tugas uas geologi batubara _abdul razak
DESCRIPTION
geologiTRANSCRIPT
-
KUALITAS BATUBARA DAN PROSES
PEMBENTUKAN BATUBARA
Disusun oleh
NAMA : ABDUL RAZAK
NIM : 1107045077
PRODI : FISIKA KONSENTRASI GEOFISIK
FISIKA KONSENTRASI GEOFISIKA GEOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
-
KUALITAS BATUBARA
Arti Penting Kualitas Batubara
Salah satu tahapan penting dalam rangkaian proses eksploitasi dan
produksi batubara adalah memahami benar tipikal batubara dalam hal ini
kualitasnya. Mengingat biaya eksploitasi yang mahal, kita harus
memperhitungkan aspek ekonomis. Hanya batubara dengan kualitas yang bagus
dan seam-nya (lapisan) tebal akan menjadi titik target untuk ditambang.
Demikian juga dalam rangkaian proses produksi yang pada ujungnya akan
berhubungan dengan marketing dimana customer/buyer (pembeli) kita akan
membeli produk batubara dengan parameter kualitas tertentu sesuai dengan
kebutuhan. Demikian kualitas batubara merupakan faktor yang sangat penting
selain aspek besar cadangan dan lain-lain.
Parameter Kualitas Batubara Berdasarkan Karakteristik Pengamatan di
Lapangan:
1. Warna
Warna batubara bervariasi dari coklat hingga hitam legam. Warna
batubara yang hitam, mengkilap, penyusunnya terdiri
dari vitrain (berbentuk lapisan, sangat mengkilap, pecahan konkoidal; kaya
akan maseral vitrinite yang berasl dari kayu dan serat kayu)
dan clarain (berbentuk lapisan-lapisan tipis, sebagian mengkilap dan
kusam; kaya akan maseral vitrinite dan liptinite yang berasal dari spora,
kutikula, serbuk sari, getah).
Warna hitam : bituminous antrasit (high rank)
Warna coklat : lignite (low rank)
2. Pelapukan
-
Batubara yang cepat lapuk (low rank), sedangkan high rank tidak
cepat lapuk. Proses penguapan air lembab menyebabkan pecahnya
batubara, sehingga mempercepat proses oksidasi dan penghancuran tekstur
umum batubara.
3. Gores
Warna gores bervariasi dari hitam legam hingga
coklat. Lignite mempunyai gores coklat, sedangkan bituminous goresnya
hitam sampai hitam kecoklatan.
4. Kilap
Kilap tergantung dari tipe dan derajat batubara. Kilap kusam
umumnya berderajat rendah (low rank), batubara berderajat tinggi (high
rank) umumnya mengkilap.
5. Kekerasan
Kekerasan berhubungan dengan struktur batubara, yaitu komposisi
dan jenisnya. Batubara kusam dan berkualitas rendah umumnya keras,
sedangkan batubara cerah dan berkualitas baik umumnya tidak keras dan
mudah pecah.
6. Pecahan
Pecahan memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam
sifat memecahnya. Antrasit atau high bituminous pecahannya konkoidal,
sedangkan bituminous dan lignite pecahannya tidak teratur.
Batubara dengan kandungan zat terbang (volatile matter) rendah
pecahannya meniang, sedangkan batubara kandungan zat terbang tinggi
pecahannya persegi atau kubus.
7. Pengotor atau Parting
Berupa lapisan tipis (bisa berupa batupasir, lanau, lempung) di
dalam lapisan batubara, tebalnya bervariasi mulai dari beberapa milimeter
sampai beberapa centimeter (max ditambang tebal parting 10 cm).
-
8. Cleat
Merupakan rekahan di dalam lapisan batubara khususnya
batubara bituminousyang umumnya berupa rekahan pararel dan tegak
lurus terhadap lapisan batubaranya. Di dalam cleat sering terisi material
klastik seperti batulempung atau batupasir, hal ini menyebabkan
meningkatnya kandungan mineral matter, volatile matter dan abu sehingga
nilai kalorinya menjadi rendah. Semakin banyak cleat maka batubara
tersebut semakin rendah kalorinya.
Basis Penentuan Kualitas
Untuk mempermudah penjelasan, dibawah ini ditampilkan hubungan
antara basis analisis dikaitkan dengan keberadaan parameter yang menjadi dasar
perhitungannya :
Gambar 2. Basis Analisa Batubara
Dari gambar diatas ada 5 jenis basis untuk analisis batubara yang dapat
diterapkan yaitu ARB, ADB, DB, DAF dan DMMF.
1. ARB (As Received Basis)
Sebagaimana arti harfiahnya, obyek analisis ini adalah batubara yang
diterima oleh pembeli seperti apa adanya, dengan demikian analisis pada basis
-
ini juga mengikut sertakan air yang menempel pada batubara yang diakibatkan
oleh hujan, proses pencucian batubara (Coal Washing), atau penyemprotan
(spraying) ketika di stock pail atau saat loading, air yang menempel di
batubara karena adanya perlakuan eksternal ini dikenal sebagai Free
Moisture (FM).
2. ADB (Air Dried Basis)
Pada kondisi ini, Free Moisture (FM) tidak diikutkan dalam analisis
batubara, secara teknisnya, uji dan analisis dilakukan dengan menggunakan
sampel yang telah dikeringkan diudara terbuka, yaitu sampel ditebar tipis pada
suhu ruangan laboratorium, sebelum akhirnya diuji dan dianalisis.
Nilai pada basis ini sebenarnya mengalami beberapa fluktuasi sesuai
dengan kelembaban ruangan laboratorium, yang dipengaruhi oleh musim dan
faktor cuaca lainnya, akan tetapi jika dilihat dalam jangka panjang dalam
waktu satu tahun misalnya, maka kestabilan nilai tertentu akan didapat.
Disamping itu basis uji & analisis ini sangat praktis karena perlakuan pra
pengujian terhadap sampel adalah pengeringan alami sesuai suhu ruangan
sehingga standar ADB ini banyak dipakai diseluruh dunia.
3. DB (Dried Basis)
Tampilan Dry Basis menunjukan bahwa hasil uji dan analisis dengan
menggunakan sampel uji yang telah dikeringkan diudara terbuka seperti
diatas, lalu dikonversikan perhitungannya untuk memenuhi kondisi kering.
4. DAF (Dried Ash Free)
Dry & Ash Free basis merupakan suatu kondisi asumsi dimana batubara
sama sekali tidak mengandung air maupun abu, adanya tampilan dry & ash
free basis menunjukan bahwa hasil analisis dan uji terhadap sampel yang telah
dikeringkan diudara terbuka seperti diatas, lalu dikonversikan perhitungannya
sehingga memenuhi kondisi tanpa abu & tanpa air.
-
5. DMMF (Dried Mineral Matter Free)
Basis DMMF dapat diartikan pula sebagai pure coal basis, yang berarti
batubara diasumsikan dalam keadaan murni dan tidak mengandung air, abu
dan zat mineral lainnya.
Dalam transaksi komoditas batubara, persyaratan kualitas yang umumnya
tercantum dalam kontrak pembelian adalah hasil analisis proksimat, yaitu TM,
IM, Ash, VM, FC kemudian ditambah dengan kalori serta sulfur, karena basis
DMMF tidak pernah digunakan untuk uji dan analisis paramenter-parameter
tadi, maka konversi-konversi nilai kualitas yang muncul ditulisan ini
selanjutnya akan dibatasi hanya 4 basis saja yaitu ARB, ADB, DB dan DAF.
Konversi Hasil Analisis Batubara
Berikut ini disajikan hasil analisis terhadap salah satu sampel batubara
yang berasal dari daerah Embalut, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Tabel 1. Data Analisis Batubara
Dengan menggunakan data diatas, kita akan coba mengkonversinya kedalam
basis-basis analisis yang lain berdasarkan perhitungan dibawah ini :
-
Tabel 2. Formula Konversi Analisis batubara
*Untuk DAF, kalikan DB dengan [100/(100 - A%)], A dalam ADB.
Berdasarkan konversi perhitungan diatas, maka hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Konversi Batubara
*Angka dalam huruf tebal adalah angka asli
Untuk Kalori akan dibahas lebih lanjut, karena parameter ini sangat vital dalam
transaksi batubara.
-
PROSES PEMBENTUKAN BATU BARA
Pengertian Batubara
Batubara adalah batuan sedimen organik, yang dapat terbakar sehingga
dapat digunakan sebagai sumber energi. Batubara terbentuk dari hasil pengawetan
sisa - sisa tanaman purba dan menjadi padat setelah tertimbun oleh lapisan di
atasnya. Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu sumber energi
yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional.
Secara umum batubara dapat dikenal dari kenampakan sifat fisiknya yaitu
berwarna coklat sampai hitam, berlapis, padat, mudah terbakar, kedap cahaya, non
kristalin, berkilap kusam sampai cemerlang, bersifat getas, pecahan kasar sampai
konkoidal. Unsur kimia utama pembentuk batubara adalah karbon (C), hidrogen
(H), nitrogen (N) dan sulfur (S).
Gambar 1. Contoh batubara
Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara, yaitu:
Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/
dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari karbon
padat (Fixed Carbon), senyawa hidrokarbon, total Sulfur, senyawa
Hidrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
-
Non Combustible Material, yaitu hahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umurnnya terdiri dan
senyawa anorganik (Si02, A1203, Fe203, Ti02, Mn304, CaO, MgO, Na20,
K20 dan senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil) yang akan
membentuk abu dalam batubara. Kandungan non combustible material ini
umumnya tidak diingini karena akan mengurangi nilai bakarnya.
Proses Pembentukan Batubara
Proses pembentukan batubara diawali oleh adanya pertumbuhan tanaman
pembentuk batubara di lingkungan rawa-rawa. Tumbuhan tersebut kemudian mati
dan terbenam di rawa. Tumbuhan baru hidup dan mati. Pada akhirnya sisa-sisa
tumbuhan yang mati membentuk suatu lapisan, yang kemudian menghilang di
bawah permukaan air. Dan terawetkan melalui proses biokimia. Ketebalan lapisan
tumbuhan tersebut tergantung dari lamanya tumbuhan hidup. Lapisan tumbuhan
yang telah mati dapat ditemukan dalam ketebalan yang bervariasi mulai dari
beberapa meter hingga lebih dari 60 meter.
Jika diakibatkan oleh adanya penurunan muka tanah (subsidence) yang
disebabkan oleh proses tektonik, hutan berakhir dibawah muka air, kehidupan
tumbuhan pun berakhir. Selanjutnya material klastik yang dibawa oleh sungai
diendapkan diatas sisa-sisa tumbuhan yang telah mati tersebut. Material klastik
tersebut dapat berupa lapisan batupasir, batulempung atau batulanau yang
kemudian menjadi tebal jika pengendapan terjadi dalam kurun waktu yang lama.
Lapisan-lapisan tersebut dikenal sebagai lapisan pembawa batubara yang
ketebalannya bisa mencapai ratusan meter. Jika penurunan tanah (subsidence)
berkurang atau adanya proses pengangkatan tanah, daratan dapat muncul kembali
diatas muka air sehingga tumbuhan dapat hidup kembali. Daurpun berulang
kembali. Dengan cara seperti ini akan terbentuk beberapa lapisan sisa-sisa
tanaman dengan kehadiran batupasir, batulanau atau batulempung berselingan
mengendap diatasnya.
Dalam proses biokimia, adanya aktifitas bakteri mengubah bahan sisa-sisa
tumbuhan menjadi gambut (peat). Gambut yang telah terbentuk lambat laun
-
tertimbun oleh endapan-endapan lainnya seperti batulempung, batulanau dan
batupasir. Dengan perjalanan waktu yang mungkin berpuluh juta tahun, gambut
ini akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimia akibat pengaruh tekanan (P)
dan temperatur (T), sehingga berubah menjadi batubara. Proses perubahan dari
gambut menjadi batubara dikenal dengan nama proses pembatubaraan
(coalification). Sebagai gambaran untuk batubara dengan tebal +2m, dibutuhkan
lapisan sisa-sisa tumbuhan dengan ketebalan + 60m. Pada tahap ini proses
pembentukan batubara lebih didominasi oleh proses fisika dan geokimia. Pada
proses pembatubaraan, gambut berubah menjadi batubara lignit, batubara
bituminous sampai batubara antrasit.
-
Prinsip Sedimentasi
Pada dasarnya batubara termasuk ke dalam jenis batuan sedimen. Batuan
sedimen terbentuk dari material atau partikel yang terendapkan di dalam suatu
cekungan dalam kondisi tertentu, dan mengalami kompaksi serta transformasi
balk secara fisik, kimia maupun biokimia. Pada saat pengendapannya material ini
selalu membentuk perlapisan yang horizontal.
Skala Waktu Geologi
Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh
material dasar pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan se
lama jutaan tahun.
Kedua konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan
batubara vang mencakup proses :
1. Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap
pembusukan (decay) akibat adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini
bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan menghancurkan bagian yang lunak
dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
2. Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan
terakumulasi dan mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya
terjadi pada lingkungan berair, misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan
mengalami perubahan berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya
air (H20) clan sebagian akan menghilang dalam bentuk karbondioksida (C02),
karbonmonoksida (CO), clan metana (CH4).
4. Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya
tektonik dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan
patahan. _Selain itu gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya
intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low grade menjadi
-
high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
5. Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa
pengangkatan kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada
menjadi terkupas pada permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang
dieksploitasi pada saat ini.
Syarat Terbentuknya BatuBara
Syarat terbentuknya batubata mempunyai unsure unsure sebagai berikut:
1. Tumbuhan sebagai material ( bahan pembentuk lapisan batubara ) dimana
adanya tumbuhan yang disertai adanya bakteri, jamur, proses oksidasi, dan
air.
2. Tektonik ( Penurunan ) yaitu adanya gaya tektonik menyebabkan keadaan
tempat pengendapan batubara menjadi labil, dan bergerak turun. Keadaan ini
akan memungkinkan terbentuknya lapisan batubara tebal dan terbentuknya
pencabangan batubara dengan ketebalan yang berbeda.
3. Evolusi tumbuh tumbuhan, dimana proses ini ada hubungannya dengan
unsure geologi dari tumbuhan asal, pada daerah sungai banyak meander (
stadium 2 ), banyak dijumpai endapan delta.
Faktor-Faktor Dalam Pembentukan Batu Bara
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah :
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun
yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona
fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat
sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk. Lingkungan
pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material
dasar menjadi material sedimen.
2. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek
sebagai berikut :
-
Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar
diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada
kondisi dan posisi geotektonik.
Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat
cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi
cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan
morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.
Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau
tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh
kondisi topografi setempat.
3. Proses dekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang
terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.
4. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan
berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk
material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka
proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan
batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.
5. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu
lapisan batubara dari :
Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan
batubara yang terbentuk.
Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil,
lipatan, atau patahan.
Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari
lapisan batubara yang dihasilkan.
Keseluruhan faktor tersebut di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas
dari lapisan batubara.
-
Materi Pembentuk Batu Bara
Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus,
mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
-
Pengelompokkan Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh
tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas :
antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
Gambar 2. Batubara jenis antrasit
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-
10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di
Australia.
Gambar 3. Batubara jenis bituminous
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya
-
Gambar 4. Batubara jenis lignite
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah
Gambar 5. Batubara jenis gambut
Proses Pembatubaraan
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara
termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah
tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi
dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi
pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi
serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,
-
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field)
dan lapisannya (coal seam).
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon
(Carboniferous Period) -- dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap
endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu
bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara
muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Setelah mendapat
pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu
bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-
bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara
menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus
(bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan
maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk
antrasit. Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk
batubara. Batubara yang berkualitas tinggi umumnya akan semakin keras dan
kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu,
kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat,
sehingga kandungan energinya juga semakin besar. Secara ringkas ada 2 tahap
proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman
terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam
proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan
biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan
kompaksi material organik serta membentuk gambut.
-
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit
menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
-
http://adinegoromining.blogspot.com/2011/05/kualitas-batubara.html
http://www.michanarchy.com/2013/10/parameter-kualitas-batubara.html
http://ilmubatubara.wordpress.com/2006/09/23/kualitas-batubara/
http://angghajuner.blogspot.com/2010/10/proses-pembentukan-endapan-
batubara.html
http://fyofa.blogspot.com/2012/10/proses-pembentukan-batubara.html