uas pancasila

111
HUBUNGAN PIAGAM JAKARTA DENGAN PANCASILA A. Proses lahirnya konsep-konsep Pancasila dan UUD 1945 Beberapa bangsa di Asia yang tadinya dijajah Jepang memperoleh kemerdekaan, seperti Birma dan Philipina sedangkan Indonesia baru diberi janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Dalam hugungan janji “Kemerdekaan” tersebut maka pemimpin-pemimpin pergerakan Nasional Indonesia diberikan keluasan bergerak yang bermuara kepada lahirnya Badan Penyidik Persiapan Kemerdekaan (Dokuritdu Jumbi Cosakai) pada tanggal 28 Mei 1945. Pada tanggal 29 Mei 1945 panitia tersebut membuka sidangnya yang pertama. Pada sidang pertama itulah Mr. Moh. Yamin mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yanag merdeka dikelak kemudian hari sebagai berikut : 1) Peri Kebangsaan 2) Peri Kemanusiaan 3) Peri Ketuhanan 4) Peri Kerakyatan 5) Kesejahteraan Rakyat Perlu dikemukakan bahwa lima asas Dasar Negara yang dikemukakan oleh Mr. Moh. Yamin terdapat perbedaan dengan yang dimukakan secara lisan dan yang tertulis, baik perumusan kata- katanya maupun sistematikanya. Di dalam pembukaan dari Rancangan UUD itu tercantum perumusan lima asas dasar Negara sebagai berikut :

Upload: victorekasetiawan

Post on 17-Dec-2015

128 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

uas pancasila 2014

TRANSCRIPT

HUBUNGAN PIAGAM JAKARTA DENGAN PANCASILAA. Proses lahirnya konsep-konsep Pancasila dan UUD 1945Beberapa bangsa di Asia yang tadinya dijajah Jepang memperoleh kemerdekaan, seperti Birma dan Philipina sedangkan Indonesia baru diberi janji kemerdekaan di kelak kemudian hari.

Dalam hugungan janji Kemerdekaan tersebut maka pemimpin-pemimpin pergerakan Nasional Indonesia diberikan keluasan bergerak yang bermuara kepada lahirnya Badan Penyidik Persiapan Kemerdekaan (Dokuritdu Jumbi Cosakai) pada tanggal 28 Mei 1945.

Pada tanggal 29 Mei 1945 panitia tersebut membuka sidangnya yang pertama. Pada sidang pertama itulah Mr. Moh. Yamin mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yanag merdeka dikelak kemudian hari sebagai berikut :

1) Peri Kebangsaan

2) Peri Kemanusiaan

3) Peri Ketuhanan

4) Peri Kerakyatan

5) Kesejahteraan Rakyat

Perlu dikemukakan bahwa lima asas Dasar Negara yang dikemukakan oleh Mr. Moh. Yamin terdapat perbedaan dengan yang dimukakan secara lisan dan yang tertulis, baik perumusan kata-katanya maupun sistematikanya. Di dalam pembukaan dari Rancangan UUD itu tercantum perumusan lima asas dasar Negara sebagai berikut :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kebangsaan Persatuan Indonesia

3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan fakta secara lisan/pidato dan tertulis dari beliau itu meyakinkan kepada kita, bahwa Pancasila tidaklah lahir pada tanggal 1 Juni 1945, karena pada tanggal 29 Mei 1945 itu Mr. Moh. Yamin telah mengucapkan pidato dan menyampaikan usulan Rancangan UUD Negara Republik Indonesia yang berisi lima asas dasar negara.

Selanjutnya pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam sidang itu berpendapat sebagai berikut :

a. Negara Indonesia Merdeka yang hendak didirikan itu hendaknya merupakan Negara Nasional yang bersatu dalam arti totalitas. Maksudnya ialah Negara Indonesia Merdeka itu nanti tidak akan mempersatukan diri dengan golonaan yang terbesar, tetapi yang akan mengatasi segala golongan, baik golongan yang besar maupun golongan yang kecil.

b. Setiap warganegara dianjurkan takluk kepada Tuhan, supaya tiap-tiap waktu ingat kepada Tuhan. Sehubungan dengan pokok pikiran itu beliau mengusulkan bahwa di dalam negara Nasional yang bersatu, urusan agama akan terpisah dengan urusan negara, yang dengan sendirinya urusan agama akan diserahkan kepada golongan-golongan agarna yang bersangkutan.

c. Mengenai kerakyatan, beliau mengusulkan dibentuknya sist_em Badan Permusyawaratan dalam susunan Pemerintahan Negara Indonesia. Oleh karena itu Kepala Negara haruslah selalu berhubungan erat dengan Badan Permusyawaratan tersebut untuk senantiasa mengetahui dan merasakan keadilan dan cita-cita rakyat.

d. Dalam lapangan ekonomi beliau mengusulkan agar sistem perekonornian negara berdasarkan asas kekeluargaan, yaitu sistem tolong menolong dan sistem koperasi. Asas ini merupakan sifat dari masyarakat Timur termasuk masyarakat Indonesia. Oleh karena itu haruslah dipelihara sebaik-baiknya.

e. Dalam hubungan antar bangsa beliau mengusulkan supaya Negara Indonesia bersifat Negara Asia Timur Raya sebagai anggota daripada kekeluargaan Asia Timur Raya.

Dengan pokok pokok pikiran Prof. DR. Soepomo itu, kita dapat merasakan adanya satu jiwa 5 hal untuk dasar negara Indonesia Merdeka, meskipun tidak diuraikan secara terperinci sebagaimana yang diucapkan oleh Mr. Moh. Yammin.

Pada tanggal 1 Juni 1945, hari terakhir masa sidang pertama BPUPKI, Soekarno menyampaikan pidato tentang dasar negara. Pidato ini kemudian amat terkenal dengan sebutan Pidato Lahirnya Pancasila. Di dalam pidato ini, Soekarno menawarkan agar Indonesia Merdeka bukan negara agama dan bukan pula negara sekuler, tetapi negara yang berdasarkan Pancasila. Pancasila seperti yang diusulkan oleh Soekarno dirumuskan menurut urutan sebagai berikut :

1. Kebangsaan

2. Internasionalisme

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial

5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Jika perumusan dan sistematika yang dikemukakan/diusulkan oleh Ir. Soekarno itu kita bandingkan dengan Pancasila yang sekarang, nyata sekali bahwa perumusan dan sistimatika Ir. Soekarno itu lain dari perumusan dan sistematika Pancasila yang sekarang[1].

Sesudah sidang I BPUPKI, berlangsung pertemuan di luar sidang. Pertemuan itu dilakukan oleh para anggota BPUPKI yang tinggal di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Pertermuan itu dimaksudkan untuk menjembatani perbedaan antara golongan nasionalis dan Islam. Dalam pertemuan itu, diupayakan kompromi antara kedua belah pihak mengenai rumusan dasar negara bagi negara Indonesia merdeka.

Pada kesempatan itu sebuah panitia, yang kemudian dikenal dengan sebutan Panitia Sembilan, dibentuk untuk merumuskan kesepakatan antara kedua belah pihak. Panitia itu beranggotakan sembilan tokoh nasional yang juga tokoh-tokoh BPUPKI, yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Subardjo, A.A. Maramis, Abdul Kahar Moezakhir, Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, dan K.H. Agus Salim.

Setelah mengadakan pembahasan, panitia ini berhasil menetapkan Rancangan Pembukaan UUD yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Di dalam rancangan itu termuat rumusan kompromi antara pihak Islam dengan pihak kebangsaan tentang hubungan antara negara dan agama. Rumusan itu berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Karena itu, Pancasila dalam Piagam Jakarta dirumuskan demikian:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Ketika BPUPKI memasuki sidang kedua pada tanggal 10 Juli sampai 17 Juli 1945, Soekarno selaku ketua Panitia Sembilan melaporkan isi Piagam Jakarta sebagai usul Pembukaan UUD kepada sidang BPUPKI.

Ketua BPUPKI kemudian membentuk Panitia Perancang UUD, diketuai oleh Soekarno. Pada 11 Juli 1945, Panitia membicarakan rancangan Pembukaan UUD. Lalu, Ketua membentuk Panitia Kecil beranggotakan 7 orang diketuai oleh Soepomo untuk membentuk rancangan UUD. Hasil kerja Panitia Kecil ini dibicarakan pada 13 Juli 1945 dan diterima oleh Panitia Perancang UUD.

Pada 14 Juli 1945 sidang pleno BPUPKI membicarakan rancangan Pembukaan UUD itu dan menerimanya dengan sedikit perubahan. Pada 15 Juli 1945, dibicarakan rancangan UUD. Setelah Soekarno dan Soepomo memberikan penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal, masing-masing anggota memberikan tanggapan.

Pada 7 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), terdiri atas 21 orang. Tugas PPKI adalah melaksanakan kemerdekaan Indonesia dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk membentuk suatu negara. Soekarno ditunjuk sebagai Ketua dan Muhammad Hatta sebagai Wakil Ketua.

Pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang dan mengambil beberapa keputusan penting, yaitu:

Mengesahkan Pembukaan UUD;

Mengesahkan UUD;

Memilih Presiden dan Wakil Presiden;

Menetapkan bahwa untuk sementara waktu Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Di antara kesepakatan mengenai perubahan-perubahan yang dilakukan, terdapat satu, perubahan penting, yaitu mengenai rumusan sila yang pertama Piagam Jakarta. Anak kalimat dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya disepakati untuk dihilangkan. Karena itu, sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dihilangkannya anak kalimat dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya itu disetujui oleh semua anggota PPKI. Itu dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa di dalam suatu pernyataan pokok mengenai seluruh bangsa sebaiknya tidak ditempatkan suatu hal yang hanya mengenai sebagian rakyat Indonesia, sekalipun bagian yang terbesar. Pencoretan anak kalimat itu adalah untuk menjaga persatuan ban~sa clan keutuhan seluruh wilayah Indonesia.

Lalu, Pancasila ditetapkan dalam Pembukaan UUD sebagai dasar negara Republik Indonesia, seperti berikut:

... maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil clan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada hakikatnya adalah pencetusan daripada segala perasaan-perasaan yang sedalam-dalamnya yang terpendam dalam kalbu sanubari rakyat Indonesia sejak berabad-abad lamanya. Dengan Proklamasi kemerdekaan itu melukiskan prihal Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia hidup dan tujuan hidup kita sebagai bangsa.

Proklamasi kemerdekaan itu adalah pernyataan kemerdekaan (Proclamation of independence) dan sebagai pemberitahuan kepada kita dan dunia, bahwa status / eksistensi kita telah berubah dari eksistensi dijajah menjadi suatu bangsa yang merdeka. Dan juga sebagai sumber kekuatan dan tekat perjuangan kita dalam melahirkan serta membangkitkan kembali kepribadian bangsa Indonesia. Dengan demikian Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan titk puncak daripada perjuangan bangsa Indonesia yang didorong oleh amanat penderitaan rakyat dan di jiwai Pancasila pada taraf tertinggi, yang selama berabad-abad dijajah, telah berhasil melepaskan dirinya dari ikatan belenggu penjajahan, sekaligus membangun suatu perubahan yaitu Negara Republik Indonesia yang bebas merdeka, untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Demikianlah Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan perwujudan dan penjelmaan dari nilai-nilai Pancasila yang dapat dibaca dengan jelas pada pembukaan UUD 1945 disamping tercantum rumusan Pancasila secara lengkap, juga tercermin isi nilai-nilai Pancasila. Isi itu dapa dilihat pada tiap-tiap alinea dan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam pembukaan UUD 1945 adalah uraian terperinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945.[2]B. Hubungan antara Panacasila, UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945Adapun hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, meliputi hubungan secara formal dan secara material.

a. Hubungan Secara Formal, bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945; bahwa Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi selain sebagai Mukadimah UUD 1945 juga sebagai suatu yang bereksistensi sendiri karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya; bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara RI.

b. Hubungan Secara Material, yaitu proses perumusan Pancasila: sidang BPUPKI membahas dasar filsafat Pancasila, baru kemudian membahas Pembukaan UUD 1945; sidang berikutnya tersusun Piagam Jakarta sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.

Merujuk kepada sejarah tentang urut-urutan penyusunan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945, penyusun melihat bahwa para pendiri Negara menganggap penting perumusan dasar Negara untuk dibahas karena memang suatu Negara yang akan dibentuk harus memiliki dulu dasar ideologi Negara. Pada saat itu sudah ada ideologi komunis dan liberal. Dan bangsa Indonesia menginginkan dasar Negara sesuai pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri. Dasar Negara tersebut mendapatkan suatu legalitasnya dalam Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945. Dengan masuknya rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD, maka Pancasila menjadi inti dari Pembukaan UUD 1945 dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 menjadi kuat, apalagi dari Penjelasan UUD 1945 dikatakan kalau Pembukaan itu memiliki empat pokok pikiran dan ternyata keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 itu tiada lain adalah Pancasila.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi, 1998). Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila. Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4, Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945.

Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara Indonesia. Dalam alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar negara.

Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar belakang kemerdekaan, pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam bentuk pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-lah yang dalam bahasa Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag atau dasar negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum, yang menurut penjelasan UUD 1945 merupakan aturan-auran dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis. Inilah yang dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar.

UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal Aturan Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan bersifat supel atau fleksibal. Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 73 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.

Aturan Peralihan

Pasal IPanitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia.

Pasal IISegala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.

Pasal IIIUntuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Pasal IVSebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.

Aturan Tambahan1. Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.

2. Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.

Hubungan Proclamation of independence dengan Declaration of independence digambarkannya bahwa Proklamasi kita memberikan tahu kepada kita sendiri dan kepada seluruh dunia, bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu bangsa yang merdeka. Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 serta Pembukaannya, mengikat bangsa Indonesia kepada beberapa prinsip sendiri, dan memberi tahu kepada seluruh dunia apa prinsip-prinsip kita itu. Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, memberikan pedoman-pedoman tertentu untuk mengisi kemerdekaan nasional kita, untuk melaksanakan kenegaraan kita, untuk mengetahui tujuan dalam memperkembangkan kebangsaan kita, untuk setia kepada suara batin yang hidup dalam kalbu rakyat kita.

Bila kita hubungkan antara inti isi pengertian Pembukaan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 maka kedua-duanya memiliki hubungan azasi (prinsip) yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Proklamasi 17 Agustus 1945 memuat dua hal pokok :

1. Pernyataan pertama proklamasi dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan pada alinea pertama, kedua, dan ketiga.

2. Pernyataan kedua proklamasi dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan pada alinea keempat. Selain itu pernyataan pemindahan kekuasaan kemudian diatur dalam Aturan Peralihan UUD 1945. [3]Oleh karena itu, wajar kalau Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia karena terlekat pada proklamasi 17 Agustus 1945, sehingga tidak bisa dirubah baik secara formal maupun material. Adapun kedudukan hakiki Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah

1. Pembukaaan Undang-Undang Dasar memiliki kedudukan hakiki sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci.

2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengandung dasar, rangka dan suasana bagi negara dan tertib hukum Indonesia.

3. Pembukaan UUD 1945 mengandung adanya pengakuan terhadap hukum kodrat, hukum Tuhan dan adanya hukum etis atau hukum moral.

C. Proses Proklamasi dan Pengesahan UUD 1945a. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Secara kronologis detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah sebagai berikut :

1. 15 Agustus 1945 : Pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat (unconditional surender) kepada sekutu. Hal ini diumumkan Tenno Heika melalui radio. Kejadian ini mengakibatkan Pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya diserahkan kepada para pemimpin Bangsa Indonesia.

2. 16 Agustus 1945

1). Jam 06.00 (Tokyo) atau 04.30 waktu Jawa Jepang atau 04.00 WIB

a. Pengamanan Ir Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok.

b. Maksud pengamanan yang dilakukan oleh golongan Pemuda yang terdiri dari Sukarni dibantu Winoto Danu Asmoro, Abdurrahman dan Yusuf Kunto adalah untuk menjauhkan In Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari segala pengaruh dan siasat Jepang.

2). Jam 19.30 (Tokyo) atau 18.00 waktu Jawa Jepang atau 17.30 WIB.

a. Rombongan terdiri dari Mr. A. Subarjo, Sudiro (Mbah) dan Yusuf Kunto tiba di Rengasdengklok.

b. Maksud kedatangan mereka adalah untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. hatta kembali-ke Jakarta.

3). Jam 01.00 (Tokyo) keesokan hari atau 23.30 waktu Jawa Zaman Jepang atau 23. WIB.

a. Rombongan yang membawa In Soekarno dan Drs. Moh Hatta tiba di Jakarta. Drs. Moh. Hatta singgah di rumahnya sebentar di Jl. Diponegoro 57. Kemudian menuju rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jl. Imam Bonjol 1.

b. Di tempat ini pemuka-pemuka Indonesia berkumpul untuk menyusun teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

c. Teks versi terakhir Proklamasi yang telah diketik ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta.

3. 17 Agustus 1945 (jam 12.00 Tokyo atau 10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau 10.00 WIB : Pembacaan Teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56, Jalannya upacara:

a. Ir. Soekarno tampil kemuka micropon satu-satunya untuk membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan.

c. Pengibaran bendera merah putih dilakukan oleh Cudanco Latief Hendraningrat dengan diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh para hadirin.[4]Untuk mewujudkan tujuan Proklamasi Kemerdekaan maka pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia bersidang untuk mengesahkan :

a. Pembukaan UUD 1945; dan

b. UUD 1945; serta

c. Memilih Presiden dam Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Dengan kata lain, cita-cita dan inti isi jiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 (Pancasila) dituangkan ke dalam Pembuakaan dan UUD 1945.[5]b. Pengesahan UUD 1945

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya suatu negara yang merdeka, maka Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera mengadakan sidang.

Dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 itu, PPKI yang telah disempurnakan antara lain tekah mengesahkan Undang-undang dasar negara yang kini terkenal dengan sebutan UUD 1945.[6]Tanggal 18 Agustus 1945 sidang PPKI dimulai jam 11.30. Acara dari sidang pleno ini ialah Untuk membahas naskah rancangan Hukum Dasar dan mengesahkan Undang-undang Dasar atas Kemerdekaan yang telah diucapkan dalam Proklamasi sehari sebelumnya.

Hasil yang dicapai :

a. Mengesahkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan jalan :

(1) Meneatapkan Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan sebagai pembukaan dari Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.

(2) Menetapkan Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima BPUPK pada tanggal 17 Juli 1945 setelah mengalami beberapa perubahan sebagai Undang-undang Dasar Republik Indonesia.

b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah Darurat.[7]Pengesahan UUD Negara Republik Indonesia didahului dengan pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia. Pengesahan Pembukan UUD Negara Republik Indonesia ini dipimpin oleh Ketua PPKI dan sidang Pleno Ir. Soekarno.

D. Terjadinya Proklamasi dan UUD 1945Dengan hubungan erat golongan tua dari kaum pergerakan Indonesia dengan pihak pemerintah pendudukan Jepang oleh pemuda yang tidak disukai, dan ingin agar segera kemerdekaan Indonesia segera di Proklamasikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dua orang pemimin pergerakan Indonesia yang paling terkemuka pada zaman jepang adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Karena itulah semua golongan sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia yang telah dirancang sejak lama itu, oleh berbagai golongan dalam kalangan pergerakan Nasional tidak dapat diumumkan tanpa mengikut sertakan mereka berdua.

Karena sifat radikal dan pandangan Politik dari golongan pemuda menemui kesulitan dalam mengajak bung Karno dan Bung Hatta mengikuti garis politik mereka untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Untuk keluar dari kesulitan tersebut maka politisi muda demham bekerja sama pihak PETA (Pembela Tanah Air) menugaskan Shodanco Singgih Umar Bachsan Suheryana, Affan (Letnan I), Subeno dan Sucipto sudah dipersiapkan rapih jauh sebelumnya. Bahkan Bendera Sang Saka Merah Putih telah dikibarkan pada tanggal 16 Agustus 1945 di markas PETA di Rengasdengklok atas perintah Shodanco Affan, Pada hari itu tercapailah kata sepakat antara Mr. Achmad Soebardjo sebagai salah seorang tokoh golongan tua dengan wakil-wakil golongan pemuda untuk mengembalikan Soekarno-Hatta ke Jakarta.

Persetujuan para pemuda itu diberikan atas dasar jaminan yang diberikan oleh Achmad Soebardjo, bahwa keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi sudah akan disiarkan ke seluruh dunia. Berdasarkan persetujuan itulah menjelang tengah malam tanggal 1 6 Agustus 1945 itu juga Soekarno-Hatta dikembalikan ke Jakarta dengan perantaraan Mr. Soebardjo langsung menuju ke rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. Rumah Laksamana Jepang itu dianggap tempat yang aman dari penindakan Angkatan Darat Jepang yang menjadi penguasa di daerah Jawa (Dada Zaman pendudukan Jepang Sumatera dan Jawa diperintah oleh pernerintah militer Angkatan Darat atau Rikugun, sedang wilayah Indonesia selebihnya diperintah oleh Angkatan Laut atau Kaigun).

Laksamana Maeda adalah kepala kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan Darat.

Mr. Achmad Soebardjo dan sejumlah pemuda Indonesia bekerja pada kantornya dan karena itu mempunyai hubungan baik dengan Laksamana tersebut. Berdasarkan hubungan baik itu, rumah Maeda yang terletak di Jalan Imam Bonjol 1 dan kini menjadi tempat kediaman Duta Besar (nggris dijadikan tempat pertemuan antar pelbagai golongan pergerakan nasional yang tua dan yang muda.

Di rumah itulah naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga orang pimpinan golongan tua, yaitu Soekarno, Hatta dan Soebardjo dengan disaksikan oleh tiga orang eksponen pemuda yakni Sukarni, BM Diah dan Mbah Diro serta beberapa orang Jepang. Mereka duduk menyendiri di kamar makan itu, sedangkan yang lain menunggu di serambi muka. Yang menuliskan kladnya adalah Ir. Soekarno sedangkan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Soebardjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Sebagai hasil perbincangan mereka bertiga itulah diperoleh rumusan tulisan tangan Ir. Soekarno yang berbunyi sebagai berikut :

ProklamasiKami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama clan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 - 8 - 05,Wakil-wakil Bangsa Indonesia.

Rombongan yang menyendiri di ruang makan itu kemudian menuju ke serambi muka untuk menemui mereka yang telah hadir. Di sana Ir. Soekarno membacakan draft (naskah) rumusan yang telah mereka hasilkan itu dan menyarankan agar segenap mereka yang hadir itu bersama sama menandatangani naskah Proklamasi itu selaku wakil-wakil bangsa Indonesia.

Saran itu ditolak oleh pemuda yang menyatakan tidak rela bahwa budak-budak Jepang ikut menandatangani Naskah Proklamasi (Budak-budak Jepang adalah tokoh golongan tua yaang dinilainya bukan orang pergerakan nasional, melainkan hanya oportunis-oportunis yang memperoleh kursi, karena pengabdialnnya kepada pemerintah pendudukan Dai Nippon).

Pernyataan itu menimbulkan kehebohan dari pihak yang dituduh budak-budak Jepang.

Kemudian Sukarni selaku salah seorang pemimpin pemuda mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi itu hanyalah Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Usul itu diterima baik segenap hadirin dan Ir. Soekarno memimta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah bersih berdasarkan draft rumusan dengan perubahan-perubahan yang disetujui yakni:

- Kata tempoh diganti dengan tempo.

- Wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan atas nama bangsa Indonesia.

- Cara menulis tanggal diubah sedikit menjadi:

Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05.

Naskah yang diketik oleh Sayuti Melik itu kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta di rumah itu juga. Bunyi naskah itu selengkapnya adalah sebagai berikut:

ProklamasiKami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan IndonesiaHal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 45Atas nama bangsa Indonesia,SOEKARNO/HA TTA.Naskah yang diketik itulah yang beberapa jam kemudian setelah hari terang pada tanggal 17 Agustus 1945 dibacakan oleh Ir. Soekarno di Gedung Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Adalah ironis sekali, bahwa Orde Lama di bawah apimpinan Ir. Soekarno telah menghancurkan Gedung Proklamasi yang bersejarah itu). Sampai sekrang belum jelas bagaimana urutan kejadian, sehingga naskah otentik proklamasi itu dapat menghilang selama kurang lebih dua puluh tahun dan baru muncul pada tahun 1965. Selama naskah otentik itu hilang maka yang dikenal seluas-luasnya adalah konsep atau Klad tutisan tangan Ir. Soekarno. Menurut Sayuti Melik naskah otentik proklamasi itu dibawa pulang dari rumah Laksamana Maeda oleh B.M. Diah, yang kemudian rnenyimpannya setelah mencetaknya di dalam surat Kabar Merdeka yang diterbitkannya dalam Bulan Oktober 1945.

Oleh karena itulah foto copy dari naskah otentik Proklamasi itu pada tahun 1969 oleh Presiden Soeharto sudah dibagi-bagikan kepada para Gubernur/Kepala Daerah dan telah dimuat dalam berbagai surat kabar.[8]BAB IIIPENUTUPKesimpulanDari pembahasan yang telah kami tulis diatas, kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Dengan pokok-pokok pikiran Prof. DR. Soepomo itu, kita dapat merasakan adanya satu jiwa 5 hal untuk dasar negara Indonesia Merdeka, meskipun tidak diuraikan secara terperinci sebagaimana yang diucapkan oleh Mr. Moh. Yammin.

b. Adapun hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, meliputi hubungan secara formal dan secara material.

c. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

15 Agustus 1945 : Pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat (unconditional surender) kepada sekutu.

16 Agustus 1945 : Pengamanan Ir Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok.

17 Agustus 1945 : Pembacaan Teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur 56.

d. Sifat radikal dan pandangan Politik dari golongan pemuda menemui kesulitan dalam mengajak bung Karno dan Bung Hatta mengikuti garis politik mereka untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Untuk keluar dari kesulitan tersebut maka politisi muda demham bekerja sama pihak PETA (Pembela Tanah Air) menugaskan Shodanco Singgih Umar Bachsan Suheryana, Affan (Letnan I), Subeno dan Sucipto sudah dipersiapkan rapih jauh sebelumnya. Bahkan Bendera Sang Saka Merah Putih telah dikibarkan pada tanggal 16 Agustus 1945 di markas PETA di Rengasdengklok atas perintah Shodanco Affan, Pada hari itu tercapailah kata sepakat antara Mr. Achmad Soebardjo sebagai salah seorang tokoh golongan tua dengan wakil-wakil golongan pemuda untuk mengembalikan Soekarno-Hatta ke Jakarta.

Saran-saran

Harapan kami adalah saran serta kritik yang bisa membangun juga menambah tentang ilmu pengetahuan kami. Semoga dengan saran dan kritik dari dosen pada khususnya dan pemabaca pada umumnya bisa membantu kami dalam menambah wawasan terutama dalam penulisan atau penyusunan karya tulis untuk menjadi menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKAHartono, Drs., Pancasila (Ditinjau dari Segi Historis), Reneka Cipta, Jakarta, 1992.

Darmodiharjo Darji, Prof. SH., J.W. Sulandra, SH., Santiaji Pancasila. Kurnia Esa, Jakarta, 1983.

Burhanuddin Salam, Drs., Filsafat Pansilaisme. PT. Bina Aksara, Jakarta, 1988.

Tim Penulis PPKn. Mahir PPKn SMU Kelas 3 Semester II. PT. REMAJA ROSDAKARYA, Bandung, 2004.

Internet : http://sertifikasiprofesi.blogspot.com/2008/05/analisis-hubungan-pancasila- proklamasi.htmlhttp://asnic.utexas.edu/asnic/countries/indonesia/ConstIndonesia.html Constitution of IndonesiaPancasila dan Piagam Jakarta(1)

SETIAP kali Indonesia terbentur peristiwa-peristiwa keras karena kehadiran gerakan-gerakan ekstrim yang membawakan ideologi ekstra, semacam komunisme maupun ideologi politik Islam, atau saat keselamatan konsep NKRI terancam, orang lalu teringat dan mulai kembali menyebut-nyebutkan Pancasila. Setelah Peristiwa Gerakan 30 September 1965 dipatahkan pada 1 Oktober 1965, maka tanggal itu setiap tahun diingat dan dirayakan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.Tapi kaum komunis bukan satu-satunya pemegang lisensi gerakan membahayakan Pancasila, UUD 1945 dan Pancasila meskipun mereka telah melakukan dua kali pemberontakan kepada Republik Indonesia, G30S di tahun 1965 dan Pemberontakan Madiun 1948. Kelompok yang menjadikan Islam sebagai ideologi politik, juga tercatat sebagai pemegang lisensi ancaman bagi Pancasila, UUD 1945 dan NKRI. Mulai dari gerakan bersenjata Darul Islam/Tentara Islam Indonesia SM Kartosoewirjo yang diikuti Kahar Muzakkar, Daud Beureueh, Amir Fatah dan Ibnu Hadjar yang memproklamirkan Negara Islam Indonesia Agustus 1949, sampai Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang baru usai melalui jalan kompromi di masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono. Hampir sejajar namun tak selalu bisa begitu saja disamakan dengan DI/TII dan NII, adalah gerakan-gerakan politik yang masih selalu memperjuangkan dimasukkannya kembali Piagam Jakarta ke Pembukaan UUD 1945. Sementara itu, kelompok anti komunis di tubuh TNI juga pernah mengobarkan pemberontakan, PRRI di Sumatera dan Permesta di Sulawesi pada akhir limapuluhan. Belum lagi gerakan separatis semacam RMS dan OPM.Persoalan Piagam Jakarta, sebenarnya adalah sebuah peristiwa politik yang secara formal telah selesai 18 Agustus 1945 saat sejumlah pemimpin politik berlatar belakang Islam sepakat untuk menghilangkan tujuh kata dari konsep pembukaan UUD 1945. Namun akibat ketidakmatangan kenegarawanan lapisan para pemimpin politik baru di masa-masa berikutnya, permasalahan ternyata tidaklah berakhir pada tanggal itu.Tatkala Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang juga dikenal dengan nama Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai sampai kepada tahap sidang membicarakan beginsel (dasar) negara kita, Ir Soekarno menjadi salah satu penyampai gagasan, yakni melalui pidato 1 Juni 1945. Dalam menyampaikan konsep dasar negara yang diusulkannya, Soekarno memulai dengan butir kebangsaan. Berikutnya berturut-turut ia menyampaikan butir-butir internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi dan kesejahteraan sosial, lalu yang terakhir Tuhan Yang Maha Esa atau Ketuhanan. Di antara sekian penyampaian, yang mendapat sambutan paling antusias memang adalah pidato Ir Soekarno. Tercatat ada 12 kali tepuk tangan menggema saat ia menyampaikan pidatonya itu dengan gaya seorang orator ulung. Namun, menurut sejarawan Anhar Gonggong, setelah pidato Ir Soekarno itu, anggota BPUPKI tampak terbelah, dalam arti ada anggota yang sepenuhnya menerima rumusan calon dasar negara yang diajukan anggota Ir Soekarno itu, tetapi di lain pihak terdapat sejumlah anggota yang tidak sepenuhnya menerima, dan menghendaki perubahan rumusan walau tetap berdasar pada apa yang telah dikemukakan anggota Ir Soekarno itu.Untuk mempertemukan dua kutub pendapat, yakni golongan nasionalis sekuler dan golongan nasionalis Islami, Ketua BPUPKI Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat berinisiatif membentuk Panitia Kecil yang seringkali juga disebut Panitia Sembilan karena memang anggotanya terdiri dari sembilan orang. Panitia Kecil ini diketuai Ir Soekarno dengan wakil ketua Drs Mohammad Hatta. Tujuh anggota lainnya adalah Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, H. Agoes Salim, Abdul Kahar Muzakkir, Muhammad Yamin, AA Maramis, Abikusno Tjokrosujoso dan Achmad Soebardjo. Dalam serangkaian rapat, dirumuskan suatu formula yang memberi tempat bagi aspirasi golongan Islam, yaitu, . dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, terdiri dari tujuh kata. Selain itu, Panitia Sembilan juga menempatkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada urutan pertama, yang oleh Soekarno tadinya ditempatkan di bagian belakang. Adalah Mohammad Yamin yang memberi penamaan Piagam Jakarta bagi rumusan itu. Dalam piagam yang dipersiapkan sebagai bagian pembukaan UUD ini, tidak digunakan penamaan Pancasila bagi lima butir dasar negara yang di kemudian hari dinamakan Pancasila, meskipun rumusannya ditulis lengkap. Begitu pula dalam Pembukaan UUD 1945 nanti.Pengusul dari 7 kata di alinea terakhir draft konsep Pembukaan UUD itu adalah wakil golongan Islam, dengan pengertian bahwa kewajiban itu hanya berlaku bagi para pemeluk agama Islam dan tidak mewajibkan bagi yang lain di luar itu. Tapi secara teoritis ketatanegaraan, ada anggapan bahwa bila negara mewajibkan sesuatu hanya untuk sebagian warganegaranya, maka itu berarti diskriminatif. Negara tak boleh melakukan pengecualian, tetapi harus mengatur semua warganegara secara keseluruhan. Terhadap rumusan Piagam Jakarta, menurut Dr Midian Sirait, dalam bukunya Revitalisasi Pancasila (Kata Hasta Pustaka, Jakarta 2008), muncul penolakan dari kelompok Indonesia Timur yang dipimpin oleh Latuharhary. Kelompok ini datang menemui Mohammad Hatta, pada pagi hari tanggal 18 Agustus 1945. Mohammad Hatta menampung usulan untuk mencoret 7 kata itu, tapi tidak mengambil putusan sendiri. Ia terlebih dahulu menanyakan pendapat KH Wahid Hasyim yang kelak menjadi Menteri Agama pertama Republik Indonesia, ayah dari KH Abdurrahman Wahid salah seorang ulama yang menjadi anggota Panitia Sembilan. KH Wahid Hasyim mengatakan, tak apa bila 7 kata itu dicoret. H. Agoes Salim juga menyatakan bisa memahami pencoretan itu.Sebenarnya di Panitia Sembilan, ada Mr Maramis yang juga hadir tatkala Piagam Jakarta dirumuskan. Di kemudian hari, ketika ditanya, mengapa Mr Maramis menyetujui 7 kata, beliau menjawab, dirinya sedang mengantuk tatkala hal itu dibahas. Atau mungkin Mr Maramis yang bukan muslim sebenarnya merasa sungkan untuk menolak saat itu? Namun terlepas dari itu, kita bisa melihat betapa para pendiri bangsa kita itu berkemampuan mengatasi itu semua dengan baik, terhindar dari sikap bersikeras, karena rasional dan betul-betul menghayati filosofi negara. Mereka semua berpendidikan barat, tetapi tetap taat kepada ajaran agama masing-masing, secara rasional. Jadi tatkala mereka melihat secara filosofis bahwa bila sesuatu memiliki akibat-akibat tertentu bagi warganegara, dan menimbulkan suatu situasi diskriminatif, mereka bisa menentukan sikap secara tepat. Mereka memang para negarawan.PADA saat Presiden Soekarno menyampaikan Dekrit 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945, permasalahan menyangkut Piagam Jakarta juga tampil kembali. Setiap ada perumusan pembukaan UUD 1945, persoalan itu pasti muncul kembali, yang terutama dilakukan oleh para pemimpin generasi baru yang agaknya belum memiliki pemahaman filosofis seperti yang dipahami KH Wahid Hasyim atau H. Agoes Salim. Ketika persoalan itu muncul saat Dekrit 5 Juli 1959, suatu solusi diberikan oleh Mohammad Yamin dan Roeslan Abdoelgani, yaitu dengan menambahkan kalimat dalam dekrit bahwa langkah kembali ke UUD 1945 itu dijiwai oleh Piagam Jakarta. Dengan rumusan seperti itu, Dekrit 5 Juli 1959 disetujui oleh kelompok politik Islam.

ABDUL KAHAR MUZAKKAR. Kahar Muzakkar pemimpin DI/TII di Sulawesi Selatan, tadinya adalah seorang Letnan Kolonel asal daerah itu, yang selalu kecewa karena kalah dalam persaingan memperoleh posisi di tubuh TNI. Baik dengan perwira asal Minahasa, seperti Letnan Kolonel Warouw yang merupakan rival bebuyutannya maupun perwira-perwira Bugis seperti Kolonel Saleh Lahade dan Letnan Kolonel Andi Mattalata. Foto Istimewa.Selain keinginan memberlakukan Piagam Jakarta, terdapat pula beberapa gerakan untuk menjadikan Indonesia sebagai suatu negara berdasarkan agama. Gerakan yang paling menonjol tentu saja adalah gerakan bersenjata SM Kartosoewirjo yang dengan DI/TII-nya memproklamirkan Negara Islam Indonesia pada Agustus 1949 saat Republik Indonesia sedang mengalami kesulitan dalam usianya yang baru 4 tahun. Gerakan DI/TII mendapat pengikut di Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Tapi bila dicermati, gerakan DI/TII di daerah-daerah itu bukanlah murni motif menegakkan Negara Islam, melainkan hasil komplikasi kepentingan pribadi dari para pemimpinnya masing-masing.Daud Beureueh dari Aceh, adalah tokoh yang kecewa terhadap apa yang dianggapnya ketidakadilan dalam penentuan posisi Gubernur Sumatera bagian Utara di tahun 1950. Pada waktu itu ada dua calon untuk mengisi posisi sebagai gubernur di propinsi Sumatera bagian Utara itu, yakni Daud Beureueh yang saat itu adalah Gubernur Militer Aceh dan Ferdinand Lumbang Tobing yang adalah Gubernur Militer Tapanuli. Tapi ternyata, pemerintah pusat memilih orang lain di luar mereka, yakni seorang tokoh yang tak begitu dikenal dan tak begitu diketahui jasanya dalam perjuangan kemerdekaan, bernama Amin. Karena kecewa, Daud Beureuh menggabungkan diri dengan Kartosoewirjo dan membentuk DI/TII di Aceh. Ibnu Hadjar dari Kalimantan Selatan, membentuk DI/TII dan bergabung dengan NII Kartosoewirjo, juga karena kekecewaan pribadinya terhadap suatu masalah internal TNI di daerahnya.Kahar Muzakkar pemimpin DI/TII di Sulawesi Selatan, tadinya adalah seorang Letnan Kolonel asal daerah itu, yang selalu kecewa karena kalah dalam persaingan memperoleh posisi di tubuh TNI. Baik dengan perwira asal Minahasa, seperti Letnan Kolonel Warouw yang merupakan rival bebuyutannya maupun perwira-perwira Bugis seperti Kolonel Saleh Lahade dan Letnan Kolonel Andi Mattalata. Kahar tidak punya teman kuat yang bisa membantunya memperoleh posisi komando di Sulawesi Selatan yang menjadi obsesinya, dan hanya punya teman-teman di kalangan perwira berhaluan komunis. Namun ketika ada trouble dengan sejumlah ex gerilyawan yang pernah ikut perlawanan bersenjata melawan Belanda, Kahar dikirim oleh pemerintah pusat Juni 1950 untuk membujuk mereka. Bekas-bekas gerilyawan ini menuntut agar diakui sebagai pejuang kemerdekaan dan diterima ke dalam TNI. Bagi mereka, menurut Barbara Sillars Harvey penulis buku mengenai Permesta dan buku tentang Kahar Muzakkar sang Letnan Kolonel adalah adalah jagoan mereka. Tetapi sang jagoan yang diutus ini, malah ikut bergabung dengan para bekas gerilyawan yang justru harus dibujuknya keluar dari hutan. Di tahun 1951 sempat terjadi persetujuan, dengan memberi para gerilyawan itu status CTN (Corps Tjadangan Nasional). Tapi persetujuan ini separuh gagal separuh berhasil. Kahar Muzakkar bersama separuh dari pasukan gerilya itu kembali masuk hutan, sementara sebagian lainnya yang diterima masuk TNI disusun dalam 5 batalion dengan komandan-komandan mereka sendiri. Tetapi, mereka tetap saja menyusahkan komando-komando nasional dan daerah, seperti teman-teman mereka yang menetap di hutan, tulis Barbara Sillas Harvey.Berlanjut ke Bagian 2 Piagam Jakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Naskah Asli Piagam Jakarta yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945Piagam Jakarta adalah dokumen historis berupa kompromi antara pihak Islam dan pihak kebangsaan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk menjembatani perbedaan dalam agama dan negara. Disebut juga "Jakarta Charter". Merupakan piagam atau naskah yang disusun dalam rapat Panitia Sembilan atau 9 tokoh Indonesia pada tanggal 22 Juni 1945. Piagam ini disusun karena wilayah Jakarta yang besar, meliputi 5 kota dan satu kabupaten, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu. Oleh karena itu, provinsi DKI Jakarta dibentuk dengan piagam tersebut dan menetapkan Soewirjo sebagai gubernur DKI Jakarta yang pertama sampai 1947.

Sembilan tokoh tersebut adalah Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Sir A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, Sir Achmad Subardjo, Wahid Hasyim, dan Sir Muhammad Yamin. BPUPKI dibentuk 29 April 1945 sebagai realisasi janji Jepang untuk memberi kemerdekaan pada Indonesia. Anggotanya dilantik 28 Mei 1945 dan persidangan pertama dilakukan keesokan harinya sampai dengan 1 Juni 1945. Sesudah itu dibentuk panitia kecil (8 orang) untuk merumuskan gagasan-gagasan tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara pada persidangan pertama. Dalam masa reses terbentuk Panitia Sembilan. Panitia ini menyusun naskah yang semula dimaksudkan sebagai teks proklamasi kemerdekaan, namun akhirnya dijadikan Pembukaan atau Mukadimah dalam UUD 1945. Naskah inilah yang disebut Piagam Jakarta.

Piagam Jakarta berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan fasisme, serta memulai dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua dari Piagam Perdamaian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15 Agustus 1945) itu merupakan sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Republik Indonesia.

Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan UUD 1945.

Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka pendjadjahan di atas doenia haroes dihapoeskan, karena tidak sesoeai dengan peri-kemanoesiaan dan peri-keadilan.

Dan perdjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan Rakjat Indonesia ke-depan pintoe-gerbang Negara Indonesia, jang merdeka, bersatoe, berdaoelat, adil dan makmoer.

Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan kebangsaan jang bebas, maka Rakjat Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaannja.

Kemudian daripada itoe, oentoek membentoek suatoe Pemerintah Negara Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia, dan untuk memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan kehidoepan bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam suatu susunan negara Repoeblik Indonesia jang berkedaoelatan Rakjat, dengan berdasar kepada:

1. Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at Islam bagi pemeloek2-nja*2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab

3. Persatoean Indonesia

4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjarawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.

Djakarta, 22-6-1945

Panitia Sembilan

1. Ir. Soekarno2. Mohammad Hatta3. Sir A.A. Maramis4. Abikoesno Tjokrosoejoso5. Abdul Kahar Muzakir6. H. Agus Salim7. Sir Achmad Subardjo8. Wahid Hasyim9. Sir Muhammad Yamin.

Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan Muqaddimah (preambule). Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD. Butir pertama yang berisi kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluknya, diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.

Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.

Perkembangan Piagam Jakarta SelanjutnyaDekrit Presiden 5 Juli 1959Di Dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Piagam Jakarta dinyatakan Menjiwai UUD 1945 dan adalah suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi. DPR pada saat itu menerima hal ini dengan Aklamasi pada tanggal 22 juli 1959.

Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966Memorandum DPRGR 1966 mengenai sumber tertib Hukum RI ditingkatkan menjadi keputusan MPRS Nomor XX/MPRS/1966, di dalam keputusan ini ditegaskan kembali bawasanya bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut.[1]TEORI INTEGRALISTIK DALAM PANCASILA

Bab 1 Negara Pancasila

REP | 11 March 2013 | 00:29 Dibaca: 3053 Komentar: 0 0 SUDARYONO2TB0128311263Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnya tidak mungkin dapat memenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai mahluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. namun demikian dalam kenyataanya sifat-sifat negara satu dengan lainya memiliki perbedaan dan hal ini sangat ditentukan oleh pemahaman ontologis hakikat manusia sebagai pendukung pokok negara, sekaligus sebagai tujuan adanya suatu negara.Bangsa indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara di dunia memiliki ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang kemudian dikristalisasi menjadi suatu sistem nilai yang disebut negara, maka bangsa indonesia mendasarkan pada suatu pandangan hidup yang telah dimilikinya yaitu pancasila.Berdasarkan ciri khas serta proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa indonesia mendirikan suatu negara yang memiliki suatu karaktertistik, ciri khas dengan keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka bangsa indonesia mendirikan suatu negara yang mendasarkan filsafat pancasila, yaitu suatu negara persatuan, suatu negara kebangsaan serta suatu negara yang bersifat Integralistik. Hakikat serta pengertian sifat-sifat negara tersebut adalah sebagai berikut:1. Paham negara persatuanHamparan pulau yang tersebar dari sabang hingga merauke, dengan kekayaan adat istiadat, bahasa, budaya dan nilai religiusnya namun secara keseluruhan merupakan satu kesatuan , maka negara indonesia adalah negara persatuan sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD 1945, negara persatuan republik yang berkedaulatan rakyat.Aliran persatuan indonesia mempunyai pengertian negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Jadi pemahaman negara persatuan dapat dirinci sebagai berikut:a. Bukan negara yang berdasarkan individualisme sebagaimana diterapkan di negara liberal dimana hanya merupakan suatu ikatan individu saja.b. Bukan negara yang berdasarkan kelas atau klass staat yang hanya mendasarkan pada suatu golongan saja.c. Negara persatuan adalah negara yang melindungi seluruh warganya yang terdiri atas berbagai macam golongan dan paham yang berbeda-beda di dalamnya, namun walaupun berbeda-beda tetap satu sebagaimana di simpilkan dalam PP. no. 66 tahun 1951 dan di undangkan tanggal 28 nopember 1951 dan termuat dalam lembaran negara no II tahun 1951 yaitu dengan lambang negara dan bangsa yaitu burung garuda pancasila dengan seloka bhinneka tunggal ika.Hakikat bhinneka tunggal ika menurut notonegoro:Perbedaan itu merupakan suatu bawaan kodrat manusia sebagai mahluk tuhan yang maha esa, namun perbedaan itu bukanya untuk di pertentangkan dan di peruncingkan melainkan perbedaan itu untuk di persatukan disintesakan dalam suatu sintesa yang positif dalam suatu negara kebersamaan, negara persatuan indonesia.2. Paham negara kebangsaanMenurut muhammad yamin bangsa indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa dalam politik internasional adalah menempatkan diri sebagai bangsa yang modern yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan dengan melalui tiga fase :a. Jaman kerajaan Sriwijayab. Jaman kerajaan Majapahitc. Negara kebangsaan indonesia modern menurut susunan kekeluargaan berdasar atas ketuhanan yang maha esa serta kemanusiaan yang hingga sekarang menjadi negara proklamasi 17 agustus 1945.Manusia membentuk suatu bangsa karena untuk memenuhi hak kodratnya yaituSebagai individu dan mahluk sosial, oleh karena itu deklarasi bangsa indonesia tidak mendasarkan pada deklarasi kemerdekaan individu tetapi sebuah deklarasi yang menyatakan tuntutan hak kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial.Dalam tumbuh dan kembangnya suatu bangsa terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komparasi bagi para pendiri negara indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Teori kebangsaan itu adalah sebagai berikut:a. Teori Hans KohnBangsa terbentuk karena persamaan bahasa ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari analisir-analisir serta akar-akar yang terbentuk melalui proses sejarah. Namun teori kebangsaan yang didasarkan pada ras, bahasa serta untsur lain yang bersifat primordial tidak mendapatkan tempat di kalangan bangsa-bangsa di dunia.b. Teori Kebangsaan Ernest RenantMenurut ernest renan dalam kajian ilmiah tentang bangsa berdasarkan psikologis etnis pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah sebagai berikut :1. Bangsa adalah suatu jiwa, suatu azas kerohanian2. Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar3. Bangsa adalah suatu hasil sejarahOleh karena sejarah berkembang terus maka kemudian menurut renan bahwa bangsa bukan sesuatu yang abadi dan wilayah serta ras bukan suatu penyebab timbulnya bangsa. Wilayah hanya memberikan ruang lingkup bangsa, sedangkan manusia membentuk jiwanya.Pada akhirnya renan menyimpulkan bahwa bangsa adalah suatu jiwa,suatu asas kerokhanian dan menurut renan ada beberapa faktor yang membentuk jiwa bangsa yaitu: kejayaan dan kemuliaan di masa lampau serta penderitaan-penderitaan bersama yang mengakibatkan pembentukan modal sosial, persetujuan bersama untuk hidup bersama dan berani untuk memberikan pengorbananc. Teori geopolitik oleh frederich ratzelSuatu teori kebangsaan yang menghubungkan antara wilayah geografi dengan bangsa yang di kembangkan oleh frederich ratzel. Menurutnya negara merupakan suatu organisme yang hidup. Agar bangsa itu hidup subur dan kuat maka memerlukan suatu ruangan untuk hidup. Negara-negara besar menurutnya memiliki semangat ekspansi, militerisme serta optimisme. Teori di jerman mendapat sambutan hangat, namun sisi negatifnya menimbulkan semangat kebangsaan yang chauvinistis.d. Negara kebangsaan pancasilaKebhinekaan adat-istiadat, budaya, bahasa dan nilai religius merupakan kekayaan yang dimiliki bangsa indonesia, namun hal itu tidak mengakibatkan suatu perbedaan yang harus dipertentangkan, akan tetapi keadaan yang beraneka ragam ini merupakan suatu daya penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesa dan resultan, sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur.Sintesa persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan dalam suatu asas kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu pancasila. Oleh karena itu prinsip-prinsip nasionalisme indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bersifat majemuk tunggal. Adapun yang membentuk nasionalisme bangsa indonesia adalah sebagai berikut: kesatuan sejarah, kesatuan nasib, kesatuan kebudayaan, kesatuan wilayah dan kesatuan asas kerohanian.3. Paham Negara IntegralistikMelalui sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945. Supomo mengusulkan paham Integralistik yang menurutnya paham ini berakar pada keanekaragaman budaya bangsa namun hal itu justru mempersatukan dalam suatu kesatuan integral yang disebut Negara Indonesia.Paham integralistik yang terkandung dalam pancasila meletakan asas kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antar individu maupun masyarakat. Dalam pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka didalamnya terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, kebinneka tunggal ikaan, nilai religiusitas serta selaras. Bila di rinci maka paham negara Integralistik memiliki pandangan sebagai berikut:a. negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integralb. semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan yang lainyac. semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organisd. yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.e. negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.f. negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusatg. negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.h. negara menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.i. negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.4. Negara pancasila adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esaSesuai dengan makna negara kebangsaan indonesia yang berdasarkan pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara, maka memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian inilah maka negara pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa.Rumusan ketuhanan yang maha esa sebagai mana terdapat dalam pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada negara kebangsaan indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas negara agama tertentu.Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama adalah merupakan suatu keyakinan batin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak dapat di paksakan. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak, karena langsung bersumber pada martabat manusia yang berkedudukan sebagai mahluk pribadi dan mahluk ciptaan tuhan yang maha esa. Oleh karena itu agama bukan pemberian negara atau golongan tetapi hak beragama dan kebebasan beragama merupakan pilihan pribadi manusia dan tanggung jawab pribadinya.Hubungan negara dengan agama menurut negara pancasila adalah sebagai berikut:a. negara adalah berdasar atas ketuhanan yang maha esa.b. bangsa indonesia adalah sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa.c. tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakekatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai mahluk tuhan.d. tidak ada tempat pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama.e. tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan siapapun juga.f. oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dan negara.g. segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan yang maha esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara.h. negara pada hakikatnya adalah merupakanberkat rahmat Allah yang maha esa.Menurut paham theokrasi hubungan negara dengan agama merupakan hubungan yang tidak dapat di pisahkan karena negara menyatu dengan agama dan pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman tuhan. Dengan demikian agama menguasai masyarakat politis.Dalam praktik kenegaraan, terdapat du macam pengertian negara theokrasi yaitu theokrasi langsung dan negara theokrasi tidak langsung.a. theokrasi langsungdalam sistem negara theokrasi langsung kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas tuhan. Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak tuhan dan yang memerintah adalah tuhan. Dalam sejarah perang dunia II, rakyat jepang rela mati berperang demi kaisarnya, karena menurut kepercayaanya kaisar adalah sebagai anak tuhan. Negara tibet dimana pernah terjadi perebutan kekuasaan antara pancen lama dan dalai lama adalah sebagai penjelmaan otoritas tuhan dalam negara dunia.b. theokrasi tidak langsungnegara theokrasi tidak langsung bukan tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan kepala negara atau raja, yang memiliki otoritas atas nama tuhan. Kepala negara atau raja memerintah atas kehendak tuhan, sehingga kekuasaan dalam negara merupakan suatu karunia dari tuhan.Dari uraian tersebut jelaslah bahwa negara pancasila adalah negara yang melindingi seluruh agama di seluruh wilayah tumpah darah. Sebagaimana tersebut dalam pasal 29 ayat(2) UUD 1945 memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing. Negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa adalah negara yang merupakan penjelmaan dari hakikat kodrat manusia sebagai individu mahluk, sosial dan manusia adalah pribadi dan mahluk adalah tuhan yang maha esa.Sumber: Achmad muchi, Drs., H.MM., dan rekan, 2007. Seri diktat kuliah pendidikan pancasila.hal 42-47. Jakarta: Universitas GunadarmaHUBUNGAN TEORI INTEGRALISTIK DENGAN PANCASILA

ini adalah tugas gue yang ditolak mentah-mentah ma DOSEN..,j*ng*r*kLATAR BELAKANGDalam pidatonya di gedung Tyuuo Sangi-In pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Soepomo membahas pengertian dasar negara (staats-idee), sebuah kajian yang mutlak diperlukan bila hendak "melahirkan cabang bayi Indonesia" merdeka.Agar bisa membangun pijakan epistemik yang kokoh dalam wacana pengertian dasar negara, Prof. Soepomo merasa perlu meminjam sejumlah teori negara yang menjadi bunga di tengah belantara epistemologi ilmu politik Barat.Pertama adalah teori individualisme, dengan tokoh-tokohnya Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, dan H. J. Lakski. Menurut teori ini, negara dibangun beralaskan kontrak sosial. Di sini, pemerintah sebagai aparatur negara berlakon sebagai pemilik otoritas guna menjaga keteraturan sosial masyarakat sipil. Negara yang bisa mengilustrasikan model ini adalah Eropa Barat dan Amerika Serikat.Kedua adalah teori golongan (class theory) yang dibapaki oleh Marx dan Engels, kemudian Lenin. Berdasarkan teori ini, negara merupakan instrumen pegangan golongan yang berkuasa, sebagaimana dalam realitas model masyarakat yang rasionalistik-kapitalistis, terindikasi dari negara yang menjadi alat kaum borjuis untuk menindas kaum buruh.Ketiga adalah teori integralistik, dengan para pencetusnya yakni Spinoza, Adam Muller dan Hegel. Dalam perspektif yang disusun di atas teori ini, negara berkewajiban bukan hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan, melainkan juga menjamin kepentingan masyarakat secara holistik sebagai sebuah kesatuan.Setelah menjejerkan ketiga teori tersebut, Prof Soepomo mengajukan sebuah pertanyaan: "Indonesia akan menganut teori yang mana?". Dalam pandangannya pribadi, beliau menjatuhkan pilihannya kepada model negara integralistik yang dianggapnya paling sesuai dengan struktur sosial masyarakat Indonesia. Argumennya, semangat kebatinan yang telah menubuh dalam sistem kebudayaan masyarakat kita, merupakan cetak biru mentalitas manusia Indonesia yang memiliki hasrat kebersatuan yang tinggi.PERMASALAHANPermasalahan yang kami angkat dalam hal ini adalah :1. Apa pengertian Pancasila?2. Apa maksud dari teori Integralistik?3. Adakah hubungan antara teori Integralistik dengan Pancasila?TINJAUAN PUSTAKAPengertian Pancasila:Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.Pancasila digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan aktivitas dan kehidupan di dalam segala bidang. Dengan kata lain semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus sesuai dengan sila-sila Pancasila.Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsaPancasila sudah menjadi jiwa setiap rakyat Indonesia dan telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan.Pancasila sebagai dasar NegaraPancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan Negara atau dasar mengatur penyelenggaraan Negara.Menurut Prof. Dr. Notonegoro, SH. ; Pancasila merupakan norma hukum pokok atau pokok kaidah fundamental dan memiliki kedudukan yang tetap, kuat, dan tidak berubah. Pancasila juga memiliki kekuatan yang mengikat secara hukum.Penegasannya tercantum dalam:1. Pembukaan UUD 1945 alinea IV2. Tap MPR No.XVII/MPR/19983. Tap MPR No.II/MPR/2000Pancasila sebagai falsafah bangsa IndonesiaPancasila merupakan dasar filsafat negara dan ideologi negara. Yang kemudian dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan negara.Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara IndonesiaMerupakan fungsi Pancasila dilihat secara yuridis ketatanegaraan. Tap MPR No. III/MPR/2000 mengatur tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa IndonesiaPancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. PPKI merupakan wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur tersebut.Pancasila sebagai cita-cita bangsa IndonesiaCita-cita luhur bangsa Indonesia tegas termuat dalam Pembukaan UUD 1945 karena Pembukaan UUD 1945 merupakan perjuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa Pancasila. Dengan demikian Pancasila merupakan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.Teori Integralistik:Kemudian, teori Integralistik yang diajarkan oleh Benedict de Spinoza (1632-1677), Adam Heinrich Muller (1779-1829), George Friedrich Wilhelm Hegel (1770-1831) dan lain-lain, mengajarkan bahwa negara adalah suatu susunan masyarakat yang integral, segala golongan, segala bagian, segala anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masyarakat yang organis. Dalam aliran pikiran integralistik ini, negara tidak memihak pada suatu golongan yang paling kuat, atau paling besar, tidak menganggap kepentingan seseorang menjadi pusat, tetapi menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tak dapat dipisahkan; yang terpenting adalah penghidupan bangsa seluruhnya.

ANALISISBagaimana hubungan teori Integralistik dengan Pancasila? Sekarang marilah kita membandingkan teori integralistik dengan Pancasila. Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Masing-masing sila tidak dapat dipahami dan diberi arti tersendiri yang terpisah dari keseluruhan sila-sila itu. Ini menggambarkan adanya paham persatuan atau integralistik.Dalam pancasila sendiri, pada sila III yang berbunyi, Persatian Indonesia, menegaskan dan mencerminkan perwujudan paham integralistik dalam tata kenegaraan kita, Sila III ini tercermin dalam pokok pikiran pertama yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut :Negara begitu bunyinya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan Indonesia dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (penjelasan UUD 1945).

Apa yang dimaksud teori integralistik

Tanyakan detil pertanyaan Ikuti

Laporkan penyalahgunaan!

5+3 poin dari KidsManAde 12.09.2014

Jawabanmu

Jawabanmu

2

Nailah8 Gemar Membantu menjawab 12.09.2014

Teori integralistik disebut juga teori kekeluargaan. Pada negara yang berdasar integralisme seperti Indonesia yang masyarakatnya bersifat organis, hak-hak asasi manusia berkembang terbatas. Teori integralistik mengatakan bahwa hak2 asasi manusia itu berkembang terbatas karena manusia terikat oleh masyarakat.Masyarakat yang mengikat orang2 Indonesia bersifat integralistik yang mengandung unsur2 yang menentang penonjolan pribadi. Penonjolan hak2 asasi manusia harus diimbangi dng kewajiban asasi/asas kekeluargaan menumbuhkan masyarakat dan negara.Unsur2 dlm integralistik:-Kebulatan-Keutuhan-Kesatuan-Keseluruhan-Kebersamaan-Kekeluargaan-Gotong royong-Kerukunan-Keakraban-Keseimbangan-dllDalam negara integralistik pada dasarnya tidak ada dualisme antara negara dan individu karena individu adalah bagian organik dari negara yang punya kedudukan dan kewajiban tersendiri untuk ikut menyelenggarakan kemuliaan negara dan sebaliknya oleh karena negara bukan suatu badan kekuasaan/raksasa politik yang berdiri di luar lingkungan suasana kemerdekaan seseorang.

Komentar Laporkan penyalahgunaan! tentukan nilai

Komentar

Top of Form

Tuliskan lebih detil mengenai jawabanmu di sini

Bottom of Form

Yogawiryawann Gemar Membantu menjawab 12.09.2014

Melalui sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, Supomo mengusulkan paham Integralistik yang menurutnya paham ini berakar pada keanekaragaman budaya bangsa namun hal itu justru mempersatukan dalam suatu kesatuan integral yang disebut Negara Indonesia. Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antar individu maupun masyarakat. Dalam pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke binneka tunggal ika an, nilai religiusitas serta selaras. Bila dirinci maka paham Negara Integralistik memiliki pandangan sebagai berikut : Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis.Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.Negara menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara, maka memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian inilah maka Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada Negara Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu. Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama adalah merupakan suatu keyakinan bathin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak dapat dipaksakan. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak, karena langsung bersumber pada martabat manusia yang berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu agama bukan pemberian negara atau golongan tetapi hak beragama dan kebebasan beragama merupakan pilihan pribadi manusia dan tanggung jawab pribadinya. Hubungan negara dengan agama menurut Negara Pancasila adalah sebagai berikut : Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang Berketuhanan Yang Maha Esa.Tidak ada tempat bagi Atheisme dan Sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.Tidak ada tempat pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama.Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga.Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dan negara.Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama norma-norma hukum positip maupun norma moral baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara.Negara pada hakikatnya adalah merupakan . . . . .berkat Rahmat Allah Yang Maha Esa.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologiterbuka

1) Makna Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan bersifat dinamis atau merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang merupakan hasil konsensus dari masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-citanya tidak dipaksakan dari luar melainkan digali dan diambil dari suatu kekayaan, rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.

2) Makna Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Sebagai ideologi Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia dalam menjalankan aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel tidak tertutup dan kaku melainkan harus mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa harus mengubah nilai-nilai dasarnya. Pancasila memberikan orientasi ke depan dan selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapi dan akan dihadapi di era keterbukaan/globalisasi dalam segala bidang.

3) Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dibentuklah BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1945, membahas tentang rumusan dasar negara. Tampil tiga tokoh.

1. Tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin mengemukakan 5 dasar negara Indonesia(dalam pidato)

- Peri Kebangsaan

- Peri Kemanusiaan

- Peri Ke-Tuhanan

- Peri Kerakyatan

- Kesejahteraan rakyat

Pada akhir pidatonya beliau menyerahkan rancangan (tertulis)

- 1. Ke-Tuhanan Yang maha Esa

- 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

- 3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

- 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

- permusyawaratan/ Perwakilan

- 5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

2. Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengemukakan usulan dasar negara Indonesia yaitu:

- Persatuan

- Kekeluargaan

- Kesimbangan lahir dan batin

- Musyawarah

- Keadilan rakyat

3. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai lima hal yang menjadi dasar negara merdeka, yaitu:

- Kebangsaan Indonesia

- Internasionalisme atau kemanusiaan

- Mufakat atau demokrasi

- Kesejahteraan sosial

- Ke-Tuhanan yang berkebudayaan

Pendapat ketiga tokoh dibahas oleh Panitia Sembilan tanggal 22 Juli 1945 dan menghasilkan rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia merdeka yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.

Sidang kedua BPUPKI pada tanggal 10 17 Juli 1945 menerima laporan Panitia Sembilan tentang isi Piagam Jakarta, membahas rancangan Pembukaan UUD 1945 dan tugasnya selesai BPUPKI dibubarkan.

Pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI dan mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya menerima perubahan Piagam Jakarta menjadi Pembukaan UUD45 dengan rumusan Pancasila sebagai berikut:

- Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

- Kemanusiaan yang adil dan beradab

- Persatuan Indonesia

- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kemudian mengesahkan UUD 1945, mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden, sebelum MPR/DPR terbentuk tugas presiden dibantu oleh KNIP.

4) Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Pancasila sebagai dasar negara dijadikan sebagai landasan setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk segala peraturan perundangan dalam negara, pemerintahan dan aspek-aspek kenegaraan lainnya.

Sedangkan sebagai ideologi negara, dasar, pandangan bagi sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat Indonesia.

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara memiliki 4 fungsi pokok yaitu:

- Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan

- Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya

- Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa

- Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan negara

1. Pancasila sebagai IdeologiTerbuka

Pancasila sebagai Ideologi TerbukaIdeologi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata idea dan logos/logia. Idea berarti gagasan, pemikiran, konsep, pengertian dasar, cita-cita. Sedangkan logos/logia berarti ilmu. Jadi, ideologi adalah kumpulan gagasan/ konsep dasar bersistem untuk dijadikan dasar pendapat, arah, dan tujuan.Beberapa pengertian ideologi menurut pendapat para tokoh, antara lain:

1. Karl marx: ideologi adalah kesadaran palsu, sebab ideologi merupakan hasil pemikiran tertentu yang diciptakan oleh para pemikir sesuai kepentingannya.

2. Louis althusser: ideologi adalah pedoman hidup, sebab setiap orang membutuhkan pedoman hidup, baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.

3. Dr. Alfian: ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan

Pada tanggal 7 september 1944, Jepang berjanji untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri Koiso, menyusul kekalahan Jepang dari sekutu. Sebagai kelanjutan dari janji tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, jepang membentuk badan penyelidik usah-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), yang bertugas untuk menyelidiki mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 60 orang dan diketuai oleh DR.K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, waki ketua R. Panji Suroso, serta Tuan Hachibangase dari Jepang.

Pada masa tugasnya BPUPKI melakukan dua kali sidang. Sidang yang pertama mulai tanggal 29 Mei 1 Juni 1945 untuk membahas rancangan dasar negara. Tiga tokoh nasionalis yang menyampaikan ide pokok rancangan dasar negara, yaitu:

Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945), ide pokok yang disampaikan:

1. Perikebangsaan

2. Perikemanusiaan

3. Periketuhanan

4. Perikerakyatan

5. Kesejahteraan

Mr. Soepomo (31 Mei 1945), ide pokok yang disampaikan:1. Paham Negara Persatuan

2. Perhubungan Negara Dengan Agama

3. Sistem Badan Permusyawaratan

4. Sosialisasi Negara

5. Hubungan Antarbangsa

Ir. Soekarno (1 Juni 1945), ide pokok yang disampaikan:1. Kebangsaan indonesia

2. Internasionalisme atau perikemanusiaan

3. Mufakat atau demokrasi

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Ir. Soekarno mengusulkan nama pancasila atas saran Mr. Muh. Yamin. Sejak itulah disebut sebagai lahirnya istilah pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mengadakan pertemuan dan menghasilkan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Rumusan akhir ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia):

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sidang BPUPKI yang kedua berlangsung dari tanggal 10 Juli 16 Juli 1945. Sidang II BPUPKI membahas rancangan hukum dasar, yang kemudian dikenal dengan nama pembukaan UUD 1945. Di dalam pembukaan UUD 1945, terkandung bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan pada alinea keempat terkandung rumusan dasar negara, Pancasila.

Setelah BPUPKI melaksanakan tugasnya, badan ini dibubarkan dan digantikan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/ Dokuritsu Zyunbi Inkai). Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan keputusan, antara lain:

1. Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.

2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden (Ir. Soekarno dan Moh. Hatta).

3. Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.

Fungsi pokok Pancasila, yaitu:

Pancasila sebagai dasar negara1. Sebagai negara. Pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau norma fundamental (fundamental norm). Dengan demikian, Pancasila menempati norma hukum tertinggi dalam ideologi Indonesia.

2. Sebagai sumber dari segala sumber hukum. Pancasila merupakan kaidah negara yang fundamental, artinya kedudukannya paling tinggi dalam penyusunan aturan-aturan di Indonesia.

3. Sebagai pandangan hidup. Nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan negara.

4. Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Nilai Pancasila mencerminkan kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya merupakan kristalisasi nilai budaya bangsa Indonesia.

5. Sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari hasil musyawarah para pendiri bangsa dan negara (founding fathers).

Pencasila sebagai ideologi negara. Ideologi dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu ideologi dalam arti luas dan ideologi dalam arti sempit. Dalam arti luas, ideologi menunjukan sebagai pedoman hidup di semua segi kehidupan, baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam arti sempit, menunjukan sebagai pedoman hidup dalam bidang tertentu, misalnya sebagai ideologi negara. Ideologi negara merupakan ideologi mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan negara itu. pancasila adalah ideologi negara, yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, Pancasila sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang berkembang secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bukan secara paksaan.

Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu:

1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakan serta membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.

3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.

4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan negara.

Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama kalinya.

2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik.

3. Dimensi Fleksibilitas, artinya kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.

Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah ide atau gagasan, Franz Magnis-Suseno menyatakan bahwa ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah ideologi yang nilainya bersifat mutlak. Ideologi tertutup bersifat dogmatis dan apriori. Dogmatis berarti memercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori berarti berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.

Ideologi tertutup memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Cita-cita sebuah kelompok, bukan cita-cita yang hidup di masyarakat.

2. Bersifat totaliter, menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.

3. Tidak ada keanekaragaman, baik pandangan maupun budaya.

4. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada ideologi mutlak, konkret, nyata, keras, dan total.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang pemikirannya terbuka. Ciri-ciri ideologi ini antara lain:

1. Merupakan kekayaan rohani, budaya, dan masyarakat.

2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali dari budaya masyarakat.

3. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkannya.

4. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.

Perbedaan dari kedua ideologi ini adalah ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini bersifat demokratis dan terbuka. Sedangkan ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai penguasa) dan totaliter.

Berdasarkan ciri-ciri yang sudah disebutkan sebelumnya, Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka.

1. Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia.

2. Isi Pancasila tidak langsung operasional, hanya berisi lima dasar, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,

3. Kerakyatan, dan Keadilan. Karena hanya berisi nilai dasar, maka perlu adanya penafsiran.

4. Pancasila menghargai kebebasan. Hal ini tercermin dalam makna sila kedua yang tidak saja mengakui kebebasan dan kesedarajatan manusia Indonesia, tetapi semua bangsa di dunia.

5. Pancasila adalah ideologi politik, pedoman hidup masyarakat, bangsa, dan negara.

6. Pancasila menghargai pluralitas, seperti yang tercermin dalam sila pertama. Sila ini mencerminkan semua agama yang ada di Indonesia.

Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Hal ini bukan berarti nilai dari Pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain yang dapat menghilangkan jati diri bangsa Indonesia. Makna Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman dengan memperhatkan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia, serta tidak keluar dari eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dan dalam ikatan NKRI.

Menurut moerdiono, faktor-faktor yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah:

1. Perkembangan dinamika masyarakat Indonesia yang cepat sehingga tidak semua persoalan hidup dapat ditemukan jawabannya secara ideologis;

2. Runtuhnya ideologi tertutup, seperti Marxisme-Leninisme/komunisme;

3. Pengalaman sejarah politik Indonesia dengan pengaruh komunisme; dan

4. Tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Pancasila sebagai satu-satunya asa telah dicabut oleh MPR pada tahun 1999).

B. Pancasila sebagai Sumber Nilai dan Paradigma PembangunanPancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia, baik ditinjau dari sudut etimologi maupun dari terminologi.

1. Secara etimologi. Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut Muhammad Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu panca artinya lima, syila dengan (i) biasa (pendek) artinya sendi, alas, atau dasar, syila dengan (i) panjang artinya peraturan tingkah laku yang penting, baik, dan senonoh. Kata sila dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya tingkah laku baik.

2. Secara terminologi. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, istilah Pancasila (lima asas dasar) digunakan oleh Ir. Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara yang diusulkannya.

Rumusan Pancasila yang sah dan sistematika yang benar terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Instruksi No. 12/1968 pada tanggal 13 April 1968. Dalam instruksi tersebut, ditegaskan tata urutan (sistematika) dan rumusan Pancasila, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradap

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma serta tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan, dan tingkah laku bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai intirinsik yang kebenarannya dapat dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yang universal.

Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai lihur untuk menjadi dasar negara. Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai nilaii dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.

1. Nilai dasar. Nilai dasar berasal dari nilai-nilai kultural bangsa Indonesia yang berakar dari kebudayaan sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural.

2. Nilai instrumental. Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar biasanya dalam wujud nilai sosial atau norma hukum, selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu.

3. Nilai praktis. Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai-nilai dalam Pancasila yang dikembangkan, antara lain:

Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan YME.

2. Membina adanya kerja sama dan tolerans antara sesama pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada tuhan YME.

Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Tidak saling membedakan warna kuit

2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Persatuan Indonesia, Menempatkan persatuan, kepentingan, dan keselamatan pribadi atau golongan.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.Melaksanakan keputusan bersama dengan penuh tanggung jawab dan iktikad baik.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan