pengaruh heat stress terhadap kualitas dan kuantitas telur pada ayam petelur.docx

23
TUGAS METODOLOGI ILMIAH NAMA : NUR ALIF BAHMID NIM : O 111 11 266 JUDUL : PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR Abstrak 1. Habibie, Arifin. 1993. Pengaruh cekaman panas terhadap kebutuhan vitamin C pada ayam petelur komersial yang sedang berproduksi. Penelitian ini dilandasi oleh pemikiran bahwa Indonesia sebagai negara tropis memiliki temperatur lingkungan dan kelembaban udara relatif tinggi yang dapat mengganggu performans ayam, baik pertumbuhan maupun produksi telur. Khusus untuk ayam petelur, keadaan temperatur lingkungan yang tinggi jarang dapat menjamin produksi telur yang konsisten tinggi, karena temperatur lingkungan yang tinggi dapat menimbulkan cekaman yang kuat terhadap ayam petelur yang mengakibatkan turunnya produksi. Sumber : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/23225 2. Kusnadi, E., Widjajakusuma, R., Sutardi, T., Hardjosworo, PS, Habibie, A. 2006. Pemberian Antanan (Centella asiatica) Dan

Upload: nuralifbahmid

Post on 01-Jan-2016

821 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

TUGAS

METODOLOGI ILMIAH

NAMA : NUR ALIF BAHMID

NIM : O 111 11 266

JUDUL : PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN

KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR

Abstrak

1. Habibie, Arifin. 1993. Pengaruh cekaman panas terhadap kebutuhan vitamin C pada ayam

petelur komersial yang sedang berproduksi.

Penelitian ini dilandasi oleh pemikiran bahwa Indonesia sebagai negara tropis memiliki

temperatur lingkungan dan kelembaban udara relatif tinggi yang dapat mengganggu

performans ayam, baik pertumbuhan maupun produksi telur. Khusus untuk ayam petelur,

keadaan temperatur lingkungan yang tinggi jarang dapat menjamin produksi telur yang

konsisten tinggi, karena temperatur lingkungan yang tinggi dapat menimbulkan cekaman

yang kuat terhadap ayam petelur yang mengakibatkan turunnya produksi.

Sumber : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/23225

2. Kusnadi, E., Widjajakusuma, R., Sutardi, T., Hardjosworo, PS, Habibie, A. 2006.

Pemberian Antanan (Centella asiatica) Dan Vitamin C Sebagai Upaya Mengatasi Efek

Cekaman Panas FUNDS Broiler.

Suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan stres panas pada unggas. Hal ini dapat

meningkatkan konsumsi air, mengurangi konsumsi pakan dan pada gilirannya, menurunkan

tingkat produksi. Selain itu, suhu tinggi berkontribusi terhadap stres oksidatif, suatu kondisi

dimana aktivitas oksidan (radikal bebas) melebihi aktivitas antioksidan. Dalam penelitian

ini, antanan (Centella asiatica) dan vitamin C yang digunakan sebagai agen anti-stres panas

untuk panas broiler stres. Penelitian ini menggunakan 120 ekor ayam pedaging jantan 2 - 6

minggu usia, disimpan pada 31.98 ± 1.94oC suhu rumah unggas siang hari dan 27,36 ±

1.31oC di malam hari. Para Data dianalisis dengan faktorial dalam rancangan acak lengkap

Page 2: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

2 x 3 (2 kadar vitamin C, 3 tingkat antanan dan 4 ulangan) dan dilanjutkan dengan kontras

ortogonal uji bila diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 5% antanan

(A5), 10% antanan (A10), kombinasi A5C, dan A10C nyata (P <0,05) meningkatkan

hormon triiodothyronine plasma dari 101 ng / dL menjadi 113, 110, 121, 119 dan 126 ng /

dL masing-masing; bangkai protein dari 16,5% menjadi 17,8%, 19,1%, 19,2%, 17,3% dan

18,1%, konsumsi pakan dari 2711 g sampai 3026, 3071, 2883, 3156 dan 2935 g dan berat

badan tubuh dari 1.181 g sampai 1297, 1347, 1254, 1376 dan 1330 g. Dapat disimpulkan

bahwa kombinasi penambahan 5% antanan dan vitamin C 600 ppm adalah yang paling

efektif sebagai agen anti-stres panas pada ayam pedaging.

Sumber : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/9670

3. Kusnadi, Engkus. 2008. Pengaruh Temperatur Kandang terhadap Konsumsi Ransum dan

Komponen Darah Ayam Broiler.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu kandang terhadap konsumsi

ransum dan komponen darah ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 140 ekor ayam

broiler jantan umur 2 minggu. Perlakuan meliputi 5 suhu kandang yakni S1A (28,55 ±

1,530C) dengan makanan adibitum, S1BT1 (28,55 ± 1,530C) dengan makanan dibatasi

sesuai pada S2A, S1BT2 (28,55 ± 1,530C) dengan makanan dibatasi sesuai pada S3A, S2A

(31,07 ± 1,29 0C) dengan makanan ad libitum dan S3A (33,50 ± 1,17 0C) dengan makanan

adlibitum. Peubah yang diukur meliputi konsumsi ransum, sel darah merah, hemoglobin,

hematokrit dan sel darah putih, diamati pada umur 4 dan 6 minggu. Rancangan percobaan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan yang

dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi

ransum dan jumlah sel darah merah (umur 4 dan 6 minggu) pada S1A lebih tinggi daripada

S2A dan S3A. Hematokrit dan sel darah putih (umur 4 minggu) pada S1A lebih tinggi

dibandingkan pada S2A dan S3A, Pembatasan makanan cenderung menurunkan jumlah sel

darah merah dan peresentase hematokrit.

Sumber : http://www.fp.undip.ac.id/jppt/pdf/33(3)2008p196-202.pdf

4. Kusnadi, Engkus. 2009. Perubahan Malonaldehida Hati, Bobot Relatif Bursa Fabricius dan

Rasio Heterofi l/Limfosit (H/L) Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas.

Page 3: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan uences infl stres panas dan suhu

terpajan waktu malonaldehyde hati (MDA), bobot bursa fabricius dan heterophil / lymfocite

rasio broiler . Penelitian ini menggunakan 140 ekor ayam pedaging jantan umur 2 minggu

usia . Perlakuan terdiri dari dua faktor . The fi rst Faktor adalah perawatan ve fi : S1A

(28,55 ± 1,53 oC) dengan ad libitum makan, S1BT1 (S1 dengan makan pasangan sebagai

S2A) , S1BT2 (S1 dengan makan pasangan sebagai S3A) , S2A (31.07 ± 1,29 oC) dengan

ad libitum dari makan dan S3A (33,50 ± 1,17 oC) dengan secara ad libitum makan . Faktor

kedua adalah ve fi kali suhu terpajan (0 , 4 , 8 , 16 , dan 32 hari setelah perawatan). Variabel

yang diukur adalah hati MDA , bobot bursa fabricius dan rasio heterophil / limposit (H / L).

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dalam petak (5x5), dengan 4 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hati MDA , bobot bursa fabricius dan H / L rasio S2

dan S3 yang lebih tinggi dibandingkan S1A , S1BT1 dan S1BT2 . H / L rasio 4 , 8 , 16 , dan

32 hari suhu terpajan kali lebih tinggi dibandingkan dengan 0 hari. Disimpulkan bahwa

stres panas meningkatkan MDA hati dan H / L rasio, namun menurunkan bobot relatif bursa

fabricius. Suhu terpajan waktu meningkatkan H / L rasio, tapi itu tidak mempengaruhi

MDA hati dan bobot relatif bursa fabricius ayam pedaging.

Sumber : http://fapet.ipb.ac.id/medpet/2009/agustus%202009/e%20kusnadi.pdf

5. Kusnadi, Engkus. 2009. Pengaruh Berbagai Cekaman terhadap Beberapa Sistem Hormonal

serta Kaitannya dengan Produksi pada Ayam.

Suhu lingkungan yang tinggi di daerah tropis dapat merupakan salah satu masalah pada

pengembangan ayam broiler. Hal ini mengingat ayam broler, selain termasuk kelompok

homeothermis, juga termasuk kelompok ternak yang memilki kelenjar keringat tidak aktif.

Oleh karena itu, pengembangan ayam pada daerah tropis berpotensi mengalami cekaman

panas, sehingga ayam akan mengalami penurunan dalam produksinya. Selain cekaman

panas, cekaman lainpun seperti pengikatan serta pengangkutan dilaporkan akan

mengganggu sistem fisiologis dalam tubuh. Cekaman panas dilaporkan nyata menurunkan

kandungan hormone triiodotironin ayam broiler dari 2,84 menjadi 0,54 dan 0,63 nmol/l,

Begitu pula dengan hormone etradiol dan progesterone masing-masing dari 83 hingga 87

pg/ml dan dari 1,00 hingga 1,23 ng/ml, turun menjadi 40 hingga 70 pg/ml dan 0,22 hingga

0,26 ng/ml Keadaan tersebut diikuti dengan turunnya bobot telur dari 70 hingga 74 g

Page 4: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

menjadi 62 hingga 65 g, sementara persentase produksi menurun menjadi 60 hingga 80%.

Cekaman karena tidak diberi makan, diikat dan diangkut, nyata meningkatkan kandungan

hormone kortikosteron dari 5,6 menjadi 24 ng/ml.

Sumber : http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro09-84.pdf

6. Anta Kurni, Sectiva. 2010. Pengaruh Paparan Heat Stressor Terhadap Kadar Total Kalsium

Darah Pada Ayam Pedaging.

Penelitian tentang pengaruh stres panas untuk kadar kalsium darah pada ayam pedaging

telah dilakukan. tinggi suhu dan musim panas yang panjang di negara-negara tropis, dapat

menyebabkan stres menghasilkan dan menyadarkan adaptasi perilaku (behavior) ternak.

Tujuan dari penelitian ini menemukan kadar kalsium darah mengetahui perubahan fisik dan

fisiologi ayam broiler. Penelitian ini dilakukan pada penelitian kandang Kedokteran Hewan

Pusat Pharma dan analisis darah dilakukan di Laboratorium Klinik Hewan Patologi

Universitas Airlangga. Penelitian ini menggunakan 20 DOC (Day Old Chicken) broiler

galur Cobb dan ayam komersial diet CP 511 yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand.

Prosedur ayam adalah sebagai berikut: P0 : diberikan di bawah suhu normal sering

merenung selama 6 minggu (Control). P1 : diberikan di bawah suhu 35-35,5 Â ºC di mulai

dari 07:00 sampai 15:00 (8 jam / hari) selama 4 minggu (Treatment). Penelitian ini

dianalisis dengan menggunakan t -test dan SPSS 11,5 for Windows. Hasil akhir

menunjukkan darah yang tingkat kalsium dalam kelompok perlakuan yang berbeda tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (p >

0,05).

Sumber : http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/5146834978_abs.pdf

7. Arifa, Maya Tama. 2010. Kadar Total Protein Serum Broiler Yang Terpapar Heat Stress.

Unggas adalah strategi utama untuk memenuhi kebutuhan domestik dari produk hewani.

Unggas terutama ayam broiler, memiliki berkembang pesat. Hal itu karena meningkatnya

permintaan produk hewani. Broiler sensitif terhadap stressor, termasuk stres panas. Oleh

karena itu, stres panas adalah masalah pada unggas. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeteksi perubahan konsentrasi total protein serum dari broiler yang terpapar oleh stres

panas. Penelitian ini dilakukan pada PUSVETMA kandang dan analisis darah dilakukan di

Page 5: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

Laboratorium Veteriner Patologi Klinik UNAIR. Penelitian ini menggunakan 20 DOC (Day

Old Chicken) broiler Cobb ketegangan dan anak ayam dibagi secara acak dalam dua

perlakuan dan sepuluh ulangan. Kelompok kontrol ( P0 ) diberi biasa suhu brooder selama

6 minggu . Kelompok perlakuan terpapar oleh suhu 35 â € " 35,5 Â °C dari 7.00 a.m sampai

3.00 p.m (8 jam / hari) selama 4 minggu. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

software SPSS . Hasil penelitian menunjukkan bahwa total serum protein. Konsentrasi tidak

berbeda secara signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (P > 0,05 ).

Sumber : http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/3185841150_abs.pdf

8. Kurniawan Ilham. 2010. Penurunan Respon Imun Pada Ayam Broiler Yang Terpapar Heat

Stress Kronis Dan Divaksinasi Newcastle Disease.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan terjadinya penurunan respon imun pada ayam

boiler yang terpapar heat stress kronis dan divaksinasi ND dengan mengamati penurunan

titer antibodi. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai bulan Maret sampai Mei

2010 yang dilaksanakan di PUSVETMA Surabaya. Hewan yang digunakan adalah DOC

strain Cobb sebanyak 32 ekor. DOC diadaptasikan selama 14 hari. Setelah berumur 14 hari,

broiler dibagi secara random menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu :P0 :tanpa stres dan tanpa

vaksin ND (S-V-), P1 : perlakuan tanpa stres dan divaksin ND(S-V+), P2 : perlakuan

dengan stres dan tanpa vaksin ND(S+V-) dan P3 : perlakuan dengan stres dan divaksin

ND(S+V+). Pemberian vaksinasi ND pada kelompok P1 dan P3 dilakukan pada umur 29

hari. Pemeriksaan HI dilakukan pada umur 14 hari, 28, hari dan 42 hari. Pada pemeriksaan

HI umur 14 hari tidak terdapat perbedaan yang nyata karena belum diberikan perlakuan.

Pada pemeriksaan HI 28 hari menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan ayam

yang mendapat perlakuan heat stress (P2 dan P3) dengan ayam yang tidak mendapat stres

(P0 dan P1). Sedangkan pada pemeriksaan HI 42 hari menunjukkan perbedaan yang nyata

antar perlakuan. Pada kelompok tanpa vaksinasi baik dengan heat stress maupun tanpa stres

(P0 dan P2) antibodi maternal telah sangat berkurang sedangkan pada kelompok ayam yang

mendapat heat stress dengan suhu 35-35,5 ºC dan divaksinasi ND tidak berbeda nyata

dengan kelompok ayam yang tidak mendapat stres dengan suhu 30-32 °C sehingga dapat

disimpulkan pada kelompok ayam yang mendapat heat stress dan divaksinasi ND dalam

menerima stres panas berada dalam phase resisten atau adaptasi.

Page 6: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

Sumber : http://210.57.210.130/doc/Angkatan%202006/ARTIKEL%20ILMIAH3.doc

9. Prasetyo, Henry. 2011. Pengaruh Heat Stress Terhadap Jumlah Total Hitung Jenis Leukosit

Pada Ayam Potong.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek stres panas kronis pada jumlah

leukosit dan hitung leukosit diferensial broiler. Sebanyak 20 ekor ayam pedaging dengan

tiga minggu usia dibagi menjadi dua yang berbeda kelompok. Kelompok satu adalah untuk

kontrol (P0) yang dikurung pada suhu normal, dan kelompok dua (P1) yang dikurung di

dimanipulasi suhu tetap pada 34,5-35oC. Setelah 45 hari pengobatan, semua ayam dipotong

untuk hapusan darah leukosit. Data yang dikumpulkan untuk jumlah leukosit jumlah

leukosit dan diferensial dianalisis dengan uji t independen. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa stres panas kronis secara signifikan mengurangi jumlah total leukosit, eosinofil dan

limfosit proporsi broiler.

Sumber : http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/5356835028_abs.pdf

10. Maryati, Yuni. 2006. Performans Ayam Petelur Yang Dipelihara Di Lingkungan Pantai.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui performans yang meliputi aspek produksi dan

kesehatan ayam petelur yang dipelihara dilingkungan Pantai Samas, Yogyakarta. Penelitian

ini merupakan bagian awal dari strategi pemanfatan lahan pantai untuk kawasan ternak

ayam petelur. Penelitian studi kasus dilaksanakan pada perusahaan peternakan ayam milik

peternak Peternak Sardju dengan populasi 40.000 ekor ayam petelur yang berlokasi di

Dusun Patihan, Srigading, Bantul. Observasi dan pengambilan data dilakukan selama 8

minggu, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan di Laboratorium Patologi, Fakultas

Kedokteran Hewan, Universits Gadjah Mada. Data performan yang diamati meliputi

kandungan gizi pakan, konsumsi pakan, produksi telur, berat telur dan masa telur. Strain

ayam yang digunakan adalah ayam petelur strain Lohman Brown, sebanyak 100 ekor pada

umur 30-34 minggu. Data performans dan kesehatan ditabulasikan kemudian dianalisis

secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur lingkungan kandang rata-

rata 26.70 C pada pagi hari dan 32,80C pada siang hari, konsumsi pakan rata-rata minggu ke

30 sampai 34 berturut-turut adalah 98, 105, 107 dan 107 dan 110 gram/ekor/hari. Rata-rata

produksi telur harian (HDA) berturut-turut pada minggu 30 sampai 34 dalah 84,95; 84,27;

Page 7: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

82,70 dan 82,52 dan 82,24%. Sedangkan masa telur rata-rata mencapai 49,62 gram/ekor.

Hasil diagnosa patologis terhadap kesehatan ternak dan pemeriksaan histologi hati

menunjukkan bahwa ayam mengalami perlemakan dan terinveksi cestoda. Disimpulkan

ayam yang dipelihara di derah pantai menunjukkan performans dan  status kesehatan yang

tidak optimal. Dari penelitian ini disarankan untuk lebih meningkatkan produktifitas dengan

formulasi ransum yang serasi, terutama untuk mengurangi perlemakkan dan meningkatkan

konsumsi pakan.

Sumber : http://apeka-karanganyar.ac.id/jurnal/index.php/dianandini/article/view/5

Artikel

Optimalkan Produksi Saat Heat Stress

Tubuh ayam, secara normal selalu menghasilkan panas tubuh, berupa panas metabolisme

yang sering disebut heat increament. Seekor ayam petelur yang dipelihara di kandang baterai,

yang mengkonsumsi ransum dalam jumlah normal dan tingkat produksi telur 80% mampu

menghasilkan panas sebanyak 800 Kkal/hari. Jika populasi ayam yang dipelihara 10.000 ekor,

maka panas yang diproduksi setara dengan panas yang dihasilkan dari pembakaran minyak

sebanyak 231 liter. Sebuah jumlah yang fantastik, jika boleh sedikit humor, mungkin bisa

dijadikan sebagai alternatif sumber energi baru.

Panas tubuh ayam tersebut dikeluarkan tubuh secara normal melalui 3 mekanisme yaitu :

- Konduksi, dengan cara menempelkan permukaan tubuh ke bagian kandang yang lebih

dingin, misalnya lantai kandang maupun bagian sisi dari tempat minum

- Konvensi, yaitu aliran udara membawa panas tubuh ayam

- Radiasi, melalui proses elektromagnetik dimana panas bergerak dari permukaan yang lebih

panas (tubuh ayam) ke permukaan yang lebih dingin tanpa sebuah media perantara, seperti

aliran panas matahari ke bumi

Mekanisme pengeluaran panas tubuh ini akan berfungsi secara normal (optimal), saat ayam

dipelihara pada zona nyaman (comfort zone), dengan suhu lingkungan kandang 25-28oC dan

kelembaban 60-70%. Diluar kondisi ini, dengan suhu melebihi zona nyaman, maka respon ayam

untuk mengeluarkan panas tubuh akan berubah.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, negara kita, Indonesia tercinta beriklim tropis,

dimana seringkali ditemukan suatu kondisi yang kurang atau tidak nyaman bagi ayam.

Page 8: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

Suhu kandang yang tinggi, lebih dari 28oC bukan suatu keadaan yang sulit ditemukan. Dan

kondisi ini akan tentu saja akan menyebabkan ayam stres, dinamakan heat stress.

Tentang Heat Stress

Heat stress merupakan suatu cekaman yang disebabkan suhu udara yang melebihi zona

nyaman (> 28oC) dan hal ini menjadi salah satu problematika utama di dunia perunggasan

Indonesia. Stres ini dikarenakan ayam tidak bisa menyeimbangkan antara produksi dan

pembuangan panas tubuhnya. Tidak hanya heat stress, suhu lingkungan yang berfluktuatif juga

menjadi ancaman bagi produktivitas ayam.

Heat stress dapat terjadi dalam 2 bentuk, yaitu akut dan kronis. Bentuk akut terjadi saat suhu

dan atau kelembaban meningkat drastis (terjadi tiba-tiba, red), sedangkan bentuk kronis dipicu

kondisi meningkatnya suhu dan atau kelembaban dalam waktu yang relatif lama.

Heat stress akan menimbulkan efek yang lebih besar pada ayam tua dibandingkan dengan

ayam muda. Ayam dewasa mempunyai bulu yang telah sempurna dan kondisi ini akan

mempersulit pembuangan panas tubuhnya. Selain itu, ayam dewasa juga memiliki ukuran tubuh

lebih besar sehingga panas tubuh yang dihasilkan lebih banyak.

Gejala dan Mekanisme Heat Stress

Saat kondisi heat stress, ayam akan melakukan beberapa aktivitas sebagai respon terhadap

suhu yang tinggi, diantaranya :

- Memperluas area permukaan tubuh

Hal ini ditunjukkan ayam dengan melebarkan atau menggantungkan sayapnya. Usaha

ayam ini kurang memberikan hasil yang optimal. Alasannya ialah suhu tubuh ayam dengan

suhu lingkungan kandang tidak berbeda nyata, akibatnya aliran panas tubuh ke lingkungan

kandang (secara radiasi) menjadi kurang optimal.

- Melakukan peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer (tepi), terutama

pada bagian jengger, pial dan kaki

- Panting

Panting atau bernapas melalui tenggorokan merupakan aktivitas khas yang ditunjukkan

oleh ayam pada saat mengalami heat stress. Mekanisme ini sama halnya dengan mekanisme

Page 9: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

pelepasan panas pada manusia yang dilakukan melalui kelenjar keringat. Oleh karena ayam

tidak mempunyai kelenjar keringat, maka panting menjadi mekanisme penggantinya.

Saat panting, ayam membuka mulut dan menggerakkan tenggorokannya sehingga ada

aliran udara keluar masuk melalui kerongkongan. Akibatnya evaporasi meningkat. Panting

yang dilakukan oleh ayam akan memberikan hasil yang efektif jika suhu udara panas dengan

tingkat kelembaban yang rendah (udara kering), namun kurang efektif jika terjadi pada saat

suhu tinggi namun udaranya basah (kelembaban tinggi).

Ayam yang telah melakukan panting namun suhu tubuhnya tidak menurun akan menjadi

lemah, pingsan, bahkan bisa terjadi kematian mendadak. Kematian akibat heat stress akan

mulai terjadi saat suhu tubuh ayam mencapai 42oC atau lebih.

Akibat Heat Stress

Heat stress yang dialami oleh ayam pedaging akan mengakibatkan penurunan konsumsi

ransum dan sebaliknya meningkatkan konsumsi air minum, nilai FCR memburuk dan tentu saja

penurunan berat badan ayam. Selain itu, kematian, terutama pada ayam dengan berat badan yang

besar bukan suatu hal yang sulit ditemukan. Sama halnya pada ayam petelur, stres panas akan

mengakibatkan menurunnya feed intake dan meningkatnya water intake. Penurunan kualitas dan

kuantitas telur menjadi resiko yang harus ditanggung oleh peternak, bahkan kematian. Besar

kecilnya kerugian akibat heat stress dipengaruhi oleh umur, jenis dan berat badan ayam maupun

periode dan tingkat heat stress yang dialami oleh ayam (suhu maksimum yang diterima ayam,

lamanya cekaman dan kecepatan perubahan suhu udara).

Bukan hanya penurunan produktivitas ayam, heat stress juga mengakibatkan sistem

kekebalan tubuh melemah (bersifat immunosupresif). Jumlah total sel darah putih dan produksi

antibodi menurun secara signifikan pada ayam petelur yang mengalami heat stress. Selain itu

aktivitas limfosit juga menurun.

Saat ayam mengalami heat stress kelenjar hipofisa anterior mensekresikan adeno

corticotropin hormon (ACTH) dalam jumlah yang berlebihan. Akibatnya korteks adrenalis akan

terpicu untuk meningkatkat produksi hormon koltisol sehingga terjadi penurunan jumlah maupun

perubahan jenis leukosit, yaitu sel eosinofil, basofil dan limfosit.

Page 10: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

Penurunan feed intake mengakibatkan asupan nutrisi berkurang, termasuk protein kasar,

lemak kasar (asam lemak linoleat) dan kalsium sehingga berat telur menjadi lebih ringan. Jika

kondisi ini tidak segera diatasi, produksi telur yang berhenti bukan suatu keniscayaan.

Kualitas kerabang telur juga terganggu pada saat suhu tinggi. Aktivitas ayam melakukan

panting mengakibatkan perubahan (penurunan, red) konsentrasi CO2 di dalam darah sehingga

proses metabolisme di dalam tubuh ayam pun berubah. Kondisi pH darah akan meningkat,

menjadi bersifat alkalis dan kemampuan mengikat dan membawa kalsium yang diperlukan untuk

pembentukan kerabang telur menjadi berkurang, akibatnya kerabang telur menjadi lebih tipis.

Dan keadaan ini tidak bisa diperbaiki atau ditangani dengan penambahan suplai kalsium melalui

ransum, tetapi dengan menurunkan suhu.

Aktivitas panting juga mengakibatkan kehilangan energi sebesar 540 kalori tiap gram air

yang dibuang oleh paru-paru. Hal tersebut disebabkan ada peningkatan aktivitas otot pada saat

panting. Akibatnya panas tubuh ayam semakin meningkat dan efisiensi energi menjadi berkurang

sehingga efek yang ditimbulkan oleh heat stress menjadi semakin besar.

Selain kalsium, fosfor menjadi salah satu komponen mineral dalam darah yang ikut

terpengaruh akibat heat stress. Keadaan ini akan semakin memperparah akibat yang ditimbulkan,

yaitu meningkatkan persentase kematian, terlebih pada ayam yang lebih tua dengan berat badan

yang lebih besar.

Peningkatan konsumsi air minum saat ayam mengalami heat stress juga membawa

konsekuensi tersediri, yang salah satunya ialah penurunan kualitas kotoran (menjadi lebih

basah). Akibatnya penanganan feses menjadi lebih sulit dan pencemaran feses pada telur dan

bulu ayam menjadi meningkat sehingga kualitas telur dan karkas ayam dapat menurun. Selain

itu, kondisi feses yang lebih basah akan menyebabkan lalat lebih mudah dan cepat berkembang.

Peningkatan kadar amonia juga dapat terjadi akibat feses yang basah, akibatnya kasus penyakit

saluran pernapasan, seperti ngorok atau CRD lebih mudah terjadi.

Peningkatan konsumsi air minum pada saat suhu tinggi akan mengakibatkan konsistensi

feses menjadi lebih encer bahkan berair. Akibatnya penanganannya relatif sulit dan dapat

memicu peningkatan kadar ammonia

Kondisi suhu yang tinggi juga mempengaruhi kestabilan kandungan nutrisi dalam ransum

ayam, terutama vitamin. Vitamin merupakan mikronutrien essensial yang diperlukan dalam

Page 11: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

proses metabolisme di dalam tubuh ayam. Penurunan kadar vitamin ini akan berpengaruh

terhadap produktivitas ayam.

Presdisposisi Heat Stress

Faktor yang dapat menyebabkan atau memicu terjadinya heat stress pada ayam antara lain :

1. Potensi genetik yang tinggi

Ayam modern yang kita pelihara sekarang ini merupakan ayam hasil rekayasa genetika

dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Ayam pedaging contohnya, memiliki kemampuan

tumbuh secara cepat. Disatu sisi hal ini memberikan keuntungan bagi kita namun jika tidak

ditunjang dengan manajemen pemeliharaan yang baik bukan suatu keniscayaan kerugian

yang akan kita peroleh. Berat badan yang terlalu besar tanpa diikuti perkembangan organ

dalam, seperti paru-paru, jantung, ginjal akan mengakibatkan meningkatnya kasus kematian

mendadak yang disebabkan oleh heat stress, terlebih pada ayam yang lebih tua.

Pertumbuhan yang begitu cepat akan memberi konsekuensi tersendiri, terlebih lagi jika

manajemen pemeliharaannya tidak tepat

2. Sistem pengaturan suhu tubuh ayam

Tubuh ayam mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh secara homeothermik dimana

suhu tubuh ayam tidak dipengaruhi suhu lingkungan. Selain itu, tubuh ayam tidak dilengkapi

dengan kelenjar keringat yang diperlukan untuk mengeluarkan panas tubuhnya. Akibatnya,

kasus heat stress menjadi relatif mudah ditemukan pada ayam

3. Iklim di Indonesia

Indonesia memiliki iklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim

kemarau. Saat musim kemarau, suhu lingkungan akan melewati batas zona nyaman (comfort

zone). Ada fenomena khas dari daerah dengan iklim tropis, yaitu saat siang hari suhu

lingkungan akan mencapai puncaknya (puncak atas, red) sedangkan kelembaban udaranya

akan berada pada titik terendah (udaranya kering). Kondisi ini akan dirasakan oleh ayam

sebagai suatu kondisi yang tidak nyaman atau ayam mengalami heat stress. Pada kondisi

inilah, siang hari diperlukan manajemen kandang secara tepat, misalnya dengan

menambahkan kipas atau blower.

4. Manajemen kandang yang kurang baik

Page 12: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

Sistem kandang ayam yang kita terapkan (baca peternak) sebagian besar berupa kandang

open house (kandang terbuka), dimana suasana di dalam kandang sangat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan. Pemilihan bahan kandang, terutama atap dan kontruksi kandang yang

kurang tepat akan menyebabkan kasus heat stress lebih mudah terjadi. Jarak antar kandang

yang terlalu sempit atau dinding kandang yang bersebelahan dengan tebing akan

mengakibatkan sirkulasi udara kurang baik.

5. Kepadatan kandang yang kurang sesuai

Luasan kandang yang kurang atau terlalu sempit akan mengakibatkan kompetisi dalam

memperoleh oksigen semakin tinggi. Selain itu, kondisi kandang akan menjadi semakin

panas karena secara normal ayam juga menghasilkan panas tubuh.

6. Kandungan nutrisi yang tidak sesuai kebutuhan

Pemberian ransum dengan kandungan nutrisi, terutama protein kasar yang berlebih bisa

memperparah kasus heat stress. Kelebihan protein kasar akan diuraikan oleh tubuh ayam

untuk dibuang bersama feses. Penguraian protein kasar ini akan menghasilkan panas tubuh

yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pencernaan karbohidrat maupun lemak. Selain

itu, protein kasar yang terbuang bersama feses akan diuraikan oleh bakteri yang ada di dalam

feses menjadi amonia dan panas.

Penanganan Heat Stress

Setelah kita memahami tentang akibat dan faktor yang memicu terjadinya heat stress, tiba

saatnya kita merencanakan metode pencegahan maupun penanganannya. Langkah pencegahan

heat stress dilakukan dengan menekan atau menghilangkan faktor penyebabnya diantaranya :

Menciptakan suasana nyaman (comfort zone) bagi ayam, melalui :

- Kandang dibangun dengan memperhatikan sistem sirkulasi udara yang baik. Pilih bahan atap

yang mampu mereduksi (baca : mengurangi) panas. Jika perlu gunakan sistem atap monitor.

Ada beberapa farm yang telah menambahkan sistem hujan buatan di atas atap yang

digunakan saat kondisi suhu panas.

- Sistem hujan buatan dan atap monitor yang diterapkan di salah satu kandang

- Kandang sistem slat (panggung) dengan ketinggian 1,25-2 m akan membantu memperlancar

sirkulasi udara. Penambahan blower atau kipas semakin meningkatkan kualitas udara di

Page 13: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

dalam kandang, hanya saja perlu diperhatikan kecepatan angin sebaik-nya tidak lebih dari 2,5

m/s. Selain itu, arah aliran anginnya juga harus searah

- Perhatikan jarak antar kandang, jarak kandang dengan tebing maupun ketinggian pohon yang

berada di sekitar kandang. Jarak antar kandang minimal 1 x lebar kandang (lebar kandang

sebaik-nya tidak lebih dari 7 m)

- Atur kepadatan kandang, misalnya 1 m2 untuk 15 kg ayam pedaging dan 8 ekor/m2 untuk

ayam petelur umur 6-16 minggu. Data kepadatan kandang secara detail bisa dilihat pada

manual management

Terapkan manajemen pemeliharaan yang baik, seperti :

- Sediakan air minum yang berkualitas dalam jumlah yang cukup.

- Berikan ransum dengan kandungan nutrisi yang sesuai dan atur distribusi tempat ransumnya

- Atur sistem buka tutup tirai kandang, sesuaikan dengan kondisi cuaca

Saat kasus heat stress telah terjadi beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan

kerugiannya, antara lain :

- Evaluasi dan tangani penyebab heat stress

- Saat ada beberapa ayam telah menunjukkan gejala terserang heat stress, segera lakukan

evaluasi terhadap faktor penyebabnya, seperti suhu lingkungan, kepadatan kandang, maupun

sistem sirkulasi udara. Lakukan penanganan sesuai dengan faktor penyebab heat stress.

- Berikan tambahan blower, atur sirkulasi udara dan berikan “hujan buatan” saat suhu

lingkungan melebihi zona nyaman

- Hidupkan fan saat suhu meningkat melebihi zona nyaman

- Perlebar sekat kandang untuk mengurangi kepadatan kandang. Saat heat stress kepadatan

kandang dapat dikurangi 10%

- Atur konsumsi air minum dan ransum

Saat suhu tinggi nafsu minum meningkat drastis, bahkan jika suhu mencapai 32oC

konsumsi air minum bisa meningkat 50%. Suhu air minum yang baik adalah 20-24oC.

Berikan air minum dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang cukup, begitu juga

ransumnya.

- Atur distribusi tempat air minum (TMA) dan kontrol ketersediaan air secara berkala

(terutama jika menggunakan TMA manual)

Page 14: PENGARUH HEAT STRESS TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS TELUR PADA AYAM PETELUR.docx

Jika perlu tambah jumlah TMA dan distribusinya diatur sehingga tidak mempersulit

ayam untuk mengaksesnya

- Saat kondisi panas kurangi jumlah ransum yang diberikan dan beri-kan ransum saat suhu

menurun. Perlu diperhatikan jumlah ransum yang diberikan harus sesuai standar, hanya saja

waktu pemberiannya yang diubah. Jika perlu ransum diberikan pada malam hari dengan

memberikan tambahan pencahayaan

- Berikan nutrisi tambahan

Suplai elektrolit dan vitamin perlu ditambahkan saat heat stress, baik melalui air minum

atau ransum. Vita Stress dan Vita Strong menjadi pilihan produk yang dapat diberikan saat

heat stress. Vitamin yang terkandung pada kedua produk ini diperlukan untuk menjaga

proses metabolisme tubuh tetap optimal. Vitamin yang diperlukan saat heat stress antara lain

vitamin C, E, K, biotin, riboflavin dan D. Sedangkan elektrolit diperlukan untuk menjaga

kestabilan pH darah yang terganggu akibat menurunnya kadar CO2 di dalam tubuh ayam.

Selain itu elektrolit juga membantu meningkatan retensi air dan mencegah dehidrasi

- Tingkatkan biosecurity

Saat suhu tinggi, perkembangan bibit penyakit di dalam paralon air minum menjadi lebih

cepat. Oleh karenanya jadwal pembersihan dan desinfeksi saluran air minum sebaiknya

ditingkatkan. Begitu juga desinfeksi kandang. Saat ada ayam pilih desinfektan yang aman,

seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep. Jika di dalam saluran air minum telah terbentuk

lapisan atau kerak (disebut biofilm yang merupakan tempat perkembangan bibit penyakit

yang baik) sebaiknya dilakukan flushing dengan menambahkan H2O2 atau ozon. Pada

kondisi itu, desinfektan tidak dapat bekerja secara optimal.

Mengerti tentang heat stress dan menerapkan manajemen penanganannya secara tepat akan

menekan kerugian yang ditimbulkannya.

Sumber: http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/tata-laksana/produksi-saat-heat-stress