tugas uas geofiska eksplorasi _komang wahyu krisna brata

Upload: komang-wahyu-krisna-brata

Post on 15-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

  • 1

    TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

    GEOFISIKA EKSPLORASI

    Disusun oleh :

    Nama : Komang Wahyu Krisna Brata

    NIM : 1107045039

    Prodi : Konsentrasi Geofisika Geologi

    Semester : 5 (lima)

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS MULAWARMAN

    SAMARINDA

    2014

  • 2

    Soal Ujian Akhir Semester Geofisika Eksplorasi

    Jelaskan metode-metode geofisika eksplorasi berikut :

    1. Magnetic (Magnetik)

    2. Seismic Refraction (Seismik Refraksi)

    3. Electromagnetic/GPR (Ground Penetrating Radar / Georadar)

    Jawaban :

    1. Metode Magnetik

    Dalam geofisika suurvey magnetik merupakan metoda eksplorasi

    geofisika yang mengukur medan magnet bumi di setiap titik yang ada di

    muka bumi. Penggunaan metode magnetik berdasarkan pada adanya

    anomali medan magnetik bumi yang diakibatkan oleh adanya perbedaan

    sifat kemagnetan dari berbagai macam batuan. Dalam kegiatan eksplorasi,

    survei magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun udara.

    Beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang

    dibawa oleh bijih sulfida menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi,

    dan dapat digunakan untuk melokalisir sebaran bijih. Disamping aplikasi

    landsung tersebut, metoda magnetik dapat juga digunakan untuk survei

    prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi pembawa bijih dan gejala-

    gejala geologi lainnya (seperti sesar, kontak intrusi, dll).

    Penggunaan metoda magnetik didalam prospek geofisika adalah

    berdasarkan atas adanya anomali medan magnet bumi akibat sifat

    kemagnetan batuan yang berbeda satu terhadap lainnya. Alat untuk

    mengukur perbedaan kemagnetan tersebut adalah magnetometer.

    1.1 Sifat Umum Kemagnetan Batuan

    Medan magnet bumi secara sederhana dapat digambarkan sebagai

    medan magnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak

    didalam inti bumi, namun tidak berimpit dengan pusat bumi. Medan

    magnet ini dinyatakan dalam besar dan arah (vektor) dimana arahnya

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 1

  • 3

    dinyatakan dalam deklinasi (penyimpangan terhadap arah utara-selatan

    geografis) dan inklinasi (penyimpangan terhadap arah horizontal).

    Kuat medan magnet yang terukur dipermukaan sebagian besar

    berasal dari dalam bumi (internal field) mencapai lebih dari 90%,

    sedangkan sisanya adalah medan magnet dari kerak bumi, yang

    merupakan target didalam eksplorasi geofisika, dan medan dari luar bumi

    (external field).

    Karena medan magnet dari dalam bumi merupakan bagian yang

    terbesar, maka medan ini sering juga disebut sebagai medan utama yang

    dihasilkan oleh adanya aktivitas di dalam inti bumi bagian luar (salah satu

    konsep adanya medan utama ini adalah dari teori dinamo).

    1.2 Kerentanan (susceptibilities) Batuan

    Kerentanan magnetik merupakan parameter yang menyebabkan

    timbulnya anomali magnetik dan karena sifatnya yang khas untuk setiap

    jenis mineral, khususnya logam, maka parameter ini merupakan salah satu

    subjek didalam prospek geofisika.

    Telah diketahui bahwa adanya medan magnet bumi menyebabkan

    terjadinya induksi magnetik yang besarnya adalah penjumlahan dari

    medan magnet bumi dan magnet batuan dengan kerentanan magnetik yang

    cukup tinggi. Besaran ini adalah total medan magnet yang terukur oleh

    magnetometer apabila remanan magnetiknya dapat diabaikan.

    1.3 Penyajian Data Lapangan

    Hasil pengukuran oleh magnetometer umumnya disajikan dalam

    bentuk Peta Anomali Magnetik dengan kontur yang mencerminkan harga

    anomali yan sama. Dari peta ini, untuk kepentingan eksplorasi masih

    memerlukan proses lebih lanjut untuk memperoleh daerah targetan atau

    daerah prospek.

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 2

  • 4

    1.4 Interpretasi

    Data intensitas medan magnet yang diukur dengan stasiun A

    digunakan untuk mengoreksi nilai intensitas medan magnet pada stasiun

    B. Koreksi data dilakukan secara sederhana yaitu menghitung selisih

    antara nilai-nilai pada kedua stasiun pada waktu yang sama. Selain itu

    perlu diperhatiakan data - data yang ekstrim. Data ekstrim ini pada

    umumnya disebabkan oleh aktivitas matahari. Jika pada stasiun base tidak

    terukur nilai - nilai ekstrim, maka kemungkinan besar di daerah tersebut

    terdapat cebakan magnetik. Nilai ekstrim bisa mencapai 100.000 nT.

    Gambar 1.1. Ilustrasi Medan Magnet Bumi dan Pengukuran Medan

    Magnet Menggunakan Peralatan Magnometer

    2. Metode Seismik Refraksi (Seismic Refraction)

    Seismik refraksi adalah metoda geofisika eksplorasi yang

    menggunakan sifat pembiasan gelombang seismik untuk mempelajari

    keadaan bawah permukaan. Asumsi dasar yang digunakan menggunakan

    pendekatan bahwa batas-batas perlapisan batuan merupakan bidang datar

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 3

  • 5

    dan miring, terdiri dari satu lapis atau banyak lapis, serta kecepatan

    seismik bersifat seragam pada setiap lapisan.

    Umumnya seismik refraksi digunakan untuk memperkirakan

    kedalaman lapisan batuan yang lapuk, tetapi dapat pula digunakan untuk

    mendeteksi lapisan lain di bawah zona pelapukan tersebut.

    Pada eksplorasi minyak & gas bumi, penentuan kedalaman zona

    pelapukan berguna untuk mengetahui kedalaman geophone pada metode

    seismik refleksi.

    Metode seismik refraksi banyak digunakan pada studi geologi

    teknik, ekplorasi mineral, penyelidikan air tanah, pertambangan,

    geodinamik, arkeologi, pertanian dan studi regional geologi lainnya.

    Gambar 2.1. Sketsa gambar Metode Seismik Refraksi

    2.1 Teori Dasar

    2.1.1 Prinsip Gelombang

    Prinsip dasar metoda seismik refraksi mengikuti prinsip fisika

    tentang perambatan gelombang antara lain :

    1. Prinsip Fermat : Penjalaran gelombang dari suatu titik ketitik

    lainnya akan melewati lintasan dengan waktu

    minimum.

    2. Prinsip Huygen : Setiap titik yang dilalui muka gelombang akan

    menjadi sumber gelombang baru.

    3. Prinsip Snellius : Gelombang yang dibiaskan atau dipantulkan akan

    memenuhi persamaan sebagai berikut (sin i/sin v

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 4

  • 6

    = V1/V2)

    2.1.2 Gelombang Refraksi

    Metode seismik refraksi menggunakan analisis muka gelombang

    head wave untuk pendugaan sifat fisis batuan. Metoda ini memiliki

    keterbatasan yaitu bahwa metode ini dapat berhasil baik bila harga cepat

    rapat gelombang seismik makin besar kearah lapisan bawah, sehingga

    selalu terdapat gelombang yang terbiaskan ke permukaan.

    Kelemahan lainnya bahwa tebal suatu lapisan harus memenuhi

    criteria tertentu supaya tidak menghasilkan Blind Zone, yang

    diakibatkan oleh lapisan tipis.

    Seismik refraksi dilakukan dengan menimbulkan sumber getaran di

    suatu titik dan menerima getaran tersebut menggunakan serangkaian

    geophone. Waktu tempuh gelombang dari setiap geophone dibaca dan

    diplot dalam grafik waktu tempuh Vs jarak. Ketebalan lapisan batuan dan

    harga cepat rambat gelombang didapatkan dari analisa grafik tersebut.

    Interpretasi gelombang seismik refraksi tersebut dapat dilakukan

    dengan bermacam-macam cara antara lain Reciprocal metods, Hagiwara,

    Kakeno, dll.

    3. Metode Ground Penetrating Radar (GPR) / Georadar

    Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan metode geofisika

    dengan menggunakan teknik elektromagnetik yang dirancang untuk

    mendeteksi objek yang terkubur di dalam tanah dan mengevaluasi

    kedalaman objek tersebut. GPR juga dapat digunakan untuk mengetahui

    kondisi dan karakteristik permukaan bawah tanah tanpa mengebor ataupun

    menggali tanah. Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu

    antena yang terhubung ke sumber pulsa (generator pulsa) dengan adanya

    pengaturan timing circuit, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena

    yang terhubung ke LNA dan ADC yang kemudian terhubung ke unit

    pengolahan (data processing) serta display sebagai tampilan outputnya.

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 5

  • 7

    Gambar 3.1. Blok Diagram GPR

    Berdasarkan blok diagram di atas, masing masing blok

    mempunyai fungsi yang cukup penting dan saling ketergantungan. Hal ini

    dikarenakan GPR merupakan suatu sistem mulai dari penghasilan pulsa

    pada pulse generator lalu melewati blok-blok yang ada kemudian sampai

    pada blok display dimana kita dapat melihat bentuk dan kedalaman objek

    yang dideteksi. Namun dalam hal ini antena memegang peranan yang

    sangat penting karena menentukan unjuk kerja dari sistem GPR itu sendiri.

    Adapun faktor yang berpengaruh dalam menentukan tipe antena yang

    digunakan, sinyal yang ditransmisikan, dan metode pengolahan sinyal

    yaitu :

    1. Jenis objek yang akan dideteksi

    2. Kedalaman objek

    3. Karakteristik elektrik medium tanah atau properti elektrik.

    Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu citra

    dari letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah atau dipermukaan

    tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR

    harus memenuhi empat persyaratan sebagai berikut: Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 6

  • 8

    1. Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah

    2. Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien

    3. Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang

    dideteksi.

    4. Bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.

    3.1 Prinsip Kerja GPR

    Gambar 3.2. Sketsa Prinsip Kerja GPR

    Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal.

    Semua sistem GPR pasti memiliki rangkaian pemancar (transmitter), yaitu

    system antena yang terhubung ke sumber pulsa, dan rangkaian penerima

    (receiver), yaitu sistem antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal.

    Rangkaian pemancar akan menghasilkan pulsa listrik dengan bentuk, prf

    (pulse repetition frequency), energi, dan durasi tertentu. Pulsa ini akan

    dipancarkan oleh antena ke dalam tanah. Pulsa ini akan mengalami

    atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama perambatannya di tanah. Jika

    tanah bersifat homogen, maka sinyal yang dipantulkan akan sangat kecil.

    Jika pulsa menabrak suatu inhomogenitas di dalam tanah, maka akan ada Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 7

  • 9

    sinyal yang dipantulkan ke antena penerima. Sinyal ini kemudian diproses

    oleh rangkaian penerima. Kedalaman objek dapat diketahui dengan

    mengukur selang waktu antara pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam

    selang waktu ini, pulsa akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali

    lagi ke antena. Jika selang waktu dinyatakan dalam t, dan kecepatan

    propagasi gelombang elektromagnetik dalam tanah v, maka kedalaman

    objek yang dinyatakan dalam h adalah

    Untuk mengetahui kedalaman objek yang dideteksi, kecepatan perambatan

    dari gelombang elektromagnetik haruslah diketahui. Kecepatan

    perambatan tersebut tergantung kepada kecepatan cahaya di udara,

    konstanta dielektrik relative medium perambatan

    Ketebalan beberapa medium di dalam tanah dinyatakan dalam d , yaitu

    Gambar 3.3. Sketsa Ketebalam Medium Di Dalam Tanah

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 8

  • 10

    Jika konstanta dieletrik medium semakin besar maka kecepatan

    gelombang elektromagnetik yang dirambatkan akan semakin kecil. Pulse

    Repetition Frequency (prf) merupakan nilai yang menyatakan seberapa

    seringnya pulsa radar diradiasikan ke dalam tanah. Penentuan prf dilandasi

    dengan kedalaman maksimum yang ingin dicapai. Semakin dalam objek,

    maka prf juga semakin kecil karena waktu tunggu semakin lama.

    Dimana t adalah selang waktu antara pemancaran dan penerimaan pulsa

    dan H adalah kedalaman maksimum. Daya pulsa yang dipancarkan juga

    harus disesuaikan dengan kedalaman maksimum ini. Jika H besar, maka

    daya yang harus digunakan juga harus besar agar sinyal pantul tetap

    terdeteksi.

    3.2 Parameter Antena GPR

    Peranan antena dalam aplikasi GPR sangat penting dalam menentukan

    performansi sistem. Pada prinsipnya, kriteria umum untuk sistem antena

    impuls GPR harus mempertimbangkan kopling yang baik antara antena

    dengan tanah. Antena GPR biasanya beroperasi dekat dengan tanah

    (permukaan tanah) maka harus dapat mengirimkan medan elektromagnetik

    melalui interface antena-tanah secara efektif. Akan tetapi, ketika

    antena di letakan dekat dengan tanah, interaksi antena-tanah akan

    berpengaruh besar terhadap impedansi input antena, bergantung jenis

    tanah dan elevasi antenanya [Turner,1993]. Karena property elektrik tanah

    sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, dalam survey GPR biasanya sangat

    sulit untuk menjaga kestabilan impedansi input karena jenis tanah yang

    benar-benar berbeda untuk setiap tempat dan kondisi cuaca yang berbeda.

    Ini mengakibatkan sulitnya mempertahankan kondisi match, antara antena

    dan feed line untuk memperkecil mismatch loss.

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 9

  • 11

    Pemilihan jenis antena GPR yang dipakai didasarkan juga pada objek apa

    yang akan dideteksi. Apabila target objek mempunyai objek yang panjang

    maka sebaiknya menggunakan antena yang dengan footprint yang lebih

    panjang. Footprint antena adalah pengumpulan nilai tertinggi dari bentuk

    gelombang yang dipancarkan oleh antena pada bidang horizontal di dalam

    tanah atau permukaan tanah di bawah antena.

    Ukuran footprint antena menentukan resolusi cakupan melintang dari

    sistem GPR. Secara umum, unjuk kerja optimal GPR dimana footprint

    antenna harus dapat diperbandingkan dengan penampang melintang

    horizontal dari target. Berdasarkan keterangan di atas, antena untuk

    aplikasi GPR harus memperhatikan beberapa hal yaitu :

    Late time ringing

    Antena GPR harus mampu meminimalkan late time ringing yang

    disebabkan oleh refleksi internal terhadap bendabenda (clutter) disekitar

    target yang mengakibatkan efek masking terhadap objek yang dideteksi.

    Ada berbagai cara untuk mengurangi late time ringing khususnya dari

    penggunaan antena dipole yaitu dengan penggunaan lumped resistor. Hal

    ini sesuai dengan metode Wu King. Namun, penggunaan metode ini sesuai

    untuk antena dipole yang dibuat pada PCB ( Printed Circuit Board ).

    Untuk antena wire dipole, hal ini bisa diatasi dengan meletakkan antena

    tepat di atas permukaan tanah karena sifat lossy dielektrik tanah tersebut

    mampu meredam sifat ringging dari antena wire dipole, sehingga sinyal

    tersebut dapat dianalisa dengan cukup akurat.

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 10

  • 12

    Gambar 3.4. Late Time Ringing

    Cross-Coupling

    Pada konfigurasi antena yang terpisah, tentunya akan menimbulkan

    crosscoupling. Cross-coupling merupakan sinyal yang dikirimkan secara

    langsung oleh antena pengirim ke penerima.

    Gambar 3.5. Cross-Coupling

    Untuk memaksimalkan pada target yang dideteksi maka antara antena

    pengirim dan penerima harus dipisahkan dengan jarak berdasrkan rumus

    berikut ini:

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 11

  • 13

    Keterangan :

    S = Jarak antar antenna pemancar dengan penerima

    K = Konstanta propagasi (r )

    Depth = kedalaman penetrasi antenna

    Jarak Antena dengan Tanah

    Keterangan :

    udara = Impedansi karakteristik di udara ()

    m = Impedansi karakteristik pada medium dengan nilai r tertentu ()

    r = Permeabilitas bahan (H/m)

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 12

  • 14

    r = Permitivitas bahan (F/m)

    L = Jarak antara dua medium yang terpisahkan oleh radome

    3.3 Antenna Orientations

    Pemilihan garis lokasi dan orientasi survey GPR harus diatur agar

    pendeteksian objek dapat maksimal. Setelah garis dan arah pendeteksian

    sudah ditentukan, maka penyusunan antena harus sesuai. Adapun tipe

    tipe penyusunan antena dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

    Gambar 3.6. Sketsa Orientasi Antena

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 13

  • 15

    Keterangan :

    PL = Parallel

    PR = Perpendicular

    BD = Broadside

    EF = Endfire

    XPOL = Crosss polarization

    = Line direction

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 14

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    http://geoful.wordpress.com/metode-geofisika/

    http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/10/09/teknik-geofisika-eksplorasi-

    494180.html

    http://ahsan-geophysicist.blogspot.com/2013/03/seismik-refraksi.html

    http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?view=article&catid=11%3Asistem-

    komunikasi&id=390%3Aground-penetrating-radar-

    gpr&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=14

    Komang Wahyu Krisna Brata Tugas Uas Geofisika Eksplorasi Page 15