uin syarif hidayatullah jakarta karakterisasi...

78
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI MIKROPARTIKEL NATRIUM ALGINAT YANG MENGANDUNG SERBUK GETAH PEPAYA (Carica papaya L.) YANG DIPREPARASI DENGAN METODE GELASI IONIK SKRIPSI WINA OKTAVIANA 1111102000002 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2015

Upload: dinhtu

Post on 27-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KARAKTERISASI MIKROPARTIKEL NATRIUM

ALGINAT YANG MENGANDUNG SERBUK GETAH

PEPAYA (Carica papaya L.) YANG DIPREPARASI

DENGAN METODE GELASI IONIK

SKRIPSI

WINA OKTAVIANA

1111102000002

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KARAKTERISASI MIKROPARTIKEL NATRIUM

ALGINAT YANG MENGANDUNG SERBUK GETAH

PEPAYA (Carica papaya L.) YANG DIPREPARASI

DENGAN METODE GELASI IONIK

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi

WINA OKTAVIANA

1111102000002

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

vi

ABSTRAK

Nama : Wina Oktaviana

NIM : 1111102000002

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Karakterisasi Mikropartikel Natrium Alginat yang

Mengandung Serbuk Getah Pepaya (Carica papaya L.)

yang Dipreparasi dengan Metode Gelasi Ionik

Mikroenkapsulasi merupakan suatu proses penyalutan bahan inti dengan polimer

yang akan mempertahankan stabilitas dan aktivitas enzim papain yang terkandung

di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan terhadap

pengaruh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi

jumlah serbuk getah pepaya terhadap karakteristik mikropartikel yang dihasilkan.

Mikropartikel natrium alginat yang mengandung serbuk getah pepaya dibuat

dengan menggunakan metode gelasi ionik dalam dua formula dengan

memvariasikan jumlah serbuk getah pepaya, yaitu F1 0,4 mg dan FII 0,8 mg.

Karakterisasi mikropartikel yang dilakukan meliputi uji perolehan kembali, kadar

air, distribusi ukuran partikel, bentuk dan morfologi mikropartikel, dan aktivitas

proteolitik enzim. Hasil karakterisasi mikropartikel FI dan FII berturut-turut yaitu

perolehan kembali 35,114% dan 40,542%, kadar air 8,82% dan 8,92%, diameter

rata-rata partikel 488,91 µm dan 508,26 µm, bentuk mikropartikel kedua formula

tidak sferis dengan permukaan tidak rata dan berlubang, serta aktivitas proteolitik

0,0004624 TU dan 0,0007621 TU. Seiring peningkatan jumlah serbuk getah

pepaya yang digunakan akan meningkatkan nilai perolehan kembali, kadar air,

diameter rata-rata partikel, dan aktivitas proteolitik.

Kata kunci : mikropartikel, serbuk getah pepaya (Carica papaya L.), natrium

alginat, metode gelasi ionik

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

vii

ABSTRACT

Name : Wina Oktaviana

NIM : 1111102000002

Major : Pharmacy

Title : Characterization of Sodium Alginate Microparticles

Containing Papaya (Carica papaya L.) Latex Powder was

Preparated with Ionic Gelation Method

Microencapsulation is a core material coating process with a polimer that will

maintain the stability and activity of papain enzyme contained in papaya (Carica

papaya L.) latex powder that is not resistant to the environmental influence. This

study aims to determine the influence of variations in the amount of papaya latex

powder on the characteristics of the resulting microparticles. The Sodium

alginate microparticle containing papaya latex powder was preparated ionic

gelation method in two formulas by varying the amount of papaya latex powder

which were FI 0,4 mg and FII 0,8 mg. The characterization of microparticles

included recovery test, moisture content, particle size distribution, shape and

morphology of microparticle, and proteolytic activity of enzyme. The

characterization results of FI and FII microparticles respectively are 35,114%

and 40,542% of recovery value, 8,82% and 8,92% of water content, 488,91 µm

and 508,26 µm of particles size distribution, the form of both microparticles are

not spheric with uneven surfaces and potholes, and 0,0004624 TU and 0,0007621

TU of proteoliytic activity. As the amount of papaya latex powder increased, the

value of recoveries, water content, average particle diameter, and proteolytic

activity increased as well.

Keyword : microparticle, papaya (Carica papaya L.) latex powder, sodium

alginate, ionic gelation method

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena dengan

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga, para sahabat, serta kita sebagai umatnya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakterisasi Mikropartikel

Natrium Alginat yang Mengandung Serbuk Getah Pepaya (Carica papaya L.)

yang Dipreparasi dengan Metode Gelasi Ionik.”

Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari, penyusunan skripsi

ini tidak akan selesai tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap yang

telah ikut membantu dalam penyelasaian skripsi ini. Terima kasih penulis

sampaikan kepada:

1. Nelly Suryani, Ph.D.,Apt dan Yuni Anggraeni, M.Farm.,Apt sebagai dosen

pembimbing yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan, ilmu,

bimbingan, waktu, tenaga, dan dukungan kepada penulis.

2. Dr. Arief Soemantri, SKM,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Yardi, Ph.D.,Apt, selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atas

ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan.

5. Laboran-laboran Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungan

dan kerjasama selama kegiatan penelitian.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

ix

6. Kedua orang tua, ayahanda Hasan, S.Pd dan Ibunda Sartinah, serta adik

Qalesya Afraa Aqila yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan

doa yang tidak pernah putus, serta dukungan moril maupun materil.

7. Seluruh keluarga atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tidak pernah

putus.

8. Heni Siti Nuraeni, Mira Rizki, dan Putri Nadia atas semangat, doa,

dukungan, serta tanpa lelah selalu mendengarkan cerita selama penulis

kuliah hingga melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

9. Mida Fahmi, Nurhayati Nasution, Herlina Pertiwi, Rizki Hidayanti Rambe,

Khabbatun Ni’mah, Nurul Hikmah Tanjung, Sutar, Askandari, Aziz Iqbal,

Teletubbies, dan Tabletters atas kebersaaman, persaudaraan, bantuan,

semangat, motivasi, dan dukungan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman Farmasi 2011 atas persaudaraan dan kebersamaan kita selama

perkuliahan.

11. Pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi, baik

secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Mudah-mudahan Allah SWT., senantiasa membalas segala bantuan yang

telah diberikan dalam penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat diterima. Kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan, dalam rangka penyempurnaan.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca umumnya.

Ciputat, 9 Oktober 2015

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

x

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ORISINILITAS ............................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................. x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4

2.1 Pepaya............................................................................................ 4

2.1.1. Klasifikasi Tanaman ........................................................ 4

2.1.2. Morfologi Tanaman ......................................................... 5

2.1.3. Kandungan dan Khasiat Tanaman ..................................... 5

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

xii

2.1.4. Serbuk Getah Pepaya ........................................................ 6

2.2 Natrium Alginat ............................................................................. 9

2.3 Kalsium Klorida ............................................................................ 10

2.4 Mikropartikel sebagai Sistem Penghantaran Obat ........................ 11

2.4.1. Definisi ............................................................................. 11

2.4.2. Tujuan .............................................................................. 12

2.4.3. Keuntungan dan Kerugian Mikroenkapsulasi .................. 12

2.4.4. Faktor Keberhasilan Mikroenkapsulasi .......................... 13

2.4.5. Komponen Penyusun Mikropartikel ................................. 13

2.4.6. Metode Pembuatan Mikropartikel ................................... 14

2.4.7. Mekanisme Pelepasan Obat dari Mikropartikel ............... 18

2.5 Gelasi Ionik ................................................................................... 19

2.6 Evaluasi Mikropartikel .................................................................. 21

2.6.1. Uji Perolehan Kembali ..................................................... 21

2.6.2. Penetapan Kadar Air ....................................................... 22

2.6.3. Penentuan Distribusi Ukuran Mikropartikel ................... 22

2.6.4. Efisiensi Penjerapan ......................................................... 23

2.6.5. Uji Aktivitas Proteolitik .................................................. 24

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 25

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 25

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 25

3.2.1. Alat .................................................................................. 25

3.2.2. Bahan .............................................................................. 25

3.3 Formula Mikropartikel ................................................................. 25

3.4 Pembuatan Mikropartikel .............................................................. 26

3.5 Evaluasi Mikropartikel ................................................................. 27

3.5.1. Uji Perolehan Kembali .................................................... 27

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

xiii

3.5.2. Penetapan Kadar Air ...................................................... 27

3.5.3. Penentuan Distribusi Ukuran Partikel ............................. 27

3.5.4. Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Mikropartikel ....... 28

3.5.5. Uji Aktivitas Proteolitik Enzim dalam Mikropartikel ... 28

3.5.5.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Tirosin .... 28

3.5.5.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tirosin .............................. 28

3.5.5.3. Pengujian Aktivitas Proteolitik ..................................... 28

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 30

4.1 Formulasi Mikropartikel ............................................................. 30

4.2 Evalusi Mikropartikel ................................................................. 32

4.2.1. Uji Perolehan Kembali ..................................................... 32

4.2.2. Penetapan Kadar Air ....................................................... 33

4.2.3. Penentuan Distribusi Ukuran Partikel ............................. 34

4.2.4. Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Mikropartikel ........ 37

4.2.5. Uji Aktivitas Proteolitik Enzim dalam Mikropartikel ..... 38

4.2.5.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Tirosin ........ 38

4.2.5.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tirosin ................................. 38

4.2.5.3. Pengujian Aktivitas Proteolitik ........................................ 39

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 41

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 41

5.2 Saran ........................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 42

LAMPIRAN ........................................................................................................ 48

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) ...................................... 4

Gambar 2.2 Struktur Papain dalam Getah Pepaya ...................................... 7

Gambar 2.3 Struktur Natrium Alginat ......................................................... 10

Gambar 2.4 Struktur Kalsium Klorida ........................................................ 11

Gambar 2.5 Diagram Skematik Ilustrasi Mikropartikel .............................. 12

Gambar 2.6 Diagram Pelepasan Zat Aktif dari Mikropartikel .................... 19

Gambar 4.1 Mikropartikel Sebelum dan Sesudah Dikeringkan .................. 32

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Ukuran Partikel ........................................ 34

Gambar 4.3 Hasil Pemeriksaan Morfologi Mikropartikel Menggunakan

Mikroskop Optik dengan Perbesaran 100 kali ......................... 37

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Formula Mikropartikel Natrium Alginat-Serbuk Getah Pepaya .. 26

Tabel 4.1 Viskositas Mikropartikel Natrium Alginat-Serbuk Getah Pepaya 31

Tabel 4.2 Hasil Uji Perolehan Kembali ....................................................... 32

Tabel 4.3 Hasil Penetapan Kadar Air .......................................................... 33

Tabel 4.4 Rata-rata Ukuran Partikel ............................................................. 34

Tabel 4.5 Distribusi Ukuran Partikel Formula I ........................................... 35

Tabel 4.6 Distribusi Ukuran Partikel Formula II ......................................... 35

Tabel 4.7 Hasil Uji Aktivitas Proteolitik ...................................................... 39

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Penelitian ........................................................................ 49

Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan Penelitian ........................................ 50

Lampiran 3. Hasil Uji Viskositas ................................................................ 51

Lampiran 4. Hasil Uji Perolehan Kembali .................................................. 51

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Perolehan Kembali ................................ 52

Lampiran 6. Hasil Uji Kadar Air ................................................................. 52

Lampiran 7. Distribusi Ukuran Partikel ..................................................... 53

Lampiran 8. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Tirosin dalam

Medium Aquadest ................................................................. 54

Lampiran 9. Data Absorbansi Kurva Standar Tirosin dalam Medium

Aquadest ................................................................................. 54

Lampiran 10. Kurva Kalibrasi Tirosin dalam Medium Aquadest ............... 55

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Aktivitas .................................................. 55

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Aktivitas Proteolitik ............................. 56

Lampiran 13. Sertifikat Analisis Serbuk Getah Pepaya ............................. 58

Lampiran 14. Sertifikat Analisis Natrium Algninat ................................... 59

Lampiran 15. Sertifikat Analisis Kalsium Klorida ..................................... 60

Lampiran 16. Sertifikat Analisis Tirosin ..................................................... 61

Lampiran 17. Sertifikat Analisis Sistein ..................................................... 62

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan suatu bahan inti baik

berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer sebagai dinding pembentuk

mikropartikel (Lachman, 1994). Suatu zat aktif akan terjerap pada lapisan inti,

ditutupi, dan dilindungi oleh dinding penyalut (Agus et al., 2010). Zat yang tidak

tahan terhadap pengaruh lingkungan, seperti protein dan enzim dapat

dipertahankan stabilitasnya dengan mikroenkapsulasi (Sharma et al., 2011).

Papain merupakan enzim protease yang terkandung di dalam getah pepaya

(Carica papaya L.) yang berkemampuan memecah molekul protein pada tempat-

tempat tertentu di dalam molekul protein (Rizki et al., 2014). Papain dalam getah

pepaya dapat digunakan sebagai sediaan topikal untuk peeling (Claudineia et al.,

2007). Papain dalam getah pepaya dapat mengangkat sel-sel kulit mati yang

melekat pada kulit, noda, atau flek, sehingga kulit menjadi halus dan bersih

(Futuchul et al., 2012).

Keterbatasan penggunaan papain dalam getah pepaya sebagai suatu

sediaan adalah masalah stabilitas kimia yang rendah (Claudineia et al., 2011).

Aktivitas enzimatik papain dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti

suhu, cahaya, oksigen, kelembaban, dan kemasan (Claudineia et al., 2011).

Aktivitas enzimatik papain menjadi tidak aktif jika disimpan pada suhu ruang

(250C) selama satu bulan (Claudineia et al., 2011). Menurut penelitian yang telah

dilakukan oleh Fernando et al (2011), stabilitas enzim papain tetap konstan dalam

bentuk mikropartikel pada suhu 370C selama 7 hari, karena adanya perlindungan

dari penyalutan polimer yang digunakan. Mikroenkapsulasi juga merupakan

sistem yang stabil disebabkan adanya pelapisan bahan yang memberikan

perlindungan secara fisik dan membentuk suatu penghalang bagi adanya oksigen

maupun molekul kecil lainnya (Klein et al., 2015). Berdasarkan hal tersebut,

papain dalam getah pepaya yang memiliki potensi dalam sediaan kosmetik perlu

dibuat dalam bentuk mikropartikel, kerena kemampuan mikropartikel untuk

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melindungi suatu zat aktif yang labil, sehingga mampu untuk menjaga stabilitas

dan aktivitasnya sebagai enzim proteolitik (Sharma et al., 2011).

Dalam penelitian ini dibuat mikropartikel natrium alginat yang

mengandung serbuk getah pepaya dengan menggunakan metode gelasi ionik.

Serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang digunakan merupakan crude

papain yaitu getah pepaya segar yang langsung dikeringkan tanpa perlakuan

sebelumnya (Jean, 2015). Jadi, di dalam serbuk getah pepaya tersebut selain

mengandung enzim papain, juga masih mengandung senyawa-senyawa lain

(Widiastuti, 2011).

Pemilihan natrium alginat sebagai penyalut didasarkan pada sifat dari

natrium alginat yang biokompatibel, tidak beracun bila digunakan secara oral,

bersifat bioadhesif untuk mempertahankan pelepasan obat, serta berguna dalam

meningkatkan waktu tinggal obat di lokasi absorpsi, sehingga efektivitas dan

ketersediaan hayati obat meningkat (Lay huai tan et al., 2009). Natrium alginat

juga sudah digunakan secara luas sebagai pembawa makromolekul, seperti DNA

dan protein (Tu et al., 2005).

Metode gelasi ionik dipilih karena memiliki sifat biokompatibilitas yang

baik, aplikasi metode mudah, tidak membutuhkan pelarut organik dalam jumlah

yang banyak, sehingga membutuhkan biaya yang relatif murah (Saraei et al.,

2013). Dalam metode gelasi ionik, dibutuhkan agen sambung silang untuk

membentuk butiran mikropartikel. Kalsium klorida digunakan sebagai agen

sambung silang terhadap natrium alginat, karena sifat kalsium klorida yang tidak

toksik dan mudah disambung silang dengan natrium alginat melalui terikatnya ion

Ca2+

pada residu asam glukoronat yang merupakan komponen natrium alginat

(Hariyadi et al., 2013).

Pembuatan mikropartikel papain menggunakan natrium alginat sebagai

penyalut dengan metode gelasi ionik sudah pernah dilakukan oleh Permatasari

(2007) dengan memberikan hasil bahwa karakteristik mikropartikel paling baik

dengan konsentrsi natrium alginat 1%, papain yang digunakan 200 mg, dan

kalsium klorida 0,1 M yang dibuat dengan kecepatan pengadukan 300 rpm.

Dalam penelitian Permatasari (2007), mikropartikel yang terbentuk ditujukan

untuk penggunaan oral.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ruang lingkup penelitian ini mencakup pembuatan mikropartikel natrium

alginat yang mengandung serbuk getah pepaya dengan menggunakan metode

gelasi ionik untuk penggunaan topikal sebagai agen exfoliating (agen pengelupas

kulit) dalam sediaan scrub dengan memvariasikan jumlah serbuk getah pepaya

yang digunakan. Mikropartikel yang telah terbentuk, kemudian dikarakterisasi

dalam beberapa evaluasi. Evaluasi yang dilakukan terhadap mikropartikel antara

lain uji perolehan kembali, kadar air, distribusi ukuran partikel, serta uji aktivitas

proteolitik serbuk getah pepaya yang terdapat di dalam mikropartikel, sehingga

diharapkan dapat mengetahui pengaruh variasi jumlah serbuk getah pepaya

terhadap karakterisasi mikropartikel yang dihasilkan.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh variasi jumlah serbuk getah pepaya (Carica papaya

L.) terhadap karakteristik mikropartikel natrium alginat yang mengandung serbuk

getah pepaya (Carica papaya L.) yang dipreparasi dengan menggunakan metode

gelasi ionik?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah serbuk getah pepaya (Carica

papaya L.) terhadap karakteristik mikropartikel natrium alginat yang mengandung

serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang dipreparasi dengan menggunakan

metode gelasi ionik.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

pengaruh variasi jumlah serbuk getah pepaya terhadap karakteristik mikropartikel

natrium alginat yang mengandung serbuk getah pepaya (Carica Papaya L.) yang

dipreparasi dengan menggunakan metode gelasi ionik.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pepaya

Tanaman pepaya (Carica pepaya L.) merupakan tanaman yang berasal

dari Amerika tropis (Pangesti et al., 2013 ). Tanaman pepaya (Carica pepaya L.)

cukup banyak dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman pepaya dapat

tumbuh pada ketinggian tempat 1-1.000 m dari permukaan laut dan pada suhu

udara 22°-26°C (Pangesti et al., 2013).

Gambar 2.1 Tanaman Pepaya (Sumber : Jeana et al., 2013)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya

(Carica papaya L.) diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Nama Latin : Carica papaya L.

b. Divisi : Spermatophyta

c. Subdivisi : Angiospermae

d. Kelas : Dinocotyledonae

e. Bangsa : Caricales

f. Suku : Caricaceae

g. Marga : Carica (Depkes, 1991 dalam Jean, 2015).

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Morfologi Tanaman

a. Habitus berbentuk perdu, tinggi ± 10 m.

b. Batang tidak berkayu, silindris, berongga, putih kotor.

c. Daun tunggal, bentuk bintang, diketiak daun, berkelamin satu, berumah dua.

d. Bunga jantan terletak pada tandan yang serupa malai, kelompok kecil, kepala

sari bentangkai pendek atau duduk, berwarna kuning, mahkota berbentuk

terompet, tepi berlaju lima, bertabung panjang, berwarna putih kekuningan.

Bunga betina berdiri sendiri mahkota lepas, kepala putih lima, duduk, bakal

buah satu, putih kekuningan.

e. Buah buni, bulat memanjang, berdaging, masih muda berwarna hijau setelah

tua jingga.

f. Biji berbentuk bulat atau bulat panjang kecil, bagian luar dibungkus selaput

berupa cairan, masih muda berwarna putih setelah tua hitam.

g. Akar tunggang, bercabang, bulat putih kekuningan ( Depkes, 1991 dalam Jean,

2015).

2.1.3 Kandungan dan Khasiat Tanaman

Pada umumnya semua bagian dari tanaman pepaya (Carica papaya L.)

dapat dimanfaatkan (Pangesti et al., 2013). Daun pepaya (Carica papaya L.)

mengandung senyawa seperti, polifenol, alkaloid karpain, flavonoid, dan pada

daun pepaya yang masih segar juga diketahui banyak menghasilkan getah yang

mengandung enzim papain (Haryani et al., 2012). Biji pepaya mengandung

senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid, flavonoid, alkaloid, steroid

dan saponin yang dapat berefek sitotoksik, anti androgen atau berefek estrogen

(Pangesti et al., 2013). Buah pepaya matang mengandung beta karoten, beta

cryptoxanthin, lutein, zaexantin, vitamin A, vitamin C, dan potassium memiliki

efek sebagai antioksidan (Estika, 2010). Getah pepaya mengandung enzim papain,

kimopapain, terpen, alkaloid, dan asam amino bebas (Jeana et al., 2013). Getah

pepaya terdapat diseluruh bagian tanaman, namun getah pepaya yang paling

banyak dan memiliki daya enzimatik tinggi terdapat pada buah yang masih muda

(Wulandari et al., 2012).

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Flavonoid merupakan senyawa golongan fenol yang memiliki khasiat

sebagai antimikroba, karena kemampuannya membentuk senyawa kompleks

dengan protein ekstraseluler terlarut serta dinding sel mikroba melalui ikatan

hidrogen, sehingga akan merusak dinding sel mikroba. Flavonoid juga bersifat

anti inflamasi, sehingga dapat mengurangi peradangan serta mengurangi rasa

sakit. Flavonoid dikenal sebagai antioksidan dan mampu meningkatkan kerja

sistem imun, karena dapat menghasilkan leukosit dengan cepat dan lebih cepat

mengaktifkan limfoid (Haryani et al., 2012).

Alkaloid karpain merupakan senyawa alkaloid khas yang dihasilkan oleh

tanaman pepaya. Alkaloid karpain bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga

efektif membunuh bakteri dan virus, bersifat detoksifikasi yang mampu

menetralisir racun dalam tubuh, serta mampu meningkatkan daya tahan tubuh

(Hariyani et al., 2012). Alkaloid berefek sitotoksik yang dapat menyebabkan

gangguan metabolisme sel spermatogenik (Pangesti et al., 2013).

Triterpenoid memiliki khasiat menghambat pertumbuhan bakteri

berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri

Escherichia coli dan Staphilococcus aureus dengan merusak membran sel bakteri,

sehingga menyebabkan kerusakan pada komponen struktural membran sel bakteri

(Pangesti et al., 2013). Antioksidan yang terdapat di dalam buah pepaya yaitu

vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan beta karoten dapat meredam dampak negatif

oksidan dengan cara mencegah pembentukan radikal bebas dan memperbaiki

kerusakan yang ditimbulkan (Estika, 2010). Beta karoten dapat meningkatkan

enzim Glutation S Tranferase (GST) sebagai unsur pencegah kanker kulit dan

paru-paru (Estika, 2010). Enzim papain yang terdapat pada getah pepaya dapat

menghancurkan protein sehingga terurai menjadi polipeptida dan dipeptida

(Wulandari et al., 2012).

2.1.4 Serbuk Getah Pepaya

Getah pepaya tersusun atas 3 jenis enzim yaitu papain (10%), kimopapain

(45%), dan lisozim (20%), serta senyawa kimia lain termasuk sulfur 1,2% dan

asam malat (0,4%) (Purwogati, 1991; Winarno, 2010 dalam Jean, 2015). Dari

ketiga enzim yang terkandung dalam getah pepaya, papain memiliki daya

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

proteolitik yang paling besar (Jean, 2015). Enzim papain merupakan senyawa

aktif yang memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan protein. Enzim

papain sebagai protease sulfhidril dapat diaktifkan oleh zat-zat pereduksi dan

menjadi tidak aktif jika terdapat zat pengoksidasi. Enzim papain memutus ikatan

peptida pada residu asparagin-glutamin, glutamat-alanin, leusin-valin, dan

penilalanin-tirosin (Rizki et al., 2014).

Gambar 2.2 Struktur Papain dalam Getah Pepaya (Sumber : Amri, Ezekiel and Florence Mamboya, 2012 )

Papain tampak sebagai serbuk putih atau putih keabu-abuan dan bersifat

agak higroskopik. Praktis larut dalam air dan gliserol, tidak larut dalam sebagian

besar pelarut organik (J. Biol, 1961 dalam Permatasari, 2007). Papain aktif pada

pH 5 tetapi dapat berfungsi dalam medium netral hingga basa. Serapan UV

maksimal pada 278 nm (J. Biol, 1961 dalam Permatasari, 2007). Papain dapat

diidentifikasi dengan menggunakan bubuk skim milk dalam asam asetat pH 5,5

pada suhu 370C yang akan membentuk koagulan (Vishal et al., 2013). Formulasi

yang terdiri dari papain dan enzim lainnya yang ada di pasaran membutuhkan

kondisi penyimpanan pada suhu dingin (2-80C) atau pada kondisi sejuk (8-25

0C)

(Sankalia et al., 2005). Ada beberapa kualitas papain, yaitu:

1. Crude Papain (papain kasar)

Crude papain merupakan getah pepaya segar yang langsung dikeringkan

tanpa perlakuan sebelumnya, kecuali penambahan antioksidan.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Refined Papain (papain bersih)

Refined papain merupakan getah segar yang sudah diberi perlakuan seperti

pemisahan kotoran (batang, daun, dan serangga) yang selanjutnya dikeringkan

menjadi papain.

3. Pure Papain (Papain Murni)

Papain murni merupakan getah setelah dibersihkan dari benda asing dan

melalui proses pemurnian dari zat bukan enzim (Voight, 1995 dalam Jean, 2015).

Papain dalam getah pepaya dapat dibuat menjadi bentuk serbuk setelah

mengalami beberapa tahapan dalam pembuatannya, meliputi:

1. Proses Pengumpulan Getah Pepaya

Pengumpulan getah pepaya segar dilakukan pada buah pepaya berumur

2,5-3 bulan. Penyadapan getah pepaya dilakukan pada pagi hari (05.30-08.00

WIB) atau sore hari (17.30-18.30 WIB) dengan cara membuat paling banyak 5

torehan pada setiah buah dari pangkal hingga ujung buah menggunakan pisau

sadap dengan kedalaman 1-2 mm dan jarak antara torehan 1-2 cm. Getah

ditampung pada nampan yang dilapisi plastik, kemudian ditambahkan 0,7%

larutan natrium metabisulfit dengan perbandingan 4 kali jumlah getah (1:4)

(Kusumastyaningrum, D., 2002 dalam Jean, 2015).

2. Pembuatan Serbuk Kasar Papain ( Crude Papain)

Getah pepaya dari hasil penyadapan dicampur dengan 0,7% larutan

natrium metbisulfit (1:4), kemudian diaduk dengan alat pengaduk hingga

homogen. Campuran getah pepaya dengan larutan natrium metabisulfit akan

membentuk suspensi getah berwarna putih susu yang agak kental. Suspensi

dikeringkan dengan menggunakan alat semprot kering (spray drying) dengan suhu

inlet 1700C dan suhu outlet 60-70

0C, sehingga diperoleh serbuk getah pepaya

kasar (crude papain) (Arifin M.F. dan Nurhidayanti L., 2008 dalam Jean, 2015).

Menurut Tekno Pangan dan Agroindustri (2008), manfaat dari papain adalah:

a. Dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam preparat farmasi seperti untuk obat

gangguan pencernaan protein, dispesia, gastritis, serta obat cacing.

b. Sebagai bahan aktif dalam pembuatan krim pembersih kulit, terutama muka. Ini

disebabkan papain dapat melarutkan sel-sel mati yang melekat pada kulit dan

sukar terlepas dengan cara fisik.

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Sebagai bahan aktif dalam pembuatan pasta gigi. Papain dalam pasta gigi

dapat membersihkan sisa protein yang melekat pada gigi. Sisa protein ini sering

menimbulkan bau busuk bila terlalu lama dibiarkan.

d. Dapat digunakan sebagai bahan penghancur sisa atau buangan hasil industri

pengalengan ikan menjadi bubur ikan atau konsentrasi protein hewani.

e. Pada industri penyamakan kulit, papain sering digunakan untuk melembutkan

kulit. Kulit yang lembut dapat dibuat sarung tangan, jaket, bahkan kaos kaki.

f. Papain sangat berperan dalam industri bir atau sering disebut sebagai obat

antidingin atau stabililiser.

g. Bahan pencuci kain sutera (deterjen) untuk membuang serat yang berlebihan.

h. Bahan pencuci lensa sehingga menjadi lembut.

i. Bahan pelarut geltin dalam proses perolehan kembali (recovery) perak dari film

yang sudah tidak terpakai.

j. Bahan perenyah dalam pembuatan kue kering seperti cracker.

k. Bahan penggumpal susu pada pembuatan keju sehingga menghilangkan

keraguan sebagian konsumen tentang pemakaian renin dari usus babi untuk

menggumpalkan susu (Silaban et al, 2012).

2.2 Natrium Alginat

Nama lain dari natrium alginat adalah algin, asam alginat, garam natrium,

E401, kelcosol, keltone, protanal, dan natrium polymannuronat. Natrium alginat

terdiri dari garam natrium dari asam alginat yang merupakan campuran asam

poliuronat yang terdiri dari residu asam D-manuronat dan asam L-guluronat.

Pemerian natrium alginat berupa serbuk putih pucat hingga berwarna coklat-

kekuningan, tidak berbau dan berasa (Rowe, Paul, Marian, 2009).

Natrium alginat praktis tidak larut dalam etanol (95%), eter, kloroform,

campuran etanol-air (kadar etanol lebih besar dari 30%), praktis tidak larut dalam

pelarut organik lainnya, dan larutan asam dengan pH kurang dari 3, tetapi

perlahan-lahan larut di dalam air membentuk larutan koloid kental. Natrium

alginat bersifat higroskopis, walaupun stabil jika disimpan pada kelembaban

yang relatif rendah dan suhu dingin. Natrium alginat stabil pada pH 4-10, jika di

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bawah pH 3 akan menghasilkan endapan asam alginat (Rowe, Paul, Marian,

2009).

Gambar 2.3 Struktur Natrium Alginat (Sumber : Agnessa, 2008)

Natrium alginat digunakan dalam berbagai formulasi farmasi oral dan

topikal. Natrium alginat juga telah digunakan dalam formulasi sustained release

oral, karena dapat menunda pelepasan obat dari tablet, kapsul, dan suspensi.

Natrium alginat telah digunakan untuk mikroenkapsulasi obat. Sistem hidrogel

yang mengandung alginat juga telah digunakan untuk pengiriman protein dan

peptida sebagai obat (Rowe, Paul, Marian, 2009).

2.3 Kalsium Klorida

Sinonim dari kalsium klorida adalah calci chloridium. Kalsium klorida

berupa bubuk berwarna putih atau kristal, butiran, atau massa kristal, dan bersifat

higroskopis (deliquescent). Sifat khas dari kalsium klorida yaitu memiliki pH 4,5–

9,2 (5% w/v larutan), titik didih >16000C, titik leleh 772

0C, sangat mudah larut

dalam air dan etanol (95%), tetapi tidak larut dalam dietil eter (Rowe, Paul,

Marian, 2009).

Kalsium klorida berfungsi sebagai antimikroba, agen terapeutik, dan agen

yang dapat menyerap air (adsorben). Aplikasi kalsium klorida di bidang farmasi

sebagai eksipien yang berhubungan dengan sifat dehidrasi, telah digunakan

sebagai pengawet antimikroba, sebagai desikan, dan sebagai astringent dalam

lotion mata. Kalsium klorida telah digunakan untuk mengontrol pelepasan bahan

aktif dari bentuk sediaan oral dengan silang pektin, atau dengan kitosan. Bentuk

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

murni kalsium klorida beracun jika diberikan secara intravena, intramuskular,

intraperitoneal, dan rute subkutan, serta beracun jika dikonsumsi, menyebabkan

gangguan lambung dan hati, iritasi mata yang parah,serta dapat menyebabkan

dermatitis (Rowe, Paul, Marian, 2009).

Gambar 2.4 Struktur Kalsium Klorida (Sumber : Pubchem)

Secara kimiawi kalsium klorida merupakan zat yang stabil, namun harus

dilindungi dari kelembaban. Penyimpanan kalsium klorida dalam wadah kedap

udara, ditempat yang sejuk dan kering. Kalsium klorida tidak kompatibel dengan

larutan karbonat, fosfat, sulfat, dan oksalat. Kalsium klorida bereaksi dengan

bromtrifluorida dan seng, akan melepaskan gas hidrogen yang mudah meledak.

Kalsium klorida memiliki reaksi eksotermis dengan air, ketika dipanaskan terjadi

dekomposisi yang akan memancarkan asap beracun klorin. Kalsium klorida

mengiritasi mata, sistem pernapasan, dan kulit, sehingga diperlukan pemakaian

sarung tangan, pelindung mata, respirator, dan pakaian pelindung lainnya (Rowe,

Paul, Marian, 2009).

2.4 Mikropartikel sebagai Sistem Penghantaran Obat

2.4.1 Definisi

Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan suatu bahan inti baik

berupa padatan, cairan, atau gas dengan suatu polimer sebagai dinding pembentuk

mikropartikel (Lachman, 1994). Mikropartikel adalah partikel padat yang

berukuran 1-1000 µm. Mikropartikel terbuat dari bahan inti yang disalut dengan

bahan penyalut seperti polimer, lilin, dan beberapa bahan protektif lain seperti

polimer sintetik yang biodegradabel dan produk alam yang termodifikasi seperti

amilum, gum, protein lemak dan lilin (Agus et al., 2010).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mikropartikel yang sferis disebut mikrosfer, terdapat 2 jenis mikrosfer

yaitu mikrokapsul dan mikromatrik. Mikrokapsul merupakan mikrosfer berinti

padat, cair atau gas yang dikelilingi oleh suatu bahan tertentu yang berbeda

dengan intinya, sedangkan mikromatrik merupakan mikrosfer dimana terdapat

senyawa yang didispersikan dalam matriksnya (Agus et al., 2010).

Gambar 2.5 Diagram skematik ilustrasi mikrosfer. (A) mikrokapsul yang terdiri

dari partikel inti yang terenkapsulasi dan (B) mikromatrik yang

terdiri dari bahan aktif yang terdispersi homogen dalam partikel

(Swarbick, 2007)

2.4.2 Tujuan Mikroenkapsulasi

Dalam bidang farmasi, mikropartikel dapat digunakan sebagai penutup

rasa pahit, perlindungan obat dari kondisi lingkungan (kelembaban, cahaya, panas,

dan/atau oksidasi), solusi pada inkompatibilitas dengan komponen lain,

mengembangkan sifat alir dari serbuk, mendapatkan sediaan lepas lambat, dan

mencegah iritasi lambung (Agus et al., 2010).

2.4.3 Keuntungan dan Kerugian Mikroenkapsulasi

Adapun keuntungan dari pembentukan mikroenkapsulasi senyawa obat

yakni sebagai berikut.

a. Dengan adanya lapisan dinding polimer, bahan inti akan terlindung dari

pengaruh lingkungan luar;

b. Dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat menjaga stabilitas

bahan inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama;

c. Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan bahan inti;

Selain memiliki beberapa keuntungan seperti yang disebutkan di atas,

mikroenkapsulasi juga memiliki kelemahan, diantaranya:

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Biasanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang sempurna atau tidak

merata sehingga akan mempengaruhi pelepasan bahan inti dari mikropartikel;

b. Dibutuhkan teknologi mikroenkapsulasi;

c. Harus dilakukan pemilihan polimer sebagai penyalut dan pelarut yang sesuai

dengan bahan inti agar diperoleh hasil mikropartikel yang baik (Lachman,

1994).

2.4.4 Faktor Keberhasilan Mikroenkapsulasi

Menurut Benita (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

mikroenkapsulasi, antara lain:

a. Sifat fisikokimia bahan inti atau zat aktif;

b. Bahan penyalut yang digunakan, meliputi polimer ataupun monomer;

c. Medium yang digunakan (air,pelarut organik, atau gas).

d. Tahap proses mikroenkapsulasi (tunggal/bertingkat);

e. Metode mikroenkapsulasi (metode kimia, fisiko kimia, atau mekanis);

f. Sifat (licin atau lengket) dan struktur dinding mikropartikel (tunggal atau

berlapis-lapis);

g. Kondisi pembuatan (basah atau kering) (Benita, 1996 dalam Kasih, 2014).

2.4.5 Komponen Penyusun Mikropartikel

Pada prinsipnya terdapat tiga bahan yang terlibat dalam pembuatan

mikropartikel ini, yaitu:

a. Bahan inti

Bahan inti merupakan bahan yang spesifik akan dilapisi oleh suatu

penyalut, dapat berupa bahan padat, gas atau cair. Selain itu, bahan inti yang

digunakan sebaiknya tidak larut atau tidak bereaksi dengan bahan penyalut dan

pelarut yang digunakan (Lachman, 1994).

b. Bahan penyalut

Penyalut adalah bahan yang digunakan untuk menyalut inti dengan tujuan

tertentu, seperti menutupi rasa dan bau yang tidak enak, perlindungan terhadap

pengaruh lingkungan, meningkatkan stabilitas, pencegahan penguapan, kesesuaian

dengan bahan inti maupun bahan lain yang berhubungan dengan proses

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penyalutan serta sesuai dengan metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Bahan

penyalut yang digunakan dapat berupa polimer alam, polimer semi sintetik,

maupun polimer sintetik. Bahan penyalut harus mampu memberikan lapisan tipis

yang kohesif dengan bahan inti, dapat bercampur secara kimia, tidak bereaksi

dengan inti (bersifat inert), dan mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan

penyalutan (Lachman, 1994).

c. Pelarut

Pelarut adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut

dan dapat mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut yang akan digunakan

dalam pembentukan mikropartikel berdasarkan sifat kelarutan dari bahan inti dan

bahan penyalut, sehingga pelarut yang digunakan tersebut tidak atau hanya sedikit

melarutkan bahan inti, tetapi dapat juga melarutkan bahan penyalut (Lachman,

1994).

2.4.6 Metode Pembuatan Mikropartikel

Metode mikroenkapsulasi terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Presipitasi dengan Penambahan Non-Solvent (Koaservasi)

Dalam metode koaservasi, mikropartikel dibuat dengan mendispersikan

partikel padat atau larutan obat ke dalam larutan polimer, diikuti pemisahan fase

dengan menambahkan pelarut organik, di mana polimer tidak dapat larut.

Penambahan non-solvent menghasilkan presipitasi polimer disekitar larutan obat

untuk membentuk mikropartikel. Penambahan non-solvent dalam jumlah yang

besar akan mengekstraksi polimer dan membuat mikropartikel semakin keras.

Mikropartikel yang dihasilkan dengan metode ini memiliki distribusi ukuran yang

luas, sehingga tidak disarankan untuk penggunaan klinis. Parameter-parameter

dalam metode ini meliputi rasio polimer-pelarut, kecepatan pengadukan, suhu

pembuatan, volume dan tipe non-solvent (Muhaimin, 2013).

b. Presipitasi Partikel dengan Partisi Pelarut

Metode ini dilakukan dengan cara melarutkan atau mensuspensikan obat

dalam polimer atau pelarut organik dengan cara menginjeksikannya ke dalam

minyak mineral. Pelarut organik akan larut di dalam minyak, sementara obat dan

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

polimer tidak larut dalam minyak, sehingga akan terjadi kopresipitasi obat dan

polimer akibat dari partisi campuran ke dalam minyak. Hasil akan tergantung

pada kelarutan obat. Jika obat larut dalam larutan polimer, obat dan polimer akan

mengalami partisi secara bersamaan. Jika obat tertahan dalam larutan polimer,

polimer akan mengalami presipitasi di antara partikel obat. Ukuran mikropartikel

yang dihasilkan cukup besar dan beragam tergantung laju alir dan diameter jarum

yang digunakan untuk menginjeksikan campuran obat-polimer. Parameter-

parameter yang mempengaruhi metode ini meliputi rasio polimer, laju alir

minyak mineral, dan polimer yang digunakan (Muhaimin, 2013).

c. Semprot Kering

Dalam metode semprot kering, obat dilarutkan ke dalam larutan polimer

dan campuran tersebut dimasukkan ke dalam alat semprot kering untuk

membentuk mikropartikel. Keuntungan dari metode ini adalah pada senyawa yang

larut maupun tidak larut dapat dibuat menjadi sferik, tidak seperti metode

emulsifikasi tunggal O/W yang tidak cocok untuk senyawa yang larut air. Metode

ini dapat menghasilkan mikropartikel dengan ukuran diameter 5-125 µm

(Muhaimin, 2013).

d. Metode Ekstraksi dengan Fluida Superkritis

Penggunaan fluida superkritis sebagai media ektraksi merupakan alternatif

yang menjanjikan untuk pembentukan mikropartikel obat dan eksipien farmasi.

Ada dua alasan utama untuk menggunakan metode ini, pertama pemilihan

kemampuan melarut dari pelarut untuk memisahkan komponen partikular dari

campuran multikomponen. Kedua, keuntungan transfer masa bebas dan tingginya

solubilitas pelarut dalam fluida superkritis membuat pengeringan mikropartikel

cepat dan efisien dengan sedikit residu pelarut (Muhaimin, 2013).

e. Metode Penguapan Pelarut

Metode ini telah digunakan secara luas untuk membuat mikropartikel

yang mengandung obat. Parameter-parameter yang mempengaruhi sifat

mikropartikel yang terbentuk yaitu kelarutan obat, morfologi, tipe pelarut, laju

difusi, suhu, komposisi polimer, viskositas polimer, dan muatan obat. Keefektifan

dari metode penguapan pelarut adalah untuk menghasilkan mikropartikel

bergantung pada keberhasilan zat aktif terperangkap dalam partikel dan proses ini

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lebih sering berhasil pada obat yang tidak larut atau kelarutannya yang buruk di

dalam air. Ada beberapa perbedaan pembuatan mikropartikel dengan metode

penguapan pelarut. Pemilihan metode ini dapat memberikan peningkatan efisiensi

enkapsulasi obat, tergantung dari sifat obat hidrofilik atau hidrofobik (Muhaimin,

2013).

1. Proses Emulsi Tunggal

Proses ini melibatkan emulsi minyak dalam air. Sistem emulsi yang

mengandung fase organik terdiri dari pelarut yang mudah menguap dengan

melarutkan polimer dan obat yang akan dienkapsulasi, kemudian dienkapsulasi

dalam fase air yang mengandung surfaktan terlarut. Metode ini banyak digunakan

untuk obat yang tidak larut dan memiliki kelarutan yang buruk di dalam air.

Metode ini merupakan metode paling sederhana di antara metode lain dalam

penguapan pelarut (Muhaimin, 2013).

Kebanyakan sistem menggunakan emulsi minyak dalam air untuk

membentuk mikropartikel, di mana pada fase organik mengandung pelarut yang

mudah menguap pada polimer terlarut dan obat untuk dienkapsulasi sementara

pada fase air yang mengandung surfaktan terlarut. Surfaktan organik dimasukkan

ke dalam fase air untuk mencegah koalesen ketika droplet terbentuk. Larutan

obat-polimer-pelarut diemulsifikasikan untuk membentuk emulsi O/W. emulsi

dibuat dengan menggunakan pengaduk propeller atau batang magnetik untuk

mencampur fase organik dan fase air. Surfaktan digunakan untuk menyetabilkan

droplet yang terbentuk pada fase dispersi selama emulsifikasi dan mencegah

koalesen. Ketika emulsi terbentuk, kemudian terfokus pada penghilangan pelarut

dengan cara penguapan atau ekstraksi untuk mengambil droplet mikropartikel.

Dalam penghilangan pelarut dengan cara penguapan, emulsi dijaga pada tekanan

rendah atau tekanan atmosfer dan kecepatan pengadukan dikurangi untuk

menguapkan pelarut (Muhaimin, 2013).

Untuk cara ektraksi, emulsi ditransfer ke dalam air atau medium lainnya

yang mengandung droplet minyak. Laju penghilangan pelarut dengan cara

ekstraksi tergantung pada suhu dari medium, rasio volume emulsi untuk medium,

dan karakteristik kelarutan dari polimer, pelarut, dan medium pendispersi.

Konsentrsi tinggi akan menghasilkan partikel dengan porositas tinggi yang dapat

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memberikan profil pelepasan yang tidak diinginkan. Metode penghilangan pelarut

dengan cara ekstraksi lebih cepat dibandingkan dengan proses penguapan pelarut.

Salah satu kekurangan emulsifikasi O/W yaitu efisiensi ekapsulasi yang buruk

untuk obat yang memiliki kelarutan sedang di dalam air. Proses emulsifikasi O/W

paling banyak digunakan untuk enkapsulasi obat yang larut lemak. Untuk

meningkatkan efisiensi enkapsulasi obat yang larut air digunakan metode

emulsifikasi O/O, dalam metode ini obat dapat terlarut atau tertahan dalam fase

minyak sebelum didispersikan dalam fase minyak lainnya (Muhaimin, 2013).

2. Proses Emulsi Ganda

Metode O/W tidak cocok untuk enkapsulasi obat yang bersifat hidrofilik.

Hal ini dikarenakan oleh obat hidrofilik tidak dapat larut dalam pelarut organik

dan obat akan berdifusi ke dalam fase kontinyu selama emulsifikasi yang akan

menghasilkan kehilangan obat dalam jumlah besar (Muhaimin, 2013). Ada empat

metode alternatif untuk proses enkapsulasi obat yang bersifat hidrofilik, yaitu :

a. Emulsi ganda W/O/W

Dalam metode ini, larutan dari obat yang bersifat hidrofilik diemulsifikasi

dengan fase organik (emulsi W/O). Emulsi kemudian didispersikan ke dalam air

untuk membentuk emulsi ganda W/O/W.

b. Metode kosolven O/W

Ketika obat tidak larut dalam pelarut organik utama, pelarut kedua yang

disebut kosolven dibutuhkan untuk melarutkan obat.

c. Metode dispersi O/W

Obat didispersikan untuk membentuk bubuk padatan pada larutan polimer

dan pelarut organik.

d. Metode penguapan pelarut non air O/O

Pada metode ini, fase air untuk mendisfersikan obat diganti dengan

minyak, contohnya minyak mineral (Muhaimin, 2013).

Proses emulsi ganda biasanya digunakan untuk obat yang tidak larut dalam

pelarut organik. Proses emulsi padatan dalam minyak dalam air (S/O/W) dapat

digunakan untuk enkapsulasi obat dalam ukuran kecil. Ukuran diameter kristal

harus lebih kecil dibandingkan dengan diameter mikropartikel yang diinginkan

untuk menghindari ledakan besar terkait proses disolusi. Ukuran kristal yang lebih

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kecil akan terdistribusi homogen dalam droplet organik membentuk emulsi

(Muhaimin, 2013).

Masalah dalam enkapsulasi obat yang bersifat hidrofilik adalah kehilangan

obat ke dalam fase air ekternal selama pembentukan mikropartikel. Bersamaan

dengan kehilangan obat dalam fase air ekternal, obat yang tersisa akan berpindah

menuju ke permukaan droplet sebelum mengeras. Untuk meminimalisir masalah

tersebut, droplet organik harus dikeraskan menjadi mikropartikel secepatnya dan

semaksimal mungkin dengan cara menggunakan pelarut organik kental dari

polimer dan obat. Volume terbesar kedua dari air dapat menarik larutan organik

ke dalam fase air dengan segera. Fase dispersi kental meminimalisir volume

pelarut organik, memberikan penghilangan yang cepat pada droplet dan membuat

partikel obat sulit berpindah menuju permukaan, menghasilkan distribusi obat

yang lebih homogen pada mikropartikel (Muhaimin, 2013).

Alternatif lain untuk enkapsulasi obat yang bersifat hidrofilik adalah

dengan proses emulsi air dalam minyak dalam air (W/O/W). Larutan air dari obat

ditambahkan ke dalam fase organik yang mengandung polimer dan pelarut

organik dengan pengadukan konstan untuk membentuk emulsi W/O. Emulsi W/O

yang terbentuk didispersikan ke dalam fase air lainnya yang mengandung

surfaktan untuk membentuk emulsi W/O/W. Masalah yang muncul dalam emulsi

ini adalah ketika emulsi pertama tidak stabil, sehingga akan menghasilkan

kehilangan droplet air yang mengandung obat dalam fase air kedua. Pemilihan

surfaktan yang dapat digunakan untuk menyetabilkan emulsi pertama terbatas

pada bahan yang dapat melarut dalam pelarut organik. Surfaktan yang sering

digunakan seperti ester asam lemak dari polioksietilen atau sorbitan, karena

memiliki kelarutan yang tinggi dalam pelarut organik, dan biokompatibilitas yang

baik (Muhaimin, 2013).

2.4.7 Mekanisme Pelepasan Obat dari Mikropartikel

Mekanisme pelepasan obat dari mikropartikel yang dihasilkan tergantung

pada komposisi dan morfologi polimer, ukuran, dan kepadatan partikel yang

terbentuk, serta sifat fisikokimia dari obat yang dimasukkan ke dalam

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mikropartikel. Pelepasan secara in vitro tergantung pada pH, polaritas, dan

adanya enzim dalam media disolusi (Rani et al., 2010).

Umumnya ada tiga mekanisme pelepasan zat aktif dari mikropartikel,

yaitu difusi, degradasi atau erosi polimer, atau kombinasi antara difusi dan erosi.

Gambar 2.6 Diagram Mekanisme Pelepasan Obat (Sumber : Kumar et al., 2011)

Mekanisme pelepasan zat aktif dengan cara difusi terjadi jika zat aktif

kontak dengan cairan gastrointestinal, di mana cairan akan berdifusi menembus

ke dalam partikel yang akan menyebabkan pelarutan zat aktif dan larutan zat

aktif akan berdifusi keluar dari penyalut (Kumar et al., 2011). Beberapa penyalut

dapat dirancang untuk terdegradasi secara perlahan-lahan. Degradasi atau erosi

polimer merupakan hilangnya polimer diiringi dengan akumulasi monomer di

dalam medium pelepasan. Erosi dari polimer dimulai dengan perubahan

mikrostruktur dari pembawa penetrasi cairan di dalam penyalut (Kumar et al.,

2011).

2.5 Gelasi Ionik

Gelasi atau pembentukan gel merupakan penggabungan atau pengikatan

silang rantai-rantai polimer membentuk jarigan tiga dimensi dan dapat merangkap

air di dalamnya menjadi suatu struktur yang kompak dan kaku (Fardiaz, 1989

Pelepasan Obat

Difusi Degradasi Polimer

Degradasi Enzimatik

Hidrolisis

Erosi Permukaan

Erosi Keseluruhan

Kombinasi

Kombinasi

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam Tri, 2010). Gelasi ionik didasarkan pada kemampuan makromolekul untuk

bertaut silang dengan adanya ion yang bermuatan berlawanan untuk membentuk

hidrogel. Metode gelasi ionik telah banyak digunakan pada proses enkapsulasi

polisakarida alam seperti alginat, pektin, kitosan, dan karboksimetil selulosa

(Patil et al., 2010).

Pada pembentukan butiran mikropartikel dengan metode gelasi ionik,

polisakarida dilarutkan dalam pelarut, kemudian diteteskan ke dalam larutan

sambung silang dengan pengadukan konstan sehingga terbentuk butiran hidrogel.

Butiran hidrogel yang terbentuk disaring, lalu dibilas dengan aquadest dan

selanjutnya dikeringkan. Agen sambung silang yang digunakan untuk gelasi ionik

dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu agen sambung silang berbobot molekul

rendah, misalnya CaCl2, BaCl2, MgCl2, zink asetat, pirofosfat, tripolifosfat,

tetrapolifosfat, sedangkan agen sambung silang berbobot molekul tinggi, seperti

lauril dan setilstearil sulfat (Racovita et al., 2009 dalam Tri, 2010).

Terjadinya ikatan silang (crosslink) secara fisik yang bersifat reversibel

dari interaksi elektrostatik untuk menyetabilkan kompleks mikropartikel yang

terbentuk (Park dan Yeo, 2007). Ikatan bersifat reversibel sehingga dapat

menghindari adanya toksisitas reagen dan efek lain yang tidak diharapkan (Park

dan Yeo, 2007). Contoh pasangan polimer yang dapat digunakan untuk gelasi

ionik ini antara lain kitosan dengan tripolifosfat dan kitosan dengan

karboksimetilselulosa (Park dan Yeo, 2007). Reaksi kimia antara natrium alginat

dengan kalsium klorida akan membentuk mikropartikel kalsium alginat

(Deshmukh et al., 2009). Menurut Patil et al (2012), faktor-faktor yang

mempengaruhi metode gelasi ionik, antara lain.

a. Konsentrasi polimer dan elektrolit sambung silang

Konsentrasi polimer dan elektrolit memiliki pengaruh besar pada

formulasi partikel dengan metode gelasi ionik. Konsentrasi keduanya harus dalam

rasio yang dihitung dari jumlah unit sambung silang.Variasi persen efisiensi

penjerapan berasal dari jenis elektrolit dan konsentrasi elektrolit.

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Suhu

Suhu juga memainkan peranan pada ukuran partikel yang terbentuk oleh

metode gelasi ionik. Selain itu, waktu pendiaman juga berpengaruh, yaitu waktu

yang dibutuhkan untuk terbentuk ikatan silang.

c. pH larutan sambung silang

pH larutan sambung silang juga faktor yang dipertimbangkan selama

formulasi, karena menunjukkan efek pada laju reaksi, bentuk, dan ukuran partikel.

d. Konsentrasi obat

Obat yang akan terperangkap dalam partikel harus dalam rasio yang tepat

dengan polimer, karena konsentrasi obat sangat mempengaruhi efisiensi

penjerapan, jika rasio obat dengan polimer melebihi kisaran maka efek bursting

dapat diamati, densitas dari gelispheres meningkat, ukuran dan bentuk dari

gelispheres juga meningkat.

e. Konsentrasi zat pembentuk gas

Agen pembentuk gas, seperti kalsium karbonat dan natrium bikarbonat

yang ditambahkan ke dalam formulasi untuk menghasilkan gelispheres berpori,

sangat mempengaruhi ukuran dan bentuk gelispheres berpori, lapisan gelispheres

rusak, dan hasilnya menjadikan permukaan tidak teratur.

2.6 Evaluasi Mikropartikel

Karekterisasi mikropartikel dapat digunakan untuk pengembangan

formulasi, memperkirakan kinerja secara in vivo, dan untuk mengatasi masalah-

masalah dalam proses pembuatan mikropartikel.

2.6.1 Uji Perolehan Kembali

Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan total

mikropartikel yang diperoleh terhadap total zat aktif dengan polimer yang

digunakan pada pembuatan mikropartikel. Untuk menentukan faktor perolehan

kembali digunakan rumus (Kumar et al., 2011) :

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : % PK = faktor perolehan kembali (%) , Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh

(g), Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel (g)

2.6.2 Penetapan Kadar Air

Mikropartikel diukur kadar airnya menggunakan alat pengukur kadar

lembab (moisture balance) pada suhu 105⁰C. Lalu dihitung kadar air konstan

(Sugindro, 2008 dalam Kasih, 2014).

2.6.3 Penentuan Distribusi Ukuran Mikropartikel

Ukuran dan distribusi partikel merupakan karakteristik paling penting

untuk memperkirakan distribusi secara in vivo, biologis, toksisitas, dan

kemampuan untuk targeting (Mohanraj dan Chen, 2006). Pelepasan obat juga

dipengaruhi oleh ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel maka semakin

besar luas area permukaannya. Namun, semakin banyak obat yang bergabung

menjadi atau mendekati permukaan partikel, akan menyebabkan pelepasan obat

yang cepat. Bagaimanapun, partikel yang lebih besar memiliki inti yang besar di

mana akan memungkinkan lebih banyak obat yang dapat dienkapsulasi dan sedikit

demi sedikit berdifusi keluar.

Partikel-partikel yang memiliki ukuran kecil juga memiliki resiko tinggi

mengalami agregasi selama penyimpanan dan distribusi. Hal ini selalu menjadi

tantangan dalam memformulasi partikel dengan ukuran yang kecil namun dengan

stabilitas yang paling maksimal (Mohanraj dan Chen, 2006). Ada banyak metode

yang digunakan untuk mengetahui ukuran partikel, misalnya:

a. Mikroskopi

Menggunakan alat mikroskop optik untuk pengukuran ukuran partikel

yang berkisar 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm (Kasih, 2014).

b. Pengayakan

Pada metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi

oleh The National Standars. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-

partikel yang lebih besar, tetapi jika digunakan sangat hati-hati, ayakan-ayakan

tersebut dapat digunakan untuk mengayak bahan sampai 44 µm. Untuk menguji

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kehalusan serbuk suatu sampel tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan

digoyangkan selama waktu tertentu dan bahan yang melalui suatu ayakan ditahan

oleh ayakan berikutnya yang lebih halus kemudian dikumpulkan dan ditimbang

(Kasih, 2014).

c. Sedimentasi (Metode Andreason Pipette)

Penggunaan ultrasentrifugasi untuk penentuan berat molekul dari polimer

yang tinggi. Sampel ditarik dari bawah menggunakan pipet, dan sejumlah padatan

ditentukan dengan pegeringan dan penimbangan (Kasih, 2014).

2.6.4 Efisiensi Penjerapan

Idealnya, mikropartikel yang terbentuk memiliki kapasitas pembawa obat

yang tinggi, sehingga akan mengurangi jumlah material matriks yang digunakan.

Efisiensi penjerapan sangat bergantung pada kelarutan obat yang stabil dalam

material matriks atau polimer, di mana akan berkaitan dengan komposisi polimer,

bobot molekul, dan intraksi antar obat dengan polimer (Mohanraj dan Chen,

2006).

Penentuan kandungan obat mikropartikel dilakukan untuk mengetahui

banyaknya zat aktif yang dapat terkapsulasi dan efisiensi metode yang digunakan.

Mikropartikel dapat mengandung bahan inti sampai 99% dihitung terhadap berat

mikropartikel. Metode yang digunakan tergantung dari kelarutan bahan penyalut

dan bahan inti, salah satu metodenya yaitu dengan spektrofotometri UV-Vis.

Jika bahan inti dan bahan penyalut larut dalam pelarut bukan air, maka

penentuan kandungan mikropartikel dilakukan dengan melarutkan mikropartikel

dalam pelarut organik yang sesuai dan kadar obat kemudian ditentukan dengan

metode analisa yang sesuai. Jika hanya bahan inti saja yang larut dalam air,

sedangkan bahan penyalutnya tidak larut makan dapat dilakukan pelarutan

mikropartikel dalam air dengan pengadukan kecepatan tinggi, sehingga bahan

penyalut akan terlarut atau dapat pula dilakukan penggerusan mikropartikel,

sehingga penyalut pecah dan inti dapat terlarut dalam pelarut yang sesuai. Setelah

itu, dilakukan penyaringan untuk menghilangkan fragmen polimer yang tidak

larut. Bahan inti selanjutnya ditentukan kadarnya dengan metode analisa yang

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sesuai (Lachamn, 1994). Efisiensi penjerapan dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus (Kumar et al., 2011):

( ) ( )

( )

2.6.5 Uji Aktivitas Proteolitik

Kualitas serbuk getah pepaya sangat ditentukan oleh kekuatan atau

kemampuan enzim protease untuk memecah protein yang disebut dengan aktivitas

proteolitik (Rizki et al., 2014). Menurut Muchtadi (1992), aktivitas proteolitik

dipengaruhi oleh konsentrasi, pH, suhu, waktu inkubasi, kekuatan ion dan

tekanan. Aktivitas papain juga dipengaruhi oleh karakteristik getah pepaya yang

digunakan untuk isolasi enzim protease serta pengeringan getah (Rosdianti, 2008).

Aktvitas proteolitik ditandai dengan proses pemecahan substrat menjadi

produk oleh gugus histidin dan sistein pada sisi aktif enzim (Rosdianti, 2008).

Beveridge (1996) memaparkan bahwa selama proses katalisis hidrolisis gugus-

gugus amida, mula-mula gugus sistein yang bersifat sangat reaktif berikatan

dengan substrat pada sisi aktif papain sehingga dihasilkan ikatan kovalen substrat

dengan enzim. Kemudian gugus histidin terprotonasi sehingga berikatan dengan

nitrogen yang terdapat di dalam substrat, akibatnya gugus amin pada substrat

berdifusi dan kedudukannya digantikan oleh molekul-molekul air yang akan

menghidrolisis hasil intermediet sehingg mengembalikan enzim ke dalam bentuk

dan fungsinya seperti semula (Rosdianti, 2008). Aktivitas proteolitik dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan :

Aktivitas proteolitik =

( )

Keterangan: Tirosin : konsentrasi tirosin yang terbentuk; v : volume total sampel pada tiap tabung

mL); q : waktu inkubasi (menit); p : jumlah enzim (mL); Fp: faktor pengenceran

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sediaan Padat, Laboratorium

Penelitian 1, Laboratorium Penelitian 2 Program Studi Farmasi, dan Laboratorium

Farmakologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian berlangsung selama 7 bulan, dari bulan Februari sampai

dengan Agustus 2015.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan meliputi syringe (5 mL) dan jarum (ukuran 30 G)

(PT. Anugerah Argon Medica, Indonesia), spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U-

2910, Jepang), optical microscopy (Olympus 1x71), moisture balance (WIGGEN,

Jepang), oven (Eyela NDO-400, Jepang), pengaduk magnetik (advantec SRS 710

HA), stand up stirrer (IKA RW 20 Digital, Jepang), timbangan analitik (AND

GH-202, Jepang), pH meter (Horiba f-52, Jepang), termometer, mikropipet, dan

alat-alat gelas lainnya yang umum digunakan di laboratorium.

3.2.2 Bahan

Serbuk getah pepaya (CV. Anugerah, Indonesia), natrium alginat (CV.

Total Equipment, Indonesia), kalsium klorida (CV. Total Equipment, Indonesia),

tirosin (Sigma Aldrich, Indonesia), kasein, sistein (Sigma Aldrich, Indonesia),

natrium hidroksida (PT. Brataco, Indonesia), kalium dihidrogen fosfat (PT.

Brataco, Indonesia), tricloroacetic acid (TCA), dan aquadest.

3.3 Formula Mikropartikel

Formula mikropartikel natrium alginat yang mengandung serbuk getah

pepaya yang dibuat dengan menggunakan metode gelasi ionik disajikan pada tabel

3.1

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.1 Formula Mikropartikel Natrium Alginat yang Mengandung Serbuk

Getah Pepaya

3.4 Pembuatan Mikropartikel

Bahan-bahan yang digunakan, seperti serbuk getah pepaya (Carica papaya

L.), natrium alginat, dan kalsium klorida ditimbang secara akurat menggunakan

timbangan analitik. Untuk mengembangkan natrium alginat digunakan aquadest

yang telah dipanaskan di atas hot plate suhu 700C. Sedikit aquadest yang telah

dipanaskan digunakan untuk membilas alu dan lumpang. Natrium alginat

sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian 100 mL aquadest

ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga membentuk

mucilago natrium alginat. Mucilago natrium alginat dipindahkan ke dalam beaker

glass, kemudian diaduk menggunakan alat pengaduk stand up stirrer dengan

kecepatan 300 rpm selama 30 menit. Serbuk getah pepaya (Carica papaya L.)

yang telah dilarutkan ke dalam 10 mL aquadest dimasukan ke dalam mucilago

natrium alginat, selanjutnya diaduk kembali menggunakan alat pengaduk stand up

stirrer dengan kecepatan 300 rpm selama 30 menit.

Larutan kalsium klorida dibuat dengan cara melarutkan 2 g kalsium

klorida dalam 100 mL aquadest di dalam beaker glass sambil diaduk

menggunakan batang pengaduk hingga terbentuk larutan kalsium klorida yang

homogen. Mikropartikel serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) dibentuk

dengan cara meneteskan dispersi mucilago natrium alginat- serbuk getah pepaya

(Carica papaya L.) melalui syringe (ukuran-30 G) ke dalam larutan kalsium

klorida. Mikropartikel yang terbentuk dibiarkan dalam larutan kalsium klorida

selama 30 menit, kemudian disaring dan dicuci dengan menggunakan aquadest.

Mikropartikel yang terbentuk dikeringkan di dalam oven selama 10 jam pada suhu

Bahan Berat (g)

Formula I Formula II

Serbuk getah pepaya 0,4 0,8

Natrium alginat 2 2

Kalsium klorida 2 2

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

370C, kemudian disimpan di dalam desikator selama 2 hari (Chakraverty, 2012,

dengan modifikasi).

3.5 Evaluasi Mikropartikel

3.5.1 Uji Perolehan Kembali

Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan bobot total

mikropartikel yang diperoleh terhadap bobot bahan pembentuk mikropartikel. Uji

perolehan kembali dilakukan dengan cara menimbang dengan seksama serbuk

getah pepaya (Carica papaya L.), natrium alginat, dan kalsium klorida sebagai

bobot bahan pembentuk mikropartikel. Mikropartikel yang terbentuk ditimbang

dan dicatat sebagai bobot total mikropartikel yang diperoleh. Persentase faktor

perolehan kembali diperoleh dari persamaan (Kumar et al., 2011) :

Keterangan : % PK = faktor perolehan kembali (%), Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh

(g), Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel (g)

3.5.2 Penetapan Kadar Air

Pengujian kadar air yang terdapat pada mikropartikel dilakukan dengan

menggunakan alat pengukur kadar air (moisture balance). Mikropartikel yang

terbentuk ditimbang di atas cawan aluminium sebanyak 1 g, selanjutnya alat

diatur pada suhu 105⁰C untuk mengukur kadar air (Sugindro, 2008 dalam Kasih,

2014).

3.5.3 Penentuan Distribusi Ukuran Partikel

Penentuan distribusi ukuran mikropartikel serbuk getah papaya (Carica

papaya L.) dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik (optical

microscopy). Sejumlah mikropartikel diletakkan di kaca objek, kemudian dilihat

di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali (Weekarody, 2008 dalam Kasih,

2014 dengan modifikasi).

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5.4 Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Mikropartikel

Pemeriksaan bentuk dan morfologi mikropartikel dilakukan dengan

menggunakan mikroskop optik (optical microscopy). Mikropartikel yang

terbentuk diletakkan di atas kaca objek, kemudian dianalisa menggunakan

mikroskop optik dengan perbesaran 100 kali (Sari et al., 2012, dengan

modifikasi).

3.5.5 Uji Aktivitas Proteolitik Mikropartikel

3.5.5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Tirosin

Untuk pengujian aktivitas proteolitik serbuk getah papaya (Carica

papaya L.) dibuat kurva kalibrasi tirosin sebagai baku standar. Sebelum membuat

kurva kalibrasi, terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang

maksimum tirosin dengan cara 10 mg tirosin dilarutkan dengan aquadest sampai

100 mL. Kemudian dilakukan pengukuran serapan tirosin pada panjang

gelombang 250-350 nm dengan menggunakan spektofotometer UV-Vis. Dari

hasil pengukuran, dapat diperoleh panjang gelombang maksimum dengan melihat

serapan yang tinggi (Jean, 2015).

3.5.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tirosin

Untuk membuat kurva kalibrasi, larutan induk tirosin dibuat dengan cara

melarutkan 10 mg tirosin dalam 10 mL aquadest. Selanjutnya dibuat seri

konsentrasi 25 ppm, 35 ppm, 45 ppm, 55 ppm, 65 ppm, 75 ppm, dan 85 ppm

sebanyak 10 mL dari larutan induk. Tiap seri larutan diukur serapannya pada

panjang gelombang maksimum yang diperoleh dengan menggunakan

spektofotometer UV-Vis. Dibuat kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan

antara serapan dengan konsentrasi larutan (Jean, 2015).

3.5.5.3 Pengujian Aktivitas Proteolitik

Sebanyak 50 mg mikropartikel digerus di dalam mortar, kemudian

dilarutkan dalam 25 mL dapar fosfat pH 6,5 dan diaduk dengan menggunakan

pengaduk magnetik selama 45 menit. Sisa dinding mikropartikel dipisahkan

dengan cara filtrasi. Filtrat sebanyak 2 mL, ditambahkan 2 mL EDTA, 2 mL

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sistein, 2 mL kasein, kemudian campuran diinkubasi selama 20 menit pada suhu

370C. Reaksi dihentikan dengan penambahan TCA 6 mL, kemudian disaring.

Filtrat diinkubasi selama 20 menit pada suhu 370C. Aktivitas proteolitik serbuk

getah pepaya (Carica papaya L.) ditentukan oleh jumlah tirosin yang dihasilkan

dari reaksi dengan kasein melalui pengukuran menggunakan spektrofotometer

UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (Fernando et al., 2011). Aktivitas

proteolitik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Alviyulita, 2014):

Aktivitas proteolitik =

( )

Keterangan: Tirosin (konsentrasi tirosin yang terbentuk); v (volume total sample pada tiap tabung

dalam mL); q (waktu inkubasi dalam menit); p (jumlah enzim yang dgunakan dalam

mL); Fp (faktor pengenceran).

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formulasi Mikropartikel

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan mikropartikel natrium alginat

yang mengandung serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) dengan menggunakan

metode gelasi ionic. Mikropartikel yang terbentuk ditujukan untuk penggunaan

topikal sebagai agen exfoliating (agen pengelupas kulit) dalam sediaan scrub.

Sebelumnya, Permatasari (2007) telah berhasil membuat mikropartikel papain

yang disalut dengan polimer natrium alginat menggunakan metode gelasi ionik

untuk penggunaan oral. Proses pembuatan mikropartikel papain oleh Permatasari

(2007) dilakukan pengoptimasian terhadap konsentrasi natrium alginat,

konsentrasi kalsium klorida, dan kecepatan pengadukan untuk melihat

pengaruhnya terhadap karakteristik mikropartikel yang terbentuk. Penelitian

Permatasari (2007) memberikan hasil bahwa karakteristik mikropartikel paling

baik dengan konsentrsi natrium alginat 1%, papain yang digunakan 200 mg, dan

kalsium klorida 0,1 M yang dibuat dengan kecepatan pengadukan 300 rpm.

Pada penelitian Permatasari (2007) tidak dilakukan optimasi terhadap

perbandingan polimer dengan papain sebagai zat aktif dalam pembuatan

mikropartikel. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat mikropartikel natrium

alginat yang mengandung serbuk getah pepaya dengan menggunakan metode

gelasi ionik dengan cara memvariasikan jumlah serbuk getah pepaya untuk

mengetahui karakteristik mikropartikel yang dihasilkan.

Pada proses pembuatan mikropartikel, natrium alginat didispersikan ke

dalam aquadest hingga terbentuk mucilago, kemudian serbuk getah pepaya yang

telah dilarutkan di dalam aquadest didispersikan ke dalam mucilage natrium

alginat dengan bantuan alat pengaduk stand up stirrer pada kecepatan pengadukan

300 rpm selama 30 menit hingga terbentuk dispersi natrium alginat-serbuk getah

pepaya yang homogen. Pemilihan kecepatan pengadukan 300 rpm dalam

pembuatan mikropartikel didasarkan pada pembentukan ikatan sambung silang

antara natrium alginat dengan kalsium klorida yang lebih sempurna, sehingga baik

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

morfologi maupun efisiensi penjerapannya lebih baik dibandingkan dengan

kecepatan pengadukan yang lebih tinggi (Permatasari, 2007).

Setelah terbentuk dispersi yang homogen antara natrium alginat-serbuk

getah pepaya, dilakukan evaluasi viskositas menggunakan viscometer dengan

spindle nomor 3 pada berbagai kecepatan pengadukan. Hasil evaluasi viskositas

dari setiap formula dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Viskositas Formula Mikropartikel Natrium Alginat yang Mengandung

Serbuk Getah Pepaya (Carica papaya L.)

Berdasarkan evaluasi viskositas yang telah dilakukan, dispersi natrium

alginat-serbuk getah pepaya dengan viskositas 873-885 cps dapat mengalir

melewati syringe dengan ukuran needle 30 G. Penggunaan syringe dengan ukuran

needle 30 G diharapkan ukuran mikropartikel yang dihasilkan sekecil mungkin.

Ketika dispersi natrium alginat-serbuk getah pepaya dialirkan melewati syringe

menuju ke dalam larutan kalsium klorida, terjadi ikatan sambung silang. Dalam

reaksi sambung silang, satu ion kalsium dari kalsium klorida menggantikan dua

ion natrium dari natrium alginat yang menyebabkan gerakan molekular terbatas

dan menghambat pengembangan polimer dalam suatu media, sehingga

menghasilkan mikropartikel kalsium alginat yang tidak larut di dalam air

(Permatasari, 2007). Secara teoritis, pada saat natrium alginat didispersikan ke

dalam aquadest terjadi pemutusan ikatan ion Na+

dengan monomer-monomer

utama natrium alginat, yaitu asam glukoronat dan manuronat. Pada saat penetesan

dispersi natrium alginat ke dalam larutan kalsium klorida terjadi repolimerisasi

antara asam glukoronat dan manuronat dengan ion Ca2+

dari kalsium klorida yang

ditandai dengan terbentuknya butiran berwarna putih (Abror et al., 2015).

Mikropartikel yang terbentuk dibiarkan di dalam larutan kalsium klorida

selama 30 menit untuk membentuk butiran mikropartikel yang sempurna. Setelah

Formula Viskostas (cps)

FI 873,33±1,53

FII 885,67±1,12

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

direndam selama 30 menit, mikropartikel dicuci dengan menggunakan aquadest

untuk membersihkan sisa larutan kalsium klorida yang melekat saat sambung

silang (Beshay, 2003).

Gambar 4.1 Mikropartikel Sebelum dan Sesudah Pengeringan a. Mikropartikel Formula

I Sebelum Dikeringkan; b. Mikropartikel Formula I Setelah Dikeringkan;

c. Mikropartikel Formula II Sebelum Dikeringkan; d. Mikropartikel

Formula II Setelah Dikeringkan.

Mikropartikel dikeringkan di dalam oven dengan suhu 370C, karena pada

suhu 370C dapat menghasilkan aktivitas enzimatik yang tetap stabil (Fernando et

al., 2011). Pengeringan mikropartikel di dalam oven dilakukan selama 10 jam,

kemudian mikropartikel disimpan di dalam desikator selama 2 hari. Mikropartikel

yang dihasilkan dari pengeringan berupa butiran berwarna putih kekuningan,

keras, dan tidak larut di dalam air.

4.2 Evaluasi Mikropartikel

4.2.1 Uji Perolehan Kembali

Tabel 4.2 Hasil Uji Perolehan Kembali

Nilai perolehan kembali merupakan faktor yang penting untuk mengetahui

metode yang digunakan sudah baik atau tidak (Rosidah, 2010). Nilai perolehan

Formula % Perolehan Kembali

F I 38,875±5,32

F II 41,719±1,67

a

b

c

d

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kembali ditentukan dengan membandingkan total mikropartikel yang diperoleh

terhadap total zat aktif dengan polimer yang digunakan pada pembuatan

mikropartikel (Kumar et al., 2011). Dalam pembuatan mikropartikel dengan

metode gelasi ionik, total mikropartikel yang diperoleh dibandingkan dengan total

bahan pembentuk mikropartikel yang terdiri dari massa natrium alginat, kalsium

klorida, dan serbuk getah pepaya sebagai zat aktif.

Nilai perolehan kembali dari formulasi mengalami peningkatan seiring

dengan bertambahnya bobot serbuk getah pepaya yang digunakan, di mana nilai

perolehan kembali pada Formula II lebih besar dari Formula I, meskipun

perbedaannya tidak terlalu besar. Dari perhitungan nilai perolehan kembali

dihasilkan persentase yang cukup rendah yaitu 35,114 % untuk Formula I dan

40,542 % untuk Formula II.

Nilai perolehan kembali yang kecil kemungkinan disebabkan oleh dispersi

natrium alginat-serbuk getah pepaya yang menempel pada bagian ujung syringe,

sehingga terjadi penumpukan dispersi natrium alginat-serbuk getah. Penumpukan

dispersi terebut menyebabkan sulitnya dispersi natrium alginat-serbuk getah

pepaya keluar dari needle. Hal ini memicu untuk melakukan pergantian needle

setiap kali syringe sulit mengeluarkan dispersi natrium alginat-serbuk getah

pepaya, sehingga banyak dispersi natrium alginat-serbuk getah pepaya yang

terbuang.

Selain itu, cara pengeringan mikropartikel menggunakan oven pada suhu

370C dapat menyebabkan menyusutnya ukuran mikropartikel setelah proses

pengeringan, sehingga hilangnya kelembaban dari polimer. Berkurangnya

kelembaban dari polimer akan mengurangi berat mikropartikel yang dihasilkan

(Febrianisa, 2012).

4.2.2 Penetapan Kadar Air

Tabel 4.3 Hasil Penetapan Kadar Air

Formula Kadar Air (%)

FI 8,83±0,04

FII 8,96±0,06

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penetapan kadar air pada mikropartikel dilakukan untuk mengetahui

jumlah air yang terkandung di dalam mikropartikel, karena kadar air yang tinggi

akan mempengaruhi stabilitas suatu sediaan. Kadar air yang tinggi lebih rentan

terhadap pencemaran mikroorganisme. Syarat kadar air yang diperbolehkan

adalah kurang dari 10% (Faradiba et al., 2013). Berdasarkan hasil pengukuran

persentase kadar air di dalam mikropartikel, pada kedua Formula memenuhi

persyaratan di mana kadar air di dalam mikropartikel yang dihasilkan kurang dari

10%, yaitu Formula I sebesar 8,83% dan Formula II sebesar 8,96 %

4.2.3 Penentuan Distribusi Ukuran Partikel

Tabel 4.4 Rata-rata Ukuran Partikel

Evaluasi distribusi ukuran partikel bertujuan untuk mengetahui diameter

rata-rata ukuran mikropartikel yang didapatkan. Metode yang digunakan dalam

pengujian distribusi ukuran partikel adalah mikroskop optik. Mikropartikel di

simpan di atas kaca objek tanpa perlakuan apapun. Hal ini didasarkan pada ukuran

mikropartikel yang dihasilkan cukup besar dan dapat dilihat secara kasat mata,

sehingga tidak diperlukan pendispersian mikropartikel dalam suatu medium.

Distribusi ukuran partikel dari tiap formula dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Ukuran Partikel

0

5

10

15

20

25

30

0 200 400 600 800

Ju

mla

h p

art

ikel

(b

ua

h)

Diameter rata-rata (µm)

Formula I

Formula

II

Formula Rata-rata Ukuran

Partikel (µm)

FI 489, 68±1,08

FII 507, 97±0,41

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.5 Distribusi Ukuran Partikel Formula I

Rentang Ukuran

Partikel (µm)

Diameter Rata-rata

(µm)

Jumlah Partikel

pengujian I (buah)

Jumlah Partikel

Pengujian II (buah)

200 – 250 225 2 2

251 – 301 276 1 1

302 – 352 327 4 4

353 – 403 378 10 11

404 – 454 429 17 16

455 – 505 480 23 21

506 – 556 531 16 17

557 – 607 582 18 18

608 – 658 633 6 7

>658 658 3 3

Tabel 4.6 Distribusi Ukuran Partikel Formula II

Rentang Ukuran

Partikel (µm)

Diameter Rata-rata

(µm)

Jumlah Partikel

pengujian I (buah)

Jumlah Partikel

Pengujian II (buah)

200 – 250 225 0 0

251 – 301 276 0 0

302 – 352 327 2 3

353 – 403 378 8 6

404 – 454 429 19 19

455 – 505 480 28 30

506 – 556 531 12 14

557 – 607 582 13 11

608 – 658 633 9 10

>658 658 9 7

Menurut Chang (2013), sediaan yang mengandung agen exfoliating bentuk

mikropartikel memiliki rentang ukuran 60-800 µm. Berdasarkan hasil pengujian,

distribusi ukuran partikel dari kedua formula memenuhi persyaratan untuk

dijadikan egen exfoliating. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian yaitu pada

Formula I memiliki diameter rata-rata sebesar 488,91 µm, sedangkan Formula II

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memiliki diameter rata-rata sebesar 508,26 µm. Adanya sedikit perbedaan nilai

diameter rata-rata ukuran partikel pada Formula I dan Formula II dipengaruhi oleh

perbedaan jumlah zat aktif yang digunakan, di mana ukuran partikel akan

meningkat dengan meningkatnya jumlah zat aktif (Sari et al., 2012). Pada

Formula II dengan kandungan serbuk getah pepaya sebanyak 0,8 g memiliki rata-

rata ukuran partikel yang lebih besar yaitu 507,97 µm dibandingkan pada Formula

I dengan kandungan serbuk getah pepaya sebanyak 0,4 g memiliki rata-rata

ukuran partikel yang lebih kecil yaitu 489,68 µm.

Penggunaan jumlah zat aktif yang berbeda dapat diasumsikan bahwa pada

Formula I dan Formula II memiliki viskositas yang berbeda. Berdasarkan evaluasi

viskositas, Formula II memiliki viskositas yang lebih besar jika dibandingkan

dengan Formula I, walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. Viskositas akan

berpengaruh terhadap distribusi ukuran partikel pada mikropartikel yang

dihasilkan.

Ukuran diameter mikropartikel yang dibuat dengan metode gelasi ionik

konvensional umumnya tergantung pada diameter needle yang digunakan selama

proses pembuatan (Febrianisa, 2012). Pada proses pembuatan mikropartikel

digunakan needle yang berukuran sama yaitu 30 G. Pada Formula II dengan

viskositas yang lebih besar akan membutuhkan tekanan yang besar untuk

mengeluarkan tetesan demi tetesan dispersi natrium alginat-serbuk getah pepaya.

Viskositas yang lebih besar akan lebih mampu untuk mempertahankan bentuknya,

karena tahanan untuk mengalirnya dispersi natrium alginat-serbuk getah pepaya

lebih besar, sehingga pada saat diberi tekanan akan membentuk mikropartikel

berukuran lebih besar. Sebaliknya, pada Formula I dengan viskositas yang lebih

kecil memiliki tahanan yang kecil untuk mengalirnya dispersi natrium alginat-

serbuk getah pepaya dan akan membutuhkan tekanan yang lebih kecil untuk

mengeluarkan dispersi natrium alginat-serbuk getah pepaya, sehingga ukuran

partikel yang terbentuk lebih kecil.

Metode pengeringan juga mempengaruhi ukuran mikropartikel karena

proses pengeringan akan menyebabkan hilangnya kelembaban dari polimer,

sedangkan ukuran partikel obat tetap sama setelah pengeringan (Das, Ka Yun Ng,

dan Paul 2010).

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.4 Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Mikropartikel

Pemeriksaan morfologi mikropartikel dilakukan dengan menggunakan

mikroskop optik pada pembesaran 100 kali. Hasil pemeriksaan morfologi

mikropartikel dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, bentuk mikropartikel yang didapatkan

tidak sferis. Pada bagian ujung mikropartikel berbentuk lancip yang disebabkan

oleh proses pembuatan dengan menggunakan syringe yang memiliki ujung needle

yang lancip. Permukaan mikropartikel dari kedua formula tidak rata dan

berlubang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh larutan yang tidak homogen,

sehingga menyebabkan terperangkapnya gelembung-gelembung udara (Febriyenti

et al., 2013). Pengeringan juga berpengaruh terhadap morfologi mikropartikel.

Sebelum pengeringan, mikropartikel yang dihasilkan berbentuk sferis, tetapi

setelah dikeringkan bentuk mikropartikel menjadi tidak rata. Hal ini disebabkan

karena transfer panas pada saat pengeringan, sehingga air yang terjerap pada

mikropartikel basah terdesak keluar sehingga struktur mikropartikel menjadi tidak

sferis (Sari et al., 2012).

Gambar 4.3 Hasil Pemeriksaan Morfologi Mikropartikel

Menggunakan Mikroskop Optik dengan Perbesaran 100 kali. a. Mikropartikel

Formula I; b. Mikropartikel Formula II.

Pengamatan terhadap morfologi mikropartikel dengan menggunakan

mikroskop optik menghasilkan tampilan mikropartikel yang kurang jelas, di mana

hanya terlihat permukaan dari mikropartikel tanpa melihat bagian mikropartikel

secara detail. Kurangnya ketajaman pengamatan dengan menggunakan mikroskop

a

b

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

optik ini, diperlukan pengamatan morfologi mikropartikel lebih lanjut dengan

menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy).

4.2.5 Uji Aktivitas Proteolitik Mikropartikel

4.2.5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Tirosin

Penentuan panjang gelombang maksimum tirosin dibuat dalam larutan

dengan konsentrasi 100 ppm pada medium aquadest dengan metode

spektrofotometri UV-Vis. Berdasarkan literatur, tirosin memiliki panjang

gelombang 200-350 nm (Jean, 2015). Dalam penelitian Rizki et al (2014), tirosin

memiliki panjang gelombang maksimum 274,80 nm. Berdasarkan hasil analisa

menggunakan spektrofotometer UV-Vis panjang gelombang maksimum tirosin

dalam aquadest sama dengan hasil penelitian Rizki et al (2014) yaitu 274 nm.

Panjang gelombang maksimum tirosin yang dihasilkan, selanjutnya akan

digunakan untuk pengukuran kurva kalibrasi tirosin. Hasil selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 10.

4.2.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Tirosin

Kurva kalibrasi tirosin dibuat dalam medium aquadest dengan membuat

seri pengenceran dari larutan induk 100 ppm yang diukur serapannnya pada

panjang gelombang maksimum 274 nm. Kurva kalibrasi tirosin dibuat antara

konsentrasi larutan tirosin terhadap absorbansi berdasarkan hukum Lambert-Beer

(Rizki et al., 2014). Keabsahan kurva kalibrasi tirosin dapat diuji dengan

menentukan harga koefisien korelasi (r) yang menyatakan ukuran kesempurnaan

hubungan antara kosentrasi larutan standar dan absorbansinya (Rizki et al., 2014).

Korelasi dinyatakan sempurna jika nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1

(Rizki et al., 2014). Data persamaan regresi linier yang diperoleh yaitu y =

0,111x-0,006 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,999. Hasil kurva

kalibrasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

Nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh mendekati 1, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai koefisien korelasi layak, artinya titik-titik pada kurva

kalibrasi mendekati kemiringannya (Rizki et al., 2014). Kurva kalibrasi tirosin

digunakan untuk menentukan aktivitas proteolitik serbuk getah pepaya.

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.5.3 Pengujian Aktivitas Proteolitik

Tabel 4.8 Hasil Uji Aktivitas Proteolitik

Pengujian aktivitas proteolitik bertujuan untuk mengetahui aktivitas

proteolitik enzim dari serbuk getah pepaya yang terdapat di dalam mikropartikel.

Pengujian aktivitas proteolitik serbuk getah pepaya pada penelitian ini

menggunakan metode Walter. Metode Walter didasarkan pada kemampuan enzim

untuk menghidrolisis substrat kasein menjadi peptida dan asam amino tirosin

(Puspita et al., 2005). Tirosin yang terbentuk ini dijadikan dasar dalam penentuan

aktivitas proteolitik enzim (Puspita et al., 2005). Hasil pengujian aktivitas

proteolitik terhadap mikropartikel dan serbuk getah pepaya sangat kecil. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

Nilai aktivitas proteolitik yang sangat kecil ini kemungkinan disebabkan

oleh kecilnyanya kandungan enzim yang terdapat di dalam serbuk getah pepaya.

Serbuk getah pepaya yang digunakan dalam penelitian ini merupakan serbuk

getah pepaya komersial berupa crude papain (papain kasar), di mana dalam

pembuatannya belum mengalami proses pemisahan dengan senyawa lain dan

sering ditambahkan zat pengisi (Jean, 2015). Menurut Winarno (2005), serbuk

getah pepaya (crude papain) komersial yang beredar di pasaran cenderung lebih

rendah aktivitas proteolitiknya disebabkan oleh banyaknya bahan pengisi dalam

serbuk getah pepaya komersial (Nugroho et al., 2013).

Aktivitas proteolitik dalam bentuk mikropartikel lebih besar dibandingkan

dalam bentuk serbuk getah pepaya yaitu 0,0004624 untuk formula I dan

0,0007621 untuk formula II, sedangkan untuk aktivitas serbuk getah pepaya

sebesar 0,0000978. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perlindungan

dari penyalutan polimer natrium alginat dalam bentuk mikropartikel, sehingga

dapat menjaga stabilitas dan meningkatkan aktivitas proteolitik. Berdasarkan

Formula Aktivitas Proteolitik (TU)

FI 0,0004624±2,28 x 10-5

FII 0,0007621±1,19 x 10-4

Serbuk Getah Pepaya 0,0000978±3,35 x 10-6

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penelitian yang dilakukan oleh Chih-Hui Yang (2014) terhadap aktivitas protease

Brassica oleracea Chlorophyllase 1 (BoCLH1) bahwa bentuk mikropartikel dapat

menjaga stabilitas dan adanya kemungkinan meningkatkan aktivitas

proteolitiknya. Meningkatnya aktivitas proteolitik kemunginan disebabkan oleh

adanya ion Na+ dari natrium alginat dan ion Ca

2+ dari kalsium klorida yang

menjadi sumber kofaktor yang dapat mengaktifkan enzim (Sumaryanto, Deden

RW, dan Mahyudin AR, 2012).

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengaruh variasi jumlah serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) terhadap

karakteristik mikropartikel natrium alginat yang mengandung serbuk getah

pepaya yang dipreparasi dengan metode gelasi ionik adalah pada Formula

I nilai perolehan kembali 35,114%, kadar air 8,82%, diameter rata-rata

partikel 488,91 µm, bentuk mikropartikel tidak sferis dengan permukaan

tidak rata dan berlubang, dan aktivitas proteolitik 0,0004624 TU,

sedangkan pada Formula II nilai perolehan kembali 40,542%, kadar air

8,92%, diameter rata-rata partikel 508,26 µm, bentuk mikropartikel tidak

sferis dengan permukaan tidak rata dan berlubang, dan aktivitas proteolitik

0,0007621 TU.

2. Seiring bertambahnya jumlah serbuk getah pepaya yang ditambahkan ke

dalam formula akan meningkatkan nilai perolehan kembali, kadar air,

diameter rata-rata partikel, dan aktivitas proteolitik.

5.2 Saran

1. Perlu pemilihan pemasok zat aktif yang berkualitas baik.

2. Perlu identifikasi zat aktif sebelum melakukan formulasi.

3. Optimasi jumlah polimer terhadap peningkatan jumlah serbuk getah pepaya

untuk memperoleh efisiensi penjerapan yang maksimal.

4. Optimasi pengujian aktivitas proteolitik untuk memperoleh hasil yang

maksimal.

5. Pembuatan mikropartikel dengan metode lain, seperti penguapan pelarut,

spray dry, koaservasi, atau freeze dry.

6. Mengganti polimer natrium alginat dengan polimer lain untuk melihat

karakterisasi mikropartikel.

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Agus et al. (2010). Pengaruh pH Larutan Tripolifosfat Terhadap Karakteristik

Fisik Serta Profil Pelepasan Mikropartikel Teofilin-Chitosan. Majalah

Ilmu Kefarmasian. Surabaya : Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi

Universitas Airlangga, 8 (2).

Alviyulita et al. (2014). Pengaruh Penambahan Ammonium Sulfat (NH4)2SO4 dan

Waktu Perendaman Buffer Fosfat terhadap Perolehan Kembali Crude

Papain dari Daun Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Teknik Kimia. Medan

: Universitas Sumatera Utara, 3 (3).

Amri, Ezekiel and Florence Mamboya. (2012). Papain, a Plant Enzyme of

Biological Importance: a Review. Department of Science and Laboratory

Technology Dar es Salaam Institute of Technology (DIT) Tanzania.

American Journal of Biochemistry and Biotechnology. Vol.8 (2): 99-

104.

Benita, S. (1996). Microencapsulation : Methods and Industrial Application. New

York : Marcel Dekker, inc. : 1-139.

Beshay, Usama. (2003). Production of Alkaline Protease by Teredinobacter

turnirae Cells Immobilized in Ca-alginate Beads. Egypt : African Journal

of Biotechnology. Vol. 2 (3) : 60–6

Chakraverty, Raja. (2012). Preparation and Evaluation of Sustained Release

Microsphere of Norfloxacin Using Sodium Alginat. India : Guru Nanak

Institute of Pharmaucetical Science and Rechnology. Vol.3(1): 293-299.

Chih-Hui Yang et al. (2014). Immobilization of Brassica oleracea Chlorophyllase

1 (BoCLH1) and Candida rugosa Lipase (CRL) in Magnetic Alginate

Beads: An Enzymatic Evaluation in the Corresponding Proteins. Taiwan :

mdpi Molecules Vol. 19 : 11800-11815.

Claudineai et al. (2007). Determination of Papain Activity in Topical Dosage

Forms : Single Laboratory Validation Assay. Brazil : Latin American

Journal of Pharmacy. Vol. 26(5): 771.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Claudineia et al. (2011). Comparative Study of The Stability of Free and Modified

Papain Incorporated in Topical Formulation. Brazil : Brazillian Journal of

Pharmaceutical Science.Vol. 47.

Das S, Ka Yun Ng, dan Paul. (2010). Formulation and Optimization of Zinc

Pectinate Beads for The Controled Delivery of Resveratrol. AAPS.

PharmSciTech Vol. 11. No.2.

Deshmukh, V.N, J.K Jadhav, V.J Masirkar, and D.M Sakarkar.(2009). Formulation, Optimization and Evaluation of Controlled Release Alginate

Microspheres Using Synergy Gum Blends. India : Sudhakarrao Naik

Institute of Pharmacy. Research J. Pharm. and Tech.2 (2): ISSN 0974-

3618.

Estika, Tiur Sitomorang. (2010). Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica pepaya

L.) sebagai Hepatoprotektor terhadap Hepar Mencit yang Dipapar

Paracetamol. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebeles Maret.

Faradiba et al. (2013). Formulasi Granul Effervescent Ektrak Etanol Daun Jambu

Biji (Psidium guajava LINN). Makassar : Majalah Farmsi dan

Farmakologi. Vol. 12. No.2.

Febrianisa, Nurul. (2012). Preparasi dan Karakterisasi Bead Zink Pektinat-

Kitosan Mengandung Pentoksifillin. Depok : FMIPA, Universitas

Indonesia.

Febriyenti, Elfi Sahlan Ben, Tiara Prima. (2013). Formulasi Mikrokapsul

Glikuidon Menggunakan Penyalut Etil Selulosa dengan Metode

Emulsifikasi Penguapan Pelarut. Prosiding Seminar Nasional

Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III. ISSN: 2339-2592.

Fernando et al. (2011). Production and Characterization of Chitosan

Microparticles Containing Papain for Controlled Release Aplication.

Brazil : State University of Campinas. Elsevier.Vol. 205. Hal. 65-70.

Futuchul et al. (2012). Optimasi Formula Emulgel Serbuk Kasar Papain. Depok :

Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila.

Hariyadi et al. (2013). Optimasi Mikrosfer Ovalbumin-Alginat yang Diproduksi

dengan Teknik Aerosolisasi.Surabaya : PharmaScientia Vol. 2. No.1.

Haryani et al. (2012). Uji Efektivitas Daun Pepaya (Carica papaya) untuk

Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophilia pada Ikan Mas Koki

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Carassius auratus). Sukabumi : Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(3),

213-220.

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/5284359#section=Top. Di akses pada

tanggal 10 Oktober 2015 pukul 22.47

Jean, Luckie. (2015). Uji Stabilitas Aktivitas Proteolitik dan Potensi Daya

Hambat Mikroba Sediaan Emulgel Serbuk Kasar Papain. Depok :

Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila.

Jeana et al. (2013). Chemical Analysis of Carica papaya L. Crude Latex.

American Journal of Plant Sciences. Vol. 4, 1941-1948.

Kasih, Nirmala. (2014). Formulasi dan Karakterisasi Mikropartikel Ekstrak

Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan

Metode Semprot Kering (Spray Drying). Skripsi. Jakarta : Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Klein, Traudi, Renata Longhini, Marcos L.Bruschi, Joao C.P.de Mello. (2015).

Microparticles Containing Guarana Extract Obtained by Spray-Drying

Technique : Development and Characterization. Brazil : Elvesier Revista

Brasileira de Farmacognosia 25 : 292–300

Kumar, B.Pavan., Chandiran, L. Sarath., Bhavya, L., dan Sindhur, M. (2011).

Microparticulate Drug Delivery System : A Riview. India : Departement

of Pharmaucetical.

Lachman,L., Herbert, L., dan Joseph, L.K. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri Edisi 1 dan 2.Terj.dari The Theory and Practice of Industrial

Pharmacy, oleh Siti Suyatmi. Jakarta : Penerbit UI Press. : 429 dan 860-

892.

Lay Hui Tan, Lai Wah Chan, and Paul Wan Sia Heng. (2009). Alginat/starch

Composites as Wall Material to Achieve Microencapsulation with High

Oil Loading. Department of Phamacy Singapore : Informa healthcare

Journal of Mikroencapsulation, 26 (3), 263-271.

Michelle Chang. (2013). Microplastics in Facial Exfoliating Cleansers. Spring.

Mohanraj, V.J dan Y Chen. (2006). Nanoparticel : A Review. Belgia : Tropical

Journal of Pharmaceutical 561-573.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Muhaimin.(2013).Study of Microparticle Preparation by The Solvent Evaporation

Method Using Focused Beam Reflectance Measurement (FBRM).

Disertasi. Jerman : Eingereicht in Fachbereich Biologie, Chemie,

Pharmazie der Freien Universitat Berlin.

Nugroho, Khamim Iswanto, Dr.Ir.Sudarminto S.Y.M.App.Sc, Ella Saparianti,

STP.MP. (2013). Karakteristik Aktivitas Proteolitik Enzim Papain Kasar

(Kajian Zat Pengaktif dan Suhu Pengeringan). Malang : Universitas

Brawijaya.

Pangesti et al. (2013). “Permen Manis Biji Pepaya” Permen Antibakteri

Escerichia coli Biji Pepaya (Carica papaya L.). Yogyakarta : Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

Park, K., dan Yeo, Y. (2007). Microencapsulation Technology. Dalam: Swabrick,

J. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd

ed, New York:

Informa Healthcare, USA, 4, 2317.

Patil, J, M.V. Kamalapur, S.C. Marapur, and D.V. Kadam. (2010). Ionotropic

Gelation and Polyelectrolyte Complexation: The Novel Techniques to

Design Hydrogel Particulate Sustained, Modulated Drug Delivery System

: A Review. India : Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures,

5 (2), 241 – 248.

Patil, P., Chavanke, D. and Wagh, M. (2012). A Review on Ionotropic Gelation

Method: Novel Approach for Controlled Gastroretentive Gelispheres.

International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, 4 (4), 27-

32.

Permatasari, Dahlia. (2007). Mikroenkapsulasi Papain untuk Sediaan Oral

Menggunakan Teknik Pautan Silang Alginat dengan Kalsium Klorida

sebagai “Cross-Linker”. Skripsi. Bandung : Fakultas Sains dan Teknologi

Farmasi Institut Teknologi Bandung.

Puspita et al. (2005). Penentuan Kondisi Optimum Enzim Papain dari Pepaya

Burung Varietas Jawa (Carica papaya). Surabaya : Indo.J.Chem, 5 (2),

147-151.

Racovita, S., Vasiliu, S., Popa, M., and Luca, C. (2009). Polysaccharides Based

on Micro- and Nanoparticles Obtained by Ionic Gelation and Their

Applications as Drug Delivery System. Revue Roumanie de Chimie, 54,

709-718.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rani, Manjusha, Anuja Agarwal, Yuvraj Singh Negi.(2010). Review : Chitosan

Based Hydrogel Polumeric Beads-As drug Delivery System. BioResources

5 (4), 2765-2807.

Rizki et al. (2014). Pengaruh Penambahan Natrium Klorida (NaCl) dan Waktu

Perendaman Buffer Fosfat Terhadap Perolehan Crude Papain dari Daun

Pepaya (Carica papaya, L.). Jurnal Teknik Kimia USU, 3 (3).

Rowe, R.C.,Shesky, P.L., dan Owen S.C. (2009). Handbook Pharmaucetical

Excipients (6th

Ed.). London: The Pharmaucetical Press and The

American Pharmacist Association. 679-681.

Rosdianti, Ida. (2011). Pemenfaatan Enzim Papain dalam Produksi Hidrolisat

Protein dari Limbah Industri Minyak Kelapa. Skripsi. Bogor : Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Saraei et al. (2013). Design and Evaluate Alginate Nanoparticles as a Protein

Delivery System.Dalam Archives of Razi Institute, 68 (2), 139-146.

Sari, Ratna, Desy Puspita RA, dan M. Agus Syamsur Rijal. (2012). Pengaruh

Perbandingan Obat-Polimer terhadap Karakteristik Fisik dan Pelepasan

Mikropartikel Ketoprofen-Kitosan. PharmaScientia,1 (2).

Sankalia et al. (2005). Papain Entrapment in Alginate Beads for Stability

Improvement and Site-Specific Delivery. India : Physicochemical

Characterization and Factorial Optimazation Using Neural Network

Modeling. Dalam AAPS PharmSciTech.

Sharma et al. (2011). Enteric Microsphere Formulations of Papain for Oral

Delivery. Dalam Yakugaku Zasshi. Japan : The Pharmaceutical Sociaty of

Japan.

Silaban et al. (2012). Kajian Pemanfaatan Enzim Papain Getah Buah Pepaya

untuk Melunakkan Daging. Tesis. Medan : Program Studi Magister

Pendidikan Kimia Universitas Negeri Medan.

Sinha et al. (2004). Chitosan Microspheres as a Potential Carrier for Drug :

Review. India : Elvesier International Journal of Pharmaceutics, 274,1-

33.

Sivakami, S dan D.,Chatterji. (1980). Spectroscopic Studies on the Denaturation

of Papain Solubilized and Triton X-100-Solubilized Glucoamylase from

Rabbit Small Intestine. J.BioSci, 2 (3).

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sugindro, Etik, M., dan Joshita, D. (2008). Pembuatan dan Mikroenkapsulasi

Ekstrak Etanol Bii Jinten HItam Pahit (Nigella sativa Linn.). Depok :

Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol No.2, Agustus 2008, 58-66.

Sumaryanto, Deden RW, dan Mahyudin AR. (2012). Pengaruh Penambahan Zat-

zat Aditif pada Aktivitas Protease oleh Bacillus megaterium DSM 319.

PPKIT BPPT, FFUP, P3TB, TAB BPPT. http://jifi.ffup.org/wp-

content/uploads/2012/03/efek-penambahan-zat-aditif-sumaryanto.pdf

Diakses pada tanggal 16 Oktober 2015 pukul 08.30 WIB.

Snyder, L.R., J.J. Kirkland, and Glajch. (1997). Practical HPLC Method

Development 2th

Edition. New York : John Willey AND Sons, Inc.p.119-

144, 643-728, 736.

Swarbick, J. (2007). Encyclopedia of Pharmaucetical Technology. (3rd

. ed).

(Volume. 1) USA : Informa Healthcare USA, inc 2328-2338.

Tu et al. (2005). Alginate Microparticles Prepared by Spray-Coagulation Method:

Preparation, Drug Loading, and Release Characterization. USA:

International Journal of Pharmaceutics,303, 171-18.

Ubaidilah, M.S. Abror dan Sari Edi Cahyaningrum. (2015). The Effect of Varied

Concentration Cosslink Agent on Characteristic of Pyrazinamide Encapsulated.

Departement of Chemistry Faculty of Mathematics and Natural Science. UNESA

Journal of Chemistry. Vol.4 (1).

Vishal et al. (2013). Pepsin, Papain, and Hyaluronidase Enzyme Analysis: A

Review. International Journal of Research in Pharmacy and Science. 3(1),

01-18.

Weerakody, R., Fagan, P., Kosaraju, S.L. (2008). Chitosan Microspheres For

Encapsulation Of α-Lipoic Acid. Australia : Food Science Australia.

Widiastuti, Agustin. (2011). Pengaruh Dosis Injeksi Antemortem Papain Kasar

Terhadap Kualitas Fisik dan Organoleptik Daging Ayam Petelur Afkir

pada Bagian Tubuh yang Berbeda. Skripsi. Surakarta : Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret.

Wulandari, Sri, Arnentis, dan Sri Rahayu. (2012). Potensi GETAH Buah Pepaya

(Carica papaya L.) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes albopitus.

Riau : Jurnal Biogenesis, 9 (1).

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

48 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pembahasan

Kesimpulan

Pengecekan Viskositas Dispersi

Natrium alginat-Serbuk Getah

Pepaya

Formulasi Mikropartikel

Natrium alginat-Serbuk

Getah Pepaya

Pembuatan Mikropartikel

Analisis Data

Uji

Perolehan

Kembali

Penetapan

Kadar Air

Pemeriksaan

Bentuk dan

Morfologi

Penentuan

Distribusi

Ukuran Partikel

Uji

Efisiensi

Penjerapa

n

Pengujian

Aktivitas

Proteolitik

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Timbangan Analitik pH meter

Hot plate Stirer

Moisture Balance

Mikroskop Optik

Spuit Spektrofotometer UV- Vis

Natrium alginat

Oven

Kalsium klorida Serbuk Getah Pepaya Tirosin

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Uji Viskositas

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Lampiran 4. Hasil Uji Perolehan Kembali (PK)

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Keterangan : %PK = faktor perolehan kembali (%), Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh (g),

Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel (g)

Formula Viskositas (cps) Rata-rata Viskositas

(cps) SD

FI

873

873,33 1,53 872

875

FII

885

885,67 1,12 885

887

Formula Bobot

Natrium

alginat

(g)

Bobot

Kalsium

klorida

(g)

Bobot

Serbuk

Getah

Pepaya

(g)

Wm

(g)

Wt

(g)

% PK Rata-

rata %

PK

SD

FI 2 2 0,4

1,545

4,4

35,114

38,875

5,32

1,876 42,636

FII 2 2 0,8

1,946

4,8

40,542

41,719

1,67

2,059 42,896

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Contoh Perhitungan % PK

Formula I

Diketahui : Wm = 1,545 g; Wt = 4,4 g

Ditanyakan : % PK = ?

Penyelesaian : % PK =

% PK =

% PK = 35, 114%

Formula II

Diketahui : Wm = 1,946 g; Wt = 4,8 g

Ditanyakan : % PK = ?

Penyelesaian : % PK =

% PK =

% PK = 40,542%

Lampiran 6. Kadar Air

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Formula % Kadar Air Rata-rata % Kadar Air SD

FI 8,85

8,83 0,04 8,80

FII 8,92

8,96 0,06 9,0

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Distribusi Ukuran Partikel

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Ukuran Partikel

(µm)

Rata-Rata

(Median) FI FII

Rata-rata

FI

Rata-rata

FII

200 – 250 225 2 0 450 0

251 – 301 276 1 0 276 0

302 – 352 327 4 2 1308 654

353 – 403 378 10 8 3780 3024

404 – 454 429 17 19 7293 8151

455 – 505 480 23 28 11040 13440

506 – 556 531 16 12 8496 6372

557 – 607 582 18 13 10476 7566

608 – 658 633 6 9 3798 5697

>658 658 3 9 1974 5922

Total 100 100 48891 50826

Rata-rata ukuran partikel 488,91 508,26

Ukuran Partikel

(µm)

Rata-Rata

(Median) FI FII

Rata-rata

FI

Rata-rata

FII

200 – 250 225 2 0 450 0

251 – 301 276 1 0 276 0

302 – 352 327 4 3 1308 981

353 – 403 378 11 6 4158 2264

404 – 454 429 16 19 6864 8151

455 – 505 480 21 30 10080 14400

506 – 556 531 17 14 9027 7434

557 – 607 582 18 11 10476 6402

608 – 658 633 7 10 4431 6630

>658 658 3 7 1974 4506

Total 100 100 49044 50768

Rata-rata ukuran partikel 490,44 507,68

Formula Rata-rata Ukuran

Partikel Rata-rata Ukuran SD

FI 488,91

489,68 1,08 490,44

FII 508,26

507,97 0,41 507,68

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Tirosin dalam Medium

Aquadest (λ maks = 274 nm)

Lampiran 9. Data Absorbansi Kurva Standar Tirosin dalam Aquadest.

C (ppm) Absorbansi

0 0,000

2,5 0,271

3,5 0,375

4,5 0,494

5,5 0,618

6,5 0,707

7,5 0,824

8,5 0,953

274 nm

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Kurva Kalibrasi Tirosin dalam Medium Aquadest.

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Aktivitas Proteolitik

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Aktivitas proteolitik =

( )

Keterangan: Tirosin : konsentrasi tirosin yang terbentuk (mg/mL); v : volume total sample pada

tiap tabung (mL); q : waktu inkubasi (menit); p : jumlah enzim (mL); Fp : faktor

pengenceran

y = 0.1115x - 0.0064 R² = 0.9992

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 5 10

Ab

sorb

an

si

absorbansi(y)

Linear

(absorbansi(y))

Konsentrasi (ppm)

Formula Absorbansi

Konsentrasi

Tirosin

(ppm)

Aktivitas

Proteolitik (TU)

Rata-rata

Aktivitas

proteolitik (TU)

SD

I

0,149 1,396 x 10-3

0,0004886

0,0004624 2,28 x 10-5

0,136 1,279 x 10-3

0,0004477

0,137 1,288 x 10-3

0,0004508

II

0,217 2,009 x 10-3

0,0007032

0,0007621 1,19 x 10-4

0,279 2,568 x 10-3

0,0008988

0,211 1,955 x 10-3

0,0006843

Serbuk

Getah

Pepaya

0,025 2,79 x 10-4

0,0000977 0,0000978

3,35 x 10

-6 0,024 2,70 x 10

-4 0,0000945

0,026 2,89 x 10-4

0,0001012

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Aktivitas Proteolitik

Formula I

Abs = 0,149

y = 0,111x - 0,006

0,149 = 0,111x - 0,006

0,111x = 0,149 + 0,006

x =

x = 1,396 ppm = 1,396 µg/mL = 1,396x10-3

mg/mL

Diketahui : Tirosin = 1,396x10-3

mg/mL= 0,001396 mg/mL

v = 14 ml

p = 2 ml

q = 20 menit

Fp = 1

Ditanyakan : nilai aktivitas proteolitik ?

Penyelesaian : Aktivitas proteolitik =

( )

=

( )

= 0,0004886 TU

Formula II

Abs = 0,217

y = 0,111x - 0,006

0,217 = 0,111x - 0,006

0,111x = 0,217 + 0,006

x =

x = 2,009 ppm = 2,009 µg/mL = 2,009x10-3

mg/mL

Diketahui : Tirosin = 2,009x10-3

mg/mL = 0,002009 mg/mL

v = 14 ml

p = 2 ml

q = 20 menit

Fp = 1

Ditanyakan : nilai aktivitas proteolitik ?

Penyelesaian : Aktivitas proteolitik =

( )

=

( )

= 0,0007032 TU

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Serbuk Getah Pepaya

Abs = 0,025

y = 0,111x - 0,006

0,025 = 0,111x - 0,006

0,111x = 0,025 + 0,006

x =

x = 0,279 ppm = 0,279 µg/mL = 2,79 x10-4

mg/mL

Diketahui : Tirosin = 2,79 x10-4

mg/mL= 0,000279 mg/mL

v = 14 ml

p = 2 ml

q = 20 menit

Fp = 1

Ditanyakan : nilai aktivitas proteolitik ?

Penyelesaian : Aktivitas proteolitik =

( )

=

( )

= 0,0000977 TU

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Sertifikat Analisis Serbuk Getah Pepaya

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Sertifikat Analisis Natrium Alginat

Lampiran 17. Sertifikat Analisis Kalsium Klorida

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Sertifikat Analisis Kalsium Klorida

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Sertifikat Analisis Tirosin

3050 Spruce Street, Saint Louis, MO63103USA

Email USA: [email protected] Outside USA: [email protected]

Certificate of Analysis

Product Name: Product Number: Batch Number: Brand: CAS Number: Formula:

L-TYROSINE reagent grade, >= 98 % HPLC T3754 BCBM9228V Sigma-Aldrich 60-18-4 4-(HO)C6H4CH2CH(NH2)CO2H

Formula Weight: 181.19

Quality Release Date: 10 APR 2014

Recommended Retest Date: FEB 2024

TEST SPECIFICATION RESULT

APPEARANCE (COLOR) WHITE TO OFF-WHITE WHITE

APPEARANCE (FORM) POWDER POWDER

PURITY (HPLC AREA %) 98 % 99.7 %

SPECIFIC ROTATION (20/D) -9.8 TO -11.2 DEGREES -10.9 DEGREES

CONCENTRATION C=5 IN 1M HYDROCHLORIC ACID

AT

C=5 IN 1M HYDROCHLORIC ACID AT

25 C 25 C

SOLUBILITY (COLOR) COLORLESS TO LIGHT YELLOW ALMOST COLORLESS

SOLUBILITY (TURBIDITY) CLEAR (< 3.5 NTU) CLEAR (<3.5 NTU)

SOLUBILITY (METHOD) 50MG/ML IN 1M HYDROCHLORIC

ACID 50MG/ML IN 1M HYDROCHLORIC

ACID

CARBON CONTENT 58.5 - 60.8 % 59.5 %

NITROGEN CONTENT 7.4 - 8.0 % 7.8 %

INFRARED SPECTRUM CONFORMS TO STRUCTURE CONFORMS

Dr. Claudia Geitner Manager Quality Control Buchs, Switzerland

Sigma-Aldrich warrants that at the time of the quality release or subsequent retest date this product conformed to the information contained in this publication.The current specification sheet may be available at Sigma-Aldrich.com. For further inquiries, please contact Technical Service. Purchaser must determine the suitability of the product for its particular use. See reverse side of invoice or packing slip for additional terms and conditions of sale.

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KARAKTERISASI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29327/1/WINA... · di dalam serbuk getah pepaya (Carica papaya L.) yang tidak tahan

62