ulmi fadillah sked - dermatitis atopik

14
1 Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Referat Kecil Fakultas Kedokteran Juni 2014 Universitas Hasanuddin DERMATITIS ATOPIK Disusun oleh : Ulmi Fadillah Juniar C11110156 Pembimbing: dr.Utin Variantini Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2014

Upload: ulmi-fadillah-juniar

Post on 28-Sep-2015

55 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Ulmi Fadillah Sked - Dermatitis Atopik

TRANSCRIPT

  • 1

    Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Referat Kecil

    Fakultas Kedokteran Juni 2014

    Universitas Hasanuddin

    DERMATITIS ATOPIK

    Disusun oleh :

    Ulmi Fadillah Juniar

    C11110156

    Pembimbing:

    dr.Utin Variantini

    Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

    Pada Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Hasanuddin

    Makassar

    2014

  • 2

    DERMATITIS ATOPIK

    A. DEFINISI

    Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

    respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen. Dermatitis

    atopik ialah suatu keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal

    dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering

    berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi

    pada keluarga atau penderita. Penyakit ini sering behubungan dengan

    abnormalitas fungsi barrier kulit, sensitisasi alergen dan infeksi langsung pada

    kulit.1,3

    B. EPIDEMIOLOGI

    Prevalensi dermatitis atopik telah meningkat selama 30 tahun yang lalu.

    Saat ini diperkirakan bahwa 10-20% anak-anak dan 1-3% orang dewasa di

    negara-negara maju yang terkena. Gangguan tersebut sering dimulai selama

    masa bayi. Sekitar 45% dari semua kasus dimulai dalam 6 bulan kelahiran, 60%

    pada tahun pertama, dan 85% sebelum 5 tahun. Hingga 70% dari anak-anak

    memberikan gangguan yang besar sebelum masa remaja.2

    C. ETIOLOGI

    Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit inflamatori yang sangat

    gatal, diakibatkan oleh interaksi kompleks antara kecenderungan genetik yang

    menyebabkan gangguan fungsi sawar kulit, gangguan sistem imun humoral,

    dan peningkatan respon imunologik terhadap alergen dan antigen mikroba.3

  • 3

    D. PATOGENESIS

    Imunoglobulin E (IgE) dan respon inflamatori

    Peran IgE dalam dermatitis atopik tidak diketahui. IgE

    meningkat pada kebanyakan serum pasien dengan dermatitis atopik,

    tetapi 20% pasien dermatitis atopik mempunyai serum IgE yang normal

    dan tidak mempunyai reaktivitas terhadap alergen.4

    Tingkat IgE tidak selalu berhubungan dengan aktivitas penyakit,

    sehingga peningkatan serum IgE hanya dapat dianggap sebagai bukti

    pendukung untuk diagnosa dermatitis atopik. Total IgE secara

    signifikan lebih tinggi pada anak dengan riwayat hidup penyakit

    pernapasan atopik pada semua kelompok umur. Kebanyakan orang

    dengan dermatitis atopik memiliki riwayat rinitis alergi serta asma dan

    peningkatan serum antibodi IgE terhadap udara.4

    Eosinofilia darah

    Eosinofil sebagai sel efektor utama dalam dermatitis atopik.

    Perhitungan eosinofil darah berhubungan dengan tingkat keparahan

    penyakit. Meskipun banyak pasien dengan penyakit berat

    memperlihatkan jumlah eosinofil perifer yang normal dalam darah.

    Pasien dengan jumlah eosinofil yang normal adalah terutama pada

    mereka yang mengalami dermatitis atopik saja. Pasien dengan

    dermatitis atopik yang berat dan yang mempunyai alergi pernapasan

    umumnya mempunyai eosinofil darah perifer yang meningkat. Tidak

    terdapat akumulasi eosinofil pada jaringan, namun degranulasi eosinofil

    pada dermis melepaskan protein yang dapat menyebabkan pelepasan

    histamin dari basofil dan sel mast dan merangsang gatal, iritasi, dan

    likenifikasi.4

  • 4

    Penurunan cell-mediated immunity

    Beberapa fakta menunjukkan bahwa pasien dermatitis atopik

    mempunyai cell-mediated immunity yang terganggu. Pasien dapat

    terkena infeksi kulit melalui virus herpes simpleks (eczema

    herpeticum). Ibu yang menderita herpes labialis dengan lesi kulit yang

    aktif harus menghindari kontak langsung dengan kulit anak-anak

    mereka seperti berciuman, terutama jika anak mengalami dermatitis.4

    Aeroalergen

    Aeroalergen dapat memainkan peran penting dalam

    menyebabkan lesi eksema. Tingkat reaksi patch test tersering yaitu debu

    rumah (70%), tungau (70%), kecoa (63%), cetakan campuran (50%),

    dan rumput campuran (43%).4

    E. GEJALA KLINIS

    Dermatitis atopik biasanya muncul pada awal kehidupan (bayi). Kira-

    kira 50% penderita terkena penyakit ini pada tahun pertama kehidupan dan 30%

    penderita lainnya terkena penyakit ini pada usia antara 1 hingga 5 tahun.

    Kurang lebih 50% hingga 80% penderita dermatitis atopik akan terkena rinitis

    alergi atau asma pada kehidupaan anak-anak ke depannya. Namun, penderita

    yang terkena alergi respiratori akan mendapat gejala dermatitis atopik yang

    lebih signifikan.3

    Sensasi yang sangat gatal dan reaktifitas kulit merupakan gejala

    kardinal pada dermatitis atopik. Rasa gatal bisa hilang timbul sepanjang hari

    tetapi bertambah berat pada awal sore dan malam. Konsekuensi yang bisa

    terjadi adalah menggaruk, papul prurigo, likenifikasi, dan lesi pada kulit yang

    eksema. Lesi kulit yang akut pula ditandai dengan gejala seperti sensasi yang

    sangat gatal, papul eritema dengan ekskoriasi, vesikel pada kulit yang eritem,

  • 5

    dan eksudat serosa. Dermatitis subakut ditandai dengan gejala seperti papul

    eritematous berskuama yang disertai dengan ekskoriasi. Dermatitis kronik

    ditandai dengan gejala seperti plak yang menebal pada kulit, likenifikasi, dan

    papul fibrotik (prurigo nodularis). Pada semua jenis dermatitis atopik, pasien

    mempunyai kulit yang kering.3

    Gambar 1. Gambar kiri menunjukkan bayi dengan lesi dermatitis atopik . Gambar kanan

    menunjukkan lesi dermatitis atopik yang berkrusta.3

    Distribusi dan reaksi lesi dermatitis atopik ini berbeda sesuai dengan

    umur penderita dan aktifitas penyakit tersebut. Pada bayi, lesi yang muncul

    dalam stadium akut dan predileksinya adalah wajah, kulit kepala, dan bagian

    ekstensor pada tubuh. Namun bagian yang tertutup popok tidak terjejas.3

  • 6

    Gambar 2. Dermatitis atopik pada fase infantile.6

    Gambar 3. Dermatitis atopik fleksura pada pergelangan tangan anak.6

  • 7

    Pada anak-anak dan pada orang yang telah lama mengalami penyakit

    kulit, akan memberikan gejala yang kronik pada dermatitis atopik dengan

    likenifikasi dan lokasi ruam terdapat pada bagian lipatan ekstremitas.

    Dermatitis atopik biasanya hilang sendiri seiring dengan pertambahan usia

    penderita. Namun, penderita cenderung mengalami pruritus dan inflamasi

    apabila terpapar iritan eksogen. Eksema kronik pada tangan sebagian besar

    merupakan manifestasi primer pada pasiendermatitis atopik.3

    F. DIAGNOSIS

    Diagnosis dermatitis atopik berdasarkan pada kriteria yang disusun oleh

    Hanifin dan Rajka yang diperbaiki kelompok kerja Inggris yang dikoordinasi

    oleh William. Diagnosis dermatitis atopik harus mempunyai tiga kriteria mayor

    dan tiga kriteria minor.1

    Kriteria Mayor :1

    Pruritus

    Dermatitis di wajah atau ekstensor pada anak

    Dermatitis fleksura pada dewasa

    Dermatitis kontak atau residif

    Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya

    Kriteria Minor :1

    Xerosis

    Infeksi kulit

    Dermatitis non spesifik pada tangan atau kaki

    Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis piliaris

    Pitriasis alba

    Dermatitis di papilla mammae

  • 8

    While dermographism dan delayed blach response

    Keilitis

    Lipatan infra ortbital Dennie-Morgan

    Konjungtivitis berulang

    Keratonokus

    Katarak subkapsular anterior

    Orbita menjadi gelap

    Muka pucat atau eritem

    Gatal bila berkeringatt

    Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak

    Aksentuasi perifolikular

    Hipersensitivitas terhadap makanan

    Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau emosi

    Tes kulit alergi tipe dadakan positif

    Kadar IgE serum meningkat

    Awitan pada usia dini

    G. DIAGNOSIS BANDING

    Diagnosa banding bagi penyakit dermatitis atopik dapat dilihat dalam tabel

    berikut:3

    Diagnosa banding Dermatitis Atopik

    Paling sering

    Dermatitis kontak (alergi dan

    iritan)

    Dermatitis seboroik

    Skabies

    Psoriasis

    Iktiosis vulgaris

    Keratosis pilaris

    Dermatofitosis

    Jarang ditemukan pada bayi dan anak-anak

    Metabolik/nutrisional

    Fenylketonuria

    Defisiensi Prolidase

    Deficiency karboksilase

    multipel

    Defisiensi zat besi

    (acrodermatitis enleropathica;

    prematur; defisiensi zat besi

    dalam ASI; kista fibrotik)

  • 9

    Pertimbangkan

    Eksema asteatotik

    Liken simpleks chronicus

    Dermatitis numular

    Dermatosis palmoplantar

    Impetigo

    Erupsi obat

    Dermatitis perioral

    Pityriasis alba

    Penyakit fotsensitivitas (hydroa

    vacciniforme; erupsi cahaya

    polimorfik; porphyrias)

    Dermatitis moluskum

    Jarang ditemukan pada remaja dan

    dewasa

    Limfoma kutaneus sel T

    (mycosis fungoides atau

    Sindrom Sezary)

    HIV-dengan dermatosis

    Lupus erytematosus

    Dermatomiositis

    Graft-versus-host disease

    Pemfigus foliaceus

    Dermatitis herpetiformis

    Penyakit fotosensitivitas (hydroa

    vacclniforme, erupsi cahaya

    polimorfik; porphyrias)

    Lain-lain: biotin, asam lemak

    esensial,

    Asiduria organik

    Penyakit imunodefisiensi primer

    Penyakit imunodefisiensi

    campuran berat

    Sindrom DiGeorge

    Hypogammaglobulinemia

    Agammaglobulinemia

    Sindrom Wiskolt-Aldrich

    Ataxia-telangiectasia

    Sindrom

    Hiperimmunoglobulin E

    Chronic mukokutaneous

    kandidiasis

    Sindrom Omenn

    Sindrom genetik

    Sindrom Netherton

    Sindrom Hurler

    Inflammatory, autoimmune disorders

    Eosinophilic gastroenteritis

    Gluten-sensitive enteropati

    Neonatal lupus erythematosus

    Proliferative disorders

    Histiositosis sel Langerhans

    H. PENATALAKSANAAN

    Ada tiga tingkatan utama untuk pengelolaan dermatitis atopik yaitu

    perawatan kulit, menghindari pemicu, dan intervensi medis. Perawatan kulit

    bagi pasien atopik harus terlebih dahulu dimulai dengan mandi untuk

    membantu menjaga hidrasi stratum korneum. Pasien harus mandi dengan

    mengguanakan air yang tidak panas selama 20-30 menit. Setelah mandi,

    permukaan harus ditepuk kering dengan handuk lembut, kemudian diberikan

  • 10

    obat topikal dan emolien atau emolien saja. Emolien harus diberikan untuk

    mempertahankan hidrasi yang optimal.7

    Langkah-langkah umum dalam penatalaksanaan dermatitis atopik yaitu

    edukasi pada pasien, menjelaskan mengenai penyakit dan pengobatan kepada

    pasien dan orang tuanya. Menghindari faktor-faktor pencetus, pasien sebaiknya

    mengenakan pakaian longgar dan menghindari bahan wol yang dapat

    mengiritasi dan cuaca panas yang berlebihan. Kuku sebaiknya di potong

    pendek. Kucing dan anjing sebaiknya dijauhkan karna dapat menyebabkan

    eksaserbasi pada beberapa pasien.7

    Pengobatan spesifik pada dermatitis atopik dapat diringkas sebagai

    berikut :5

    Pengobatan Indikasi

    Emolien Dermatitis; Ichtyosis

    Steroid topikal Semua tipe dermatitis

    Takrolimus topikal Dermatitis pada wajah dan tangan

    Perban tar Dermatitis likenifikasi/ekskoriasi

    Antihistamin oral Pruritus

    Antibiotik oral Superinfeksi bakteri

    Pengecualian diet Alergi makanan/dermatitis resisten

    PUVA, cyclosporine dan azathiopine Dermatitis resisten dan kronik

    Terapi topikal

    Emolien

    Emulsi seperti krim berair dan salep pengemulsi harus

    digunakan secara teratur pada kulit dan sebagai sabun pengganti.

    Emolien melembabkan kulit kering, mengurangi keinginan untuk

    menggaruk dan mengurangi kebutuhan untuk steroid topikal.5

  • 11

    Pada kulit yang demikian perlu diberikan pelembab seperti

    krim hidrofilik urea 10% dapat pula ditambahkan hidrokortison 1%

    di dalamnya.1

    Steroid topikal dan takrolimus

    Pada anak-anak, salep hidrokortison 1% diterapkan dua kali

    sehari biasanya cukup. Kadang-kadang diperlukan steroid yang

    cukup ampuh untuk waktu yang singkat pada anak-anak dengan

    dermatitis resisten, dan pada orang dewasa dengan dermatitis

    atopik kronik. Salep takrolimus yang digunakan yaitu 0,03% untuk

    anak-anak, dan 0,1% untuk orang dewasa. Salep takrolimus

    merupakan alternatif untuk steroid, terutama untuk dermatitis pada

    wajah dan tangan.5

    Antibiotik topikal atau antiseptik

    Antibiotik topikal atau antiseptik dapat digunakan untuk

    dermatitis yang disertai dengan infeksi seperi Bactorban atau salep

    Fusidin. Antibiotik lebih baik dikombinasikan dengan steroid

    (misalnya krim Fusibet).5

    Coal tar atau pasta iktamol

    Coal tar atau iktamol berguna untuk dermatitis dengan

    likenifikasi atau ekskoriasi, digunakan sebagai obat oklusif

    misalnya Coltapaste atau Ichthopaste biasanya dibiarkan dalam

    waktu satu malam.5

  • 12

    Terapi Wet-wrap

    Berdasarkan tinjauan literatur, terdapat metode yang

    berbeda dalam melakukan terapi wet-wrap. Metode yang

    digunakan bermacam-macam, dimulai dengan bahan yang

    digunakan, jenis perban, sampai waktu yang diperlukan. Terapi

    wet-wrap efektif pada penggunaan yang singkat pada anak-anak

    dengan dermatitis atopik yang sulit diatasi. Penambahan

    kortikosteroid topikal lebih efektif dibandingkan apabila hanya

    menggunakan emolien.5,8

    Terapi sistemik

    Antihistamin sedatif, seperti prometazin atau trimeprazin diberikan

    pada malam hari dapat membantu mengurangi keinginan untuk menggaruk

    pada anak-anak dan orang dewasa. Eksaserbasi terinfeksi sering

    memerlukan penggunaan intermiten dari antibiotik oral dan flukloksasilin

    sering menjadi pilihan. Pasien dengan dermatitis atopik yang resisten dan

    kronik dapat diobati dengan Ultraviolet B (UVB) atau Psoralen combined

    with Ultraviolet A (PUVA), azathioprine atau siklosporin, diberikan selama

    8 minggu.5

    Diet

    Beberapa anak dengan dermatitis atopik mempunyai riwayat alergi

    terhadap makanan misalnya urtikaria mulut pada kontak dengan makanan,

    atau gejala gastrointestinal dan jelas bahwa makanan yang menyebabkan

    alergi harus dihindari.5

  • 13

    I. PROGNOSIS

    Sulit meramalkan prognosis dermatitis atopik pada seseorang.

    Prognosis lebih buruk bila kedua orang tua menderita dermatitis atopik. Ada

    kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak-anak dan sering ada yang

    kambuh pada masa remaja. Sebagian kasus menetap pada usia di atas 30 tahun.

    Penyembuhan spontan pada dermatitis atopik yang diderita sejak bayi pernah

    dilaporkan terjadi setelah umur 5 tahun 40-60% terutama apabila penyakitnya

    ringan. Lebih dari separuh dermatitis atopik pada remaja yag telah diobati

    kambuh kembali setelah dewasa. Faktor yang berhubungan dengan prognosis

    kurang baik pada dermatitis atopik yaitu, dermatitis atopik yang luas pada anak,

    menderita rinitis alergi dan asma bronkial, riwayat keluarga, onset pada usia

    muda, kadar serum IgE sangat tinggi. Diperkirakan 30%-50% dermatitis atopik

    infantil akan berkembang menjadi asma bronkial.1

  • 14

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Adhi Djuanda, dkk. Dermatitis Atopik : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi

    6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011 p. 138-47

    2. Watson Wade, Kapur Sandeep. Atopik Dermatitis. In: Allery, Asthma, &

    Clinical Immunology: 2011. Volume 7, p.1-7

    3. Leung D. Atopik Dermatitis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest

    BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General

    Medicine. 8th Edition. USA: McGraw-Hill Company; 2012. p. 261-284

    4. Habif TP. Atopik Dermatitis. In: Habif TP, editor. Clinical Dermatology: A

    Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th Edition. USA: Mosby; 2003. p.105-

    107

    5. Gawkrodger DA. Atopik Eczema. In: Gawkrodger DA, editor. Dermatology:

    An Illustrated Colour Text. 3rd Edition. USA: Churchill Livingstone; 2003. p.

    32-3

    6. Friedmann PS. Atopik Dermatitis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths

    CG, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 8th Edition. USA: Wiley-

    Blackwell; 2010. p.24.01-24.26

    7. Turner JD, Schwartz RA. Atopik dermatitis. A clinical challenge in Acta

    Dermatoven APA. 2006. Vol 15 No 2 p59-68

    8. Lio, P, Non-Pharmacologic Therapies for Atopik Dermatitis. Clinical

    Dermatology & Pediatrics, Northwestern University. 2013.