uas seminar pariwisata

24
1 ANALISIS PENGARUH KEHADIRAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN TERHADAP SEKTOR PARIWISATA SERTA KELESTARIAN BUDAYA BETAWI DI JAKARTA TUGAS UAS MATA KULIAH SEMINAR PARIWISATA Oleh : Leski Rizkinaswara Yustafa 11/318384/SA/15920 JURUSAN PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Upload: leskirizswara

Post on 14-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH KEHADIRAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN TERHADAP SEKTOR PARIWISATA SERTA KELESTARIAN BUDAYA BETAWI DI JAKARTATUGAS UAS MATA KULIAH SEMINAR PARIWISATA

Oleh :Leski Rizkinaswara Yustafa11/318384/SA/15920

JURUSAN PARIWISATAFAKULTAS ILMU BUDAYAUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pariwisata pada zaman sekarang ini merupakan sebuah sektor yang mulai banyak di geluti banyak negara karena pariwisata adalah sektor yang mudah mendatangkan sumber devisa bagi suatu negara dan dengan waktu yang relatif cukup singkat, Indonesia merupakan salah satu negara dengan modal pariwisata yang sangat banyak, sepereti pesona alam yang terpampang di pulau Bali, Lombok, ataupun tempat-tempat besejarah dan masih banyak lagi lain nya di sudut lain negara Indonesia, akan tetapi sungguh menyedihkan dengan begitu banyak nya modal pariwisata yang kita miliki kita belum cukup pandai mengolah dan memanfaatkan potensi-potensi tersebut, bahkan Indonesia kalah dengan negara-negara tetangga yang sebenernya tidak memiliki potensi pariwisata sebesar Indonesia. Dalam karya ilmiah ini penulis akan mengambil tema salah satu tempat wisata di Indonesia, yaitu perkampungan budaya betawi setu babakan, perkampungan budaya betawi setu babakan merupakan salah satu tempat wisata yang berada di sudut kota Jakarta, perkampungan budaya betawi setu babakan terletak di Jln. Moch Kahfi II Rt.009/08 , Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa Jakarta SelatanPenulis tertarik mengambil tema perkampungan budaya betawi setu babakan karena keberadaan Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari berbagai penjuru dunia. Akibat dari pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta terbatasnya lahan di Jakarta, menyebabkan beban tugas di sektor kebudayaan menjadi sangat kompleks dan dikhawatirkan lambat laun akan memusnahkan adat istiadat tradisional budaya warganya terutama masyarakat Betawi sebagai inti warga Jakarta.Selain itu Betawi sebagai suku dan kebudayaan inti Jakarta memiliki beragam keunikan. Seperti yang kita ketahui etnik Betawi merupakan percampuran dari beberapa etnik seperti Bugis, Hindu, Cina, Melayu, Arab, Belanda serta Portugis. Hal tersebut yang menjadikan kebudayaan Betawi menjadi beragam. Keragaman tersebut menimbulkan ciri tersendiri bagi masyarakat Betawi. Masyarakat Betawi pada dasarnya merupakan masyarakat yang terbuka/egaliter, Masyarakat Betawi sangat menghargai para pendatang, Selain itu, kearifan lokal warga Betawi yang selalu mencari solusi dengan cara yang elegan, kuat rasa humor tanpa harus kehilangan substansi, dirasakan sebagai sebuah kekuatan yang harus dipertahankan.Perkampungan budaya betawi setu babakan ini juga merupakan satu dari sedikit perkampungan budaya asli betawi yang masih ada di kota Jakarta, dengan semakin berkembang nya zaman kota Jakarta menjadi sebuah kota metropolis yang penuh dengan kegiatan ekonomi, politik, dan banyak sekali berdiri gedung-gedung pencakar langit serta mall-mall yang hampir ada di seluruh sudut kota Jakarta, hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta tersebut semakin mengikis eksistensi dari perkampungan-perkampungan asli budaya betawi. Judul ini sengaja di pilih karena menarik perhatian penulis untuk di cermati dan dipelajari lebih mendalam, dan perlu mendapat perhatian dan dukungan oleh semua pihak yang peduli terhadap dunia pariwisata di negara kita tercinta Indonesia

1.2 Permasalahan PenelitianPermasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah1.2.1 Potensi apa yang dimiliki perkampungan budaya betawi setu babakan terkait dalam sektor pariwisata?1.2.2 Bagaimana komponen-komponen daya tarik wisata yang ada di perkampungan budaya betawi setu babakan berjalan selama ini dan pegaruh nya bagi masyarakat lokal?1.2.3 Bagaimana peranan perkampungan budaya betawi terhadap kelestarian budaya betawi di Jakarta?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah1.3.1 Adalah untuk mengetahui secara jelas dan mendetail potensi apa saja yang dimiliki oleh perkampungan budaya betawi terkait sektor pariwisata.1.3.2 Adalah untuk menganalisa bagaimana komponen-kmponen daya tarik wisata yang ada di perkampungan budaya betawi bejalan selama ini, dan apa pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar.1.3.3 Adalah untuk menganalisa sejauh mana pengaruh kehadiran perkampungan budaya betawi yang terletak di jakarta selatan ini terhadap kelestarian budaya betawi?

1.4 Manfaat PenelitianManfaat penelitian diharapkan antara lain secara,1.4.1 Teoretis, dapat menjadi sumbangan pengetahuan dalam pembelajaran ilmu pariwisata khususnya yang berkaitan dengan destinasi wisata , dan lebih khususnya lagi mengenai besarnya peran perkampungan budaya betawi setu babakan terkait sektor pariwisata serta kelestaran budaya betawi di jakarta.1.4.2 Praktis, dari hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat memberikan masukan serta bahan evaluasi bagi sebuah destinasi khususnya perkampungan budaya betawi dimana diharapkan ada nya strategi pengembangan yang baik yang dapat mensinergikan antara kepariwisataan dan kelangsungan kelestarian budaya asli daerah setempat tersebut dalam hal ini yaitu budaya betawi.

1.5 Tinjauan PustakaNatrisya Sekararum (2014) judul penelitian ini adalah Pengaruh pengembangan obyek wisata setu babakan terhadap kondisi ekonomi dan budaya masyarakat. Dalam penelitian ini penulis mentik beratkan kawasan setu babakan terhadap ekonomi dan buday masarakat, yaitu tingkat pendapatan dan pemeliharaan budaya betawi. Dengan segala aspek kehidupan yang terkait di dalamnya akan menuntut konsekuensi dari terjadinya pertemuan dua budaya atau lebih yang berbeda, yaitu budaya para wisatawan dengan budaya masyarakat sekitar obyek wisata. Pertemuan antara masyarakat lokal, yaitu masyarakat Betawi dengan masyarakat pendatang dapat menyebabkan kemunduran atau memudarnya budaya Betawi. Oleh karena itu, masyarakat lokal dan masyarakat pendatang harus menjaga dan melestarikan budaya Betawi agar menjadi potensi daya tarik wisata.

Daniel Azka Alfarobi (2002), judul penelitian ini adalah kajian kesesuaian kawasan setu babakan dan situ manggabolong sebagai perkampungan budaya betawi, dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti apakah kedua kawasan tersebut sudah layak dan memenuhi kriteria jika di sebut sebagai perkampungan budaya betawi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dalam analisis kebijakan yaitu pendekatan fakta, pendekatan nilai, dan pendekatan aksi. Pendekatan fakta dalam penelitian ini adalah faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam penetapan Perkampungan Budaya Betawi, pendekatan nilai adalah perkiraan dampak jangka panjang dari kebijakan penetapan kawasan Situ Babakan dan Situ Manggabolong sebagai Perkampungan Budaya Betawi, sedangkan pendekatan aksi adalah tindakan yang dapat dilakukan terhadap kebijakan penetapan kawasan Situ Babakan dan Situ Manggabolong sebagai Perkampungan Budaya Betawi.

Faradillah (2012), judul penelitian ini adalah konservasi kawasan wisata perkampungan budaya betawi setu babakan di DKI Jakarta, dalam penelitian ini penuli mencoba meneliti kawasan wisata setu babakan sebagai kawasan konservasi. Dimana kawasa konservasi yang di maksud adalah bahwa kawasan setu babakan ini diperutukan untuk badan penampungan resapan air, irigasi, rekreasi, dan penanggulangan banjir.

Budi dan Eizabeth (2010), judul peneltian ini adalah penentuan jenis spirulina sp di setu babakan, jagakarsa, jakarta selatan. Dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti tentang tumbuhan air yang ada di setu babakan khusus nya golongan alga dan tumbuhan tinggi, penulis mencoba melakukan riset mengenai nama-nama dari mikroalga serta parameter yang menjadi faktor pembatas kehidupannya. Di setu babakan jumlah tumbuhan-tumbuhan tersebut sangat sedikit jumlah nya dan dalam penilitian ini diharapkan dapat terpecahkan masalah utama yang menyebabkan masalah tersebut.

Sesuai dengan tinjauan pustaka di atas, penelitian sesuai dengan judul belum pernah dikerjakan oleh siapapun.

1.6 Landasan Teori

Teori yang digunakan adalah teori komponen daya tarik wisata yakni : Inskeep (1991;77) daya tarik wiata dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :1. Natural attraction : berdasarkan pada bentukan lingkungan alami2. Cultural attraction : berdasarkan pada aktivitas manusia3. Special types of attraction : atraksi ini tidak berhubungan dengan kedua kategori diatas, tetapi merupakan atraksi buatan seperti theme park, circus, shopping.Suwantoro (1997: 74) menyebutkan beberapa bentuk produk pariwisata alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu: Pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro (agrotourism), pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi (culinary tourism), pariwisata spiritual (spiritual tourism)

Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek lainnya.

Yoeti (2002:5) daya tarik atau atraksi wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: (a) Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other geographical features of the destinations. (b) Cultural attraction: history and folklore, religion, art and special events, festivals. (c) Social attractions: the way of life, the resident populations, languages, opportunities for social encounters. (d) Built attraction: building, historic and modern architecture, monument, parks, gardens, marinas.

Cooper (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu: 1) Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan. 2) Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya terminal. 3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. 4) Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti destination marketing management organization, conventional and visitor bureau.

Soerjono Soekanto (1990:188) mengemukakan kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan itu diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Kebudayaan itu ada karena adanya masyarakat, sehingga budaya dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan antara keduanya.

E.B. Taylor (1994: 23) yang menyatakan bahwa kebudayaan itu adalah seluruh yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Usman Pelly dan Asih Menanti (1994: 31) menyatakan bahwa kebudayaan tercipta karena keberadaan manusia. Manusialah yang menciptakan kebudayaan dan manusia pula menjadi pemakainya, sehingga kebudayaan akan selalu ada sepanjang keberadaan manusia.

1.7 Metode Penelitian

Metode yang akan dipakai dapat berupa metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif lebih menekankan analisis nya pada penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamka hubungan dengan menggunakan logika ilmiah, namun bukan berarti tidak menggunakan sama sekali dukungan data kuantitatf. Metode Deskriptif, yang dilaksanakan dengan cara :Penelitian lapangan : Penulis melakukan penelitian melalui survey langsung ke lapangan pada aktifitas pariwisata yang terdapat di perkampungan budaya betawi setu babakan.

1.8 Metode Perolehan Data1. Pengamatan / Observasi : Observasi dilakukan di perkampungan budaya betawi setu babakan di Jln. Moch Kahfi II Rt.009/08 , Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan secara langsung, dengan mengamati aktifitas parwisata yang terjadi serta mendokumentasi kan nya dalam bentuk video dan audio. 2. Studi Pustaka : Memasukkan beberapa hasil penelitian pengembanan destinasi khusus nya mengenai perkampungan budaya betawi setu babakan yang telah dipublikasikan sebagai karya ilmiah.3. Wawancara : Wawancara kepada wisatawan yang berkunjung ke perkampungan budaya betawi setu babakan dan masyarakat lokal sekitar untuk dapat mengomparasikan argumen serta opini dari kedua pihak tersebut, serta wawancara dengan pengelola perkampungan budaya betawi guna mendapatkan infrmasi-informasi yang diperlukan dalam penyusunan kaya ilmiah ini. 4. Kuesioner: Membagikan daftar pertanyaan terkait permasalahan penelitian untuk menjawab permasalahan yang ada, dalam bentuk pertanyaan sederhana dan mudah dipahami oleh wisatawan perkampungan budaya betawi setu babakan serta masyarakat lokal setempat.

BAB IIGAMBARAN UMUM PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

2.1 Sejarah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Setu Babakanterletak diSrengseng Sawah, kecamatanJagakarsa,Jakarta Selatan,Indonesia.yang berfungsi sebagai pusatPerkampungan Budaya Betawi, suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan kebudayaan Jakarta, yaitu budaya asli Betawi. Situ atau setu Babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar (79 akre) dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwungdan saat ini digunakan untuk memancing bagi warga sekitarnya. Danau ini juga merupakan tempat untuk rekreasi air seperti memancing, sepeda air, atau bersepeda mengelilingi tepian setu.Setu babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan kota Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.Setu Babakan adalah kawasan hunian yang memiliki nuansa yang masih kuat dan murni baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana,, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi. Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar.Perkampungan ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa barat, Jawa tengah, Kalimantan, dan lainnya yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.Setu babakan, sebagai sebuah kawasan cagar budaya Betawi, sebenarnya merupakan objek wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar budaya dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama.Dalam sejarahnya, penetapan setu babakan sebagai kawasan cagar budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namunbatal dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan setu babakan sebagai kawasan cagar budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, setu babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, sebagai kawasan cagar budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan setu babakan juga merupakan salah satu objek yang dipilihPacifik Asia Travel Association(PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta pada bulan Oktober 2002.

2.2 Orientasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.2.2.1 Lokasi Administratif : Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan berlokasi di kelurahan srengseng sawah, kecamatan jagakarsa, jakarta selatan, provinsi DKI Jakarta Indonesia.2.2.2 Letak Geografis : Utara Jalan Moch Kahfi II, Timur Jalan Putera Mangga Bolong Timur, Selatan Jalan Tanah Merah, Jalan Srengseng Sawah, Jalan Puskesmas, Barat Jalan Moch Kahfi II2.2.3 Luas : +- 32 hektare

2.3 Aksebilitas Akses menuju lokasi perkampungan Setu Babakan relatif mudah, karena terdapat banyak kendaraan umum yang melewati perkampungan ini. Dari Terminal Pasar Minggu, pengunjung dapat menggunakan Kopaja No. 616 jurusan Blok M menuju Cimpedak. Setelah sekitar 30 menit dan, pengunjung dapat turun di depan pintu gerbang perkampungan setu babakan. Selain itu, bagi wisatawan yang berangkat dari Terminal Depok dapat menggunakan taksi menuju perkampungan Setu babakan.Alternatif lainnya, pengunjung yang berangkat dari Terminal Depok dapat juga menggunakan Metromini 616 jurusan Blok M - Pasar Minggu - Cimpedak atau menggunakan angkutan umum bernomor 128, kemudian turun di depan pintu gerbang perkampungan setu babakan. Apabila menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung diminta memarkir kendaraannya di tempat yang telah disediakan, kemudian dipersilakan mengunjungi perkampungan dengan berjalan kaki atau bersepeda mengelilingi setu babakan.

2.4 Fasilitas Yang Ada Di Perkampungan Budaya Betawi Setu BabakanSebagai sebuah kawasan cagar budaya. Perkampungan budaya betawi setu babakan hingga saat ini telah dilengkapi fasilitas-fasilitas umum, seperti : Tempat ibadah Panggung pertunjukan seni Tempat bermain anak Teather terbuka Wisma Kantor pengelola Galeri Toko souvenirDengan fasilitas ini pengunjung dapat berfoto menggunakan busana adat khas betawi dengan lokasi pemotretan yang disesuaikan dengan keinginan pengunjung. Hal yang tidak kalah menarik adalah terhitung mulai maret 2011 telah terbentuk suatu komunitas sepeda di kawasan setu babakan dengan nama OSEBA (onthel setoe ababakan). Komunitas ini biasa kumpul setiap minggu pagi di halaman utama.

2.5 Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.2.5.1 Harga Tiket : Biaya parkir : Rp.5.000,00 Makanan Tradisional : Rp.8.000,00 Rp.25.000,00 Paket Wisata : Rp.75.000,002.5.2 Jam Operasional : Pukul 06.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB

2.6 Tujuan, Sasaran, dan Fungsi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Mengenai tujuan, sasaran dan fungsi Perkampungan Budaya Betawi tercantum di dalam Bab III Perda Prov.DKI Jakarta No.3 Tahun 2005. Adapun tujuan penetapan Perkampungan Budaya Betawi di dalam Pasal 4 adalah untuk membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan serta nilai-nilai Budaya Betawi, menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai - nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya, menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi, mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan non fisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi.Di dalam Pasal 5 pada bab yang sama juga tercantum sasaran penetapan perkampungan budaya Betawi yaitu tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat khususnya penduduk setempat akan pentingnya lingkungan kehidupan komunitas berbudaya Betawi sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian keberadaan perkampungan budaya Betawi, terbina dan terlindunginya lingkungan perkampungan yang memiliki sistem nilai, sistem norma dan sistem kegiatan budaya Betawi, dimanfaatkannya potensi lingkungan baik fisik maupun non fisik guna kepentingan peningkatan kesejahteraan social, terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlakuSedangkan fungsi dari ditetapkannya perkampungan budaya Betawi di dalam Pasal 6 adalah sebagai : Sarana Pemukiman : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana pemukiman adalah sebagai tempat, sebagai wadah, sebagai tempat tinggal dan berkumpulnya warga masyarakat asli betawi sebagai inti warga Jakarta, agar dapat terus melestarikan kebudayaan asli betawi. Sarana Ibadah : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana ibadah dimana tempat ini di sediakan tempat-tempat untuk masyarakat beribadah sesuai dengan keyakinan mereka. sarana informasi : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana informasi yaitu dimana kehadiran tempat ini difungsikan sebagai wadah penyedia informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan betawi dengan segala cakupannya. sarana seni budaya : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana seni dan budaya yaitu bahwa inti dari semua fungsi yang ada yaitu untuk melestarikan kebudayaan betawi yang ada di Jakarta, termasuk semua di dalam nya berbagai budaya-budaya yang ada. sarana pendidikan : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana pendidikan ialah dimana tempat ini dijadikan tempat untuk generasi-generasi muda penerus bangsa untuk menimba berbagai ilmu dimana diantara nya ilmu tentang kebudayaan tradisional. Penelitian : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana penelitian dimana tempat ini dapat menjadi laboratorium bagi akademisi dan praktisi untuk melakukan penelitian. pelestarian dan pengembangan : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana pelestarian dan pengembangan sudah jelas tentu nya untuk melestarikan dan terus mengembangkan kebudayaan asli betawi di Jakarta. serta sarana pariwisata. : fungsi perkampungan budaya betawi sebagai sarana pariwisata dimana dibalik sebagai sarana pelestarian kebudayaan dimana diharapkan hal itu dapat berjalan beriiringan dengan sektor pariwisata yang dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

2.7 Potensi Pariwisata Yang Dimiliki Perkampungan Budaya Betawi Sebagai kawasan wisata budaya, wisata agro dan wisata air, perkampungan budaya Betawi, memiliki potensi lingkungan alam yang asri dan sangat menarik, yang sulit ditemukan ditengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Dua buah setu alam yakni ; Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong yang dikelilingi hijau dan rindangnya pohon-pohon buah khas Betawi (kecapi, belimbing, rambutan, sawo, melinjo, pepaya, pisang, jambu, nagka, namnam) yang tumbuh sehat membumi dihalaman depan samping dan diantara rumah - rumah penduduk Betawi menjadikan perkampungan budaya betawi sebagai obyek wisata yang paling lengkap dan menarik, serta menjadi pilihan utama bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.Perkampungan Budaya Betawi sebagai pilihan utama para wisatawan lokal maupun mancanegara memiliki potensi dan daya tarik yang luar biasa, karena hanya diperkampungan budaya Betawi wisatawan dapat menikmati tiga obyek wisata sekaligus yakni : Wisata Budaya, Wisata Air, dan Wisata Agro. Seharian diperkampungan budaya Betawi terasa kurang, keramah tamahan penduduk, aktifitas tradisional dan lingkunagn alam yang asri menjadikan wisatawan bertambah betah untuk berlama-lama diperkampunagn budaya Betawi. Untuk kunjungan yang memerlukan waktu lama seperti penelitian, edukatif, rekreasi dan pelatihan kesenian tersedia fasilitas Home Stay sebanyak 67 rumah adat. Berikut adalah beberapa jenis kegiatan wisata yang dapat disaksikan di kawasan perkampungan budaya Betawi setu babakan.

1. Wisaya budaya Wisata Budaya adalah kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai -nilai tradisional yang dikemas sehingga layak tampil, layak tonton dan layak jual. wisata budaya yang dapat dinikmati lagsung adalah : Pergelaran seni musik, tari dan teater tradisional diarena panggung terbuka Pelatihan seni tari, musik, teater tradisional bagi anak-anak dan remaja Atraksi wisata perkampungan budaya betawi dan prosesi budaya (upacara pernikahan, sunatan, akekah, khatam quran, nujuh bulan, injak tanah, ngederes , dan lain-lain) Latihan silat Betawi setiap malam jumat Hasil industri rumah tangga (souvenir, bir pletok, jus belimbing, kerak telor, laksa, toge goreng, gado-gado, soto, ikan pecak, sayur asem, nasi uduk, nasi ulam, nasi begane, dodol, geplak, wajik rangi, rengginang, tape uli, lapis talam, onde,) Aktifitas tradisional masyarakat seperti bercocok tanam, menjala dan memancing ikan, budi daya ikan air tawar, dan lainnya.

2. Wisata air

Wisata air adalah upaya meningkatkan daya tarik wisata dari aspek olah raga air yang mampu menarik wisatawan. dua buah setu alam yang dimiliki perkampungan budaya Betawi, yaitu : Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong telah menjadikan perkampungan budaya Betawi tempat kunjungan wisata yang paling menarik dan menjanjikan. Wisata air yang dapat dinikmati di perkampungan budaya Betawi saat ini adalah : Sepeda air, Olah raga kano/dayung dan Pemancingan.

3. Wisata agroWisata Agro adalah, suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha-usaha pertanian (AGRO) sebagai obyek wisat dengan tujuan rekreasi, keperluan Ilmu Pengetahuan, memperkaya pengalaman dan memberikan peluang usaha di bidang pertanian yang menjadi daya tarik dan keunikan wisata agro di perkampungan budaya Betawi adalah, bahwa lokasi pertanian tidak berada diareal khusus, melainkan berada di halaman dan pelataran rumah-rumah penduduk, sehingga bila musim buah datang ranumnya aneka buah khas Betawi mampu menggiurkan para wisatawan untuk singgah dirumah-rumah penduduk, dan biasanya tuan rumah segera menyapa wisatawan dengan ramah dan bergegas memetikkan buah untuk diberikan kepada wisatawan sebagai tanda kehormatan.

2.8 Aktivitas Masyarakat Di Perkampungan Budaya Betawi Setu BabakanDalam kawasan seluas 289 Ha dapat dengan mudah dijumpai aktifitas keseharian masyarakat Betawi seperti : Latihan Main Pukul (Silat Betawi) Latihan nari Latihan musik Ngederes Akekah Injek tanah Ngarak penganten (dewasa maupun penganten sunat) Memancing dan menjala Budidaya ikan tawar Bertani Berdagang Memasak makanan khas Betawi, seperti sayur asem, sayur lodeh, soto mie, soto babat, ikan pecak, bir pletok, jus belimbing, kerak telor, laksa, toge goreng, dodol, tape uli, geplak, wajik dan aneka makanan dan minuman Betawi lainnya

Acara rutin yang dilakukan :Kegiatan di sini berlangsung dari hari Selasa sampai Minggu, jadi kalau Senin kami tutup. Setiap hari Minggu pagi, di tempat ini juga selalu digelar pertunjukan khas Betawi, seperti Lenong ataupun permainan musik Gambang Kromong. Para pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan ini secara gratis di Teater Terbuka. Acara besar biasanya digelar setiap tahun dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Jakarta. jika datang di saat yang tepat juga dapat melihat pembuatan ondel - ondel, dodol Betawi, dan bir peletok langsung dari tempatnya.

Bab III: PEMBAHASANBab IV : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Suwena, I Ketut. dan I Gst Ngr Widyatmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Bali : Udayana university press

Pendit. Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

DAFTAR LAMAN

Alfarobi, Daniel Azka 2002, kajian kesesuaian kawasan setu babakan dan situ manggabolong sebagai perkampungan budaya betawihttp://eprints.undip.ac.id/5404/1/danielazka97.pdf. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 22.20 WIB.

Budi, Eizabeth 2010, penentuan jenis spirulina sp di setu babakan, jagakarsa, jakarta selatan http://www.pustaka.ut.ac.id/pdfpenelitian/81838.pdf. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 22.46 WIB.

Cooper (1995: 81), dasar dasar pariwisata viahttp://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/13/jbptunpaspp-gdl-adiyanarac-604-2-babii.pdf. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 23.08 WIB

E.B. Taylor (1994: 23), menyelamatkan, melestarikanb budaya Indonesia via http://jurnalilmiahtp.blogspot.com/2013/11/menyelamatkan-melestarikan-budaya.html. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 23.28 WIB

Faradillah 2012, konservasi kawasan wisata perkampungan budaya betawi setu babakan di DKI Jakarta. http://a research.upi.edu/operator/upload/s_mrl_0808435_bibliography.pdf. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 22.37 WIB.

Inskeep (1991;77), dasar dasar pariwisata viahttp://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/13/jbptunpaspp-gdl-adiyanarac-604-2-babii.pdf. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 22.51 WIB.

Paludi, salman 2011, sekilas tentang setu babakan http://setubabakan.wordpress.com/about/. Diakses pada minggu, 22 Juni 2014. Pukul. 22.20 WIB.

Pelly, Menanti (1994: 31), menyelamatkan, melestarikan budaya Indonesia via http://jurnalilmiahtp.blogspot.com/2013/11/menyelamatkan-melestarikan-budaya.html. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 23.45 WIB.

Pendit (1999: 21), dasar dasar pariwisata viahttp://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/13/jbptunpaspp-gdl-adiyanarac-604-2-babii.pdf. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 22.56 WIB

Sekararum, Natrisya 2014. Pengaruh pengembangan obyek wisata setu babakan terhadap kondisi ekonomi dan budaya masyarakat.

Soerjono Soekanto (1990:188), wikipedia via http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 23.14 WIB

Yoeti (2002:5), dasar dasar pariwisata viahttp://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/13/jbptunpaspp-gdl-adiyanarac-604-2-babii.pdf. Diakses pada rabu, 23 April 2014. Pukul. 22.59 WIB

22