uks bab 2
TRANSCRIPT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Puskesmas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) antara lain:
2.1.1. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja (Depkes RI, 2004).
2.1.2. Visi dan Misi
1. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
10
2. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut adalah :
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2004).
2.1.3. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
2.1.4. Fungsi Puskesmas
Ada 3 (tiga) fungsi puskesmas :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyuruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan (Depkes RI, 2004).
2.1.5. Upaya dan Azas Penyelenggaraan
2.1.5.1. Upaya
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencan
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni :
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d. Upaya kesehatan kerja
e. Upaya kesehatan gigi dan mulut
f. Upaya kesehatan jiwa
g. Upaya kesehatan mata
h. Upaya kesehatan usia lanjut
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
2.1.5.2. Azas Penyelenggaraan
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas pertanggungjawaban wilayah mengandung arti puskesmas
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat
tinggal diwilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas pemberdayaan masyarakat mengandung arti puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara
lain:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB).
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD).
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi).
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren).
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda.
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat
(TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA),
pembinaan pengobat traditional (Battra).
3. Azas keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
opimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab
puskesmas, antara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M,
gizi, promosi kesehatan, pengobatan.
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan
reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi.
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan,
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha, antara lain :
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama.
2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian.
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
PKK, PLKB.
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha,
PKK, PLKB.
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha,
organisasi kemasyarakatan.
4. Azas rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik
secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus
penyekit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik
(misal operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan
dan bencana. Rujukan juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan pengembangan, padahal upaya
kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Rujukan
upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksis, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan
kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain usaha kesehatan
sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan contoh
air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004).
2.2. Partisipasi
Partisipasi berarti ikut berperan dalam suatu kegiatan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1989).
Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga maupun masyarakat
umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun
kesehatan masyarakat lingkungannya (Ditjen PP dan PL Depkes RI, 1994).
Partisipasi ada keikutsertaan seorang atau sekelompok anggota masyarakat
dalam suatu kegiatan (Mardikanto, 2003).
Mikkelson dalam Soetomo (2006) menginventarisasi adanya 6 tafsiran dan
makna yang berbeda tentang partisipasi :
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan
kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah kemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek agar
memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.
4. Partisipasi adalah proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau
sekelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan hal itu.
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam membangun diri, kehidupan dan
lingkungan mereka.
Menurut Margono dalam Mardikanto (2003, menyatakan bahwa tumbuh
kembangnya partisipasi dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur
pokok, yaitu:
1. Adanya kesempatan untuk berpartisipasi
Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang
memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan
kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Dilain pihak, juga sering dirasakan
tentang kurang informasi yang disampaikan yang kepada masyarakat mengenai
kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat dituntut untuk berpartisipasi.
2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi
Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan
berkembangnnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang
cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi
masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk turut membangun.
Kemauan untuk membangun ini, ditentukan oleh sikap mental yang
dimiliki masyarakat, yang menyangkut:
a. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri.
b. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya memperbaiki mutu
hidupnya.
3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi
Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah:
a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan
untuk membangun atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun
(memperbaiki mutu hidupnya)
b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki
c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan
menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia
secara optimal.
Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh
jika 3 (tiga) kondisi berikut terpenuhi :
1. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang memungkinkan
anggota-anggota masyarakat untuk berpartisipasi.
2. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota
masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbangan saran yang
konstruktif untuk program.
3. Mau berpartisipasi, kemampuan atau ketersediaan anggota masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program.
Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan
mampu tetapi tidak merdeka untuk berpartisipasi, maka orang tidak akan
berpartisipasi, maka orang tidak akan berpartisipasi.
Ross dalam Notoadmodjo (2005), berpendapat ada tiga prakondisi tumbuhnya
partisipasi, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang pendidikan yang memadai
sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat secara
komprehensif.
2. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan dan belajar
untuk mengambil keputusan.
3. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.
4. Mempunyai persepsi serta keyakinan yang positif tentang masalah yang dihadapi.
Chapin dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan partisipasi dapat diukur
dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu :
1. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan.
2. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan.
3. Keanggotaan dalam kepanitiaan.
4. Posisi kepemimpinan.
Sutton dan Kolaja dalam Notoatmodjo (2005), membagi peran-peran dalam
partisipasi program menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Pelaku adalah pihak yang mengambil peran dan tindakan yang efektif dalam
program.
2. Penerima adalah pihak yang nantinya akan menerima manfaat dari program yang
dijalankan.
3. Publik adalah pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan
program, tetapi dapat membantu pihak pelaku.
2.3. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
2.3.1. Definisi
1. Sekolah
Sekolah adalah Taman Kanak-Kanak, TKLB, Raudhatul Atfal, SD,
SDLB, MI, SMP, SMPLB, MTs, SMA, SMK, SLTA Luar Biasa, MA serta satuan
Pendidikan Keagamaan yang sederajat dan setara termasuk Pondok Pesantren
baik jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah (Widaninggar, 2003).
Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang
Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah wakil
kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah semua anak yang mengikuti pendidikan di sekolah
sesuai butir 1.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu.
3. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah segala usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan kesejahteraan anak usia sekolah pada jalur, jenis dan jenjang
pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMU/SMA/MA.
Usaha Kesehatan Sekolah disingkat UKS adalah suatu usaha yang
dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di
kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang kesehatan suatu
sekolah.
4. Warga Sekolah
Warga sekolah adalah setiap orang yang berperan di dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
5. Masyarakat Lingkungan Sekolah
Masyarakat lingkungan sekolah ialah semua masyarakat yang berada di
lingkungan sekolah selain warga sekolah.
6. Pedoman Pembinaan
Pedoman pembinaan ialah acuan bagi Tim Pembinaan UKS untuk
melaksanakan dan mengembangkan UKS di wilayahnya.
2.3.2. Tujuan UKS
Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya
mencakup:
1. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip
hidup sehat, serta partisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan
masyarakat.
2. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan
3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan
narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan
masalah pornografi dan masalah sosial lainnya (Widaninggar, 2003).
2.3.3. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan UKS
Tujuan pembinaan dan pengembangan UKS adalah agar pengelolaan UKS
mulai dari pusat sampai ke daerah dan sekolah/madrasah dilaksanakan secara terpadu,
terarah, intensif, berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang optimal
(Widaninggar, 2003).
2.3.4. Sasaran UKS
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi:
1. Sasaran primer : peserta didik
2. Sasaran sekunder ; guru, pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan
dan pengelolaan kesehatan, serta TP UKS disetiap jenjang.
3. Sasaran tertier ;
a. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah
lanjutan atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan agama
serta pondok pesantren beserta lingkungannya.
b. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
c. Lingkungan, yang meliputi:
1) Lingkungan sekolah
2) Lingkungan keluarga
3) Lingkungan masyarakat sekitar sekolah (Widaninggar, 2003).
2.3.5. Ruang Lingkup Program Dan Pembinaan UKS
2.3.5.1. Ruang lingkup program UKS
Ruang lingkup program UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam
Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Pendidikan kesehatan, yang meliputi aspek:
a. Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip hidup sehat
b. Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal pengaruh buruk
dari luar
c. Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari
2. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam bentuk:
a. Pelayanan kesehatan
b. Pemeriksaan penjaringan peserta didik
c. Pengobatan ringan dan P3K dan P3P
d. Pencegahan penyakit
e. Penyuluhan Kesehatan
f. Pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi
g. Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal
lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
h. Rujukan kesehatan ke puskesmas
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik, fisik, mental, social
maupun lingkungan yang meliputi:
a. Pelaksanaan 7K (kesehatan, kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,
keamanan dan kerindangan)
b. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan
c. Pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai
sekolah, orang tua murid, dan masyarakat sekolah)
2.3.5.2. Ruang lingkup pembinaan UKS
Ruang lingkup pembinaan UKS meliputi:
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
4. Ketenagaan
5. Sarana prasarana
6. Penelitian dan pengembangan
7. Manajemen/organisasi (Widaninggar, 2003).
2.3.6. Kebijaksanaan Dan Strategi Pembinaan dan Pengembangan UKS
2.3.6.1. Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan umum adalah kebijaksanaan pelaksanaan dalam rangka
memberikan landasan dan pedoman pembinaan dan pengembangan UKS untuk
dilaksanakan secara terpadu, merata, menyeluruh, berhasil guna, dan berdaya guna.
Kebijaksanaan pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Kesinambungan program UKS dari anak pra sekolah dan usia sekolah sampai
tingkat SLTA. Dengan sasaran cakupan anak umur 5-9 tahun baik anak yang
normal maupun berlainan yang berada di sekolah dan luar sekolah, meliputi
kegiatan:
a. TK/RA/BA
b. SD/MI/Paket A setara SD
c. SLTP/MTs/Paket B secara SMP
d. SMU/SMK/MA/Paket C setara SMA
e. Pondok pesantren
f. Sanggar Kegiatan Belajar/PKBM/BPKB
2. Segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan warga sekolah dan
masyarakat lingkungan sekolah agar diupayakan melalui jalur Tim Pembinaan
UKS dan Tim Pembinaan UKS di daerah secara berjenjang (one gate policy).
3. Pembinaan dan pengembangan UKS dihasilkan secara Lintas Sektor melalui
kegiatan yang terpadu dan berkesinambungan.
4. Upaya pendidikan kesehatan diselenggarakan melalui kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler.
5. Upaya kesehatan dilakukan secara menyeluruh baik yang meliputi upaya promotif
(peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan)
maupun rehabilitatif (pemulihan), namun lebih diutamakan pada upaya promotif
dan preventif yang dilakukan secara terpadu dibawah koordinasi dan bimbingan
teknis langsung dari puskesmas.
6. Upaya peningkatan lingkungan sekolah yang sehat diarahkan untuk mendukung
tercapainya tujuan pendidikan dan pelayanan kesehatan serta UKS secara
keseluruhan, dengan memberdayakan sumber daya yang ada dan meningkatkan
peran serta masyarakat.
7. Tugas dan fungsi Tim Pembina (TP) UKS Pusat dan daerah disesuaikan pula
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
8. Optimalisasi program UKS pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.
9. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan UKS dilakukan dengan peran
serta aktif pemerintah (pusat dan daerah), orang tua dan masyarakat.
10. Upaya peningkatan UKS dimulai dari peningkatan cakupan kuantitas dan
dilanjutkan dengan peningkatan/pemantapan kualitas UKS untuk semua jenjang,
jenis dan jalur pendidikan.
2.3.6.2. Kebijaksanaan Pelaksanaan
1. Pemberdayaan Kabupaten/Kota dalam perencanaan terpadu (lintas program/lintas
sektor), terkait operasional, serta tindak lanjut.
2. Meninjau kembali program lama dan menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini
termasuk mempertimbangkan adanya peraturan perundang-undangan yang baru.
3. Mengupayakan program UKS yang integrated (lintas program/lintas sektor)
4. Pemberdayaan masyarakat, dunia usaha dan LSM di dalam pengembangan
program UKS.
5. Meningkatkan dan memantapkan program UKS melalui:
a. Akselerasi program pembinaan dan pengembangan UKS
b. Rapid survey
c. Operasional Research (OR) (Litbang)
6. Melengkapi sarana dan prasarana UKS yang memadai
7. Sekretariat TP UKS yang lebih berdaya guna dan berhasil guna
8. Memfungsikan secara optimal peranan lembaga-lembaga pendidikan baik pada
jalur sekolah maupun jalur luar sekolah
9. Meningkatkan dan mensosialisasikan program UKS ke jajaran
instansi/departemen terkait di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan legislatif.
2.3.6.3. Langkah-langkah
Langkah-langkah yang diambil adalah:
1. Menetapkan pola pembinaan dan pengembangan UKS, berupa peningkatan paket
standar layanan kesehatan dan pendidikan, dan pengembangan program menuju
Sekolah Promosi Kesehatan.
2. Membentuk wadah kerja sama lintas sektor terkait di Pusat dan daerah (TP UKS
dan Sekretariat TP UKS).
3. Meningkatkan cakupan yang lanjutkan dengan mutu program UKS melalui
keterpaduan program secara profesional.
4. Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif untuk menanggulangi dan
mencegah masalah kesehatan jiwa yang mendesak seperti ketergantungan kepada
narkotika, kebiasaan merokok, minuman keras dan bahan berbahaya, kebakalan
remaja, kriminalis/psikosa peserta didik.
5. Mengoptimalisasi program-program “life skill education” khususnya dalam upaya
meningkatkan keterampilan psikososial, yang pengembangannya melalui
kemasan substansi kesehatan atau melalui pendidikan keterampilan hidup sehat.
6. Mengupayakan pengadaan tenaga Pembina UKS, sarana dan prasarana serta
pemeliharaannya baik di pusat maupun di daerah.
7. Melaksanakan penelitian dan pengembangan UKS secara terpadu, teratur, dan
terencana.
8. Membangkitkan minat masyarakat untuk ikut serta dalam penyelenggaraan UKS.
2.3.6.4. Strategi Pelaksanaan
1. Seluruh jajaran Tim Pembina UKS perlu memperkuat dan meningkatkan fungsi
konsultatif dan advokasi terhadap program-program UKS secara menyeluruh.
2. TP UKS Pusat menyusun kebijakan yang bersifat operasional di daerah
dilimpahkan kepada daerah dengan memperhatikan kesehatan fisik, mental dan
sosial dengan penekanan pada paradigma sehat sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat.
3. Meningkatkan peran serta orang tua dan menjalin kemitraan dengan dunia
usaha/LSM/masyarakat lainnya. Masing-masing sektor/departemen menempatkan
UKS sebagai program prioritas. Masing-masing sektor/departemen
mengalokasikan dana program UKS sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya
(TUPOKSI).
4. Mengoptimalkan peranan lembaga-lembaga pendidikan yang ada baik pada jalur
sekolah, maupun jalur luar sekolah sesuai jenis dan jenjang pendidikan terhadap
program UKS.
5. Perlunya memantapkan standar pelayanan minimal SPM UKS sebagai masukan
bagi kabupaten/kota dan legislatif.
6. Melakukan pertemuan-pertemuan periodik/sebagai forum komunikasi dan
konsultasi secara nasional setiap 2 (dua) tahun sekali dan lokal setiap tahun
(Widaninggar, 2003).
2.3.7. Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing Instansi
2.3.7.1. Departemen Pendidikan Nasional
Membina dan mengembangkan program UKS melalui jalur kurikuler
(kurikulir dan ekstrakurikuler), termasuk di dalamnya:
1. Merumuskan kebijakan teknis pengembangan kurikulum dansaran pendidikan
kesehatan
2. Mengembangkan metodologi pendidikan kesehatan.
3. Mengembangkan model pendidikan kesehatan
4. Bersama Depag, Depkes, dan Depdagri merumuskan kebijakan teknis pembinaan
dan pengembangan UKS di sekolah
5. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah
6. Mengamankan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah
7. Melaksanakan SPEM
8. Melaksanakan penelitian dan pengembangan
2.3.7.2. Departemen Kesehatan
Membina dan mengembangkan progam UKS melalui jalur ekstrakurikuler :
1. Merumuskan kebijakan teknis, penyusunan standar teknis, norma, pedoman,
kriteria, prosedur dan bimbingan teknis serta penyiapan evaluasi yang terkait
dengan layanan kesehatan di sekolah dan perguruan agama.
2. Menetapkan sistem pelayanan kesehatan di sekolah dan perguruan agama serta
memberikan layanan kesehatan dengan paket minimal, standar, optimal dan
paripurna.
3. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah
dan perguruan agama melalui kerja sama dengan sektor terkait dalam TP UKS.
4. Mengamankan kebijaksanaan teknis pelayanana kesehatan di sekolah dan
perguruan agama.
5. Melaksanakan pembinaan Manajemen Sekolah Sehat di sekolah dan perguruan
agama.
6. Melaksanakan SPEM
7. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
2.3.7.3. Departemen Agama
Melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS pada perguruan agama,
termasuk di dalamnya:
1. Bersama Depdiknas, Depkes, Depdagri merumuskan kebijakan teknis pembinaan
dan pengembangan UKS di perguruan agama.
2. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di perguruan
agama.
3. Mengamankan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di perguruan
agama.
4. Melaksanakan SPEM.
5. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.
2.3.7.4. Departemen Dalam Negeri
1. Merumuskan, melaksanakan dan mengamankan kebijakan teknis pembinaan dan
pengembangan UKS bersama Depdiknas, Depkes dan Depag.
2. Melaksanakan SPEM.
3. Melaksanakan peelitian dan pengembangan (Widaninggar, 2003).
2.3.8. Organisasi Tim Pembina dan Tim Pelaksana UKS
2.3.8.1. Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah
Untuk melaksanakan berbagai upaya pembinaan dan pengembangan UKS
secara terpadu dan terkoordinasi perlu di susun organisasi Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) secara berjenjang sebagai berikut:
a. Tim Pembina UKS Pusat dibentuk di tingkat Pusat ditetapkan oleh
Mendiknas, Menkes, Menag, dan Mendagri (SKB 4 Menteri).
b. Tim Pembina UKS Provinsi dibentuk di tingkat Provinsi ditetapkan oleh
Gubernur.
c. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota dibentuk di tingkat Kabupaten/Kota
ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
d. Tim Pembina UKS Kecamatan dibentuk di tingkat Kecamatan ditetapkan oleh
Camat.
2.3.8.2. Tim Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah
Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan tiga program pokok UKS di sekolah,
maka dibentuk Tim Pelaksana UKS mulai dari tingkat TK/RA, SD/MI sampai
SLTA/MA dan Pondok Pesantren serta satuan pendidikan luar sekolah yang
ditetapkan kepala sekolah/madrasah dan ponpes/kepala SKB/PKBM/BPKB.
Tembusan Surat Keputusan Pembentukan Tim Pembina dan Tim Pelaksana
UKS disampaikan kepada:
a. Tim Pembina UKS Provinsi disampaikan kepada Tim Pembina UKS Pusat.
b. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota disampaikan kepada Tim Pembina UKS
Provinsi dan Tim Pembina UKS Pusat.
c. Tim Pembina UKS Kecamatan disampaikan kepada Tim Pembina UKS
Kabupaten/Kota dan Tim Pembina UKS Provinsi.
d. Tim Pelaksana di sekolah dan perguruan agama disampaikan kepada Tim
Pembina UKS kecamatan dan Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota.
2.3.8.3. Fungsi dan Tugas Tim Pembina dan Tim Pelaksana UKS
1. Tim Pembina UKS Pusat
a. Fungsi Tim Pembina UKS Pusat
Tim pembina UKS pusat berfungsi sebagai pembantu menteri dalam
melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS berdasarkan pokok-pokok
kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan UKS, SKB 4 Menteri.
b. Tugas Tim Pembina UKS Pusat
1) Merumuskan kebijakan mengenai pembinaan dan pengembangan UKS.
2) Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pokok
kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS di tingkat pusat.
3) Membina dan mengembangkan UKS serta melakukan supervisi di seluruh
provinsi dan atau kabupaten/kota.
4) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan UKS.
5) Menyelenggarakan pertemuan baik di tingkat nasional maupun regional.
6) Membentuk dan membina sekretariat tim Pembina UKS pusat.
2. Tim Pembina UKS Provinsi
a. Fungsi Tim Pembina UKS Provinsi
Tim pembina UKS provinsi berfungsi melaksanakan pembinaan dan
pengembangan UKS di tingkat provinsi serta berfungsi sebagai pembina dan
kooordinator program UKS seluruh kabupaten/kota yang ada diwilayahnya.
b. Tugas Tim Pembina UKS Provinsi
1) Menyusun bahan rancangan untuk pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan UKS provinsi sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh TP
UKS pusat dan tim UKS provinsi/gubernur.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan UKS di daerahnya.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijaksanaan TP UKS pusat, provinsi
dengan instansi lain di daerahnya.
4) Memberikan bimbingan dan petunjuk serta supervisi pelaksanaan UKS
di kabupaten/kota.
5) Mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan TP UKS
kabupaten/kota.
6) Melaksanakan tugas-tugas tertentu dibidang UKS yang diberikan oleh TP
UKS pusat.
7) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas dibidang UKS oleh instansi
terkait di daerah, yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja
dengan departemen masing-masing di tingkat pusat.
8) Mengadakan penelitian dan pengembangan UKS di daerahnya.
9) Menyusun dan menyampaikan laporan tahunan secara teratur dan laporan
insedentil sesuai kebutuhan ke TP UKS pusat.
10) Mengadakan Rakerda yang diikuti oleh seluruh TP UKS kabupaten sekali
setahun.
11) Menghadiri Rakernas UKS yang diselenggarakan oleh TP UKS pusat.
3. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota
a. Fungsi Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota
Tim pembina UKS kabupaten/kota berfungsi sebagai Pembina,
koordinator dan pelaksana program UKS di daerahnya berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan oleh pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
b. Tugas Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota
1) Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja, rencana kebutuhan
sarana/prasarana, tenaga dan dana sesuai kebutuhan daerah dengan
mengacu pada kebijaksanaan/pedoman yang ditetapkan TP UKS pusat
dan TP UKS provinsi.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan UKS di daerah.
3) Melakukan pembinaan dan pengembangan kepada TP UKS kecamatan
dan tim pelaksana UKS di sekolah dan perguruan agama.
4) Memberikan bimbingan dan petunjuk serta supervisi dalam rangka
menggerakkan pelaksanaan UKS di kecamatan.
5) Pembinaan dan pengembangan TP UKS kecamatan dan Tim Pelaksana
UKS di sekolah/madrasah dan perguruan agama.
6) Mengevaluasi, mengendalikan, membimbing dan mencatat pelaksanaan
UKS oleh TP UKS kecamatan dan Tim Pelaksana UKS.
7) Melaksanakan tugas-tugas tertentu di bidang UKS yang diberikan oleh
TP UKS pusat dan provinsi.
8) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang UKS oleh
instansi-instansi di daerah yang secara fungsional mempunyai hubungan
kerja dengan departemen/instansi masing-masing.
9) Mengadakan penelitian dan penilaian dan pengembangan UKS di daerah
dan daerahnya.
10) Mengadakan hubungan kerja dan pendekatan dengan berbagai instansi di
tingkat pusat maupun instansi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
rangka pembinaan dan pengembangan UKS.
11) Menyusun dan menyampaikan laporan tengan bulanan secara teratur dan
laporan insidental sesuai kebutuhan.
12) Mengadakan rapat kerja UKS kabupaten/kota yang dihadiri seluruh TP
UKS kecamatan sekali setahun.
4. Tim Pembina UKS Kecamatan
a. Fungsi Tim Pembina UKS Kecamatan
Tim pembina UKS kecamatan berfungsi sebagai Pembina,
penanggung jawab dan pelaksana program UKS di daerah kerjanya
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan TP UKS kabupaten/kota.
b. Tugas Tim Pembina UKS Kecamatan
1) Membina dan mengembangkan kegiatan UKS di sekolah/madrasah dan
perguruan agama.
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan program UKS di wilayahnya sesuai
dengan pedoman dan petunjuk TP UKS kabupaten/kota.
3) Mengkoordinasikan rencana pengadaan sarana/prasarana, tenaga dan dari
instansi pemerintah atau dari msyarakat untuk menunjang kegiatan UKS.
4) Membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh sekolah dalam
melaksanakan program UKS.
5) Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
ekstrakulikuler bagi peserta didik, dengan menggerakkan partisipasi
orang tua dan masyarakat.
6) Menyusun dan menyampaikan laporan tengah tahunan dan tahunan
secara teratur kepada TP UKS kabupaten/kota dan laporan insidentil
sesuai kebutuhan.
7) Memberikan saran/pertimbangan yang perlu kepada bupati/walikota
dalam pengembangan kegiatan UKS.
5. Tim Pelaksana UKS di Sekolah/Madrasah dan Perguruan Agama
a. Fungsi Tim Pelaksana UKS
Tim pelaksana UKS di sekolah dan perguruan agama berfungsi
sebagai penanggung jawab dan pelaksana program UKS di sekolah dan
perguruan agama berdasarkan prioritas kebutuhan dan kebijakan yang
ditetapkan oleh TP UKS kabupaten/kota.
b. Tugas Tim Pelaksana UKS
1) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
sesuai ketentuan oleh petunjuk yang telah ditetapkan dan atau diberikan
oleh Pembina UKS.
2) Menjalin kerja sama yang serasi dengan orang tua murid, instansi lain dan
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan UKS di sekolah dan perguruan
agama.
3) Mengadakan penilaian/evaluasi, menyusun dan menyampaikan laporan
tengah tahunan kepada TP UKS kecamatan sesuai ketentuan dengan
tembusan kepada instansi terkait (Widaninggar, 2003)
2.3.9. Jangkauan Pelayanan Kesehatan
Semua sekolah dasar dalam wilayah kerja puskesmas seharusnya dijangkau
dengan pelayanan kesehatan. Faktor yang dapat menghambat tercapainya jangkauan
100% tersebut adalah kemampuan puskesmas, jumlah sekolah yang besar, kondisi
geografik wilayah kerja, penyebaran sekolah dan jarak antara sekolah dengan
puskesmas. Dengan memerhatikan kendala-kendala tersebut, 100% jangkauan
sekolah dasar dicapai dengan melaksanakan penganekaragaman pelayanan kesehatan.
Perangkat-perangkat kegiatan yang dikombinasikan terdiri atas:
1. Sekolah UKS
Sekolah yang telah melaksanakan salah satu kegiatan dari program UKS
yang dilaksanakan oleh puskesmas.
2. Paket mininal
Sekolah yang telah melakukan kegiatan dibawah ini, yang dilaksanakan
oleh puskesmas, yaitu:
a. Penyuluhan kesehatan di sekolah oleh tenaga kesehatan.
b. Imunisasi pada anak SD kelas I (DT) dan anak SD wanita kelas VI (TT).
c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
3. Paket standar
Paket minimal, ditambah:
a. Kader kesehatan sekolah (Dokter Kecil)
b. P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan P3P (Pertolongan Pertama
Pada Penyakit)
c. Penjaringan kesehatan
d. Pemeriksaan kesehatan periodik setiap 6 bulan, antara lain: BB (Berat Badan)
dan TB (Tinggi Badan), visus, periksa HB (Haemoglobin).
e. Pengawasan terhadap warung sekolah.
4. Paket optimal
Paket standar, ditambah:
a. Konseling kesehatan remaja
b. Kebun sekolah
c. Dana sehat
5. Paket paripurna
Paket optimal, ditambah memantau kesegaran jasmani (Widaninggar, 2003).
2.3.10. Program Pembinaan dan Pengembangan UKS
2.3.10.1. Pembinaan Peserta Didik
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
(Trias UKS).
1. Pendidikan Kesehatan
a. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik:
1) Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat
dan teratur.
2) Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.
3) Memiliki keterampilan dan melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.
4) Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat
kesehatan.
5) Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk berperilaku hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari.
6) Memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat
badan secara harmonis (proporsional).
7) Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam
kehidupan sehari-hari.
8) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (narkoba, arus
informasi).
9) Memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal serta
mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
b. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui:
1) Kegiatan kurikuler
2) Kegiatan ekstrakurikuler
c. Pendekatan dan Metode
1) Pendekatan
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka
melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain ialah:
a) Pendekatan individual
b) Pendekatan kelompok
• Kelompok kelas
• Kelompok bebas
• Lingkungan keluarga
2) Metode
Dalam proses belajar mengajar guru dan Pembina dapat menggunakan
metode:
a) Belajar kelompok h) Bermain peran
b) Kerja kelompok/penugasan i) Ceramah
c) Diskusi j) Demonstrasi
d) Belajar perorangan k) Tanya jawab
e) Pemberian tugas l) Simulasi
f) Pemeriksaan langsung m) Dramatisasi
g) Karya wisata n) Bimbingan (konseling)
2. Pelayanan Kesehatan
a. Tujuan Pelayanan Kesehatan
Tujuan pelayanan kesehatan ialah agar:
1) Peserta didik memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan
tindakan hidup sehat dan terdorong untuk melaksanakan perilaku hidup
sehat.
2) Peserta didik memiliki daya tahan serta tercegahnya kelainan/kecacatan.
3) Proses penyakit berhenti dan tercegahnya komplikasi penyakit, sehingga
kemampuan peserta didik dapat pulih kembali dan berfungsi secara
optimal.
4) Peserta didik sehat baik mental fisik maupun sosial.
b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan dilakukan melalui:
1) Kegiatan peningkatan (promotif)
2) Kegiatan pencegahan (preventif)
3) Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)
c. Pendekatan dan Metode
Pendekatan pelayanan kesehatan dikelompokkan sebagai berikut:
1) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan dan pengobatan penderita.
2) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah
lingkungan di sekolah, khususnya masalah lingkungan yang tidak
mendukung tercapainya derajat kesehatan optimal.
3) Intervensi yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat
masyarakat sekolah.
d. Metode yang diperlukan ialah:
1) Pelajaran dan pelatihan.
2) Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling).
3) Penyuluhan kesehatan.
4) Pemeriksaan langsung
5) Pengamatan (observasi)
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Program Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
1) Lingkungan fisik sekolah meliputi:
a) Penyediaan air bersih
b) Pemeliharaan penampungan air bersih
c) Pengadaan dan pemeliharaan tempat penampungan sampah
d) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah.
e) Pemeliharaan WC/kakus/urinoir.
f) Pemeliharaan kamar mandi
g) Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruangan kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, dan ruang ibadah.
h) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah
(termasuk penghijauan sekolah)
i) Pengadaan dan pemeliharaan warung/kantin sekolah.
j) Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.
2) Lingkungan mental dan sosial
Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat
dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan
pendidikan (Wiyatamandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep
ketahanan sekolah (7K), sehingga tercipta suasana dan hubungan
kekeluargaan yan akrab dan erat antara sesama warga sekolah. Selain
peningkatan konsep 7K (kebersihan, keamanan, keindahan, ketertiban,
kekeluargaan, kedisiplinan dan kerindangan) program pembinaan
dilakukan dalam bentuk kegiatan antara lain:
a) Konseling kesehatan
b) Bakti sosial masyarakat sekolah terhadap lingkungan
c) Perkemahan
d) Penjelajahan/hiking/darmawisata
e) Teater, musik dan olahraga
f) Kepramukaan, PMR (Palang Merah Remaja), dokter kecil dan kader
kesehatan remaja.
g) Karnaval, bazaar dan lomba
b. Pembinaan Lingkungan Keluarga
Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan
1) Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan
2) Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam
pelaksanaan hidup sehat.
c. Pembinaan Masyarakat Sekitar
1) Pembinaan dengan cara pendekatan ke masyarakat dapat dilakukan oleh
kepala sekolah/madrasah dan pondok pesantren, guru, Pembina UKS,
misalnya dengan jalan membina hubungan baik/bekerja sama dengan
masyarakat/LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa)/dewan
kelurahan, ketua RT/RW dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
2) Penyelenggaraan ceramah tentang kesehatan dan pentingnya arti
pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang sehat.
Untuk ini masyarakat diundang ke sekolah. Pembicara dapat dimintakan
dari puskesmas, pemerintah daerah setempat, nara sumber lainya misalnya
dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
3) Penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media cetak
dan audio visual.
4) Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah/madrasah/pondok
pesantren.
2.2.10.2. Pembinaan Ketenagaan
Untuk mencapai tujuan program pembinaan peserta didik dilakukan upaya
pembinaan terhadap unsur penunjang yang terdiri dari:
1. Pembinaan Ketenagaan
Pengertian ketenagaan meliputi:
a. Pembinaan teknis (guru dan petugas kesehatan)
b. Pembinaan non teknis (pengelolaan pendidikan, pengawasan sekolah, anggota
Tim Pembina UKS, karyawan sekolah dan sebagainya).
Pembinaan ketenagaan untuk Pembina teknis dan non teknis meliputi hal-
hal sebagai berikut:
a. Peningkatan jumlah (kuantitas) meliputi kegiatan:
1) Pendidikan formal untuk tenaga kependidikan.
2) Pendidikan formal untuk tenaga kesehatan
3) Menambah tenaga guru dan pendidikan jasmani dan kesehatan, bimbingan
dan penyuluhan, tenaga puskesmas (medis dan paramedis).
4) Menambah tenaga kependidikan seperti penjaga sekolah, petugas
kebersihan dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan, diman
penambahan tenaga ini dapat diusahakan secara bersama-sama dengan
dewan sekolah.
5) Menatar guru yang sudah ada dalam bidang kesehatan sehingga mereka
dapat ditugaskan mengajar pendidikan kesehatan.
b. Peningkatan mutu (kualitas) melalui kegiatan:
1) Pendidikan formal 6) Lokakarya
2) Penataran/kursus singkat 7) Seminar
3) Forum diskusi 8) Supervisi dan bimbingan teknis
4) Ceramah 9) Studi banding
5) Rapat kerja
2. Pembinaan Sarana dan Prasarana
Pembinaan sarana dan prasarana baik untuk pendidikan kesehatan maupun
untuk pelayanan kesehatan, mencakup perangkat lunak (antara lain alat peraga
pendidikan kesehatan, alat peraga pelayanan kesehatan), untuk ini perlu dilakukan
pembakuan.
Pembinaan sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Pengadaan
1) Pengadaan buku
2) Pengadaan alat peraga
3) Pengadaan ruang khusus untuk UKS, beserta perabotannya, alat
kesehatan, bahan dan obat
4) Alat administrasi
b. Pemeliharaan, termasuk pengadaan dana untuk pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan, baik melalui
anggaran rutin, anggaran pembangunan, maupun bantuan lain yang tidak
mengikat.
c. pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan pelayanan kesehatan
melalui teknologi tepat guna.
2.2.10.3. Program Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan yang penting dalam
meningkatkan daya guna dan hasil guna UKS. Hasil penelitian merupakan masukan
yang penting dalam rangka perencanaan pengembangan proram UKS selanjutnya
baik dalam kegiatan pendidikan dan pelayanan kesehatan maupun pembinaan
lingkungan kehidupan sekolah sehat.
Dalam pelaksanaannya, penelitian dan pengembangan dilakukan secara
berkesinambungan dan teratur, baik sektoral, lintas sektoral maupun multisektoral.
Lingkup penelitian dan pengembangan antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengembangan metodologi belajar mengajar mata pelajaran
pendidikan kesehatan dan mata pelajaran yang relevan lainnya dengan pendidikan
kesehatan.
2. Penelitian dan pengembangan materi kurikulum mata pelajaran pendidikan
kesehatan dan materi yang relevan lainnya.
3. Penelitian efektivitas pelaksanaan UKS yang mencakup ketenagaan dan sistem
pelaksanaannya.
4. Penelitian dampak pelaksanaan UKS terhadap lingkungan
5. Penelitian dan pengembangan sistem informasi manajemen pembinaan UKS
6. Penelitian dampak pendidikan kesehatan terhadap perilaku masyarakat sekolah.
7. Penelitian dampak penyelenggaraan UKS baik bagi peserta didik guru maupun
masyarakat sekitar sekolah
8. Penelitian dan pengembangan sarana dan prasarana sekolah ditinjau dari segi
kesehatan.
9. Penelitian mengenai pengaruh pendidikan dan latihan serta penataran terhadap
peserta didik guru dan masyarakat sekolah.
10. Penelitian pengaruh intervensi gizi terhadap absensi daya kognitif dan prestasi
belajar.
11. Penelitian lainnya yang relevan bagi pelaksanaan UKS di sekolah dan madrasah.
12. Dan lain-lainnya sesuai kebutuhan (Widaninggar, 2003).
2.3.11. Petunjuk Pelaksanaan UKS di Puskesmas
1. Fungsi puskesmas dalam pelaksanaan UKS adalah
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan melalui keterpaduan berbagai
kegiatan pokok, termasuk penyelenggaraan berbagai intervensi untuk
mengatasi berbagai masalah kesehatan di sekolah.
b. Melaksanakan pembinaan baik pembinaan teknis medis, alih kelola teknologi
maupun peran serta masyarakat sekolah.
c. Melaksanakan koordinasi pelayanan kesehatan mencakup sinkronisasi,
integrasi dan motivasi termasuk mengatur pendelegasian wewenang dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia.
2. Fungsi pokok dalam penatalaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah mencakup:
a. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data
b. Koordinasi penyusunan rencana kerja terpadu
c. Koordinasi pelaksanaan operasional pelayanan kesehatan
d. Mengikuti dan memantau perkembangan pelaksanaan operasional
Menyusun laporan (Effendy, 1995).
2.3.12. Uraian Kegiatan Petugas Dalam Pelaksanaan UKS (TPUKS)
1. Pembinaan teknis dan pemantauan sarana keteladanan gizi di kantin sekolah.
2. Pembinaan teknis dan pemantauan sarana keteladanan lingkungan
3. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan serta aktif dalam
pelayanan kesehatan dalam bentuk kader sekolah dan dokter kecil serta
membimbing latihan teknis pelayanan kesehatan dan pengawasan materi teknis
pelayanan kesehatan yang dilatihkan.
4. Penjaringan kesehatan peserta didik baru kelas I.
5. Pemeriksaan kesehatan secara periodik.
6. Imunisasi
7. Pengawasan terhadap keadaan air melalui pemantauan keadaan fisik air
8. Pengobatan kasus dan rujukan spesialistik bila diperlukan.
9. Penanganan khusus anemia pada peserta didik melalui tindakan teknis medis.
10. Forum komunikasi terpadu antar kegiatan pokok puskesmas serta antar
puskesmas dan sekolah melalui bimbingan dan pembinaan teknis.
11. Pencatatan dan pelaporan sesuai sistem yang berlaku (Depkes RI, 1986).
2.3.13. Uraian Kegiatan Guru UKS Dalam Pelaksanaan UKS
1. Pengorganisasian dan pemeliharaan kantin (warung sekolah).
2. Menggerakkan pemeliharaan dan mengawasi kebersihan lingkungan di sekolah,
antara lain pengelolaan sampah, saluran air limbah, kebersihan jamban dan kamar
mandi, kebersihan kantin, ruang UKS dan sebagainya.
3. Mencegah terbentuknya tempat pembiakan binatang penyebar penyakit, di
antaranya pembasmian sarang nyamuk.
4. Membina kebersihan perorangan peserta didik:
a Melakukan pemeriksaan rutin kebersihan kuku, rambut, telinga, gigi, dan
sebagainya.
b Mengadakan kegiatan menggosok gigi rutin di sekolah, sekali setiap bulan.
5. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dalam mengatur dan membantu latihan
keterampilan dokter kecil serta memantau peran serta peserta didik yang sudah
dilatih.
6. Membantu petugas kesehatan melakukan penjaringan kesehatan pada peserta
didik baru kelas I
7. Pemeriksaan kesehatan periodik seperti mengukur tinggi dan berat badan peserta
didik.
8. Membantu petugas kesehatan mengidentifikasi peserta didik yang perlu mendapat
imunisasi.
9. Menjaga keamanan sumber air bersih di sekolah.
10. Melakukan pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah.
11. Pengenalan dini kondisi peserta didik yang perlu di rujuk.
12. Pengenalan dini pada peserta didik yang anemi dan merujuk.
13. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dalam forum komunikasi terpadu dan
membantu pelaksanaannya.
14. Pencatatan sederhana data kesehatan dan pelayanan kesehatan oleh guru (Depkes
RI, 1986).
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan studi kepustakaan, kerangka konsep
disusun sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dirumuskan definisi konsep
sebagai berikut:
1. Pembinaan puskesmas ialah kegiatan yang digalakkan oleh petugas puskesmas
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kesempatan, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya menjadi lebih baik melalui
program-program kesehatan.
2. Pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah (UKS) ialah suatu kegiatan
melaksanakan rencana peningkatan hidup dan derajat kesehatan peserta didik atau
Pembinaan Puskesmas 1. Pendidikan Kesehatan 2. Pelayanan Kesehatan 3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat 4. Pembinaan Ketenagaan 5. Pembinaan Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah
siswa sedini mungkin oleh puskesmas dan sekolah dengan memanfaatkan sarana
dan prasarana serta sumberdaya yang ada melalui kegiatan program pembinaan
dan pengembangan UKS.
2.5. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pembinaan puskesmas (pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat, pembinaan ketenagaan dan
pembinaan sarana dan prasarana) terhadap pelaksanaan program usaha kesehatan
sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011.