uji mikrobiologi kaleng

48
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/27 November 2012 Analisis Mutu Mikrobiologi PJ Dosen : Mrr. Lukie Trianawati, STP. MSi. Pangan Asisten : Wirayani Febi UJI MIKROBIOLOGI KALENG Kelompok 4 Kelas : A/P1 Nita Rofita Priyanti J3E111001 Ardantyo Gunawan J3E111002 Pratiwi Indah J3E111055 M. Sony Gaus J3E111022 Dina Crownia J3E111087 SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

Upload: dina-crownia

Post on 14-Aug-2015

1.354 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Mikrobiologi Kaleng

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/27 November 2012Analisis Mutu Mikrobiologi PJ Dosen : Mrr. Lukie Trianawati, STP. MSi.Pangan Asisten : Wirayani Febi

UJI MIKROBIOLOGI KALENG

Kelompok 4

Kelas : A/P1

Nita Rofita Priyanti J3E111001

Ardantyo Gunawan J3E111002

Pratiwi Indah J3E111055

M. Sony Gaus J3E111022

Dina Crownia J3E111087

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: Uji Mikrobiologi Kaleng

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Untuk mengetahui dan membedakan jenis kerusakan makanan kaleng dan

untuk melakukan analisis mikrobiologi makanan kaleng (yang normal dan yang

rusak), baik untuk makanan yang berasam rendah maupun yang berasam tinggi.

Page 3: Uji Mikrobiologi Kaleng

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Luar Kaleng

a. Kaleng Sarden Dalam Saus Extra Pedas (Kelompok 1 dan 2)

Nama Produk : Sarden Dalam Saus Extra Pedas (Chip)

Merk : Cip

Isi Kaleng/Komposisi : Ikan Sarden, Air, Pasta Tomat, Cabe, Minyak Nabati, Garam, Tepung Termodifikasi, Bumbu, Msg.

Tanggal Pembuatan : L SCE 04

Tanggal Kadaluarsa : 13.03.2012

Nama PT : PT. Blambang Food Packer’s Indonesia

Alamat PT : Banyuwangi 68a72 Indonesia

Ukuran Kaleng : D=5,4 Cm Atau 302 Inchi

T=8,7 Cm Atau 307 Inchi

Ukuran 302 X 307

b. Kaleng Mackarel in Tomato Sauce (Kelompok 3 dan 4)

Nama produk : Mackarel in Tomato Sauce

Merk : Botan

Komposisi : ikan makarel, saos tomat, garam dan cornstarch

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluarsa : 17 november 2012

Nama dan alamat pabrik : Maya Food Industries pekalongan-indonesia

Untuk

PT. Indomaya Mas Jakarta-Indonesia

Page 4: Uji Mikrobiologi Kaleng

Lisensi dari MITSUI CO., LTD., Tokyo, Japan

Berat bersih : 155 gram

Diamater kaleng : 5,4 cm atau 302 inch

Tinggi kaleng : 8,8 cm atau 307 inch

Dimensi kaleng : 302 X 307

Kerusakan kaleng : Tidak terjadi kebocoran dan penggembungan kaleng

c. Kaleng Sarden Kelompok 6 (normal)

Nama produk : Sarden

Merk : Mison Sardines in Tomato Sauce

Komposisi : ikan sarden, air, pasta tomato, tepung maizena, gula, bawang putih, garam

Tanggal pembuatan : -

Tanggal kadaluarsa : 18-07-2015

Nama dan alamat pabrik : CV. Sumber Asia Trading Co. Muncar, Banyuwangi 68472 Indonesia

Diamater kaleng : 5,3 cm atau 2,08 inchi

Tinggi kaleng : 8,8 cm atau 3,46 inchi

d. Kaleng Kornet Kelompok 7 (normal)

Nama : kornet beef

Merk : Cin

Isi kaleng : daging cincang (kornet)

Komposisi : daging sapi, terigu, garam, gula, natrium, nitrit, dan bumbu.

Tanggal kadaluarsa : 05-2014

Nama dan alamat pabrik : PT.Surya Jaya Abadi Perkasa. Probolinggo – Indonesia

Flipper = (-)

Springer = (-)

Page 5: Uji Mikrobiologi Kaleng

Soft well = (-)

Hard well = (-)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Mikrobiologi Kaleng dengan Media NB

Ulangan Media Suhu Hasil Jumlah Koloni

1 NB

Aaerob 30oC -

Kualitatif

30oC -

55oC -

55oC -

Anaerob 30oC +

30oC +

55oC -

55oC X

2 NB

Aaerob 30oC +

30oC -

55oC -

55oC -

Anaerob 30oC -

30oC -

55oC -

55oC -

3 NB

Aaerob 30oC -

kualitatif

30oC -

55oC -

55oC -

Anaerob 30oC -

30oC -

55oC -

55oC -

4 NB

Aaerob 30oCX kualitatif

30oC

Page 6: Uji Mikrobiologi Kaleng

55oC

55oC

Anaerob 30oC

30oC

55oC

55oC

5 NB

Aerob 30oC -

kualitatif

30oC -

55oC -

55oC -

Anaerob 30oC X

30oC X

55oC X

55oC X

6 NB

kualitatif

Aerob 30oC -

30oC -

55oC -

Anaerob 30oC X

30oC X

55oC X

55oC X

7 NB

Aerob 30oC -

Kualitatif

30oC -55oC -

55oC -

Anaerob 30oC X

30oC X

55oC X55oC X

Keterangan :Kaleng Rusak 1 = Kelompok 1 dan 2 (+) = Terdapat Pertumbuhan

Page 7: Uji Mikrobiologi Kaleng

Kaleng Rusak 2 = Kelompok 3 dan 4 (-) = Tidak terdapat pertumbuhan

Kaleng Normal = Kelompok 5 (X) = Tidak terbentuk kondisi

Kaleng Normal = Kelompok 6 anaerob

Kaleng Normal = Kelompok 7

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Mikrobiologi Kaleng dengan Media DTBPA

Ulangan Pengenceran Suhu Hasil Jumlah koloni1 10-1 30oC + 18

30oC + 810-2 30oC + 39

30oC + 48

10-1 55oC -

55oC -

10-2 55oC + spread

55oC + spread

2 10-1 30oC 29

30oC 36

10-2 30oC 9

30oC 5

10-1 55oC -

55oC -

10-2 55oC -

55oC -3

10-1 30oC 42

30oC 8

10-2 30oC 7

30oC -

10-1 55oC 28

55oC -

10-2 55oC -

55oC -

4 10-1 30oC + 14

30oC + 14

10-2 30oC + 4

30oC + 9

Page 8: Uji Mikrobiologi Kaleng

10-1 55oC + 3

55oC - 010-2 55oC - 0

5 10-1 30oC _

10-2 30oC -

10-1 55oC -

10-2 55oC -

6 10-1 30oC + 49

10-2 30oC + 12

10-1 55oC + 1

10-2 55oC - 0

7 10-1 30oC -

10-2 30oC -

10-1 55oC -

10-2 55oC -

Keterangan :

Kaleng Rusak 1 = Kelompok 1 dan 2 (+) = Terdapat Pertumbuhan

Kaleng Rusak 2 = Kelompok 3 dan 4 (-) = Tidak terdapat pertumbuhan

Kaleng Normal = Kelompok 5

Kaleng Normal = Kelompok 6

Kaleng Normal = Kelompok 7

2.2 Pembahasan

Produk yang dikemas dalam kaleng sudah beredar sangat luas dan cukup

diminati oleh masyarakat. Jenis makanan yang biasa dikemas dalam kaleng,

antara lain buah, daging bahkan sayur. Proses pengalengan merupakan salah satu

cara mengawetkan makanan karena di dalam kaleng diusahakan tidak terdapat

oksigen sehingga bakteri aerob tidak bisa tumbuh dan merusak makanan. Akan

tetapi, masih ada kemungkinan makanan tersebut mengandung bakteri anaerob

yang dapat tumbuh pada lingkungan tanpa oksigen seperti Clostridium botullinum

yang sering disebut bakteri makanan kaleng.

Page 9: Uji Mikrobiologi Kaleng

Makanan kaleng adalah makanan yang diawetkan dengan pemanasan di

dalam wadah yang tertutup secara hermetis. Pengepakan secara hermetis

mencegah masuknya gas atau mikroorganisme ke dalam kaleng sehingga

mencegah kontaminasi dari luar setelah kaleng ditutup tetap hermetis atau kaleng

bocor (Fardiaz, 1992).

Pengalengan adalah proses menyimpan dalam wadah yang ditutupi rapat

sehingga udara, zat lain dan organisme perusak atau pembusuk tidak dapat masuk.

Makanan yang sudah dikalengakan lalu dipanaskan pada suhu tertentu dan pada

waktu yang bertetapan agar bakteri, jamur tidak dapat hidup. Dengan demikian

makanan yang disimpan dalam kaleng tersebut tidak mengalami proses

pembusukan (Syarif dan Hariadi, 1992).

Kebusukan makanan kaleng dapat disebabkan oleh kapang, khamir dan

bakteri. Tanda-tanda kebusukan makanan kaleng oleh mikroorganisme dapat

dilihat dari penampakan abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang

luntur), penampakan produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang,

produk hancur dan pucat; dan keruh atau tanda-tanda abnormal lain pada produk

cair. Dari ketiga jenis mikroba tersebut, bakteri merupakan penyebab kerusakan

yang utama. Kadaluarsa disebabkan karena bakteri yang terdapat dalam makanan

tersebut telah aktif kembali dan kaleng tempat penyimpanan produk tersebut rusak

dikarenakan benturan serta lapisan enamelnya yang sudah habis. Mikroba yang

terdapat dalam makanan kaleng tersebut adalah Clostrudium botulinum dan

Bacillus. Agar produk pangan yang dikemas steril, maka harus dilakukan

beberapa proses pemanasan seperti pasturisasi yaitu proses pemanasan.

Untuk menghindari adanya pertumbuhan bakteri tersebut maka diperlukan

proses untuk membunuh mikroba secara tepat yaitu proses sterilisasi. Proses

sterilisasi ini merupakan upaya penghancuran mikroba patogen beserta sporanya.

Akibat terdapat spora bakteri tertentu yang tahan terhadap suhu tinggi, sterilisasi

harus dilakukan pada suhu 2500F (1210C) dengan menggunakan uap panas

(autoclave) selama 15 menit. Produk selanjutnya ditutup secara hermetis sehingga

tidak memberi kesempatan mikroba masuk kembali.

Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh lingkungannya. Di antara faktor-

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah air, oksigen,

Page 10: Uji Mikrobiologi Kaleng

suhu dan nilai pH (keasaman). Pada makanan ada bakteri yang sangat

berbahaya beberapa diantaranya yang pertama adalah Bacillus. Bakteri jenis ini

bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif dan kebanyakan

bersifat gram positif. Bakteri ini sering menyebabkan kerusakan pada makanan

kaleng dengan memproduksi asam tanpa gas, sehingga kerusakannya disebut “flat

sour” (busuk asam tanpa gas).

Bakteri yang kedua adalah Clostridium, bakteri ini bersifat anaerobik

sampai mikroaerofilik dan bersifat katalase negatif. Bakteri ini sering

mnyebabkan kerusakan disertai pembentukan gas pada produk buah-buahan

dalam kaleng. Bakteri ini juga dapat mempermentasikan asam amino

menghasilkan produk-produk yang menyebabkan bau busuk, dan beberapa spesies

clostridium bersifat patogen dan dapat menyebabkan keracunan

makanan. Clostridium perfringens memproduksi enterotoksin yang dapat

menyerang saluran pencernaan dan menimbulkan gejala gastrointestinal.

Sedangkan Clostridium botulinum memproduksi neurotoksin yang menyerang

syaraf dan menyebabkan kelumpuhan.

Bakteri Clostridium botulinum umum terdapat pada makanan kaleng

dengan pH lebih dari 4,6. Kerusakan makanan kaleng dipengaruhi oleh jenis

makanan dan jenis mikroba yang terdapat didalamnya (Yetty, 2012). Bakteri

Clostridium botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah, sedimen didasar

laut, usus dan kotoran binatang. Clostridium botulinum adalah bakteri anaerobik,

gram positif, membentuk spora, berbentuk batang dan relatif besar (Anonim,

2008). Untuk mengetahui adanya bakteri-bakteri tersebut maka dilakukan

pengujian pada sampel makanan kaleng dengan menggunakan metode pewarnaan

gram, metode hitungan cawan dengan media DTBPA, serta menggunakan media

NB untuk menciptakan kondisi aerob atau anaerob pada media.

        

2.2.1 Pemeriksaan Luar Kaleng

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan luar kaleng untuk

mengetahui apakah kaleng tersebut sudah mengalami kerusakan. Kerusakan

makanan kaleng dapat disebabkan oleh kapang, khamir dan bakteri. Tanda-tanda

Page 11: Uji Mikrobiologi Kaleng

kebusukan makanan kaleng oleh mikroorganisme dapat dilihat dari penampakan

abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang luntur), penampakan

produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang, produk hancur, pucat, dan

keruh serta tanda-tanda abnormal lain pada produk cair.

Dari ketiga jenis mikroba tersebut, bakteri merupakan penyebab kerusakan

yang utama. Kadaluarsa pada kaleng disebabkan aktivitas bakteri yang terdapat

dalam makanan tersebut telah aktif kembali. Selain itu kerusakan juga dipengaruhi

kaleng tempat penyimpanan produk yang rusak karena benturan serta lapisan

enamelnya yang sudah habis. Mikroba yang terdapat dalam makanan kaleng

tersebut adalah Clostrudium botulinum dan Bacillus. Agar produk pangan yang

dikemas steril maka harus dilakukan beberapa proses pemanasan seperti

pasturisasi yaitu proses pemanasan.

Pemeriksaan luar kaleng sarden dilakukan dengan memeriksa penampakan

kaleng yang ditandai oleh adanya penggembungan kaleng. Penggembungan

kaleng terjadi karena terbentuknya gas oleh mikroba, terutama CO2 dan H2.

Penampakan kaleng yang kembung dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu

Flipper dimana permukaan kaleng kelihatan datar, namun apabila salah satu ujung

kaleng ditekan, ujung lainnya akan cembung. Springer adalah penggembungan

apabila salah satu ujung kaleng sudah cembung secara permanen, sedangkan

ujung yang lain sudah cembung. Soft Swell adalah kedua ujung kaleng sudah

cembung, namun belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke

dalam. Hard Swell adalah kedua ujung permukaan kaleng cembung dan begitu

keras sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu jari. Selain itu pemeriksaan

luar kaleng juga dilakukan dengan cara memeriksa sambungan tepi kaleng dan

kebocoran.

Berdasarkan pemeriksaan luar kaleng yang terdapat pada Tabel 1, dapat

dilihat bahwa semua pada sampel makanan kaleng yang rusak tidak mengalami

kebocoran dan penggembungan kaleng. Sedangkan sampel makanan kaleng yang

normal tidak mengalami kerusakan secara fisik dan kimia. Kerusakan fisik pada

kaleng misalnya kaleng berkarat dan penyok karena benturan keras. Kerusakan

fisik yang terjadi pada makanan tidak membahayakan konsumen, meskipun pada

akhirnya produk menjadi tidak dikonsumsi karena penampakannya yang tidak

Page 12: Uji Mikrobiologi Kaleng

baik. Tidak adanya kebocoran dan penggembungan pada sampel makanan kaleng

yang sudah rusak menandakan bahwa makanan kaleng tersebut hanya mengalami

kerusakan secara fisik yang hanya berpengaruh terhadap penerimaan konsumen.

Selain itu, kerusakan pada kaleng yang rusak adalah kerusakan karena penurunan

mutu. Hal ini disebabkan produk kaleng yang diujikan sudah melewati batas

kadaluarsa.

Penyebab kadaluarsa dapat disebabkan waktu pengalengan bahan

terkontaminasi dengan mikroorganisme, pengaruh suhu, kelembaban yang terlalu

lama, bocor, proses sterilisasi kurang bagus, serta tempat penyimpanan makanan

kaleng yang kurang bersih.

Penurunan mutu makanan kaleng bergantung pada sifat bahan, suhu

sterilisasi dan kondisi udara dalam head space-nya. Semakin lama disimpan,

semakin rendah daya simpannya (shelf life loss). Kemunduran daya simpan ini

disebut kadaluarsa. Apabila digunakan bahan baku yang baik, proses pemanasan

sempurna dan bahan pengemas yang tidak berbahaya, maka daya simpan makanan

kaleng dapat mencapai tiga tahun. Makanan kaleng biasanya tidak menuntut

kondisi penyimpanan tertentu, dalam arti dapat disimpan pada suhu kamar dan di

segala tempat. Namun, penyimpanan pada suhu rendah dan kering dapat

memperpanjang masa simpan. Di sisi lain penyimpanan pada tempat yang lembab

dan basah dapat melahirkan proses pengkaratan yang tidak diinginkan.

Kerusakan yang lain dapat terjadi karena kurang sempurnanya pengolahan.

Misalnya, selama proses sterilisasi, terjadi kebocoran kecil pada sambungan

kaleng yang menggelembung, tetapi kemudian tertutup kembali setelah

pendinginan. Apabila dalam proses pendinginannya digunakan air kurang bersih,

dapat dipastikan mikroba pembusuk akan hadir dalam kaleng melalui lubang kecil

tersebut. Selain itu apabila kondisi penyimpanan mendukung maka bakteri

tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dan kelak dapat memproduksi racun

(Sri 2011).

2.2.2 Pemeriksaan Makanan Kaleng Normal

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian mikrobiologi kaleng normal

dengan menggunakan media NB (aerob dan anaerob) dan DTBPA. Pengujian juga

dilakukan dengan metode pewarnaan gram. Sebelum dilakukan pengujian,

Page 13: Uji Mikrobiologi Kaleng

terlebih dahulu dilakukan persiapan uji pada sampel. Produk yang dikemas harus

dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar kotoran seperti tanah

dapat terlepas.

Terlepasnya kotoran tersebut disebabkan pada sabun yang digunakan

untuk mencuci mengandung natrium lauril eter sulfat yang berfungsi sebagai

pembersih didalam sabun. Selain untuk menghilangkan kotoran yang ada pada

kaleng, pembersihan ini juga bertujuan untuk membunuh mikroba yang ada di

permukaan kaleng sehingga mikroba yang tumbuh hanya mikroba yang berasal

dari dalam kemasan. Setelah dicuci maka bagian kaleng tersebut dipanaskan

sambil diputar – putar diatas bunsen.

Perlakuan pemanasan ini bertujuan untuk membunuh mikroba yang ada

pada permukaan kaleng sehingga yang tersisa hanyalah mikroba dari dalam

kemasan. Kemudian kaleng tersebut dibuka tutupnya dan diganti dengan cawan

petri. Hal ini bertujuan agar tidak ada kontaminasi dari luar kaleng.

2.2.1.1 Pengujian dengan media NB (Aerob)

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian makanan kaleng normal

dengan menggunakan media NB. Nutrient broth merupakan media untuk

mikroorganisme yang berbentuk cair dan memiliki fungsi yang sama dengan

Nutrient Agar. Nutrien Broth (NB) adalah medium umum untuk uji air dan

produk pangan. NB juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari

mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof

(Harry 2012). NB merupakan salah satu media yang umum digunakan pada uji

mikrobiologi untuk menguji adanya kandungan total bakteri pada sampel.

Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar

adalah ekstrak beef dan peptone.

Perbedaan antara Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu Nutrient Agar

berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair. Fungsi kimia dari Nutrient

Agar dan Nutrient Broth sebagai medium umum pertumbuhan mikroba. Medium

Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat yang memiliki

konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki

kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.

Page 14: Uji Mikrobiologi Kaleng

Nutrient Broth dibuat dengan cara sebagai berikut. 5 g pepton dilarutkan dalam

850 ml air distilasi atau akuades. Kemudian 3 g ekstrak daging dilarutkan dalam

larutan yang dibuat pada langkah pertama. Kemudian pH diatur sampai 7,0,

diberi air distilasi sebanyak 1.000 ml dan disterilisasi dengan autoclave (Anonim

2008).

Sampel yang digunakan pada pengujian kaleng normal adalah sampel

sarden kaleng dan kornet kaleng. Sebanyak 1 ml sampel dimasukkan ke dalam

media NB dan diinkubasi pada suhu 300C dan 550C selama 2 hari dengan kondisi

aerobik agar ditumbuhi oleh bakteri aerob. Bakteri aerobik adalah bakteri yang

dalam hidupnya memerlukan oksigen bebas untuk memecah zat pada

mediumnya.  Bakteri jenis ini sering disebut bakteri obligat aerob.  Bakteri yang

bersifat aerob senang hidup pada lingkungan lembab dan cukup udara. 

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa pada

sampel yang dilakukan oleh kelompok 5,6, dan 7 menunjukkan hasil negatif. Hal

ini menandakan bahwa tidak terdapat bakteri aerobik pada sampel. Makanan

kaleng normal merupakan makanan kaleng yang baik karena dikemas secara

hermetis melalui proses sterilisasi. Proses sterilisasi ini merupakan upaya

penghancuran mikroba patogen beserta sporanya. Akibat terdapat spora bakteri

tertentu yang tahan terhadap suhu tinggi, sterilisasi harus dilakukan pada suhu

2500F (1210C) dengan menggunakan uap panas (autoclave) selama 15 menit.

Produk selanjutnya ditutup secara hermetis sehingga tidak memberi kesempatan

mikroba masuk kembali.

2.2.1.2 Pemeriksaan Makanan Kaleng Normal (NB anaerob)

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan pada sampel makanan

kaleng yang normal dan abnormal. Makanan kaleng abnormal diamati oleh

kelompok 1-4 sedangkan makanan kaleng normal diamati oleh kelompok 5-7.

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah dengan menggunakan

media NB. Seharusnya media yang digunakan adalah media TB, namun karena

adanya keterbatasan biaya maka media TB diganti dengan media NB.

Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan

dasar adalah ekstract beef dan peptone. Nutrien Broth (NB) adalah medium umum

Page 15: Uji Mikrobiologi Kaleng

untuk uji air dan produk pangan. NB juga digunakan untuk pertumbuhan

mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme

heterotrof (Harry 2012). NB merupakan salah satu media yang umum digunakan

pada uji mikrobiologi untuk menguji adanya kandungan total bakteri pada sampel.

Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu

Nutrient Agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair. Susunan kimia

sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari Nutrient Agar dan Nutrient Broth sebagai

medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna

coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari

sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri

sama seperti medium NA (Anonim, 2008).

Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada Tabel 2, dapat diketahui

bahwa pada media NB anaerob suhu 30oC kelompok 1 menunjukan hasil (+) yang

menandakan terdapat pertumbuhan bakteri mesofilik. Sedangkan pada suhu 50oC

menunjukan hasil (-) yang menandakan bakteri termofiliknya tidak tumbuh. Pada

kelompok 2 suhu 30oC dan suhu 55oC menunjukan hasil tidak terbentuk keadaan

anaerob. Pada kelompok 3 suhu 30oC dan 55oC menunjukan hasil (-).

Pada kelompok 4 suhu 30oC maupun suhu 55oC manunjukan hasil tidak

terbentuk keadaan anaerob. Pada kelompok 5 kedua suhu, hasilnya adalah tidak

terbentuk keadaan anaerob. Pada kelompok 6 suhu 30oC maupun suhu 55oC

hasilnya tidak terbentuk kondisi anaerob pada tabung NB. Untuk kelompok 7

hasilnya menunjukan tidak terbentuk keadaan anaerob. Hasil (+) menandakan

terbentuknya kondisi anaerob pada tabung NB yang memiliki ciri agar NA tidak

tenggelam atau berada dipermukaan media NB, sehingga dapat dinyatakan bahwa

mikroba anaerob tumbuh didalamnya. Sedangkan hasil (-) artinya mikroba

anaerob tidak tumbuh.

Perlakuan hasil yang menunjukan tidak terbentuk kondisi anaerob

dipengaruhi berarti pada saat penuangan media NA pada tabung NB, NA

tercampur dengan NB sehingga dapat dikatakan hasil yang didapat negatif. Oleh

karena itu pengujian anaerobik dengan menggunakan media NB dinyatakan tidak

berhasil, karena rata-rata kelompok tidak dapat menuang agar NA di permukaan

NB sehingga data pengamatan yang diperoleh sulit untuk dilihat hasilnya. Hal ini

Page 16: Uji Mikrobiologi Kaleng

menunjukan belum terampilnya praktikan melakukan penuangan media NA pada

tabung NB untuk menciptakan kondisi yang anaerob.

2.2.1.3 Pemeriksaan Makanan Kaleng Normal (DTBPA)Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian sampel makanan kaleng

normal dengan media DTBPA. Dextrose Agar Trypton Bromcresol Purple Agar

biasa digunakan untuk pertumbuhan bakteri mesofilik dan termofilik pada produk

pangan. Bromcresol Purple digunakan sebagai indikator pH. Ketika bakteri

termofilik diisolasi, suhu plating yang digunakan adalah 55°C. Sedangkan untuk

bakteri mesofilik adalah 300C. Komposisi media DTBPA adalah tryptone

sebanyak 10 gr, bromcresol purple sebanyak 0,04 gr, dextrose sebanyak 5 gram

dan agar sebanyak 15 gram. Medium ini digunakan untuk mengidentifikasi

adanya bakteri penyebab busuk asam tanpa gas sehingga saat tumbuh akan

membentuk koloni yang dikelilingi oleh areal berwarna kuning karena

pembentukan asam.

Tumbuhnya koloni yang tumbuh pada media DTBPA disebabkan pada

media ini terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri pembentuk spora

penyebab kebusukan asam tanpa gas yaitu dextrose dan tryptophan. Selain itu

pada media DTBPA tersebut koloni yang tumbuh adalah koloni berwarna kuning.

Koloni tersebut disebabkan karena bakteri yang dapat menghasilkan asam

sehingga pH di dalam media menurun dan menyebabkan warna dari indikator

Bromcresol Purple berubah dari warna ungu (pada pH netral) menjadi berwarna

kuning (pada pH asam).

Pada produk sarden kaleng (kelompok 6) yang diuji pada suhu 300C

terdapat 49 dan 12 koloni yang dikelilingi oleh warna kuning, sedangkan pada

suhu 550C hanya terdapat 1 koloni. Sedangkan pada produk kari (kelompok 5) dan

kornet kaleng (kelompok 7) menunjukkan hasil negatif terdapatnya bakteri

pembentuk asam. Ikan termasuk ke dalam makanan golongan berasam rendah,

yaitu mempunyai kisaran pH 5.6-6.5. Adanya medium pengalengan dapat

meningkatkan derajat keasaman (menurunkan pH) sehingga produk dalam kaleng

menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi (di bawab pH 4.6), Clostridium

botulinum tidak dapat tumbuh sehingga tidak terdapat bakteri penyebab busuk

asam tanpa gas.

Page 17: Uji Mikrobiologi Kaleng

Pada makanan ada bakteri yang sangat berbahaya beberapa diantaranya

yang pertama adalah Bacillus. Bakteri jenis ini bersifat aerobik sampai anaerobik

fakultatif, katalase positif dan kebanyakan bersifat gram positif. Bakteri ini sering

menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan memproduksi asam tanpa

gas, sehingga kerusaknnya disebut “flat sour” (busuk asam tanpa gas). Sedangkan

bakteri yang kedua adalah Clostridium, bakteri ini bersifat anaerobik sampai

mikroaerofilik dan bersifat katalase negatif.

Pada uji mikrobiologi produk kari (kelompok 5) tidak ditemukan adanya

bakteri yang tumbuh pada kedua cawan yang diinkubasi pada suhu 30oC dan suhu

30oC. Hal ini disebabkan kari dimasak dengan menggunakanrempah-rempah

dimana rempah-rempah merupakan zat antimikroba yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri.

Menurut Haris (2012), senyawa-senyawa antimikroba dapat bersifat sidal

(mematikan) maupun statik (menghambat) dengan cara merusak sel, dan

menganggu proses metabolisme seluler. Salah satu cara untuk menghindari hal

tersebut adalah dengan menambahkan bahan aditif berupa zat antimikroba dalam

bentuk rempah-rempah. Zat antimikroba itu sendiri terdiri dari zat

antimikroba alami yang biasanya berupa rempah-rempah dan zat antimikroba

buatan (sintetik).

Berdasarkan data tersebut, kedua produk yang diuji kemungkinan

mengandung Bacillus namun tidak mengandung Clostridium. Hal ini disebabkan

produk yang diamati berasal dari produk yang dikemas dalam kaleng yang baik

sehingga didapatkan kesimpulan bahwa mikroba yang tumbuh pada makanan

kaleng tidak tahan terhadap suhu tinggi. Pada uji mikrobiologi makanan kaleng

produk beef cornet tidak terdapat pertumbuhan mikroba karena daging sapi

tersebut masih bagus. Jika pada daging sapi yang terdapat pada makanan kaleng

sudah rusak seharusnya terdapat pertumbuhan bakteri Clostridium perfringens.

Pada makanan kaleng, terdapat bakteri yang sangat berbahaya beberapa

diantaranya yang pertama adalah Bacillus. Bakteri jenis ini bersifat aerobik

sampai anaerobik fakultatif, katalase positif dan kebanyakan bersifat gram positif.

Bakteri ini sering menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan

memproduksi asam tanpa gas, sehingga kerusakannya disebut “flat sour”

Page 18: Uji Mikrobiologi Kaleng

(busuk asam tanpa gas). Bakteri yang kedua adalah Clostridium, bakteri ini

bersifat anaerobik sampai mikroaerofilik dan bersifat katalase negatif. Bakteri ini

sering menyebabkan kerusakan disertai pembentukan gas pada produk dalam

kaleng.

2.2.3 Pemeriksaan Makanan Kaleng Rusak

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian mikrobiologi kaleng rusak

dengan menggunakan media NB (aerob dan anaerob) dan DTBPA. Pengujian juga

dilakukan dengan metode pewarnaan gram. Sebelum dilakukan pengujian,

terlebih dahulu dilakukan persiapan uji pada sampel. Pada praktikum kali ini akan

diamati terhadap makanan kaleng. Sebelum dilakukan pengujian, produk yang

dikemas harus dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar kotoran

seperti tanah dapat terlepas.

Terlepasnya kotoran tersebut disebabkan pada sabun yang digunakan

untuk mencuci mengandung natrium lauril eter sulfat yang berfungsi sebagai

pembersih didalam sabun. Selain untuk menghilangkan kotoran yang adapada

kaleng, pembersihan ini juga bertujuan untuk membunuh mikroba yang ada di

permukaan kaleng sehingga mikroba yang tumbuh hanya mikroba yang berasal

dari dalam kemasan. Setelah dicuci maka bagian kaleng tersebut dipanaskan

sambil diputar–putar diatas bunsen.

Perlakuan pemanasan ini bertujuan untuk membunuh mikroba yang ada

pada permukaan kaleng sehingga yang tersisa hanyalah mikroba dari dalam

kemasan. Kemudian kaleng tersebut dibuka tutupnya dan tutupnya tersebut

diganti dengan cawan petri. Hal ini bertujuan agar tidak ada kontaminasi dari luar

kaleng.

2.2.3.1 Pengujian dengan media NB (Aerob)

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian makanan kaleng normal

dengan menggunakan media NB. Nutrient broth merupakan media untuk

mikroorganisme yang berbentuk cair dan memiliki fungsi yang sama dengan

Nutrient Agar. Nutrien Broth (NB) adalah medium umum untuk uji air dan

Page 19: Uji Mikrobiologi Kaleng

produk pangan. NB juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari

mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof

(Harry 2012). NB merupakan salah satu media yang umum digunakan pada uji

mikrobiologi untuk menguji adanya kandungan total bakteri pada sampel.

Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar

adalah ekstrak beef dan peptone.

Perbedaan antara Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu Nutrient Agar

berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair. Fungsi kimia dari Nutrient

Agar dan Nutrient Broth sebagai medium umum pertumbuhan mikroba. Medium

Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat yang memiliki

konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki

kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri sama seperti medium NA.

Nutrient Broth dibuat dengan cara sebagai berikut. 5 g pepton dilarutkan dalam

850 ml air distilasi atau akuades. Kemudian 3 g ekstrak daging dilarutkan dalam

larutan yang dibuat pada langkah pertama. Kemudian pH diatur sampai 7,0,

diberi air distilasi sebanyak 1.000 ml dan disterilisasi dengan autoclave (Anonim

2008).

Sampel yang digunakan pada pengujian kaleng normal adalah sampel

sarden kaleng dan kornet kaleng. Sebanyak 1 ml sampel dimasukkan ke dalam

media NB dan diinkubasi pada suhu 300C dan 550C selama 2 hari dengan kondisi

aerobik agar ditumbuhi oleh bakteri aerob. Bakteri aerobik adalah bakteri yang

dalam hidupnya memerlukan oksigen bebas untuk memecah zat pada

mediumnya.  Bakteri jenis ini sering disebut bakteri obligat aerob.  Bakteri yang

bersifat aerob senang hidup pada lingkungan lembab dan cukup udara. 

Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa pada

sampel yang dilakukan oleh kelompok 1 dan 2 menunjukkan hasil negatif. Sampel

yang dilakukan oleh kelompok 3 dan 4 juga menunjukkan hasil negatif. Hal ini

menandakan bahwa tidak terdapat bakteri aerobik pada sampel.

Hasil positif hanya ditunjukkan pada kelompok 2 pada ulangan 1 dengan

suhu 300 C. Seharusnya semua sampel makanan kaleng tidak menunjukkan

adanya bakteri aerob, karena makanan kaleng dikemas secara hermetis sehingga

bakteri aerob tidak dapat tumbuh. Kemasan hermetis adalah kemasan atau wadah

Page 20: Uji Mikrobiologi Kaleng

yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, misalnya kaleng dan botol

gelas (Dwijoseputro, 1988). Hasil positif ini dapat disebabkan sampel makanan

kaleng yang digunakan oleh kelompok 2 merupakan sampel kelompok yang

rusak, sehingga kemungkinan terdapat oksigen yang masuk ke dalam sampel dan

memungkinkan bakteri aerob untuk tumbuh.

2.2.3.2 Pengujian dengan Media NB (anaerob)

Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu sampel sebanyak 10 gram

dimasukkan kedalam larutan pengencer sebanyak 90 ml pengenceran 10 -1), lalu

dari larutan tersebut ambil 1 ml masuk kedalam 9 ml larfis dan dilakukan plating

dari pengenceran 10-1 dilakukan secara duplo. Dari hasil pengenceran tersebut,

dimasukkan sebanyak 1 ml kedalam tabung berisi NB dan dilakukan secara duplo.

Kemudian NB tersebut dimasukkan kedalam es batu. Hal ini berfungsi untuk

membuat NB menjadi dingin sehingga ketika NA dimasukkan kedalam tabung

maka NA tersebut akan langsung membeku. Setelah itu kedalam NB tersebut

dimasukkan NA. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi anaerobik sehingga

pada medium tersebut dapat tumbuh bakteri anaerobik. Kemudian media tersebut

diinkubasi selama 2 hari dengan suhu 330C dan 550C untuk menumbuhkan bakteri

mesofilik dan bakteri termofilik.

Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan

dasar adalah ekstract beef dan peptone. Nutrien Broth (NB) adalah medium umum

untuk uji air dan produk pangan. NB juga digunakan untuk pertumbuhan

mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme

heterotrof (Harry 2012). NB merupakan salah satu media yang umum digunakan

pada uji mikrobiologi untuk menguji adanya kandungan total bakteri pada sampel.

Perbedaan konsentris antara Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu

Nutrient Agar berbentuk padat dan Nutrient Broth berbentuk cair. Susunan kimia

sama-sama sintetik. Fungsi kimia dari Nutrient Agar dan Nutrient Broth sebagai

medium umum. Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna

coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari

sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri

sama seperti medium NA (Anonim, 2008).

Page 21: Uji Mikrobiologi Kaleng

Pada sampel makanan kaleng rusak kelompok 1 dengan sampel Sarden

dalam Saus Extra Pedas menunjukan hasil positif yaitu terdapat kekeruhan. Pada

tabung yang diinkubasi dengan pada suhu 330C semua tabung menunjukan hasil

positif. Sedangkan pada tabung yang diinkubasi pada suhu 550C terdapat 1 tabung

yang menunjukan hasil negatif, namun pada tabung yang lain tidak terdapat

pertumbuhan bakteri anaerobik. Hal ini disebabkan NA tidak membeku diatas NB

sehingga tidak menimbulkan kondisi anaerobik. Sedangkan pada kelompok 2

dengan sampel yang sama hanya terdapat hasil positif pada tabung NB yang

diplating pada tingkat pengenceran 10-1 dengan inkubasi 330C.

Pada kelompok 3 dengan sampel Mackarel in Tomato Sauce tidak

menunjukan hasil negatif atau tidak terdapat kekeruhan baik pada tabung yang

diinkubasi pada suhu 330C dan 550C. Sedangkan pada kelompok 4 pada media NB

ini tidak terbentuk kondisi anaerob baik pada tabung yang diinkubasi pada suhu

330C dan pada tabung yang diinkubasi pada suhu 550C.

Dari penjabaran tersebut terlihat bahwa terdapat sampel yang menunjukan

hasil positif yaitu sampel kelompok 1 pada tabung yang diinkubasi pada suhu

330C. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya kekeruhan. Kekeruhan ini timbul

karena pada media NB terdapat ekstrak daging, pepton dan glukosa. adanya

kekeruhan pada NB ini dikarenakan adanya pemecahan dari komponen yang ada

pada NB. Bakteri anaerobik ini dapat tumbuh pada media NB ini karena diatas

NB tersebut terdapat NA dimana NA ini akan menutupi oksigen sehingga

menciptakan kondisi anaerobik karena NA tidak dapat masuk ke dalam media

NB. Bakteri anaerobik sendiri merupakan bakteri yang mampu tumbuh pada

kondisi dengan sedikit oksigen bahkan tanpa oksigen sehingga kondisi ini cocok

untuk pertumbuhan bakteri tersebut.

Selain itu adanya bakteri anaerob pada kaleng disebabkan ketika proses

penggalengan udara yang ada di dalam kaleng dikeluarkan ketika proses

exhausting. Proses exhausting ini merupakan proses untuk membuang udara yang

terdapat pada head space (ruang antara tutup botol dengan permukaan isi),

sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan warna maupun kontaminasi

mikroba aerob.

Page 22: Uji Mikrobiologi Kaleng

Exhausting juga bertujuan untuk memperkecil terjadinya korosi pada

kaleng dan menghilangkan kontaminasi. Proses exhausting yaitu memanaskan

botol beserta isinya dalam air mendidih, sehingga mencapi cold point, yaitu titik

terlambat menerima panas mencapai 70ºC. Setelah itu, botol langsung ditutup

rapat. Penutupan kaleng dilakukan secara hermetis dimana udara dari luar tidak

dapat masuk kedalam kemasan kaleng sehingga terbentuk keadaan yang semakin

nyaman untuk pertumbuhan bakteri anaerob tersebut.

Pada beberapa tabung menunjukkan hasil negatif dimana tidak adanya

kekeruhan pada tabung NA. Hal ini disebabkan ketika pembuatan kondisi anaerob

dimana NA yang dituangkan kedalam NB disimpan di es batu, sehingga ketika

dimasukkan kedalam NB yang dingin, NA cair tersebut akan langsung membeku

diatas NB. Kegagalan pembentukan kondisi anaerob ini disebabkan ketika NA

dituang kedalam NB, media NA tidak langsung membeku melainkan langsung

turun kebagian bawah tabung.

Turunnya NA kedasar tabung ini disebabkan suhu NA yang dimasukkan

diatas NB lebih tinggi dibandingkan suhu NB, sehingga ketika dimasukkan NA

tersebut tidak dapat langsung membeku yang menyebabkan NA langsung turun

kepermukaan. Seharusnya suhu NA yang ditambahkan tersebut tidak terlalu panas

sehingga NA yang panas tersebut akan membuat suhu NB yang tadinya dingin

menjadi panas. Selain itu agar suhu NB tersebut tidak berubah karena suhu NA

yang lebih panas, maka ketika penambahan NA tabung NB diletakkan di batu es.

dan posisi tabung NB harus agak miring sehingga ketika NA dimasukkan maka

NA tersebut akan langsung menutupi permukaan NB.

2.2.3.3 Pemeriksaan Makanan Kaleng Rusak dengan Media DTBPA

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian sampel makanan kaleng

normal dengan media DTBPA. Dextrose Agar Trypton Bromcresol Purple Agar

biasa digunakan untuk pertumbuhan bakteri mesofilik dan termofilik pada produk

pangan. Bromcresol Purple digunakan sebagai indikator pH. Ketika bakteri

termofilik diisolasi, suhu plating yang digunakan adalah 55°C. Komposisi media

Page 23: Uji Mikrobiologi Kaleng

DTBPA adalah tryptone sebanyak 10 gr, bromcresol purple sebanyak 0,04 gr,

dextrose sebanyak 5 gram dan agar sebanyak 15 gram. Medium ini digunakan

untuk mengidentifikasi adanya bakteri penyebab busuk asam tanpa gas sehingga

saat tumbuh akan membentuk koloni yang dikelilingi oleh areal berwarna kuning

karena pembentukan asam.

Tumbuhnya koloni yang tumbuh pada media DTBPA disebabkan pada

media ini terdapat nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri pembentuk spora

penyebab kebusukan asam tanpa gas yaitu dextrose dan tryptophan. Selain itu

pada media DTBPA tersebut koloni yang tumbuh adalah koloni berwarna kuning.

Koloni tersebut disebabkan karena bakteri yang dapat menghasilkan asam

sehingga pH di dalam media menurun dan menyebabkan warna dari indikator

Bromcresol Purple berubah dari warna ungu (pada pH netral) menjadi berwarna

kuning (pada pH asam).

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini hasilnya

menunjukkan bahwa pada makanan kaleng yang rusak untuk kelompok satu dan

dua dengan sampel Sarden dalam Saus Extra Pedas didapatkan bahwa pada

kelompok satu untuk media DTBPA pada suhu inkubasi 300C dengan tingkat

pengenceran 10-1 jumlah koloni yang tumbuh pada cawan 1 sejumlah 18 koloni

sedangkan pada cawan yang kedua jumlah koloni yang tumbuh sebanyak 8

koloni.

Pada tingkat pengenceran 10-2 jumlah mikroba yang tumbuh pada cawan 1

sebanyak 39 koloni sedangkan pada cawan ke dua sebanyak 48 koloni. Untuk

suhu inkubasi 550c untuk tingkat pengenceran 10-1 pada cawan 1 maupun cawan

dua negative. Hal ini menandakan tidak adanya zona kuning yang terbentuk.

Sedangkan pada tingkat pengenceran 10-2 pada cawan 1 dan 2 positif mengandung

mikroba pembentuk asam tanpa gas namun pertumbuhannya tidak menyebar atau

spread.

Sampel yang sama dengan kelompok 1 juga dilakukan oleh kelompok 2.

Hasil yang diperoleh adalah pada suhu inkubasi 300C dengan tingkat pengenceran

10-1 pada cawan pertama sebanyak 29 koloni sedangkan pada cawan ke dua

jumlah mikroba yang tumbuh sebanyak 36 koloni sedangkan pada tingkat

Page 24: Uji Mikrobiologi Kaleng

pengenceran 10-2 jumlah mikroba yang tumbuh pada cawan pertama sebanyak 9

koloni sedangkan pada cawan yang ke dua sebanyak 5 kolon

Untuk sampel yang di uji oleh kelompok 3 dan 4 adalah makanan kaleng

berupa sarden dengan nama Mackarel in Tomato Sauce (kaleng rusak). Hasil yang

diperoleh melalui pengujian yang dilakukan oleh kelompok tiga jumlah mikroba

pembentuk asam yang tumbuh pada suhu inkubasi 300C dengan tingkat

pengenceran 10-1 pada cawan pertama jumlah mikroba yang tumbuh sebanyak 42

koloni sedangkan pada cawan yang kedua sebanyak 8 koloni. Pada tingkat

pengenceran 10-2 jumlah mikroba yang tumbuh pada cawan pertama sebanyak 7

koloni sedangkan pada cawan ke dua tidak ada pertumbuhan mikroba. Pada suhu

inkubasi 550c dengan tingkat pengenceran 10-1 sebanyak 28 koloni sedangkan

pada cawan kedua tidak ada pertumbuhan mikroba. Pada tingkat pengenceran 10 -2

pada kedua cawan tidak ada pertumbuhan mikroba.

Pada pengujian yang dilakukan kelompok 4 dengan sampel sama dengan

kelompok 3 jumlah mikroba pembentuk asam yang tumbuh pada media DTBPA

dengan suhu inkubasi 300c dengan tingkat pengenceran 10-1 pada cawan pertama

dan kedua memiliki jumlah mikroba yang sama yaitu sebanyak 14 koloni

sedangkan pada tingkat pengenceran 10-2 jumlah mikroba pada cawan pertama

sebanyak 4 koloni sedangkan pada cawan ke dua sebanyak 9 koloni. Papa suhu

inkubasi 550C dengan tingkat pengenceran 10-1 pada cawan pertama jumlah

mikroba yang tumbuh sebanyak 3 koloni sedangkan pada cawan ke dua tidak ada

pertumbuhan mikroba. Pada tingkat pengenceran 10-2 tidak satupun cawan yang

ditumbuhi mikroba baik pada cawan pertama maupun cawan ke dua.

Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa pertumbuhan mikroba

lebih dominan pada suhu inkubasi 300c dibandingkan dengan suhu inkubasi 550C.

Hal ini berarti bakteri pembentuk asam tanpa gas tumbuh baik dalam keadaan

mesofilik. Pertumbuhan mikroba pada tingkat pengenceran yang lebih kecil

cenderung lebih tinggi dari pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi. Hal ini

disebabkan pada tingkat pengenceran yang rendah mikroba atau bakteri masih

terlalu banyak karena pengencerannya belum optimal.

Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan oleh

manusia karena beberapa kelebihannya, antara lain merupakan sumber protein

Page 25: Uji Mikrobiologi Kaleng

hewani yang sangat potensial karena pada daging ikan dapat dijumpai senyawa

yang sangat penting bagi manusia yaitu karbohidrat, lemak, protein, garam-garam

mineral dan vitamin (Anonim 2008).

Oleh karena itu yang tumbuh adalah bakteri penyebabkan busuk tanpa gas

diantaranya adalah Bacillus, jenis ini bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif,

katalase positif dan kebanyakan bersifat gram positif. Bakteri ini sering

menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng dengan memproduksi asam tanpa

gas. Spora bakteri penyebab busuk asam (flat sour) yang mudah tumbuh pada

makanan berasam rendah dengan pH 4-4,5 adalah Bacillus stearothermophillus.

Spora bakteri busuk asam yang sering tumbuh pada makanan asam dengan pH < 4

adalah Bacillus coagulans (Bacillus thermoacudurans). Bakteri yang kedua

adalah Clostridium, bakteri ini bersifat anaerobik sampai mikroaerofilik dan

bersifat katalase negatif. Bakteri ini sering mnyebabkan kerusakan disertai

pembentukan gas pada produk buah-buahan dalam kaleng (Sri 2011).

2.2.4 Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram yang dilakukan pada pengujian ini dilakukan pada

masing-masing sampel makanan kaleng. Pertama–tama gelas objek di bersihkan

menggunakan alkohol. Hal ini bertujuan agar gelas objek yang digunakan steril.

Setelah itu ose dimasukkan kedalam sampel yang sudah dilakukan pra-perlakuan,

diambil 1-2 ose koloni, kemudian dilakukan fiksasi. Fiksasi ini dilakukan dengan

cara melalukan gelas objek yang mengandung kultur tersebut diatas api. Hal ini

bertujuan untuk membunuh bakteri, membuat sel bakteri tersebut melekat pada

gelas objek dan untuk membuka pori–pori dari sel sehingga ketika diberi pewarna,

pewarna tersebut akan masuk kedalam pori–pori sel tersebut.

Setelah itu gelas objek ditetesi dengan kristal violet dan ditunggu selama 1

menit. Hal ini bertujuan agar warna dari kristal violet dapat meresap kedalam

dinding sel. Kemudian gelas objek dibilas dengan air. Hal ini bertujuan agar pori–

pori yang terbuka tadi kembali menutup sekaligus untuk menghilangkan sisa dari

pewarna. Setelah itu ditambahkan dengan iodin yang berfungsi untuk memperkuat

ikatan pewarna pada dinding sel dan dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan

lemak. Lemak ini mudah diluruhkan saat penyucian dengan alkohol 96% sehingga

Page 26: Uji Mikrobiologi Kaleng

kristal violet luntur dan bakteri dapat diwarnai oleh safranin. Kemudian

ditambahkan dengan safranin dan ditunggu sampai beberapa saat agar warna

dapat meresap. Setelah itu dibilas dengan air dan diamati pada perbesaran 40x,

400x dan 1000x.

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa pada sampel sarden

kelompok 1 dan 2 menunjukkan adanya bakteri gram negatif. Pada sampel sarden

kelompok 3 dan 4 menunjukkan adanya bakteri gram positif dan negatif.

Sedangkan pada kelompok 6 menunjukkan adanya bakteri gram positif dan

negatif.

.Timbulnya warna merah ketika pewarnaan gram ini disebabkan

pnambahan kristal violet pada bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif.

Kristal violet akan masuk kedalam pori–pori dan masuk kedalam peptidoglikan

setelah peptidoglikan tersebut akan mengecil atau tertutup. Namun pada bakteri

gram negatif, pori–pori pada peptidoglikan tersebut masih cukup besar sehingga

ketika dibilas dengan air pewarna kristal violet tersebut akan larut oleh air.

Ketika ditambahkan iodin, warna kristal violet ini akan semakin mengikat

pada peptidoglikan pada bakteri gram positif. Hal ini disebabkan iodin merupakan

zat mordant yaitu zat yang dapat meningkatkan afinitas atau pengikatan antara sel

dengan sel warna. Sedangkan pada gram negatif iodin tidak dapat mengikat

pewarna pada sel karena pewarna yaitu kristal violet telah larut oleh air ketika

dibilas. Pada bakteri gram positif, saat dicuci dengan alkohol masih terlihat ungu.

Hal ini disebabkan peptidoglikan pada gram positif lebih tebal dibandingkan

dengan peptidoglikan gram negatif dan kandungan lipida pada gram positif lebih

banyak dibandingkan dengan gram negatif sehingga ketika dicuci dengan alkohol,

alkohol akan lebih lambat masuk kedalam peptidoglikan yang tebal (gram positif)

dan lipida yang ada didalamnya akan lebih sedikit larut. Bakteri gram positif yang

biasa terdapat pada makanan kaleng adalah Clostridium botulinum, Bacillus

stearothermophillus, Bacillus coagulans, dan Clostridium perfringens. (Anonim

2006). Sedangkan bakteri gram negatif yang mungkin tumbuh pada makanan

kaleng adalah bakteri koliform seperti Escherichia colii dan Enterobacter

aerogenes.

Page 27: Uji Mikrobiologi Kaleng

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada

pemeriksaan kaleng, dapat dilihat bahwa semua pada sampel makanan kaleng

yang rusak tidak mengalami kebocoran dan penggembungan kaleng. Sedangkan

sampel makanan kaleng yang normal tidak mengalami kerusakan secara fisik dan

kimia. Apabila dibandingkan antara perlakuan kaleng normal dan kaleng rusak

maka bakteri yang tumbuh lebih banyak pada sampel makanan kaleng yang sudah

rusak. Namun pada sampel makanan kaleng normal juga tidak luput ditumbuhi

mikroba. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan pewarnaan gram dimana semua

sampel mengandung bakteri gram positif atau bakteri gram negatif pada sampel.

3.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang dilakukan disarankan agar kebutuhan

peralatan praktikum lebih dilengkapi. Selain itu disarankan untuk meminimalisir

kesalahan-kesalahan yang dilakukan praktikan untuk menghindari ketidaktepatan

data yang dihasilkan.

Page 28: Uji Mikrobiologi Kaleng

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Mekanisme Botulinum Toksin. http://pkukmweb.ukm [2

Desember 2012]

Anonim. 2008. Media Pertumbuhan Mikroorganisme. http://dunia-

mikro.blogspot.com [3 Desember 2012]

Dwidjoseputro. 1998. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Haris. 2012. Uji Antimikroba Rempah. harisdianto.files.wordpress.com (11

November 2012)

Harry. 2012. Komposisi NA. http://asalkamutahuaja.blogspot.com [22 November

2012]

Sri. 2011. Mikrobiologi Pangan http://srimutiar89.blogspot.com/ [4 Desember

2012]

Syarif dan Hariadi1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.

Yetty. 2012. Menanggapi Keracunan pada Makanan Kaleng.

http://yettyseptianimustar.blogspot.com [4 Desember 2012]

Page 29: Uji Mikrobiologi Kaleng

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengamatan Pengujian Makanan Kaleng

Gambar 1. Media NB aerobik Gambar 2. Media NB aerobik

Gambar 3. DTBPA 300C 10-1 Gambar 4. DTBPA 300C 10-1

Page 30: Uji Mikrobiologi Kaleng

Gambar 5. DTBPA 300C 10-2 Gambar 6. DTBPA 300C 10-2

Gambar 7. DTBPA 500C 10-1 Gambar 8. DTBPA 500C 10-1

Gambar 9. DTBPA 500C 10-2 Gambar 10. DTBPA 500C 10-2

Page 31: Uji Mikrobiologi Kaleng

Gambar 11. Pewarnaan gram sampel kaleng rusak (kelompok 4)

Lampiran 2. SNI Kornet dalam Kaleng (SNI 01-3775-1995)

Page 32: Uji Mikrobiologi Kaleng

Lampiran 3. SNI Ikan Tuna (Sarden) dalam Kaleng (SNI No 01-2712-2006)