universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-pr-anisa...

134
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 1 APRIL 31 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANISA PRIMA HILMI, S.Far. 1206197192 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JULI 2013 Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Upload: hacong

Post on 15-Feb-2018

262 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ANISA PRIMA HILMI, S.Far.

1206197192

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JULI 2013

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

PERIODE 1 APRIL – 31 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ANISA PRIMA HILMI, S.Far.

1206197192

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JULI 2013

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan

Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada

tanggal 1 April – 31 Mei 2013, serta dapat menyelesaikan laporan tugas

umum ini dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia;

2. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia, pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi

Universitas Indonesia dan selama melaksanakan PKPA;

3. Ibu Dra. Kurniasih, M.Pharm., Apt. selaku pembimbing pertama yang telah

banyak berbagi ilmu kepada penulis serta membimbing penulis selama

pelaksanaan PKPA di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan selama

penyusunan laporan ini;

4. Ibu Dra. Retnosari Andrajati, M.S., Ph.D., Apt. selaku pembimbing kedua

yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis selama

penyusunan laporan ini;

5. Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA;

6. Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis

menjalani PKPA di sana;

7. Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan, dan bantuan

yang telah diberikan kepada penulis selama ini;

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

v

8. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini tidak pernah

berhenti memberikan dukungan dan doa;

9. Teman-teman seperjuangan (Wiwi, Kak Ika, Iri, Kak Wita) dan seluruh rekan

sesama Apoteker Angkatan 76 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas

kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin selama

menempuh pendidikan di program profesi apoteker; dan

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan

ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan

ketidaksempurnaan di dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk

menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki penulisan

laporan penulis ke depannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri

penulis maupun pihak lain yang terlibat dan membaca laporan ini.

Penulis

2013

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii

1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................................... 2

2 TINJAUAN UMUM .......................................................................................... 3

2.1 Rumah Sakit .............................................................................................. 3

2.2 Tenaga Kesehatan ..................................................................................... 6

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.................................................................. 7

2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ............................................................. 9

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit .................................... 11

2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit ..................................... 19

3 TINJAUAN KHUSUS ....................................................................................... 25

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ................................................ 25

3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................... 26

3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit ............................ 29

3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo .................. 33

4 PEMBAHASAN ................................................................................................ 38

4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat............................................................ 38

4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) ......................................... 42

4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) .................................................. 51

4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU) ............................................................. 62

4.5 Satelit Kirana ............................................................................................ 67

4.6 Satelit Farmasi Pusat ................................................................................. 72

4.7 Sub Instalasi Produksi ............................................................................... 76

5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 82

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 82

5.2 Saran ......................................................................................................... 83

DAFTAR ACUAN ................................................................................................. 87

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo.. 43

Tabel 4.2 Pembagian Ruang Rawat Gedung A ............................................. 52

Tabel 4.3 Jumlah Sumber Daya Manusia Satelit Farmasi Gedung A ............ 53

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ............... 88

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi ............................................ 89

Lampiran 3. Struktur Organisasi Sub Instalasi Produksi ................................... 90

Lampiran 4. Contoh Etiket ................................................................................. 91

Lampiran 5. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose .............................................. 92

Lampiran 6. Contoh Blanko Kartu Stok ............................................................. 93

Lampiran 7. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang ....................................... 94

Lampiran 8. Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap ..................... 95

Lampiran 9. Formulir Medication History Taking Pasien ................................. 96

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan

penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah

dan/atau masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan

yang merata dan terjangkau oleh masyarakat melalui fasilitas pelayanan kesehatan

(Undang-undang No. 36 Tahun 2009).

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan

oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Undang-undang

No. 36 Tahun 2009). Rumah sakit merupakan sarana kesehatan dan rujukan

pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan

yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah

sakit adalah salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan

kesehatan yang bermutu. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan

farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi

profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan

baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas dengan

jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap

keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan

pelanggan. Apoteker di rumah sakit adalah salah satu pelaksana pelayanan

kefarmasian yang memegang peranan penting. Apoteker harus memilki

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

uiperpustakaan
Inserted Text
Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

2

Universitas Indonesia

kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin dan tenaga fungsional dalam

menjalankan pelayanan kefarmasian tersebut (Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1197 Tahun 2004). Apabila apoteker melakukan pelayanan kefarmasian yang

sesuai dengan standar yang berlaku, maka pelayanan kesehatan dapat terlaksana

dengan baik.

Apoteker di rumah sakit memiliki peran dalam manajemen pengelolaan

perbekalan farmasi dan farmasi klinis. Dalam menjalankan peran tersebut,

apoteker tidak hanya memerlukan ilmu pengetahuan farmasi namun juga

keterampilan dan kemampuan komunikasi yang baik. Oleh karena itu Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang berlangsung selama dua bulan.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah

untuk memahami tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran

manajerial dan pelayanan farmasi klinis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi rumah sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan

sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik

tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap

mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-

undang No. 44 Tahun 2009).

2.1.2 Tugas dan fungsi rumah sakit

Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit

mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,

untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, rumah sakit mempunyai

fungsi sebagai berikut (Undang-undang No. 44 Tahun 2009) :

1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit,

2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,

3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan

4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 Klasifikasi rumah sakit

Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberi

kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan,

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

4

Universitas Indonesia

pemilik serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah

sakit pendidikan (Undang-undang No. 44 Tahun 2009).

2.1.3.1 Klasifikasi rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi

(Undang-undang No. 44 Tahun 2009):

1. Rumah sakit umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi:

a. Rumah sakit umum kelas A

Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima

pelayanan spesialis penunjang medik, duabelas pelayanan medik spesialis lain,

dan tigabelas pelayanan medik subspesialis.

b. Rumah sakit umum kelas B

Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat

pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis

lainnya, dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.

c. Rumah sakit umum kelas C

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan

empat pelayanan spesialis penunjang medik.

d. Rumah sakit umum kelas D

Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar.

2. Rumah sakit khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

5

Universitas Indonesia

golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi

(Undang-undang No. 44 Tahun 2009) :

a. Rumah Sakit khusus kelas A

b. Rumah Sakit khusus kelas B

c. Rumah Sakit khusus kelas C

2.1.3.2 Berdasarkan pengelola

Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi

(Undang-undang No. 44 Tahun 2009) :

1. Rumah sakit publik

Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah

sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum

Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Rumah sakit privat

Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero.

2.1.3.3 Rumah sakit pendidikan

Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan

pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi

kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga

kesehatan lainnya (Undang-undang No. 44 Tahun 2009).

2.1.4. Struktur organisasi rumah sakit

Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan

akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No.44

tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas

kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

6

Universitas Indonesia

keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,

serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga

medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.

Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.

2.1.5. Indikator pelayanan rumah sakit

Indikator berguna untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mutu dan

efisiensi pelayanan rumah sakit, antara lain :

1. Bed Occupancy Ratio (BOR): persentase pemakaian tempat tidur pada satuan

waktu tertentu.

2. Length of Stay (LOS): rata-rata lama rawat pasien.

3. Bed Turn Over (BTO): frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,

berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.

4. Turn Over Interval (TOI): rata-rata hari di mana tempat tidur tidak ditempati

dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.

2.2 Tenaga Kesehatan

Menurut UU No.36 tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang

yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga

kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode

etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan

standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi

profesi masing-masing.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan, tenaga kesehatan terdiri dari:

1. Tenaga medis yang meliputi dokter dan dokter gigi;

2. Tenaga keperawatan yang meliputi perawat dan bidan;

3. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker, analis farmasi, dan asisten

apoteker;

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

7

Universitas Indonesia

4. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog

kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator

kesehatan, dan sanitarian;

5. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisian;

6. Tenaga keterapian medik yang meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapi

wicara; dan

7. Tenaga keteknisian teknis yang meliputi radiographer, radioterapis, teknisi

gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis, optisien, ototik

prostetik, teknisi transfusi darah, dan perekam medis.

2.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.3.1. Definisi IFRS

Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, dan

pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek

kefarmasian yang dilakukan rumah sakit. Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit, tempat

penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk

keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2004).

2.3.2. Tujuan IFRS

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004,

tujuan pelayanan farmasi ialah:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa

maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun

fasilitas yang tersedia;

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi;

3. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat;

4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;

5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan

evaluasi pelayanan;

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

8

Universitas Indonesia

6. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan

evaluasi pelayanan; serta

7. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

2.3.3 Tugas dan tanggung jawab IFRS

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan yang mulai dari perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada

penderita hingga pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan

digunakan oleh pasien rawat inap, rawat jalan, maupun semua unit di rumah sakit.

Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang

optimal bagi semua penderita dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dengan

biaya minimal. IFRS juga bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan

farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi

kebutuhan berbagai bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan,

staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien

yang lebih baik (Siregar, 2004).

2.3.4. Ruang lingkup fungsi IFRS

IFRS mempunyai berbagai fungsi yang dapat digolongkan menjadi fungsi

klinik dan non-klinik. Fungsi non-klinik meliputi perencanaan, penetapan

spesifikasi produk dan pemasok, pengadaan, pengendalian, produksi,

penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan pengendalian

semua perbekalan kesehatan yang beredar (Siregar, 2004).

Ruang lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan

dalam program rumah sakit yaitu pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi

penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit

perawatan kritis, penelitian, pengendalian infeksi rumah sakit, sentra informasi

obat, pemantauan reaksi obat merugikan (ROM), sistem pemantauan kesalahan

obat, buletin terapi obat, program edukasi ‘in-service’ bagi Apoteker, dokter, dan

perawat, serta investigasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam darah,

ronde/visite pasien, pengkajian resep, dan penggunaan obat (Siregar, 2004 dan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

9

Universitas Indonesia

2.3.5. Struktur organisasi IFRS

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1197/Menkes/SK/X/2004, pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi,

tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan

filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang

menggambarkan pembagian tugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi.

Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan

perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, serta harus selalu

dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai

harapan pelanggan.

Struktur organisasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat puncak,

tingkat menengah, dan garis depan. Manajer tingkat puncak bertanggung jawab

untuk perencanaan, penerapan, dan peningkatan efektifitas fungsi dari sistem

mutu secara menyeluruh. Manajer tingkat menengah sebagian besar merupakan

kepala bagian/unit fungsional yang bertanggung jawab untuk mendesain dan

menerapkan berbagai kegiatan pelayanan yang diinginkan. Manajer garis depan

terdiri atas personil pengawas yang secara langsung memantau dan

mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan. Setiap personil

IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung jawab, kewenangan fungsi mereka,

dampaknya pada pelayanan, dan bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk

dan pelayanan (Siregar, 2004).

2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

2.4.1. Definisi PFT

Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di

rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan

lainnya (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

10

Universitas Indonesia

2.4.2. Fungsi dan ruang lingkup PFT

Berikut adalah beberapa fungsi PFT, yaitu (Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 1197 Tahun 2004) :

1. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan

obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi

secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga

harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok, dan produk obat

yang sama;

2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau

menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf

medis;

3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk dalam kategori khusus;

4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional;

5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus

penggunaan obat secara rasional;

6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat; dan

7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

2.4.3. Struktur organisasi PFT

Susunan organisasi PFT serta kegiatan yang dilakukan bagi tiap rumah

sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat (Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

1. PFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter, Apoteker, dan

perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3 (tiga)

orang yang mewakili semua staf medis fungsional yang ada;

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

11

Universitas Indonesia

2. Ketua PFT dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah

sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua berasal

dari bidang Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker dari instalasi farmasi

atau Apoteker yang ditunjuk;

3. PFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali

dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat PFT

dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit

yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan PFT;

4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT diatur oleh sekretaris,

termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat; dan

5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang

sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.

2.4.4. Tugas apoteker dalam panitia farmasi dan terapi

Apoteker dalam panitia farmasi dan terapi memili tugas antara lain (Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004):

1. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris);

2. Menetapkan jadwal pertemuan;

3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan;

4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk

pembahasan dalam pertemuan;

5. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada

pimpinan rumah sakit;

6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada

seluruh pihak yang terkait;

7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan.

8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan

antibiotika, dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain;

9. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT;

10. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan;

11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat; dan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

12

Universitas Indonesia

12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan

obat pada pihak terkait.

2.5 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2008)

Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan

farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari perencanaan sampai

evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi

(Departemen Kesehatan RI, 2008). Fungsi dari pengelolaan perbekalan farmasi

adalah (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan rumah

sakit.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah

dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

2.5.1. Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan

dalam proses pengadaan perbekalan farmasidi rumah sakit. Tujuan perencanaan

perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai

dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan

perencanaan kebutuhan farmasi meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2008) :

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

13

Universitas Indonesia

1. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi

benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit

di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas masing-masing rumah sakit,

Formularium RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin,

Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Jamsostek).

2. Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui

penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan

selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.

3. Perhitungan Kebutuhan

Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah

kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam

perhitungan kebutuhan obat, antara lain metode konsumsi, morbiditas, dan

kombinasi (Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.5.2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi/pembuatan sediaan

farmasi dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan untuk mendapatkan

perbekalan farmasi dengan harga layak, dengan mutu yang baik, pengiriman

barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan

tenaga dan waktu berlebihan (Departemen Kesehatan RI, 2008).

1. Pembelian

Pembelian adalah rangakaian proses pengadaan untuk mendapatkan

perbekalan farmasi. Terdapat empat metode pada proses pembelian, yaitu

(Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Pelelangan (tender) terbuka

Metode tender terbuka berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga, metode ini lebih

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

14

Universitas Indonesia

menguntungkan. Pelaksanaan tender terbuka memerlukan staf yang kuat, waktu

yang lama serta perhatian penuh.

b. Tender terbatas

Metode tender terbatas sering disebut sebagai lelang tertutup. Tender dilakukan

pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baik.

Harga masih dapat dikendalikan serta tenaga dan beban kerja lebih ringan bila

dibandingkan dengan lelang terbuka.

c. Pembelian dengan tawar-menawar

Metode ini dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya

dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.

d. Pembelian langsung

Metode pembelian langsung digunakan untuk pembelian dalam jumlah kecil

dan barang harus segera tersedia. Harga barang yang ditentukan relatif lebih

mahal.

2. Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan mengemas

kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah

(Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Sediaan farmasi dengan formula khusus.

b. Sediaan farmasi dengan harga murah.

c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.

d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran.

e. Sediaan farmasi untuk penelitian.

f. Sediaan nutrisi parenteral.

g. Rekonstruksi sediaan obat kanker.

h. Sediaan farmasi yang harus dibuat baru.

Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,

kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses

dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah

dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

15

Universitas Indonesia

terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk) (Departemen

Kesehatan RI, 2008).

3. Sumbangan/droping/hibah

Pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan mengikuti kaidah

umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan farmasi yang tersisa

dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat situasi normal

(Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.5.3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian

dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2008):

a. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai

certificate of analyse (CA).

b. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-

bahan berbahaya.

c. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin

(CO).

2.5.4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan

cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai

aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan

penyimpanan (Departemen Kesehatan RI, 2008):

a. Memelihara mutu sediaan farmasi

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

c. Menjaga ketersediaan

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut

bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan

disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

16

Universitas Indonesia

sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak

gudang dengan depo agar efisien (Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.5.5. Pendistribusian

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah

sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan dari pendistribusian

adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu,

jenis dan jumlah. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk

dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan (Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 1197 Tahun 2004) :

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.

b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.

c. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi adalah :

1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock)

Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam

ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian

perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang

disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh

petugas farmasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

Keuntungan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004):

a. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita.

b. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS.

c. Pengurangan penyalinan kembali order obat.

d. Pengurangan jumlah personel IFRS yang diperlukan.

Kelemahan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004):

a. Kesalahan obat meningkat karena order obat tidak dikaji oleh apoteker.

b. Persediaan obat di unit perawat meningkat.

c. Meningkatnya bahaya karena kerusakan dan kehilangan obat.

d. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

17

Universitas Indonesia

2. Sistem Resep Perorangan (Resep Individual)

Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi

diberikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep. Pendistribusian

perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan melalui instalasi

farmasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

Keuntungan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004):

a. Resep/order dikaji langsung oleh apoteker.

b. Ada interaksi antara apoteker, dokter, dan perawat.

c. Ada pengendalian persediaan.

Kelemahan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004) :

a. Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat.

b. Obat dapat terlambat sampai ke pasien.

c. Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat sebelum diberikan

ke pasien.

d. Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak

adanya proses pengawasan ganda.

3. Sistem Unit Dosis

Pada sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep

perorangan yang disiapkan, diberikan/digunakan, dan dibayar dalam unit untuk

penggunaan satu kali dosis (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun

2004). Penyiapan dan pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk

tiap waktu penggunaan dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada

perawat untuk diberikan ke pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk

pasien rawat inap bukan untuk pasien rawat jalan (Siregar, 2004).

Keuntungan dari sistem ini adalah (Departemen Kesehatan RI, 2008):

a. Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya.

b. Peniadaan kelebihan obat/ yang tidak terpakai di ruang perawatan.

c. Semua obat disiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu yang

lebih untuk merawat pasien.

d. Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca

resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

18

Universitas Indonesia

membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien. Hal

ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error).

e. Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat dan dokter serta

pasien.

f. Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan

untuk Drug Use Review (pengkajian penggunan obat).

g. Mempermudah pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi.

Kelemahan dari sistem ini adalah (Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Membutuhkan banyak tenaga farmasi.

b. Meningkatkan biaya operasional.

4. Sistem Distribusi Kombinasi

Sistem distribusi kombinasi adalah sistem distribusi yang menerapkan

sistem resep perorangan (resep individu) dan sistempersediaan di ruangan yang

terbatas. Perbekalan farmasi yang yang disediakan di ruangan adalah perbekalan

farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan

biasanya perbekalan farmasi yang harganya murah. Keuntungan dari sistem

distribusi kombinasi adalah (Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Semua resep/prder dikaji langsung oleh apoteker.

b. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker, dokter, perawat

pasien/keluarga pasien.

c. Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.

2.5.6. Pengendalian

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang

telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan / kekosongan

obat di unit-unit pelayanan. Kegiatan pengendalian mencakup :

a. Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah

stok ini disebut stok kerja.

b. Menentukan stok optimum dan stok pengaman.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

19

Universitas Indonesia

c. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai

pemesanan sampai obat diterima (Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.5.7. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi

standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada

pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan dari penghapusan

adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat

dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan

mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan

obat yang tidak memenuhi standar (Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.5.8. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor

transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS.

Pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi

adanya mutu obat yang tidak memenuhi standar dan harus ditarik dari peredaran.

Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual.

Kartu yang umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok dan

kartu stok induk. Manfaat informasi yang dari pencatatan yaitu dapat dengan

cepat mengetahui jumlah persediaan perbekalan farmasi, membantu dalam

pelaporan, informasi untuk perencanaan, pengadaan dan distribusi, pengendalian

persediaan, pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian

dan sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFRS (Departemen Kesehatan RI,

2008).

Pelaporan merupakan kumpulan catatan dan pendataan kegiatan

administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang

disajiakan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pelaporan adalah

(Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi

b. Tersedianya informasi yang akurat

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

20

Universitas Indonesia

c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan

d. Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

2.5.9. Monitoring dan evaluasi

Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring

dan evaluasi (monev). Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna

penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan monev dapat

dilakukan secara periodik dan berjenjang. Keberhasilan monev ditentukan oleh

supervisor maupun alat yang digunakan. Tujuan dari monev adalah meningkatkan

produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit agar dapat

ditingkatkan secara optimum (Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

2.6.1 Pengkajian Resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep

meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.

Persyaratan administrasi meliputi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197

Tahun 2004) :

a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan

pasien;

b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter;

c. Tanggal resep; dan

d. Ruangan atau unit asal resep.

Kesesuaian farmasetik meliputi :

a. Bentuk dan kekuatan sediaan;

b. Dosis dan jumlah obat;

c. Stabilitas dan ketersediaan; dan

d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan.

Pertimbangan klinis meliputi :

a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat;

b. Duplikasi pengobatan;

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

21

Universitas Indonesia

c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat;

d. Kontraindikasi; dan

e. Efek aditif.

2.6.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada tenaga

kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1197 Tahun 2004) :

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

dilingkungan rumah sakit;

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi

(PFT);

3. Meningkatkan profesionalisme Apoteker; dan

4. Menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif;

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat, atau tatap muka;

3. Membuat buletin, leaflet, dan label obat;

4. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan

formularium rumah sakit;

5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan

lainnya; dan

6. Mengoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

2.6.3 Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap

respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

22

Universitas Indonesia

dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis,

dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin

(terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang), menentukan

frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat

menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek

samping obat meliputi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

1. Menganalisa laporan ESO;

2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami ESO;

3. Mengisi formulir ESO; dan

4. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni

kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring

ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat

mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan

sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans obat

individu, dan surveilans unit pasien (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197

Tahun 2004).

2.6.4 Pengkajian penggunaan obat (drug use review)

Pengkajian penggunaan obat adalah alat untuk mengidentifikasi

permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek

samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat, dan kesalahan

dalam penyiapan dan pemberian obat . Pengkajian penggunaan obat merupakan

program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk

menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau

oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan obat adalah (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada

pelayanan kesehatan/dokter tertentu;

2. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu

dengan yang lain;

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

23

Universitas Indonesia

3. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan

4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

2.6.5 Konseling

Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan

rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar

mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan

pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,

efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi

dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien

dengan kriteria sebagai berikut adalah (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1197 Tahun 2004) :

1. Pasien rujukan dokter,

2. Pasien dengan penyakit kronis,

3. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,

4. Pasien geriatrik, dan

5. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya adalah (Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.

2. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh

dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:

a. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat

b. Bagaimana cara pemakaiannya

c. Efek yang diharapkan dari obat tersebut

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.

4. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,

mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara

penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

24

Universitas Indonesia

2.6.6 Ronde/visite pasien

Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk adalah (Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

1. Pemilihan obat,

2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik,

3. Menilai kemajuan pasien, dan

4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut

adalah (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

1. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan

tersebut kepada pasien;

2. untuk pasien yang baru dirawat, Apoteker harus menanyakan terapi obat

terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;

3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin

penggunaan obat yang benar; dan

4. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk

pemberian obat.

Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan

penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara Apoteker

sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

25 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

3.1.1 Sejarah singkat

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo

didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke

Ziekenhuis (CBZ). Bulan Maret 1942, pada masa pendudukan Jepang di

Indonesia, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).

CBZ diubah namanya menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) yang

dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan delanjutnya dipimpin oleh

Prof. Tamija pada tahun 1945. Pada tahun 1950, RSON berubah nama menjadi

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit

Tjipto Mangunkusumo (RSTM) oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, Prof. Dr.

Satrio, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1964. Sejalan dengan

perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia, RSTM diubah menjadi RSCM. Pada

tanggal 13 Juni 1994, sesuai SK Menkes Nomor 553/Menkes/SK.VI/1994, rumah

sakit ini berubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN)

Dr. Cipto Mangunkusumo hingga saat ini.

Berdasarkan PP No. 116 tahun 2000, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr, Cipto Mangunkusumo

Jakarta dan dalam perkembangan selanjutnya, status Perjan RSCM diubah

menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005,

dengan harapan RSCM mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

penyediaan barang dan/atau jasa tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

3.1.2 Visi

RSCM memiliki visi untuk menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat

rujukan nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

26

Universitas Indonesia

3.1.3 Misi

RSCM memiliki misi antara lain:

1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau

oleh semua lapisan masyarakat.

2. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.

3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang

mandiri.

3.1.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia

RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima

direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan

dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat

Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan

rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat secara lebih jelas pada

Lampiran 1.

3.1.5 Klasifikasi

RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang

merupakan pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit

pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama

dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan dibidang

kesehatan. Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai

mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas

Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi

Apoteker.

3.2 Profil Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional sebagai pusat

pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang berada di

bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh

seorang Apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

27

Universitas Indonesia

3.2.1 Visi

Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi untuk menjadi penyelenggara

pelayanan farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan

kepuasan pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014.

3.2.2 Misi

Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:

1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.

2. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

3. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan

keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.

4. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka

meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

5. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai

persyaratan mutu.

6. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.

7. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan farmasi.

3.2.3 Nilai budaya

Instalasi Farmasi RSCM memiliki 5 nilai budaya yang dikenal dengan 5R,

yaitu Rapi, Ringkas, Resik, Rawat, dan Rajin.

3.2.4 Tujuan umum

Menyelenggarakan kebijakan obat di rumah sakit melalui pelayanan

farmasi satu pintu, profesional, berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika

profesi, bekerjasama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang

terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

3.2.5 Tujuan khusus

1. Aspek manajemen, antara lain mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan

efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

28

Universitas Indonesia

informasi tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga

kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi,

mengendalikan dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi.

2. Aspek klinik, antara lain mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan

menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau

efektifitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi

tenaga kesehatan, pasien/keluarga dan masyarakat, melaksanakan konseling

pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat-obat

kanker, melakukan perencanaan, penerapan dan evaluasi obat, bekerjasama

dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di

rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) serta Pelaksana

Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).

3.2.6 Tugas pokok dan fungsi

Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki tugas

melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang optimal, meliputi

perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan

produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai

prosedur kefarmasian dan etika profesi. Selain itu, Instalasi Farmasi juga

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang

Farmasi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM

berfungsi dalam:

1. Penyusunan standar, kriteria, prosedur dan indikator kinerja pelayanan

kefarmasian

2. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi

3. Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit

4. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5. Penyelenggara pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien.

6. Pengidentifikasian masalah dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

29

Universitas Indonesia

7. Pencegahan dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.terhadap efektivitas dan keamana penggunaan obat dan alat

kesehatan.

8. Pemberian informasi kepada

9. petugas kesehatan, pasien / keluarga.

10. Pemberian konseling kepada pasien / keluarga.

11. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dosis unit.

12. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi.

13. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu

pengelolaan pelayanan kefarmasian.

14. Pengembangan profesi SDM kefarmasian.

15. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

3.2.7 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia

Instalasi Farmasi RSCM bertanggung jawab langsung kepada Direktorat

Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical

Unit (CMU) 2 lantai 3 dan dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi

Farmasi RSCM yang membawahi empat sub instalasi, yaitu:

1. Sub Instalasi Administrasi dan Keuangan (Adminkeu);

2. Sub Instalasi Perbekalan Farmasi;

3. Sub Instalasi Produksi; dan

4. Sub Instalasi Farmasi Klinik dan Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan

(Farklin Diklitbang).

3.3 Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit

3.3.1 Pelaksana pengendalian resistensi antimikroba (PPRA)

PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk rumah sakit dengan

tujuan:

1. Tercapainya peningkatan mutu dalam pemakaian antibiotik di rumah sakit

melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan

Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim

Mikrobiologi Klinik dan Tim Farmasi Klinik.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

30

Universitas Indonesia

2. Terlaksananya pengawasan, pemantauan, dan pengendalian prosedur

pemakaian antibiotik di masing-masing unit, agar tidak menyimpang dari

prosedur yang telah ditetapkan.

3. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotik.

4. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian

resistensi antimikroba.

Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan

antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, kenyamanan) di

RSUPN. Tim PPRA terdiri dari:

1. Tim inti yaitu:

a. Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi.

b. PPIRS.

c. Spesialis Farmasi Klinik.

d. Spesialis Mikrobiologi Klinik.

2. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik.

3. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen

Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak.

4. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Dept. Ilmu Penyakit Dalam.

5. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan bidang Keperawatan

Organisasi PPRA meliputi Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota

yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait),

perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik,

spesialis Farmakologi Klinik, dan Konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Dalam

melaksanakan tugasnya, Tim PPRA dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai

departemen/UPT/instalasi yang pelayanannya berhubungan dengan penggunaan

antimikroba. Pokja departemen terdiri dari Ketua, yang merangkap sebagai

anggota tim PPRA, dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat

departemen/instalasi/UPT sebagai berikut (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011):

1. Departemen Penyakit Dalam.

2. Departemen Bedah.

3. Departemen IKA.

4. Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

31

Universitas Indonesia

5. Departemen Kulit dan Kelamin.

6. Departemen Gigi dan Mulut.

7. Departemen Bedah Syaraf.

8. Departemen Mata.

9. Departemen Neurologi.

10. Departemen Urologi.

11. Departemen THT.

12. ICU.

13. Unit Pelayanan Luka Bakar.

14. Pelayanan Jantung terpadu.

15. Instalasi Gawat Darurat.

Tugas pokok Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi

antimikroba PPRA memilki fungsi, antara lain:

1. Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik.

2. Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui

koordinasi empat pilar.

3. Menyusun Program Kerja Tim PPRA dan Pokja PPRA Departemen / UPT /

Instalasi.

4. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang

prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan

antibiotik secara bijak.

5. Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini 3.

6. Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi

kuman, insiden MRSA.

Tim PPRA menyelenggarakan pertemuan berkala secara terencana

minimal satu bulan sekali untuk membahas program dan kegiatan yang telah

ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan rekomendasi hasil keputusan rapat

secara tertulis kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan pihak terkait

(Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat pilar PPRA).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

32

Universitas Indonesia

3.3.2 Panitia farmasi dan terapi (PFT)

Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli di bawah Komite Medik

yang membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan

dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.

Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah berdasarkan pengusulan

dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan oleh Direktur Utama.

Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali. Anggota PFT tidak

boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua,

sekretaris dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap

departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri atas ketua, sekretaris

dan 2-3 orang anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio

PFT tingkat RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan

penyusunan formularium. PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun guna

mendukung program kerjanya.

Tugas PFT mencakup :

1. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua

masalah yang ada kaitannya dengan perbekalan farmasi.

2. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM.

3. Menyusun formularium obat, dan daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan

memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia

didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas dan harga. PFT harus

mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat

yang indikasinya sama.

4. Memantapkan dan melaksanakan program dan agenda kegiatan yang

menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman dan hemat

biaya.

5. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan dan penyebaran

informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan dan

penggunaan obat kepada staf medis RSCM.

6. Berperan aktif dalam penjaminan mutu pemilihan, pengadaan dan

penggunaan perbekalan farmasi.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

33

Universitas Indonesia

7. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi

di RSCM.

8. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan

mengumpanbalikkan hasil tinjauan itu ke seluruh staf medis.

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, PFT perlu mengadakan rapat

rutin sekurang-kurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi

dari kebijakan dan peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan

penggunaan perbekalan farmasi. Keputusan rapat pleno yang menyangkut

kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Bila musyawarah tidak berhasil,

maka dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap anggota PFT dalam pengambilan

keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok, dan semata-mata

adalah untuk kepentingan pasien (Formularium RSCM, 2012).

3.4 Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah

terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah awal untuk

terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran

mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang

utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan ketrampilan khusus

sebagai first step to quality. Oleh karena itu, instalasi sterilisasi pusat menjadi unit

yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barang-

barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Alat kesehatan steril

menjadi produk akhir sterilisasi di instalasi sterilisasi pusat.

3.4.1 Definisi instalasi sterilisasi pusat

Instalasi sterilisasi pusat merupakan suatu unit kerja yang bertugas

menyediakan barang-barang dan peralatan steril, seperti perbekalan farmasi dasar,

instrumen steril, linen steril, dan lain-lain, yang dibutuhkan oleh departemen,

instalasi atau unit kerja lainnya di RSCM.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

34

Universitas Indonesia

3.4.2 Visi dan misi instalasi sterilisasi pusat RSCM

Visi dari instalasi sterilisasi pusat adalah menjadi instalasi sterilisasi pusat

yang terkemuka di Asia Pasifik Tahun 2014. Misi dari instalasi sterilisasi pusat

adalah:

1. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu;

2. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan;

3. Meningkatkan kompetensi SDM dibidang sterilisasi;

4. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal; dan

5. Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian / pengembangan di

bidang sterilisasi.

3.4.3 Tujuan dan strategi instalasi sterilisasi pusat RSCM

Tujuan dari instalasi sterilisasi pusat RSCM adalah tercapainya pelayanan

pusat sterilisasi dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang

digagas adalah:

1. Meningkatkan efisiensi produktivitas;

2. Meningkatkan profesionalisme;

3. Menciptakan restrukturisasi;

4. Menerapkan sistem managemen keuangan;

5. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost; dan

6. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi.

3.4.4 Pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia instalasi sterilisasi pusat

RSCM

Instalasi sterilisasi pusat RSCM dikepalai oleh Kepala Instalasi Pusat

Sterilisasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Umum dan Operasional. Struktur organisasi instalasi sterilisasi pusat

RSCM dapat dilihat pada Lampiran 4. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi

membawahi empat Penanggungjawab sebagai berikut:

a. Penanggungjawab SDM & Keuangan;

b. Penanggungjawab Peralatan & Pelayanan;

c. Penanggungjawab Administrasi dan Rumah Tangga; dan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

35

Universitas Indonesia

d. Penanggungjawab Logistik dan Inventaris.

Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi juga membawahi dua kepala bagian,

yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Kepala

bagian tersebut masing-masing memiliki tiga penanggungjawab yang menjadi

pelaksana kegiatan. Kepala Sub Instalasi Operasional membawahi

Penanggungjawab Dekontaminasi, Penanggungjawab Pengemasan & Labeling,

dan Penanggungjawab Proses Sterilisasi, sedangkan Kepala Sub Instalasi Mutu

membawahi Penanggungjawab Penyimpanan dan Distribusi, Penanggungjawab

Quality Control, dan Penanggungjawab Audit Mutu. Sumber daya manusia

instalasi sterilisasi pusat RSCM harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti

terlatih, tidak mempunyai luka terbuka, tidak mempunyai penyakit yang menular,

disiplin memakai alat pelindung diri dalam tugas operasional dan mematuhi

aturan sterilisasi.

3.4.5 Ruang dan sarana instalasi sterilisasi pusat RSCM

Ruang instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki suhu 18-220C dan

kelembaban 35-72%. Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan

pada setiap ruangan harus memiliki exhaust/ hepafilter. Alat yang digunakan

untuk membantu sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat

sterilisator, autoclave sterilisator, dan plasma sterilisator. Instalasi sterilisasi

pusat RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu:

1. Area unclean

Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi.

2. Area clean

Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi.

3. Area steril

Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan

distribusi barang steril.

3.4.6 Sistem pelayanan instalasi sterilisasi pusat RSCM

Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang

tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

36

Universitas Indonesia

dalam hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi

perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup

dalam hal khusus seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, dan lain-lain.

Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di instalasi sterilisasi pusat.

Keuntungan sentralisasi tersebut diantaranya yaitu peningkatan efisiensi ruangan,

SDM, peralatan, dan waktu. Mutu dari alat kesehatan steril juga akan terjamin

karena adanya prosedur indikator mutu. Pelayanan yang diberikan akan lebih

cepat dan dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pemakai. Selain itu,

instalasi sterilisasi pusat juga akan lebih mudah untuk diawasi dan lebih terkendali

serta dapat mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi.

3.4.7 Kegiatan instalasi sterilisasi pusat RSCM

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh instalasi sterilisasi pusat, yaitu:

1. Alur perpindahan barang satu arah

Instalasi sterilisasi pusat RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang.

Alur tersebut berupa alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke

area steril. Pada area kotor, barang non steril diterima serta dipilih dan di sortir.

Barang direndam, dibersihkan, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area

bersih. Pada area bersih, barang diterima dan dikemas. Barang yang dikemas

kemudian diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, lalu

barang akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan

masuk ke area steril dan disimpan.

2. Alur Aktivitas Fungsional

Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer.

Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih

ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer diserahkan

melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan dekontaminasi

lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan & pemberian label,

petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang bersih yang lolos

uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling. Setelah dikemas dan

diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses sterilisasi. Pada

proses sterilisasi, barang steril yang rusak akan dilakukan proses ulang dengan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

37

Universitas Indonesia

mengulang proses sterilisasi dari awal.sedangkan barang yang kondisinya

memenuhi persyaratan akan ditempatkan di penyimpanan barang steril. Barang-

barang di penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket

distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer.

3. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar

Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan

dan labeling Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah

dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi.

Sterilisasi menggunakan suhu tinggi atau suhu rendah. Setelah proses sterilisasi,

barang akan melalui uji visual, dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang

steril untuk didistribusikan.

4. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai

Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui

proses dekontaminasi terlebih dahulu dan lolos uji mekanik, kimia, dan biologi

sebelumnya. Barang yang didekontaminasi dikeringkan dan dilakukan kontrol

spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling dan penyusunan. Setelah

penyusunan barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah. Barang diuji

secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk

didistribusikan.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

38

Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSCM merupakan tempat menyimpan

perbekalan farmasi sebelum didistribusikan ke depo dan pasien. Gudang

Perbekalan Farmasi Pusat terdiri dari Gudang Farmasi I, Gudang Farmasi II, dan

Gudang Gas Medis. Gudang Farmasi I merupakan gudang yang digunakan untuk

menyimpan alat-alat kesehatan, obat-obat oral dan injeksi, serta Bahan Beracun

dan Berbahaya (B3). Gudang Farmasi II digunakan untuk menyimpan perbekalan

farmasi yang berupa cairan dan hemodialisa, sedangkan Gudang Gas medis

digunakan untuk menyimpan gas-gas medis.

Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu pukul 08.00

hingga 21.00 yang terbagi dalam 2 shift. Sumber daya manusia yang terdapat di

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu sebanyak 18 orang yang terdiri dari 1

orang Apoteker, 1 orang Asisten Apoteker (AA) Penanggungjawab, 5 orang AA

Bidang Pelaksana Obat, 3 orang AA Bidang Pelaksana Alat Kesehatan, 4 orang

AA Bidang Pelaksana Administrasi, dan 4 orang Pekarya.

Kegiatan yang dilakukan di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat terdiri atas

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan,

dan pengendalian perbekalan farmasi di rumah sakit. Perencanaan pengadaan

perbekalan farmasi dari distributor ke gudang dilakukan dengan dua cara, yaitu

menggunakan sistem IT untuk menarik data stok akhir atau sistem manual, yaitu

asisten menarik data dari kartu stok.

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat melakukan pengadaan perbekalan

farmasi yang dibutuhkan. Pengadaan dilakukan berdasarkan permintaan (defekta)

perbekalan farmasi yang dilakukan rutin dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari

Senin dan Rabu, serta dari permintaan mendesak/cito yang dapat dilakukan setiap

hari. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

selama dua minggu hingga satu bulan.

Defekta yang telah dibuat oleh pihak Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

selanjutnya dikirim ke bagian pemesanan di Instalasi Farmasi untuk dibuatkan

Surat Pesanan (SP) dalam sistem komputer. Jika permintaan telah disetujui oleh

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

39

Universitas Indonesia

Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi, maka petugas pemesanan akan

menghubungi distributor terkait yang selanjutnya akan dikirim ke Gudang

Perbekalan Farmasi Pusat.

Setelah perbekalan farmasi dikirim di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

oleh distributor, selanjutnya dilakukan proses penerimaan barang yang dilakukan

oleh Panitia Penerimaan bersama dengan petugas gudang. Pada proses

penerimaan, dilakukan kegiatan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian daftar

pesanan, baik jenis dan jumlah pesanan, pada komputer yang disesuaikan dengan

faktur penjualan. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan terhadap bentuk fisik dan

tanggal kedaluwarsa perbekalan farmasi yang akan diterima. Apabila terdapat

kemasan yang telah rusak, maka dapat dilakukan penggantian barang ke

distributor.

Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan

juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi,

misalnya dengan melihat proses penyimpanan perbekalan farmasi tersebut selama

proses distribusi dari distributor ke Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu

dengan menyimpan perbekalan farmasi tersebut di dalam cool box yang

dilengkapi dengan termometer dan dipastikan berada pada suhu yang sesuai

(2o – 8

o C). Pemeriksaan juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen penyerta

perbekalan farmasi, misalnya Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan

berbahaya dan beracun (B3).

Setelah pemeriksaan dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah

sesuai dengan pesanan, Panitia Penerimaan membubuhkan tanda tangan, nama

jelas, dan stempel serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan dan salinan

faktur. Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas gudang. Data

dari lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam sistem komputer

dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal distributor, jumlah,

dan waktu kedaluwarsa.

Perbekalan Farmasi yang telah diterima disimpan di Gudang Perbekalan

Farmasi Pusat sesuai dengan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired

First Out (FEFO). Penyimpanan disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi,

yaitu alat kesehatan, obat (oral atau injeksi), B3, cairan, hemodialisa, dan gas

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

40

Universitas Indonesia

medis, sedangkan perbekalan farmasi yang berupa reagensia, bahan baku, dan

radiofarmaka akan disimpan langsung di unit kerja yang terkait dengan

penggunaannya.

Selain berdasarkan pada jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga

didasarkan pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan

farmasi (high alert atau sitostatika), perbekalan farmasi Askes dan Non-Askes,

rute pemberian obat, serta nama generik dan nama dagang. Penyimpanan obat di

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat juga disusun berdasarkan alfabetis dengan

memperhatikan penyusunan untuk obat yang tergolong Look Alike Sound Alike

(LASA) untuk menghindari kesalahan dispensing. Obat yang tergolong LASA

memiliki bentuk dan pengucapan yang mirip sehingga penyimpanannya dipisah,

walaupun memiliki nama dengan alfabet yang berdekatan. Penyimpanan obat

sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label petunjuk pada setiap kelompok

obat. Hal ini memudahkan dispensing obat mengingat jenis dan jumlah

perbekalan farmasi yang banyak.

Penyimpanan narkotika dan psikotropika dilakukan terpisah dari

penyimpanan obat lainnya yaitu di dalam lemari khusus. Narkotika disimpan

dalam lemari berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut

digantungkan kepada AA yang bertugas pada tiap shift.

Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat terpisah

dengan penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan

jenis dan kelompok departemen pengguna, misalnya bedah dan departemen mata

serta pelayanan jantung terpadu (PJT), untuk mempermudah pengambilan barang.

Petugas gudang melakukan stock opname (SO) setiap tiga bulan sekali

untuk memudahkan pengontrolan perbekalan farmasi dengan mengetahui

kesesuaian fisik perbekalan farmasi yang ada dengan jumlah yang tertera pada

kartu stok dan sistem IT serta mudah mengetahui perbekalan farmasi yang

mendekati kedaluwarsa. Produk yang akan kedaluwarsa dalam waktu tiga bulan

ke depan akan diberi label berwarna kuning yang dilengkapi dengan waktu

kedaluwarsanya. Selain itu, dilakukan pula pemantauan suhu pada lemari

pendingin dan ruangan yang dilakukan setiap hari. Pemantauan suhu lemari

pendingin dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 06.00, 14.00, dan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

41

Universitas Indonesia

20.00 WIB, sedangkan pemantauan suhu ruangan dilakukan satu kali sehari pada

pukul 08.00 WIB.

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat merupakan pusat distribusi perbekalan

farmasi di rumah sakit. Gudang melayani permintaan dari seluruh satelit dan unit

kerja. Permintaan perbekalan farmasi ke Gudang Perbekalan Farmasi Pusat dapat

dilakukan secara rutin sesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk masing-masing

satelit dan unit kerja ataupun permintaan cito setiap hari. Permintaan ke Gudang

Perbekalan Farmasi Pusat dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu sistem online

untuk satelit farmasi dan sistem manual untuk unit kerja. Permintaan yang

diajukan oleh satelit farmasi akan langsung dicetak oleh Gudang Perbekalan

Farmasi Pusat dalam bentuk surat permintaan barang, sedangkan unit kerja yang

melakukan permintaan manual menggunakan formulir permintaan barang farmasi

harus mengantarkan formulir tersebut ke gudang dua hari sebelum pengambilan

barang.

Petugas Gudang Perbekalan Farmasi Pusat akan menyiapkan perbekalan

farmasi yang diminta serta melakukan pencatatan jenis dan jumlah perbekalan

farmasi yang tertera pada formulir permintaan. Petugas administrasi akan

memproses formulir permintaan tersebut untuk mendapatkan Form Distribusi

Obat/Alkes bagi tiap satelit/unit/departemen terkait. Setelah perbekalan farmasi

disiapkan, petugas gudang akan menghubungi satelit atau unit kerja terkait untuk

memberitahukan bahwa perbekalan farmasi sudah siap diambil.

Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas gudang

dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan memeriksa

perbekalan farmasi yang telah disiapkan serta melakukan pencatatan pada buku

serah terima yang terdapat di ruang pendistribusian Gudang Perbekalan Farmasi

Pusat. Setelah dinyatakan bahwa barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja

sesuai dengan permintaannya, lalu dilakukan penandatanganan bersama Form

Distribusi Obat/Alkes. Lembar form yang asli disimpan oleh pihak gudang,

sedangkan lembar copy diberikan kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja.

Untuk satelit atau unit kerja yang tidak memiliki petugas untuk mengambil

perbekalan farmasi, maka petugas gudang yang akan mengantarkannya.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

42

Universitas Indonesia

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat juga melayani permintaan

mendesak/cito setiap hari. Perbekalan farmasi yang diambil untuk melayani

kebutuhan cito dicatat pada buku cito di gudang dan unit terkait. Untuk memenuhi

permintaan perbekalan farmasi di luar jam operasional gudang, petugas satelit

harus menghubungi Penanggungjawab Gudang Perbekalan Farmasi Pusat untuk

mengambil perbekalan farmasi di gudang dengan didampingi satu orang saksi dan

petugas keamanan untuk membuka pintu gudang.

Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang

Perbekalan Farmasi Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan,

antara lain:

a. Masih terdapat MSDS yang belum diterjemahkan sehingga menyulitkan

pegawai atau staf gudang yang memiliki keterbatasan dalam berbahasa asing

untuk memahami isi MSDS tersebut.

b. Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat

yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan staf atau pegawai baru yang

akan menyiapkan permintaan perbekalan farmasi. Selain itu, daftar yang telah

tersedia ada yang belum lengkap. Masih terdapat obat-obat di dalam lemari

pendingin yang tidak tertulis pada daftar tersebut.

c. Masih terdapat obat-obat yang termasuk dalam obat high alert dan sitostatika

serta tempat penyimpanan obat-obat LASA yang belum ditempeli dengan

stiker khusus.

Beberapa saran yang dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan-

permasalahan di atas adalah sebagai berikut:

a. Menerjemahkan MSDS yang masih menggunakan bahasa asing ke dalam

Bahasa Indonesia agar memudahkan staf atau pegawai dalam memahami isi

dari MSDS tersebut sehingga penanganan yang dilakukan terhadap bahan

tersebut tepat.

b. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing

lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang

sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala

sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang

terdapat di dalamnya.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

43

Universitas Indonesia

c. Menempelkan stiker high alert, sitostatika, dan LASA secara lebih teliti.

4.2 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Satelit Farmasi IGD terdiri atas satu satelit di lantai 1 dan satu depo di

lantai 4. Depo lantai 1 melayani kebutuhan perbekalan farmasi di lantai 1 hingga

lantai 3 IGD, sementara lantai 4 hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi

untuk ruang bedah di lantai 4. Satelit Farmasi IGD hanya melayani kebutuhan

perbekalan farmasi di IGD saja dan tidak menerima resep dari unit lain di RSCM.

4.2.1 Sumber daya manusia (SDM)

Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, yang masing-masing

bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi

dan pelayanan farmasi klinik, 21 orang AA, dan 1 orang pekarya. Pelayanan

farmasi di kedua depo setiap harinya dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam

sehingga dapat selalu mengantisipasi kebutuhan pasien IGD yang kondisinya

dapat berubah-ubah setiap saat. Pembagian jumlah AA yang bertugas di kedua

depo pada masing-masing shift adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo

Pagi

(07.30 –14.30 WIB)

Siang

(14.00–21.00 WIB)

Malam

(21.00 –08.00 WIB)

Satelit lantai 1 4 orang 3 orang 3 orang

Depo lantai 4 1 orang 1 orang 1 orang

Selain pembagian di atas, terdapat 1 orang pekarya dan 1 orang AA yang

bertugas di luar jadwal shift. Mereka bekerja dari hari Senin hingga Jumat dari

pukul 08.00 – 15.30 WIB dan bertugas dalam hal pemesanan barang ke Gudang

Perbekalan Farmasi Pusat.

Petugas yang terdapat di depo lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan

petugas yang berasal dari satelit lantai 1 juga. Dari 20 orang AA yang bertugas di

satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di depo lantai 4.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

44

Universitas Indonesia

4.2.2 Kegiatan Satelit Farmasi IGD

4.2.2.1 Pengelolaan perbekalan farmasi

a. Perencanaan, pengadaan, dan penerimaan perbekalan farmasi

Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan depo lantai 4

dilakukan secara terpisah. Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi

didasarkan pada pola dan jumlah pemakaiannya di IGD. Semakin banyak barang

yang keluar dari stok, maka permintaan untuk barang tersebut juga besar. Satelit

lantai 1 melakukan defekta besar ke bagian Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

RSCM dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Alur

pelaksanaan defekta adalah sebagai berikut :

Satu hari sebelum hari defekta besar, yaitu pada hari Senin dan Kamis,

pihak satelit akan membuat entry data defekta yang akan di-posting melalui sistem

IT ke Gudang Perbekalan Farmasi Pusat. Tujuannya agar pihak gudang

menyiapkan terlebih dahulu barang yang diminta oleh pihak Satelit IGD.

Keesokan harinya pada hari defekta besar, pekarya dan AA dari IGD datang ke

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat untuk mengurus pengambilan barang yang

telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan barang, sementara AA

bersama dengan petugas gudang akan melakukan pengecekan untuk

menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis, bentuk sediaan, dan jumlah

barang yang diambil dari Gudang Perbekalan Farmasi Pusat dengan data defekta

dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem IT-nya. Setelah

data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan (pihak

gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak Satelit IGD). Pihak Satelit IGD

akan mendapat satu copy lembar defekta tersebut. Apoteker Penanggungjawab

Satelit IGD akan mengecek kembali kesesuaian data dari lembar defekta dengan

barang yang diterima. Apabila telah sesuai, penambahan stok barang di satelit

IGD akan diproses melalui sistem IT yang ada.

Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat

kesehatan, dan narkotika. Maksud pemisahan tersebut adalah untuk

mempermudah pelaporan mutasi oleh pihak gudang. Permasalahan terkait defekta

yang sering terjadi adalah tidak sesuainya jumlah barang yang diminta pihak

Satelit IGD dengan jumlah barang yang diberikan pihak Gudang Perbekalan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

45

Universitas Indonesia

Farmasi Pusat. Hal tersebut menyebabkan defekta kecil juga sering dilakukan di

luar hari defekta besar untuk memenuhi kebutuhan barang yang belum terpenuhi

tersebut.

Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan

depo lantai 4. Sistem pengadaan barang di depo lantai 4 dilakukan dengan

mengajukan defekta ke depo lantai 1. Defekta besar dari depo lantai 4 juga

dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu di hari Senin dan Kamis.

b. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD

Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur

sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat

berdasarkan pembagian berikut :

1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi

a) Obat

Penyusunan obat dibedakan lagi berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu

sediaan tablet, sediaan cair, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus.

b) Alat kesehatan

Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan kegunaannya.

2) Suhu penyimpanan dan stabilitas

Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin

(2° – 8°C) disimpan pada kulkas terpisah.

3) Susunan alfabetis

Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya.

4) Sifat bahan

Bahan – bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah dalam

lemari yang terbuat dari bahan tahan api, serta dilengkapi dengan label bahan

berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan.

5) Sistem FIFO dan FEFO

Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama kali

masuk atau barang dengan tanggal kedaluwarsa paling dekat terletak di

bagian depan sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan lebih dulu.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

46

Universitas Indonesia

Penyimpanan di Satelit Farmasi IGD juga menerapkan pengaturan khusus

untuk obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA.

Rak penyimpanan untu obat-obat high alert ditandai dengan lakban berwarna

merah. Setiap obat high alert ditempeli stiker merah high alert pada wadah

primernya. Selain itu, penyusunan obat yang memiliki tampilan atau nama yang

mirip (look alike sound alike-LASA) diatur dengan cara memisahkan penempatan

obat-obat LASA dengan pasangannya serta menempelkan stiker hijau LASA pada

rak penyimpanan obat tersebut. Dengan demikian, dapat menghindari

kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat oleh petugas.

Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang

terletak di bagian belakang satelit, terpisah dari lemari penyimpanan obat lain.

Kedua lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika,

dilengkapi dengan pintu ganda. Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas

farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi

lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya akan bepergian.

Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di

satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan SO bertujuan sebagai

salah satu langkah untuk mengontrol stok perbekalan farmasi yang terdapat di

Satelit Farmasi IGD. Selain SO, langkah pengontrolan lainnya yang juga

dilakukan adalah dengan memisahkan penyimpanan produk obat-obat mahal

untuk memudahkan pengontrolan, pengecekan stok narkotika setiap satu minggu

sekali, pengecekan stok persediaan benang bedah setiap pergantian shift, serta

penerapan sistem sampling yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya

untuk mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik barang

di satelit.

c. Distribusi perbekalan farmasi

Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di Satelit Farmasi

IGD adalah berdasarkan dua sistem, yaitu sistem peresepan individu dan sistem

floor stock. Sistem peresepan individu adalah sistem penyiapan dan

pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep per pasien. Sistem

peresepan di IGD sebagian besar masih menggunakan resep manual. Saat ini telah

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

47

Universitas Indonesia

dilakukan uji coba penggunaan peresepan online menggunakan sistem Electronic

Health Record (EHR) yang dimulai dari lantai 3 IGD. Penggunaan sistem tersebut

masih perlu dievaluasi dan disempurnakan kembali, sebelum nantinya

diberlakukan pada bagian lainnya di IGD. Selama masa uji coba, penerapan

sistem EHR masih mengalami beberapa masalah, yaitu :

1) resep seringkali salah terkirim ke gedung A yang juga sudah menjalankan

sistem peresepan secara online;

2) belum semua dokter memiliki akun untuk mengoperasikan sistem peresepan;

3) dokter seringkali memberikan akunnya kepada perawat dengan alasan untuk

mempercepat peresepan sehingga resep dapat dibuat oleh perawat; serta

4) sistem bed management yang belum baik sehingga seringkali ruangan tujuan

resep tidak jelas.

Pola peresepan yang ditemui di IGD dapat berupa resep harian atau resep

untuk per satu kali pemakaian, tergantung asal ruangan resep tersebut. Alur

pelayanan untuk resep individu di IGD adalah resep dari dokter akan diserahkan

ke nurse station. Di nurse station masing-masing lantai terdapat Pembantu Orang

Sakit (POS) yang akan mengantarkan resep tersebut ke Satelit Farmasi IGD lantai

1. Resep kemudian diverifikasi oleh Asisten Apoteker. Verifikasi yang dilakukan

meliputi skrining kelengkapan administratif resep, kesesuaian farmasetik, dan

pertimbangan klinis. Pemeriksaan kelengkapan resep meliputi nama dokter,

ruangan asal resep, nama pasien, nomor rekam medis, dan tanggal lahir pasien.

IGD sudah menerapkan sistem barcode untuk data pasien sehingga sebagian besar

data pasien sudah tercetak dalam bentuk label yang ditempelkan pada resep.

Dengan demikian, kelengkapan identitas pasien lebih terjamin dan mudah terbaca

oleh petugas farmasi. Verifikasi lainnya adalah untuk kesesuaian farmasetik yang

dilihat dari kesesuaian nama sediaan, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan.

Apabila kedua aspek tersebut tidak lengkap, petugas farmasi yang melakukan

verifikasi resep akan menuliskan temuannya pada lembar checklist review resep

obat pasien. Verifikasi dari segi klinis, antara lain berupa pengecekan ada

tidaknya status alergi pasien, dosis, serta frekuensi penggunaan obat.

Petugas satelit selanjutnya akan memastikan bahwa barang yang diminta

tersedia dan menentukan jumlah barang yang akan diberikan. Jika stok obat

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

48

Universitas Indonesia

tersedia di depo, data dari resep akan di-input ke dalam database komputer dan

diberi harga. Setelah seluruh prosedur verifikasi selesai, barang akan disiapkan

sesuai resep. Setiap melakukan pengambilan barang dari stok di satelit, petugas

harus mencatat mutasinya pada kartu stok barang yang sesuai. Barang yang telah

diambil lalu diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah

dilengkapi dengan identitas pasien, meliputi nama pasien, nomor rekam medis,

dan ruang rawat. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara diantar ke ruang

rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit

farmasi lantai 1.

Lamanya response time untuk pelayanan resep telah ditetapkan, yaitu 15

menit untuk resep cito, sementara untuk resep non-cito adalah hingga sebelum

obat tersebut diberikan kepada pasien di ruang rawat. Pihak Satelit Farmasi IGD

juga memberlakukan ketentuan untuk penyiapan obat pasien pulang. Obat yang

telah disiapkan, namun tidak diambil oleh pasien dalam waktu 6 jam setelah

penyiapannya, maka obat tersebut harus diretur. Hal tersebut mengingat seringnya

terjadi penumpukan obat pulang di satelit lantai 1 karena pasien tidak

mengambilnya.

Sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan paket

tindakan, BMHP, dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi.

1) Paket tindakan

Paket yang disiapkan oleh Satelit Farmasi IGD di lantai 1 dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu paket yang termasuk dalam cost unit pasien dan paket yang tidak

termasuk dalam cost unit pasien. Paket untuk tindakan medis di bagian urgent

lantai 1 dan di ruang hemodialisa anak merupakan paket yang termasuk dalam

cost unit pasien sehingga setiap pasien pasti akan dibebani biaya yang sama

untuk paket ini, meskipun pasien tidak menggunakannya. Paket yang tidak

termasuk dalam cost unit, antara lain paket kebidanan (untuk lantai 3 IGD)

serta paket bedah dan paket anestesi (untuk lantai 4 IGD). Biaya ketiga paket

tersebut hanya dibebankan kepada pasien sesuai dengan jenis dan jumlah

perbekalan farmasi yang digunakan saja.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

49

Universitas Indonesia

2) BMHP

BMHP atau Bahan Medis Habis Pakai merupakan perbekalan farmasi dasar

yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat.

Stok BMHP disalurkan setiap 1 minggu sekali ke ruang rawat, yaitu pada hari

Senin, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh

pihak farmasi.

3) Troli emergensi

Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi

kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 6 buah troli emergensi yang masing-

masing terdapat di lantai 1 (unit anak dan urgent), lantai 2 (ICU dan

Intermediate Ward (IW)), lantai 3, dan lantai 4. Isi dari troli emergensi adalah

obat-obat penyelamat hidup (OPH), alat untuk membuka jalan napas (airway),

alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah

(circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).

Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit

Farmasi lantai 1 IGD. Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan OPH dan alat

kesehatan ABC dari unit di mana troli tersebut berada. Tanggal kedaluwarsa

obat dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada

lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak

farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi

yang melakukan penguncian troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli

dan menandatanganinya. Setiap pagi dan malam hari, dokter atau perawat di

tiap lantai akan mengecek kondisi dan nomor seri kunci disposable troli

emergensi untuk memastikan bahwa troli masih terkunci.

Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti

terjadi kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien

dilakukan, dokter atau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan

jumlah yang digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta

menuliskan nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep

untuk meminta penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari

troli emergensi dan memberitahu pihak Satelit lantai 1. Resep dibuat atas nama

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

50

Universitas Indonesia

pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya

penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut.

Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang

pengganti sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama

dengan perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi

troli. Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri

kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti

pada awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara

penutupan troli. Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama

pembuka troli, tanggal pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang

memerlukan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta

perawat sebagai saksi.

Barang yang telah terdapat pada floor stock tidak perlu diresepkan

kembali oleh dokter. Apabila terdapat barang floor stock pada resep dokter, maka

pihak farmasi akan mengonfirmasi kepada dokter yang bersangkutan untuk

membatalkan peresepan barang tersebut. Saat verifikasi resep, jika ditemui

peresepan barang floor stock, maka kejadian tersebut dicatat di dalam lembar

checklist review resep obat pasien sebagai temuan masalah obat.

4.2.2.2 Pelayanan farmasi klinik

Kegiatan farmasi klinik di IGD telah berjalan dengan adanya seorang

Apoteker klinis. Pelayanan farmasi klinik dilakukan untuk melayani kebutuhan

pasien dari lantai 1 hingga lantai 3 IGD. Beberapa jenis pelayanan yang telah

dilakukan, antara lain :

a. Verifikasi resep oleh Apoteker klinis sebelum obat di-dispense. Akan tetapi,

ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit, proses verifikasi dilakukan oleh

AA;

b. Monitoring penggunaan obat dilakukan dengan cara menyesuaikan antara

obat yang diresepkan oleh dokter dengan rencana pengobatan dalam status

pasien dan pemberian obat oleh perawat yang tercatat dalam kardeks;

c. Visite mandiri dilakukan terutama untuk memastikan bahwa obat telah

didistribusikan kepada pasien dengan tepat waktu; serta

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

51

Universitas Indonesia

d. Pemberian informasi obat pulang yang dilakukan pada saat penyerahan obat

kepada pasien yang akan pulang.

4.2.3 Kegiatan PKPA di satelit IGD

Mahasiswa bertugas di satelit IGD selama 3 hari. Selama berada di satelit

IGD, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan

perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain :

a. Menyusun barang ke rak persediaan di satelit,

b. Membenahi isi perbekalan farmasi di troli emergensi,

c. Membenahi kartu stok barang, dan

d. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada.

Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD,

terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas

pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain :

a. Response time pelayanan dispensing obat masih cukup lama. Hal ini terlihat

dari seringnya obat-obat tersebut didapati belum selesai di-dispense ketika

pihak perawat, dokter, atau keluarga pasien sudah datang untuk mengambil

obat.

b. Penulisan keterangan penggunaan obat pada etiket obat oral belum lengkap

karena tidak disertai dengan informasi penggunaan sebelum atau sesudah

makan.

c. Kebersihan rak penyimpanan perbekalan farmasi di satelit masih perlu

ditingkatkan.

Sebagai langkah untuk memperbaiki hal di atas, beberapa saran yang dapat

diberikan, antara lain :

a. Mengadakan printer etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah

petugas dalam proses dispensing obat.

b. Membuat daftar yang memuat keterangan untuk obat-obat oral yang perlu

diminum sebelum atau sesudah makan sebagai panduan bagi AA dalam

melengkapi informasi obat pada etiket. Informasi tersebut terutama penting

untuk pasien pulang yang penggunaan obatnya tidak lagi diawasi oleh tenaga

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

52

Universitas Indonesia

medis. Informasi cara penggunaan obat yang lengkap di etiket dapat mencegah

terjadinya kesalahan penggunaan obat oleh pasien.

c. Perlu penambahan jumlah pekarya yang difokuskan untuk bertugas memelihara

kebersihan rak penyimpanan perbekalan farmasi di satelit. Dengan begitu,

kebersihan tempat penyimpanan di satelit tetap terjaga tanpa mengganggu

aktivitas pelayanan resep yang dilakukan oleh AA.

4.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)

Gedung A merupakan ruang rawat inap terpadu bagi semua pasien yang

sedang menjalani pengobatan di RSCM. Gedung A terdiri dari 8 lantai yang pada

setiap lantainya terdiri dari dua zona, yaitu zona A dan zona B.

Tabel 4.2 Pembagian Ruang Rawat Gedung A

Lantai Ruang Rawat Zona A Ruang Rawat Zona B

1 Anak Kelas khusus dewasa

2 Penyakit dalam dan kebidanan Kebidanan

3 Kelas khusus dewasa Kelas khusus dewasa

4 Bedah Bedah

5 Syaraf dan stroke Bedah syaraf, HCU

6 Kelas khusus dewasa HCU dewasa, ICU anak, penyakit dalam

7 Penyakit dalam dewasa Penyakit dalam dewasa, THT, mata

8 Hematologi dewasa, geriatri Hematologi dewasa

Tugas pokok dan peran Apoteker di Gedung A terdiri dari dua, yaitu

manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik.

4.3.1 Manajemen perbekalan farmasi di Gedung A

Manajemen perbekalan farmasi dikelola oleh Satelit Farmasi yang terdiri

dari depo farmasi di setiap lantai dan Gudang Farmasi Basement Gedung A. Depo

farmasi bertugas melayani kebutuhan obat-obat pasien yang menginap di lantai

tersebut, sedangkan Gudang Farmasi Basement berfungsi menyediakan kebutuhan

perbekalan farmasi bagi semua pasien rawat inap di Gedung A, baik pasien

jaminan maupun pasien umum. Gudang Farmasi Basement akan mendistribusikan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

53

Universitas Indonesia

perbekalan farmasi ke setiap depo farmasi, kemudian depo farmasi tersebut yang

akan mendistribusikannya ke pasien melalui perawat.

Jumlah SDM di satelit farmasi Gedung A saat ini (akhir bulan Mei) terdiri

dari 2 orang Apoteker dan 59 orang AA dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 4.3 Jumlah sumber daya manusia Satelit Farmasi Gedung A

Lokasi Jumlah SDM

(orang) Lokasi

Jumlah SDM

(orang)

Gudang basement 2 Apt + 10 AA Depo lantai 4 6 AA

Administrasi 2 AA Depo lantai 5 7 AA

Depo lantai 1 6 AA Depo lantai 6 6 AA

Depo lantai 2 5 AA Depo lantai 7 9 AA

Depo lantai 3 4 AA Depo lantai 8 4 AA

Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A dilakukan selama 24

jam yang terbagi menjadi dua shift (pagi pukul 08.00 – 14.30 WIB dan sore pukul

14.00 – 21.00 WIB), dilayani di depo farmasi setiap lantai dan tiga shift dengan

penambahan shift malam pukul 21.00 – 08.00 WIB dikarenakan ada pengalihan

pelayanan dari depo tiap lantai ke Gudang Farmasi Basement Gedung A.

Terkadang depo farmasi lantai 1 dan 4 menerapkan sistem shift middle, yaitu

pukul 11.00 – 18.00 WIB. Hal ini dikarenakan resep racikan untuk pasien anak

yang terdapat di lantai 1 dan pasien yang menjalani operasi bedah di lantai 4

sangat banyak sehingga penerapan shift middle ini sangat membantu pelayanan

farmasi di depo lantai tersebut.

Administrasi merupakan suatu bagian yang menangani berkas-berkas

biaya perawatan dan pengobatan bagi pasien jaminan agar dapat ditagihkan ke

pihak penjamin. Petugas administrasi ini bertugas di bagian keuangan di basement

Gedung A.

Pengelolaan perbekalan farmasi di Gudang Basement sama seperti

pengelolaan perbekalan farmasi di satelit farmasi lain, yaitu mulai dari

perencanaan perbekalan farmasi yang dibutuhkan hingga distribusinya ke pasien.

Perencanaan Gudang Farmasi Basement berdasarkan pada kebutuhan depo

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

54

Universitas Indonesia

farmasi setiap lantai. Setelah pihak Gudang Basement mengetahui jumlah

perbekalan farmasi yang dibutuhkan, maka akan dilakukan pengadaan melalui

defekta ke Gudang Perbekalan Farmasi Pusat setiap tiga kali dalam seminggu,

yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat menggunakan sistem online. Setelah

dilakukan pemesanan dan penyiapan barang oleh petugas Gudang Perbekalan

Farmasi Pusat, pekarya dari Gudang Farmasi Basement Gedung A akan

melakukan penerimaan perbekalan farmasi di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat.

Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa disimpan di Gudang

Basement. Perbekalan farmasi terdiri dari sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Sediaan farmasi disusun berdasarkan sistem alfabetis, bentuk sediaan,

generik/non-generik, kestabilan (obat termolabil), dan FEFO/FIFO, sedangkan

alat kesehatan disusun berdasarkan fungsinya. Beberapa sediaan farmasi harus

disimpan secara khusus atau terpisah dari sediaan lainnya antara lain:

a. Narkotika disimpan di lemari khusus yang berpintu dan berkunci ganda.

Lemari tersebut harus selalu dikunci dan kuncinya digantungkan pada leher

petugas farmasi yang bertanggung jawab pada saat itu.

b. Psikotropika disimpan di lemari khusus yang berpintu. Lemari tersebut juga

harus selalu terkunci dan kuncinya dikalungkan oleh petugas farmasi yang

bertanggungjawab pada saat itu. Kunci lemari psikotropika biasanya akan

digabung dengan kunci lemari narkotika.

c. Obat mahal disimpan di lemari terpisah dengan sediaan lainnya agar dapat

memudahkan pengontrolan penggunaan obat tersebut.

d. Obat LASA, yaitu obat yang memiliki bentuk atau penampilan dan pengejaan

yang hampir sama. Selain itu obat-obat LASA termasuk juga obat-obat yang

memiliki kekuatan dosis lebih dari satu. Penyimpanan obat jenis ini tidak

dipisahkan dengan sediaan lainnya, tetapi hanya diberi stiker LASA di bagian

depan rak penyimpanannya dan diberi jarak dengan obat pasangannya.

e. Obat High Alert, merupakan obat yang memiliki risiko tinggi dalam

penggunaannya sehingga harus digunakan secara hati-hati. Obat jenis ini

disimpan di lemari terpisah dan diberi stiker high alert pada setiap satuan

terkecil obat sehingga setiap petugas medis yang menggunakan obat tersebut

akan lebih berhati-hati dalam menggunakannya. Lemari obat high alert

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

55

Universitas Indonesia

ditandai dengan garis merah menggunakan lakban yang memenuhi semua

bagian tepi/sisi lemari.

f. Obat sitostatika, yaitu obat yang digunakan untuk pasien kanker pada saat

menjalani kemoterapi. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi

stiker ungu obat kemoterapi pada setiap satuan terkecil obat. Penanganan obat

ini harus sangat diperhatikan karena bahaya yang ditimbulkan akibat paparan

obat ini sangat besar. Lemari obat sitostatika ditandai garis merah

menggunakan lakban yang memenuhi semua bagian tepi/sisi dari lemari,

sama seperti lemari obat high alert.

g. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): disimpan di lemari besi yang tertutup

rapat karena sifatnya yang korosif, mudah terbakar, dan sifat yang berbahaya

lainnya. Di bagian depan pintu harus tertempel simbol B3 dan terdapat MSDS

yang merupakan pedoman penanganan untuk masing-masing B3 di dalam

lemari tersebut.

h. Obat yang memiliki waktu kadaluwarsa tiga bulan ke depan akan dimasukkan

ke dalam plastik berwarna kuning dan ditempeli stiker kuning yang berisi

informasi bulan dan tahun kedaluwarsa.

Gudang Farmasi Basement mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo

farmasi di setiap lantai berdasarkan defekta dari depo. Depo di setiap lantai

biasanya melakukan defekta ke Gudang Farmasi Basement setiap hari sesuai

dengan kebutuhan obat pasien. Perbekalan farmasi yang sudah disiapkan oleh

petugas Gudang Basement akan dikirimkan ke depo farmasi.

Obat-obat yang perlu diracik disiapkan di ruang peracikan khusus yang

tersedia di Gudang Farmasi Basement. Pada hari Senin dan Kamis, AA dari depo

lantai satu akan membantu penyiapan obat yang akan diracik di Gudang Farmasi

Basement karena dua hari tersebut adalah hari peresepan oleh dokter sehingga

resep obat-obat racikan untuk pasien anak sangat banyak.

Sistem peresepan di Gedung A sudah menggunakan sistem online berupa

Electronic Health Record (EHR). Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat

mengurangi kesalahan dalam membaca resep sehingga kesalahan dalam

pemberian obat juga berkurang. Selain itu, kelengkapan administrasi resep secara

otomatis terpenuhi, resep lebih cepat sampai di depo farmasi sehingga akan lebih

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

56

Universitas Indonesia

cepat untuk melakukan dispensing obat, serta tagihan pasien dapat diketahui

secara real time. Dokter biasanya mengirimkan resep pasien pada hari Senin

untuk penggunaan dari Senin sore hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk

penggunaan dari Kamis sore hingga Senin siang. Akan tetapi, masih ada beberapa

dokter yang melakukan peresepan secara manual khususnya dokter konsulen yang

menangani pasien kelas khusus pada lantai 1, 3, dan 6.

Obat-obat yang sudah diresepkan kemudian disiapkan oleh farmasi di depo

dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang digunakan,

yaitu resep harian, unit dose, dan peresepan individu. Sistem resep harian, yaitu

sistem distribusi obat yang disiapkan untuk penggunaan obat selama satu hari.

Sistem unit dose, yaitu sistem distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali

waktu minum obat, dimulai dari sore hingga siang hari di hari berikutnya.

Walaupun obat disiapkan secara unit dose, namun penyerahan obat ke perawat

tetap dilakukan satu kali sehari untuk penggunaan secara satu hari, yaitu setiap

sore hari sebelum pukul 17.00 WIB. Sistem unit dose ini hanya diberlakukan

untuk obat oral, kecuali di depo farmasi lantai 3 yang sudah menerapkan sistem

unit dose untuk obat-obat parenteral. Sistem distribusi peresepan individu

digunakan untuk penyiapan obat bagi pasien yang akan pulang.

Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga

menerapkan sistem distribusi floor stock. Perbekalan farmasi yang didistribusikan

dengan metode floor stock, yaitu perbekalan farmasi yang diberikan tanpa melalui

verifikasi petugas farmasi. Perbekalan farmasi ini meliputi perbekalan farmasi

dasar (bahan medik habis pakai) dan troli emergensi. Perbekalan farmasi dasar

tersedia di ruang perawat (nurse station) untuk digunakan bersama-sama bagi

seluruh pasien di lantai tersebut dan merupakan tanggung jawab dari perawat di

lantai tersebut. Troli emergensi merupakan persediaan perbekalan farmasi pada

keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup, cairan nutrisi, dan alat-alat

kesehatan penyelamat hidup (airways, breathing, circulation).

Setiap kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang dilakukan harus

disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Gudang Farmasi

Basement antara lain laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian

antibiotik, laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar (bahan medik habis

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

57

Universitas Indonesia

pakai), laporan obat generik, laporan narkotika dan psikotropika, laporan

penggunaan obat formularium, dan laporan barang implan. Laporan tersebut

dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tanggal 5 setiap bulannya ke Kepala

Sub Instalasi Perbekalan Farmasi, Kepala Sub Instalasi Adminkeu, dan

Koordinator Pelayanan Farmasi.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama PKPA untuk memahami

manajemen perbekalan farmasi di Gedung A, yaitu :

a. Memahami prosedur defekta dari depo ke Gudang Farmasi Basement dengan

membantu menyediakan dan mengemas perbekalan farmasi berdasarkan

defekta dari depo farmasi.

b. Membantu memeriksa kesesuaian penempelan stiker LASA pada rak obat

yang tergolong ke dalam obat LASA.

c. Memahami proses penyiapan obat racik di Gudang Farmasi Basement melalui

pengamatan proses peracikan yang dilakukan oleh juru racik dari awal

persiapan hingga proses peracikan selesai. Selain itu, mahasiswa juga

melakukan pengamatan terhadap alat pelindung diri (APD) yang digunakan

oleh juru racik hingga alat-alat yang digunakan selama proses peracikan.

d. Memahami proses dispensing obat di depo farmasi Gedung A dengan ikut

serta membantu proses dispensing obat dan berdiskusi bersama AA yang

bertugas di depo tersebut.

Pada saat melakukan penelusuran obat-obat LASA, mahasiswa

menemukan alat kesehatan yang memiliki waktu kadaluwarsa dalam tiga bulan ke

depan tercampur dengan alat kesehatan yang memiliki waktu kadaluwarsa yang

panjang dengan stiker kuning hanya tertempel pada bagian luar kotak

penyimpanan. Sebaiknya obat dan alat kesehatan dengan waktu kedaluwarsa yang

dekat (3 bulan ke depan) dipisahkan menggunakan kotak yang berbeda atau

dibungkus plastik kuning sehingga obat dan alat kesehatan tersebut dapat

digunakan terlebih dahulu untuk menghindari penumpukan barang-barang yang

akan kedaluwarsa di gudang.

Disarankan juga untuk membuat sistem alarm di komputer sebagai

pengingat bagi perbekalan farmasi yang mencapai jumlah minimum atau hampir

kosong sehingga Apoteker atau AA dapat segera membuat defekta perbekalan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

58

Universitas Indonesia

farmasi tersebut. Hal ini juga berarti dapat mengurangi waktu tunggu dari

permintaan perbekalan farmasi tersebut ketika dibutuhkan segera/cito.

4.3.2 Farmasi klinik Gedung A

Kegiatan farmasi klinik di Gedung A RSCM berjalan cukup baik. Farmasi

klinik adalah pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan untuk

menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam

rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang

rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara

pemberian, tepat waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi

klinik di Gedung A meliputi verifikasi resep, monitoring pengobatan, visite,

diskusi kasus, pelayanan konseling, pelayanan informasi obat, dan pengambilan

riwayat pengobatan (medication history taking).

a. Verifikasi resep

Hal-hal yang dilakukan oleh Apoteker selama verifikasi resep meliputi

pemeriksaan kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis pasien. Pemeriksaan

kelengkapan administrasi resep tidak dilakukan karena Gedung A sudah

menggunakan sistem EHR sehingga kelengkapan administrasi resep telah lengkap

secara otomatis.

b. Monitoring pengobatan

Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada

tidaknya diskrepansi (ketidaksesuaian pengobatan pasien) dan mengetahui

perkembangan pengobatan pasien. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring

pengobatan pasien meliputi :

1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan

pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical

Record).

2) Kesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien.

3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan.

4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

59

Universitas Indonesia

c. Visite

Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang

bertujuan untuk :

1) Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,

perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;

2) Memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk

sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan

3) Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal

pemilihan terapi dan monitoring terapi.

Visite dapat dilakukan oleh Apoteker secara mandiri maupun

berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi.

Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi

pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis

dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta

kemungkinan terjadinya interaksi obat.

d. Diskusi kasus

Kegiatan yang dilakukan selama diskusi kasus dapat bermacam-macam

sesuai dengan kondisi unit yang melakukan diskusi kasus. Diskusi kasus dapat

meliputi :

1) Sharing informasi pasien atau ilmu baru yang didapat.

2) Ronde klinik PPRA untuk membahas kasus penggunaan antibiotik, baik

kasus yang berasal dari pasien maupun yang terjadi secara umum.

3) Ronde geriatri (geriatric meeting).

4) Ronde bersama (waktunya tidak pasti dan dilakukan minimal satu bulan

bulan sekali).

5) Diskusi kasus lainnya sesuai kebutuhan pasien.

e. Pelayanan konseling

Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

Konseling diprioritaskan bagi pasien geriatri (usia lanjut >65 tahun), pediatri

(anak-anak <12 tahun), pasien yang akan pulang, pasien yang mendapatkan lebih

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

60

Universitas Indonesia

dari 7 rejimen obat (polifarmasi), pasien yang mendapatkan obat dengan indeks

terapi sempit, dan pasien yang mendapatkan efek obat yang tidak diharapkan dari

penggunaan obatnya.

Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif.

Umumnya, pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut

selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan penjelasan yang

terlalu mendetail. Akan tetapi, Apoteker sebaiknya meminta pasien untuk

mengulangi informasi yang telah disampaikan. Hal tersebut sebagai proses

evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh

pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi.

Selain itu, Apoteker juga menuliskan informasi obat pada formulir

informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien

meliputi nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian

obat, serta informasi khusus. Formulir informasi obat pulang sangat membantu

bagi pasien karena biasanya obat yang diberikan kepada pasien lebih dari satu

jenis obat sehingga pasien dapat lebih mudah dalam meminum obat.

Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan

cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). Walaupun pada saat konseling

oleh Apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih

sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Oleh karena itu, informasi ini

juga sangat penting tersedia di etiket obat agar pasien tidak salah dalam

penggunaan obat.

f. Pelayanan informasi obat (PIO)

PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh Apoteker selama 24

jam. PIO terdiri dari:

1) PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan yang berasal dari tenaga

kesehatan di lingkungan RSCM. Saat ini kegiatan PIO pasif baru terlaksana

bagi tenaga medis di lingkungan Gedung A RSCM.

2) PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti melalui

buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

61

Universitas Indonesia

Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang

dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik

seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang

diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai

kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu,

dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani

perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap

bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa

ditanyakan kembali di lain waktu.

PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum

dapat dilakukan secara rutin. Kegiatan PIO aktif yang telah dilakukan antara lain:

1) Pembuatan leaflet penggunaan obat khusus, seperti tetes hidung, salep dan

tetes mata, suppositoria, dan sebagainya;

2) Pembuatan buku panduan NGT, stabilitas obat, dan high-alert;

3) Pembuatan buku saku untuk penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes

melitus, tuberkulosis, HIV, dan sebagainya; serta

4) Penyusunan monograf obat penting yang penggunaannya harus dipantau dan

saat ini kegiatan ini masih dilakukan.

Kegiatan PIO aktif dapat dilakukan secara lebih rutin dan tidak hanya

ditujukan bagi pasien dan petugas medis RSCM, tetapi juga dapat bermanfaat bagi

pengunjung RSCM, misalnya pembuatan leaflet yang berisi informasi terkait

penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari HIV sedunia.

g. Pengambilan riwayat pengobatan (medication history taking)

Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan bagi pasien yang baru

dirawat di Gedung A. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat alergi, melihat efek samping dari penggunaan obat sebelumnya,

dan menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan di RSCM.

Pengambilan riwayat penggunaan obat dilakukan dalam waktu 48 jam saat

pertama pasien datang. Ketika melakukan pengambilan riwayat pengobatan,

Apoteker menyiapkan lembar daftar obat sebelum perawatan dan menanyakan

tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di rumah sakit, meliputi:

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

62

Universitas Indonesia

nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep,

non-resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama

penggunaan obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan

(dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat,

dan jumlah obat tersisa. Selain itu, Apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan

efek samping obat yang pernah dialami pasien.

Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan mahasiswa PKPA di Gedung A

antara lain:

a. Melakukan monitoring dan pengambilan riwayat pengobatan pada formulir

yang tersedia, serta berdiskusi bersama Apoteker klinik mengenai data yang

didapatkan.

b. Mengikuti diskusi kasus mengikuti geriatric meeting dan mengikuti diskusi

kasus HIV di Unit Pelayanan Terpadu HIV.

c. Menyiapkan obat, menulis informasi obat pulang pada formulir yang telah

disediakan dan memberikan konseling obat untuk pasien yang akan pulang.

d. Melakukan pelayanan informasi obat dengan menjawab pertanyaan yang

diajukan melalui telepon yang masuk ke unit PIO. Mahasiswa mendapatkan

beberapa pertanyaan yang diajukan oleh petugas farmasi di depo dan dokter.

Dalam menjawab pertanyaan yang diterima, mahasiswa mencari informasi

dari literatur yang telah tersedia di ruangan, yaitu Drug Information

Handbook dan literatur lain, seperti MIMS serta literatur dari internet.

4.4 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU)

Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani pasien

selama 24 jam setiap hari. Setelit ini beroperasi mulai pukul 07.30 – 14.30 untuk

shift pertama, dari pukul 14.30 – 21.00 untuk shift kedua, dan dari pukul 21.00 –

07.30 untuk shift ketiga. Pelayanan resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun

pasien umum yang membayar secara tunai. Satelit ini melayani resep rawat inap

dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi untuk

pemakaian resep individu.

Pelayanan farmasi ICU dikelola oleh dua orang Apoteker yang mengelola

bidang manajemen perbekalan farmasi dan klinis, dibantu oleh lima orang AA.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

63

Universitas Indonesia

Apoteker bidang manajemen perbekalan farmasi bertanggung jawab kepada

Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi melalui Penanggungjawab Bidang

Perbekalan Farmasi. Apoteker bidang klinis bertanggung jawab kepada Kepala

Sub Instalasi Farklin Diklitbang melalui Penanggungjawab Bidang Farmasi

Klinis.

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di ICU meliputi pengelolaan

perbekalan kefarmasian, mulai dari perencanaan, defekta obat, penerimaan,

penyimpanan dan pelaporan, pelayanan resep ICU dewasa atau resep cito dari

bagian endoskopi, parade pagi, visite pasien bersama, pengkajian resep,

monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi

obat.

4.4.1 Pengelolaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU

Defekta perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU dilakukan setiap hari

Senin dan Kamis, sedangkan untuk pengambilan barang dilakukan pada hari

Selasa dan Jumat. Jumlah perbekalan yang perlu dipesan diketahui melalui

pemeriksaan pada kartu stok. Petugas akan memesan defekta ke Gudang

Perbekalan Farmasi Pusat secara online sehari sebelum hari defekta. Selanjutnya,

petugas gudang memeriksa ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan

permintaan. Petugas Satelit ICU akan datang ke Gudang Perbekalan Farmasi

Pusat untuk melakukan penerimaan perbekalan farmasi. Setelah melakukan

pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang diminta dengan

yang diberikan pihak gudang, petugas Satelit ICU akan menandatangani fomulir

defekta barang. Selanjutnya, petugas satelit akan mencatat jumlah barang yang

diterima pada kartu stok barang di satelit dan menyusun perbekalan farmasi di

tempat yang telah disediakan. Beberapa jenis perbekalan farmasi disimpan di

lemari terpisah sebagai buffer stock.

Selain distribusi obat secara peresepan individu, distribusi perbekalan

farmasi dasar dilakukan dengan sistem floor stock ke ruang rawat. Perawat akan

menulis permintaan perbekalan farmasi dasar ke Satelit Farmasi ICU dan pihak

Satelit Farmasi akan meneruskan permintaan barang ke gudang melalui IT.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

64

Universitas Indonesia

Setelah perbekalan farmasi dasar diterima oleh pihak Satelit Farmasi, perbekalan

tersebut akan diserahkan kepada perawat.

Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu

obat atau alat kesehatan. Penyusunan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan

berdasarkan bentuk sediaan, jaminan atau non-jaminan, generik atau nama

dagang, dan stabilitas. Obat pasien jaminan dipisah penyimpanannya berdasarkan

jenis obat jaminan, Askes atau non-Askes. Obat non Askes dipisah juga

berdasarkan obat generik atau obat paten. Beberapa obat yang bersifat termolabil

disimpan terpisah di lemari pendingin dengan suhu 2 – 8˚C. Suhu lemari

pendingin dipantau tiga kali dalam sehari. Suhu penyimpanan dalam ruang satelit

dipantau melalui termometer ruangan sebanyak satu kali sehari. Penyimpanan alat

kesehatan dilakukan berdasarkan fungsi atau penggunaannya. Penyimpanan

perbekalan farmasi di Satelit ICU juga menerapkan sistem FEFO dan FIFO,

seperti di satelit farmasi lainnya. Stock opname dilakukan minimal enam bulan

sekali.

Obat dengan penyimpanan khusus di Satelit Farmasi ICU, meliputi

penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat

termolabil, dan kit emergensi. Tempat penyimpanan obat high alert ditandai

dengan lakban berwarna merah dan diberi label high alert pada tiap kemasan

terkecil obat. Narkotika dan psikotropika disimpan di satu lemari bersekat, dengan

bagian atas merupakan lemari narkotika dan bagian bawah merupakan lemari

psikotropika. Khusus untuk lemari narkotika memiliki pintu dengan kunci ganda

yang selalu terkunci. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA

secara berdampingan dan terdapat stiker LASA yang ditempelkan pada rak

penyimpanan obat. Obat yang mendekati kedaluwarsa diberi label warna kuning

dengan pencantuman bulan dan tahun kedaluwarsa obat tersebut.

Pendistribusian obat di Satelit Farmasi ICU menggunakan sistem

peresepan individual. Dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep

biasanya diantar ke satelit oleh perawat atau keluarga pasien. Petugas satelit akan

melakukan verifikasi terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi

verifikasi administratif, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

65

Universitas Indonesia

kelengkapan persyaratan jaminan pasien serta hasil lab untuk penggunaan obat-

obat tertentu, seperti albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat

dimasukkan melalui sistem IT dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh

petugas satelit. Petugas pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan

jumlah yang sesuai dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada

kartu stok. Selanjutnya, obat dikemas dan diberi label untuk diserahkan kepada

perawat di ruang ICU.

Resep yang dilayani di Satelit ICU adalah resep manual harian dan resep

cito. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang telah menyerahkan

resep cito ke Satelit ICU akan menunggu obat yang di-dispensing untuk segera

dibawa ke ruang rawat. Perawat akan menuliskan obat yang diambilnya dari

petugas satelit di buku komunikasi yang tersedia sebagai bukti telah dilakukan

serah terima obat dari Satelit Farmasi ICU. Selanjutnya, petugas satelit akan

memindahkan data di buku komunikasi ke sistem IT.

Obat pasien dapat diretur jika obat tidak digunakan, kondisinya masih

layak pakai, dan berasal dari Satelit Farmasi ICU. Bagi pasien umum, obat yang

diretur akan diganti dengan uang tunai, sedangkan untuk pasien jaminan akan

dilakukan pengurangan terhadap jumlah tagihan kepada penjamin. Penagihan

terhadap pasien jaminan diurus oleh penata rekening. Penata rekening akan

melakukan penagihan ke UPPJ (Unit Pelayanan Pasien Jaminan) terhadap obat-

obat yang telah digunakan pasien.

4.4.2 Pelayanan farmasi klinik di Satelit Farmasi ICU

Apoteker klinis di Satelit ICU melakukan parade pagi setiap pukul 08.00 –

10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan dietisian. Parade ini bertujuan untuk

membahas seputar permasalahan pasien, perkembangan pasien, dan rencana

tindakan atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien. Apoteker akan

memberikan rekomendasi mengenai obat yang dibutuhkan dalam perawatan

pasien, ketersediaan obat di Instalasi Farmasi, dosis obat yang sesuai indikasinya,

dan interaksi obat. Perencanaan pengobatan pasien juga disesuaikan dengan hasil

laboratorium pasien.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

66

Universitas Indonesia

Apoteker klinis melaksanakan visite bersama dokter, perawat, dan

dietisian. Melalui kegiatan visite, tim tersebut dapat mengetahui kondisi pasien

yang sebenarnya. Pada saat melakukan visite, dapat terjadi perubahan terapi

ataupun tindakan. Peran Apoteker pada saat itu adalah memberikan rekomendasi

dan berkoordinasi dengan dokter terkait rencana terapi atau tindakan yang akan

diterapkan.

Apoteker mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis obat yang diresepkan

oleh dokter. Jika terdapat terapi yang kurang sesuai, Apoteker meminta

konfirmasi kepada dokter yang bersangkutan dan memberi rekomendasi jika

diperlukan. Monitoring obat dilakukan oleh Apoteker dengan memeriksa

kesesuaian antara resep, kardeks, dan status pasien serta menganalisis

perkembangan pasien dengan terapi yang diperoleh.

Pasien di ICU dengan kondisi yang telah stabil umumnya akan

dipindahkan ke ruang rawat inap di Gedung A, sedangkan pasien ICCU yang

kondisinya sudah baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga melaksanakan

kegiatan farmasi klinis di ICCU, salah satunya adalah memberikan informasi obat

pada pasien yang akan pulang.

Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi ICU, terdapat beberapa hal

yang diamati oleh mahasiswa. Berikut adalah hasil pengamatan serta beberapa

masukan untuk memperbaiki kinerja di Satelit Farmasi ICU :

a. Resep-resep yang diterima di Satelit ICU terkadang tidak memenuhi

kelengkapan syarat penulisan resep. Contohnya, seringkali ditemukan tidak

ada nama dokter, jenis sediaan, atau kekuatan sediaan. Hal ini mungkin

disebabkan karena dokter lupa menulis, terburu-buru, atau karena dokter

menganggap bahwa petugas farmasi telah mengetahui obat yang dimaksud.

Ketidaklengkapan syarat penulisan resep ini dapat berpotensi menyebabkan

terjadinya medication error. Ketidaklengkapan ini dapat diatasi dengan

penerapan sistem peresepan online karena dengan sistem tersebut, data

administratif pasien pada resep dapat dilengkapi secara otomatis.

Penambahan tenaga AA juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan

pelayanan kefarmasian dan meminimalisir terjadinya medication error di

Satelit ICU akibat beban kerja petugas yang tinggi. Idealnya, sekurang-

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

67

Universitas Indonesia

kurangnya terdapat dua AA untuk shift pagi, dua AA untuk shift siang, dan

dua AA untuk shift malam.

b. Satelit Farmasi ICU dilengkapi dengan lemari yang tingginya dapat mencapai

lebih dari dua meter. Terdapat beberapa perbekalan farmasi serta dokumen

yang diletakkan pada posisi yang cukup tinggi dan sulit dijangkau oleh

petugas. Biasanya petugas menggunakan alat bantu kursi untuk menjangkau

perbekalan farmasi serta dokumen yang diletakkan pada posisi tersebut. Hal

ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu,

penambahan fasilitas tangga diperlukan untuk mengurangi risiko terjadinya

kecelakaan kerja.

c. Satelit Farmasi ICU terletak cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien

sehingga petugas satelit harus berteriak keluar ruangan untuk memanggil

keluarga pasien saat pengurusan tagihan obat pasien. Oleh karena itu,

dibutuhkan pengadaan alat pengeras suara untuk memudahkan petugas dalam

melakukan pemanggilan tersebut.

d. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU sudah tertata dengan

cukup baik. Akan tetapi, masih ditemukan beberapa produk obat yang

disimpan tercampur dalam satu wadah. Penyimpanan obat tersebut berisiko

menimbulkan kesalahan dan menyulitkan pencarian obat saat proses

dispensing. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan wadah obat atau

pemberian sekat pada wadah tersebut untuk membatasi penyimpanan antara

satu produk obat dengan produk obat lain. Penyimpanan obat yang tersimpan

di dalam wadah boks juga masih diletakkan langsung di lantai tanpa

menggunakan palet. Sebaiknya dapat dipertimbangkan penambahan palet

untuk menjaga keamanan obat yang harus disusun di lantai agar tidak rusak.

Menurut informasi dari petugas farmasi di ICU, usulan untuk pengadaan palet

sebenarnya sudah diajukan, akan tetapi belum dapat terealisasi.

4.5 Satelit Farmasi Kirana

Satelit Farmasi Kirana memiliki dua depo farmasi, yaitu depo farmasi

lantai 1 dan lantai 3. Depo lantai 1 melayani pasien rawat jalan, sementara depo

lantai 3 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk tindakan operasi mata.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

68

Universitas Indonesia

Depo lantai 1 beroperasi setiap hari Senin hingga Jumat dengan jadwal satu shift,

yakni mulai pukul 08.00 – 15.30 WIB, sedangkan depo farmasi lantai 3 juga

memiliki jadwal satu shift, yaitu mulai pukul 08.00 hingga semua tindakan operasi

selesai dilakukan.

SDM di Satelit Kirana berjumlah 6 orang, terdiri dari satu orang Apoteker

Penanggungjawab dan tiga orang AA yang bertugas melayani pasien jaminan dan

pasien umum (bayar tunai). Selain obat mata, satelit ini juga menyediakan obat-

obat lain, berupa obat oral, injeksi, narkotika, dan psikotropika sebagai terapi

penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana.

Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan dari poli mata, rawat

jalan dari bagian VIP (Citra), dan pasien pulang pasca-operasi, sedangkan depo

farmasi lantai 3 hanya melayani kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik. Bagian OK

di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masing-masing menggunakan sistem

paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya. Dokumentasi mutasi barang,

selain dengan sistem IT, seharusnya juga dilakukan menggunakan kartu stok.

Pada depo lantai 3, tidak dilakukan penulisan mutasi barang di kartu stok.

Pendokumentasian hanya dilakukan melalui pencatatan pada kertas khusus yang

berisi nama barang yang keluar, jumlah, dan nama pasien yang menggunakan.

Hal ini disebabkan arus permintaan yang cepat sehingga dengan keterbatasan

SDM dirasa cukup sulit untuk memenuhi tanggung jawab tersebut. Kartu stok

hanya digunakan untuk barang-barang mahal dan obat narkotik, yaitu morfin,

petinin, dan fentanil.

Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana

dilakukan berdasarkan data pemakaian selama enam bulan terakhir. Data

perencanaan dikirim ke Gudang Perbekalan Farmasi Pusat untuk disiapkan

pengadaannya. Depo lantai 3 membuat perencanaan untuk pemesanan barang dan

dikirimkan ke depo lantai 1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit Kirana

dilakukan oleh pihak depo lantai 1 secara online pada hari Senin dan Rabu,

sedangkan pengambilan perbekalan farmasi dilakukan pada hari Selasa dan

Kamis. Satelit Kirana tidak memiliki pekarya, maka perbekalan farmasi yang

diminta diantar oleh petugas Gudang Perbekalan Farmasi Pusat. Pada hari

pengantaran barang ke Satelit Kirana, dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

69

Universitas Indonesia

perbekalan farmasi yang diterima dengan defekta oleh petugas farmasi di Satelit

Kirana. Kemudian, perbekalan farmasi dimasukkan ke rak perbekalan farmasi dan

dicatat pemasukannya pada kartu stok. Untuk kebutuhan perbekalan farmasi depo

lantai 3, barang akan diantarkan dari depo lantai 1 ke depo lantai 3 dengan

memanfaatkan jasa petugas cleaning service Satelit Kirana setiap hari Kamis.

Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata,

perencanaan jumlah kebutuhan dan spesifikasi serta beberapa rekomendasi vendor

terbaik yang dipilih secara langsung diajukan oleh pihak Satelit Kirana ke

Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian

Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) akan

melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani

barang konsinyasi ini. Setelah diputuskan pemenangnya, maka pihak Unit Kerja

Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang.

Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku

khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman

untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut

ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Kepala Sub Instalasi

Perbekalan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan

faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar

penagihan pembayaran bagi vendor.

Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem

FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan perbekalan farmasi

di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat

kesehatan, dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat dilakukan

berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat

kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan fungsi atau

penggunaannya. Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi

penyimpanan narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat

termolabil, dan kit emergensi.

Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan

dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada

wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

70

Universitas Indonesia

pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap

kemasan primer obat diberi stiker High Alert. Obat kanker disimpan di lemari

terpisah yang diberi stiker ungu. Narkotika disimpan di lemari khusus yang

berkunci ganda. Kunci lemari narkotika dikalungkan pada AA yang bertugas di

satelit. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa enam bulan ke depan ditandai

dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun kedaluwarsa

obat tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari pendingin.

Pengecekan suhu lemari pendingin serta suhu ruangan penyimpanan Satelit

Kirana dilakukan tiap pagi dan sore hari. Sebagai langkah pengontrolan terhadap

stok perbekalan farmasi yang ada, dilakukan kegiatan SO di Satelit Kirana

sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Barang-

barang yang diketahui telah mencapai tanggal kedaluwarsa atau rusak akan

dikembalikan ke Gudang Perbekalan Farmasi Pusat untuk dimusnahkan.

Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan

dua cara, yaitu sistem peresepan individual dan sistem floor stock. Resep yang

diterima di satelit ini adalah resep manual, tetapi beberapa dokter di ruang OK

VIP telah menggunakan sistem online. Resep yang masuk per hari dapat mencapai

120 hingga160 lembar. Resep tersebut akan disimpan di Satelit Kirana selama tiga

tahun, begitu juga dengan resep narkotika.

Alur pelayanan resep di Satelit Kirana adalah sebagai berikut:

a. Pasien umum (resep tunai)

Pasien umum cukup datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep

tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi

kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan

diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien untuk

selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing

obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi

obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS yang berlaku

di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga, dispensing

obat, dan penyerahan obat.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

71

Universitas Indonesia

b. Pasien jaminan

Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan

terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep

asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Untuk pasien jaminan Askes, petugas

satelit harus memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat

dalam Buku Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes. Jika obat yang akan

ditebus tidak terdapat dalam DPHO Askes, maka petugas harus

menginformasikan kepada pasien bahwa obat tersebut tidak dibayarkan oleh

Askes dan menjadi tanggungan pasien.

Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di depo lantai 1 Satelit Kirana,

antara lain :

a. Mengamati prosedur administrasi resep yang masuk.

b. Mengamati dan melaksanakan alur pelayanan resep, dimulai dari penerimaan

resep, penyiapan obat, hingga penyerahan obat kepada pasien.

c. Melakukan inventarisir stok barang pada lemari penyimpanan, kemudian

memasukkan data tersebut ke dalam data pada sistem IT untuk

mempermudah proses SO di Satelit Kirana.

Kegiatan yang dilakukan di depo lantai 3, antara lain mengamati dan

melakukan pelayanan perbekalan farmasi untuk keperluan ruang OK, menyusun

stok barang dari buffer stock ke rak-rak obat, melakukan retur paket operasi yang

tidak terpakai, hingga melakukan penyiapan paket yang akan digunakan untuk

tindakan operasi keesokan harinya.

Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Kirana, mahasiswa menemukan

adanya stok barang yang kosong dikarenakan stok obat di Gudang Perbekalan

Farmasi Pusat tidak tersedia. Hal ini mengakibatkan banyak pasien yang harus

menebus obat di apotek di luar RSCM. Oleh karena itu, perencanaan serta

pengaturan pengeluaran stok obat harus diatur dengan baik agar dapat mengatasi

terjadinya stok barang kosong setiap hari.

Masalah lain yang ditemukan di satelit ini adalah tidak terdapat daftar

nama obat yang seharusnya ditempelkan pada bagian depan pintu lemari

penyimpanan atau lemari pendingin. Hal ini disebabkan adanya beberapa

tambahan obat yang baru tersedia dan disimpan di lemari pendingin sehingga

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

72

Universitas Indonesia

daftar obat yang baru belum sempat dibuat. Untuk menanggulangi hal tersebut,

dapat dibuat penambahan kolom kosong pada daftar obat-obat yang sudah ada

sebagai tempat untu menuliskan nama obat tambahan yang baru dimasukkan ke

lemari tersebut. Selanjutnya, daftar tersebut dapat di-update secara berkala dan di-

print kembali sesuai dengan data obat yang terbaru. Pada saat dilakukan

pengecekan kartu stok, masih ditemukan adanya ketidakcocokan antara jumlah

obat yang tertera di kartu stok dengan jumlah fisik obat di satelit. Hal ini

seringkali dikarenakan petugas satelit lupa untuk mencatat pengeluaran obat di

kartu stok saat melakukan pengambilan obat. Langkah yang dapat dilakukan

untuk mengatasinya, antara lain dengan memberlakukan sistem sampling yang

dapat dilakukan oleh Apoteker atau AA yang bertugas di satelit untuk mengecek

kesesuaian kartu stok dengan jumlah fisik, minimal 1 atau 2 minggu sekali.

Permasalahan lain yang ditemui di Satelit Kirana adalah penulisan

keterangan penggunaan obat yang belum lengkap pada etiket, terutama keterangan

waktu penggunaan sebelum atau sesudah makan untuk obat oral. Hal ini karena

petugas yang menyiapkan obat tidak mengerti atau tidak hafal aturan minum tiap

obat. Dengan demikian, masih perlu dilakukan sosialisasi mengenai aturan

penggunaan untuk obat oral yang terdapat di satelit kepada petugas farmasi di

Satelit Kirana.

Pada saat bertugas di depo farmasi lantai 3, diketahui bahwa depo ini tidak

menggunakan kartu stok untuk mendokumentasikan mutasi perbekalan farmasi

karena arus permintaan dan kegiatan di ruang OK yang berjalan cepat. Untuk ke

depannya, dapat diadakan sebuah buku khusus sebagai media untuk pencatatan

mutasi tersebut, yang minimal berisi keterangan nama perbekalan farmasi, jumlah,

nama pasien yang memerlukan, dan inisial petugas satelit yang menyerahkan

perbekalan farmasi. Hal ini diharapkan dapat mengantisipasi kemungkinan hilang

atau terlewatnya dokumentasi mutasi tersebut.

4.6 Satelit Farmasi Pusat

Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam

pada hari Senin hingga Minggu yang masing-masing terbagi ke dalam tiga shift

kerja. Shift pertama dilakukan pada pukul 08.00 – 14.30 WIB, shift kedua

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

73

Universitas Indonesia

dilakukan pada pukul 14.00 – 21.00 WIB dan shift ketiga dilakukan pada pukul

21.00 – 08.00 WIB. Sumber daya manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1

Apoteker, 9 AA, dan 2 juru resep dengan pembagian dalam satu shift adalah 2 AA

dan 1 juru resep untuk shift pagi dan sore. Sementara untuk shift malam, terdapat

2 AA yang bertugas.

Satelit ini melayani resep pasien rawat inap yang tidak memiliki satelit

farmasi ataupun satelit farmasi yang tidak buka 24 jam dan juga resep pasien

rawat jalan dari beberapa poliklinik. Resep rawat inap yang dilayani berasal dari

rawat inap Bedah Anak (BCH), Paviliun Tumbuh Kembang (PTK), Perinatalogi

(PICU dan NICU), Unit Luka Bakar (ULB), Psikiatri (PKL, PKW, PKA) dan

Pelayanan Jantung Terpadu (pada shift kedua dan ketiga). Resep pasien rawat

jalan yang dilayani berasal dari Poliklinik Hemodialisa (pasien HD yang

menggunakan cairan dianeal), semua poliklinik yang meresepkan obat kemoterapi

(poliklinik kebidanan, bedah tumor, hematologi-onkologi, bedah toraks, dan

bedah digestif), dan poliklinik talasemi. Pasien yang diterima di sini adalah pasien

umum dan jaminan, yang dapat berupa Jamkesmas, Jamkesda, KJS Dinkes DKI

Jakarta, Jampeltas, Jampersal, ASKES, dan jaminan perusahaan.

Pengelolaan perbekalan farmasi pada Satelit Farmasi Pusat dilakukan

mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

serta pencatatan yang dilakukan pada setiap tahap pengelolaan perbekalan

farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi Satelit Farmasi Pusat ke Gudang

Perbekalan Farmasi Pusat dilakukan berdasarkan konsumsi rata-rata obat yang

digunakan selama 3-4 hari ditambah dengan buffer stock sebanyak 10%. Pada

proses pengadaan, dilakukan defekta 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin

dan Kamis. Setelah barang siap, penerimaan oleh pihak satelit dilakukan setiap

hari Selasa dan Jumat oleh AA. Jumlah stok yang diterima langsung dimasukkan

ke dalam sistem IT di Satelit Farmasi Pusat.

Selain melaksanakan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga

melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan

farmasi yang tidak terduga. Petugas akan datang langsung ke gudang mengambil

obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan dan menulisnya pada buku cito.

Permintaan obat atau alat kesehatan cito selama satu hari diakumulasi dan dibuat

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

74

Universitas Indonesia

menjadi kumpulan defekta cito. Kumpulan defekta cito selanjutnya diserahkan ke

Gudang Perbekalan Farmasi Pusat. Buku cito dimiliki oleh Satelit Farmasi Pusat

dan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat. Setelah kumpulan defekta cito diserahkan

ke Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, petugas gudang memeriksa kesesuaian

kumpulan defekta cito dari Satelit Farmasi Pusat dengan buku cito yang dimiliki

gudang.

Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit pusat disusun dengan sistem

First Expired First Out (FEFO) atau First In First Out (FIFO). Perbekalan

farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat, alat kesehatan dan B3.

Penyimpanan obat disusun sesuai kriteria berikut :

a. Disusun secara alfabetis.

b. Berdasarkan bentuk sediaan: oral, injeksi, cairan infus, sirup/drop, obat luar.

c. Obat generik atau merk dagang.

d. Obat dengan penyimpanan khusus :

1) Termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2°-8° C.

2) Obat sitostatika, ditempeli stiker ungu untuk obat kanker.

3) High Alert, di lemari berbeda yang dibatasi dengan lakban merah dan

ditempeli stiker High Alert hingga kemasan primer obat.

4) Narkotika, di dalam lemari kayu khusus dengan kunci ganda.

5) Psikotropika, di dalam lemari kayu khusus.

e. Obat mahal.

f. Obat dengan penyimpanan terpisah : sediaan nutrisi dan obat ASKES.

Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan

jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan

alat kesehatan. Penyimpanan B3 dilakukan dalam lemari tahan api. Kegiatan SO

untuk semua perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat dilakukan setiap enam

bulan sekali. Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga

melalui pengecekan suhu penyimpanan satu kali sehari untuk ruangan dan tiga

kali sehari untuk lemari pendingin, pengecekan perbekalan farmasi yang

mendekati kedaluwarsa dalam jangka waktu 6 bulan dan penempelan stiker

kuning pada sediaan farmasi dengan masa kedaluwarsa kurang dari 3 bulan.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

75

Universitas Indonesia

Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi

Pusat untuk pasien rawat inap adalah dengan sistem peresepan individu.

Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing-

masing unit kerja. Khusus obat kemoterapi yang telah disiapkan akan

didistribusikan oleh petugas dari Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat

dilakukannya dispensing obat kemoterapi. Pasien hemodialisa yang menggunakan

cairan dianeal diberikan injeksi untuk kebutuhan satu bulan, sedangkan pasien

yang tidak menggunakan cairan dianeal cukup diberikan obat untuk keperluan

satu minggu dan tergantung pada keperluan pemakaian. Pasien rawat jalan

diberikan jumlah obat sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep dan biasanya

untuk pemakaian obat selama satu minggu.

Resep yang diterima Satelit Farmasi Pusat rata-rata 250 lembar per hari.

Resep yang dilayani berupa resep manual dan resep elektronik (EHR). Unit kerja

yang memberikan resep berbentuk EHR adalah BCH, ULB dan PJT. Resep yang

datang, terutama untuk pasien jaminan, akan diverifikasi terlebih dahulu.

Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif, farmasetik, dan kelengkapan

lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien jaminan pemerintah, kuitansi

untuk semua pasien, protokol dan jadwal terapi khusus untuk pasien kemoterapi,

dan hasil lab khusus untuk pasien pengguna obat mahal dan antibiotik lini 2 dan 3.

Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT.

Setelah dimasukkan dan diberi harga, resep diberikan kepada petugas satelit

lainnya untuk di-dispense. Bagi pasien yang membayar secara tunai, dapat

langsung membayar kepada petugas satelit, sedangkan pasien jaminan wajib

menyerahkan resep asli dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas satelit.

Petugas satelit yang melakukan dispensing mengambil obat dengan jenis

dan jumlah yang sesuai dan mencatatnya pada kartu stok. Selain dispensing obat,

Satelit Farmasi Pusat juga menerima resep racikan. Obat racikan diracik di ruang

racik secara manual dengan kertas perkamen khusus. Obat diberi label dan

dikemas. Kemudian obat diberikan oleh petugas setelah dilakukan pengecekan

terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat terhadap resep. Obat diberikan kepada

pasien disertai pemberian informasi tentang penggunaan obat.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

76

Universitas Indonesia

Kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat salah satunya adalah

penyusunan obat di rak penyimpanan yang masih bertumpuk ke belakang

sehingga kotak obat seringkali saling menghalangi. Hal ini dapat menyulitkan

petugas dalam mencari obat. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan penyusunan

kotak obat secara bertingkat sehingga kotak obat tidak saling menghalangi satu

sama lain. Selain itu, kendala yang ditemukan adalah proses verifikasi resep untuk

aspek kesesuaian klinis yang pelaksanaannya masih terbatas karena hanya

terdapat 1 Apoteker di satelit ini yang tugasnya masih terfokus pada pelaksanaan

manajemen. Verifikasi resep dan pemberian informasi obat sebagian besar

dilakukan oleh AA. Dalam hal ini, Apoteker klinis akan diperlukan untuk

pelaksanaan verifikasi resep dan pemberian informasi obat kepada pasien yang

lebih komprehensif.

Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan ke

Satelit Farmasi Pusat. Penggunaan resep manual ini memiliki kekurangan, yaitu

memungkinkan terjadinya kesalahan pembacaan resep oleh petugas satelit dan

memperlambat proses pelayanan resep. Oleh karena itu, penggunaan resep

elektronik (EHR) diharapkan dapat segera diaplikasikan di seluruh unit kerja

sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.

4.7 Sub Instalasi Produksi

Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan

perbekalan farmasi di RSCM. Perlunya diadakan kegiatan produksi ini adalah

untuk memenuhi permintaan sediaan di RSCM yang memiliki kriteria, antara

lain:

a. sediaan dengan formula khusus,

b. sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (repacking),

c. sediaan yang tidak ada di pasaran,

d. sediaan dengan harga yang lebih murah,

e. produk yang harus selalu dibuat segar, dan

f. sediaan untuk keperluan penelitian.

Sub Instalasi Produksi melayani produksi sediaan farmasi dan pelayanan

aseptic dispensing. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

77

Universitas Indonesia

sediaan steril dan non-steril. Lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di RSCM,

antara lain terdapat di :

a. Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat suntik

(IV admixture) (4 AA), pencampuran obat kemoterapi (3 AA + 1 pekarya),

dan repacking sediaan serbuk steril (2 AA).

b. Perinatologi : melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture) dan TPN

(6 AA).

c. Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat kemoterapi (4AA).

d. Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat

kemoterapi (2 AA).

Sumber daya manusia (SDM) yang terdapat di Sub Instalasi Produksi,

terdiri dari 2 Apoteker, 21 AA, dan 4 pekarya. Sub Instalasi Produksi beroperasi

dalam 2 shift dari jam 08.00 – 20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu.

Sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk

melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya.

Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan

tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, yaitu :

a. Ruang karantina sebagai tempat alat yang baru masuk untuk disimpan

sebelum digunakan pada proses produksi.

b. Ruang pencucian sebagai tempat pembersihan alat dan kemasan yang

digunakan dalam proses produksi.

c. Ruang bahan baku sebagai tempat disimpannya bahan baku obat yang

digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan

berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan

obat luar.

d. Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat

dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar.

e. Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril

dan repacking.

f. Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas

produk yang dihasilkan.

g. Ruang penyiapan aseptik, terdiri dari:

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

78

Universitas Indonesia

1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan

dan pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan

dalam ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan dari luar

ruangan lebih besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip

seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar

keluar ruangan sehingga petugas yang di luar ruang ini terhindar dari

efek paparan obat sitostatika.

2) Ruang Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat

dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik

atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan

positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar disbanding luar

ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari

partikel yang terdapat di luar ruangan.

Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi

menghasilkan sekitar 60 jenis sediaan. Produk steril yang diproduksi, antara lain

sediaan salep kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara itu,

produk non-steril yang dapat diproduksi sekitar 55 jenis. Contoh sediaan non-

steril yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus,

sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, handrub, alkohol 70%, dan

povidone iodin. Sediaan yang rutin diproduksi setiap bulannya berjumlah 40 jenis.

PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung

CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati

dan diikuti mahasiswa, antara lain :

a. Mengamati kegiatan rekonstitusi obat sitostatika

Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub

Instalasi Produksi dimulai dari penerimaan resep dan obat kemoterapi dari pihak

satelit farmasi oleh petugas rekonstitusi obat sitostatika. Resep kemoterapi

berbeda dengan resep obat lainnya, yakni berupa Formulir Pelayanan

Pencampuran Obat Sitostatika Instalasi Farmasi. Selain itu, untuk menghindari

terjadinya kesalahan dispensing, formulir juga dilengkapi dengan protokol

kemoterapi yang ditulis oleh dokter. Petugas di Depo Sitostatika melakukan

skrining resep dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

79

Universitas Indonesia

menjamin keamanan pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan

beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis

dalam formulir permintaan rekonstitusi. Apabila pasien tidak segera melakukan

kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Stostatika sebagai obat titipan pasien.

Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat

sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga

dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, Nomor Rekam Medik

(NRM), jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute

pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kedaluwarsa.

Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak

obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril

tempat penyiapan obat secara aseptis. Sebelum dilakukan pencampuran, petugas

harus menggunakan APD terlebih dahulu sesuai ketentuan yang berlaku untuk

menjamin sterilitas produk yang dihasilkan dan keamanan bagi petugas sendiri.

Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown dan APD lainnya, seperti penutup

kepala, sarung tangan steril, masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup

kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk prosedur aseptis adalah rangkap dua,

sarung tangan yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.

Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran

yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) dilengkapi dengan

Laminar Air Flow (LAF) vertikal. Sebelum proses pencampuran, perlu dilakukan

pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan yang aseptik dengan cara

mengelap bagian dalam BSC dengan gerakan searah, serta mengelap kemasan

obat, cairan, dan spuit yang akan dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan

alcohol swab. Perlu disiapkan juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika

dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti beaker glass. Sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, pencampuran obat sitostatika dilakukan di ruang steril dalam BSC

serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti.

Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika ditempeli etiket dan label

obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang

steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

80

Universitas Indonesia

aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan diletakkan kembali ke

dalam kotak khusus dan dikeluarkan dari ruang steril melalui pass box.

b. Mengamati proses aseptic dispensing

Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral

berupa KCl premix dan kegiatan repacking sediaan serbuk steril. Alur yang

dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan

secara online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form

permintaan yang telah disediakan. Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang

akan digunakan. Proses dispensing dilakukan di ruang aseptik dengan tekanan

udara positif. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian

etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh

pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.

c. Mencari literatur pembuatan larutan bilas lambung sebelum endoskopi dan

menguji formulasi sediaan yang dirancang

Pencarian literatur ini dilakukan untuk merancang formulasi larutan bilas

lambung yang sesuai dengan kriteria dan dapat diproduksi di RSCM. Setelah

didapatkan formula yang sesuai, dibuat sediaan sesuai dengan formula tersebut.

Dilakukan juga evaluasi sediaan agar didapat sediaan yang baik dan dapat

dikonsumsi.

d. QC (quality control) pada proses pembuatan hand rub

Proses QC dilakukan untuk mengontrol mutu sediaan produk agar sesuai

dengan standar dan pengerjaan sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP).

Mahasiswa ikut melakukan QC pada proses pembuatan hand rub sesuai dengan

prosedur yang terdapat pada formulir QC. Proses pembuatan hand rub yang

teramati telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

e. Repacking pembuatan sediaan povidone iodin

Proses repacking dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi

kemasan yang lebih kecil dan ekonomis.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

81

Universitas Indonesia

f. Pembuatan sirup omeprazole

Sirup omeprazole merupakan sediaan yang waktu kestabilan sediaannya

pendek. Selain itu, sediaan sirup ini tidak tersedian di pasaran sehingga produksi

sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan penggunaannya di RSCM.

Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan

permintaan pada saat itu agar kestabilan obat tetap terjaga.

g. Pengisian kapsul

Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul CaCO3. Sebelum

pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan

menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan

alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama

obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa. Selain itu,

dilakukan juga uji mutu terhadap kapsul yang diperoleh, antara lain melalui uji

visual dan pengujian keseragaman bobot kapsul.

h. Mengemas serbuk KCl dan Kalium Fosfat.

Selain diisikan ke dalam kapsul, kedua serbuk tersebut juga dapat

langsung dikemas menggunakan kertas perkamen. Dalam proses pengemasan,

harus diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas.

Proses pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan petugas

sehingga dituntut ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah

pengemasan selesai, sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.

Secara keseluruhan, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi

Produksi telah sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang

ada dengan maksimal. Meskipun demikian, masih ditemui adanya beberapa

kendala, seperti kurangnya tenaga AA untuk melakukan proses produksi non-

steril sehingga beberapa proses pembuatan dibantu pelaksanaannya oleh pekarya

di bawah pengawasan AA yang ada. Selain itu, AA yang ada terkadang

diperbantukan juga ke lokasi aseptic dispensing lain yang sedang membutuhkan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

82

Universitas Indonesia

sehingga AA yang bertugas di CMU 2 semakin berkurang. Proses pengawasan

mutu juga belum dapat dilakukan dengan maksimal pada semua proses produksi

karena keterbatasan tenaga yang berkompetensi untuk itu. Oleh karena itu, perlu

diadakan penambahan AA untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada proses pengemasan serbuk KCl juga terdapat kendala akibat

penggunaan kemasan yang masih konvensional, yaitu dengan kertas perkamen.

Sebaiknya, digunakan kertas puyer khusus yang dapat disegel menggunakan

mesin press seperti yang telah digunakan di beberapa satelit farmasi lain di RSCM

agar pengemasan lebih praktis dan efisien serta menjamin keamanan serbuk dari

kemungkinan tercecer saat proses pengemasan.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

83 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan

kefarmasian yang mencakup kegiatan manajemen dan pelayanan farmasi klinik.

Dari segi manajemen, Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa perbekalan

farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di

rumah sakit selalu tersedia. Dari segi klinis, Apoteker bertugas untuk memantau

pengobatan pasien serta memberikan informasi yang diperlukan demi tercapainya

tujuan pengobatan pasien dengan mengutamakan patient safety. Selain itu,

Apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang bertugas melakukan

pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta

berkontribusi dalam upaya peningkatan pendapatan rumah sakit.

Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

sudah cukup memenuhi persyaratan pelayanan kefarmasian dari Kementerian

Kesehatan RI dan standar akreditasi internasional dari Joint Commission

International. Akan tetapi, masih ditemui adanya aspek pelayanan yang belum

dilakukan secara maksimal karena faktor keterbatasan jumlah SDM dan beberapa

fasilitas penunjang.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

84

Universitas Indonesia

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan kami selama PKPA, berikut beberapa saran yang

dapat kami sampaikan:

a. Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

1) Selalu memperbarui daftar nama obat yang terdapat di dalam kulkas agar

memudahkan pada saat pencarian obat-obat tersebut.

2) Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam lemari pendingin

dan ditempelkan di setiap pintu lemari pendingin tersebut.

3) Menerjemahkan MSDS yang masih menggunakan bahasa asing ke dalam

Bahasa Indonesia agar memudahkan pegawai dalam memahami isi dari

MSDS tersebut dan dapat meningkatkan keselamatan pegawai.

4) Menempelkan stiker high alert, sitostatik, dan LASA secara teliti.

b. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1) Menambah jumlah pekarya di satelit farmasi IGD yang tugasnya

berfokus pada pemeliharaan kebersihan rak penyimpanan perbekalan

farmasi di satelit.

2) Menyediakan printer etiket untuk mempercepat dan mempermudah

proses dispensing obat di satelit farmasi.

3) Menyediakan daftar keterangan cara penggunaan obat (sebelum atau

sesudah makan) sebagai panduan bagi Asisten Apoteker dalam

melengkapi keterangan pada etiket saat proses dispensing obat.

c. Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)

1) Informasi obat yang tertera dalam etiket mencantumkan cara penggunaan

obat (sebelum/setelah makan) agar pasien tidak salah dalam penggunaan

obat.

2) Kegiatan PIO aktif dapat dilakukan secara lebih rutin dan tidak hanya

ditujukan bagi pasien dan petugas medis RSCM, tetapi juga dapat

bermanfaat bagi pengunjung RSCM, misalnya pembuatan leaflet yang

berisi informasi terkait penyakit HIV yang diberikan saat peringatan hari

HIV sedunia.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

85

Universitas Indonesia

3) Membuat sistem alarm di komputer sebagai pengingat bagi perbekalan

farmasi yang hampir kosong sehingga apoteker atau Asisten Apoteker

dapat segera membuat defekta perbekalan farmasi tersebut. Hal ini juga

berarti dapat mengurangi waktu tunggu dari permintaan perbekalan

farmasi tersebut ketika dibutuhkan segera/cito.

d. Satelit Intensive Care Unit (ICU)

1) Mengadakan pengeras suara untuk memudahkan petugas agar mudah

memanggil pasien.

2) Menambah fasilitas tangga untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.

3) Mengadakan peresepan online untuk memudahkan dispensing obat dan

meminimalisir terjadinya medication error.

4) Menambah Asisten Apoteker untuk mengoptimalkan kinerja kefarmasian

dan dan meminimalisir terjadinya medication error di ICU. Idealnya

sekurang-kurangnya terdapat dua Asisten Apoteker untuk shif pagi, dua

Asisten Apoteker untuk shift siang, dan dua Asisten Apoteker untuk shift

malam.

5) Menambah wadah obat karena masih ada beberapa obat yang tersimpan

dalam satu wadah obat.

e. Satelit Kirana

1) Depo lantai 3 tidak menggunakan kartu stok dan hanya memakai kertas

catatan untuk mendokumentasi seluruh perbekalan farmasi yang keluar

karena arus permintaan dan kegiatan di OK yang berjalan cepat. Untuk

ke depannya, dapat dibuatkan buku khusus berisi nama perbekalan

farmasi, jumlah, nama pasien, inisial nama penulis yang menyerahkan

perbekalan farmasi supaya tidak tercecer dan data tidak hilang.

2) Pengambilan perbekalan farmasi dari gudang juga dimasukkan ke buku

ini sebagai stok sehingga setiap kegiatan tetap dapat terdokumentasikan

dengan baik.

3) Perlu adanya sosialisasi aturan minum tiap obat yang terdapat di depo

farmasi lantai tersebut, khususnya obat oral karena terkait dengan

pengobatan dan kesembuhan pasien

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

86

Universitas Indonesia

f. Sub Instalasi Produksi

1) Perlu penambahan Asisten Apoteker pada Sub Instalasi Produksi karena

kurangnya tenaga Asisten Apoteker untuk melakukan proses produksi

non steril sehingga beberapa proses pembuatan ada yang dilakukan oleh

pekarya. Selain itu Asisten Apoteker yang ada terkadang diperbantukan

ke lokasi aseptic dispensing lain yang lebih membutuhkan sehingga

Asisten Apoteker yang bertugas di CMU 2 semakin berkurang. Proses

pengawasan mutu juga tidak bisa dilakukan dengan maksimal disemua

proses produksi karena keterbatasan tenaga yang berkompetensi untuk

itu.

2) Pada saat mengemas serbuk KCl sebaiknya digunakan kertas puyer

khusus yang dapat disegel menggunakan mesin press seperti yang telah

digunakan di beberapa satelit farmasi lain di RSCM agar pengemasan

lebih praktis dan efisien serta menjamin keamanan serbuk dari

kemungkinan tercecer saat proses pengemasan.

g. Satelit Farmasi Pusat

1) Penyusunan obat masih menumpuk ke belakang sehingga kotak obat

dapat saling menghalangi, hal ini dapat menyulitkan petugas dalam

mencari obat. Solusinya, dapat dilakukan penyusunan dengan

menggunakan kotak obat disusun bertingkat sehingga kotak obat tidak

saling menghalangi satu sama lain.

2) Verifikasi klinis untuk di satelit pusat masih terbatas dilakukan karena

apoteker yang hanya terdiri dari satu orang masih terfokus dalam

pelaksanaan manajemen. Verifikasi resep dan pemberian informasi obat

sebagian besar dilakukan oleh Asisten Apoteker. Perlu penambahan

Apoteker klinis dalam hal verifikasi resep dan pemberian informasi obat

kepada pasien yang lebih komprehensif.

3) Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan.

Penggunaan resep manual memiliki kekurangan, yaitu kesalahan

membaca resep dan memperlambat proses pelayanan resep. Oleh karena

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

87

Universitas Indonesia

itu, penggunaan resep elektronik (EHR) diharapkan segera diaplikasikan

di seluruh unit kerja sehingga dapat mempercepat proses pelayanan

resep.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

88 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Pengelolaan

Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1197/ Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.36 tahun 2009

tentang Kesehatan.Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang No.44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit. Jakarta.

Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

89

Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Departemen

Instalasi Farmasi

UPT

Direktur Pengembangan dan

Pemasaran

Instalasi promkes

UPJM

Direktur Keuangan

Bagian Anggaran

Bagian Perbendaharaan

Bagian Akuntansi

Direktur SDM dan Pendidikan

Bagian Diklat

Bagian SDM

Bagian Hukor

Instalasi Pendidikan

Direktur Umum dan Operasional

Bagian Administrasi

Bagian Aset dan Inventaris

Bagian Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Instalasi Medik

ULP

Unit Utilitas

Komite Medik, Komite Etik, PPIRS,

Komite Mutu

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

90

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi

Kepala Instalasi Farmasi

Kepala Subinstalasi Perbekalan Farmasi

Kepala Subinstalasi Produksi

Kepala Subinstalasi Farmasi Klinis dan

Pendidikan Pelatihan Pengembangan

Kepala Subinstalasi Administrasi dan

Keuangan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

91

Lampiran 3. Struktur Organisasi Sub Instalasi Produksi

Kepala Instalasi Farmasi

Kepala Sub Instalasi Produksi

Penanggung Jawab

Produksi Steril dan Non Steril

Pelaksana Produksi Non Steril

Pelaksana Repacking Sediaan Injeksi Serbuk

Penanggung Jawab Aseptik Dispensing

Pelaksana Pencampuran Obat

Sitostatika

Pelaksana Pencampuran Obat

Suntik

Pelaksana Repacking Sediaan Injeksi Cair

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

92

Lampiran 4. Contoh Etiket

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

93

Lampiran 5. Contoh Klip Plastik Obat Unit Dose

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

94

Lampiran 6. Contoh Blanko Kartu Stok

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

95

Lampiran 7. Formulir Konseling Obat Pasien Pulang

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

96

Lampiran 8. Lembar Monitoring Pengobatan Pasien Rawat Inap

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

97

Lampiran 9. Formulir Medication History Taking Pasien

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN PERBEKALAN

FARMASI DI KAMAR OPERASI DENGAN PAKET OPERASI

MATA PADA DIVISI GLAUKOMA DAN KORNEA KIRANA

SELAMA BULAN JULI-DESEMBER 2012

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

ANISA PRIMA HILMI, S.Far 1206197192

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JULI 2013

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………….. …….. i

DAFTAR ISI……………………………………………….………. ii

DAFTAR TABEL………………………………………………….. iii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… iv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………… v

BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………… ……. 1

1.2 Tujuan…………………………………………………… ……. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………… . 3

2.1 Definisi Perbekalan Farmasi ………………………………… 3

2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit …………… 3

BAB 3. METODE PENGKAJIAN………………………………... 13

3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian………………………………… 13

3.2 Metode Pengkajian…….……………………………………… 13

3.3 Sampel Pengkajian……………………………………………. 13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………… ... 14

4.1 Hasil…………….…………. ………………………………… 14

4.2 Pembahasan………….. ……………………………………… 16

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………… 18

5.1 Kesimpulan…………………….……………………………... 18

5.2 Saran………………… ……………………………………... 18

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 19

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah dan persentase perbekalan farmasi pada paket operasi

tindakan trabekulektomi Divisi Glaukoma yang digunakan

pasien............................................................................................. 14

Tabel 4.2 Jumlah dan persentase perbekalan farmasi pada paket operasi

tindakan secondary implant Divisi Kornea yang digunakan

pasien................................................................................................. 14

Tabel 4.3 Jenis ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang digunakan

pasien dengan paket operasi…………… ...................................... 15

Tabel 4.4 Jumlah dan persentase ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang

digunakan pasien dengan paket operasi…………………… ........ 15

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram persentase ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang

digunakan pasien dengan paket operasi ........................................ 15

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

v Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perbandingan perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan

trabekulektomi dengan perbekalan farmasi yang digunakan

pasien di ruang operasi…………………………. .......................... 20

Lampiran 2. Perbandingan perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan

secondary implant dengan perbekalan farmasi yang digunakan

pasien di ruang operasi .................................................................. 22

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pekerjaan kefarmasiaan adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau

penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pengadaan sediaan farmasi, produksi

sediaan farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi dan pelayanan sediaan

farmasi (Peraturan Pemerintah RI No. 51Tahun 2009).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau

fasilitas di Rumah Sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan

kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu. Tugas utama IFRS

adalah pengelolaan yang mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita hingga pengendalian

semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan oleh pasien rawat inap,

rawat jalan maupun semua unit di rumah sakit. Berkaitan dengan pengelolaan

tersebut, IFRS harus menyediakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita

dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dengan biaya minimal. IFRS juga

bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan

terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai

bagian/unit diagnosa dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik dan

rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih baik

(Siregar, 2004).

Biaya yang diserap untuk penyediaan perbekalann farmasi merupakan

komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Belanja perbekalan farmasi di

rumah sakit dapat menyerap sekitar 40-50 % dari biaya keseluruhan rumah sakit.

Belanja yang demikian besar, tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien.

karena dana untuk obat di rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan.

Pengelolaan perbekalan farmasi yang efisien dan efektif akan meningkatkan

pemanfaatan anggaran yang tersedia. Hal tersebut juga itu diharapkan dapat

berpengaruh terhadap peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kefarmasian yang

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

2

Universitas Indonesia

akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan rumah sakit (Departemen

Kesehatan RI, 2008).

Pelayanan kesehatan mata di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo berpusat

di gedung Kirana yang melayani rawat jalan pasien mata, operasi mata dan lasik.

Dalam pemenuhan kebutuhan perbekalan farmasi di gedung Kirana, terdapat depo

farmasi yang menyediakan perbekalan farmasi bagi pasien rawat jalan maupun

perbekalan farmasi untuk operasi mata. Distribusi perbekalan farmasi untuk

operasi mata dilakukan dengan sistem paket operasi mata sesuai dengan unit

tindakan yang akan diterima pasien, misalnya pada Divisi Glaukoma dan Kornea.

Penentuan perbekalan farmasi yang masuk ke dalam paket tersebut berdasarkan

kesepakatan antara tenaga medis yang melayani operasi mata. Pada

pelaksanaannya diruang operasi, perbekalan farmasi yang ada dalam paket tidak

semuanya digunakan ataupun ada perbekalan farmasi yang kurang. Oleh sebab itu

pada tugas khusus ini akan dianalisis kesesuain perbekalan farmasi yang telah

disiapkan dalam bentuk paket untuk operasi mata dengan penggunaan yang

sebenarnya di ruang operasi pada Divisi Glaukoma dan Kornea Kirana. Hal

tersebut penting mengingat tugas Apoteker dalam pengelolaan perbekalan farmasi

harus efektif dan efisien bagi pasien dan rumah sakit.

1.2. TUJUAN

Mengevaluasi kesesuaian penggunaan perbekalan farmasi di kamar operasi

dengan paket operasi mata yang telah ditentukan pada Divisi Galukoma dan

Kornea Kirana selama bulan Juli - Desember 2012.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Perbekalan Farmasi

Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan

obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

2.2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit

Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan

farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari perencanaan sampai

evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi

(Departemen Kesehatan RI, 2008). Fungsi dari pengelolaan perbekalan farmasi

adalah (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004) :

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan

rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang

telah dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

2.2.1. Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan

dalam proses pengadaan perbekalan farmasidi rumah sakit. Tujuan perencanaan

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

4

Universitas Indonesia

perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai

dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan

perencanaan kebutuhan farmasi meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2008) :

1. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi

benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit

di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat

Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas masing-masing rumah sakit,

Formularium RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin,

Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Jamsostek).

2. Kompilasi Penggunaan

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui

penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan

selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.

3. Perhitungan Kebutuhan

Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah

kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam

perhitungan kebutuhan obat, antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Metode Konsumsi

Secara umum, metode konsumsi biasanya menggunakan data konsumsi obat

individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan

data konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per

periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

b. Metode Morbiditas

Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas

kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang

umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya

adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode

morbiditas membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum,

sebuah daftar obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

5

Universitas Indonesia

masalah tersebut dan satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan

(berdasarkan pada praktek rata-rata atau pedoman pengobatan).

c. Metode kombinasi

Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas/epidemiologi, selain itu

dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode morbiditas

digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus demam

berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan

menggunakan metode konsumsi.

4. Evaluasi Perencanaan

Berdasarkan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun yang

akan datang, diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti dengan evaluasi.

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara/teknik seperti analisis nilai ABC untuk

evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek medik/terapi,

kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.

2.2.2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi/pembuatan sediaan

farmasi dan sumbangan/droping/hibah. Tujuan pengadaan untuk mendapatkan

perbekalan farmasi dengan harga layak, dengan mutu yang baik, pengiriman

barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan

tenaga dan waktu berlebihan (Departemen Kesehatan RI, 2008).

1. Pembelian

Pembelian adalah rangakaian proses pengadaan untuk mendapatkan

perbekalan farmasi. Terdapat empat metode pada proses pembelian, yaitu

(Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Pelelangan (tender) terbuka

Metode tender terbuka berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga, metode ini lebih

menguntungkan. Pelaksanaan tender terbuka memerlukan staf yang kuat, waktu

yang lama serta perhatian penuh.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

6

Universitas Indonesia

b. Tender terbatas

Metode tender terbatas sering disebut sebagai lelang tertutup. Tender dilakukan

pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baik.

Harga masih dapat dikendalikan serta tenaga dan beban kerja lebih ringan bila

dibandingkan dengan lelang terbuka.

c. Pembelian dengan tawar-menawar

Metode ini dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya

dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.

d. Pembelian langsung

Metode pembelian langsung digunakan untuk pembelian dalam jumlah kecil

dan barang harus segera tersedia. Harga barang yang ditentukan relatif lebih

mahal.

2. Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan mengemas

kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah

(Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Sediaan farmasi dengan formula khusus.

b. Sediaan farmasi dengan harga murah.

c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.

d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran.

e. Sediaan farmasi untuk penelitian.

f. Sediaan nutrisi parenteral.

g. Rekonstruksi sediaan obat kanker.

h. Sediaan farmasi yang harus dibuat baru.

Sediaan farmasi yang diproduksi oleh IFRS harus akurat dalam identitas,

kekuatan, kemurnian, dan mutu. Oleh karena itu, harus ada pengendalian proses

dan produk untuk semua sediaan yang diproduksi atau pembuatan sediaan ruah

dan pengemasan yang memenuhi syarat. Formula induk dan batch harus

terdokumentasi dengan baik (termasuk hasil pengujian produk) (Departemen

Kesehatan RI, 2008).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

7

Universitas Indonesia

3. Sumbangan/droping/hibah

Pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan mengikuti kaidah

umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan farmasi yang tersisa

dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat situasi normal

(Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.2.3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian

dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2008):

a. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai

certificate of analyse (CA).

b. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-

bahan berbahaya.

c. Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin

(CO).

2.2.4. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan

cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai

aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan

penyimpanan (Departemen Kesehatan RI, 2008):

a. Memelihara mutu sediaan farmasi

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

c. Menjaga ketersediaan

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut

bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan

disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi

sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak

gudang dengan depo agar efisien (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

8

Universitas Indonesia

2.2.5. Pendistribusian

Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah

sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan dari pendistribusian

adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu,

jenis dan jumlah. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk

dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan (Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 1197 Tahun 2004) :

a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.

b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.

c. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.

Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi adalah :

1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Total Floor Stock)

Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam

ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian

perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang

disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh

petugas farmasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

Keuntungan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004):

a. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi penderita.

b. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS.

c. Pengurangan penyalinan kembali order obat.

d. Pengurangan jumlah personel IFRS yang diperlukan.

Kelemahan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004):

a. Kesalahan obat meningkat karena order obat tidak dikaji oleh apoteker.

b. Persediaan obat di unit perawat meningkat.

c. Meningkatnya bahaya karena kerusakan dan kehilangan obat.

d. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat.

2. Sistem Resep Perorangan (Resep Individual)

Pada distribusi dengan sistem resep individual, perbekalan farmasi

diberikan kepada pasien sesuai dengan yang tertulis di resep. Pendistribusian

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

9

Universitas Indonesia

perbekalan farmasi dengan sistem resep individual dilakukan melalui instalasi

farmasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun 2004).

Keuntungan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004):

a. Resep/order dikaji langsung oleh apoteker.

b. Ada interaksi antara apoteker, dokter, dan perawat.

c. Ada pengendalian persediaan.

Kelemahan dari sistem ini adalah (Siregar, 2004) :

a. Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat.

b. Obat dapat terlambat sampai ke pasien.

c. Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat sebelum diberikan

ke pasien.

d. Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak

adanya proses pengawasan ganda.

3. Sistem Unit Dosis

Pada sistem unit dosis, pendistribusian obat dilakukan melalui resep

perorangan yang disiapkan, diberikan/digunakan, dan dibayar dalam unit untuk

penggunaan satu kali dosis (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197 Tahun

2004). Penyiapan dan pengendalian obat dilakukan oleh instalasi farmasi untuk

tiap waktu penggunaan dalam sehari. Selanjutnya, obat diserahkan kepada

perawat untuk diberikan ke pasien. Sistem unit dosis hanya dapat dilakukan untuk

pasien rawat inap bukan untuk pasien rawat jalan (Siregar, 2004).

Keuntungan dari sistem ini adalah (Departemen Kesehatan RI, 2008):

a. Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya.

b. Peniadaan kelebihan obat/ yang tidak terpakai di ruang perawatan.

c. Semua obat disiapkan oleh farmasi sehingga perawat mempunyai waktu yang

lebih untuk merawat pasien.

d. Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca

resep dokter, sebelum dan sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika

membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien. Hal

ini akan mengurangi kesalahan pengobatan (medication error).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

10

Universitas Indonesia

e. Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat dan dokter serta

pasien.

f. Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan

untuk Drug Use Review (pengkajian penggunan obat).

g. Mempermudah pengendalian dan pemantauan penggunaan persediaan farmasi.

Kelemahan dari sistem ini adalah (Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Membutuhkan banyak tenaga farmasi.

b. Meningkatkan biaya operasional.

4. Sistem Distribusi Kombinasi

Sistem distribusi kombinasi adalah sistem distribusi yang menerapkan

sistem resep perorangan (resep individu) dan sistempersediaan di ruangan yang

terbatas. Perbekalan farmasi yang yang disediakan di ruangan adalah perbekalan

farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan

biasanya perbekalan farmasi yang harganya murah. Keuntungan dari sistem

distribusi kombinasi adalah (Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Semua resep/prder dikaji langsung oleh apoteker.

b. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker, dokter, perawat

pasien/keluarga pasien.

c. Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.

2.2.6. Pengendalian

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang

telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan / kekosongan

obat di unit-unit pelayanan. Kegiatan pengendalian mencakup :

a. Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah

stok ini disebut stok kerja.

b. Menentukan stok optimum dan stok pengaman.

c. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai

pemesanan sampai obat diterima (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

11

Universitas Indonesia

2.2.7. Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi

standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada

pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan dari penghapusan

adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat

dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan

mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi resiko terjadi penggunaan

obat yang tidak memenuhi standar (Departemen Kesehatan RI, 2008).

2.2.8. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor

transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS.

Pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi

adanya mutu obat yang tidak memenuhi standar dan harus ditarik dari peredaran.

Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual.

Kartu yang umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah kartu stok dan

kartu stok induk. Manfaat informasi yang dari pencatatan yaitu dapat dengan

cepat mengetahui jumlah persediaan perbekalan farmasi, membantu dalam

pelaporan, informasi untuk perencanaan, pengadaan dan distribusi, pengendalian

persediaan, pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian

dan sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFRS (Departemen Kesehatan RI,

2008).

Pelaporan merupakan kumpulan catatan dan pendataan kegiatan

administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang

disajiakan kepada pihak yang berkepentingan. Tujuan dari pelaporan adalah

(Departemen Kesehatan RI, 2008) :

a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi

b. Tersedianya informasi yang akurat

c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan

d. Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

12

Universitas Indonesia

2.2.9. Monitoring dan evaluasi

Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring

dan evaluasi (monev). Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna

penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan monev dapat

dilakukan secara periodik dan berjenjang. Keberhasilan monev ditentukan oleh

supervisor maupun alat yang digunakan. Tujuan dari monev adalah meningkatkan

produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit agar dapat

ditingkatkan secara optimum (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

13 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENGKAJIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian

Pengambilan data perbekalan farmasi yang digunakan pasien operasi mata

pada Divisi Glaukoma dan Kornea dilakukan di Gedung Kirana RSCM pada

tanggal 6-8 Mei 2013.

3.2 Metode Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan menganalisis data secara retrospektif. Data

yang digunakan adalah data penggunaan perbekalan farmasi pasien yang diambil

melalui sistem IT Teramedik dan data Biaya Paket Operasi Divisi Glaukoma dan

Kornea Kirana tahun 2012.

3.3 Sampel Pengkajian

Pasien yang menjalankan operasi mata pada Divisi Glaukoma dan Kornea

periode Juli - Desember 2012. Jumlah pasien yang dijadikan sampel yaitu 5 orang

yang menggunakan paket pada tindakan trabekulektomi Divisi Glaukoma dan

tindakan secondary implant Divisi Kornea. Pengambilan sampel tersebut

berdasarkan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan di Kirana dari bulan

Juli sampai dengan Desember 2012.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

14 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan hasil analisis diperoleh ketidaksesuaian antara penggunaan

perbekalan farmasi di kamar operasi dengan paket operasi mata tindakan

trabekulektomi Divisi Glaukoma dan tindakan secondary implant Divisi Kornea.

Persentase perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan trabekulektomi Divisi

Glaukoma yang digunakan pasien berkisar antara 23 % sampai 46 % dari 39 item

(lihat Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Jumlah dan persentase perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan

trabekulektomi Divisi Glaukoma yang digunakan pasien.

No Pasien Jumlah Persentase

1. An. IA 10 26 %

2. Tn. GB 12 31 %

3. Ny. S 12 31 %

4. Ny. LM 9 23 %

5. Tn S 18 46 %

Persentase perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan secondary

implant Divisi Kornea yang digunakan pasien berkisar antara 11% sampai 44 %

dari 36 item (lihat Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Jumlah dan persentase perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan

secondary implant Divisi Kornea yang digunakan pasien.

No Pasien Jumlah Persentase

1. Tn. MF 4 11 %

2. Ny. SA 15 42 %

3. Ny. R 10 28 %

4. An. CO 17 47 %

5. An. S 16 44 %

Jenis ketidaksesuaian yang terjadi dari penggunaan perbekalan farmasi

diatas dapat dikelompokkan menjadi perbekalan farmasi yang tidak tersedia dalam

paket, tetapi dibutuhkan pasien dan perbekalan farmasi yang telah disediakan

dalam paket tetapi tidak digunakan pasien. Semua sampel pasien mengalami

minimal salah satu dari jenis ketidaksesuaian tersebut (lihat Tabel 4.3).

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

15

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Jenis ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang digunakan pasien

dengan paket operasi.

No Pasien Perbekalan farmasi

yang tidak tersedia

Perbekalan farmasi

yang tidak digunakan

1. An. IA 1 1

2. Tn. GB 1 1

3. Ny. S 0 1

4. Ny. LM 0 1

5. Tn S 1 1

6. Tn. MF 1 1

7. Ny. SA 1 1

8. Ny. R 1 1

9. An. CO 1 1

10. An. S 1 1

Jumlah 8 10

Persentase jenis ketidaksesuaian yang didapat yaitu sebanyak 44,4 %

kejadian perbekalan farmasi yang tidak tersedia dan 55, 6 % kejadian perbekalan

farmasi dalam paket yang tidak digunakan pasien (lihat Tabel. 4.4 dan Gambar

4.1).

Tabel 4.4 Jumlah dan persentase ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang

digunakan pasien dengan paket operasi.

Jenis ketidaksesuaian Jumlah Perbekalan farmasi

yang tidak tersedia

Perbekalan farmasi

yang tidak digunakan

Jumlah 8 10 18

Persentase 44.4 % 55.6 % 100 %

44,4 %55,6 %Perbekalan farmasiyang tidak tersedia

Perbekalan farmasiyang tidak digunakan

Gambar 4.1 Diagram persentase ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang

digunakan pasien dengan paket operasi.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

16

Universitas Indonesia

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis penggunaan perbekalan farmasi di kamar

operasi dengan paket operasi mata tindakan trabekulektomi Divisi Glaukoma dan

tindakan secondary implant Divisi Kornea periode Juli – Desember 2012,

didapatkan penggunaan perbekalan farmasi oleh pasien dikamar operasi kurang

dari 50 % dari jumlah item yang ada dalam paket. Pada tindakan trabekulektomi

terdapat 39 item perbekalan farmasi yang telah disediakan dalam paket.

Perbekalan farmasi dalam paket tersebut yang digunakan di kamar operasi

berkisar antara 23 % sampai 46 % dari 39 item. Pada tindakan secondary implant,

perbekalan farmasi dalam paket yang digunakan pasien berkisar antara 11%

sampai 44 % dari 36 item. Hal tersebut menandakan bahwa perbekalan farmasi

yang digunakan pasien di kamar operasi tidak sesuai dengan perbekalan farmasi

yang telah disediakan dalam paket operasi.

Jenis ketidaksesuaian yang terjadi yaitu terdapat perbekalan farmasi yang

tidak tersedia dalam paket, tetapi dibutuhkan pasien dan terdapat juga perbekalan

farmasi yang telah disediakan dalam paket tetapi tidak digunakan pasien.

Persentase jenis ketidaksesuaian yang didapat yaitu sebanyak 44,4 % kejadian

perbekalan farmasi yang tidak tersedia dan 55, 6 % kejadian perbekalan farmasi

dalam paket yang tidak digunakan pasien. Hasil analisis menunjukkan bahwa

penyediaan perbekalan farmasi dalam bentuk paket pada tindakan secondary

implant dan tindakan trabekulektomi belum efektif atau tidak sesuai dengan

kebutuhan yang pasien gunakan di ruang operasi. Hal tersebut terjadi karena

kebutuhan individu pasien yang berbeda. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi

perbedaan tersebut adalah kondisi keparahan penyakit yang diderita, usia pasien,

penyakit penyerta, respon pasien terhadap obat dan kecocokan pasien terhadap

alat kesehatan yang digunakan. Apabila perbekalan farmasi yang dibutuhkan

pasien tidak ada di dalam paket, tentu akan menyulitkan tenaga medis pelaksana

operasi untuk mendapatkannya dalam kondisi sedang berlangsungnya operasi.

Kelebihan perbekalan farmasi dari dalam paket juga menambah beban kerja.

Petugas farmasi bertambah beban kerjanya untuk menerima dan menyimpan

kembali perbekalan farmasi tersebut.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

17

Universitas Indonesia

Apoteker berperan penting dalam pengelolaan perbekalan farmasi di

rumah sakit, termasuk perbekalan farmasi paket operasi. Pengelolaan perbekalan

farmasi tersebut harus dikelola dengan baik dan sesuai kebutuhan pasien.

Apoteker dapat memberi saran kepada tim pembuat kebijakan agar sesuai dalam

menentukan perbekalan farmasi pada paket opersai mata. Data perbekalan farmasi

yang digunakan untuk paket operasi harus selalu dievaluasi dan direvisi sesuai

dengan yang digunakan di kamar operasi.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

18 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penggunaan perbekalan farmasi di kamar operasi dengan paket operasi

mata yang telah ditentukan pada Divisi Glaukoma dan Kornea Kirana selama

bulan Juli-Desember 2012 belum sesuai dengan ketersediaan dalam paket.

5.2 Saran

1. Perlu diadakan analisis kesesuaian paket operasi dengan penggunaan

perbekalan farmasi di ruang operasi untuk tindakan yang lain pada Divisi

Glaukoma dan Kornea.

2. Waktu pengambilam sampel pasien untuk analisis diperpanjang agar data yang

diperoleh lebih mewakili untuk jangka waktu yang lebih panjang

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

19 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/MenKes/SK/X/2004

Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Siregar, Charles J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

22

1 Universitas Indonesia

Lampiran 1. Perbandingan perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan trabekulektomi dengan perbekalan farmasi yang digunakan

pasien di ruang operasi

No. Paket Operasi Obat Dan Alkes Yang Digunakan

An. IA Tn. GB Ny. S Ny. LM Tn S

1 Alkohol Swab Transamin Inj 250 Mg Water For Injection 25 Ml Xylocain 2 % 2 Ml Inj Xylocain 2 % 2 Ml Inj Occulon Hv 1.6 %

2 Adrenalin (Epineprin Inj) Ondansetron Inj 4 Mg Ikamicetin 1 % Eye Oint 0 W 9560 (benang) 0 W 9560 (benang) Aurovisc Inj 2 Ml

3 Aquadest 500 ml Otsuka

Atracurium Hameln Inj 25

Mg Aurovisc Inj 2 Ml Steril Eye Drape 100 X 70 Steril Eye Drape 100 X 70 Steril Eye Drape 100 X 70

4 Bethadine Cair Asering 500 Ml Otsuka Xylocain 2 % 2 Ml Inj Stab Knife Pe 3015

Spuit 1 Cc Tuberculin

Terumo Stab Knife Pe 3015

5 Blood Set

Verband 4 X 5 Cm

Nasional 0 W 9560 (benang)

Spuit 1 Cc Tuberculin

Terumo Spuit 10 Cc Terumo Spuit 1 Cc Tuberculin Terumo

6 Cresen Knife 2.00 Mm Vasofix Safety 24 Steril Eye Drape 100 X 70 Spuit 10 Cc Terumo Sarung Tangan Gamex No 7.5 Spuit 10 Cc Terumo

7

Cornea Knife 1.50 Mm

(Slit Angled 2.75 Mm) Vasofix Safety 22 Stab Knife Pe 3015

Sarung Tangan Gamex No

8 Sarung Tangan Gamex No 7 Slit Angled Knife 2.75 Mm

8 Dibekacin Inj Spuit 5 Cc Terumo

Spuit 1 Cc Tuberculin

Terumo

Sarung Tangan Gamex No

6.5 Mqa Eye Sponge Sarung Tangan Gamex No 7.5

9

Dop Mata/Global

Eyeshield Col White Dop

Mata Plastik

Spuit 3 Cc Terumo Spuit 10 Cc Terumo 0 Us - 1002 Lzn (benang) Global Eyeshield Col White

Dop Mata Plastik Sarung Tangan Gamex No 6.5

10 Sterile Eye Drape Sevorane 250 Ml

Sarung Tangan Gamex No

7.5 Mqa Eye Sponge Mqa Eye Sponge

11 Cendoxytrol 5cc Sedacum Inj 5 Mg

Sarung Tangan Gamex No

6.5

Global Eyeshield Col

White Dop Mata Plastik

Global Eyeshield Col White Dop

Mata Plastik

12 Cendo Floxa Mnds Leukomed Iv 5.8 X 8 Optem Cressent Knife Cressent Knife

13

Microshield Hand Rub

500 Ml Ketorollac Inj 10mg Mqa Eye Sponge Acrysoft Natural Sp Sn 60 At

14 Handschoen Steril Gamex Infus Set Terumo Mitomycin C Inj 10 Mg 0 W 9560 (benang)

15

Handschoen Non Steril

Gamex Fentanil Inj 2 Ml

Micropore Dispenser 1/2

Inchi Steril Eye Drape 100 X 70

Keterangan : Kolom yang berwarna kuning adalah perbekalan farmasi yang masuk ke dalam paket operasi

20

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

23

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Perbandingan perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan trabekulektomi dengan perbekalan farmasi yang digunakan

pasien di ruang operasi (lanjutan)

No. Paket Operasi Obat Dan Alkes Yang Digunakan

An. IA Tn. GB Ny. S Ny. LM Tn S

16 Masker Tali 0 W 9560 (benang)

Spuit 1 Cc Tuberculin

Terumo

17 Kassa Depper Steril Eye Drape 100 X 70 Spuit 10 Cc Terumo

18 Kassa Kecil Stab Knife Pe 3015

Sarung Tangan Gamex No

8

19 Visco Elastic (Hpmc) Spuit 3 Cc Terumo

Sarung Tangan Gamex No

7.5

20 Lidi Watten/Cotton Bud Spuit 1 Cc Tuberculin Terumo Optem

21 Marcain Pdf Inj 0.5 % 20 Ml Sarung Tangan Gamex No 7 Mqa Eye Sponge

22 Xylocain 2 % 2 Ml Inj Sarung Tangan Gamex No 6.5

Global Eyeshield Col

White Dop Mata Plastik

23 Vicryl 8.0 W 9560 Sangofix

24 Micropore 1" 0 Us - 1002 Lzn (benang)

25 Mqa Eye Sponge Mqa Eye Sponge

26

Nylon Spatula 10 - 0 Us - 1002

Lzn

Global Eyeshield Col White Dop

Mata Plastik

27 Opthalmic Cautery Cressent Knife

28 Oradexon (Kalmetason)

29 Pantocain 0.5 % 5 Cc

30 Bss

31 Gygazyme

32 Gygasep

33 Theralin

34 Salep Mata (Ikamicetine)

35 Spuit 1 Cc Terumo

36 Spuit 10 Cc Terumo

37 Spuit 20 Cc Terumo

38 Mitomycin C Inj 10 Mg

Keterangan : Kolom yang berwarna kuning adalah perbekalan farmasi yang masuk ke dalam paket operasi

21

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

24

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Perbandingan perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan secondary implant dengan perbekalan farmasi yang digunakan

pasien di ruang operasi

No. Paket Operasi Perbekalan Farmasi yang Digunakan

Tn. MF Ny. SA Ny. R An. CO An. S

1 Iol Water For Injection 25 Ml Occulon Hv 1.6 % Occulon Hv 1.6 % Water For Injection 25 Ml Granon Inj 1 Mg

2 Alkohol Swab Roculax Inj 50 Mg Kalmethason Inj 5 Mg Bss Medeq Prostigmin Inj

Atracurium Hameln Inj 25

Mg

3 Aquadest 500ml Kalmethason Inj 5 Mg Carbachol Inj Steril Eye Drape 100 X 70 Ondansetron Inj 4 Mg Vasofix Safety 24

4 Betadine Cair Granon Inj 1 Mg Bss Medeq Spuit 3 Cc Terumo Kalmethason Inj 5 Mg Vasofix Safety 22

5 Blood Set Ephedrin Hcl Inj 50 Mg Aurovisc Inj 2 Ml Spuit 1 Cc Tuberculin Terumo

Atracurium Hameln Inj 25

Mg Suction Catheter No 8

6 Slit Angled Knife 2.75 Mm Asering 500 Ml Otsuka Xylocain 2 % 2 Ml Inj Spuit 10 Cc Terumo Asering 500 Ml Otsuka Spuit 5 Cc Terumo

7 Cresen Knife 2.00mm Vasofix Safety 20 Steril Eye Drape 100 X 70 Slit Angled Knife 2.75 Mm Vasofix Safety 24 Spuit 3 Cc Terumo

8 Dibekacin Inj Suction Catheter No 12 Stab Knife Pe 3015 Sarung Tangan Gamex No 7.5 Spuit 5 Cc Terumo Sevorane 250 Ml

9

Global Eyeshield Col White

Dop Mata Plastik Suction Catheter No 10 Spuit 5 Cc Terumo Sarung Tangan Gamex No 6.5 Spuit 3 Cc Terumo Leukomed Iv 5.8 X 8

10 Sterile Eye Drape Spuit 5 Cc Terumo Spuit 3 Cc Terumo Optem Spuit 10 Cc Terumo Ketorollac Inj 10mg

11 Cendo Floxa Mnds Spuit 3 Cc Terumo Spuit 20 Cc Terumo Sojourn 250 Ml Infus Set Terumo

12

Microshield Handrub 500

Ml Spuit 10 Cc Terumo

Spuit 1 Cc Tuberculin

Terumo

Midazolam Hameln Inj 15

Mg Fentanil Inj 2 Ml

13 Handschoen Steril Gamex Remopain Inj 30 Mg Spuit 10 Cc Terumo

Micropore Dispenser 1

Inchi Atropin Sulfat Inj

14

Handschoen Non Steril

Sensi Glove

Micropore Dispenser 1

Inchi Slit Angled Knife 2.75 Mm

Masker Oksigen Pediatric Optiblu Inj

15 Head Caps Masker Oksigen Adult

Sarung Tangan Gamex No

7.5

Lidocain Inj Occulon Hv 1.6 %

16 Masker Tali Lidocain Inj

Sarung Tangan Gamex No

7

Leukomed Iv 5.8 X 8 Kalmethason Inj 5 Mg

17 Kassa Depper Leukomed Iv 5.8 X 8 0 Us - 1002 Lzn (benang) Ketorollac Inj 10mg Ikamicetin 1 % Eye Oint

18 Kassa Kecil Isoflurane 250 Ml Mqa Eye Sponge Infus Set Terumo Bss Medeq

19 Visco Elastic (Hpmc) Fresofol Inj 1 % 20 Ml

Micropore Dispenser 1/2

Inchi

Fentanil Inj 2 Ml Aurovisc Inj 2 Ml

Keterangan : Kolom yang berwarna kuning adalah perbekalan farmasi yang masuk ke dalam paket operasi

22

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358857-PR-Anisa Prima-Laporan... · K KERJA PROFESI APOTEKER. DI. RUMAH SAKIT UMUM ... 3.4 Instalasi

25

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Perbandingan perbekalan farmasi pada paket operasi tindakan secondary implant dengan perbekalan farmasi yang digunakan

pasien di ruang operasi (lanjutan)

No Paket Operasi Perbekalan Farmasi yang Digunakan

Tn. MF Ny. SA Ny. R An. CO An. S

20 Lidi Watten/Cotton Bud Fentanil Inj 2 Ml Lensa Ispheric Pc 60 R Farmadol Drip 100 Ml Xylocain 2 % 2 Ml Inj

21 Micropore 1" Blood Set Terumo Blood Set Terumo Atropin Sulfat Inj Stab Knife Pe 3015

22 Mqa Eye Sponge Viscoat 0.75 Ml Spuit 5 Cc Terumo

23

Nylon Spatula 10 - 0 Us -

1002 Lzn

Kalmethason Inj 5 Mg Spuit 3 Cc Terumo

24 Opthem Ikamicetin 1 % Eye Oint Spuit 20 Cc Terumo

25 Oradexon/Kalmetaxon

Carbachol Inj

Spuit 1 Cc Tuberculin

Terumo

26 Pantocain 0.5 % 5 Cc Bss Medeq Spuit 10 Cc Terumo

27 Bss Aurovisc Inj 2 Ml Slit Angled Knife 2.75 Mm

28 Gygazyme

Steril Eye Drape 100 X 70

Sarung Tangan Gamex No

7.5

29 Gygasep

Spuit 5 Cc Terumo

Sarung Tangan Gamex No

6.5

30 Theralin Spuit 3 Cc Terumo Optem

31 Spuit 1 Cc Terumo

Spuit 1 Cc Tuberculin

Terumo Mqa Eye Sponge

32 Spuit 10 Cc Terumo Spuit 10 Cc Terumo Lensa Ispheric Pc 60 R

33 Spuit 3 Cc Terumo

Slit Angled Knife 2.75

Mm

Global Eyeshield Col White

Dop Mata Plastik

34 Spuit 5 Cc Terumo Optem

35 Spuit 20 Cc Terumo 0 Us - 1002 Lzn (benang)

36 Carbacol/Miostat Mqa Eye Sponge

37 0 W 329 (benang)

38 Lensa Ispheric pc 60 r

39

Global Eyeshield col

White Dop Mata Plastik

Keterangan : Kolom yang berwarna kuning adalah perbekalan farmasi yang masuk ke dalam paket operasi

23

Laporan praktek....., Anis Hilmi, FF UI, 2013