ulkus peptikum abstrak

Upload: ragil-deshinta

Post on 13-Jul-2015

74 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ABSTRAK STANDAR PROSEDUR PELAYANAN BEDAH DIGESTIF LAMBUNG DAN DUODENUM PERFORASI ULKUS PEPTIKUM Dr. Warko Karnadihardja, Sp.B-KBD-T, FInaCS Sub. Bagian Bedah Digestif/SMF-Bag Ilmu Bedah FKUP/RSHS Bandung Perforasi akut ulkus peptikum terjadi antara 2-10 % diantara penderita ulkus. Perforasi ulkus duodenum lebih sering terjadi daripada perforasi ulkus ventrikuli. Peritonitis yang terjadi pada awalnya yaitu kurang dari 6 jam adalah peritonitis kimiawi, tetapi kalau lebih lama dari 6 s/d 12 jam terjadi peritonitis bakterial yang akan memperburuk keadaan. Secara umum makin terlambat tindakan bedah makin buruk prognosanya. Tindakan bedah dilakukan sesudah resusitasi untuk memperbaiki fungsi vital, dan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung. Pada keadaan gawat selalu dipilih tindakan bedah yang sederahana, aman dan dapat dilangsungkan dengan cepat. Tindakan operasi yang paling baik adalah teknik Graham yaitu berupa omentopexy. Yang dimaksud omentopexy adalah menutup dan menyumbat (omental plug) lubang perforasi dengan flap omentum yang vaskularisasinya baik, kemudian difiksasi dengan beberapa jahitan penahan. Jahitan tersebut jangan sampai mengganggu vaskularisasi omentum. Rongga peritoneum dicuci sebersih mungkin dengan cairan NaCL 0.9%. Biasanya draind intraperitoneal tidak perlu dipasang. Antibiotika atau antimikroba dapat diberikan secara propilaktik bila peritonitis baru pada stadium awal atau therapeutik bila peritonitis sudah lebih lanjut. Diambil kultur dari cairan intraperitoneal dan pemeriksaan untuk Helicobacter pylori (HP). Untuk perforasi ulkus duodenum yang besar dimana pemasangan omental plug tidak mungkin, dipertimbangkan untuk reseksi. Untuk perforasi ulkus ventrikuli biasanya eksisi tepi ulkus atau eksisi baji, lalu ulkus dijahit rapat, jaringan diperiksa untuk patologi jaringan dan pemeriksaan HP. Jahitan ini bisa ditutup dengan flap omentum. Pada kasus yang keadaan umumnya buruk misalnya ; usia tua yang kualitas hidupnya buruk, COPD stad IV, dan miokard infark lama yang masif, dimana tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan bedah dengan narkose umum, maka dapat dipilih tindakan yang kurang invasif, misalnya aspirasi dan drainase nanah, yang dipimpin dengan ultrasonograpi atau CT-Scan, selain itu NGT dihisap terus menerus dengan mesin hisap tekanan rendah. Kalau ini tidak berhasil dilakukan laparotomi terbatas dengan anestesi lokal. Untuk mencegah rekurensi ulkus dalam jangka waktu panjang, perlu dilakukan secara periodik pemeriksaan infeksi HP dan bila terbukti ada diberikan terapi yang sesuai. Bukti penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemakaian obat-obat untuk supresi asam lambung tidak selalu diperlukan, tetapi yang terpenting adalah eradikasi infeksi HP.