uas pltb.doc

12
Nama : Eka Nur Indah Sari NIM : 1209045001 Prodi : Teknik Lingkungan Mata Kuliah : Pengelolaan Lingkungan Tambang Batubara 1. Jelaskan perbedaan antara pertambangan dan penambangan? Jawab: - Pertambangan adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengusahaan mineral/batubara/batuan (mencakup mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, development, eksploitasi dan penjualan/pemasaran bahan galian). - Penambangan adalah suatu kegiatan yang berkaitan langsung untuk memproduksi mineral/batubara/batuan (berusaha melepaskan bahan galian dari batuan induknya yang dibawa kepermukaan untuk diolah demi kepentingan/kebutuhan orang banyak). 2. Jelaskan definisi AAT, proses terbentuknya AAT serta pengendalian AAT? Jawab: Air asam tambang merupakan air yang berasal dari kegiatan tambang terbuka atau tambang bawah tanah atau timbunan bijih atau batubara yang dicirikan oleh tingkat keasaman yang tinggi (pH rendah) dan kelarutan logam yang tinggi. Permasalahan air asam tambang sudah ditemukan sejak abad ke- 16 dimana kegiatan penambangan menghasilkan air yang

Upload: eka-nis

Post on 25-Sep-2015

265 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Nama: Eka Nur Indah Sari

NIM: 1209045001

Prodi: Teknik Lingkungan

Mata Kuliah: Pengelolaan Lingkungan Tambang Batubara

1. Jelaskan perbedaan antara pertambangan dan penambangan?

Jawab:

Pertambangan adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengusahaan mineral/batubara/batuan (mencakup mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, development, eksploitasi dan penjualan/pemasaran bahan galian).

Penambangan adalah suatu kegiatan yang berkaitan langsung untuk memproduksi mineral/batubara/batuan (berusaha melepaskan bahan galian dari batuan induknya yang dibawa kepermukaan untuk diolah demi kepentingan/kebutuhan orang banyak).2. Jelaskan definisi AAT, proses terbentuknya AAT serta pengendalian AAT?

Jawab:

Air asam tambang merupakan air yang berasal dari kegiatan tambang terbuka atau tambang bawah tanah atau timbunan bijih atau batubara yang dicirikan oleh tingkat keasaman yang tinggi (pH rendah) dan kelarutan logam yang tinggi. Permasalahan air asam tambang sudah ditemukan sejak abad ke-16 dimana kegiatan penambangan menghasilkan air yang melarutkan logam besi, bersifat beracun terhadap manusia, hewan, ikan dan organism lain. Air asam tambang terbentuk manakala mineral sulfida terekspos ke kondisi oksidasi baik kondisi atmosfer atau air tanah yang mengandung oksigen dan menghasilkan air asam yang mengandung sulfat, logam berat dan metalloid. Beberapa mineral sulfida yang banyak ditemukan pada wilayah pertambangan antara lain FeS2 Pyrite, FeS2 Marcasite, FexSx Pyrhotite, PbS Galena, Cu2S Chalcocite, CuS Covellite, CuFeS2 Chalcopyrite, MoS2 Molybdenite, NiS Millerite, ZnS Sphalerite, FeAsS Arsenopyrite. Di antara mineral sulfida di atas, yang paling banyak ditemukan adalah pyrite dan marcasite.

Pelapukan batuan yang mengandung pyrite merupakan suatu rangkaian kompleks dari beberapa reaksi spontan yang melibatkan gas di atmosfer, air dan mikroorganisme. Pada kondisi terreduksi, pyrite merupakan mineral yang stabil. Namun saat teroksidasi, pyrite menjadi tidak stabil dan mulai hancur dalam beberapa mekanisme oksidasi. Oksidasi pyrite bisa dilakukan dengan bantuan mikroorganisme (biotik) dan tanpa bantuan mikroorganisme (abiotik). Pengoksidasi pyrite bisa berupa oksigen (oksidasi langsung) atau oksigen dan besi (oksidasi tidak langsung). Rangkaian pembentukan air asam tambang dijabarkan melalui beberapa reaksi. Reaksi umum pembentukan AAT adalah:

Oksidasi pyrite akan terjadi secara terus menerus hingga salah satu komponen pembentuknya (oksigen, air, pyrite maupun besi ferri) tidak berada lagi dalam sistem atau pH air naik. Kecepatan pelapukan pyrite sangat bergantung kepada karakteristik mineralogi batuan dan faktor eksternal seperti faktor kimia, fisika dan biologi seperti dijabarkan di bawah ini:

Ukuran, porositas dan luas permukaan partikel pyrite.

Kristalografi pyrite

Penggantian elemen kecil (trace element)

Keberadaan mineral sulfida lainnya

Temperatur

Aktivitas mikrobiologi

Konsetrasi oksigen pada fasa gas dan terlarut

Konsentrasi karbon dioksida pada fasa gas dan terlarut

pH air yang berkontak dengan pirit

Kelimpahan air

Rasio Fe2+/Fe3+

Air asam tambang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe (Skousen & Ziemkiewics, 1996):

Tipe 1 : air tambang dengan alkalinitas yang rendah (pH < 4.5) dan (mengandung Fe, Al, Mn, dan logam lain, keasaman (acidity) dan oksigen Air asam tambang

Tipe 2 : air tambang dengan Total Dissolved Solid (TDS) yang tinggi mengandung banyak besi ferro dan Mn, tidak atau sedikit mengandung oksigen dan pH > 6. Jika teroksidasi pH akan turun dengan cepat dan menjadi tipe 1.

Tipe 3 : air tambang dengan TDS sedang sampai tinggi, kandungan besi ferro dan Mn yang rendah sampai sedang, tidak atau sedikit mengandung oksigen, pH > 6, dan alkalinitas lebih besar dari pada keasaman, biasa disebut alkaline mine drainage. Jika teroksidasi, asam yang terbentuk dari rekasi hidrolisa dan presipitasi logam akan dinetralkan oleh alkalinitas yang terdapat di dalam air.

Tipe 4 : AAT yang ternetralkan dengan pH > 6 dan kandungan TSS yang tinggi. Hidroksida logam belum terendapkan. Pada kolam pengendap, padatan akan mengendap dan membentuk air tipe 5.

Tipe 5 : AAT yang ternetralkan dengan pH > 6 dan kandungan TDS yang tinggi. Setelah hidroksida logam yang mengendap di kolam pengendap, yang tertinggal di dalam air umumnya Ca dan Mg serta bikarbonat dan sulfat. Sumber: https://www.inad.or.id/blogs/1/apa-itu-air-asam-tambang/Secara umum, penanganan masalah AAT dibagi dua, yaitu: pencegahan pembentukan AAT dan penanganan AAT yang telah terbentuk, khususnya yang akan keluar dari lokasi kegiatan penambangan.

a. Pencegahan pembentukan AAT

Pencegahan pembentukan AAT, seperti dijelaskan pada reaksi kimia diatas, dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulphida (dalam reaksi tersebut sebagai pyrite) dengan air dan oksigen diudara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF pada kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum, dikenal 2 cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan batuan PAF dibawah permukaan air (dimana penetrasi oksigen terhadap lapisan air sangat rendah) atau dikenal dengan istilah wet cover systems, atau dibawah lapisan batuan/material tertentu dengan tingkat infiltrasi air dan difusi/adveksi oksigen yang rendah, umumnya disebut sebagai dry cover system. Dengan menerapkan metode ini, diharapkan pembentukan AAT dapat dihindari.

b. Penanganan AAT yang telah terbentuk

Penanganan AAT yang telah terbentuk, yang berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mencapai kondisi kualitas air seperti yang disyaratkan dalam peraturan pemerintah tentang kualitas air. Secara umum terdapat dua cara pengolahan air, yaitu secara aktif dan pasif. Sebagai contoh, seperti disebutkan diatas, salah satu parameter penting yaitu pH. Untuk menaikkan nilai pH ke kondisi normal, maka dilakukan beberapa upaya diantaranya adalah dengan penambahan bahan kimia seperti kapur (lime). Secara aktif, kapur (berbentuk serbuk/tepung) dicampurkan secara langsung dengan air asam di saluran air atau wadah khusus, atau di kolam penampungan air. Sedangkan secara pasif, air asam dialirkan melalui saluran-saluran dimana terdapat kapur (dalam bentuk batuan) sebagai media penetral air asam yang melaluinya.

Sumber : http://ivanmiftahulfikri92.blogspot.com/2013/10/air-asam-tambang.html3. Jelaskan unsur-unsur lingkungan apa saja yang terpengaruh oleh kegiatan pertambangan?

Jawab:

Dari kegiatan manusia berupa eksplorasi ( penambangan ( pengolahan terdapat beberapa unsur lingkungan yang gterpengaruh, antara lain:

a. Fisik, Teknis

Terhadap komponen tanah:

Perubahan permukaan tanah. Contoh: hilangnya tanah pucuk, perusakan tanah pertanian, dan terjadinya erosi, dll.

Perubahan bentang alam sebagai akibat pengerukan. Contoh: lahan yang dulunya bukit berubah akibat adanya lekukan atau cekungan.

Perubahan kualitas lahan/tanah

Perubahan tata guna lahan

Terhadap komponen air

Berkurangnya peresapan air karena terbukanya lahan (hidrologi air tanah)

Memperbesar terjadinya erosi pada aliran air

Menurunnya kualitas air akibat minyak buangan, oli bekas, dll

Kekeruhan pada sungai ataupun laut akibat material rombakan yang lepas

Terhadap komponen udara

Adanya polusi udara oleh debu, asap, serta gas buang

Perubahan iklim local, suhu, dan kelembaban meningkat

Kebisingan akibat alat kerja dan alat-alat beratb. Biologis

Flora merupakan kehidupan tumbuh-tumbuhan yang dapat terpengaruh oleh kegiatan pertambangan yang dapat mengakibatkan perubahan pada bentang alam kawasan flora.

Fauna merupakan habitat/kehidupan satwa yang dapat terpengaruh oleh kegiatan pertambangan yang dapat mengakibatkan perubahan pada habitat dari satwa yang ada.

Flora dan fauna yang terpengaruh akibat adanya pertambangan, antara lain:

Perubahan komposisi

Fungsi komunitas

Ekosistem biotisc. Social ekonomi dan budaya

Ekonomi social budaya merupakan dampak pertambangan non-fisik yang secara langsung akan mempengaruhi masyarakat sekitar, dampak tersebut dapat terjadi secara cepat maupun lambat. Dampak tersebut antara lain:

Adanya perubahan demografi

Perubahan nilai dan pola kehidupan ekonomi,social dan budaya

Terbukanya lapangan pekerjaan

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat

Masuknya unsur budaya baru dan bergesernya budaya setempat4. Jelaskan secara detail pengelolaan dan pengendalian ARD dengan metode dry cover (sertakan sumbernya) ?

Jawab:

Upaya pencegahan AAT dapat dilakukan sejak tahapan eksplorasi dimana sampel dari lubang bor eksplorasi (drilling core) dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui karakteristik batuan penutup (overburden) yang akan digunakan sebagai data dalam pembuatan model geokimia (geochemical model). Dalam hal perencanaan penambangan yang terintegrasi, model geokimia menjadi tahapan awal yang penting guna mendapatkan berbagai informasi sebagai landasan dalam merencanakan tiap tahapan penambangan.

Selain dari model cadangan batubara, model yang dapat dikembangkan yakni model persebaran batuan berpotensi membentuk asam (Potentially Acid Forming/PAF) dan yang tidak berpotensi membentuk asam (Non acid forming/NAF). Model persebaran ini akan bermanfaat untuk mengetahui karakteristik dan volume batuan penutup. Sehingga dapat dilakukan perencanaan terhadap disain daerah penimbunan yang ditujukan untuk pencegahan air asam tambang.

Overburden management dalam upaya pencegahan air asam tambang di daerah timbunan. Penggunaan metode dry cover untuk memutus kontak material sulfida terhadap udara dan/atau air

Pengelolaan batuan penutup dilakukan dengan melakukan pemisahan antara material PAF dan material NAF (selective dumping method). Pemisahan ini dilakukan untuk melakukan proses enkapsulasi sebagai salah satu metode pencegahan AAT. Pada prinsipnya enkapsulasi merupakan sebuah cara untuk memutus salah satu komponen dari proses pembentukan air asam tambang yakni menghindarikan material sulfida untuk kontak secara langsung dengan udara dan/atau air dengan memanfaatkan material NAF untuk mengisolasi material PAF. Metode ini sering disebut dengan Dry Cover. Material PAF ditimbun terlebih dahulu yang akan ditutup dengan lapisan NAF dengan ketebalan tertentu untuk memutus kontak udara dan/atau air dengan material sulfida. Dengan mengetahui volume masing-masing material, maka akan mudah untuk mendisain geometri daerah penimbunan. Selanjutnya seluruh area akan kembali dilapisi oleh tanah sebagai media untuk melakukan reklamasi.Sumber:http://abfertiawan.blog.com/2011/12/konsep-pencegahan-air-asam-tambang-bagian-1/Contoh:

Pengelolaan dan pengendalian ARD pada penutupan tambang dengan metode penutupan kering (dry cover) PT KEM menggunakan design empiris dengan tiga lapisan yang terdiri dari:

Lapisan pengendali oksigen yang dipadatkan terdiri dari Muddy Breccia yang tidak termineralisasi.

Lapisan media pemutus akar, terdiri dari batuan NAC batu pasir/ batu lanau dan Rioling yang dipadatkan.

Lapisan tanah pucuk yang disebarkan dan tidak dipadatkan.

Setiapa lapisan tersebut masing-masing memiliki ketebalan 1,0 meter. Pemantauan efektivitas dry cover dilakukan dengan memantau kadar oksigen dan temperature pada batuan limbah, serta pemantauan kelembapan pada batuan penutup.

5. Ada berapa upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pertambangan batu bara diantaranya dilakukan pendekatan-pendekatan berupa pendekatan; teknologi, lingkungan, administrative dan edukatif. Jelaskan upaya pendekatan tersebut (sertakan sumbernya)?Jawab:

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut:a. Pendekatan Teknologi

Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).b.Pendekatan Lingkungan

Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).c. Pendekatan Administratif

Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement)d.Pendekatan Edukatif

Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.Sumber : http://komunitassumpit.wordpress.com/2007/06/22/penambangan-batu-bara-dan-kesehatan-lingkungan/