tutorial pertama blok dmf 1

5
A. Sel Endotel Sel endotel merupakan pembatas antara darah dan rongga ekstravaskular. Pada keadaan normal, SE merupakan permukaan yang tidak lengket sehingga dapat mencegah koagulasi, adhesi sel dan kebocoran cairan rongga intravascular. SE juga berperan dalam pengaturan tonus vascular dan perfusi jaringan melalui penglepasan komponen vasodilator (prostasiklin/PGI₂, adenosine dan EDRF) dan komponen vasokonstriksi (endotelin). Bila sel endotel rusak, sifat antikoagulasi akan hilang dan membrane sel terpajan, sehingga menimbulkan agregasi trombosit dan leukosit. B. Molekul adhesi-migrasi leukosit Interaksi adhesi diatur oleh ekspresi permukaan sel yaitu molekul adhesi serta ligan/reseptor-reseptornya. Ikatan leukosit dan SE diawali oleh ekspresi L-selektin pada permukaan leukosit, P- selektin dan E-selektin pada permukaan SE, dengan reseptornya berupa hidrat arang. Interaksi ini memungkinkan terjadi marginasi leukosit sepanjang dinding vascular di tempat inflamasi. Penglepasan mediator inflamasi meningkatkan molekul adhesi baik pada sel inflamasi (neutrofil, monosit) maupun pada SE. Hal tersebut meningkatkan adhesi, perubahan arus darah, marginasi dan migrasi sel-sel seperti neutrofil, monosit dan eusinofil ke pusat inflamasi. Migrasi sel-sel inflamasi tersebut juga diarahkan oleh faktor-faktor kemotatik yang diproduksi berbagai sel, mikroba, komplemen dan sel mast. Sel-sel yang masuk ke tempat lesi akan melepas produknya yang meneruskan perjalanan proses inflamasi dan kadang menimbulkan kerusakan jaringan akibat penglepasan oksigen reaktif. IL-1 dan TNF- α, juga endotoksin meningkatkan ekspresi molekul adhesi ICAM- 1 dan VCAM-1 pada permukaan SE yang berinteraksi dengan ligannya pada permukaan leukosit (ICAM-1 mengikat LFA-1, VCAM-1 mengikat VLA-4). Perubahan produksi PGI₂ dan endotelin mempunyai pengaruh terhadap perfusi. Faktor kemotatik neutrofil Kemotaksin Sumber Efek fMet-Leu-Phe Bakteri Kemotatik untuk eosinofil dan makrofag Endotoksin Bakteri Mengaktifkan komplemen (jalur

Upload: ade-ayu

Post on 05-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

materi tutorial skenario pertama blok penyakit dentomaksilofasial

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial Pertama Blok Dmf 1

A. Sel EndotelSel endotel merupakan pembatas antara darah dan rongga ekstravaskular. Pada keadaan normal, SE merupakan permukaan yang tidak lengket sehingga dapat mencegah koagulasi, adhesi sel dan kebocoran cairan rongga intravascular. SE juga berperan dalam pengaturan tonus vascular dan perfusi jaringan melalui penglepasan komponen vasodilator (prostasiklin/PGI₂, adenosine dan EDRF) dan komponen vasokonstriksi (endotelin). Bila sel endotel rusak, sifat antikoagulasi akan hilang dan membrane sel terpajan, sehingga menimbulkan agregasi trombosit dan leukosit.

B. Molekul adhesi-migrasi leukositInteraksi adhesi diatur oleh ekspresi permukaan sel yaitu molekul adhesi serta ligan/reseptor-reseptornya. Ikatan leukosit dan SE diawali oleh ekspresi L-selektin pada permukaan leukosit, P-selektin dan E-selektin pada permukaan SE, dengan reseptornya berupa hidrat arang. Interaksi ini memungkinkan terjadi marginasi leukosit sepanjang dinding vascular di tempat inflamasi.Penglepasan mediator inflamasi meningkatkan molekul adhesi baik pada sel inflamasi (neutrofil, monosit) maupun pada SE. Hal tersebut meningkatkan adhesi, perubahan arus darah, marginasi dan migrasi sel-sel seperti neutrofil, monosit dan eusinofil ke pusat inflamasi. Migrasi sel-sel inflamasi tersebut juga diarahkan oleh faktor-faktor kemotatik yang diproduksi berbagai sel, mikroba, komplemen dan sel mast.Sel-sel yang masuk ke tempat lesi akan melepas produknya yang meneruskan perjalanan proses inflamasi dan kadang menimbulkan kerusakan jaringan akibat penglepasan oksigen reaktif. IL-1 dan TNF-α , juga endotoksin meningkatkan ekspresi molekul adhesi ICAM-1 dan VCAM-1 pada permukaan SE yang berinteraksi dengan ligannya pada permukaan leukosit (ICAM-1 mengikat LFA-1, VCAM-1 mengikat VLA-4). Perubahan produksi PGI₂ dan endotelin mempunyai pengaruh terhadap perfusi.

Faktor kemotatik neutrofilKemotaksin Sumber Efek

fMet-Leu-Phe Bakteri Kemotatik untuk eosinofil dan makrofagEndotoksin Bakteri Mengaktifkan komplemen (jalur alternative) yang

menghasilkan C5aC5a, Ba Komplemen Degranulasi neutrofil: juga kemotatik untuk eosinofil

dan makrofagLTB4 Asam arakidonat Produk jalur lipoksigenase, juga menarik eosinofil dan

makrofagFibrinopeptida Fibrinogen Menimbulkan aktivasi jalur fibrinolitikHistamin Sel mast Kemotatik; juga meningkatkan permeabilitas vascularPAF Sel mast, neutrofil Agregasi trombosit dan memacu penglepasan

serotonin dan histamineECF Sel mast Degranulasi yang melepas peptideIL-8 Makrofag Menginduksi migrasi sel ke lokasi inflamasi

C. Ekstravasasi leukosit

Page 2: Tutorial Pertama Blok Dmf 1

Segera setelah timbul respons inflamasi, berbagai sitokin dan mediator inflamasi lainnya bekerja terhadap endotel pembuluh darah lokal berupa peningkatan ekspresi CAM (Cell Adhesion Molecule). Neutrofil merupakan sel pertama yang berikatan dengan endotel pada inflamasi dan bergerak keluar vascular. Ekstravasasi neutrofil dapat dibagi dalam 4 tahap: menggulir, aktivasi oleh rangsangan kemoatraktan, menempel/adhesi dan migrasi transendotel.

Marginasi dan ekstravasasi neutrofilMarginasi EkstravasasiFase I Penambatan dan menggulirInteraksi lemah antara:

Selektin-L yang diekspresikan pada leukosit

Selektin P dan E yang diinduksi pada sel endotel

Fase II Aktivasi dan penguatan Induksi cepat integrin pada leukosit

dan CD11a:CD18 pada neutrofil Integrin berikatan dengan ICAM yang

diekspresikan pada sel endotelPhase II diperantai kemokin

Sinyal activator selanjutnya menghasilkan perubahan konformasional pada leukosit

Metaloprotease digunakan untuk melepas sel dari endotel sebelum penetrasi membrane basal endotel.

Di tempat infeksi, makrofag yang menemukan mikroba melepas sitokin (TNF dan IL-1) yang mengaktifkan sel endotel sekitar venul untuk memproduksi selektin (ligan integrin dan kemokin). Selektin berperan dalam pengguliran neutrofil di endotel. Integrin berperan dalam adhesi neutrofil, kemokin mengaktifkan neutrofil dan merangsang migrasi melalui endotel ke tempat infeksi. Monosit darah dan sel T yang diaktifkan menggunakan mekanisme yang sama untuk bermigrasi ke tempat infeksi.

Terminasi-Respons PerbaikanRespons inflamasi akut dikontrol oleh sitokin anti-inflamasi (IL-4, IL-10 dan TGF-β), reseptor sitokin yang larut seperti sIL-1, sTNF-αR, sIL-6R, sIL-12R, produk sistem endokrin seperti kortikosteroid, kortikotropin dan aMSH. Kortikosteroid dikenal sebagai anti inflamasi dan dapat mencegah produksi hampir semua mediator pro-inflamasi dan aMSH, menurunkan suhu, sintesis IL-2 dan Prostaglandin. Kortikotropin mencegah aktivasi makrofag dan sintesis IFN-γ .NP, somatostatin dan VIP menekan inflamasi dengan mencegah proliferasi dan migrasi sel. Bila fase inflamasi sudah dinetralkan oleh molekul anti-inflamasi, penyembuhan jaringan dimulai dengan melibatkan berbagai sel seperti fibroblast dan makrofag. Sel-sel tersebut memproduksi kolagen yang diperlukan untuk perbaikan jaringan.Sifat penyembuhan yang disebabkan oleh cedera tergantung dari luas kerusakan jaringan dan jenis jaringan yang cedera. Jaringan dapat ditandai sebagai labil (berubah-ubah terus), stabil (berproliferasi bila dirangsang) dan permanen (sel tidak dapat memperbaiki diri sendiri). Bila sudah tidak ada pemusnahan sel dalam jaringan semua jaringan kembali ke keadaan normal melalui resolusi respons inflamasi. Bila terjadi pemusnahan sel jaringan permanen hanya dapat

Page 3: Tutorial Pertama Blok Dmf 1

sembuh dengan pembentukan parut. Jaringan yang labil dan stabil dapat sembuh melalui generasi bila kerusakan tidak berat dan jaringan dibawahnya tidak rusak.

Perubahan Jaringan setelah InflamasiPerubahan jaringan setelah inflamasi adalah degenerative dan proliferative.Perubahan degenerativePerubahan degenerative pada pulpa pat fibrus, resorptif atau kalsifik/mengapur. Bila degenerasi berlanjut, akan terjadi nekrosis, terutama bila terjadi thrombosis pembuluh darah, atau bila leukotoksin dilepaskan yang disebabkan oleh suatu kerusakan pada sel jaringan. Bentuk lain degenerasi ada supurasi. Jika sel polimorfonuklear terbuka, maka akan menghasilkan enzim proteolitik dengan menghasilkan pencairan jaringan mati. Proses ini adalah supurasi atau pembentukan nanah. Diperlukan tiga syarat untuk supurasi: (1) nekrosis sel jaringan; (2) jumlah cukup leukosit polimorfonuklear; (3) pencernaan benda yang telah mati oleh enzim proteolitik. Bila reaksi tidak cukup besar, karena iritannya lemah, maka akan menghasilkan eksudat yang terutama terdiri dari serum, limfa dan fibrin (eksudat virus).Semua sel mati, terutama sel polimorfonuklear, melepaskan enzim proteolitik. Dengan jalan ini, suatu abses terbentuk karena enzim tidak saja mencerna leukosit, tetapi juga jaringan mati terdekat. Tidak perlu mikroorganisme untuk perkembangan suatu abses. Misalnya, suatu abses steril dapat terjadi karena iritasi kimiawi atau fisis tanpa adanya mikroorganisme.Perubahan ProliferatifPerubahan proliferative disebabkan oleh iritan yang cukup ringan untuk bertindak sebagai stimulant. Di dalam daerah yang sama, suatu zat dapat berupa suatu iritan atau suatu stimulant, seperti misalnya kalsium hidroksida dan pengaruhnya pada jaringan di dekatnya. Di pusat daerah inflamatori, iritasi dapat cukup kuat untuk menyebabkan degenerasi atau kerusakan, sedangkan pada periferi, iritan dapat cukup ringan untuk merangsang proliferasi. Umumnya bila jaringan dalam keadaan berdekatan (aposisi), seperti dalam kasus suatu insisi untuk reseksi akar, akan terjadi perbaikan fibroblastic. Bila terdapat suatu celah di antara kedua bagian, perbaikan dibuat dengan jaringan granulasi. Jaringan granulasi tahan terhadap infeksi. Sel-sel pokok perbaikan adalah fibroblast yang terletak di bawah jaringan fibrus selular. Pada beberapa kasus, serabut kolagen dapat diganti, kemudian terbentuk jaringan aselular padat. Pada tiap kasus, hasilnya adalah perbaikan fibrus. Tulang yang rusak tidak selalu diganti oleh tulang baru, tetapi dapat diganti oleh jaringan fibrus.

Sumber:Grossman, Louis I. dkk.1995.Ilmu Endodontik dalam Praktek.Jakarta:EGCBaratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis.2013.Imunologi Dasar Ed.10.Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia