uasunscreen

24
JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA Hari / Tanggal Praktikum: Rabu / 03 Februari 2015 Golongan / Kelompok : U / A Materi : Krim tabir surya - sunscreen Asisten : Anggota Kelompok : Jenia Neves 2443010052 Friska D. 2443010105 Dia Ambarsari 2443011126 Chatarina M. 2443012048 I. Nama Sediaan Kosmetika Krim tabir surya (sunscreen) II. Tujuan Pemakaian Untuk mencegah atau meminimalkan efek atau radiasi dari sinar matahari yang mengenai kulit manusia dengan cara menyerap, menghamburkan atau memantulakn energi sinar matahari III. Karakteristik Sediaan 1. Efektif dalam mengabsorbsi radiasi pada panjang gelombang 290-320nm 2. Memberikan transmisi secara total pada panjang gelombang 300-400nm 3. Tidak terjadi absorpsi perkutan 4. Tidak menguap dan tahan terhadap air dan keringat 5. Mempunyai kelarutan yang cocok dengan pembawa 6. Tidak berbau atau sedikit berbau tetapi dapat diterima konsumen 7. Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi 8. Mempunyai efek perlindungan yang tetap dalam beberapa jam 9. Stabil dalam kondisi pemakaian 10. Tidak mewarnai pakaian (Harry’s Cosmeticology 7 th ed. p.232) IV. Tinjauan tentang Sediaan Kosmetika Paparan sinar matahari memiliki efek yang menguntungkan dan merugikan pada tubuh manusia. Efek yang menguntungkan dari sinar matahari yaitu dapat menstimulasi sirkulasi darah, meningkatkan pembentukan hemoglobin dan dapat menurunkan tekanan darah. Namun juga ada efek negatif dari paparan sinar matahari, pada jangka pendek dapat terjadi kerusakan sementara pada lapisan epidermis kulit dan apabila terkena paparan sinar matahari yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan penyakit serius seperti kanker kulit (Wilkinson, 1982). Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membaurkan atau menyerap secara efektif sinar matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari.(Anonim, 1993). Menurut Shaath (2005), tabir surya merupakan sediaan topikal yang dapat mengurangi dampak radiasi ultraviolet dengan cara menyerap, memantulkan atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Dampak radiasi ultraviolet dapat dicegah dengan menggunakan tabir surya sebelum terpapar sinar matahari. Tujuan formulasi sunscreen untuk mencegah atau mengurangi efek negatif radiasi sinar matahari dan dapat membantu mencegah kulit dari rasa sakit pada saat berjemur (Wilkinson, 1982).

Upload: steviniaashika

Post on 18-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

UASunsCreen

TRANSCRIPT

  • JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA

    Hari / Tanggal Praktikum : Rabu / 03 Februari 2015

    Golongan / Kelompok : U / A

    Materi : Krim tabir surya - sunscreen

    Asisten :

    Anggota Kelompok : Jenia Neves 2443010052

    Friska D. 2443010105

    Dia Ambarsari 2443011126

    Chatarina M. 2443012048

    I. Nama Sediaan Kosmetika Krim tabir surya (sunscreen)

    II. Tujuan Pemakaian Untuk mencegah atau meminimalkan efek atau radiasi dari sinar matahari yang

    mengenai kulit manusia dengan cara menyerap, menghamburkan atau memantulakn

    energi sinar matahari

    III. Karakteristik Sediaan 1. Efektif dalam mengabsorbsi radiasi pada panjang gelombang 290-320nm 2. Memberikan transmisi secara total pada panjang gelombang 300-400nm 3. Tidak terjadi absorpsi perkutan 4. Tidak menguap dan tahan terhadap air dan keringat 5. Mempunyai kelarutan yang cocok dengan pembawa 6. Tidak berbau atau sedikit berbau tetapi dapat diterima konsumen 7. Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi 8. Mempunyai efek perlindungan yang tetap dalam beberapa jam 9. Stabil dalam kondisi pemakaian 10. Tidak mewarnai pakaian

    (Harrys Cosmeticology 7thed. p.232)

    IV. Tinjauan tentang Sediaan Kosmetika Paparan sinar matahari memiliki efek yang menguntungkan dan merugikan pada

    tubuh manusia. Efek yang menguntungkan dari sinar matahari yaitu dapat menstimulasi

    sirkulasi darah, meningkatkan pembentukan hemoglobin dan dapat menurunkan tekanan

    darah. Namun juga ada efek negatif dari paparan sinar matahari, pada jangka pendek

    dapat terjadi kerusakan sementara pada lapisan epidermis kulit dan apabila terkena

    paparan sinar matahari yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan penyakit serius seperti

    kanker kulit (Wilkinson, 1982).

    Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membaurkan atau

    menyerap secara efektif sinar matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan

    inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya

    matahari.(Anonim, 1993). Menurut Shaath (2005), tabir surya merupakan sediaan topikal

    yang dapat mengurangi dampak radiasi ultraviolet dengan cara menyerap, memantulkan

    atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Dampak radiasi ultraviolet dapat dicegah dengan

    menggunakan tabir surya sebelum terpapar sinar matahari.

    Tujuan formulasi sunscreen untuk mencegah atau mengurangi efek negatif radiasi

    sinar matahari dan dapat membantu mencegah kulit dari rasa sakit pada saat berjemur

    (Wilkinson, 1982).

  • V. Formula FORMULA

    FORMULA STANDAR

    (Wilkinson, 1982, pg 254) FORMULA PEMBANDING

    (La Tulipe Sunblock Cream) FORMULA MODIFIKASI (dilakukan terhadap formula standar)

    Nama Bahan Fungsi

    (Rowe, et. al., 2009)

    Konsentrasi

    (%) Fase Nama Bahan Fungsi Fase Nama Bahan Fungsi

    Konsentrasi

    (%) Fase

    Filtrosol A*

    (Avobenzone,

    Ensulizole,

    Octinoxate,

    Oxybenzone)

    Sunscreen agent 5,0 A

    -Butyl metoksi

    dibenzoil metana

    -Etil heksil metoksi

    sinamat

    -Benzophenon 3

    -Zinc Oxide

    -Titanium Oxide

    Sunscreen agent

    A

    A

    A

    M

    M

    Octinoxate

    Oxybenzone

    Titanium dioxide*

    UV-B adsorben

    UV-A dan UV-B adsorben

    UV-A

    3

    3.198

    3

    M

    A

    A

    Asam Stearat Emulsifying agent 6,0 M Asam Stearat Emulsifying agent 6,0 M

    Setil alkohol Emulsifying agent; stiffening

    agent. 0,5 M Setil alkohol

    Emulsifying agent, stiffening

    agent M Setil alkohol*

    Emulsifying agent; stiffening

    agent. 2,0 M

    Veegum Stabilizing agent; viscosity-

    increasing agent. 2,28 A Eicocene copolymer Film-forming agent A Veegum Stabilizing agent; viscosity-

    increasing agent. 2,28 A

    Air Pembawa 85,42 A Air Pembawa A Air Pembawa 68.522 A

    Borax

    KOH

    Alkalizing agent; emulsifying

    agent; 0,5

    0,3

    A

    A

    KOH

    Alkalizing agent; emulsifying

    agent;

    0,3

    A

    Parfum Pemberi bau q.s.

    Pengawet Antimikroba q.s. A

    -Nipagin

    -Nipasol

    - Diazolidinil urea

    Pengawet A -Metil Paraben

    -Propil paraben Pengawet

    0,18

    0,02

    A

    A

    Propilen glikol humektan, stabilizing agent,

    cosolvent A Gliserin* Emolien, Humektan 10,0 A

    Dimethicone* Antifoaming agent; emollient;

    water-repelling agent. M Dimethicone *

    Antifoaming agent;

    emollient; water-repelling

    agent.

    1 M

    SLS Surfaktan A

    Paraffin

    Mineral Oil Emolien M

    Iron Oxide Red

    Iron Oxide Yellow Pewarna

    Bentuk Sediaan : Krim

    Tipe emulsi: o/w

    Alasan : HLB perhitungan 15,04 masuk dalam rentang o/w 8-18.

    Bentuk Sediaan : Krim

    Tipe emulsi : o/w

    Tidak dapat mengitung nilai HLBnya.

    Bentuk Sediaan : Krim

    Tipe emulsi: o/w

    Alasan : HLB perhitungan 14,00 masuk dalam rentang o/w 8-18 dan tidak

    bergeser terlalu jauh dari formula standar.

  • PERHITUNGAN HLB

    Tabel nilai rentang HLB dan tipe emulsi

    Perhitungan HLB Formula Standar

    Fase Minyak Konsentrasi (%) HLB HLB Butuh

    Asam stearat 6,0 15 15=13,85

    Setil alkohol 0,5 15,5 15,5=1,19

    Total 6,5 - 15,04

    Formula standard merupakan sediaan o/w

    Perhitungan HLB Formula Pembanding

    Tidak dapat dilakukan karena tidak diketahui konsentrasi dari masing-masing bahan

    Perhitungan HLB Formula Modifikasi

    Fase Minyak Konsentrasi (%) HLB HLB Butuh

    Asam stearat 6,0 15 15=10

    Setil alkohol 2,0 15,5 15,5=3,44

    Dimethicone 1,0 5 5=0,56

    Total 9,0 - 14,00

    Formula modifikasi merupakan sediaan o/w

    Nilai HLB sediaan tidak bergeser terlalu jauh dari formula standard (15,04) ke formula modifikasi (14,00)

  • MODIFIKASI FORMULA

    Modifikasi dilakukan terhadap formula standar

    Bahan-bahan tambahan yang akan diganti / ditambahkan / diubah konsentrasi yaitu :

    1. Penggantian Filtrosol A dengan benzofenon-3 (oksibenzon), octinoxate dan titanium dioxide.

    Alasan:

    Konsumen kosmetik menginginkan produk all in one, yaitu memiliki perlindungan terhadap radiasi UV, anti-aging dan pengurangan keriput, pelembab dan efek

    pendinginan pada kulit tanpa reaksi alergi, dan efek pemutih pada kulit .

    Sunscreen agent bekerja dengan mekanisme kimia yaitu mengabsorbsi sinar UV (Nash and Tanner, 2006) .

    Oksibenson adalah benzofenon UV-A dan UV-B adsorben spektrum luas dengan maksimum absorbsipada 286nm dan 325 nm, kadar maksimum yang diijinkan di

    Eropa 10%, di Amerika 6%, Brazil 10%, dan di Jepang 5%

    Octinoxate merupakan UV-B adsorben dengan maksimum absorbsi pada 308 nm, baik sebagai bahan tabir surya waterproof karena tidak larut dalam air. Kadar

    maksimum yang diijinkan di Eropa 10%, di Amerika 7.5%, di Jepang 12%.

    Titanium dioksida mempunyai efek proteksi terhadap UV-A lebih baik. Memantulkan dan menghamburkan radiasi ultraviolet.

    Penentuan konsentrasi dan prediksi nilai SPF

    Standar Sediaan Modifikasi

    Benzophenone 3 (UVA) 4% Benzophenone 3 (UVA and

    UVB)

    xxxx

    Octylmethoxycinnamate

    (UVB)

    7.5% Octinoxate 3

    Titanium dioxide 3

    Rasio Standar : (UVA:UVB) = 4 : 7.5 = 0.533

    Rasio Formula : (UVA:UVB) = (xxx:6) = 0.533, maka Benzophenone yang dipakai adalah

    3.198% agar rasio menjadi 0.533

    0.533 bernilai GOOD => Claim label SPF : 15 (Medium or Moderate Protection) Lampiran

  • 2. Penambahan Dimethicone

    Alasan:

    Salah satu persyaratan dari sediaan tabir surya adalah dapat tahan terhadap air dan keringat (Wilkinson, 1982), sehingga sediaan ini harus mengandung bahan tambahan

    yang dapat memberikan efek water-resistant.

    Dimethicone bersifat hidrofobik serta dapat bersifat water-repellant (Rowe, et.al., 2009).Penambahan dimethicone atau minyak silicon bertujuan untuk meningkatkan

    ketahanan sediaan terhadap air, sehingga sediaan menjadi lebih water-resistant dan

    dapat melindungi kulit dari sinar matahari lebih lama.

    Konsentrasi terpilih: 1%

    Alasan: Konsentrasi lazim minyak silikon dalam sediaan emulsi o/w adalah 0,5 5% (Rowe, et.al., 2009). Terdapat formula standar krim tabir surya water resistant yang

    mengandung dimethicone dengan konsentrasi sebesar 1% (Flick, 1989).

    3. Penambahan Gliserin

    Alasan:

    Senyawa poliol (gliserin) membuat krim lebih mudah menyebar dan berperan sebagai humektan untuk mencegah krim menjadi kering dan pecah selama penyimpanan

    (Bennet, 2013).

    Dengan penambahan gliserol (10%) sebagai bahan pembuat lunak, sediaan krim vanishingakan mengkilap (Voigt, 1995).

    Sesuai dengan persyaratan tabir surya, di mana sediaan tersebut harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono & Latifah, 2007),

    penambahan gliserin bertujuan untuk memberikan efek emolien pada kulit serta

    melembabkan kulit, sehingga sediaan tabir surya ini menjadi nyaman digunakan

    sehari-hari.

    Gliserin juga mampu meningkatkan penetrasi bahan aktif ke dalam kulit. Gliserin juga dapat digunakan sebagai kosolven untuk melarutkan pengawet.

    Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi penguapan air dari permukaan kulit (Voigt,

    1995).

    Konsentrasi terpilih: 10%

    Alasan: Konsentrasi lazim gliserin sebagai emolien dan humektan adalah kurang dari

    30% (Rowe, et.al.,2009). Sesuai dengan konsentrasi yang disarankan dalam Voigt (1995).

  • 4. Peningkatan Konsentrasi Setil alkohol

    Alasan:

    Setil alkohol berfungsi sebagai stiffening agent dan consistency improver. Penambahan konsentrasi setil alkohol ditujukan agar konsistensi dari sediaan tetap

    terjaga, tidak terlalu lunak ataupun terlalu keras, karena akan terdapat penambahan

    fase cairan yaitu minyak silikon (dimethicone) dan gliserin, yang dapat menyebabkan

    sediaan melunak (Rowe, et.al.,2009).

    Penambahan setil alkohol dapat meningkatkan tekstur dan stabilitas sediaan pada suhu rendah tanpa mempengaruhi tampilan luar (kilap) sediaan (Anonim, no year).

    Konsentrasi terpilih: 2%

    Alasan: Rentang konsentrasi lazim adalah 2 5% (Rowe, et.al.,2009). Konsentrasi yang digunakan tidak terlalu tinggi karena dikhawatirkan sediaan menjadi terlalu keras,

    sehingga tidak dapat dikeluarkan dari wadah.

    5. Formula modifikasi tidak menambahkan borax ( Sodium borate)

    Alasan

    Sodium borate dapat mengiritasi kulit dan toksisitas tinggi (Rowe, et.al.,2009).

    ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN KRIM

    Dibandingkan dengan sediaan gel

    Tidak memberikan efek emolien, sehingga tidak dapat melindungi kulit dari kekeringan, padahal sediaan ini ditujukan untuk pemakaian sehari-hari, sehingga harus turut menjaga

    kelembaban kulit.

    Dibandingkan dengan sediaan lotion (Masters, 1972)

    Sediaan lotion memiliki masalah stabilitas

    Sulit dalam mengkontrol viskositas dari sediaan (dapat timbul variasi antar batch)

    Dapat terjadi peningkatan viskositas sediaan selama penyimpanan

    ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN VANISHING CREAM

    Basis krim (vanishing cream) lebih banyak disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta

    memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Voigt, 1995).

    Krim ini memiliki keuntungan karena tidak bersifat greasy sehingga sangat cocok untuk digunakan sehari-hari, terutama oleh wanita dengan kulit yang berminyak (Bennett,

    2013)

    Krim vanishing ini tidak akan menimbulkan noda pakaian (Lachman, dkk., 1994), sesuai dengan persyaratan yang diperlukan oleh suatu sediaan tabir surya (Wilkinson, 1982)

  • VI. MATRIKS BAHAN DARI FORMULA MODIFIKASI

    Karakteristik

    Nama Bahan Sifat Kimia Sifat fisika Kadar lazim

    Kadar yang

    dipilih Fungsi

    Nilai

    HLB Alasan dipakai dalam formula

    oxybenzene

    (A)

    pH : 6

    stabil dalam wadah tahan

    cahaya pada suhu tidak

    melebihi 15oC (HPE

    5th,p.514)

    Pemerian: serbuk berwarna

    kekuningan

    Praktis tidak larut dalam air,

    mudah larut dalam alkohol, dan

    toluen. (HPE 5th,p.514)

    up to 6%

    (Nash and

    Tanner, 2006)

    3.198%

    mengabsorbsi UVA

    dan UVB (Nguyen &

    Rigel, 2005).

    Oksibenzon adalah benzofenon yang

    paling luas digunakan, mengabsorbsi

    UVA dan UVB (Nguyen & Rigel,

    2005). Sebagai tabir surya kimia,

    dikombinasikan dengan ekstrak tomat

    sebagai tabir surya fisika

    Octyl

    methoxycinna

    mate

    (M)

    m.p. : -25oC stabil dalam

    wadah penyimpanan kedap

    udara suhu 8-15oC

    (Martindale 36th, p.1608)

    Minyak kuning pucat, tidak larut

    dalam air (Martindale 36th, p.1608)

    < 7.5 %

    (Cosmetic

    Formulation

    Of skin Care

    Product,p.137)

    3% UV-B absorben

    Bahan yang mampu menyerap radiasi

    UV-B

    Titanium

    dioxcide

    (A)

    Moisture content : 0,44%

    Sangat stabil pada suhu

    tinggi (HPE 5th,p.783)

    Serbuk putih tidak berbau. Praktis

    tidak larut dalam air, tidak larut

    dalam asam mineral, larut

    perlahan-lahan ketika dipanaskan

    dengan sulfuric acid (Martindale

    36th, p.1617)

    < 25%

    (Cosmetic

    Formulation

    Of skin Care

    Product,p.137)

    3%

    UV filter,

    meningkatkan

    permeabilitas uap air

    (HPE 5th,p.783)

    Mampu memantulkan sinar UV yang

    terkena kulit

    Asam stearat

    (M)

    Stabilitas : Asam stearat

    merupakan bahan yang

    stabil, mungkin juga dapat

    di tambahkan antioksidan

    (Rowe, et.al., 2009 p 697)

    Pemerian : Putih kekuningan,

    agak mengkilat, kristal putih atau

    serbuk kekuningan, sedikit berbau.

    Kelarutan : larut dalam 1 : 5

    benzena, 1 : 6 karbon tetraklorida,

    1 : 2 kloroform, 1: 15 etanol, 1 : 3

    eter, praktis tidak larut dalam air.

    Titik leleh : 66 - 69C

    (Rowe, et.al., 2009 p 697,699)

    1-20%

    (Rowe, et.al.,

    2009 p 697)

    6%

    Emulsifying agent;

    solubilizing agent;

    tablet and capsule

    lubricant

    (Rowe, et.al., 2009 p

    697)

    15

    Asam stearat digunakan sebagai

    pengemulsi dan agen pelarut. Ketika

    sebagian dinetralkan dengan alkali atau

    trietanolamine, asam stearat dapat

    digunakan dalam penyusunan krim

    (Rowe, et.al., 2009 p 697)

    Gliserin

    (A)

    Stabilitas : bersifat

    higroskopis, gliserin murni

    tidak rentan terhadap

    Pemerian : Jernih, tidak berwarna,

    tidak berbau, cairan higroskopis,

    rasa manis

  • oksidasi di bawah kondisi

    penyimpanan biasa, tetapi

    dapat terurai pada

    pemanasan.

    (Rowe, et.al., 2009 p 284)

    Kelarutan : larut dalam air, etanol

    95%, metanol, 1 : 500 eter, 1 : 11

    etil asetat, praktis tidak larut dalam

    benzena, kloroform, minyak

    Titik leleh : 17,8 C

    (Rowe, et.al., 2009 p 283 - 284)

    memberikan

    efek emolien)

    (Rowe, et.al.,

    2009 p 283)

    humectant; plasticizer;

    solvent; sweetening

    agent; tonicity agent.

    (Rowe, et.al., 2009 p

    283)

    gliserin digunakan terutama untuk sifat

    humektan dan emoliennya. Gliserin

    juga dapat digunakan sebagai pelarut

    atau cosolvent dalam krim dan emulsi

    (Rowe, et.al., 2009 p 283)

    Propil paraben

    (A)

    Stabilitas : Stabil pada

    larutan air pH 3 6 sampai sekitar 4 tahun pada suhu

    kamar.

    pH : 4 8 (Rowe, et.al., 2009 p 596-

    597)

    Pemerian : Kristal atau bubuk

    putih, tidak berbau, tidak berasa

    Kelarutan : 1:1,1 etanol 95%,

    1:250 gliserin, 1:225 air 80C

    Titik didih : 295C

    (HPE 5th p 629-630)

    Titik leleh : 96-99C

    (HPE 6th p 596)

    0.01-0.6%

    (Rowe, et.al.,

    2009, 596)

    0,02%

    Antimicrobial

    (Rowe, et.al., 2009 p

    596)

    Berfungsi sebagai pengawet. Range

    konsentrasi 0.01-0.6% (Rowe, et.al.,

    2009, 596). Paraben memiliki efek

    antimikroba spektrum luas, meskipun

    sangat efektif terhadap kapang dan

    khamir. (Rowe, et.al., 2009, 596).

    10.

    Metil paraben

    (A)

    Stabilitas : Stabil pada

    larutan air pH 3 6 sampai sekitar 4 tahun pada suhu

    kamar.

    pH : 4 - 8

    (Rowe, et.al., 2009 p 442-

    443)

    Pemerian : Kristal tak berwarna

    atau bubuk putih, tidak berbau,

    sedikit pedas

    Kelarutan : larut 1:400 air, 1:50

    air 80C, 1:3 etanol 95%, 1:10

    eter, 1:60 gliserin

    (HPE 5th p 467-468)

    Titik leleh : 125-128 C

    (HPE 6 th p 443)

    0.02-0.3%

    (Rowe, et.al.,

    2009, 442)

    0,18%

    Antimicrobial

    (Rowe, et.al., 2009 p

    441)

    Berfungsi sebagai pengawet. Range

    konsentrasi 0.02-0.3% (Rowe, et.al.,

    2009, 442). Paraben memiliki efek

    antimikroba spektrum luas, meskipun

    sangat efektif terhadap kapang dan

    khamir (Rowe, et.al., 2009, 442).

    Setil alkohol

    (M)

    Stabilitas : : stabil dengan

    adanya asam, alkali, cahaya

    dan udarra tidak menjadi

    tengik

    (Rowe, et al, 2009 p 156)

    serpihan putih, butiran, kubus,

    memiliki bau yang khas dan rasa

    hambar

    larut dalam etanol 95% dan eter,

    praktis tidak larut dalam air

    Titik leleh : 45-52C

    (Rowe, et al, 2009 p 155-156)

    2-5%

    (Rowe, et al,

    2009 p 155)

    2,5%

    Coating agent;

    emulsifying agent;

    stiffening agent

    (Rowe, et al, 2009 p

    155)

    15,5

    Dapat digunakan sebagai pengemulsi,

    dan emolien yang dapat meningkatkan

    stabilitas, memperbaiki tekstur dan

    meningkatkan konsistensi.

    (Rowe, et al, 2009 p 155)

    Veegum

    (Magnesium

    Alumunium

    Stabilitas : Magnesium

    alumunium silikat stabil

    ketika di simpan dalam

    Pemerian : putih sampai krem,

    tidak berbau, tidak berasa, lembut,,

    serbuk micronized

    2 5% (sebagai

    emulsion

    2,28%

    Adsorbent; stabilizing

    agent; suspending

    agent; viscosity-

    Digunakan sebagai stabilizing agen.

    Dapat meningkatkan viskositas dengan

    dikombinasikan dengan suspending

  • silicate) kondisi kering, stabil pada

    rentang pH yang luas,

    kompatibel dengan pelarut

    organik

    (Rowe, et al, 2009 p 395)

    Kelarutan : Praktis tidak larut

    dalam alkohol, air, pelarut organik.

    Titik leleh :

    (Rowe, et al, 2009 p 394 - 395)

    stabilizer)

    (Rowe, et al,

    2009 p 394)

    increasing agent

    (Rowe, et al, 2009 p

    393)

    agents seperti xanthan gum

    (Rowe, et al, 2009 p 393)

    Dimethicone Stabilitas : Tetap stabil

    terhadap panas dan tahan

    terhadap bahan kimia

    meskipun merupakan asam

    kuat.

    (Rowe, et al, 2009 p 234)

    Pemerian : Jernih, cairan tidak

    berwarna

    Kelarutan : larut dalam etil asetat,

    metil etil keton, mineral oil, eter,

    kloroform, toluene, sedikit larut

    dalam etanol 95%, praktis tidak

    larut dalam gliserin, propilen

    glikol, air

    (Rowe, et al, 2009 p 234)

    0,5 5 % (Rowe, et al,

    2009 p 233)

    3%

    Antifoaming agent;

    emollient; water-

    repelling agen

    (Rowe, et al, 2009 p

    233)

    5

    Dimethicone banyak digunakan dalam

    kosmetik. Dalam emulsi minyak dalam

    air, dimethicon di tambahkan ke fase

    minyak sebagai antifoaming agen

    (Rowe, et al, 2009 p 233)

    KOH

    (Potassium

    hydroxide)

    Stabilitas : potassium

    disimpan dalam tempat

    non metalik dan yang sejuk

    dan kering

    (Rowe, et.al., 2009 p 577)

    Pemerian: putih, bentuk serpih,

    palet kecil, higroskopis

    Kelarutan : larut dalam 1 : 0,9 air,

    1: 0,6 air 100 C, dalam 1 : 3

    etanol 95%, dalam 1 : 2.5 gliseril,

    praktis tidak larut dalam eter.

    Titik didih : 360 C

    (Rowe, et.al., 2009 p 576)

    < 5% 0,3

    Alkalizing agent

    (Rowe, et.al., 2009 p

    576)

    Kalium hidroksida banyak digunakan

    dalam formulasi untuk mengatur pH

    dan juga dapat digunakan untuk

    bereaksi dengan asam lemah untuk

    membentuk garam

    (Rowe, et.al., 2009 p 577)

  • VII. BENTUK SEDIAAN DASAR a. Bentuk : Krim vanishing b. Definisi : Krim vanishing adalah basis krim yang ketika digunakan atau

    digosokkan pada kulit, akan lenyap, atau hanya akan sedikit terlihat sisa keberadaan

    krim tersebut. Basis krim ini merupakan basis krim o/w yang dapat dicuci dengan air

    (Lachman, dkk., 1994).

    c. Persyaratan : Krim yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu mudahdioleskan dan merata pada kulit, mudah dicuci bersih dari daerah lekatan, tidak

    menodai pakaian, tidak berbau tengik, bebas dari partikel keras dan tajam, tidak

    mengiritasi kulit, dan tempat penyimpanannya harus sesuai dengan sifat krim yang

    dibuat (Wilkinson, 1982).Basis krim vanishing memberikan efek dingin pada kulit,

    tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Voigt,

    1995).Disebabkan karena harus bisa digosok maka, komposisi pada fase minyak adalah

    ester emolien yang bisa meninggalkan lapisan film tipis pada kulit, dan persentase fase

    minyaknya rendah. (Wilkinson, 1982).

    VIII. BENTUK SEDIAAN KOSMETIK TERPILIH a. Bentuk : Krim tabir surya b. Definisi : Material serbuk yang opaque, ketika diaplikasikan di kulit pada

    kondisi kering atau digunakan bersama pembawa yang sesuai, akan mampu memecah

    sinar ultraviolet. (Wilkinson, 1982).

    c. Persyaratan : Harus efektif dalam mengabsorpsi radiasi eritmogenik (290 320 nm), harus mampu menghantarkan gelombang dengan range 300 400 nm untuk menghasilkan efek penghitaman yang maksimum, tidak menguap dan resisten terhadap

    air serta perspirasi, tidak berbau atau setidaknya berbau lemah (masih bisa diterima

    konsumen) dan terdapat rasa nyaman terhadap karakteristik fisika lainnya seperti

    stickiness, non toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan sensitisasi, harus mampu

    memberikan efek proteksi selama beberapa jam, stabil, tidak mewarnai pakaian.

    (Wilkinson, 1982).

  • IX. Susunan Formula

    Penentuan bobot sediaan untuk 1 resep

    Luas permukaan tubuh= 1592 inch2 (Kreps & Goldemberg, 1972) = 10271 cm

    2

    Pengaplikasian dengan menggunakan jari tangan (fingertip unit) (Long,1991)

    = 0,43 g / 257 cm2 (untuk wanita) ----used

    = 0,49 g / 312 cm2 (untuk pria)

    Aplikasi krim diperkirakan pada wajah dan leher (9% luas tubuh), serta pada lengan bagian

    bawah (9% luas tubuh) (Gumilar, 2012)

    Perkiraan lama penggunaan krim = 1 hari sekali untuk 10 hari

    Bobot sediaan yang dibutuhkan =

    No Nama Bahan Sinonim Bahan

    pengganti

    Konsentrasi 1 Resep u/

    30 g

    (gram)

    1 batch u/

    3R/ (gram) Awal

    (%)

    Modifikas

    i (%)

    1

    Filtrosol A*

    (Avobenzone

    , Ensulizole,

    Octinoxate,

    Oxybenzone)

    Oxybenzene

    Titanium

    dioxide

    Octinoxate

    5,0

    3.198

    3

    3

    0.9

    0.9

    2.25

    2.7

    2.7

    6.75

    2 Asam Stearat 6 6,0 1.8 5.4

    3 Setil alkohol Cetanol 0.5 2,0 0.6 1.8

    4 Veegum

    Magnesium

    Aluminium

    Silikat

    2,28 2,28 0.684 2.052

    5

    KOH

    Potassium

    hidroksida

    0,3

    0,3 0.09 0.27

    6 Parfum q.s.

    7 Pengawet q.s.

    8 Gliserol

    10,

    3 9

    9 Nipagin 00,18 0.054 0.162

    10 Nipasol 0,02 0.006 0.018

    11 Dimethicone 1 0.3 0.9

    Perhitungan Sisa air :

    1 r/ = 30 ( 0.9+0.9+2.25+1.8+0.6+0.684+0.09+3+0.054+0.006+0.3) = 13.416 ml

    3 r/ = 90 ( 2.7+2.7+6.75+5.4+1.8+2.052+0.27+9+0.162+0.018+0.9) = 58.248

  • X. Rancangan Cara Pembuatan

    1. Basis. a. Preparasi fase minyak

    1. Ditimbang Dimethicone sebanyak 0,9 gram menggunakan cawan porselen

    2. Dipanaskan diatas Water Bath. 3. Ditimbang asam stearat sebanyak 5,4 gram menggunakan cawan

    porselen.

    4. Ditimbang setil alkohol sebanyak 1,8 gram menggunakan kertas perkamen. Di timbang Octinoxate 6.75 gram menggunakan cawan

    porselen

    5. Dimasukkan ke dalam cawan yang berisi dimethicone, dipanaskan diatas Water Bath.

    6. Ditunggu hingga semua bahan meleleh. b. Preparasi Fase Air

    1. Ditimbang Nipagin 0.162 gram dan Nipasol 0.018 gram menggunakan kertas perkamen.

    2. Ditimbang Boraks 0,45 gram menggunakan kertas perkamen. 3. Ditimbang gliserin sebanyak 9 gram menggunakan cawan porselen. 4. Nipagin, nipasol, dan boraks dilarutkan dalam gliserin. 5. Ditimbang KOH 0,27 gram dengan gelas arloji. 6. Diukur air sebanyak 36,1 ml menggunakan gelas ukur.Dipindah ke

    beker glass.

    7. KOH dilarutkan dalam air. 8. Ditimbang Benzofenon-3 gram

    Ditimbang titanium dioxide gram, di larutkan dalam air

    9. Dicampurkan pengawet yang telah dilarutkan dalam gliserin, benzofenon-3, titanium dioxide, octinoxate ke dalam beker glass yang

    berisi air tadi.

    10. Dipanaskan di atas water bath. c. Preparasi veegum

    1. Dipanaskan air sebanyak 20 ml di atas water bath. 2. Ditimbang veegum sebanyak 2,052 gram kemudian didispersikan

    dalam air panas tersebut.

    2. Pembuatan Krim a. Disiapkan mortir panas (diberi sedikit alkohol lalu dibakar dengan api). b. Dimasukkan veegum ke dalam mortir c. Dimasukkan juga fase minyak 1 dan 2. d. Dimasukkan segera fase air. e. Dilakukan pengadukan kuat secara terus menerus hingga mortir menjadi

    dingin

    f. Pengadukan dilanjutkan hingga campuran didalam mortir memadat membentuk krim.

    g. Dimasukkan krim kedalam wadah yang telah dipersiapkan. h. Diberi dus dan label yang sesuai.

  • XI. Spesifikasi Sediaan Akhir

    No Kriteria Uji Spesifikasi

    1 Organoleptis

    Warna

    Bau

    Bentuk

    Perabaan

    Putih

    Tidak berbau

    Krim opaque

    Lembut

    2 pH 4,5 - 8,0 (SNI, 1996)

    3 Homogenitas Homogen (SNI, 1996)

    4 Viskositas 2000 50000 cps (SNI, 1996)

    5 Daya Sebar 3-5 cm (Garg, et.al., 2002)

    6 Daya Lekat Tidak lengket atau lekat

    7 Daya Tercucikan Air Agak susah tercucikan air

    8 Tipe emulsi m/a

    9 Ukuran partikel 1 50 m (Yenti et al, 2011)

    10 SPF 15*)

    *)Karena kandungan SPF di atas 30 tidak akan terlalu memberikan proteksi lebih karena

    kemampuan proteksi tidak selalu berbanding lurus dengan angka SPF itu sendiri. Tabir

    surya SPF 15 menghalangi 9.43% UV B. SPF 30 menghalangi 96.7% UV B. Oleh karena

    itu, disimpulkan bahwa tabir surya dengan SPF 15-30 telah mampu memberikan

    perlindungan yang cukup (Draelos & Thaman, 2006).

    *)Kulit untuk daerah tropis (Asia) cukup menggunakan sediaan tabir surya dengan nilai

    SPF sebesar 12 29.

    (Pray, 2006)

  • (Lowe & Friedlander, 1997)

    XII. Rancangan Evaluasi

    a. Pengamatan Organoleptis

    Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bentuk luar, dan bau dari

    sediaan krim. Cara mengetahui bentuk penampakan krim (opaque / translucent) adalah

    dengan menggunakan dua gelas arloji datar kemudian meratakan sejumlah sediaan dengan

    gelas arloji tersebut. Sediaan yang terdapat di gelas arloji diterawang dengan menggunakan

    lampu atau senter.

    b. Pemeriksaan pH Untuk melakukan pemeriksaan pH, pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan

    menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01)

    hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,

    lalu dikeringkan dengan tissue.Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram

    sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling.Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

    tersebut dan dibiarkan hingga alat menunjukkan harga pH yang konstan.(Rawlins, 2003).

    c. Pengujian Homogenitas

    Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada

    sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok. Krim dikatakan homogen bila

    susunan partikel-partikel tidak ada yang menggumpal atau tidak tercampur (Anonim,

    1979).

    Kriteria Penilaian

    +++ Sangat homogen

    ++ Kurang homogen

    + Tidak homogen

    d. Pengujian Viskositas Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan rotary brookfield viscometer, dengan

    cara memasukkan sebanyak 250 ml sediaan pada gelas piala, kemudian memasang spindel

    yang sesuai dengan sediaan. Spindel dicelupkan ke dalam sediaan kemudian alat dinyalakan

    dan mencatat hasil yang diperoleh (Remington, 1995).

    e. Pengujian Daya Sebar Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara sejumlah 0,5 gram sediaan diletakkan dengan

    hati-hati di atas kertas grafik yang telah dilapisi kaca transparan, kemudian dibiarkan sesaat

    (kurang lebih 15 detik). Luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung, kemudian ditutup

  • lagi dengan lempengan kaca yang diberi beban 5 gram dan dibiarkan selama 60

    detik.Kemudian luas yang diberikan oleh sediaan dihitung dan dicatat (Voigt, 1995).

    Kriteria Penilaian Keterangan

    +++ 5 cm Sangat mudah menyebar

    ++ 3-5 cm Mudah menyebar

    + 3 cm Tidak menyebar

    f. Pengujian Daya Lekat Pengujian daya lekat dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah sediaan pada punggung

    tangan, kemudian diratakan dan dirasakan apakah ada rasa lengket yang ditimbulkan oleh

    sediaan.

    Kriteria Penilaian Keterangan

    +++ Sangat lekat 1cm

    ++ Kurang lekat 0.5 1cm

    + Tidak lekat 0.5cm

    g. Pengujian Daya Tercucikan Air Pengujian daya tercucikan air dilakukan dengan cara sejumlah 1 g krim dioleskan pada

    telapak tangan kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan.

    Kriteria Penilaian Keterangan

    +++ 30 s Sangat mudah tercucikan air

    ++ 30 s 1 mnt Mudah tercucikan air

    + 1 mnt Tidak tercucikan air

    h. Pengujian tipe emulsi Pengujian tipe emulsi bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu: metode pengenceran dan

    metode dispersi zat warna (Pakki et al, 2009)

    Metode pengenceran, krim yang jadi dimasukkan ke dalam vial, kemudian diencerkan de-

    ngan air. Jika emulsi dapat diencerkan maka tipe emulsi adalah tipe m/a (Pakki et al, 2009).

    Sementara untuk metode dispersi zat warna, emulsi yang dibuat dimasukkan ke dalam vial,

    kemudian ditetesi de-ngan beberapa tetes larutan biru metilen. Jika warna biru segera

    terdispersi ke seluruh emulsi maka tipe emulsinya adalah tipe m/a (Pakki et al, 2009).

    Kriteria Penilaian

    Emulsi m/a Dapat diencerkan dengan air

    Emulsi a/m Tidak dapat diencerkan dengan air (terpisah)

    i. Pengujian distribusi ukuran partikel Pengukuran distribusi ukuran partikel dilakukan denganmemakai alat mikroskop yang

    dilengkapi dengan mikrometer okuler. Caranya adalahdengan menimbang 0,1 gram krim

    kemudian diencerkan dengan air suling sampai1 ml diambil sedikit hasil pengenceran

    tersebut dan diteteskan pada kaca objek, laludilakukan pengukuran partikel sampai dengan

    500 partikel (Lachman, dkk,1994). Distribusi ukuran partikel yang baik dan stabil secara fisik

    adalah 1-50 m (Yenti et al, 2011).

    j. Pengujian nilai SPF

    Metode Petro (1981) mempersyaratkan bahwa untuk menghitung nilai SPF, kadar sampel

    dalam kuvet harus ekivalen dengan 0,001% atau 0,01 g/L atau 10 mg/L bahan aktif.

    Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro

    dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Krim diencerkan 4000 ppm, caranya diambil sebanyak

    0,1 gram dan dilarutkan dalam 25 mL etanol. Kemudian dipipet 0,25 ml dengan

    menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, kemudian ditambahkan

  • etanol hingga garis tanda. Sebelumnya spektrofotometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan

    menggunakan etanol 95%. Caranya etanol sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam kuvet

    kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi.

    Setelah itu dibuat kurva kurva serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang antara

    290-320 nm, gunakan etanol 95% sebagai blanko.

    Pengukuran nilai SPF dilakukan dengan mengukur serapan sediaan pada spektrofotometer

    setiap 5 nm pada rentang panjang gelombang dari 290 nm sampai panjang gelombang di atas

    320 nm yang memiliki nilai serapan minimal 0,05. Selanjutnya, area di bawah kurva dihitung

    tiap 5 nm dari jumlah serapan pada panjang gelombang ke n dan serapan pada panjang gelombang ke n-1dibagi 2 dikali 5 (luas trapesium). Nilai log SPF dihitung dengan cara membagi jumlah seluruh area di bawah kurva dengan selisih panjang gelombang terbesar dan

    terkecil. Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi SPF (Petro, 1981).

    Perhitungan nilai SPF dilakukan berdasarkan dari pengamatan absorbansi.Dari pengamatan

    absorbansi tersebut maka dapat dibuat kurva antara nilai serapan dan panjang gelombang

    serta dapat dilakukan perhitungan luas daerah bawah kurva serapan atau area under curve

    (AUC). Nilai AUC dapat dihitung dengan rumus:

    Dimana:

    AUC : Luas daerah dibawah kurva serapan

    : serapan pada panjang gelombang yang memberikan serapan minimal 0,05 ( )

    : Serapan pada panjang gelombang sebelum

    Nilai SPF dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

    Dimana:

    AUC : Luas daerah di bawah kurva serapan

    : Panjang gelombang dengan nilai serapan minimal 0,05

    : Panjang gelombang terkecil (290 nm).

    HASIL EVALUASI

    1. Organoleptis

    Parameter Hasil percobaan Spesifikasi sediaan

    Pembanding Sediaan

    Bentuk luar Opaque

    Warna Putih

    Bau Tidak berbau

    Perabaan Lembut

    2. Nilai pH

    pH Hasil percobaan Spesifikasi sediaan

    Pembanding Sediaan

    Replikasi 1

    4,5-8,0 Replikasi 2

    Replikasi 3

  • 3. Homogenitas

    Hasil percobaan Spesifikasi sediaan

    Pembanding Sediaan

    Homogenitas Homogen

    4. Viskositas

    Viskositas Hasil percobaan Spesifikasi sediaan

    Pembanding Sediaan

    Replikasi 1

    2000-50000 cps Replikasi 2

    Replikasi 3

    5. Daya lekat

    Daya Lekat

    Hasil percobaan Spesifikasi sediaan

    Pembanding Sediaan

    Tidak lekat, tidak

    menimbulkan rasa

    lengket

    6. Daya sebar

    Daya sebar

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    3-5 cm

    7. Daya tercucikan air

    Daya tercucikan air

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    Agak susah

    tercucikan air

    8. Tipe emulsi

    Tipe emulsi

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    m/a

    9. Ukuran partikel

    Ukuran partikel

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    1-50 m

    10. SPF

    SPF

    Hasil percobaan

    Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan

    15

  • Hasil serapan sediaan pembanding

    Panjang

    gelombang (nm)

    Absorbansi

    290

    Hasil serapan sediaan modifikasi

    Panjang

    gelombang (nm)

    Absorbansi

    290

  • Hasil uji ukuran partikel sediaan pembanding

  • Hasil uji ukuran partikel sediaan modifikasi

  • TABEL REKAPAN EVALUASI

    Parameter Hasil

    Spesifikasi Keterangan Sediaan Pembanding Sediaan Modifikasi

    Organoleptis

    Bentuk Luar

    Warna

    Bau

    Perabaan

    Krim Opaque

    Putih

    Tidak berbau

    Lembut

    pH 4,5 - 8,0 (SNI, 1996)

    Viskositas 2000 50000 cps (SNI, 1996)

    Daya Lekat

    Tidak lekat, tidak menimbulkan rasa lengket

    Homogenitas

    Homogen (SNI, 1996)

    Daya Sebar

    3-5 cm (Garg, et.al., 2002)

    Daya Tercucikan Air

    Agak susah tercucikan air

    Tipe Emulsi

    m/a

    Distribusi Ukuran Partikel

    1 50 m (Yenti et al, 2011)

    SPF 15

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia, Direktorat Jenderal POM, Jakarta.

    Anonim. 1979.Farmakope Indonesia. Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

    Jakarta.

    Anonim. 1993. Kodeks Komestika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

    Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

    Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

    Jakarta.

    Budiman, M.H. 2008. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim yang

    Mengandung Ekstrak Kering Tomat(Solanum lycopersicum L.). Departemen Farmasi,

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.

    Draelos, Z.D. 2006. Cutaneous Formulation Issues. In: Z.D. Draelos and L.A. Thaman

    (Eds). Cosmetic Formulation of Skin Care Product. Taylor and Francis Group, New York.

    Garg, N., D.S. Cheema, and A.S. Dhatt. 2006. Genetics of Yield, Quality and Shelf Life

    Characteristics in Tomato under Normal and Late Planting Conditions. Euphytica, 159:

    275-288.

    Goldfaden, G., Goldfaden, R. 2012. Topical Lycopene Improves Skin Cellular Function.

    Life Extension Magazine.

    Goswami, PK., Samant, M., Srivastava, R. 2013. Natural Sunscreen Agent: A Review.

    Scholars Academic Journal of Pharmacy (2), pp. 458 463.

    Hadley, CW. 2004. Tomato and Soy Phytochemicals: in Vivo Biodistribution,

    Bioavailability, Antioxidant/Oxidative Environment Regulation, and Prostate

    Biomarker Modulation Dissertation. The Ohio State University, Ohio, pp. 3 5.

    Heber, D and Q.Y. Lu. 2002. Overview of Mechanism of Action of Lycopene. Exp Biol

    Med (10), pp. 920 923.

    Jellinek, J.S. 1970. Formulation and Function of Cosmetics. Wiley Interscience, New

    York.

    Kreps, S.I. and R.L. Goldemberg. 1972. Suntan Preparation. In: M.S. Balsam and E.

    Sagarin, eds. Cosmetics Science and Thecnology. 2nd

    edition. John Willey and Sons INC,

    New York.

    Lachman, L., Lieberman, A.H., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri (Suyatmi, S.,

    penerjemah). Edisi III. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Pp. 1098-1099, 1117-1118.

    Long, C.C. and A.Y. Finlay. 1991. The Fingertip Unit: A New Practical Measure.

    Clin.Exper.Dermatol., 16: 444-446.

    Lowe, N.J. and J. Friedlander. 1997. Sunscreens:Rationale for Use to Reduce

    Photodamage and Phototoxicity. In: N.J. Lowe, N.A. Shaath, and M.A. Pathak.

    Sunscreens: Development, Evaluation, and Regulatory Aspects. Second edition. Marcel

    Dekker INC., New York.

    Masters, E. J. 1972. Cleansing Creams and Lotions. In: M.S. Balsam, et.al.Cosmetics:

    Science and Technology. 2nd

    edition. Wiley Interscience, New York.

  • Muhimmah, M. 2011. Uji In Vitro Nilai Sun Protecting Factor (Spf) Krim Tabir Surya

    Ekstrak Metanol Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) dan Uji Stabilitas

    Fisiknya. Jurusan Farmasi FMIPA UII.

    Oyetayo, FL., Ibitayo, MF. 2012. Phytochemical and Nutrient / Antinutrient Interactions

    in Cherry Tomato(Lycopersicon esculentum) FRUITS. International Journal of Advanced

    and Biological Research (2), pp. 681 684.

    Petro, A.J. 1981. Correlation of Spectrophotometric Data with Sunscreen Protection

    Factors. International Journal of Cosmetic Science, 3(4), 185196.

    Pray, W.S. 2006. Nonprescription Products Therapeutics.Second edition.Lippincott

    William & Wilkins, USA.

    Rawlins, E.A. 2003. Bentleys Textbook of Pharmaceutics. 18thedition. Bailierre Tindal,

    London.

    Remington J.P. 1995.The Sciences and Practice of Pharmacy.19th

    edition,volume I. Marck

    Publishing Company,Easton Pensylvania.

    Rowe, R.C., P.J. Sheskeyand M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.

    6th

    edition. Pharmaceutical Press and The American Pharmacist Association, London.

    Shaath, N.A. 2005. Sunscreens. 3rd

    edition. Taylor & Francis Group, New York.

    SNI. 16. 4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.

    Suarez, MH., Rodriguez, EM., Romero, CD. 2007. Chemical Composition of Tomato

    (Lycopersicon esculentum) from Tenerife, Canary Island. Food Chemistry (100), pp.

    1046 1056.

    Tannis, A. 2009. Feed Your Skin, Starve Your Wrinkles: Eat Your Way to Firmer,

    More Beautiful Skin with the 100 Best Anti-Aging Foods. Fair Winds, pp. 52 53.

    Tranggono, R.I. & F. Latifah. 2007. BP : Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta, 46

    Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. (S.N. Soewandhi,

    penerjemah). Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

    Wilkinson, J.B., et. al.; 1982; Harrys Cosmeticology.7th edition; Leonard Hill Book;

    London.

    Yenti, R., R. Afrianti, dan L. Afriani. 2011. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun

    Kirinyuh (Euphatorium odoratum. L) untuk Penyembuhan Luka. Majalah Kesehatan

    PharmaMedika, 2011, 3(1), 227-230.

    Nguyen, N., & Rigel, D.S. (2005).Photoprotection and the Prevention of

    Photocarcinogenesis. In Sunscreens : Regulation and Commercial Development. Eds: Shaat,

    N.A. Third Edition. Department of Dermatology, New York University School of Medicine.

    New York. USA. P.157-159.

    Pohanish, RP. 2011. Sittig's Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens.

    William Andrew, p. 360

    Gonzalez, S., Fernandez-Lorente, M., Gilaberte- Calzada, Y. 2008.The latest skin of

    photoprotection. Clinic in Dermatology (26), pp. 614 626.

    IARC Monograph