tugas g. migas abdul razak

15
TUGAS GEOLOGI MIGAS Disusun Oleh : Nama : Abdul Razak Nim : 1107045077 FISIKA KONSENTRASI GEOFISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

Upload: budhi-atmadhi-ynwa

Post on 14-Dec-2015

238 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

migas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas g. Migas Abdul Razak

TUGAS

GEOLOGI MIGAS

Disusun Oleh :

Nama : Abdul Razak

Nim : 1107045077

FISIKA KONSENTRASI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

Page 2: Tugas g. Migas Abdul Razak

CEKUNGAN KUTAI

Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan berumur Tersier yang

paling ekonomis di Indonesia. memiliki luas kurang lebih 60.000 km2 yang terisi

oleh batuan sedimen tersier dengan ketebalan hingga 14 km pada bagian yang

paling tebal. Cekungan ini merupakan cekungan yang paling luas dan paling

dalam di Indonesia bagian Barat yang memiliki cadangan minyak, batubara, dan

gas yang besar (Allen dan chambers, 1998 dalam Rienno Ismail, 2008).

Cekungan Kutai terletak di bagian Timur dari paparan Sundaland, yang

merupakan perluasan lempeng kontinen Eurasia ke arah Tenggara. Cekungan

Kutai di bagian Utara dibatasi oleh kelurusan Bengalong dan Zona Patahan

Sangkulirang, di bagian Selatan dibatasi oleh Sesar Adang, di bagian Barat

dibatasi oleh Punggungan Kalimantan bagian tengah, dan di sebelah Timur

dibatasi oleh Selat Makasar.

Cekungan Kutai dihasilkan oleh proses pemekaran (rift basin) yang terjadi

pada Eosen Tengah yang melibatkan pemekaran selat Makasar bagian Utara dan

Laut Sulawesi (Chambers & Moss, 2000 dalam Rienno Ismail, 2008). Selama

Kapur Tengah sampai Eosen Awal, pulau Kalimantan merupakan tempat

terjadinya kolisi dengan mikro-kontinen, busur kepulauan, penjebakan lempeng

oceanic dan intrusi granit, membentuk batuan dasar yang menjadi dasar dari

Cekungan Kutai. Sedimentasi di Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua yaitu,

sedimen Paleogen yang secara umum bersifat transgresif dan fasa sedimentasi

Neogen yang secara umum bersifat regresif (Allen dan Chambers, 1998 dalam

Rienno Ismail, 2008).

Fasa sedimentasi Paleogen dimulai ketika terjadi fasa tektonik

ekstensional dan pengisian riftada kala Eosen. Pada masa ini, Selat Makasar mulai

mengalami pemekaran serta Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan

zona subsidence yang saling terhubungkan, kemudian sedimentasi Paleogen

mencapai puncak pada fasa pengisian di saat cekungan tidak mengalami

pergerakan yang signifikan, sehingga mengendapkan serpih laut dalam secara

regional dan batuan karbonat pada Oligosen Akhir. Fasa sedimentasi Neogen

Page 3: Tugas g. Migas Abdul Razak

dimulai pada Miosen Bawah dan masih berlanjut terus sampai sekarang,

meghasilkan endapan delta yang berprogradasi dan terlampar di atas endapan fasa

sedimentasi Paleogen.

Selama Eosen Akhir, sejumlah half graben terbentuk sebagai respon dari

terjadinya fasa ekstensi regional. Fasa ini terlihat juga di tempat lain, yaitu berupa

pembentukan laut dan Selat Makasar. Half graben ini terisi dengan cepat oleh

endapan syn-rift pada Eosen Tengah-Eosen Akhir dengan variasi dari beberapa

fasies litologi.

Pada Eosen Akhir, cekungan mengalami pendalaman sehingga terbentuk

suatu kondisi marin dan diendapkan endapan transgresi yang dicirikan oleh serpih

laut dalam.

Material yang diendapkan berupa endapan turbidit kipas laut dalam dan

batuan karbonat pada bagian yang dekat dengan batas cekungan, hal ini

berlangsung terus hingga Miosen Awal (Allen dan Chambers, 1998 dalam Rienno

Ismail, 2008). Tektonik inversi terjadi pada Miosen Awal, menyebabkan

pengangkatan pada pusat cekungan yang terbentuk selama Eosen dan Oligosen,

sehingga cekungan mengalami pendangkalan. Erosi terhadap batuan sedimen

Paleogen dan batuan volkanik andesitik menghasilkan luapan sedimen, sehingga

terjadi progradasi delta dari Barat ke Timur. Di daerah sekitar Samarinda,

ketebalan endapan Miosen Awal dapat mencapai 3500 m.

Inversi berlanjut dan mempengaruhi cekungan selama Miosen Tengah dan

Pliosen. Seiring berjalannya waktu, inversi semakin mempengaruhi daerah yang

terletak lebih ke arah Timur, sehingga mempercepat proses progradasi delta.

Page 4: Tugas g. Migas Abdul Razak

Tektonik Cekungan Kutai

Struktur tektonik yang berkembang pada Cekungan Kutai berarah timur

laut-barat daya (NE-SW) yang dibentuk oleh Antiklinorium Samarinda, yang

berada di bagian timur – tenggara cekungan (Supriatna dkk., 1995). Antiklinorium

Samarinda tersebut memiliki karakteristik terlipat kuat, antiklin asimetris dan

dibatasi oleh sinklin-sinklin yang terisi oleh sedimen silisiklastik Miosen (Satyana

dkk., 1999)

Teori mengenai asal terbentuknya struktur-struktur pada Cekungan Kutai masih

dalam perdebatan. Beberapa peneliti mengajukan teori seperti Vertical diapirism,

gravitational gliding oleh Rose dan Hartono, 1978 op.cit. Ott 1987; Inversion

trough regional wrenching oleh Biantoro dkk., 1992; Micro-continental collision,

detachment folding above overpressured sediments oleh Chambers dan Daley,

Page 5: Tugas g. Migas Abdul Razak

1992; differential loading on deltaicsedimen and inverted delta growth fault

system oleh Ferguson dan McClay, 1997

Secara umum, digambarkan bahwa sesar-sesar dan struktur yang mempengaruhi

pembentukan Cekungan Kutai dapat dilihat dalam gambar

Stratigrafi Cekungan Kutai

Menurut Allen dan Chambers (1998), Cekungan Kutai tersusun atas endapan-

endapan sedimen berumur Tersier yang memperlihatkan endapan fase transgresi

dan regresi laut, yaitu:

1) Fase Transgresi Paleogen Fasa sedimentasi Paleogen dimulai ketika terjadi

fasa tektonik ekstensional dan pengisian rift pada kala Eosen. Pada masa ini,

Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan zona subsidence yang saling

terhubungkan (Chambers & Moss, 2000), kemudian sedimentasi Paleogen

Page 6: Tugas g. Migas Abdul Razak

mencapai puncak pada fasa pengisian pada saat cekungan tidak mengalami

pergerakan yang signifikan, sehingga mengendapkan serpih laut dalam secara

regional dan batuan karbonat pada Oligosen Akhir.

2) Fase Regresi Neogen Fase ini dimulai pada Miosen Awal hingga sekarang,

yang menghasilkan progradasi delta (deltaic progradation) yang masih berlanjut

hingga sekarang. Sedimen regresi ini terdiri dari lapisan- lapisan sedimen klastik

delta hingga laut dangkal dengan progradasi dari barat kearah timur dan banyak

dijumpai lapisan batubara (lignite).Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda

(Supriatna dkk., 1995, stratigrafi Cekungan Kutai dibagi menjadi (dari tua ke

muda): Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang, Formasi

Balikpapan, Formasi Kampung Baru (gambar 2.3)

Formasi Pamaluan Batupasir kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih,

Batugamping dan Batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir Kuarsa

merupakan batuan utama, kelabu kehitaman – kecoklatan, berbutir halus –

sedang, terpilah baik, butiran membulat – membulat tanggung, padat,

karbonan dan gampingan. Setempat dijumpai struktur sedimen silang siur

dan perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 m. Batulempung dengan

ketebalan rata-rata 45 cm. Serpih, kelabu kehitaman - kelabu tua, padat,

dengan ketebalan sisipan antara 10 – 20 cm. Batugamping berwarna

kelabu, pejal, berbutir sedang-kasar, setempat berlapis dan mengandung

foraminifera besar. Batulanau berwarna kelabu tua-kehitaman. Tebal

Formasi lebih kurang 2000 m

Formasi Bebuluh Batugamping Terumbu dengan Sisipan Batugamping

Pasiran

dan Serpih. Batugamping berwarna kelabu, padat, mengandung

foraminifera besar, berbutir sedang. Setempat batugamping menghablur,

terkekar tak beraturan. Serpih, kelabu kecoklatan berselingan dengan

batupasir halus kelabu tua kehitaman. Tebal formasi sekitar 300 m

Page 7: Tugas g. Migas Abdul Razak

diendapkan selaras dibawah Formasi Pulau Balang.

Formasi Pulau Balang Perselingan Batupasir Greywacke dan Batupasir

Kuarsa SisipanBatugamping, Batulempung, Batubara dan Tuf Dasit.

Batupasir Greywacke berwarna kelabu kehijauan , padat, tebal lapisan

antara 50 – 100 cm. Batupasir Kuarsa berwarna kelabu kemerahan,

setempat tufan dan gampingan, tebal lapisan antara 15 -60 cm.

Batugamping berwarna coklat muda kekuningan, mengandung

foraminifera besar. Batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau lensa

dalam Batupasir Kuarsa, ketebalan lapisan 10 - 40 cm. Batulempung,

kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat berselingan dengan

batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih merupakan

sisipan dalam batupasir kuarsa.

Formasi Balikpapan Perselingan Batupasir dan Batulempung Sisipan

Batulanau,

Serpih, Batugamping dan Batubara. Batupasir Kuarsa, putih kekuningan,

tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 5 – 10 cm. Batupasir

Gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan sejajar dan silang siur,

tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan

tipis karbon. Batulempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa

tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan, setempat

mengandung lensa batupasir gampingan. Batulanau Gampingan, berlapis

tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping Pasiran, mengandung

foraminifera besar, moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian

bawah - Miosen Tengah bagian atas, tebal formasi 1000 – 1500 m.

Formasi Kampung Baru. Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung,

Serpih,Batulanau dan Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur.

Batupasir kuarsa, putih setempat kemerahan atau kekuningan, tidak

berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis uksida besi

Page 8: Tugas g. Migas Abdul Razak

atau kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan

atau konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan

lempung, diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas. Batulempung, kelabu

kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan batubara, koral.

Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2 m. Diduga

berumur Miosen Akhir - Plioplistosen, lingkungan pengendapan delta -

laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan

setempat tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan.

Aluvium Kerikil, pasir dan lumpur diendapkan pada lingkungan sungai,

rawa, delta, dan pantai.

Page 9: Tugas g. Migas Abdul Razak

Gambar Stratigrafi Cekungan kutai

Page 10: Tugas g. Migas Abdul Razak

SISTEM PETROLEUM

Batuan induk utama terdiri dari Formasi Pamaluan, Pulau Balang, dan

Balikpapan. Yaitu dengan jenis batuan berupa batubara , batulempung serpih

karbonan , batulempung serpih dari sedimen delta yang terbentuk pada cekungan

kutai ini sendiri. Formasi Pamaluan, kandungan material organiknya cukup (1-

2%), tetapi hanya terdapat di bagian utara dari Cekungan Kutai. Pada Formasi

Bebulu terdapat kandungan material organik yang cukup dengan HI di atas 300.

Formasi Balikpapan merupakan batuan induk yang terbaik di Cekungan Kutai

karena kandungan material organiknya tinggi dengan HI lebih besar dari 400 dan

matang. Formasi ini ketebalannya mencapai lebih dari 3000 m, sehingga

diperkirakan mampu menghasilkan hidrokarbon dalam jumlah yang cukup banyak

(Hadipandoyo, et al., 2007).

Batuan reservoar terdapat pada formasi Kiham Haloq, Balikpapan, dan

Kampung Baru, tetapi yang produktif hanya Formasi Balikpapan dan Kampung

Baru (Hadipandoyo, et al., 2007). Batuan reservoir disinin ditemuakn terdaapt

apda suatu batupasir yang dikenali sebagai endapan delta miosen. Batupasir yang

termasuk ke dalam karakteristik reservoar secara umum termasuk ke dalam litik

arenit yang memiliki sifat matrik , butiran berukuran halus sampai menengah .

Komposisi batuan disominasi umumnya oleh batupasir dengan mineral kuarsa

monikristalin , kuarsa polikristalin , fragmen batuan andesit dan quartzose, dan

sangat sedikit sekali akan kandungan K Feldspar dan plagioklas. Porositas

permukaan pasir literanitik berkisar <5% - 25% dengan permeabilitas <10 mD -

200 mD.

Seal yang ada pada cekungan ini berasal dari serpih dan Batulanau yang

mana dijumpai hampir di semua formasi yang berumur Miosen. Kelompok

Balikpapan dan Formasi Kampung Baru memiliki serpih yang sangat potensial

sebagai seal karena dapat memenuhi syarat-syarat sebagai seal yaitu memiliki

Page 11: Tugas g. Migas Abdul Razak

permeablelitas dan porositas yang buruk., sehingga memungkinkan untuk

menghentikan migrasi dari hidrokarbon.

Migrasi vertikal dari dapur Paleogen matang terjadi melalui jaringan

sesar-sesar ataupun rekah rekah minor pada batuan induk menuju ke reservoar

yang berumur Miosen Tengah dan Atas. Migrasi lateral dari areal dapur matang

oleh reservoar lapisan kemiringan ke timur menuju trap stratigrafi ataupun

struktur.

Jenis perangkap didominasi oleh perangkap struktur khususnya tutupan

(closure) four-way yang diikat oleh sesar. Perangkap stratigrafi menjadi

perangkap yang penting namun lebih sulit diidentifikasi keberadaannya bila

dibandingkan dengan perangkap struktur. Kombinasi dari perangkap struktur dan

stratigrafi lebih umum ditemukan pada Cekungan Kutai.

REFERENSI : http://www.scribd.com/doc/166980819/CEKUNGAN-KUTAI