Download - UASunsCreen
-
JURNAL PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA
Hari / Tanggal Praktikum : Rabu / 03 Februari 2015
Golongan / Kelompok : U / A
Materi : Krim tabir surya - sunscreen
Asisten :
Anggota Kelompok : Jenia Neves 2443010052
Friska D. 2443010105
Dia Ambarsari 2443011126
Chatarina M. 2443012048
I. Nama Sediaan Kosmetika Krim tabir surya (sunscreen)
II. Tujuan Pemakaian Untuk mencegah atau meminimalkan efek atau radiasi dari sinar matahari yang
mengenai kulit manusia dengan cara menyerap, menghamburkan atau memantulakn
energi sinar matahari
III. Karakteristik Sediaan 1. Efektif dalam mengabsorbsi radiasi pada panjang gelombang 290-320nm 2. Memberikan transmisi secara total pada panjang gelombang 300-400nm 3. Tidak terjadi absorpsi perkutan 4. Tidak menguap dan tahan terhadap air dan keringat 5. Mempunyai kelarutan yang cocok dengan pembawa 6. Tidak berbau atau sedikit berbau tetapi dapat diterima konsumen 7. Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi 8. Mempunyai efek perlindungan yang tetap dalam beberapa jam 9. Stabil dalam kondisi pemakaian 10. Tidak mewarnai pakaian
(Harrys Cosmeticology 7thed. p.232)
IV. Tinjauan tentang Sediaan Kosmetika Paparan sinar matahari memiliki efek yang menguntungkan dan merugikan pada
tubuh manusia. Efek yang menguntungkan dari sinar matahari yaitu dapat menstimulasi
sirkulasi darah, meningkatkan pembentukan hemoglobin dan dapat menurunkan tekanan
darah. Namun juga ada efek negatif dari paparan sinar matahari, pada jangka pendek
dapat terjadi kerusakan sementara pada lapisan epidermis kulit dan apabila terkena
paparan sinar matahari yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan penyakit serius seperti
kanker kulit (Wilkinson, 1982).
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membaurkan atau
menyerap secara efektif sinar matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan
inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya
matahari.(Anonim, 1993). Menurut Shaath (2005), tabir surya merupakan sediaan topikal
yang dapat mengurangi dampak radiasi ultraviolet dengan cara menyerap, memantulkan
atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Dampak radiasi ultraviolet dapat dicegah dengan
menggunakan tabir surya sebelum terpapar sinar matahari.
Tujuan formulasi sunscreen untuk mencegah atau mengurangi efek negatif radiasi
sinar matahari dan dapat membantu mencegah kulit dari rasa sakit pada saat berjemur
(Wilkinson, 1982).
-
V. Formula FORMULA
FORMULA STANDAR
(Wilkinson, 1982, pg 254) FORMULA PEMBANDING
(La Tulipe Sunblock Cream) FORMULA MODIFIKASI (dilakukan terhadap formula standar)
Nama Bahan Fungsi
(Rowe, et. al., 2009)
Konsentrasi
(%) Fase Nama Bahan Fungsi Fase Nama Bahan Fungsi
Konsentrasi
(%) Fase
Filtrosol A*
(Avobenzone,
Ensulizole,
Octinoxate,
Oxybenzone)
Sunscreen agent 5,0 A
-Butyl metoksi
dibenzoil metana
-Etil heksil metoksi
sinamat
-Benzophenon 3
-Zinc Oxide
-Titanium Oxide
Sunscreen agent
A
A
A
M
M
Octinoxate
Oxybenzone
Titanium dioxide*
UV-B adsorben
UV-A dan UV-B adsorben
UV-A
3
3.198
3
M
A
A
Asam Stearat Emulsifying agent 6,0 M Asam Stearat Emulsifying agent 6,0 M
Setil alkohol Emulsifying agent; stiffening
agent. 0,5 M Setil alkohol
Emulsifying agent, stiffening
agent M Setil alkohol*
Emulsifying agent; stiffening
agent. 2,0 M
Veegum Stabilizing agent; viscosity-
increasing agent. 2,28 A Eicocene copolymer Film-forming agent A Veegum Stabilizing agent; viscosity-
increasing agent. 2,28 A
Air Pembawa 85,42 A Air Pembawa A Air Pembawa 68.522 A
Borax
KOH
Alkalizing agent; emulsifying
agent; 0,5
0,3
A
A
KOH
Alkalizing agent; emulsifying
agent;
0,3
A
Parfum Pemberi bau q.s.
Pengawet Antimikroba q.s. A
-Nipagin
-Nipasol
- Diazolidinil urea
Pengawet A -Metil Paraben
-Propil paraben Pengawet
0,18
0,02
A
A
Propilen glikol humektan, stabilizing agent,
cosolvent A Gliserin* Emolien, Humektan 10,0 A
Dimethicone* Antifoaming agent; emollient;
water-repelling agent. M Dimethicone *
Antifoaming agent;
emollient; water-repelling
agent.
1 M
SLS Surfaktan A
Paraffin
Mineral Oil Emolien M
Iron Oxide Red
Iron Oxide Yellow Pewarna
Bentuk Sediaan : Krim
Tipe emulsi: o/w
Alasan : HLB perhitungan 15,04 masuk dalam rentang o/w 8-18.
Bentuk Sediaan : Krim
Tipe emulsi : o/w
Tidak dapat mengitung nilai HLBnya.
Bentuk Sediaan : Krim
Tipe emulsi: o/w
Alasan : HLB perhitungan 14,00 masuk dalam rentang o/w 8-18 dan tidak
bergeser terlalu jauh dari formula standar.
-
PERHITUNGAN HLB
Tabel nilai rentang HLB dan tipe emulsi
Perhitungan HLB Formula Standar
Fase Minyak Konsentrasi (%) HLB HLB Butuh
Asam stearat 6,0 15 15=13,85
Setil alkohol 0,5 15,5 15,5=1,19
Total 6,5 - 15,04
Formula standard merupakan sediaan o/w
Perhitungan HLB Formula Pembanding
Tidak dapat dilakukan karena tidak diketahui konsentrasi dari masing-masing bahan
Perhitungan HLB Formula Modifikasi
Fase Minyak Konsentrasi (%) HLB HLB Butuh
Asam stearat 6,0 15 15=10
Setil alkohol 2,0 15,5 15,5=3,44
Dimethicone 1,0 5 5=0,56
Total 9,0 - 14,00
Formula modifikasi merupakan sediaan o/w
Nilai HLB sediaan tidak bergeser terlalu jauh dari formula standard (15,04) ke formula modifikasi (14,00)
-
MODIFIKASI FORMULA
Modifikasi dilakukan terhadap formula standar
Bahan-bahan tambahan yang akan diganti / ditambahkan / diubah konsentrasi yaitu :
1. Penggantian Filtrosol A dengan benzofenon-3 (oksibenzon), octinoxate dan titanium dioxide.
Alasan:
Konsumen kosmetik menginginkan produk all in one, yaitu memiliki perlindungan terhadap radiasi UV, anti-aging dan pengurangan keriput, pelembab dan efek
pendinginan pada kulit tanpa reaksi alergi, dan efek pemutih pada kulit .
Sunscreen agent bekerja dengan mekanisme kimia yaitu mengabsorbsi sinar UV (Nash and Tanner, 2006) .
Oksibenson adalah benzofenon UV-A dan UV-B adsorben spektrum luas dengan maksimum absorbsipada 286nm dan 325 nm, kadar maksimum yang diijinkan di
Eropa 10%, di Amerika 6%, Brazil 10%, dan di Jepang 5%
Octinoxate merupakan UV-B adsorben dengan maksimum absorbsi pada 308 nm, baik sebagai bahan tabir surya waterproof karena tidak larut dalam air. Kadar
maksimum yang diijinkan di Eropa 10%, di Amerika 7.5%, di Jepang 12%.
Titanium dioksida mempunyai efek proteksi terhadap UV-A lebih baik. Memantulkan dan menghamburkan radiasi ultraviolet.
Penentuan konsentrasi dan prediksi nilai SPF
Standar Sediaan Modifikasi
Benzophenone 3 (UVA) 4% Benzophenone 3 (UVA and
UVB)
xxxx
Octylmethoxycinnamate
(UVB)
7.5% Octinoxate 3
Titanium dioxide 3
Rasio Standar : (UVA:UVB) = 4 : 7.5 = 0.533
Rasio Formula : (UVA:UVB) = (xxx:6) = 0.533, maka Benzophenone yang dipakai adalah
3.198% agar rasio menjadi 0.533
0.533 bernilai GOOD => Claim label SPF : 15 (Medium or Moderate Protection) Lampiran
-
2. Penambahan Dimethicone
Alasan:
Salah satu persyaratan dari sediaan tabir surya adalah dapat tahan terhadap air dan keringat (Wilkinson, 1982), sehingga sediaan ini harus mengandung bahan tambahan
yang dapat memberikan efek water-resistant.
Dimethicone bersifat hidrofobik serta dapat bersifat water-repellant (Rowe, et.al., 2009).Penambahan dimethicone atau minyak silicon bertujuan untuk meningkatkan
ketahanan sediaan terhadap air, sehingga sediaan menjadi lebih water-resistant dan
dapat melindungi kulit dari sinar matahari lebih lama.
Konsentrasi terpilih: 1%
Alasan: Konsentrasi lazim minyak silikon dalam sediaan emulsi o/w adalah 0,5 5% (Rowe, et.al., 2009). Terdapat formula standar krim tabir surya water resistant yang
mengandung dimethicone dengan konsentrasi sebesar 1% (Flick, 1989).
3. Penambahan Gliserin
Alasan:
Senyawa poliol (gliserin) membuat krim lebih mudah menyebar dan berperan sebagai humektan untuk mencegah krim menjadi kering dan pecah selama penyimpanan
(Bennet, 2013).
Dengan penambahan gliserol (10%) sebagai bahan pembuat lunak, sediaan krim vanishingakan mengkilap (Voigt, 1995).
Sesuai dengan persyaratan tabir surya, di mana sediaan tersebut harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono & Latifah, 2007),
penambahan gliserin bertujuan untuk memberikan efek emolien pada kulit serta
melembabkan kulit, sehingga sediaan tabir surya ini menjadi nyaman digunakan
sehari-hari.
Gliserin juga mampu meningkatkan penetrasi bahan aktif ke dalam kulit. Gliserin juga dapat digunakan sebagai kosolven untuk melarutkan pengawet.
Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi penguapan air dari permukaan kulit (Voigt,
1995).
Konsentrasi terpilih: 10%
Alasan: Konsentrasi lazim gliserin sebagai emolien dan humektan adalah kurang dari
30% (Rowe, et.al.,2009). Sesuai dengan konsentrasi yang disarankan dalam Voigt (1995).
-
4. Peningkatan Konsentrasi Setil alkohol
Alasan:
Setil alkohol berfungsi sebagai stiffening agent dan consistency improver. Penambahan konsentrasi setil alkohol ditujukan agar konsistensi dari sediaan tetap
terjaga, tidak terlalu lunak ataupun terlalu keras, karena akan terdapat penambahan
fase cairan yaitu minyak silikon (dimethicone) dan gliserin, yang dapat menyebabkan
sediaan melunak (Rowe, et.al.,2009).
Penambahan setil alkohol dapat meningkatkan tekstur dan stabilitas sediaan pada suhu rendah tanpa mempengaruhi tampilan luar (kilap) sediaan (Anonim, no year).
Konsentrasi terpilih: 2%
Alasan: Rentang konsentrasi lazim adalah 2 5% (Rowe, et.al.,2009). Konsentrasi yang digunakan tidak terlalu tinggi karena dikhawatirkan sediaan menjadi terlalu keras,
sehingga tidak dapat dikeluarkan dari wadah.
5. Formula modifikasi tidak menambahkan borax ( Sodium borate)
Alasan
Sodium borate dapat mengiritasi kulit dan toksisitas tinggi (Rowe, et.al.,2009).
ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN KRIM
Dibandingkan dengan sediaan gel
Tidak memberikan efek emolien, sehingga tidak dapat melindungi kulit dari kekeringan, padahal sediaan ini ditujukan untuk pemakaian sehari-hari, sehingga harus turut menjaga
kelembaban kulit.
Dibandingkan dengan sediaan lotion (Masters, 1972)
Sediaan lotion memiliki masalah stabilitas
Sulit dalam mengkontrol viskositas dari sediaan (dapat timbul variasi antar batch)
Dapat terjadi peningkatan viskositas sediaan selama penyimpanan
ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN VANISHING CREAM
Basis krim (vanishing cream) lebih banyak disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta
memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Voigt, 1995).
Krim ini memiliki keuntungan karena tidak bersifat greasy sehingga sangat cocok untuk digunakan sehari-hari, terutama oleh wanita dengan kulit yang berminyak (Bennett,
2013)
Krim vanishing ini tidak akan menimbulkan noda pakaian (Lachman, dkk., 1994), sesuai dengan persyaratan yang diperlukan oleh suatu sediaan tabir surya (Wilkinson, 1982)
-
VI. MATRIKS BAHAN DARI FORMULA MODIFIKASI
Karakteristik
Nama Bahan Sifat Kimia Sifat fisika Kadar lazim
Kadar yang
dipilih Fungsi
Nilai
HLB Alasan dipakai dalam formula
oxybenzene
(A)
pH : 6
stabil dalam wadah tahan
cahaya pada suhu tidak
melebihi 15oC (HPE
5th,p.514)
Pemerian: serbuk berwarna
kekuningan
Praktis tidak larut dalam air,
mudah larut dalam alkohol, dan
toluen. (HPE 5th,p.514)
up to 6%
(Nash and
Tanner, 2006)
3.198%
mengabsorbsi UVA
dan UVB (Nguyen &
Rigel, 2005).
Oksibenzon adalah benzofenon yang
paling luas digunakan, mengabsorbsi
UVA dan UVB (Nguyen & Rigel,
2005). Sebagai tabir surya kimia,
dikombinasikan dengan ekstrak tomat
sebagai tabir surya fisika
Octyl
methoxycinna
mate
(M)
m.p. : -25oC stabil dalam
wadah penyimpanan kedap
udara suhu 8-15oC
(Martindale 36th, p.1608)
Minyak kuning pucat, tidak larut
dalam air (Martindale 36th, p.1608)
< 7.5 %
(Cosmetic
Formulation
Of skin Care
Product,p.137)
3% UV-B absorben
Bahan yang mampu menyerap radiasi
UV-B
Titanium
dioxcide
(A)
Moisture content : 0,44%
Sangat stabil pada suhu
tinggi (HPE 5th,p.783)
Serbuk putih tidak berbau. Praktis
tidak larut dalam air, tidak larut
dalam asam mineral, larut
perlahan-lahan ketika dipanaskan
dengan sulfuric acid (Martindale
36th, p.1617)
< 25%
(Cosmetic
Formulation
Of skin Care
Product,p.137)
3%
UV filter,
meningkatkan
permeabilitas uap air
(HPE 5th,p.783)
Mampu memantulkan sinar UV yang
terkena kulit
Asam stearat
(M)
Stabilitas : Asam stearat
merupakan bahan yang
stabil, mungkin juga dapat
di tambahkan antioksidan
(Rowe, et.al., 2009 p 697)
Pemerian : Putih kekuningan,
agak mengkilat, kristal putih atau
serbuk kekuningan, sedikit berbau.
Kelarutan : larut dalam 1 : 5
benzena, 1 : 6 karbon tetraklorida,
1 : 2 kloroform, 1: 15 etanol, 1 : 3
eter, praktis tidak larut dalam air.
Titik leleh : 66 - 69C
(Rowe, et.al., 2009 p 697,699)
1-20%
(Rowe, et.al.,
2009 p 697)
6%
Emulsifying agent;
solubilizing agent;
tablet and capsule
lubricant
(Rowe, et.al., 2009 p
697)
15
Asam stearat digunakan sebagai
pengemulsi dan agen pelarut. Ketika
sebagian dinetralkan dengan alkali atau
trietanolamine, asam stearat dapat
digunakan dalam penyusunan krim
(Rowe, et.al., 2009 p 697)
Gliserin
(A)
Stabilitas : bersifat
higroskopis, gliserin murni
tidak rentan terhadap
Pemerian : Jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, cairan higroskopis,
rasa manis
-
oksidasi di bawah kondisi
penyimpanan biasa, tetapi
dapat terurai pada
pemanasan.
(Rowe, et.al., 2009 p 284)
Kelarutan : larut dalam air, etanol
95%, metanol, 1 : 500 eter, 1 : 11
etil asetat, praktis tidak larut dalam
benzena, kloroform, minyak
Titik leleh : 17,8 C
(Rowe, et.al., 2009 p 283 - 284)
memberikan
efek emolien)
(Rowe, et.al.,
2009 p 283)
humectant; plasticizer;
solvent; sweetening
agent; tonicity agent.
(Rowe, et.al., 2009 p
283)
gliserin digunakan terutama untuk sifat
humektan dan emoliennya. Gliserin
juga dapat digunakan sebagai pelarut
atau cosolvent dalam krim dan emulsi
(Rowe, et.al., 2009 p 283)
Propil paraben
(A)
Stabilitas : Stabil pada
larutan air pH 3 6 sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar.
pH : 4 8 (Rowe, et.al., 2009 p 596-
597)
Pemerian : Kristal atau bubuk
putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : 1:1,1 etanol 95%,
1:250 gliserin, 1:225 air 80C
Titik didih : 295C
(HPE 5th p 629-630)
Titik leleh : 96-99C
(HPE 6th p 596)
0.01-0.6%
(Rowe, et.al.,
2009, 596)
0,02%
Antimicrobial
(Rowe, et.al., 2009 p
596)
Berfungsi sebagai pengawet. Range
konsentrasi 0.01-0.6% (Rowe, et.al.,
2009, 596). Paraben memiliki efek
antimikroba spektrum luas, meskipun
sangat efektif terhadap kapang dan
khamir. (Rowe, et.al., 2009, 596).
10.
Metil paraben
(A)
Stabilitas : Stabil pada
larutan air pH 3 6 sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar.
pH : 4 - 8
(Rowe, et.al., 2009 p 442-
443)
Pemerian : Kristal tak berwarna
atau bubuk putih, tidak berbau,
sedikit pedas
Kelarutan : larut 1:400 air, 1:50
air 80C, 1:3 etanol 95%, 1:10
eter, 1:60 gliserin
(HPE 5th p 467-468)
Titik leleh : 125-128 C
(HPE 6 th p 443)
0.02-0.3%
(Rowe, et.al.,
2009, 442)
0,18%
Antimicrobial
(Rowe, et.al., 2009 p
441)
Berfungsi sebagai pengawet. Range
konsentrasi 0.02-0.3% (Rowe, et.al.,
2009, 442). Paraben memiliki efek
antimikroba spektrum luas, meskipun
sangat efektif terhadap kapang dan
khamir (Rowe, et.al., 2009, 442).
Setil alkohol
(M)
Stabilitas : : stabil dengan
adanya asam, alkali, cahaya
dan udarra tidak menjadi
tengik
(Rowe, et al, 2009 p 156)
serpihan putih, butiran, kubus,
memiliki bau yang khas dan rasa
hambar
larut dalam etanol 95% dan eter,
praktis tidak larut dalam air
Titik leleh : 45-52C
(Rowe, et al, 2009 p 155-156)
2-5%
(Rowe, et al,
2009 p 155)
2,5%
Coating agent;
emulsifying agent;
stiffening agent
(Rowe, et al, 2009 p
155)
15,5
Dapat digunakan sebagai pengemulsi,
dan emolien yang dapat meningkatkan
stabilitas, memperbaiki tekstur dan
meningkatkan konsistensi.
(Rowe, et al, 2009 p 155)
Veegum
(Magnesium
Alumunium
Stabilitas : Magnesium
alumunium silikat stabil
ketika di simpan dalam
Pemerian : putih sampai krem,
tidak berbau, tidak berasa, lembut,,
serbuk micronized
2 5% (sebagai
emulsion
2,28%
Adsorbent; stabilizing
agent; suspending
agent; viscosity-
Digunakan sebagai stabilizing agen.
Dapat meningkatkan viskositas dengan
dikombinasikan dengan suspending
-
silicate) kondisi kering, stabil pada
rentang pH yang luas,
kompatibel dengan pelarut
organik
(Rowe, et al, 2009 p 395)
Kelarutan : Praktis tidak larut
dalam alkohol, air, pelarut organik.
Titik leleh :
(Rowe, et al, 2009 p 394 - 395)
stabilizer)
(Rowe, et al,
2009 p 394)
increasing agent
(Rowe, et al, 2009 p
393)
agents seperti xanthan gum
(Rowe, et al, 2009 p 393)
Dimethicone Stabilitas : Tetap stabil
terhadap panas dan tahan
terhadap bahan kimia
meskipun merupakan asam
kuat.
(Rowe, et al, 2009 p 234)
Pemerian : Jernih, cairan tidak
berwarna
Kelarutan : larut dalam etil asetat,
metil etil keton, mineral oil, eter,
kloroform, toluene, sedikit larut
dalam etanol 95%, praktis tidak
larut dalam gliserin, propilen
glikol, air
(Rowe, et al, 2009 p 234)
0,5 5 % (Rowe, et al,
2009 p 233)
3%
Antifoaming agent;
emollient; water-
repelling agen
(Rowe, et al, 2009 p
233)
5
Dimethicone banyak digunakan dalam
kosmetik. Dalam emulsi minyak dalam
air, dimethicon di tambahkan ke fase
minyak sebagai antifoaming agen
(Rowe, et al, 2009 p 233)
KOH
(Potassium
hydroxide)
Stabilitas : potassium
disimpan dalam tempat
non metalik dan yang sejuk
dan kering
(Rowe, et.al., 2009 p 577)
Pemerian: putih, bentuk serpih,
palet kecil, higroskopis
Kelarutan : larut dalam 1 : 0,9 air,
1: 0,6 air 100 C, dalam 1 : 3
etanol 95%, dalam 1 : 2.5 gliseril,
praktis tidak larut dalam eter.
Titik didih : 360 C
(Rowe, et.al., 2009 p 576)
< 5% 0,3
Alkalizing agent
(Rowe, et.al., 2009 p
576)
Kalium hidroksida banyak digunakan
dalam formulasi untuk mengatur pH
dan juga dapat digunakan untuk
bereaksi dengan asam lemah untuk
membentuk garam
(Rowe, et.al., 2009 p 577)
-
VII. BENTUK SEDIAAN DASAR a. Bentuk : Krim vanishing b. Definisi : Krim vanishing adalah basis krim yang ketika digunakan atau
digosokkan pada kulit, akan lenyap, atau hanya akan sedikit terlihat sisa keberadaan
krim tersebut. Basis krim ini merupakan basis krim o/w yang dapat dicuci dengan air
(Lachman, dkk., 1994).
c. Persyaratan : Krim yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu mudahdioleskan dan merata pada kulit, mudah dicuci bersih dari daerah lekatan, tidak
menodai pakaian, tidak berbau tengik, bebas dari partikel keras dan tajam, tidak
mengiritasi kulit, dan tempat penyimpanannya harus sesuai dengan sifat krim yang
dibuat (Wilkinson, 1982).Basis krim vanishing memberikan efek dingin pada kulit,
tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Voigt,
1995).Disebabkan karena harus bisa digosok maka, komposisi pada fase minyak adalah
ester emolien yang bisa meninggalkan lapisan film tipis pada kulit, dan persentase fase
minyaknya rendah. (Wilkinson, 1982).
VIII. BENTUK SEDIAAN KOSMETIK TERPILIH a. Bentuk : Krim tabir surya b. Definisi : Material serbuk yang opaque, ketika diaplikasikan di kulit pada
kondisi kering atau digunakan bersama pembawa yang sesuai, akan mampu memecah
sinar ultraviolet. (Wilkinson, 1982).
c. Persyaratan : Harus efektif dalam mengabsorpsi radiasi eritmogenik (290 320 nm), harus mampu menghantarkan gelombang dengan range 300 400 nm untuk menghasilkan efek penghitaman yang maksimum, tidak menguap dan resisten terhadap
air serta perspirasi, tidak berbau atau setidaknya berbau lemah (masih bisa diterima
konsumen) dan terdapat rasa nyaman terhadap karakteristik fisika lainnya seperti
stickiness, non toksik, tidak mengiritasi, tidak menyebabkan sensitisasi, harus mampu
memberikan efek proteksi selama beberapa jam, stabil, tidak mewarnai pakaian.
(Wilkinson, 1982).
-
IX. Susunan Formula
Penentuan bobot sediaan untuk 1 resep
Luas permukaan tubuh= 1592 inch2 (Kreps & Goldemberg, 1972) = 10271 cm
2
Pengaplikasian dengan menggunakan jari tangan (fingertip unit) (Long,1991)
= 0,43 g / 257 cm2 (untuk wanita) ----used
= 0,49 g / 312 cm2 (untuk pria)
Aplikasi krim diperkirakan pada wajah dan leher (9% luas tubuh), serta pada lengan bagian
bawah (9% luas tubuh) (Gumilar, 2012)
Perkiraan lama penggunaan krim = 1 hari sekali untuk 10 hari
Bobot sediaan yang dibutuhkan =
No Nama Bahan Sinonim Bahan
pengganti
Konsentrasi 1 Resep u/
30 g
(gram)
1 batch u/
3R/ (gram) Awal
(%)
Modifikas
i (%)
1
Filtrosol A*
(Avobenzone
, Ensulizole,
Octinoxate,
Oxybenzone)
Oxybenzene
Titanium
dioxide
Octinoxate
5,0
3.198
3
3
0.9
0.9
2.25
2.7
2.7
6.75
2 Asam Stearat 6 6,0 1.8 5.4
3 Setil alkohol Cetanol 0.5 2,0 0.6 1.8
4 Veegum
Magnesium
Aluminium
Silikat
2,28 2,28 0.684 2.052
5
KOH
Potassium
hidroksida
0,3
0,3 0.09 0.27
6 Parfum q.s.
7 Pengawet q.s.
8 Gliserol
10,
3 9
9 Nipagin 00,18 0.054 0.162
10 Nipasol 0,02 0.006 0.018
11 Dimethicone 1 0.3 0.9
Perhitungan Sisa air :
1 r/ = 30 ( 0.9+0.9+2.25+1.8+0.6+0.684+0.09+3+0.054+0.006+0.3) = 13.416 ml
3 r/ = 90 ( 2.7+2.7+6.75+5.4+1.8+2.052+0.27+9+0.162+0.018+0.9) = 58.248
-
X. Rancangan Cara Pembuatan
1. Basis. a. Preparasi fase minyak
1. Ditimbang Dimethicone sebanyak 0,9 gram menggunakan cawan porselen
2. Dipanaskan diatas Water Bath. 3. Ditimbang asam stearat sebanyak 5,4 gram menggunakan cawan
porselen.
4. Ditimbang setil alkohol sebanyak 1,8 gram menggunakan kertas perkamen. Di timbang Octinoxate 6.75 gram menggunakan cawan
porselen
5. Dimasukkan ke dalam cawan yang berisi dimethicone, dipanaskan diatas Water Bath.
6. Ditunggu hingga semua bahan meleleh. b. Preparasi Fase Air
1. Ditimbang Nipagin 0.162 gram dan Nipasol 0.018 gram menggunakan kertas perkamen.
2. Ditimbang Boraks 0,45 gram menggunakan kertas perkamen. 3. Ditimbang gliserin sebanyak 9 gram menggunakan cawan porselen. 4. Nipagin, nipasol, dan boraks dilarutkan dalam gliserin. 5. Ditimbang KOH 0,27 gram dengan gelas arloji. 6. Diukur air sebanyak 36,1 ml menggunakan gelas ukur.Dipindah ke
beker glass.
7. KOH dilarutkan dalam air. 8. Ditimbang Benzofenon-3 gram
Ditimbang titanium dioxide gram, di larutkan dalam air
9. Dicampurkan pengawet yang telah dilarutkan dalam gliserin, benzofenon-3, titanium dioxide, octinoxate ke dalam beker glass yang
berisi air tadi.
10. Dipanaskan di atas water bath. c. Preparasi veegum
1. Dipanaskan air sebanyak 20 ml di atas water bath. 2. Ditimbang veegum sebanyak 2,052 gram kemudian didispersikan
dalam air panas tersebut.
2. Pembuatan Krim a. Disiapkan mortir panas (diberi sedikit alkohol lalu dibakar dengan api). b. Dimasukkan veegum ke dalam mortir c. Dimasukkan juga fase minyak 1 dan 2. d. Dimasukkan segera fase air. e. Dilakukan pengadukan kuat secara terus menerus hingga mortir menjadi
dingin
f. Pengadukan dilanjutkan hingga campuran didalam mortir memadat membentuk krim.
g. Dimasukkan krim kedalam wadah yang telah dipersiapkan. h. Diberi dus dan label yang sesuai.
-
XI. Spesifikasi Sediaan Akhir
No Kriteria Uji Spesifikasi
1 Organoleptis
Warna
Bau
Bentuk
Perabaan
Putih
Tidak berbau
Krim opaque
Lembut
2 pH 4,5 - 8,0 (SNI, 1996)
3 Homogenitas Homogen (SNI, 1996)
4 Viskositas 2000 50000 cps (SNI, 1996)
5 Daya Sebar 3-5 cm (Garg, et.al., 2002)
6 Daya Lekat Tidak lengket atau lekat
7 Daya Tercucikan Air Agak susah tercucikan air
8 Tipe emulsi m/a
9 Ukuran partikel 1 50 m (Yenti et al, 2011)
10 SPF 15*)
*)Karena kandungan SPF di atas 30 tidak akan terlalu memberikan proteksi lebih karena
kemampuan proteksi tidak selalu berbanding lurus dengan angka SPF itu sendiri. Tabir
surya SPF 15 menghalangi 9.43% UV B. SPF 30 menghalangi 96.7% UV B. Oleh karena
itu, disimpulkan bahwa tabir surya dengan SPF 15-30 telah mampu memberikan
perlindungan yang cukup (Draelos & Thaman, 2006).
*)Kulit untuk daerah tropis (Asia) cukup menggunakan sediaan tabir surya dengan nilai
SPF sebesar 12 29.
(Pray, 2006)
-
(Lowe & Friedlander, 1997)
XII. Rancangan Evaluasi
a. Pengamatan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bentuk luar, dan bau dari
sediaan krim. Cara mengetahui bentuk penampakan krim (opaque / translucent) adalah
dengan menggunakan dua gelas arloji datar kemudian meratakan sejumlah sediaan dengan
gelas arloji tersebut. Sediaan yang terdapat di gelas arloji diterawang dengan menggunakan
lampu atau senter.
b. Pemeriksaan pH Untuk melakukan pemeriksaan pH, pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan
menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01)
hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue.Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram
sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling.Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut dan dibiarkan hingga alat menunjukkan harga pH yang konstan.(Rawlins, 2003).
c. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok. Krim dikatakan homogen bila
susunan partikel-partikel tidak ada yang menggumpal atau tidak tercampur (Anonim,
1979).
Kriteria Penilaian
+++ Sangat homogen
++ Kurang homogen
+ Tidak homogen
d. Pengujian Viskositas Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan rotary brookfield viscometer, dengan
cara memasukkan sebanyak 250 ml sediaan pada gelas piala, kemudian memasang spindel
yang sesuai dengan sediaan. Spindel dicelupkan ke dalam sediaan kemudian alat dinyalakan
dan mencatat hasil yang diperoleh (Remington, 1995).
e. Pengujian Daya Sebar Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara sejumlah 0,5 gram sediaan diletakkan dengan
hati-hati di atas kertas grafik yang telah dilapisi kaca transparan, kemudian dibiarkan sesaat
(kurang lebih 15 detik). Luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung, kemudian ditutup
-
lagi dengan lempengan kaca yang diberi beban 5 gram dan dibiarkan selama 60
detik.Kemudian luas yang diberikan oleh sediaan dihitung dan dicatat (Voigt, 1995).
Kriteria Penilaian Keterangan
+++ 5 cm Sangat mudah menyebar
++ 3-5 cm Mudah menyebar
+ 3 cm Tidak menyebar
f. Pengujian Daya Lekat Pengujian daya lekat dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah sediaan pada punggung
tangan, kemudian diratakan dan dirasakan apakah ada rasa lengket yang ditimbulkan oleh
sediaan.
Kriteria Penilaian Keterangan
+++ Sangat lekat 1cm
++ Kurang lekat 0.5 1cm
+ Tidak lekat 0.5cm
g. Pengujian Daya Tercucikan Air Pengujian daya tercucikan air dilakukan dengan cara sejumlah 1 g krim dioleskan pada
telapak tangan kemudian dicuci dengan sejumlah volume air sambil membilas tangan.
Kriteria Penilaian Keterangan
+++ 30 s Sangat mudah tercucikan air
++ 30 s 1 mnt Mudah tercucikan air
+ 1 mnt Tidak tercucikan air
h. Pengujian tipe emulsi Pengujian tipe emulsi bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu: metode pengenceran dan
metode dispersi zat warna (Pakki et al, 2009)
Metode pengenceran, krim yang jadi dimasukkan ke dalam vial, kemudian diencerkan de-
ngan air. Jika emulsi dapat diencerkan maka tipe emulsi adalah tipe m/a (Pakki et al, 2009).
Sementara untuk metode dispersi zat warna, emulsi yang dibuat dimasukkan ke dalam vial,
kemudian ditetesi de-ngan beberapa tetes larutan biru metilen. Jika warna biru segera
terdispersi ke seluruh emulsi maka tipe emulsinya adalah tipe m/a (Pakki et al, 2009).
Kriteria Penilaian
Emulsi m/a Dapat diencerkan dengan air
Emulsi a/m Tidak dapat diencerkan dengan air (terpisah)
i. Pengujian distribusi ukuran partikel Pengukuran distribusi ukuran partikel dilakukan denganmemakai alat mikroskop yang
dilengkapi dengan mikrometer okuler. Caranya adalahdengan menimbang 0,1 gram krim
kemudian diencerkan dengan air suling sampai1 ml diambil sedikit hasil pengenceran
tersebut dan diteteskan pada kaca objek, laludilakukan pengukuran partikel sampai dengan
500 partikel (Lachman, dkk,1994). Distribusi ukuran partikel yang baik dan stabil secara fisik
adalah 1-50 m (Yenti et al, 2011).
j. Pengujian nilai SPF
Metode Petro (1981) mempersyaratkan bahwa untuk menghitung nilai SPF, kadar sampel
dalam kuvet harus ekivalen dengan 0,001% atau 0,01 g/L atau 10 mg/L bahan aktif.
Penentuan efektivitas tabir surya dilakukan dengan menentukan nilai SPF secara in vitro
dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Krim diencerkan 4000 ppm, caranya diambil sebanyak
0,1 gram dan dilarutkan dalam 25 mL etanol. Kemudian dipipet 0,25 ml dengan
menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, kemudian ditambahkan
-
etanol hingga garis tanda. Sebelumnya spektrofotometer dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan etanol 95%. Caranya etanol sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam kuvet
kemudian kuvet tersebut dimasukkan dalam spektrofotometer UV-Vis untuk proses kalibrasi.
Setelah itu dibuat kurva kurva serapan uji dalam kuvet dengan panjang gelombang antara
290-320 nm, gunakan etanol 95% sebagai blanko.
Pengukuran nilai SPF dilakukan dengan mengukur serapan sediaan pada spektrofotometer
setiap 5 nm pada rentang panjang gelombang dari 290 nm sampai panjang gelombang di atas
320 nm yang memiliki nilai serapan minimal 0,05. Selanjutnya, area di bawah kurva dihitung
tiap 5 nm dari jumlah serapan pada panjang gelombang ke n dan serapan pada panjang gelombang ke n-1dibagi 2 dikali 5 (luas trapesium). Nilai log SPF dihitung dengan cara membagi jumlah seluruh area di bawah kurva dengan selisih panjang gelombang terbesar dan
terkecil. Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi SPF (Petro, 1981).
Perhitungan nilai SPF dilakukan berdasarkan dari pengamatan absorbansi.Dari pengamatan
absorbansi tersebut maka dapat dibuat kurva antara nilai serapan dan panjang gelombang
serta dapat dilakukan perhitungan luas daerah bawah kurva serapan atau area under curve
(AUC). Nilai AUC dapat dihitung dengan rumus:
Dimana:
AUC : Luas daerah dibawah kurva serapan
: serapan pada panjang gelombang yang memberikan serapan minimal 0,05 ( )
: Serapan pada panjang gelombang sebelum
Nilai SPF dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
Dimana:
AUC : Luas daerah di bawah kurva serapan
: Panjang gelombang dengan nilai serapan minimal 0,05
: Panjang gelombang terkecil (290 nm).
HASIL EVALUASI
1. Organoleptis
Parameter Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Bentuk luar Opaque
Warna Putih
Bau Tidak berbau
Perabaan Lembut
2. Nilai pH
pH Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Replikasi 1
4,5-8,0 Replikasi 2
Replikasi 3
-
3. Homogenitas
Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Homogenitas Homogen
4. Viskositas
Viskositas Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Replikasi 1
2000-50000 cps Replikasi 2
Replikasi 3
5. Daya lekat
Daya Lekat
Hasil percobaan Spesifikasi sediaan
Pembanding Sediaan
Tidak lekat, tidak
menimbulkan rasa
lengket
6. Daya sebar
Daya sebar
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
3-5 cm
7. Daya tercucikan air
Daya tercucikan air
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
Agak susah
tercucikan air
8. Tipe emulsi
Tipe emulsi
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
m/a
9. Ukuran partikel
Ukuran partikel
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
1-50 m
10. SPF
SPF
Hasil percobaan
Spesifikasi sediaan Pembanding Sediaan
15
-
Hasil serapan sediaan pembanding
Panjang
gelombang (nm)
Absorbansi
290
Hasil serapan sediaan modifikasi
Panjang
gelombang (nm)
Absorbansi
290
-
Hasil uji ukuran partikel sediaan pembanding
-
Hasil uji ukuran partikel sediaan modifikasi
-
TABEL REKAPAN EVALUASI
Parameter Hasil
Spesifikasi Keterangan Sediaan Pembanding Sediaan Modifikasi
Organoleptis
Bentuk Luar
Warna
Bau
Perabaan
Krim Opaque
Putih
Tidak berbau
Lembut
pH 4,5 - 8,0 (SNI, 1996)
Viskositas 2000 50000 cps (SNI, 1996)
Daya Lekat
Tidak lekat, tidak menimbulkan rasa lengket
Homogenitas
Homogen (SNI, 1996)
Daya Sebar
3-5 cm (Garg, et.al., 2002)
Daya Tercucikan Air
Agak susah tercucikan air
Tipe Emulsi
m/a
Distribusi Ukuran Partikel
1 50 m (Yenti et al, 2011)
SPF 15
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Direktorat Jenderal POM, Jakarta.
Anonim. 1979.Farmakope Indonesia. Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim. 1993. Kodeks Komestika Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Budiman, M.H. 2008. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim yang
Mengandung Ekstrak Kering Tomat(Solanum lycopersicum L.). Departemen Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.
Draelos, Z.D. 2006. Cutaneous Formulation Issues. In: Z.D. Draelos and L.A. Thaman
(Eds). Cosmetic Formulation of Skin Care Product. Taylor and Francis Group, New York.
Garg, N., D.S. Cheema, and A.S. Dhatt. 2006. Genetics of Yield, Quality and Shelf Life
Characteristics in Tomato under Normal and Late Planting Conditions. Euphytica, 159:
275-288.
Goldfaden, G., Goldfaden, R. 2012. Topical Lycopene Improves Skin Cellular Function.
Life Extension Magazine.
Goswami, PK., Samant, M., Srivastava, R. 2013. Natural Sunscreen Agent: A Review.
Scholars Academic Journal of Pharmacy (2), pp. 458 463.
Hadley, CW. 2004. Tomato and Soy Phytochemicals: in Vivo Biodistribution,
Bioavailability, Antioxidant/Oxidative Environment Regulation, and Prostate
Biomarker Modulation Dissertation. The Ohio State University, Ohio, pp. 3 5.
Heber, D and Q.Y. Lu. 2002. Overview of Mechanism of Action of Lycopene. Exp Biol
Med (10), pp. 920 923.
Jellinek, J.S. 1970. Formulation and Function of Cosmetics. Wiley Interscience, New
York.
Kreps, S.I. and R.L. Goldemberg. 1972. Suntan Preparation. In: M.S. Balsam and E.
Sagarin, eds. Cosmetics Science and Thecnology. 2nd
edition. John Willey and Sons INC,
New York.
Lachman, L., Lieberman, A.H., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri (Suyatmi, S.,
penerjemah). Edisi III. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Pp. 1098-1099, 1117-1118.
Long, C.C. and A.Y. Finlay. 1991. The Fingertip Unit: A New Practical Measure.
Clin.Exper.Dermatol., 16: 444-446.
Lowe, N.J. and J. Friedlander. 1997. Sunscreens:Rationale for Use to Reduce
Photodamage and Phototoxicity. In: N.J. Lowe, N.A. Shaath, and M.A. Pathak.
Sunscreens: Development, Evaluation, and Regulatory Aspects. Second edition. Marcel
Dekker INC., New York.
Masters, E. J. 1972. Cleansing Creams and Lotions. In: M.S. Balsam, et.al.Cosmetics:
Science and Technology. 2nd
edition. Wiley Interscience, New York.
-
Muhimmah, M. 2011. Uji In Vitro Nilai Sun Protecting Factor (Spf) Krim Tabir Surya
Ekstrak Metanol Buah Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill) dan Uji Stabilitas
Fisiknya. Jurusan Farmasi FMIPA UII.
Oyetayo, FL., Ibitayo, MF. 2012. Phytochemical and Nutrient / Antinutrient Interactions
in Cherry Tomato(Lycopersicon esculentum) FRUITS. International Journal of Advanced
and Biological Research (2), pp. 681 684.
Petro, A.J. 1981. Correlation of Spectrophotometric Data with Sunscreen Protection
Factors. International Journal of Cosmetic Science, 3(4), 185196.
Pray, W.S. 2006. Nonprescription Products Therapeutics.Second edition.Lippincott
William & Wilkins, USA.
Rawlins, E.A. 2003. Bentleys Textbook of Pharmaceutics. 18thedition. Bailierre Tindal,
London.
Remington J.P. 1995.The Sciences and Practice of Pharmacy.19th
edition,volume I. Marck
Publishing Company,Easton Pensylvania.
Rowe, R.C., P.J. Sheskeyand M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.
6th
edition. Pharmaceutical Press and The American Pharmacist Association, London.
Shaath, N.A. 2005. Sunscreens. 3rd
edition. Taylor & Francis Group, New York.
SNI. 16. 4399. 1996. Sediaan Tabir Surya. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Suarez, MH., Rodriguez, EM., Romero, CD. 2007. Chemical Composition of Tomato
(Lycopersicon esculentum) from Tenerife, Canary Island. Food Chemistry (100), pp.
1046 1056.
Tannis, A. 2009. Feed Your Skin, Starve Your Wrinkles: Eat Your Way to Firmer,
More Beautiful Skin with the 100 Best Anti-Aging Foods. Fair Winds, pp. 52 53.
Tranggono, R.I. & F. Latifah. 2007. BP : Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 46
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi 5. (S.N. Soewandhi,
penerjemah). Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Wilkinson, J.B., et. al.; 1982; Harrys Cosmeticology.7th edition; Leonard Hill Book;
London.
Yenti, R., R. Afrianti, dan L. Afriani. 2011. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun
Kirinyuh (Euphatorium odoratum. L) untuk Penyembuhan Luka. Majalah Kesehatan
PharmaMedika, 2011, 3(1), 227-230.
Nguyen, N., & Rigel, D.S. (2005).Photoprotection and the Prevention of
Photocarcinogenesis. In Sunscreens : Regulation and Commercial Development. Eds: Shaat,
N.A. Third Edition. Department of Dermatology, New York University School of Medicine.
New York. USA. P.157-159.
Pohanish, RP. 2011. Sittig's Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens.
William Andrew, p. 360
Gonzalez, S., Fernandez-Lorente, M., Gilaberte- Calzada, Y. 2008.The latest skin of
photoprotection. Clinic in Dermatology (26), pp. 614 626.
IARC Monograph