tutorial

Upload: vonny

Post on 09-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

document

TRANSCRIPT

3d. Apa dampak kebiasaan sering jajan di pinggir jalan?Konsumsi makanan jajanan yang mengandung cemaran biologis ataupun kimiawi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan anak. Makanan yang tercemar cemaran biologis dapat mengandung bakteri, virus, cacing, dan lain-lainnya berbahaya bagi kesehatan. Apabila bahan makanan atau minuman makanan jajanan tercemar telur cacing perut maka, dapat menyebabkan anemia atau kekurangan darah pada anak . Kasus mewabahnya penyakit hepatitis A adalah contoh kurang bersihnya makanan jajanan anak sekolah, sehingga makanan tercemar oleh virus hepatitis.Salmonella sp, Escherichia coli, dan lain-lain adalah contoh bakteri yang dapat mencemari makanan jajanan. Infeksi dari kedua bakteri ini dapat menyebabkan diare akut yang dapat membahayakan jiwa anak. Selain itu, salah satu varian E. coli O157:H7 mampu menyebabkan hemoragik akut akibat proses pematangan makanan cepat saji yang tidak sempurna dan proses pembekuan daging yang tidak optimal.

Sintesis :FAO mendefinisikan makanan jajanan sebagai makanan dan minuman yang disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan, tempat umum atau tempat lainnya, yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi, di rumah atau di tempat berjualan. Makanan jajanan dapat berupa minuman atau makanan dengan jenis, rasa, dan warna yang bervariasi dan memikat. Variasi rasa, jenis dan terutama warna yang memikat dan menarik minat anak sekolah untuk membeli makanan jajanan. Sekarang ini, jajan menjadi sebagai kebiasaan anak sepulang sekolah. Dikutip dari buletin InfoPOM, kebiasaan orang tua memberikan uang jajan dan tidak menjadikan bekal adalah salah satu alasan terbentuknya kebiasaan jajan pada anak sekolah.Makanan jajanan dapat ditemukan hampir di setiap sekolah dasar biasanya, terdapat di luar sekolah atau dalam sekolah. Makanan jajanan ditempatkan di tempat yang terbuka dan terkadang dicampur bahan-bahan yang berbahaya. Hal ini menyebabkan makanan jajanan menjadi tidak sehat dan berbahaya untuk dikonsumsi, hasil penelitian yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) membuktikan 35% jajanan anak sekolah di Indonesia tidak sehat dikonsumsi.Adanya E.coli dapat menjadi indikator tercemarnya makanan jajanan terhadap feces manusia ataupun hewan berdarah panas lainnya. Tidak semua strain E.coli dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Namun, keberadaan E.coli pada makanan atau minuman dapat menjadi indikator adanya bakteri patogen lain, seperti Salmonella dan Shigella.Terdeteksi adanya cemaran Coliform pada jajanan dapat dikarenakan kurangnya perhatian penjaja pada kebersihan. Berdasarkan pengamatan, para penjaja menjajakan makanan atau minumannya di areal luar sekolah. Areal luar sekolah merupakan jalan umum yang sering di lewati oleh kendaraan bermotor. Sampel batagor yang dijajakan tidak diletakkan dalam wadah khusus secara tertutup. Setelah digoreng, sampel batagor didiamkan di tempat terbuka untuk dijual.Sumber kontaminasi utama pada sampel minuman dapat berasal dari air dan es yang digunakan. Air yang tidak mengalami proses pemasakan menyebabkan tumbuhnya mikroba pada air sehingga minuman jajanan juga ikut tercemar. Selain itu, kurangnya perhatian penjaja terhadap kebersihan diri dapat menjadi sumber kontaminasi pada jajanan yang dijajakan.(Puspitasari, 2013)

3f. Bagaimana mekanisme BAB?Defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi yang salah satu refleksnya adalah refleks intrinsic yang diperantarai oleh system saraf enteric setempat didalam dinding rectum. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bila feses memasuki rektum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic didalam kolon desenden, sigmoid dan rectum, mendorong feses kearah anus. Sewaktu gelombang paristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasikan oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus , jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan , terjadilah defekasi.

Sintesis :Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :1. Refleks defekasi instrinsikKetika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.1. Refleks defekasi parasimpatisKetika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.Proses defekasi diawali dengan adanya feces di colon sigmoideum, saat jumlah feces sudah melebihi kapasitas penyimpanan di colon sigmoideum, maka feces akan turun menuju ke rectum. Rectum biasanya kosong dan hanya terisi saat akan memulai defekasi. Dinding rectum mempunyai reseptor regangan yang dipersarafi oleh serabut viscero sensible parasymphatis segmen sacral 2-4. Rangsang yang diterima dari reseptor regang menjalar melalui saraf kemudian masuk ke cornu posterior medulla spinalis dan akan naik ke otak. Rangsang akan diproses di otak, apakah akan ditahan atau meneruskan proses defekasi.Jika kita memutuskan untuk menahan defekasi, maka impuls akan turun menuju cornu anterior medulla spinalis segmen sacral 2-4 yaitu ke nervus pudendus yang mensarafi m. levator ani, lalu terus menuju ke cabangnya yaitu nervus rectalis inferior yang mensarafi musculus sphincter ani externus dan. Hal ini menyebabkan m. sphincter ani externus dan m. levator ani berkontraksi untuk menahan defekasi.Jika kita memutuskan untuk meneruskan proses defekasi, maka impuls akan turun menuju ke berbagai saraf: N. facialis (VII) untuk mengkontraksikan otot-otot wajah. N. vagus (X) untuk menutup epiglottis. n. Phrenicus untuk memfiksasi diapraghma. nn. Thoracales segmen yang berhubungan untuk mengkontraksikan otot-otot dinding abdomen. n. splanchnicus pelvicus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani internus. n. pudendus, yang berisi pesan untuk mengurangi kontraksi m. sphincter ani externus dan m. levator ani. n. ischiadicus, untuk mengkontraksikan otot-otot hamstring.Penutupan epiglottis dan kontraksi otot-otot dinding abdomen berfungsi untuk meningkatkan tekanan intra abdominal, sehingga mendukung pengeluaran feces. Selanjutnya feces dikeluarkan melalui canalis analis. Tunica mucosa bagian bawah canalis analis menonjol melalui anus mendahului massa feces. Pada akhir defekasi, tunica mucosa kembali ke canalis analis akibat tonus serabut-serabut longitudinal dinding canalis analis serta penarikan ke atas oleh m. puborectalis (bagian dari m. levator ani). Kemudian lumen canalis analis yang kosong ditutup oleh kontraksi tonik m. sphincter ani.Tetapi terkadang ada suatu kelainan dimana seseorang tidak dapat mengontrol defekasinya, kelainan tersebut adalah incontinentia alvi (in= tidak, continentia= menahan, alvi=defekasi). Hal ini disebabkan jika terjadi kerusakan medulla spinalis di atas segmen sacral. Refleks defekasi masih tetap terjadi karena semua komponen refleksnya masih utuh, namun, impuls rangsang tidak akan bisa diproses ke otak karena kabel penghubungnya ke otak yaitu medulla spinalis putus di tengah jalan. Sehingga orang yang mengalami kerusakan ini akan mengalami pengosongan colon secara tidak sadar atau buang air besar tanpa aba aba.Jika kerusakan medulla spinalis berada di segmen sacral, maka reflex defekasi tidak akan terjadi sama sekali, jadi manifestasi dari kerusakan ini adalah konstipasi.(Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2011)7. Bagaimana cara menegakkan diagnosis?1. Apabila ditemukan gejala klinis, seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid. Gejala klinis meliputi : Demam lebih dari 7 hari. Demam timbul insidius, naik secara bertahap setiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama. Setelah itu demam bertahan tinggi. Pada minggu ke empat demam turun perlahan secara lisis (step-ladder temperature charf). Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi. Gangguan GIT : anoreksia, muntah, nyeri perut, konstipasi/diare, kembung, bau nafas tak sedap. Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, dan ikterus.2. Diagnosis pasti apabila ditemukan : Salmonella thypii (+) pada biakan darah, urin, atau feses dan atau pada pemeriksaan serologis didapatkan titer O Ag 1/200 atau meningkat lebih dari empat kali dalam interval 1 minggu (titer fase akut ke fase konvalesens). (Mansjoer, 2011)1c. Bagaimana mekanisme demam? Infeksi atau peradangan makrofag pirogen endogen prostaglandin peningkatan titik patokan hipotalamus inisiasi respon dingin peningkatan produksi panas dan penurunan produksi panas peningkatan suhu tubuh ke titik patokan baru. Sintesis :Kata demam merujuk kepada peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan. Sebagai respons terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen yang selain efek-efeknya dalam melawan infeksi, bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu di tingkat yang baru dan tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika sebagai contoh pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9o C, maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk menignkatkan suhu menjadi 38,9o C. Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat, dan mendorong vasokontriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas.Kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi diawal demam. Karena merasa dingin maka yang bersangkutan memakai selimut sebagai mekanisme volunter untuk membantu meningkatkan suhu tubuh dengan menahan panas tubuh. Setelah suhu baru tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respon terhadap panas dan dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadinya demam sebagai repon terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi. Demam memperkuat respons peradangan dan mungkin mengahambat perkembangbiakan bakteri.Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipotalamus.Sumber: (Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2011)1a. Apa penyebab demam? Demam dapat terjadi karena faktor infeksi atau non infeksi. Demam karena infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi jamur dan infeksi parasit. Demam yang disebabkan oleh hal lain diluar infeksi dapat diakibatkan dari faktor lingkungan (suhu eksternal terlalu tinggi), penyakit autoimun, keganasan, dan pemakaian obat-obatan. Ada juga yang merupakan efek samping pemberian imunisasi. Sintesis: Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello&Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature 38,0C atau oral temperature 37,5C atau axillary temperature 37,2C .Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu > 41,5C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan system saraf pusat.Demam dapat disebabkan oleh factor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bias disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioidesimitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya yang dapat menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain factor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama 1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan system saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya.Sumber: (Kaneshiro dan Zieve, 2010); (Graneto, 2010).1b. Apa jenis-jenis demam? Pengelompokkan demam dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu berdasarkan lamanya demam dan kenaikan suhu. Jenis demam bila di kelompokkan berdasarkan lama demam yaitu: a) demam kurang dari 7 hari dan b) demam lebih dari 7 hari. Jenis demam bila di kelompokkan berdasarkan kenaikan suhu yaitu: 1. Demam septik2. Demam remiten3. Demam intermiten4. Demam kontinyu5. Demam siklikSintesis: 1) Demam septik Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali ada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

Gambar : Siklus Demam Septik

2) Demam RemittenPada tipe demam remitten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Contoh : thypoid fever, infeksi virus & mycoplasma. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.

Gambar : Siklus Demam Remitten

3) Demam IntermittenPada demam intermitten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana, contohnya Malaria.

Gambar : Siklus Demam Intermitten

4) Demam KontinyuPada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia, contohnya Pneumonia.

Gambar : Siklus Demam Kontinyu

5) Demam SiklikPada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu tubuh seperti semula.

Gambar : Siklus Demam Siklik (Sudoyo, 2006)

DAFTAR PUSTAKASudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Puspitasari, Lilis Lindiawati. 2013. Kualitas Jajanan Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol. 2, No.1, Maret 2013 (Diakses pada tanggal 1 Juli 2015)Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 2011. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGCMansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran FK UI. Jakarta : FK UI