uji kualitas telur

30
UJI KUALITAS TELUR Telur merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi yang banyak dikonsumsi masyarakat. Telur yang utuh belum bisa menjamin bahwa telur tersebut dapat dikonsumsi, sebelum dilakukan pemeriksaan dengan seksama. Sampai sekarang belum ada metode yang cukup akurat untuk mengevaluasi telur utuh dan sesuai untuk dipakai pada evaluasi secara komersial. Kualitas telur dapat ditentukan dengan dua pengamatan, yaitu kualitas eksterior dan kualitas interior. Secara eksterior dapat diamati seluruh tanda- tanda keadaan telur yang dapat mempengaruhi kualitas telur, yaitu : bentuk, warna, ketebalan cangkang, tekstur, keutuhan dan kebersihannya. Kualitas interior dapat dilakukan dengan peneropongan (candling) dan pemecahan telur. Peneropongan berfungsi untuk mengamati keadaan isi telur secara tidak langsung (bayangan telur). Mengevaluasi telur secara komersial dapat dilakukan secara acak, bila penjualan telur dilakukan secara partai besar. Pemecahan pada telur berfungsi untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dari isi telur dan dapat dipakai untuk menilai kualitas telur dengan menggunakan perhitungan Indeks Putih Telur, Indeks Kuning Telur , Indeks Haugh (perbandingan relatif antara putuh telur

Upload: muhammad-eko

Post on 07-Aug-2015

239 views

Category:

Science


7 download

TRANSCRIPT

UJI KUALITAS TELUR

Telur merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi yang banyak

dikonsumsi masyarakat. Telur yang utuh belum bisa menjamin bahwa telur

tersebut dapat dikonsumsi, sebelum dilakukan pemeriksaan dengan seksama.

Sampai sekarang belum ada metode yang cukup akurat untuk mengevaluasi telur

utuh dan sesuai untuk dipakai pada evaluasi secara komersial.

Kualitas telur dapat ditentukan dengan dua pengamatan, yaitu kualitas

eksterior dan kualitas interior. Secara eksterior dapat diamati seluruh tanda-tanda

keadaan telur yang dapat mempengaruhi kualitas telur, yaitu : bentuk, warna,

ketebalan cangkang, tekstur, keutuhan dan kebersihannya.

Kualitas interior dapat dilakukan dengan peneropongan (candling) dan

pemecahan telur. Peneropongan berfungsi untuk mengamati keadaan isi telur

secara tidak langsung (bayangan telur). Mengevaluasi telur secara komersial dapat

dilakukan secara acak, bila penjualan telur dilakukan secara partai besar.

Pemecahan pada telur berfungsi untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dari isi

telur dan dapat dipakai untuk menilai kualitas telur dengan menggunakan

perhitungan Indeks Putih Telur, Indeks Kuning Telur, Indeks Haugh

(perbandingan relatif antara putuh telur kental dan putih telur encer) dan daya

buih putih telur.

Judul Kegiatan : Pemeriksaan Kualitas Telur

Tujuan : Mengetahui/membedakan antara telur yang layak konsumsi

dan yang tidak layak konsumsi baik secara interior maupun

eksterior.

Peralatan : - Candler - Vernier caliper

- Depth micrometer - Pemecah telur

- pH meter - Kaca datar untuk wadah

- Gelas ukur - Mixer

- Jangka sorong

Percobaan :

Indeks Haugh dapat dihitung dengan rumus :

H = 100 log h – [ g (30 W 0,37 – 100) x 0,01} + 1,9

Atau disederhanakan menjadi :

H = 100 log (h + 7,57 – 1,7 W 0,37 )

Keterangan :

H= Indeks Haugh

h = Tinggi putih telur

g = Gravitasi yaitu 32,2

W= Berat telur utuh dalam gram

Secara skematis hasil pemecahan telur di kaca datar beserta dengan cara

pengukuran indeks putih telur, indeks kuning telur dan indeks haugh dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 1. Skematis Telur yang dipecah pada kaca datar dengan cara pengukurannya.

2

Keterangan :

D1 dan D2 = Diameter putih telur

d1 dan d2 = Diameter kuning telur

H = Tinggi putih telur

h = Tinggi kuning telur

W = Berat telur utuh

Indeks Putih Telur =

Indeks Kuning Telur =

Indeks Haugh = 100 log ( h + 7,57 – 1,7 W 0,37 )

Prosedur percobaan :

1. Timbang telur satu-persatu dan catat.

2. Amati keadaan luar telur meliputi :

Warna cangkang

Kebersihan cangkang

Tekstur cangkang

Keutuhan cangkang

Bentuk telur

3. Peneropongan (Candling)

Letakkan telur di depan sinar (Candler) dan diamati :

Letak dan besarnya kantong udara

Posisi dan pergerakan bayangan kuning telur

Adanya keretakan cangkang

4. Pecahkan telur dengan hati-hati menggunakan pemecah telur dan tuangkan

pada kaca datar kemudian diukur :

3

a. Indeks putih telur (albumen indeks)

Gunakan vernier caliper dan depth micrometer untuk mengukur

diameter dan tinggi putih telur kental.

Diameter putih telur kental merupakan rata-rata diameter terpanjang

dan diameter terpendek.

Indeks putih telur adalah perbandingan antara tinggi dan diameter

putih telur.

b. Indeks kuning telur (yolk Indeks)

Gunakan alat ukur yang sama seperti pada pengukur indeks putih

telur. Pengukuran dapat dilakukan pada kuning telur yang sudah

dipisahkan ataupun belum dipisahkan dari putih telur.

Indeks kuning telur adalah perbandingan antara tinggi dan diameter

kuning telur.

5. Indeks Haugh.

Pengukuran seperti pada percobaan

6. Persentase kandungan relatif thick dan thin white.

Tuangkan putih telur kedalam saringan (4 mm mesh) melalui corong ke

dalam gelas ukur 100 ml.

Aduk hati-hati dengan spatula sehingga thin white (putih telur encer)

dapat melalui saringan tempat thick white (putih telur kental ) tidak

terikutan.

Catat volume thin white.

Tambahkan thick white dari saringan ke dalam gelas ukur dan catat

volumenya.

Hitung persentase thick dan thin white.

4

7. pH putih dan kuning telur.

Pisahkan putih dan kuning telur, masing-masing dimasukkan ke dalam

leher gelas 100 ml.

Aduk perlahan-lahan (jangan sampai terbentuk buih), putih maupun

kuning telur sendiri-sendiri untuk mendapatkan cairan yang homogen.

Ukur masing-masing dengan pH meter.

8. Daya buih putih telur

1. Pecah tiga butir telur dan pisahkan antara kuning telur dan putih telur.

2. Catat ketinggian masing-masing putih telur dan kuning telur pada gelas ukur

(Volume awal).

3. Lakukan pengocokan dengan mixer selama 90 detik dengan kecepatan medium

kemudian selama 90 detik dengan kecepatan maksimum..

4. Didiamkan selama 5 menit kemudian catat hasil pengamatan setelah

pengocokan putih telur dan kuning telur (volume akhir).

5. Hitung daya buih dengan menggunakan rumus :

Volume awal – Volume akhir Daya buih = ---------------------------------------------- X 100% Volume akhir

5

UJI KUALITAS SUSU

Air susu merupakan hasil utama ternak sapi perah yang dapat digunakan

sebagai bahan makanan yang aman dan sehat selama tidak dikurangi komponen-

komponennya atau ditambah bahan-bahan yang lain.

Untuk menghindari pemalsuan atau sebab lain yang berakibat pada

berkurang/hilangnya kemurnian susu diperlukan pemeriksaan atas beberapa sifat-

sifat yang spesifik dari air susu, baik sifat fisik, kimiawi dan mikrobiologis.

Gabungan dari berbagai sifat tersebut diatas akan mencerminkan kualitas air susu

yang dapat diketahui melalui beberapa pengujian atau pemeriksaan.

Praktikum 1

Judul kegiatan : Pemeriksaan Warna

Warna air susu menunjukkan adanya zat/materi tertentu di dalamnya.

Tujuan : Melatih praktikan agar dapat membedakan warna atau

pewarna.

Peralatan : Tabung reaksi

Bahan : Air susu

Prosedur percobaan : Air susu dituang dalam tabung reaksi, kemudian

diamati warna yang ada.

Tabel 1. Warna air susu dan materi penyebabnya

Warna Materi dalam air susu (penyebab)

Putih Refleksi dari butir-butir lemak, bahan keju dan garam-garam

terhadap sinar matahari.

Kebiru-biruan Adanya penambahan air (diharapkan dalam penjualan air

susu digunakan wadah transparan)

Kuning Kandungan karoten

Merah Eritrosit-eritrosit atau haemoglobin

Kehijauan Kandungan vitamin B Kompleks

6

Praktikum 2

Judul kegiatan : Pemeriksaan bau

Peralatan : Tabung reaksi, kapas penutup, penjepit tabung reaksi

Bahan : Air susu

Prosedur percobaan : Masukkan air susu kedalam tabung reaksi, tutup

dengan kapas kemudian panaskan pada suhu 350 C

sambil dikocok-kocok dengan hati-hati dan kemudian

diangkat. Kapas dibuka dan dibau.

Praktikum 3

Judul kegiatan : Pemeriksaan rasa

Prinsip : Kandungan laktosa susu dalam air susu berpengaruh

terhadap rasa dan kemanisannya.

Tujuan : Dapat melatih untuk memperkirakan kandungan

laktosa susu .

Peralatan : Pipet

Bahan : Air susu

Prosedur : Air susu diambil menggunakan pipet beberapa tetes.

Kemudian dirasakan.

Praktikum 4

Judul kegiatan : Pemeriksaan Konsistensi

Prinsip : Konsistensi air susu dipengaruhi oleh penambahan

bahan/materi.

Peralatan : Elenmeyer

Bahan : Air susu

Prosedur percobaan : Air susu dimasukkan ke dalam elenmeyer, lalu

digoyang perlahan-lahan, amati dinding Elenmeyer

apakah ada endapan atau tidak.

7

Praktikum 5

Jidul kegiatan : Pemeriksaan Masak

Prinsip : Air susu yang berkualitas baik tidak akan pecah bila

dipanaskan.

Tujuan : Mengetahui kondisi masak air susu sehingga dapat

memprediksikan kualitasnya.

Peralatan : Tabung reaksi, penjepit tabung, pemanas

Bahan : Air susu

Percobaan pemeriksaan masak dilakukan secara duplo.

Prosedur percobaan : Masukkan 5 ml air susu kedalam tabung reaksi

kemudian dipanaskan. Setelah mendidih lalu

didinginkan dan diamati apakah terbentuk endapan

atau tidak dan diamati apakah susu pecah atau tidak.

Praktikum 6

Judul Kegiatan : Pemeriksaan Alkohol

Tujuan : Mengetahui tingkat pengumpulan dengan penambahan

alkohol sehingga dapat memperkirakan kualitas air

susu.

Peralatan : Tabung reaksi dan pipet berskala.

Bahan : Air susu, alkohol 70 %

Percobaan pemeriksaan alkohol dilakukan secara

duplo

Prosedur percobaan : Pada uji alkohol dilakukan dua tahap pengujian

1. Susu sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan alkohol 70 % sebanyak 10 ml.

2. 10 ml air susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan alkohol 70 % dua kali 10 ml.

Pengujian tahap dua dilakukan jika pada pengujian pertama tidak terjadi

penggumpalan/air susu tidak pecah.

8

Praktikum 7

Judul kegiatan : Uji Reduktase

Prinsip : Enzim reduktase ini mereduksi zat warna biru dari MB

(Methylen Blue) menjadi larutan tak berwarna.

Tujuan : Dapat memprediksi jumlah mikroba dalam air susu

sehingga dapat mengetahui kualitas air susu.

Peralatan : Tabung reaksi, inkubator, Pipet, Pengukur Volume,

Stopwatch

Bahan : Air susu, Methylen Blue, parafin cair.

Percobaan : Terjadi perubahan warna.

Prosedur percobaan :

20 ml air susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambah

dengan 0,5 ml MB kedalam air susu tersebut dan dikocok-kocok sampai

homogen. Campuran air susu dan MB dalam tabung reaksi tersebut

kemudian ditutup dengan parafin cair. Selanjutnya diinkubasi pada suhu

370 C, setiap 30 menit diamati perubahan warna yang terjadi.

Tabel 2. Kualitas Air Susu sehubungan dengan waktu reduksi dan jumlah bakteri permilimeter.

Kualitas Air Susu Waktu ReduksiJumlah Bakteri

Per Ml Air Susu

Sangat baika. 5,5 jam lebih

b. 8 jam lebih

500.000

50.000

Baika. 2 – 5,5 jam

b. 6 – 8 jam

500.000 – 4 juta

1 – 4 juta

Sedanga. 20 menit – 2 jam

b. 2 – 6 jam

4 – 20 juta

4 – 20 juta

Jeleka. < 20 menit

b. < 2 jam

> 20 juta

> 20 juta

Sumber : Kelly dan Hite, 1955 (a)Edward et al, 1978 (b)

9

Praktikum 8

Judul Kegiatan : Pemeriksaan Derajat Asam

Tujuan : Mengetahui derajat keasaman susu

Peralatan : Buret dengan skala 0,1 ml, Tabung pengukur, Botol

Elenmeyer 100 ml dua buah.

Bahan/reagensia : Larutan NaOH 0,25 N (didalam buret), Larutan PP

2 %.

Prosedur percobaan :

Kedalam 2 botol elenmeyer diisikan masing-masing 50 ml air susu.

Kedalam tabung ditambahkan beberapa tetes ( ± 0,5 ml0 larutan PP.

kemudian titrasi air susu larutan dalam Elenmeyer tersebut sehingga

warna merah muda tak hilang bila di kocok. Botol kedua dititrasi pula

dan dipakai sebagai pembanding. Derajat asam (O SH) diperoleh dengan

mengalirkan dua dari jumlah ml NaOH yang dihabiskan.

Praktikum 9

Judul kegiatan : Pemeriksaan pH

Tujuan : Mengetahui tingkat keasaman air susu sehingga dapat

memperkirakan tingkat keamanan untuk dikonsumsi

Peralatan : Cara praktis yang sering digunakan ialah pH meter

elektronis Beker gelas, kertas saring.

Bahan/reagensia : Air susu, larutan buffer, Aquadest

Prosedur percobaan : pH meter elektronis

1. Hidupkan ON/OFF

2. Sebelumnya dibersihkan katoda indikator dengan aquades sehingga netral

(pada pH tertera 7)

3. Kemudian bersihkan dengan tissue

4. Siapkan air susu pada beker gelas

5. Celupkan katoda indikator tetapi sebelumnya harus pada posisi nol, sehingga

kita akan mendapatkan nilai pH yang sebenarnya dari air susu.

10

Catatan : Alat pH meter sangat peka terhadap goncangan dan gangguan

elektronis untuk ketelitian pemeriksaan pH sebaiknya dilakukan

dua kali pengamatan.

Gambar 2. pH meter Elektronik

11

Praktikum 10

Judul Kegiatan : Pemeriksaan Berat Jenis

Tujuan : Dapat memperkirakan kemurnian susu dengan

mengetahui berat jenisnya

Peralatan : Gelas Ukur Volume 500 ml dan Laktodensimeter

Bahan/reagensia : Air Susu

Prosedur percobaan :

1. Pemeriksaan berat jenis sebaiknya dilakukan 3 jam setelah air susu diperah.

2. Apabila berat jenis menunjukkan lebih dari skala, desimal harus ditaksir.

3. Dilakukan 3 kali pengamatan (dengan sedikit sentuhan pada laktodensimeter).

Catatan : Untuk mendapatkan BJ air susu misalkan pada pembacaan hasil

berat jenis 1,0263 (suhu 300 C), maka harus dikonversikan pada

suhu 27,5 0 C sehingga diperoleh berat jenis sebenarnya 1,0270.

ada tabel konversi yang terlihat pada tabel 3

Tabel 3. Daftar penjabaran (Herleidings Tabel) untuk BJ Air Susu

0O 21 O 22 O 23 O 24 O 25 O 26 O 27 O 27,5 O 28 O 29 O 30 O 31 O 32 O 33 O

1.0256

1.0266

254

264

252

262

250

260

248

258

246

255

244

253

241

251

1.024

1.025

239

249

236

246

235

235

1.0234

1.0244

1.023

1.0242

1.023

1.024

12

1.0278

1.0289

1.0300

1.0311

1.0320

1.0331

1.0344

1.0334

1.0364

1.074

276

287

298

309

318

329

341

351

361

371

274

285

295

306

316

327

338

348

358

368

272

283

292

303

313

324

335

345

355

365

270

281

290

301

311

321

332

342

352

362

267

278

288

298

308

318

329

339

349

359

264

275

285

295

305

315

326

336

346

356

262

272

282

292

302

312

323

333

343

353

1.026

1.027

1.028

1.029

1.030

1.031

1.032

1.03

1.034

1.035

259

269

269

279

289

299

309

319

339

349

256

266

276

286

296

306

316

326

335

345

245

255

265

275

283

292

302

312

332

342

1.0254

1.0264

1.0274

1.0284

1.094

1.0304

1.0314

1.0324

1.0334

1.044

1.0252

1.0262

1.0272

1.0282

1.0292

1.0302

1.312

1.0322

1.0332

1.03

1.025

1.026

1.027

1.028

1.029

1.030

1.031

1.032

1.033

1.034

Sumber : Hasil Perhitungan

Prosedur percobaan :

1. Pengadukan air susu harus sempurna.

2. Tuangkan air susu kedalam tabung tanpa menimbulkan biuh ± 500 ml.

3. Maukkan Laktodensimeter secara perlahan-lahan ke dalam gelas ukur yang

berisi air susu.

4. Setelah tenang, bacalah skala berat jenis (BJ).

5. Baca suhu air susu.

Gambar 3. Sketsa Laktodensimeter dan Perbesaran Skala BJ serta suhu

pada Laktodensimeter.

Praktikum 11

Judul Kegiatan : Pemeriksaan Kadar Lemak

Tujuan : * Dapat mengetahui kadar lemak susu sehingga

dapat memperkirakan mutu/kualitas air susu.

13

* Dapat memprediksi masa/waktu produksi susu.

Peralatan : Beker gelas, Pipet air susu 11 ml, Centifuge,

Butyrometer

Bahan/Reagensia : H2SO4 91 % - 92 % dengan pipet otomatis, Amyl

alkohol, air panas ± 65 O C

Gambar 4. Gerber Butyrometer

Prosedur percobaan : Metode GERBER

1. Air susu diaduk hingga sempurna bercampur, dituang dalam beker gelas satu

yang lain.

2. Beri tanda sampel pada Butyrometer dengan mulut diatas.

3. Kedalam masing-masing Butyrometer diisi 10 ml H2SO4 dari pipet (mulut

pipet diletakkan ke dinding Butyrometer) dan air susu dialirkan pelan-pelan.

Sedemikian pula sehingga kedua cairan tersebut tetap terpisah.

4. Isikan masing-masing 1 ml amyl alkohol dari pipet otomat kedalam

butyrometer.

5. Butyrometer disumbat dengan penyumbat karet yang diputar sedalam-

dalamnya.

14

6. Butyrometer satu persatu dibungkus dengan lap dan dikocok dengan

sempurna sehingga tidak terdapat bagian-bagian yang padat, warna menjadi

keunguan.

7. Masukkan Butyrometer ke dalam pemanas air selama 5 menit dengan suhu

65o C (bagian skala harus selalu diatas).

8. Aturkan sumbat sehingga seluruh lemak berada dalam skala.

9. Masukkan butyrometer ke dalam alat pemusing (skala dipusat).

10. Pusingkan selama 3 menit dengan kecepatan 1200 rpm.

11. Penyumbat diatur sedemikian rupa sehingga lemak berada di bagian yang

berskala.

12. Masukkan ke dalam alat penangas lagi selama 5 menit pada suhu 56o C.

13. Butyrometer di lap dan skala dibaca.

Catatan : Untuk memasukkan sumbat dilakukan dengan gerak putaran

seperti sekrup, sedang untuk mengeluarkan sumbat dibengkokkan

ke kanan dan ke kiri. Pemeriksaan harus duplo. Warna ungu

merupakan karemel laktosa.

UJI KUALITAS DAGING

15

Kualitas dagingParameter specifik kualitas daging meliputi warna,daya ikat air (water

holding capacity/WHC),pH,susut masak,keempukan,tekstur, flavor dan

aroma.Adapun salah satu faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas

daging yaitu penyimpanan dan preservasi. Praktikum kali ini meliputi uji kualitas

daging dari beberapa perlakuan yang terkait dengan penyimpanan dan preservasi.

Pemeriksaan Kebusukan Daging

Metabolisme berhenti pada tubuh hewan yang mati, kemudian terjadi

proses-proses biokimiawi daging yang disebut pematangan dan lambat laun

terjadi pembusukan karena adanya bakteri. Proses awal pembusukan sulit dilihat

dan dinilai secara langsung. Kriteria subjektif dengan pemeriksaan-pemeriksaan

laboratoris.

Pembusukan sempurna biasanya mudah diketahui yaitu terlihat dengan

jelas adanya perubahan warna menjadi coklat, hijau atau kelabu, perubahan

konsistensi dan bau, dan akhirnya terlihat adanya pengumpulan material.

Dalam proses pembusukan terjadi perubahan kimia yang membentuk gas

NH3 dan H2S, keduanya mudah dibuktikan dan dianggap sebagai petunjuk pada

tingkat permulaan.

Praktikum 1

Warna daging

10 gram daging ditimbang untuk beberapa perlakuan yaitu dalam pendingin 4C

tanpa kemas, dalam pendingin 4C dengan dikemas, dalam inkubator 45C

dengan kemas, dalam inkubator 45C tanpa kemas. Diamati perubahan warnanya

sejak 0 jam hingga 12 jam inkubasi.

pH daging

Ambil sampel dari masing-masing perlakuan seperti di atas sebanyak 15 gram,

kemudian diblender dan ditimbang kembali 15 gram. Sampel yang ditimbang

dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambah dengan 15 ml aquades kemudian

ditera pHnya dengan pHmeter elektronis.

16

WHC

Ambil sampel dari masing-masing perlakuan seperti di atas sebanyak 0,5 gram

kemudian diletakkan diantara dua lembar kertas saring kemudian dipress dengan

beban minimal 16 Kg selama 10 menit. Hasil diperoleh berupa lingkaran dalam

(dari daging itu sendiri) dan lingkaran luar (air bebas yang merembes) (metode

penekanan sesuai petunjuk Hamm (Swatland, 1984). Daerah yang tertutup sampel

daging, yang telah menjadi rata dan luas daerah basah disekitarnya ditandai dan

diukur. Daerah basah diperoleh dengan mengurangi daerah yang tertutup daging

dari total (basah dan daging). Kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

Area basah (cm2)mg H2O = ------------------------- - 8,0

0,0948

Susut masak (cooking loss)

Timbang 10 gram daging dari masing-masing perlakuan dikukus dalam suhu 60C

selama 30 menit. Sampel diambil dan didinginkan dalam air. Air yang berada

disekitar daging dihilangkan dengan kertas saring kemudian s

ampel ditimbang.Susut masak dihitung dengan rumus :

Berat sebelum dimasak – berat setelah dimasak% susut masak = --------------------------------------------------------- x 100%

berat sebelum dimasak

Praktikum 2

Judul kegiatan : Reaksi EBER untuk NH3.

Prinsip : Pembusukan menghasilkan NH3.

NH3 yang terbentuk dalam sepotong daging pada

permulaan pembusukkan dibuktikan dengan reagen

EBER.

Tujuan : Dapat mengetahui dan mendeteksi tingkat kebusukan

awal daging secara laboratoris.

Peralatan : - Tabung reaksi

- Penyumbat tabung uji yang ada kawat untuk

penggantung.

17

Bahan : - Reagen EBER terdiri dari HCl : alkohol : ETER =

1 : 3 : 1

- Daging yang telah dipotong-potong.

Percobaan : NH3 + HCl → N6H4Cl

Berupa awan tipis kemudian

mengembun cepat.

Prosedur percobaan :

1. Tabung uji disiapkan, bila percobaan dilakukan duplo maka jumlah tabung uji

disesuaikan. Kemudian tuangkan reagen EBER sebanyak 5 ml ke dalam

tabung uji.

2. Sebelumnya, sepotong daging pada ujung kawat yang dikaitkan pada

tutup/penyumbat tabung sehingga dapat tergantung diatas permukaan reagen.

3. Sumbatkan pada tabung uji yang telah berisi reagen EBER yang telah

dipasang potongan daging yang akan diuji.

4. Amati perubahan yang terjadi pada permukaan tabung.

Catatan : Perubahan terjadi sangat cepat sehingga harus diperhatikan benar-

benar dan teliti. Bila hasil negatif percobaan diulangi dan bila

positif berarti ada pembusukan. Untuk setiap percobaan harus

membuat reagen baru.

Judul kegiatan : Uji H2S Pada Kebusukan Daging

Prinsip : Gas H2S yang terbebaskan dari daging dapat

dibuktikan dengan Pb asetat dengan membentuk Pb

Sulfida.

Tujuan : Dapat mengetahui/mendeteksi kebusukan daging

tingkat awal dengan terbentuknya Pb Sulfida.

Peralatan : - Cawan petri yang bergaris tengah 10 cm.

- Kertas saring.

- Pisau.

18

Bahan : - Daging yang dicincang.

- Pb Asetat 10 %

Percobaan : H2S + Pb Asetat → Pb sulfat + H2 asetat

Bercak coklat pada kertas

saring.

Prosedur percobaan :

1. Daging dipotong-potong kecil dan dimasukkan ke dalam cawan petri.

2. Kemudian cawan petri ditutup dengan kertas saring.

3. Kemudian kertas saring ditetesi larutan Pb asetat ditengah-tengah kertas

saring.

4. Cawan petri kemudian ditutup dengan tutupnya, sehingga kertas saring

terletak diantara daging dan tutup.

5. Bila H2S bebas akan terikat dengan Pb asetat membentuk Pb Sulfat sebagai

bercak-bercak hitam/coklat pada kertas. Penilaian pada uji dilakukan setelah

30 menit.

Catatan : Bila terlihat adanya bercak pada kertas saring, jelas terdapat

pembusukan pada daging yang diperiksa. Namun bila tidak terdapat

bercak warna, belum berarti tidak terdapat pembusukan. Hal ini

karena metode pengujian ini kurang peka.

19

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1975. Pengolahan hasil-hasil Ternak (Kulit, Susu dan Telur). Diktat SNAKMA, Malang.

Anonimous. 1983. Pedoman Pengolahan Susu Sederhana. Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan, Ditjen Peternakan, Jakarta.

Atherton, H.V. dan J.A. Newlander. 1977. Chemistry and Testing of Dairy Product. Avi Publising Co, Westport.

Buckle, K.A.; R.A. Edwards; W.R. Day; G.H Fleet; dan M. Wootton. 1978. Food Science. The University of New South Wales, Kensington.

Buckle, K.A.; R.A. Edwards; G.H. Fleet; R.A. Souness dan M. Wootton. 1982. Food Science Laboratory. School of Technology, The University of New South Wales, Australia.

Eckles, C.H., W.B. Combs dan H. Macy. 1976. Milk and Milk Products. TMH Edition Mc Graw-Hill Publising Company Ltd, Bombay-New Delhi.

Harvey, W.L. dan H. Hill. 1948. Milk Products. H.K. Lewis and Co. Ltd., London.

Jull, M. A. 1975. Poultry Husbandry. Printed in India Arrangement with the Mc Graw-Hill Book Company, New York.

Kelly, F.G. dan K.E. Hite. 1955. Microbiology. Appleton Centruy Crofts Inc, New York.

Orr, H.L. dan D.A. Fletcher. 1973. Egg and Egg Products. First Edition. Canada Departement of Agriculture.

Ressang, A.A. 1962. Pedoman Mata Pelajaran dan Ilmu Kesehatan Daging. Edisi Pertama. Istitut Pertanian Bogor.

Ressang, A.A. dan A.M. Nasution. 1963. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu. Edisi Pertama. Institut Pertanian Bogor.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Swatland, H.J. 1984. Structure and Development of Meat Animal. Prantice-Hall, Ino. New Yersey.

20