugra dan talak bai’in kubra

menimbulkan akibat-akibat hukum. Baik dalam ba’in syugra maupun kubra,

dua-duanya mengakibatkan putusnya ikatan tali perkawinan, sehingga jika

salah satu talak tersebut dijatuhkan maka perempuan (istri) sudah menjadi

orang lain, karena itu haram hukumnya bagi laki-laki untuk bersenang-senang

dengan bekas istrinya lagi. Perbedaan hanya pada akad perkawinan yang baru,

pada talak ba’in syugra tidak membutuhkan syarat-syarat tertentu, sedangkan

pada ba’in kubra seorang perempuan itu harus sudah dinikahi oleh orang lain,

dan sudah selesai masa iddahnya.

Seperti dikatakan dalam firman Allah swt:

βÎ* sù $yγ s) ¯=sÛ Ÿξsù ‘≅ Ït rB … ã&s! .⎯ ÏΒ ß‰÷è t/ 4©®Lym yxÅ3Ψs? % ¹`÷ρy— … çνuö xî 3 … ∩⊄⊂⊃∪ )230: 2/البقرة(

Artinya : “Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka

perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain, ….”. (QS. Al baqarah/2 : 230)

15 Ibid, h. 265.

Page 40: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

31

Sedangkan akibat hukum rujuk ialah utuhnya kembali ikatan

perkawinan dan menjadikan utuhnya kembali hak dan kewajiban suami istri.

Allah yang Maha Bijaksana telah menghalalkan talak, tapi juga

sekaligus membencinya, kecuali untuk kepentingan yang lebih baik bagi

suami, atau istri atau untuk kepentingan keturunannya. Karena biasanya talak

itu sendiri terjadi dikarenakan persoalan rumah tangga yang selalu diwarnai

dengan adanya pertengkaran antara kedua belah pihak, yang secara langsung

atau tidak hal itu sangat berpengaruh terhadap psikologis pertumbuhan

keturunannya dan terlebih lagi hubungan baik antara dua keluarga besar suami

istri, sehingga talak akan mengandung hikmah yang baik apabila memang

talak itu merupkan jalan terakhir dan tidak menimbulkan persoalan baru

dengan jatuhnya talak.

Apabila talak merupakan suatu yang dibenci oleh Allah, maka rujuk

pastinya sesuatu yang disukai Allah, karena tujuan dari rujuk itu sendiri

adalah memperbaiki hubungan kekeluargaan yang hampir terputus oleh

perceraian. Akan tetapi seperti halnya talak, rujuk pun akan membawa hikmah

yang baik apabila memang bertujuan demi kebaikan kedua belah pihak atau

kebaikan keturunannya.

Page 41: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

BAB III

URGENSI KEDUDUKAN SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

A. Pengertian Saksi

Menurut etimologi saksi merupakan kata benda yang memiliki arti orang

yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian).1. Sedangkan

dalam kamus hukum dituliskan bahwa saksi adalah orang yang mengetahui

dengan jelas mengenai sesuatu karena melihat sendiri atau karena

pengetahuannya (saksi ahli), dalam memberikan keterangan di muka Pengadilan

seorang saksi harus disumpah menurut agamanya, agar yang diterangkannya itu

mempunyai kekuatan sebagai alat bukti2. Sedangkan dalam bahasa Arab

kesaksian adalah الشهادة (asy-syahadah) atau البينه (al-bayyinah) yang mempunyai arti

“Bukti”3.

Menurut Sayyid Sabiq dalam fiqih sunnah mengemukakan bahwa :

والشهادة محل الشهادة ومؤديها ألنه مشاهد ملاغاب عن غريه

Artinya ; “Saksi adalah orang yang mempertanggung jawabkan kesaksian dan

mengemukakannya kepada orang lain karena ia mengetahui sesuatu yang orang lain tidak tahu.”4

1 Frista Artmanda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media,t.th), h. 977. 2 JCT. Simorangkir, Kamus Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), Cet. ke-6, h. 151. 3 A.W. Munawir, Kamus al munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 2002), Cet. ke-25, h. 747. 4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bairut: Dar al-Kutub al-Arab,t.th), Juz. 3, h. 325.

32

Page 42: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

33

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa

saksi merupakan seorang yang mengetahui secara langsung ataupun mengetahui

dengan pengetahuannya tentang suatu kejadian. Saksi pun wajib memberikan

kesaksian yang sebenar-benarnya dengan tanpa ada kedustaan sedikit pun. Selain

itu pula seorang saksi diharapkan dapat memberikan kesaksianya di muka

Pengadilan demi kepentingan hukum. Sebagaimana pengertian bahasa Arab,

bahwa saksi merupakan alat bukti untuk mengungkap suatu kebenaran suatu

peristiwa. Para ulama pun berbeda pendapat mengenai syarat-syarat agar

kesaksian seorang dapat diterima kebenarannya, di antara syarat-syarat saksi yang

telah disepakati oleh para Ulama adalah sebagai berikut:

a. Islam

Islam merupakan syarat mutlak bagi saksi dalam penyelesaian perkara

talak dan rujuk ataupun perkara lain bagi kita selaku pemeluk agama Islam.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

....(#ρ߉Îηô±tFó™ $# uρ È⎦ø⎪y‰‹Íκ y− ⎯ ÏΒ öΝà6 Ï9% y Íh‘ ( βÎ* sù öΝ ©9 $tΡθä3tƒ È⎦÷⎫n=ã_u‘ ×≅ ã_tsù

Èβ$s?r& zöΔ$# uρ ⎯ £ϑÏΒ tβöθ|Êö s? z⎯ ÏΒ Ï™!# y‰pκ ’¶9 )282: 2/البقرة( ∪⊅∇⊅∩.... #$

Artinya: “..... Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari dua orang

lelaki (diantara kamu). Jia tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang saksi-saksi yang kamu ridhoi ...”.(QS. al-Baqarah/2: 282).

b. Baligh

Baligh menjadi syarat diterimanya kesaksian, karena dengan

Page 43: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

34

kedewasaan seseorang sudah mampu berfikir dan bertindak secara sadar.

Berdasarkan firman Allah SWT:

......... واشتشهدوا شهيد ين من رجا لكم........

Pemaknaan lafadz rijalikum menunjukkan orang yang sudah baligh,

bukan anak-anak5.

c. Berakal

Orang gila tidak dapat diterima kesaksiannya, karena secara kejiwaan

orang tersebut memiliki gangguan yang sangat mengganggu kesaksiannya.

d. Adil

Sifat adil juga dijadikan sebagai persyaratan bagi seseorang yang ingin

menjadi saksi sesuai dengan firman Allah:

… عدل ذوى وأشهدوا

Artinya: “......... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki yang adil

........”. (QS. al-Baqarah/2: 282)

Adapun menurut Para Ulama ada beberapa sifat yang harus dimiliki

oleh orang yang disebut adil, diantaranya ialah: menjauhi dosa-dosa besar dan

tidak terus-menerus melakukan perbuatan dosa kecil, dapat dipercaya

ucapannya, menjaga kehormatan dirinya dan tidak melakukan perbuatan yang

5 Abdurahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam, h. 48.

Page 44: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

35

bisa membuat cela terhadap dirinya, dan mempunyai hati yang bersih dan baik

terhadap sesama.

e. Dapat Berbicara

Seorang saksi memang sudah seharusnya orang yang dapat berbicara,

sehingga nantinya kesaksian yang ia berikan jelas dan mudah dimengerti.

Mengenai kesaksian seorang yang bisu yang isyaratnya dapat dipahami serta

ia juga pandai menulis, para Ulama berbeda pendapat tentang hal ini.

Diantaranya:6

1. Madzhab Hanafi: tidak menerima, baik isyarat maupun pandai menulis.

2. Madzhab Hambali: tidak menerima dengan isyarat, walaupun diterima

isyaratnya, tetapi menerima bila ia sanggup menulis.

3. Madzhab Maliki: dapat menerima kesaksian orang bisu yang dapat

dimengerti isyaratnya.

4. Madzhab Syafi’i: dalam madzhab ini ada beberapa pendapat. Pendapat

pertama menerima dengan syarat bahwa hal itu dalam perkara perkawinan

dan talak. Dan ada juga yang tidak menerimanya. Oleh karena itu isyarat

orang bisu hanya dapat diterima dalam keadaan darurat.

Selian itu pula ada beberap dasar hukum yang mungkin nantinya

menjadi salah satu dalil yang di pakai oleh para u;ama fiqih dalam

prmasalahan saksi, diantaranya :

6 Ibid., h. 51.

Page 45: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

36

Dalil itu dapat ditemukan dalam al-Qur’an dan sunnah,

diantaranya:

a. QS. al-Baqarah ayat 282

.... رجالكم من شهيدين شهدواواست.... Artinya: “........ dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari dua orang

lelaki (diantara kamu) ........”. b. QS. al-Maidah ayat 8

$pκ š‰ r'≈ tƒ š⎥⎪Ï% ©!$# (#θãΨ tΒ# u™ (#θçΡθä. š⎥⎫ÏΒ≡ §θs% ¬! u™!# y‰pκ à− ÅÝó¡É) ø9 $$Î/ (.... ∩∇∪

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.......... ”.

c. QS. al-Baqarah ayat 283

...Ÿωuρ (#θßϑçGõ3s? nοy‰≈ yγ ¤±9 $# 4 ⎯ tΒuρ $yγ ôϑçGò6 tƒ ÿ… çμ ¯ΡÎ* sù ÖΝ ÏO# u™ … çμ ç6ù=s% 3 .... ∩⊄∇⊂∪

Artinya: “........ dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan

persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikan persaksiannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya………”.

Sedangkan dalam hadist Nabi SAW. Yang mengulas tentang saksi

diantaranya ialah:

خبريالشهداء؟ أالاخربكم :قال سلم عليه اهللا صلى النيب أن :خالداجلهينبن يدز عن 7)مسلم رواه. (هلا يسأ أن قبل بالشهادة يأيت هوالذي

7 Imam Muslim, Shahîh Muslim , terj, Ma’mun Daud, (Jakarta: Widjaya, 1984), Cet. ke-1, h.

265.

Page 46: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

37

Artinya: “Dari Zaid bin Khalid al-juhani, sesungguhnya Nabi saw., telah

bersabda: Suka kah kamu ku beritahukan kepadamu saksi-saksi yang baik? yaitu orang yang memberikan kesaksian sebelum ia diminta untuk mengemukakanya”. (H.R. Muslim)

Keberadaan saksi sangat penting bagi seorang penuduh. Artinya

apabila Si Penuduh itu mengemukakan tuduhannya dan dibarengi dengan

kehadiran saksi, maka hakim mendengar saksi dan memutuskan hukum bagi

yang menuduh dengan saksi tersebut. Begitu pun sebaliknya, tanpa saksi

maka yang didengar adalah perkataan tertuduh. Hal ini dikarenakan saksi

adalah hujjah yang sangat kuat untuk menolak keraguan bagi yang menuduh8.

Dengan beberapa dalil di atas dapat ditarik benang merah bahwa

keberadaan saksi beserta kesaksiannya sangatlah dianjurkan demi

menegakkan kebenaran untuk mewujudkan kemaslahatan umat.

B. Urgensi Kedudukan saksi dalam talak dan rujuk menurut KHI

Jika kita cermati pada petikan pasal 116 di bab sebelumnya, kehadiran

saksi tidak dijelaskan secara ekplisit, akan tetapi secara implisit kehadiran saksi

sangatlah diperlukan. Dari mulai point “a” sampai “c” merupakan sebuah

tindakan dan perbuatan yang sangat berpotensi mengundang fitnah, artinya bisa

saja salah satu pihak berdusta kepada pihak lain, demi tercapainya maksud dan

tujuannya yaitu “perceraian”. Oleh karena itu beberapa hal yang disebutkan dalam

8 Imam Taqiyyudin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifâyah al-akhyâr, terj. K.H. Syarifuddin Anwar dan K.H. Misbah Musthafa, (Surabaya: Bina Iman, 1993), Bag. 11, h. 566-567.

Page 47: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

38

poin-poin tersebut di atas memerlukan bukti yang salah satu bukti itu bisa

diperoleh dari kesaksian beberapa orang saksi untuk menyakinkan para Hakim

dalam proses persidangan.

Dari pernyataan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dikatakan

putusnya ikatan perkawinan antara suami-istri, manakala perceraian itu dilakukan

di hadapan sidang Pengadilan dan harus mendapat izin Pengadilan. Bahkan

selanjutnya tata cara perceraian diatur dalam pasal 129 sampai pasal 146.

Berbeda halnya dengan permasalahan rujuk, KHI menjelaskan dengan

sangat jelas dalam pasal 167 ayat 4 yang mensyaratkan adanya saksi dalam

preoses rujuk. Tentunya hal ini pun bertujuan untuk kemashlahatan dan juga bagi

arsa keadilan.

Dari tinjauan beberapa penjelasan pasal-pasal di bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa kehadiran saksi sangatlah mutlak adanya pada proses

perceraian dan rujuk menurut Kompilasi Hukum Islam. Hal ini pun bisa jadi

dilakukan untuk meminimalisir kasus-kasus perceraian pada Pengadilan Agama.

Secara tegas memang tidak ada nash yang mewajibkan adanya saksi

dalam talak dan rujuk dan tidak ada pula nash yang melarang adanya saksi dalam

talak dan rujuk. Hanya saja KHI menggunakan beberapa landasan dalam

menentukan hukum saksi, yaitu : 1). Landasan Yuridis yaitu Undang-undang

no.14/1970 pasal 20 ayat (1) yang berbunyi : “Hakim sebagai penengak hukum

dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang

hidup dalam masyarakat”. Dan di dalam fiqih ada kaedah yang mengtakan :

Page 48: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

39

“Hukum Islam dapat berubah karena perubahan waktu,tempat dan keadaan”.

Keadaan masyarakat selalu berubah tentunya, bgitupun ilmu fiqih akan selalu

berkembang karena mempergunakan metode-metode yang sangat memperhatikan

rasa keadilan masyarakat. Diantara metode tersebut adalah maslahah

mursalah,uruf dan lain-lain. 2). Landasan Fungsional yaitu :KHI adalah fiqih

Indonesia, ia disusun dengan memperhatikan kondisi kebutuhan umat Islam

Indonesia. Ia bukan merupakan madzhab baru tapi dia mempersatukan berbagai

fiqih dalam dalam menjawab satu persoalan fiqih. Ia mengarah pada unifikasi

madzhab dalam hukum islam. Dalam sistem hukum Indonesia ini merupakan

bentuk terdekat dengan kodifikasi hukum yang menjadi arah pembangunan

hukum Nasioanl Indonesia9.

Dengan dibuatnya KHI diharapkan tidak ada lagi kesimpang-siuran

pendapat dalam memutuskan suatu perkara di lembaga Pengadilan Agama. Hal

inilah yang menjadi tujuan awal dikodifikasikannya hukum islam dalam satu

buku yaitu KHI yang lahir pada tahun 1991.

C. Urgensi Kedudukan Sakasi dalam Talak dan Rujuk menurut Fiqih

Dalam masalah ini ulama bisa dikatakan terbagi menjadi dua kubu besar,

yaitu pendapat yang berkembang dikalangan ulama sunni yang mengatakan

bahwa talak bisa saja jatuh tanpa adanya saksi, mereka menafsirkan ayat ke 49

dalam surat al-Ahzab. Yang menurut mereka tidak ada perintah untuk

9 Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama, h.84

Page 49: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

40

menyertakan saksi dalam masalah talak. Bahkan denga ayat itu mereka

menafsirkan bahwa mentalak adlah menjadi hak penuh seorang suami. Dan yang

kedua pendapat ulama Syi’ah yang mengatakan bahwa talak tidak dikatakan jatuh

tanpa adanya saksi, mereka menggunakan surat at-Thalak sebagia dalil penopang

pendapat mereka.

Masih menurut Ulama madzhab Imamiyah, mereka menetapkan bahwa

sekalipun semua persyaratan dalam talak sudah terpenuhi seluruhnya, namun

belum ada dua orang saksi yang adil, maka talak tidak jatuh pada saat itu - bahkan

tidak dipandang cukup pula dengan kehadiran satu orang saksi saja - sekalipun

orang tersebut dipandang sebagai seorang yang sangat dipercaya, bahkan

ma’shum.

Hal senada pun diungkapkan oleh Said Murtadha dalam “al-Intishâr”. Ia

mengatakan bahwa talak harus dipersaksikan oleh dua orang saksi yang adil..

Bahkan selain sebagai syarat terjadinya talak, menurut Imam Syafi’i, adanya dua

orang saksi tersebut diperlukan untuk menghindarkan terjadinya pertengkaran10.

Bisa jadi hal ini melihat karena biasanya perkara perceraian merupakan buah dari

sebuah pertengkaran. Oleh karena itu kehadiran saksi diharapkan dapat meredam

semua kemarahan.

Dalam surat at-Thalaq ayat 2 di atas terdapat (amar) yang menurut ahli al-

bait, amar itu menunjukkan atas wajib dan menjadi syarat sah talak. Di antara

10 H.Ibnu Ma’ud dan H.Zainal Abidin S.,Fiqih Mazhab Syafi’i., Edisi lengkap Muamalat,

Munakahat, Jinayat, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), Cet. ke-1, h. 382.

Page 50: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

41

sahabat yang berpendapat seperti itu ialah, Amir al-Mu’minîn, Ali bin Abi Thalib,

Amran bin Husain, dari kalangan Tabi’in: Imam Muhammad Baaqir, Imam Ja’far

shadiq, dan putra-putra keduanya dari ahli al-bait, demikian juga Ibnu Juraij,

‘Atha’ dan Ibnu Sirin11.

Berpendapat jumhur fuqaha dari kalangan salaf dan khalaf bahwasanya

talak akan jatuh tanpa adanya saksi, karena talak merupakan sebagian dari hak-

hak yang dimiliki seorang suami12. Mereka pun berdalih bahwa tidak ada dalil

tentang kewajiban adanya saksi dalam perceraian baik dari Rasul ataupun para

sahabat.

Sudah menjadi sebuah kewajiban apabila pada saat akad nikah

dipersaksikan ijab dan kabulnya, maka pada saat bercerai pun disaksikan pula,

agar tidak ada pihak-pihak yang mengingkari perceraian itu. Selain itu pula

dengan adanya saksi dapat diketahui apakah talak yang dijatuhkan itu merupakan

talak raj’i atau talak tiga (bain).

Bagaimanakah hukum talak dengan menggunakan tulisan? ulama

Hanafiyah mengatakan bahwa talak yang menggunakan tulisan atau bisa jadi

surat harus mencantumkan nama istrinya dalam surat tersebut. Hukum talak

seperti ini sama dengan talak menggunakan kinayah (sindiran) walaupun lafadz

11 Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Mesir: Daar al-Fath, t.th.), h. 166. 12 Ibid.

Page 51: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

42

dalam tulisanya sarih (tegas) sehingga membutuhkan adanya niat. 13 Lalu

kemudian berpendapat pula Ulama Malikiyyah bahwa apabila suami berniat

untuk mentalak saat ia menulis surat, maka akan jatuh talaknya. Begitu pula

dengan Ulama Syafi’yah dan Hanabilah mereka memiliki pendapat yang sama

tentang hal tersebut. Artinya bahwa menurut Jumhur, talak dengan tulisan akan

jatuh apabila dengan niat.

Dilihat sekilas dari beberapa pendapat di atas tidak menyinggung

sedikitpun tentang adanya saksi, namun dapat dipahami dari keadaan yang

tergambarkan bahwa ada atau tidaknya niat pada saat menulis surat perceraian itu

harus dipersaksikan, karena kalau tidak, akan membuat kesempatan untuk

terjadinya kebohongan.

Berbeda halnya dengan rujuk, menurut Imam Malik dan Abu Hanifah

penyaksian pada saat rujuk dengan dua orang saksi hukumnya adalah sunnah.

Sedangkan menurut Imam Syafi’i hal itu dihukumi wajib. Senada dengan Imam

Syafi’i. Imam Ibnu Hambal mengatakan bahwa jika suami hendak merujuk

istrinya maka ia harus mempersaksikannya kepada dua orang laki-laki muslim

bahwa ia telah merujuk istrinya.

Mengenai apakah rujuk itu sah walau hanya dengan wat’i dan tanpa

adanya perkataan dan saksi ulama berbeda pendapat. Menurut Imam Syafi’i

13 Wahbah Zuhaili, Al-fiqh al-Islami wa adillatuh, (Damaskus: Daar al-Fikr,2000). Juz. 9, h.

6902.

Page 52: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

43

mengatakan bahwa rujuk hanya sah dengan perkataan saja14. Beliau mengkiaskan

rujuk dengan nikah, artinya bahwa dalam pernikahan diperintahkan adanya saksi,

maka bagitupun pada rujuk, karena tidaklah ada persaksian tanpa perkataan.

Menurut Imam Malik rujuk itu sah dengan Wat’i asalkan jika suami berniat

menghendaki rujuk dengan istrinya. Imam Abu Hanifah pun membolehkan rujuk

dengan wat’i asalkan ada niat untuk itu.

Sekilas dapat dilihat bahwa hukum kedudukan saksi dalam talak dan

rujuk dalam Fiqih Islam belum mencapai titik kesepakatan. Hal ini disebabkan

perbedaan interpretasi ayat dalam al-Qur’an. Berbeda dengan KHI yang sudah

memberikan penjelasan mengenai masalah ini dalam pasal dan ayatnya masing-

masing.

14 Ibid., h.64.

Page 53: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN HUKUM KHI DAN FIQIH TENTANG

KEDUDUKAN SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

A. Analisis Perbandingan Hukum antara KHI dan Fiqih Mengenai Urgensi

Saksi dalam Talak dan Rujuk

Dari beberapa penjelasan pada beberapa bab sebelumnya, menunjukkan

ada beberapa perbedaan dan juga persamaan dari apa yang diutarakan oleh para

ulama fiqih mengenai saksi dalam rujuk dan apa yang telah dituliskan dalam KHI.

Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa talak bisa jatuh tanpa adanya

saksi, karena talak merupakan hak seorang suami terhadap istrinya. Mereka

berdalih bahwa tidak ada aturan dari Rasulullah saw. dan dari para sahabat

mengenai harus adanya saksi dalam talak. Dalam hal ini surat Al Ahzab yang

menjadi dasar hukum mereka. Selain para jumhur ulama tersebut, ulama Syiah

Imamiyah memberikan pendapat yang sangat bertentangan dengan pendapat para

jumhur ulama. Mereka mengatakan bahwa sekalipun persyaratan talak sudah

terpenuhi semua tetapi tidak ada dua orang saksi yang adil, maka perceraian tetap

tidak terjadi. Surat At Thalaq lah yang menjadi dasar hukum mereka. Imam

Syafi’I pun mensyaratkan adanya saksi tetapi sebatas sebagai tujuan untuk

menghindari terjadinya pertengkaran bukan sebagai syarat sahnya talak.

Beberapa pendapat di atas merupakan beberapa perwakilan dari hukum

fiqih mengenai saksi dalam talak. Menurut penulis, ketidakseragaman pendapat

44

Page 54: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

45

Penulis pun berpendapat bahwa apa yang diutarakan oleh imam Syafi’i,

Malik, Abu Hanifah dan pengikutnya mengenai sahnya talak walau dalam

keadaan main-main atau bercanda itu cukup merepotkan apabila diterapkan dalam

kehidupan masyarakat sekarang. Walaupun mungkin maksud para fuqaha tersebut

baik agar para suami berpikir dua kali kalau ingin mentalak istrinya. Karena

jangankan serius, bercandanya pun bisa menyebabkan jatuhnya talak. Tetapi

seperti pendapat penulis sebelumnya, bahwa hal ini akan banyak menimbulkan

kemadharatan, bahkan bisa jadi banyak pasangan suami istri yang masih terus

melanjutkan ikatan pernikahannya padahal suami pernah bercanda dan bermain-

main dalam mengucapkan talak. Dan kalau talak itu sah, maka mereka sedang

Page 55: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

46

melakukan perbuatan yang dilarang agama, yaitu berkumpul dan bisa jadi

berhubungan layaknya suami istri, padahal sudah jatuh talaknya.

Sedangkan dalam KHI sendiri, tidak dijelaskan tentang harus adanya saksi

dalam talak, akan tetapi dengan mensyaratkan bahwa perceraian hanya dapat

dilaksanakan di depan sidang Pengadilan Agama dan dengan segala macam

proses persidangannya – yang salah satu prosesnya yaitu alat bukti saksi – maka

itu sudah cukup memberikan penjelasan bahwa dalam KHI diharuskan adanya

saksi dalam talak.

Pengadilan Agama (PA) bukan merupakan kantor perceraian, yang

bertugas untuk menceraikan pasangan suami istri. Akan tetapi di PA para hakim

akan berusaha sekuat tenaga untuk mencoba mendamaikan kedua belah pihak

yang berperkara, tentunya dengan melihat sejauh mana manfaat dan madharatnya,

perdamaian atau perceraian untuk keduanya. Oleh sebab itulah para hakim

menggunakan KHI sebagai salah satu rujukan hukum dalam memutuskan perkara,

karena di dalam KHI sendiri terdapat beberapa aturan yang cukup ketat dalam

proses perceraian.

Eksistensi PA sebagai lembaga atau wadah bagi mereka yang berperkara

dalam masalah keluarga, khususnya dalam hal ini perceraian tidak dijelaskan

dalam dalil apapun baik dalam Al quran dan sunnah, akan tetapi keberadaan PA

bisa jadi masuk ke dalam salah satu metode ijtihad yaitu Al maslahah Al mursalah

(suatu kemaslahatan yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada

pembatalannya). Jika terdapat suatu kejadian yang tidak ada ketentuan syariat dan

Page 56: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

47

tidak ada illat yang keluar dari syara’ yang menentukan kejelasan hukum kejadian

tersebut, kemudian ditemukan sesuatu yang sesuai dengan hukum syara’, yakni

suatu ketentuan yang berdasarkan pemeliharaan atau untuk menyatakan suatu

manfaat, maka itulah yang disebut Al mashlahah Al mursalah.

Bercerai di Pengadilan Agama tidak disyariatkan, namun demikian

kemaslahatan dan menghindari kesewenang-wenangan yang berujung

kemadharatan membuat hal tersebut menjadi harus dan bisa jadi wajib hukumnya

menurut penulis. Sehingga konsekwensinya ialah perceraian yang dilakukan di

luar sidang pengadilan itu tidak sah.

Bagaimana dengan keberadaan saksi di dalam rujuk? Seperti yang telah

dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa ulama mazhab berbeda pendapat

mengenai hal ini. Ada yang mengatakan bahwa saksi dalam rujuk hukumnya

sunnah dan ada pula yang mengatakan wajib hukumnya, bahkan ada pula yang

mengatakan bahwa rujuk sah hukumnya walau hanya dengan menjima’ istrinya.

Hal itu menunjukkkan sebuah hak penuh bagi suami untuk merujuk istri tanpa

melihat bagaimana perasaan hati istri. Berbeda dengan apa yang dituliskan di

dalam KHI, pasal 164, dan 169. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa rujuk

harus dilaksanakan dengan dua orang saksi dan di hadapan pengawai pencatat

nikah. Selain itu rujuk pun harus atas persetujuan bekas istri, karena tanpa

persetujuan bekas istri rujuk itu dikatakan tidak sah.

Dari dua pendapat di atas, penulis bisa membandingkan bahwa KHI akan

lebih membawa kemaslahatan dan manfaat, ini dapat dilihat dari aturan hukum

Page 57: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

48

dan tata cara rujuk yang dijelaskan di dalamnya. Kelihatannya KHI tidak

memihak kepada salah satunya saja, artinya KHI benar-benar berusaha agar

ikatan perkawinan yang sudah terbina tetap terjaga (khususnya dalam masalah

talak), dan memberikan hak kepada bekas istri untuk menentukan sang suami

boleh merujuknya atau tidak dengan mempertimbangkan perasaan dan kondisi

kejiwaan bekas istri pasca dicerai oleh suaminya.

Pada dasarnya antara fiqih dan KHI memiliki semangat yang sama, yaitu

menjalankan hukum Allah yang tertulis dalam firman-firmanNya. Hanya saja

interpretasi terhadap ayat-ayat itulah yang menjadi perbedaan. Akan tetapi

menurut penulis alangkah baiknya apabila kita selaku umat Islam di Indonesia ini

menggunakan aturan-aturan yang termaktub di dalam KHI dalam penyelesaian

permasalahan keluarga, khususnya perceraian dan rujuk.

B. Contoh Kasus Kedudukan Saksi dalam Talak dan Rujuk

Sebagai salah satu Objek Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini

maka dalam kesempatan kali ini penulis sengaja menyantumkan sebuah Putusan

Pengadilan Agama tentang Permohonan Cerai sebagai sebuah contoh kasus yang

terjadi di masyarakat. Sehingga diharapkan dengan adanya contoh kasusu tersebut

dapat menjadi penguat analisis yang telah penulis ungkapkan sebelumnya.

Dalam perkara permohonan cerai ini, dapat diketahui dengan jelas tentang

apa yang menjadi sebab mengapa suami memohon cerai dari istrinya, yaitu

karena mereka belum dikaruniai anak selama masa perkawinannya.

Page 58: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

49

Dalam sidang tersebut termohon tidak pernah hadir selama persidangan

walaupun sudah dipanggil secara patut. Hal ini mengakibatkan hakim

menjatuhkan putusan dalam persidangan yang ke tiga. Putusan yang dijatuhkan

hakim merupakan putusan verstek. Putusan verstek bisa dijatuhkan apabila

tergugat atau termohon dalam hal ini tidak hadir karena ia dinilai ta’azzuz, atau

tawari, atau ghaib.1 Verstek diatur dalam HIR pasal 125, yang mengatakan bahwa

“Jika tergugat tidak datang pada hari perkara itu akan diperiksa, lagi pula ia tidak

menyuruh orang lain menghadap sebagai wakilnya meskipun ia dipangggil

dengan patut, maka tuntutan itu diterima dengan putusan tak hadir, kecuali kalau

nyata pengadilan negeri bahwa tuntutan itu melawan hak atau tidak beralasan”.2

Selain ketidakhadiran termohon yang menjadikan hakim menjatuhkan

putusan dalam perkara tersebut, adanya dua orang saksi laki-laki yang berada di

pihak pemohon juga dapat menyebabkan hal yang sama. Keterangan-keterangan

mereka menunjukkkan bahwa sepertinya rumah tangga pemohon dan termohon

tidak bisa lagi dipertahankan, sehingga bisa jadi keputusan cerai oleh hakim dapat

membawa kebaikan bagi kedua belah pihak.

Kasus perceraian yang disebabkan karena kedua pasangan belum atau

tidak dikaruniai keturunan, memang tidak dijelaskan secara tersurat dalam KHI,

hanya saja persoalan inilah yang menjadi pemicu terjadinya ketidakharmonisan

1 H. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996), h. 85. 2 R. Tresna, Komentar HIR, (Jakarta: Praduya Paramita, 2005), h. 107, cet. ke-18.

Page 59: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

50

dalam keluarga. Hal inilah yang dengan jelas dituliskan dalam KHI, yaitu pada

pasal 116 poin “f”, yang berbunyi:

“Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.”

Sebenarnya keterangan saksi dalam kasus tersebut mengenai apakah kedua

pasangan sering terdengar bertengkar atau ribut tidaklah cukup membantu para

hakim, karena jawaban dari salah satu saksi itu: “tidak pernah mendengar” dan

saksi yang satu lagi mengatakan, “Pernah mendengar, tapi hanya satu kali saja”.

Penulis berpendapat bahwa hal tersebut belum cukup untuk hakim menjatuhkan

talak. Namun, yang disayangkan adalah ketidakhadiran termohon selama dalam

persidangan, sehingga keterangan kedua saksi menjadi satu-satunya referensi

hakim dalam memutuskan perkara.

Dalam hukum Islam sendiri kasus perceraian seperti ini bisa dimasukkan

ke dalam permasalahan fasakh. Fasakh berarti “mencabut” atau “menghapus”.3

Maksudnya ialah perceraian yang disebabkan timbulnya hal-hal yang dianggap

berat oleh suami atau istri ataupun keduanya sehingga menyebabkan mereka tidak

sanggup untuk melaksanakan kehidupan suami istri dalam mencapai tujuannya.

Dasar pokok dan hukum fasakh ialah seorang atau kedua suami-istri

merasa dirugikan oleh pihak lain dalam perkawinannya karena ia tidak

memperoleh hak-hak yang telah ditentukan oleh syara’ sebagai seorang suami

3 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 212.

Page 60: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

51

atau istri. Fasakh merupakan perceraian dengan proses peradilan, hakimlah yang

memberi keputusan tentang kelangsungan perkawinan atau terjadinya perceraian.

Oleh karena itu pihak penggugat yang dalam kasus tersebut di atas disebut

pemohon, haruslah mempunyai alat-alat bukti yang lengkap dan dapat

menimbulkan keyakinan bagi hakim yang mengadilinya. Keputusan hakim

didasarkan kepada kebenaran alat-alat bukti tersebut.

Dibandingkan dengan perceraian dengan proses pengadilan yang lain,

maka alat-alat bukti dalam perkara fasakh sifatnya lebih nyata dan jelas. Misalnya

dalam hal seorang dari suami atau istri yang impotent, maka surat keterangan dari

dokter dapat dijadikan salah satu dari alat-alat bukti yang diajukan. Karena salah

satu syarat terjadinya fasakh adalah cacat atau penyakit.4 Dan dalam hal tidak

dapat memiliki keturunan, fasakh bisa terjadi, walaupun para ahli fiqih berbeda

pendapat mengenai cacat itu sendiri. Namun, menurut penulis pada dasarnya yang

menjadi tolak ukur putusan hakim dalam kasus di atas adalah bahwa kedua belah

pihak tidak akan mampu lagi untuk mempertahankan ikatan perkawinannya, dan

apabila dipaksakan terus untuk tidak bercerai, dikhawatirkan akan menambah

kemadharatan bagi keduanya.

Akhirnya, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam kasus tersebut

keberadaan saksi menjadi alat bukti yang cukup kuat bahkan bisa jadi satu-

satunya. Karena dalam kasus ini, surat keterangan dari dokter akan menjadi alat

bukti yang menerangkan apakah salah satu dari mereka itu impotent. Selain itu

4 Ibid., h. 213.

Page 61: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

52

pula ketidakhadiran termohon dalam tiap persidangan dan tidak pula

mengirimkan wakilnya, maka keputusan hakim mengenai jatuhnya talak secara

otomatis terlaksana dan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Page 62: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Aturan yang terdapat dalam KHI mengenai saksi dalam talak dan rujuk sangat

bersesuaian dengan salah satu tujuan adanya hukum Islam, yaitu mashlahah

dan manfaat. Selain itu KHI pun mampu menjadikan Pengadilan Agama

sebagai tempat untuk penyelesaian masalah berdasarkan musyawarah demi

untuk mencapai keadilan dan kemaslahatan bersama tanpa kesewenang-

wenangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam KHI menghendaki atau

boleh dikatakan bahwa saksi merupakan syarat syah dalam talak dan rujuk.

2. Secara umum dikalangan ulama madzhab fiqih sepertinya terdapa dua kubu

besar yang saling bertolak belakng mengenai hukum saksi dalam talak dan

rujuk. Yang pertama ialah ulama Sunni, mereka sepakat mengatakan bahwa

talak bisa jatuh tanpa adanya saksi, walaupun dalam masalah rujuk mereka

berbeda pendapat, ada yang mengatakan tidak perlu saksi dan ada yang

mengatakan perlu adanya saksi sebagai kiasan dari rukun nikah. Yang kedua

ulama Syi’ah, mereka sepakat mewajibkan adanya dua orang saksi yang adil

baik dalam talak ataupun rujuk, bahkan mereka berpendapat seandainya pun

53

Page 63: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

54

smua syarat talak sudah terpenuhi semua tapi tidak ada dua orang saksi yang

adil, maka talak tetap tidak syah.

3. KHI lebih cocok dipergunakan di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya

di Pengadilan Agama sebagai lembaga hukum yang sah untuk dijadikan

sebagai salah satu rujukkan hukum dalam memutuskan perkara.

B. Saran-saran

Setelah penulis mengambil beberapa kesmpulan tersebut di atas, maka perlu

kiranya saran-saran sebagai berikut:

1. Perceraian merupakan sesuatu yang Allah benci, tetapi seandainya hal itu

sudah menjadi jalan terbaik, maka selesaikanlah permasalahan itu di

Pengadilan Agama, jangan kemudian menjadikan ayat dalam Al quran

Sebagai dalil satu-satunya untuk mengesahkan perceraian di luar PA tanpa

pertimbangan lain.

2. Rujuk merupakan perbuatan yang sangat mulia karena ia merupakan jalan

untuk menyambungkan kembali tali pernikahan yang telah terputus. Akan

tetapi lakukanlah rujuk itu dengan prosedur hukum yang berlaku, yaitu di

depan Pegawai Pencatat Nikah dengan dihadiri dua orang saksi. Hal ini

sebagai tanda bahwa Islam memiliki aturan hukum yang sangat rapi demi

mencapai kemaslahatan umat.

Page 64: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

55

3. Sebagai warga negara yang patuh terhadap hukum, maka patuhilah aturan-

aturan hukum yang ada di negara ini. Karena hanya dengan mematuhi hukum

yang berlaku maka kehidupan akan terasa lebih indah.

Page 65: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al Karim. Abi Bakar Al-Syuyuthi, Jalaluddin Abdurahman, Al Ashbah wa al Nadzâir fil Furû,

Semarang: Maktabah wa Matba’ah karya Toha Putra. Abu Bakar bin Muhammad Ikhsan, Kifâyah al Akhyâr fî Halli Ghôyah al Ikhtisôr,

Surabaya: Daar Al Ilmu. al Ghozi, Ibnu Qôsim, Hâsyiah Al-Syeikh Ibrôhîm Al Baijûrî. al Mari Bari, Zainudin, Fath al Mu’în, Semarang: Maktabah Wa Mat Ba’ah Toha

Putra,t.th al-Mahalli, Jalaluddin, Al-Syuyuthi, Jalaluddin, Tafsir Jalâlain, Kudus: Maktabah

Menara Kudus. A-Rahman, Drs. Bakri, Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam UU Perkawinan

dan BW, Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1981. Djalil, A. Basiq, Pernikahan Lintas Agama dalam Perspektif Fiqih dan Kompilasi

Hukum Islam, Jakarta: Qolbun Salim, 2005. Hosen, Ibrahim, Fiqih Perbandingan Masalah Pernikahan, Jakarta: Pustaka Firdaus,

2003. Ibnu Hijaj, Abi Al Husain Muslim, Sohîh Muslim, Dâr Al Fikri. Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru,1987. Rusdi, Ibnu, Bidayâh Al-Mujtahîd, wa Nihâyah al Muqtasîd, Semarang: Karya Toha

Putra,t.th. Sudirman Abbas, Ahmad, Sejarah Qawaid Fiqhiyah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

Anglo Media, 2003. Suja, Abu, Fath al Qorîb al Mujîb, Semarang: Maktabah Wa Mat Ba’ah Toha

Putra,t.th. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986, Cet. ke-3.

Artmanda, Frista, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media,2000.

Page 66: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

Simorangkir, JCT, Kamus Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, Cet. ke-6.

A.W. Munawir, Kamus al Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka

Progresif, 2002, Cet. ke-25.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Bairut: Dar al-Kutub al-Arab,t.th.

Umar, Abdurahman, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam,

Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.

Muhammad al-Husaini, Abu Bakar bin, Imam Taqiyyudin, Kifâyah al-Akhyâr terj.

Anwar, Syarifuddin, dan Musthafa, Misbah, Surabaya: Bina Iman, 1993.

Mugniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Madzhab, Jakarta: Lentera Basritama,

1996, Cet. ke-2.

Mas’ud, Ibnu, dan Abidin S., Zainal, Fiqih Mazhab Syafi’i., Edisi lengkap Muamalat,

Munakahat, Jinayat, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000, Cet. ke-1.

Sabiq, Sayyid Fiqih Sunnah, Mesir: Daar al-Fath, t.th.

Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Damaskus: Daar al-Fikr, 2000.

Rusyd, Ibnu, Bidâyah al-Mujtahîd, Semarang: Toha Putra, t.th.

Muslim, Imam, ShahîhMuslim , terj, Daud, Ma’mun, Jakarta: Widjaya, 1984, Cet.

ke-1.

Page 67: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 68: URGENSI SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK MENURUT KHI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/921/1/AZIZ... · MENURUT KHI DAN FIQIH (Sebuah Kajian Komparatif), telah diujikan

Jakarta,12 Agustus 2010

Aziz Maulana