arjuna dan krisna

Download Arjuna dan Krisna

If you can't read please download the document

Upload: wayan-suparta-bebel

Post on 30-Jun-2015

1.076 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1 LATAR BELAKANG Mahbhrata, merupakan kisah epik besar yang menceritakan tentang kehidupan keluarga Dinasti Kuru sebagai kisah sentral. Salah satu bagian yang terkenal dalam kisah tersebut adalah perang di Kurukshetra. Menurut Bhagawad Gita, Perang di Kurukshetra terjadi 3000 tahun sebelum tahun Masehi (5000 tahun yang lalu) dan hal tersebut menjadi referensi yang terkenal Kisah perebutan kekuasaan terjadi antara keturunan Pandu dengan keturunan Drestarata. Pandu dan Drestarata bersaudara tiri, lain ibu namun satu ayah. Drestarata buta sejak lahir, maka pemerintahan diserahkan oleh ayahnya kepada adik tirinya, Pandu. Setelah Pandu meninggal, Drestarata menggantikan posisi Pandu sebagai kepala pemerintahan di Hastinapura. Ia sebenarnya bukan seorang Raja sejati, hanya pejabat pemerintahan sementara waktu. Pandu memiliki lima putera yang disebut Pandawa, sedangkan Drestarata memiliki seratus putera yang disebut Korawa. Pandawa dan Korawa tinggal di istana yang sama dan dididik oleh guru yang sama, Dronacharya. Korawa bersifat licik, khususnya Duryodana, kakak sulung para Korawa. Mereka ingin mewarisi tahta Dinasti Kuru, namun Pandawa adalah penerus kerajaan yang sebenarnya. Selama Pandawa masih ada, Korawa tidak memiliki peluang untuk mewarisi tahta. Maka berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan para Pandawa. Namun para Pandawa selalu selamat meskipun nyawa mereka berkali-kali terancam. Hal itu berkat perlindungan yang seksama dari pamannya, Widura, dan Sri Kresna, sepupunya. Setelah gagal dengan berbagai usaha, kemudian Korawa mengajak Pandawa main adau, dengan syarat yang kalah harus meninggalkan istana selama tiga belas tahun. Tapi permainan adau yang sudah disetel dengan licik mengakibatkan Pandawa kalah, sehingga mereka harus meninggalkan kerajaan selama tiga belas tahun dan terpaksa mengasingkan diri ke hutan. Setelah masa pengasingan berakhir, sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak meminta kembali kerajaannya. Namun Duryodana menolak mentah-mentah untuk menyerahkan kembali kerajaannya. Sebagai seorang pangeran, Pandawa merasa wajib dan berhak turut serta dalam administrasi pemerintahan, maka mereka meminta lima buah desa saja. Tetapi Duryodana sombong dan berkata bahwa ia tidak bersedia memberikan tanah kepada para Pandawa, bahkan seluas ujung jarum pun. Jawaban itu membuat para Pandawa tidak bisa bersabar lagi dan perang tak bisa dihindari. Duryodana pun sudah mengharapkan peperangan. Sebelum keputusan untuk berperang diumumkan, para Pandawa berusaha mencari sekutu dengan mengirimkan surat permohonan kepada para Raja di daratan India Kuno agar mau mengirimkan pasukannya untuk membantu para Pandawa jika perang besar akan terjadi. Begitu juga yang dilakukan oleh para Korawa, mencari sekutu. Hal itu membuat para Raja di daratan India Kuno terbagi menjadi dua pihak, pihak Pandawa dan pihak Korawa. Sementara itu, Kresna mencoba untuk melakukan perundingan damai. Kresna pergi ke Hastinapura untuk mengusulkan perdamaian antara pihak Pandawa dan Korawa. Namun Duryodana menolak usul Kresna dan merasa dilecehkan, maka ia

menyuruh para prajuritnya untuk menangkap Kresna sebelum meninggalkan istana. Tetapi Kresna bukanlah manusia biasa. Ia mengeluarkan sinar menyilaukan yang membutakan mata para prajurit Duryodana yang hendak menangkapnya. Pada saat itu pula ia menunjukkan bentuk rohaninya yang hanya disaksikan oleh tiga orang berhati suci: Bisma, Drona, dan Widura. Setelah Kresna meninggalkan istana Hastinapura, ia pergi ke Uplaplawya untuk memberitahu para Pandawa bahwa perang tak akan bisa dicegah lagi. Ia meminta agar para Pandawa menyiapkan tentara dan memberitahu para sekutu bahwa perang besar akan terjadi.

3 PERCAKAPAN Kedua pasukan antara pasukan Pandawa dan pasukan Korawa sudah saling berhadapan di medan perang Kurusetr. Dengan keangkuhannya dan kesombongannya Duryodana berkata: Duryodana : Guru besar Drona tidak setuju dengan kecongkakanku dan sekarang lihat pasukanmu yang kau hadapkan dengan para Pandawa dalam peperangan ini, siapa yang ada dipasukanmu ini, kau sendiri, kakek Kripa, atau Pendeta Agung, dan beberapa prajurit semacam itu, mereka berkata orang-orang ini mahir dalam seni berperang. Dengarlah hai... Guru sakti di bandingkan kekuatan pasukan kita, seluruh pasukan Pandawa adalah Nol... BESAR...., Nol.... BESAR. Dengarlah oleh kalian semua, kakek Bisma sendiri sudah cukup, maka itu, aku sungguh-sungguh mohon pada kalian agar memperhatikan keselamatan diri kalian dari peperangan yang akan terjadi, tetapi sesungguhnya kakek Bisma didalam peperangan ini, tidak ingin membunuh putra-putra kunti. Dalam perang Bharata Yudha ( perang dharma ), peraturan-peraturan perang di buat oleh Bhisma Putra Gangga sebagai Panglima Tinggi pasukan Korawa dan disepakati oleh kedua pihak Perwira Tinggi pasukan Pandawa dan Korawa. Salah satu peraturannya adalah: selama Bhisma Putra Gangga menjadi Panglima Tinggi perang pasukan Korawa, Karna ( Raja Anga/Radhea ) yang merupakan sahabat Duryodana tidak diizinkan ikut berperang dibawah Panji pasukan Korawa. Dan Karna berkata: Karna : Bisma Putra Gangga, kau telah berbuat tidak adil padaku. Kau telah berlaku tidak adil, tetapi kau tetap tidak akan bisa menyelamatkan Arjuna dari panahku, dari panahku. Arjuna dengan perasaan yag sedih dan bimbang tidak dapat mengangkat senjata. Dan Sri Krisna memberikan semangat kepada Arjuna untuk berperang melaksanakan kewajibannya. Krishna Arjuna Krishna : Apa yang kau pandang? : Ku pandangi Paman, Kakek, Guru, saudara, Teman, dan Putra-putra. Kesawa. : Apa yang kau lihat mereka, kau tidak melihat mereka yang pertama kali bukan?

Arjuna Krishna Arjuna

: Ya, ini bukan pertama kali. : Dan kau juga mengetahui bahwa kau juga akan melihat sanak keluargamu, berdiri di beberapa sudut medan perang ini. : Apakah bedanya mengetahui dan melihat. Kesawa,kau bawalah keretaku ke arah sana antara dua pasukan, agar aku dapat melihat kedua pasukan dari jarak yang sama, jarak yang sama! : Aku akan membawamu, akan membawamu. Tapi putra Kunti, mengapa tak kau katakan ini sebelum trompet kerang itu berbunyi? : Sesudah trompet kerang, aku tidak ragu lagi perang pasti akan terjadi, pasti terjadi. Sri Krishna sebagai kusir kereta perang Arjuna membawa keretanya ketengah-tengah medan pertempuran di Kurusetra, sesuai permintaan Arjuna. Bhima, Yudistira, Duryodana, Bhisma Putra ganga dan Drona juga menanyakan kepergian Arjuna dan Krishna ketengah- tengah medan pertempuran Kurusetra dan berkata :

Krishna Arjuna

Bhima Yudistira

: Apa yang dilakukannya? : Jangan cemas Bhima...!!! Sais Kereta Arjuna adalah Wasudeva, kereta Arjuna tak akan tersesat.

Duryodana

: Apakah karena kakek Bhisma tidak mau merenggut nyawa-nyawa para pandawa itu, sehingga Arjuna menjadi begitu berani, sampai ia mencoba untuk menyerang seorang diri, sepertinya tak ada prajurit lain dalam pasukannya. : Oh.....! akan menuju ke mana Arjuna itu, Guru? : Aku pikir Arjuna bingung,tetapi mengapa ia bingung dengan Wasudeva di sampingnya, Putra Gangga? : Aku sendiri juga bingung, Guru. Prajurit seorang diri mengalahkan kita semua dalam perang Wirata sedang menuju ke arah dimana pasukan kita berada, malangnya disini aku adalah panglima tertingginya. Apakah Arjuna lupa bahwa trompet kerang yang menandai perang belum dibunyikan? : Wasudeva telah menghentikan keretanya. : Kekacauan apalagi ini, Guru. Sri Kreshna menghentikan keretanya di tengah-

Bhisma Drona Bhisma

Drona Bhisma

5 tengah medan perang Kurusetra dan berkata : Krishna Arjuna : Nah....! Arjuna. Kita telah sampai ditengah medan perang. : Ini bukan dua pasukan Kesawa, ini lautan pasukan. Ditengah-tengah medan perang Kurusetra, Arjuna memandangi Kakek, guru, saudara, dan putra-putra sebagai musuhnya. Hal itu menjadikan Arjuna bingung dan lemah karena teringat dengan masa lalu atau masa kecilnya: Bhima : Kakek-kakek.....! Bhisma : Ada apa Bhima ?.

Bhima : Dia makan semua buburku. Bhisma : Sekarang akan kita siapkan bubur yang banyak untuk Makanmu, setuju? Arjuna : Boleh aku tidur disini bersama kakek ?. Bhisma :Boleh, tapi sudah berapa kali aku katakan kepadamu bahwa aku bukanlah ayahmu. Aku ini adalah sahabat ayahmu. Arjuna juga teringat saat-saat datang dari bepergian disambut oleh kakeknya ( Bhisma Putra Gangga ) di depan Istana Hastinapura : Bhisma : Kenapa kau tak memelukku? Arjuna : Aku dari perjalanan yang kotor dan penuh debu, pakaian kakek akan ternoda. Bhisma : Aku sangat rindu untuk menemuimu dan ingin memelukmu anakku. Arjuna : Kakek, kakek...! Arjuna juga teringat dengan gurunya Drona, yang selalu membimbingnya dan memberikan ilmu pengetahuan termasuk ilmu memanahnya : Drona : Apakah kau tidak ikut bermain?

Arjuna : Ketika guru sedang mengajar, orang tidak boleh menggunakan saat itu untuk bermain.

Drona :

Arjuna......aku belum memberi latihan khusus ini.

Arjuna : Aku sudah belajar segalanya dari guru. Arjuna baru tersadar dari hayalan masa lalunya saat Sri Krishna bertanya: Krishna Arjuna : Sampai kapan kau akan mengawasi mereka? : Entahlah Kesawa, entahlah. Siapa tahu sesudah perang ini, mereka yang kini ku lihat. Tidak akan ku lihat lagi. Kesawa, siapa yang berperang melawanku dan untuk siapa perang ini? Nyawa siapa yang ku permainkan? Pada kedua belah pihak berdiri orang-orang dari keturunan yang sama. Oh....! orang yang mengenakan baju putih dalam kereta putih itu mungkin putra Gangga bagi dunia. Tapi bagiku dia sumber kasih sayang. Aku dulu bisa duduk dipangkuannya dengan bajuku yang penuh dengan debu dan tubuh yang begitu kotor. Dia adalah kakekku, dia kakekku dan itu guru Drona yang telah membasuh jiwaku dengan banyak kebajikan dan menuangkan dikepalaku begitu banyak pengetahuan, ia telah memberi aku lebih dari apa yang telah diberikan oleh putranya sendiri Aswatama. Kini aku berperang dengannya, aku harus menghabisi nyawanya, mengingat ini saja membuat tubuhku kaku, mulutku terasa kering tangan yang memegang busur dan panah ini menjadi kaku, tubuhku ini menggigil Kesawa, lebih dari tempat yang paling dingin, busur ini, busur yang paling istimewa ini terlepas dari bahuku, bagaimana aku dapat membidikan panah ini pada orang-orang yang selalu dengan gembira menyambutku. Aku tidak dapat melakukan hal seperti itu, aku tak dapat membuat medan Kurusetra menjadi kuburan, aku tidak dapat membuat Kurusetra menjadi kuburan. Katakanlah sesuatu Kesawa! : Aku mendengarkanmu Arjuna, Bicaralah dulu! : Aku harus berkata apa? Berkata apa? Aku tidak ingin membangun istanaku di atas mayat keluargaku. Apa yang akan ku lakukan dari kerajaan yang berbau darah keluarga, apa aku harus memenggal kepala guru yang menyayangiku, apakah aku harus melepaskan panah pada orang yang telah mengajarku, aku tidak ingin kemenangan dengan pengorbanan ini, memerintah dunia memang hal yang baik tapi aku tidak ingin memerintah sama sekali, jika diri mereka yang menjadi korbannya. Duryodana, Duryodana adalah saudaraku. Ia memang telah menipu kita, dengan menghina Panjali berarti telah menghina wangsa Bharata. Tapi ia putra tertua dari kakak ayahku, memang sungguh

Krishna Arjuna

7 menyedihkan untuk sepotong tanah kita merubah diri kita menjadi penghancur keluarga. Hai...! Kesawa, aku patut berdoa pada dewa perdamaian, jika itu berarti aku mendapatkan kedamaian dan selamat dari penghancur keluarga, ini amat berharga bagiku. Krishna Arjuna Krishna : Jika kau tak mau perang, mengapa bicara yang bukan-bukan? Jika mau mati, matilah sebagai pahlawan yang sejati. : Kesawa! : Sebelum memanggil namaku katakan terlebih dahulu padaku, Arjuna. Bahwa saat ini selagi awan pengancuran telah berkumpul diempat penjuru dan selagi tugas yang mengandung harapan mencari perlindunganmu, mengapa dan bagaimana disaat gawat semacam ini kau berubah menjadi seorang pengecut. Orang-orang teladan tidak menghanyutkan dirinya dalam duka. Dalam saat yang menentukan antara keadilan dan ketidakadilan jangan menjadi lemah, jangan lemah. Hai pemberani, hai penghancur musuh, hai Dananjaya, ini bukan perasan orang arya. Mereka akan merenggutmu dari surga,dan juga dari ketenaran dan kau sendiri akan menjadi sebab dari kebencian pada dirimu sendiri, maka Arjuna, hilangkan kelemahan ini dari hatimu dan bersiaplah untuk berperang. : Bagaimana aku dapat bangkit, bagaimana, bagaimana aku dapat membunuh kakekku, bagaimana aku dapat bangkit menyerang guruku, mereka patut dipuja, patut ditiru. Guru-guru itulah yang mengajarkanku rahasia-rahasia dari suatu kemenangan. Haruskah aku bangkit dan menaklukan mereka, akan lebih baik mengulurkan tangan, mengemis meminta-minta dari pada menyerang dan membunuh mereka. Kesawa, aku bahkan tidak mengerti lebih baik menang atau kalah dalam perang ini. Putra-putra Drestarata berdiri sebagai musuhku, aku tahu aku tak mungkin hidup tanpa membunuh mereka. Tapi Kesawa, tidak mudah untuk hidup setelah membunuh mereka. Apakah mereka saudaraku Kesawa? Katakanlah! : Tentu saja. : Hanya itu yang kau katakan. : Kau hanya menanyakan hal itu, Arjuna. Tapi perang ini bukan untuk menentukan atau menyadari hubungan keluarga, putra Kunti. Sadarilah tugasmu lalu ambilah keputusan, karena kaulah yang akan mengambil keputusan. Namun, jika kau ingin aku harus berbuat begitu agar kau selamat dari pertanggung jawaban perang, ini takkan terjadi, takkan terjadi Arjuna, karena perang ini adalah perangmu

Arjuna

Krishna Arjuna Krishna

dan kau jugalah yang akan menanggung akibatnya. Arjuna : Aku tidak dapat mengerti apa kewajibanku ini, Kesawa. Maka Wasudeva, jadilah pengemudi jiwaku juga, aku ada diantara keadilan dan ketidakadilan, aku tidak dapat memutuskan dipihak mana letaknya keadilan. Bimbinglah diriku Kesawa, tunjukkan jalan untuk menghilangkan kesedihan yang mengeringkan jiwaku ini, dengan bathin seperti ini aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang. Sanjaya yang merupakan sais kereta Drestarata yang telah mendapat berkah dari Rsi Wyasa untuk mengetahui masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, terus menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kurusetra kepada Drestarata yang tinggal di Istana Hastinapura. Sanjaya Drestarata : Aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, kemudian Arjuna lalu terdiam Baginda. : Tapi Sanjaya, Arjuna memang mengajukaan pertanyaan yang paling mendasar. Bagaimana ia dapat berperang melawan paman dan guru besarnya? Ada beberapa sifat khas kesopanan seorang prajurit. : Dalam hal ini, apa yang dapat ku katakan Baginda. Aku bukan prajurit. : Setidaknya kau dapat berpikir sebagai seorang prajurit. Sanjaya, apa yang dikatakan Arjuna menurutku ia tak lagi mempersoalkan Indra Prasta. Dan jika ini terjadi maka sikap kepala batu Duryodana itu bisa diredam, lalu aku akan menyuruh dia siap memberikan Pandawa kelima desa itu. Perang..! Seandainya tak ada perang. Jika Arjuna tak mau berperang. Siapa yang akan berperang dipihak sana? Dan jika ia tidak mau mengangkat panahnya, karena ia belum siap berperang sampai mendapat jawaban, atas semua pertanyaannya itu Sanjaya. Bahkan Basudeva pun tidak akan dapat menjawab pertanyaannya itu Sanjaya. Sanjaya, lihat! Apa saja yang dikatakan oleh dewa Kinandana? Sanjaya : Baiklah. Maharaja, Sri Kesa sedang memandang Arjuna dan tersenyum kemudian ia berbicara. Krishna : Hidup dan mati ditangan Yang Kuasa, yang mati takkan bergabung

Sanjaya Drestarata

9 dengan yang hidup. Jika pahlawan datang kemedan perang, dia tak boleh menjadi pengecut. Arjuna! Yang telah tiada telah tiada dan yang bijaksana tidak berkabung untuk mereka yang telah tiada juga tidak berkabung untuk yang masih hidup, mereka tidak berkabung untuk masa lalu, juga tidak berkabung untuk masa datang. Gayamu seperti orang bijaksana tapi kau bicara seperti orang bodoh. Sebelum berkabung selidiki dulu, apakah mereka yang kau sayangi itu patut untuk diperkabungkan? Arjuna Krishna : Apakah kakek guru besar dan pendeta agung tidak patut diperkabungkan? : Jika mereka patut diperkabungkan buat apa aku berkata begitu, kau mengerti kebenaran ini Arjuna, bahwa intinya bukan jasmani tapi jiwa, dan kematian bukan akhir perjalanan ini, karena perjalanan ini adalah kekal, kematian hanyalah sebuah tempat wadah kasar, hanyalah wadah kasar. Berakhirnya nafas bukan akhir bertiupnya angin. Mengertilah, makhluk hidup bermula dari seorang anak lalu menjadi anak muda lalu ia menjadi tua kemudian mati. Perjalanan ini adalah perjalanan jasmani tapi jiwa terus lebih jauh. Berjalan meninggalkan sebuah tubuh dan masuk ke tubuh yang lainnya. Maka perjalanan yang berakhir pada kematian hanyalah perjalanan tubuh, Arjuna, hanya perjalanan tubuh. Roh kita tidak dapat dilihat dengan mata tapi bisa berjalan ke tempat yang diikuti sinar. Hidup adalah titipan Yang Maha Kuasa dan Dialah yang menentukan segalanya. Perjalanan jiwa tidak ada akhirnya dan pada satu batas dalam perjalanan tubuhnya ditinggalkan dan pengembara itu terus berjalan, terus berjalan dan menerima tubuh yang baru, seperti kita menanggalkan baju yang lama dan memakai yang baru. Kalau mau hidup, hiduplah seperti pahlawan dan jangan mundur seperti pengecut. Hidup adalah perjalanan yang panjang. Dan kau harus berani membela kebenaran. Arjuna, kehancuran bahkan tidak dapat menyentuh jiwa, maka mengapa berkabung dan untuk kehancuran siapa? Apakah untuk baju-baju itu? Tapi baju-baju itu tidak kekal, baju-baju itu untuk ditanggalkan dan jiwa tak pernah mati, jiwa tak pernah mati. : Tetapi, apakah mereka yang ada didepan kita setelah perang ini selesai akan tetap ada? : Hehehehe....! apa yang kau maksud dengan ada dan tidak ada? Karena tak pernah ada ketika aku tiada atau kau tiada atau semua orang-orang itu tiada, dan tidak akan pernah ada saat aku tidak ada, kau tidak ada, dan semua orang-orang itu tidak ada. Kemudian pandangan hayalan yang kau alami ialah bahwa kehidupan masa kini

Arjuna Krishna

adalah mutlak. Kehidupan masa kini bukan keberadaan mutlak, Arjuna. Kita telah ada, kita ada, dan kita akan ada. Dan tentang suka dan duka, apa maksudmu? Hal itu adalah seperti musim keduanya datang dan pergi. Hai putra Kunti, mereka yang tidak mengacuhkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dan menerimanya tanpa terpengaruh sedikit pun mereka tidak gelisah dan hanya mereka berhak untuk selamatan. Suka duka adalah kehidupan kita, kita tidak boleh takut menghadapinya. Wahai manusia yang sejati laksanakan tugasmu dengan baik! Hai Bharata, bebaskan dirimu dari pengertian pembunuhan dan dibunuh, hanya mereka yang dilahirkanlah yang bisa mati dan hanya tubuhnya yang mati. Tapi, jiwanya tidak bisa mati. Jiwa ada di luar batas waktu. Hanya tubuh yang dilahirkan dan bukan jiwa. Dan jika jiwa tidak pernah dilahirkan bagaimana jiwa itu bisa mati. Jiwa itu hanya ada, ada, ya..! jiwa itu ada di tepi dan juga di arus. Jiwa itu tidak dilahirkan, ada selamanya, kekal, tidak terbagi. Jiwa itu tak dapat dihancurkan. Maka dari itu tidak ada gunanya untuk cemas tentang membunuh dan dibunuh Arjuna, tidak ada. Karena hanya tubuhlah yang mati. Bahkan setelah kematian jiwa tidak mati, karena senjata tidak bisa memotongnya, api tidak bisa menjadikannya abu, air tidak dapat melarutkannya dan udara tidak dapat mengeringkannya. Setiap manusia yang telah mati tak dapat hidup kembali, tapi arwahnya dapat melihat siapa yang senang dan yang susah. Kini apa yang kau cemaskan Arjuna? Arjuna : Kesawa, apakah yang ku panggil kakek hanya suatu jiwa? Apakah semasa kecil aku hanya duduk diatas pangkuan suatu jiwa? Dan prajurit tua berbaju putih di sana itu yang berdiri di atas keretanya hanyalah suatu jiwa? Bukankah tubuhnya yang kau sebut baju baju dan jiwa itu sering kali memberkatiku dengan tangannya dan apakah guru drona yang telah mengajarku juga hanya suatu jiwa saja? Aku tidak menyangka bahwa jiwa kekal adanya dan jiwa tidak dapat dihancurkan. Tetapi tubuh yang aku bicarakan masih ada hubungannya denganku, jiwa tidak dilahirkan Kesawa, jiwa tidak dilahirkan akan tetapi orang dilahirkan, orang dilahirkan. : Ya, orang tentu dilahirkan Arjuna. Tapi perluaslah jalan pikiranmu sedikit lebih jauh. Siapapun yang dilahirkan, siapapun ia, ditakdirkan untuk mati. Lalu mengapa mengingkari takdir. Mereka yang dilahirkan harus mati pada satu atau lain hari, dan kematian ini bukan akhir, karena yang mati akan dilahirkan kembali. Ini kenyataan yang tidak dapat di hindari dan tak seorang pun dapat mengingkari hal ini. Kau, aku atau siapapun. Bhisma putra Gangga memiliki berkat kematian atas kemauannya, tapi kematiannya juga tak dapat dihindari Arjuna. Lalu dalam mata rantai kelahiran

Krishna

11 kematian dan kelahiran kembali dimana ada saat untuk berkabung, dimana Arjuna? Orang-orang yang kau lihat didepanmu itu Arjuna, bahkan sudah ada sebelum kelahiran mereka yang mana kau tak ketahui. Mereka ada bahkan setelah kelahiran ini, tapi apa yag terjadi pada mereka kau tak tahu. Mereka tidak ada pada tiap sisi batas kelahiran dan sisi batas kematian. Dan jika mereka ada, mereka tak dikenal, tak berwujud. Artinya sebelum kelahiran ini mereka tak ada untukmu Arjuna, dan sesudah kelahiran ini mereka juga tak ada. Arjuna, mereka yang hidupnya berakhir dengan kematian yang tak dapat dihindari, akhir hidup mereka tak bisa kau elakkan dan kau juga tak bisa merubahnya. Lalu mengapa berkabung dan untuk siapa? Kakek ini, guru-guru ini, sanak saudaramu, tak seorang pun dari mereka yang kau ketahui sebelum hidup ini Arjuna, dan juga sesudah hidup ini. Maka, apa gunanya berkabung untuk mereka Arjuna? Apa gunanya? Setelah mati kita tak tahu tentang kehidupan yang baru, kau pun tak bisa mengingat masa yang kau tinggalkan. Sri Krishna menjelaskan tentang jiwa yang tak pernah dilahirkan, dan tubuh seperti baju-baju, bila tidak berguna maka baju itu harus ditanggalkan. Dan jiwa mencari tubuh yang baru. Tetapi Drestarata tidak senang mendengar penjelasan Krishna dan bertanya kepada Sanjaya. Drestarata : Apakah Krishna sedang mencoba menerangkan kepada Arjuna atau memanas-manasinya? Apa Arjuna akan menerimanya? Apakah ia tidak mempunyai tanggung jawab pada pamannya ini? Apa ia akan meniadakan kepentingan keluarga dan saudaranya dan menyerang putra-putraku, dengan senjata sakti itu? : Bagaimana aku menjawab pertanyaan ini, Baginda? Hal ini hanya bisa dijawab oleh Krishna atau Arjuna. : Tapi aku ingin jawaban pertanyaan ini, Sanjaya. Jadi dengarkanlah! Dengarkan! : Baiklah.

Sanjaya Drestarata Sanjaya

Sanjaya terus menceritakan percakapan Arjuna dengan Sri Krishna kepada Drestarata Krishna : Arjuna, jika kau menganggap mereka saudaramu apa gunanya kemedan perang? Jika kau datang ke medan perang maka kau harus berani melawan mereka. Mengapa kau terkejut Arjuna? Seperti sepotong baju yang disobek-sobek, itulah pokok kebenaran yang

sama seperti kematian. Mengapa berkabung untuk kebenaran? Jiwa dan raga manusia bukan campuran dari penghuni campuran dan tetap, tubuh adalah merupakan alat jiwa. Maka itu tanpa memusingkan dengan tubuh, orang harus melakukan tugasnya Arjuna! Dan jika kau memikirkan tugasmu sebagai seorang prajurit, maka kau harus berperang! Adalah tugas seorang prajurit untuk mengangkat senjatanya melawan ketidakadilan, dan hari ini ketika ketidakadilan bangkit melawan keadilan. Maka Arjuna, laksanakanlah tugas prajuritmu itu! Arjuna Krishna Arjuna Krishna Arjuna Krishna Arjuna Krishna : Kesawa. Aku mengajakmu ke sini untuk bertanya padamu. Apakah tugasku? Apa kewajibanku Kesawa? : Dan siapakah kau Arjuna? Siapakah dirimu? : Murid guru Drona: Arjuna. : Selain itu siapa lagi? : Arjuna putra Kunti. : Dan...? : Aku seorang prajurit. : Andaikan engkau bukan seorang prajurit Arjuna, engkau tak akan menjadi murid Drona, dan andaikan kau bukan prajurit, maka kau tak akan menjadi putra Kunti. Tiga hal itu adalah jati diri keprajuritannmu. Maka tugas seorang parajurit adalah tugasmu Arjuna, dan tugas seorang prajurit adalah untuk bangkit berperang melawan ketidakadilan. Jadi, untuk bangkit melawan ketidakadilan adalah tugas keprajuritanmu. Disaat yang menentukan ini, jika kau tak mau mengangkat senjata pada pihak kebenaran dan melawan ketidakbenaran, bukan tugas ini akan hancur tapi juga ketenaranmu Arjuna. Dan jika ini terjadi bukan hanya musuh-musuhmu, tapi seluruh masyarakat akan menyebutmu tidak terhormat, dan generasi keturunan akan datang menyebutmu pengecut. Maka itu Arjuna, jangan libatkan dirimu dengan masalah-masalah tentang kemenangan dan kekalahan, dan bertempurlah! Jika kau menang dalam perang ini, kau akan memerintah dunia dan menjadi terkenal. Dan jika kau terbunuh dalam perang ini kau akan masuk surga bersama ketenaranmu. Maka dari itu putra Kunti, kebahagiaan, kesedihan, kemenangan, dan kekalahan anggaplah semua sama dan bertempurlah! Karena itulah keprajuritanmu dan tugas kemanusiaan. Perang adalah suatu tantangan berat bagi persaudaraan, jika saudara kita tidak mau sadar mengapa kita harus diam dan dewa pun tak akan tenang bila masalah belum selesai.

13 Tuhan (Brahman) yang meliputi segalanya dan menjadi saksi segalanya : Hari ini, Aku bukanlah waktu yang tak pernah berhenti bagi siapapun. Tetapi, hari ini Aku berdiri di pusat medan perang Kurusetra sambil berpangku tangan, seperti seorang siswa dan memandang pada Narayana. Narayana ada diantara Arjuna putra Kunti dan Aku, seperti biasa Dia berbicara dengan Arjuna putra Kunti, tetapi dia juga sedang berbicara denganKu, karena Aku adalah hari kemarin, yang sudah berlalu, hari ini dan juga hari esok yang akan datang. Pertanyaanpertanyaan Arjuna, bukan pertanyaan dari Arjuna saja, pertanyaan-pertanyaan ini adalah benar untuk zaman-zaman yang telah lalu, adalah benar untuk zaman kini, dan akan tetap benar untuk zaman-zaman yang akan datang. Selama Aku ada umat manusia harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu, maka dari itu jangan biarkan seorang pun merasa, bahwa pertanyaan-pertanyaan itu hanya diajukan oleh murid Drona, Aku juga berbicara menyambung kata-katanya, karena tiap saat dalam tiap abad telah ada sebuah tempat bernama Kurusetra. Maka dari itu, jika ingin berhadapan dengan masa kini, dan masa yang akan datang, berdirilah dengan wajah menghadap ke Kurusetra, dan dengarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu menyusahkan diri Narayana. Inilah pertanyaanpertanyaan Arjuna: Krishna : Wahai pemberani...! pikirkanlah kemenangan, jangan kau pikirkan jiwa orang lain dan jangan merasa cemas dan bertempurlah. Jika semua dalam perang ini merasa senang dan juga merasa bahagia, tapi jika kau merasa bersalah, kau sendirilah yang merasakan penderitaan. Maka bangunlah putra Kunti! Lupakan kesedihan dan kesenangan, juga lupakan keuntungan dan kerugian dan bertempurlah karena perang ini merupakan tugasmu dan juga kewajibanmu. Jika manusia melaksanakan tugasnya dengan sempurna tanpa memerlukan apa-apa itulah manusia yang bertanggung jawab dan hidupnya akan tenang. : Tanganku ini belum siap mengangkat busur ini Kesawa, keuntungan apa yang diperoleh dari peperangan ini? : Keuntungan? Kerugian? Hehehehe.... kedua-duanya ini hanyalah kata-kata. Aku tahu kau tak ingin kesenangan-kesenangan duniawi bahkan juga kebahagiaan surgawi. Maka itu kaum tria, bangkitlah dari kemenangan dan kekalahan, kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dan keuntungan serta kerugian. Satu hal yang harus kau ketahui

Arjuna Krishna

Arjuna bahwa keuntungan kerugian bukanlah merupakan tujuan dari hidup ini. Arjuna Krishna : Tapi aku belum dapat bangkit Kesawa. : Sampai sekarang aku mencoba menerangkan dari segi pengetahuan dan akal budhi yang dapat melihat melalui kehidupan dan memeriksa kebenaran dari kedalaman dan mengerti gema dari suara hati. Tapi mungkin kau menjadi bingung dalam ketidak teraturannya. Jadi timbanglah saat ini pada timbangan perbuatanperbuatan dalam hal-hal dunia ambillah keputusan tentang tugasmu dari segi perbuatan duniawi lalu kau juga akan mencapai keputusan dalam perang ini. : Aku tak dapat mengambil keputusan Kesawa, aku tak dapat. : Kau tak dapat mengambil keputusan ini, Arjuna. Karena kau sedang menimbang-nimbang saat ini pada timbangan keuntungan dan kerugian secara pribadi dan ini adalah belenggu hayalan inilah akar kesedihanmu dan kau pengecut yang lari dari kenyataan yang menghanyutkanmu ke dalam aib yang membuatmu terhina dan merasa sengsara. Kesedihan semacam itu tak baik untukmu juga untuk masyarakat, dan kesedihan ini juga tak baik untuk kini dan masa depan, jangan gusar dan bertindaklah, bertindaklah! Tindakan itu sendiri berbudhi luhur, murni dan bermanfaat bagi masyarakat. Tindakan itu sendiri juga menghasilkan buahnya, tapi jika kau mencampuradukkan untuk kebaikan pribadimu dan kepentingan masyarakat maka tindakanmu itu, tidak murni dan tidak menguntungkan. Maka itu Arjuna, tempuhlah jalan dengan tindakan tanpa pambrih, karena buah tindakanmu tidak ada di bawah penguasaanmu. Oleh sebab itu bertindaklah, dan jangan menginginkan buah dari tindakanmu. Berbuatlah karma yang baik agar kau mendapatkan pahala yang besar dan jangan kecewakan karmamu karena kau tak akan mendapatkan hasilnya. : Bagaimana mungkin bertindak tanpa suatu keinginan? Kita bertindak untuk mencapai sesuatu, lalu apabila tidak ada hasilnya untuk apa kita bertindak? : Siapapun ingin bertindak Arjuna, karena hidup ini tidak mungkin tanpa tindakan. Kau harus berbuat sesuatu, kau akan makan atau tidak makan, kau memberi makan yang lapar atau tidak memberi, kau ingin berperang atau tidak. Kau hanya mempunyai satu pilihan Arjuna, yaitu kau lakukan sesuatu atau tidak. Tapi hasilnya bukan di bawah pengendalianmu Arjuna, bukan di bawah kekuasaanmu. Batas tujuanmu yang benar pada pilihan ini ialah bahwa kau akan

Arjuna Krishna

Arjuna

Krishna

15 berperang atau tidak. Tapi akibat dari perang ini bukan berada ditanganmu. Bahkan jika kau inginkan kemenangan, kemenangan itu tak perlu menjadi milikmu. Mungkin kau akan dikalahkan, tapi jika kau tidak tergila-gila akan kemenangan kau bahkan tidak takut akan kekalahan. Jika kau berpikir bahwa kau mungkin menang atau kalah, kau berperang karena perang itu adalah tugasmu. Maka pertanyaan untuk kebahagiaan dalam kemenangan dan untuk merasa sedih dalam suatu kekalahan bahkan tidak akan timbul. Mereka yang tidak bahagia dengan kemenangan dan tidak sedih dengan kekalahan disebut yang tidak gentar. Dari itu Arjuna jangan kau menginginkan buah yang baik. Lakukan saja apa yang dibawah penguasaanmu. Artinya lakukan saja tugasmu. Inilah filsafat dari suatu tindakan, inilah filsafat, camkan rahasia ini Arjuna, bahwa kau mempunyai pilihan untuk berbuat dan tidak berbuat tapi pada akhir tindakan itu batas hak kemanusiaan itu akan berakhir. Tindakan manusia berada dibawah penguasaannya. Kau adalah pemanah terbaik tapi jika arahmu bimbang kau pasti akan kehilangan sasaran yang kau bidik. Kau berhak untuk membidikkan panahmu, kau berhak atas penglihatanmu tapi kau tidak berhak atas kijang yang kau bidik dengan anak panahmu itu. Hai... Dananjaya, janganlah kau sekalikali melanggar batas-batas hakmu. Artinya yakinlah atas tindakanmu Arjuna, yakinlah! Karena ketangkasan tindakanmu adalah yoga. Arjuna Krishna : Apa itu yoga? Jelaskanlah! : Akan ku jelaskan padamu. Arti yoga tindakan adalah kemahiran atas penguasaan. Penguasaan tindakan adalah penghapus hayalan, bebas dari hayalan, untuk tetap tidak terpengaruh oleh keberhasilan atau kegagalan itulah penguasaan tindakan. Yoga adalah ketenangan, tapi karma adalah perbuatan. Karena itu ikutlah kedalam yoga maka kau akan tenang dan tentram. Sri Krishna terus memberikan pemahaman kepada Arjuna, mengenai filsafat tindakan untuk tidak mengharapkan hasil dari tindakannya itu, karena itu adalah kewajibannya. Maka dari itu Sri Krishna menyarankan kepada Arjuna untuk melaksanakan tugasnya yaitu berperang. Drestarata Sanjaya Drestarata : Sanjaya...Sanjaya. : Iya Baginda. : Jika kata-katamu dapat sampai kesana berteriaklah lantang. Arjuna, jangan dengarkan putra Wasudewa. Ia coba memanasimu! Pikir, pikir saja Sanjaya. Krishna yang telah datang kemari sebagai utusan perdamaian, hari ini ia tidak mengucapkan tentang perdamaian.

Bukankah itu berarti bahwa ia tidak datang kemari untuk mengadakan perdamaian, ia hanya ingin nantinya sejarah menyalahkanku dengan berkata: Drestarata kaulah yang menutup pintu untuk perdamaian. Putra Devaki ini, apakah dia mencoba membalas dendam? Sanjaya Drestarata : Ia tidak membicarakan tentang pembalasan dendam. Ia sedang menerangkan Dharma, Rahasia Tugas dan Filsafat. : Kau juga berbicara seperti dia. Apakah kesetianmu terhadapku sudah terlepas dari tempatnya? Sanjaya, kau bahkan tidak tetap setia kepadaku. : Aku hanya seorang pengamat dan tafsiranku bukan berada dalam kesetiaanku. Aku hanya melaksanakan tanggung jawabku. : Laksanakan saja tanggung jawabmu sebagai seorang pengamat! Sudikah kau tidak menerangkan padaku arti dari filsafat Krishna, hanya arahkan pandanganmu pada kedua orang itu dan terus ceritakan apa yang terjadi! Arjuna dengan penuh kebingungan dan kebimbangan terus bertanya kepada Sri Krishna. Arjuna : Kesawa, bagaimana aku dapat mengenali seorang pertapa? Apa tandanya? Dan bagaimana ia bergerak? Serta bagaimanakah gayanya? : Sama sekali tidak sukar mengenalinya Arjuna. Dimanapun dia berada maka dia selalu dikenang, karena semua hasratnya dapat terpenuhi dia ingin mengadu kekuatannya. Seperti dia kau juga meninggalkan semua hasratmu. Bebaskan dirimu dari hasrathasrat pribadimu, jauhkan kebahagiaan dan kesedihan dan merasa puaslah pada dirimu sendiri. Lalu bara api kesedihan tak mampu membakarmu juga pancuran kebahagiaan tak dapat membasahimu. Arjuna seorang pertapa yang tidak gentar adalah ia yang memelihara keseimbangan dalam kebahagiaan, begitupun keseimbangan dalam kesedihan dan tak seorang pun dapat mengganggunya. Dan jika ia berbicara kata-katanya tidak berasal dari kebahagiaan atau kesedihan yang berada di permukaan tapi dari kedalaman jiwanya. Ia tidak bicara bahasa hayalan, ia berbicara dengan bahasa tindakan tanpa ikatan. Dan jika ia duduk, ia duduk seperti seekor kura-kura, seekor kura-kura yang menarik dirinya sendiri dan ia membuat dirinya seperti sebuah benteng. Artinya indrianya ada dibawah penguasaannya dan hanya ia sendiri dapat menguasainya. Arjuna, jika manusia dapat menenangkan pikirannya

Sanjaya Drestarata

Krishna

17 maka dia akan mendapat ketenangan, takkan tergoda oleh nafsu yang jahat dan tak dapat digoyahkan. Orang biasa memusatkan pikirannya pada kesenangan-kesenangan hawa nafsu dan pemusatan pada kesenangan ini melemahkan dirinya sendiri. Hai Arjuna, dari kelemahan atau keinginan- keinginan ini lahirlah nafsu dan jika nafsu tidak terpuaskan maka yang akan lahir adalah kemarahan. Dan kini setelah kemarahan lahir dan menguasai orang itu lebih banyak daya tarik terhadap kesenangan-kesenangan nafsu birahi. Jika daya tarik nafsu berkembang maka kemampuan berpikir akan berantakan, jika kemampuan pikiran berantakan orang pandai itu di hancurkan, jika orang pandai telah hancur maka hancurlah seluruh manusia. Hai putra kunti, daya tarik keinginan membawamu pada kehancuran dari kepandaianmu. Pikirlah Arjuna, orang yang tidak mempunyai kepandaian bagaimana ia mencapai kedamaian. Ia tidak dapat membedakan antara damai dengan kekacauan. Dan bagaimana orang yang tak dapat membedakan kedamaian dan kekacauan dapat tetap merasa bahagia. Arjuna, bagaikan badai angin menyesatkan sebuah perahu begitu juga nafsu dapat menyesatkan orang yang pandai. Jika indriamu kurang sehat kau tak dapat melakukan kehendakmu dan semua akan jadi musnah bagai batu hanyut dalam air. Maka itu hai pemberani, simpanlah indriamu dibawah penguasaanmu dengan demikian kau takkan terjatuh. Arjuna, dengar dan camkan kenyataan-kenyataan ini. jika dunia tertidur pertapa terjaga dan jika dunia terjaga para pertapa tidur. Arjuna Krishna : Apa arti tidur dan terjaga? Serta siang dan malam? : Aku tidak berbicara tentang siang dan malam Arjuna! Aku hanya berbicara tentang tidur dan terjaga. Orang biasa menghabiskan waktu terjaganya untuk mendapatkan dan menikmati sesuatu itu sasaran upaya kesadarannya. Jika ia lapar maka ia ingin makan, jika ia haus ia membutuhkan air, dan jika ia ingin melindungi dirinya dari cuaca ia ingin rumah, cara berpikirnya berdasarkan pokok. Tapi pertapa atau orang yang tak tergoyahkan berpikir seimbang, ia memandang jauh dari batas lapar dan haus pribadinya, ia tidak berpikir tentang buah yang jatuh dari pohon, ia berpikir tentang pohonnya ia berpikir tentang hutannya. Manusia biasa ingin kayu untuk api maka ia akan terus menebang pohon-pohon itu sampai seluruh hutan hancur, tapi pertapa bahkan tidak pernah berpikir tentang hasil dan buahnya, ia berpikir tentang pentingya hutan-hutan itu, ia juga berpikir hubungan hutan itu dengan musim. Dan itu Arjuna, siang hari bagi manusia biasa adalah malam bagi pertapa karena ia telah melampui batas kemampuan orang biasa dan malam hari bagi seorang manusia biasa adalah siang bagi pertapa, karena

hanya dengan ketenangan matahari kesadarannya timbul Arjuna. Bagi seorang pertapa ada masalah-masalah, ada juga pemecahan masalah-masalah itu dan inilah yang membedakannya dari manusia biasa. Jika manusia lupa akan tugasnya ia tak akan berhasil dalam perjalanannya, kekalahan akan selalu membayanginya dan ia tak akan mencapai tujuannya. Arjuna, kebenaran tidak terjangkau oleh kemampuan indria, bukan seorang pertapa tidak merasa lapar, ia merasakan tetapi ia tidak perdulikan kelaparan itu dan berpikir apa obat lapar itu. Maka itu siang hari bagi orang biasa malam bagi pertapa dan orang yang menyelamatkan dirinya dari malam hari orang biasa dialah yang tak tergoyahkan. Manusia biasa seperti sungai-sungai yang selalu mengalir dalam kegelisahan tapi mereka tidak menyadari akan tujuannya, mereka terus mengalir tanpa kesadaran karena mereka berpikir bahwa mengalir adalah tindakan mereka, mereka mengosongkan semua air dan semua tindakan mereka kedalam samudra yang luas, namun lautan itu walaupun demikian tidak melampui batas-batas pantainya, seperti halnya sungai-sungai hawa nafsu selalu menghanyutkan orang biasa, tapi ketika sampai pada seorang pertapa mereka menyerap air itu dan tidak pernah bisa melampui batasnya. Kau juga menjadi sebuah lautan, lautan adalah pertapa, orang yang berpengetahuan, dan kau juga berpengetahuan karena itu adalah yang terbaik. Arjuna : Oh Rsikesa, oh Yogiswara, oh Giana Murti. Jika pengetahuan lebih tinggi dari suatu tindakan lalu mengapa kau melibatkanku dalam perang ini? Mengapa aku harus terlibat dalam perang ini? Kesawa, kau membuat aku bingung, jika pengetahuan lebih baik, mengapa kau lakukan perbuatan ini? mengapa bertempur? Mengapa aku tidak jadi pertapa? Aku sedang mencari jalan kesejahtraan, tunjukanlah jalannya padaku Kesawa, tunjukanlah! : Jika manusia tidak merasa berdosa mengapa lari dari kenyataan? Dan jika ia bisa menghilhami yoga mengapa ia merasa dirinya lemah? Wahai Arjuna, ada dua macam manusia didunia ini: yang egois dan yang tidak egois. Mereka-mereka yang egois mencari Tuhan dalam diri mereka sendiri, dalam diri mereka. Sadangkan yang tidak egois mereka keluar dari dirinya dan mencoba mencari Tuhan mereka itu. Tapi tak ada pelarian dari suatu tindakan karena mencari diri mereka sendiri adalah juga merupakan suatu tindakan. Maka Arjuna, hanya ada dua jalan ini: Filsafat Pengetahuan dan Filsafat Tindakan. : Kesawa, mengapa tak ku temui filsafat pengetahuan? : Hehehehe.....! ketehuilah filsafat pengetahuan tidak berarti

Krishna

Arjuna Krishna

19 meniadakan tindakan, ini bukan jalan keberhasilan, karena hidup tak mungkin tanpa tindakan. Jika engkau mempunyai mata tentu kau dapat melihat, kelopak matamu tentu akan berkedip. Pada jalan tindakan indria seseorang akan mencoba dengan paksa, ia menekan indrianya tapi membebaskan nafsunya ia bukan ahli filsafat juga tak berpengetahuan, ia adalah orang munafik. Karena ia berhasil menguasai indrianya tetapi orang itu tidak mau menekannya, padahal dia tidak hidup dengan mata tertutup, tubuh tak mungkin mengarungi hidup tanpa tindakan, dengan hidungnya seseorang tentu akan mencium jika ada bau harum atau busuk di udara, mau tidak mau dia harus mencium bau itu. Jika sekelilingnya ada suatu lagu, suatu suara atau suatu keributan, maka telinganya tidak akan menunggu untuk mendengar semua suara disekelilingnya itu. Maka orang yang mampu menguasai indrianya dan menyimpannya di bawah penguasaan kesadarannya dan memberi pengarahan untuk melakukan tindakan itulah yang paling mulia. Ia mengerti pilihanpilihan yang di depannya dan menggunakan kemampuannya untuk membuat keputusan. Lebih baik kau melakukan tindakan yang harus kau lakukan dari pada tidak berbuat apa-apa, harus diakui bahwa mata adalah untuk melihat, tapi apa yang dilihat dan apa yang tidak keputusan ini diambil oleh orang yang berpengetahuan, ia tidak memberi kebebasan bagi mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan kaki untuk melangkah. Pada waktu pilihan ini, yang berpengetahuan dan yang tidak terlihat berbeda. Maka itu tindakan adalah perlu karena sebenarnya tubuh tak dapat hidup tanpa tindakan itu. Tapi Arjuna, bertindaklah seperti orang yang berpengetahuan, bertindaklah Arjuna. Kebaikan dan keburukan itulah yang disebut karma, jika manusia memandang dengan baik itupun disebut karma, jika manusia berbuat kebaikan untuk kepentingan masa depannya dia akan mendapatkan pahala dan itupun disebut karma. Arjuna, bertindaklah seperti korban yang disembahkan, tindakan adalah persembahan dari yadnya atau korban dan arahnya adalah Brahman, karena jalan itu membimbingmu langsung pada Brahman. Maka dari itu, orang-orang yang tidak menyumbang pada kemajuan umat manusia hidupnya menjadi tidak berarti sedikitpun. Jangan kau mengarah pada jalan yang tidak berharga ini, memikirkan kepentingan pribadi adalah suatu dosa, Arjuna. Maka jangan kau lakukan, jangan Arjuna. Keluarkan dirimu dari jaring-jaring hayalan serta sadarlah akan tugasmu dan lakukanlah. Arjuna, keinginan akan buah dari suatu tindakan adalah rintangan jalan itu, dan keinginan akan buah suatu tindakan adalah batu berat disekitar leher yang membuat orang tinggi hati. Inilah yang memotong ikatan orang itu dari masyarakat dan mendorongnya kedalam kancah perhitungan keuntungan dan kerugian. Masyarakat bukan bagian

darimu, kaulah bagian darinya. Dari itu peliharalah kebajikan masyarakat untuk menyadarkanmu akan kewajibanmu itu, karena apa yang berguna bagi masyarakat adalah juga berguna bagi dirimu. Tindakan harus ditujukan bagi masyarakat dari situlah kau akan mencapai keberhasilan. Keuntungan pribadi menyeret orang kejalan dosa, karena orang itu akan kehilangan arah pada jalan keberhasilan pribadi. Dan Arjuna, jangan kau lupa bahwa kau adalah orang yang hebat dan orang akan menganggap dirimu sebagai tauladan dan mengikutimu pada jalan hawa nafsu dan egoisme, karena tindakan seorang pemimpin itu akan dijadikan suri tauladan bagi yang lain. Dengarlah, Aku adalah merupakan suatu kekuatan yang tak ingin melihat penyiksaan, dan karena hidup adalah karma, jalankan tugas sampai selesai. Dalam ketiga dunia Aku tidak perlu berbuat sesuatu Arjuna, dan dalam ketiga dunia itu, tak ada yang tak dapat Ku capai dan yang ingin Ku capai. Sekarang Aku ada di depanmu Arjuna. Aku sedang melakukan tugasku, aku sedang melakukan dan membuktikan bahwa adalah mungkin bagimu untuk menjalani hidupmu dengan menempuh jalan yang tidak mementingkan diri sendiri! Drestarata menayakan kepada Sanjaya, apa saja yang dikatakan oleh Sri Krishna. Drestarata Sanjaya Drestarata Sanjaya : Sanjaya. Apa yang sedang dikatakan Basudeva? : Maharaja, pada titik tertentu suara Krishna kedengarannya agak lain seperti bukan dia sendiri yang sedang bicara. : Siapa lagi? : Maharaja, aku tidak tahu apakah Arjuna mengerti? Tetapi tidak ada orang lain selain Bhatara Narayana yang dapat bicara seperti itu. Tidak ada orang lain yang dapat berkata bahwa dalam ke tiga dunia tidak ada sesuatu yang tidak ia dapat capai jika ia ingin mencapainya. Ia berkata bahwa tidak ada perbuatannya yang tidak bernilai, tetapi tetap saja ia lakukan tugasnya. Jika ia ingin melakukan tugasnya, ia mengambil sendiri sebagai contoh bahwa seluruh dunia akan berhenti melakukan tugasnya. Seluruh masyarakat akan musnah dan ia harus bertanggung jawab atas kehancuran dunia ini. : Sanjaya, ini tidak dapat dikatakan oleh orang biasa atau luar biasa. Seandainya kata-kata ini diucapkan oleh seorang Brahma Rsi, katakata itu dapat berarti pamer keakuan. : Tetapi dari pembicaraan Basudeva tidak ada secuilpun tentang

Drestarata

Sanjaya

21 keakuan. Drestarata : Itu sangatlah menakutkan Sanjaya, jika ia meminta padaku untuk mengangkat busurku, maka aku akan lupakan kebutaanku dan mengangkat busurku. Sanjaya, apakah Arjuna akan mengangkat busurnya? : Aku dapat menjawab pertanyaan ini Maharaja. Tetapi tentang masa depan diluar kuasaku, jika Yang Kuasa menghendaki bahwa orang harus mengetahui masa depan, maka Ia akan beri kekuasaan itu, karena itulah hadirkanlah masa depanmu untuk muncul dari masa kini. Masa penantian ini adalah yang terbaik bagimu. : Mungkin, apa yang kau katakan adalah benar. Mungkin juga aku mengetahui akibatnya dari peperangan yang akan terjadi ini, namun aku tetap berharap akibat perang ini tidak akan menjadi apa yang mereka harapkan. Sampai kemarin aku terus berpikir, aku ayah dari seratus putra, maka aku tidak akan pernah sendiri, tidak akan. Akan tetapi, aku akan sendiri Sanjaya. Maka itu biarkan aku memegang jari jemarimu sebagai mata, bawa aku ke Kurusetra. Drestarata meminta menceritakan keadaan di Kurusetra. Krishna Sanjaya untuk terus

Sanjaya

Drestarata

: Karma adalah perbuatan baik dan buruk. Jika manusia berbuat baik dan berbakti itulah karma. Karma itu ada dimana-mana. Hai Bharata, orang bodoh pun melakukan tugasnya, tetapi dengan cara mementingkan dirinya sendiri. Tindakan dari orang yang pandai tidak bersifat egois. Artinya untuk tetap mantap bagi keseimbangan dunia ini, untuk kebajikan masyarakat. Dari itu Arjuna, jangan kau menyalahkan dirimu sendiri. Tunjukkan padaku berperanglah untuk keadilan. Kematian dalam tugasmu menjadi bermanfaat walaupun kau membunuh gurumu, kakekmu, saudaramu, dan siapapun yang menjadi musuhmu dalam perang itu dan kau tidak berbuat dosa, sebab melakukan tugas bukanlah suatu dosa, melakukan tugas bukanlah dosa Arjuna. Jika mereka pertaruhkan nyawa-nyawa mereka di medan perang kematian itu bertuah, dan jika kau pertaruhkan hidupmu kematianmu pun bertuah. Dari itu Arjuna, berperanglah karena jalan keadilan tidak akan menjadi jalan dosa. : Selagi kita bicara mengenai dosa, jelaskanlah padaku mengapa orang harus berdosa? Siapa memaksanya? : Hawa nafsunyalah yang memaksanya Arjuna, sifat egois yang tidak berguna itulah yang memaksanya, ikatan pada keinginan membuatnya melakukan dosa, kenalilah musuh-musuhmu ini

Arjuna Krishna

Arjuna. Tepatnya seperti asap meliputi api, debu memudarkan cermin, atau selaput meliputi janin, bagai hawa nafsu membalut kesadaran. Kau harus dengarkan ini, nafsu akan membawa kemenangan jika manusia berbuat baik dan tidak mundur dari kebenaran tapi dapat juga menjatuhkan yang sombong. Bara hawa nafsu menghancurkan pengetahuan, maka itu merupakan musuh orang pandai. Hai Arjuna, bersihkan cermin itu, matikanlah nyala api itu, dan kendalikanlah indriamu, bunuh penghancur pengetahuan dan akal budhi, api itu memang berbahaya tapi api juga ada gunanya, jika manusia tak dikejar nafsu tak akan menyurut api peperangan. Arjuna, indria lebih tinggi daripada yang tanpa hidup, dan pikiran lebih mulia dari indria, orang pandai lebih mulia dari pikiran, dan jiwa lebih mulia dari kepandaian. Maka renungkanlah tentang jiwa, cobalah renungkan untuk muncul lebih tinggi dari tubuh, indria, pikiran dan kepandaian. Arjuna, kau adalah penganutku dan juga kawanku. Maka dari itu aku menjelaskan filsafat ini yang telah lama tersembunyi. Dari saat awal penciptaan alam Aku telah memberikannya kepada matahari, matahari telah memberikannya pada Manu, dan dari Manu sampai pada keturunan Isvaku. Arjuna : Pada Matahari? Kau memberi filsafat ini pada matahari? Tapi Kesawa, kau dilahirkan pada zaman sekarang ini dan Bhatara Surya adalah purba. Bagaimana ku terima bahwa kau telah memberi filsafat itu kepada matahari? Jelaskanlah! : Kita semua tak dapat menentukan, semua ada di tangan Yang Kuasa. Sebagai pesuruh kita hanya melaksanakan apapun yang telah diperintahkannya. Arjuna, telah ada banyak kelahiran bagiku dan bagimu, aku ingat semua kelahiran itu, tapi kau tidak mengingatnya. Hai pemberani, Aku adalah yang tak terlahirkan, tak terhancurkan dan penguasa semua makhluk hidup, tapi aku telah mengesampingkan sifat-sifat dasarku dan telah Ku tunjukan diri Ku dengan hayalan filsafatKu. Dharma adalah kemenangan, jika manusia hanya memikirkan segala sesuatu tentang kebaikan, keburukan menjatuhkan segalanya. Karena itu janganlah lupa Arjuna, akan semua yang menjadi kewajiban, kewajiban yang harus dilaksanakan, Janganlah hal itu disepelekan. Arjuna, Aku memutuskan, Aku datang, bila mana keadilan dipertaruhkan Aku pasti datang, bila ketidakadilan makin meningkat Aku akan datang, untuk melindungi yang baik Aku datang, untuk menghancurkan yang buruk Aku datang, Aku datang untuk menentukan keadilan, Aku dilahirkan dari zaman ke zaman. : Tapi Kesawa, mengapa keadilan dipertaruhkan?

Krishna

Arjuna

23 Krishna : Keadilan dipertaruhkan Arjuna, karena manusia tak dapat memutuskan belenggu keinginannya, tak dapat menghilangkan egoismenya dan berhubungan dengan masyarakat. Arjuna, seandainya tidak begitu, peristiwa istana kardus tak akan terjadi, penelanjangan Drupadi tak akan terjadi, dan hari ini pasukan para Pandawa dan pasukan Korawa tak akan berhadapan satu sama lain. : Apakah seharusnya aku tidak marah pada saat Drupadi ditelanjangi? : Keputusan ini harus kau ambil Arjuna. Tapi peristiwa penelanjangan Drupadi bukan hanya masalah pribadimu, masyarakat yang tetap tinggal diam dengan ditelanjanginya Drupadi, pasti tak dapat menyelamatkan kehormatan seorang wanita biasa. Peristiwa penelanjangan Drupadi adalah merupakan masalah kemasyarakatan, dan itu adalah merupakan tugasmu Arjuna, adalah tugasmu. Tugasmu untuk berperang menghancurkan kekuatan yang dapat melakukan penelanjangan, seperti peristiwa yang dialami Drupadi. Kekuatan itu adalah musuh terbesar masyarakat, dan sekarang orang-orang hebat yang memiliki kekuatan itu telah datang untuk berperang, maka jangan kau ragu untuk menghadapi mereka. Bebaskan dirimu dari belenggu kemarahan dan keinginan pribadi Arjuna dan bertempurlah demi kebaikan rakyat, karena ini adalah kewajibanmu. Lihatlah padaKu, atas dasar sifat-sifat dan tindakantindakan khusus Aku telah menciptakan masyarakat, tapi Aku sama sekali tidak pernah merindukan buah ciptaan ini. Namun, biarpun sebagai pencipta aku bukan pencipta. Dan ia yang mengetahui rahasia ini tak akan pernah terbelenggu oleh tindakannya. Tak ada sesuatu yang harus didiamkan, jika tindakan musuh didiamkan artinya kita manusia yang lemah dan karma tidak menerima hal itu. Aku tidak inginkan buah tindakanku, maka tindakan itu tak dapat menodaiku, kau juga harus melakukan tindakan Arjuna, tapi tindakan yang tidak bersifat mementingkan diri sendiri yang tak berguna. Arjuna, camkan perbedaan antara tindakan yang benar dan yang salah. : Apakah perbedaan tindakan yang benar dan tindakan yang salah Kesawa? : Tindakan yang dilakukan tanpa keinginan untuk mendapatkan buahnya adalah tindakan yang benar dan berguna. Tapi tindakan yang tidak berguna bagi pribadi dan masyarakat adalah tindakan yang salah tak berguna. Tindakan adalah lebih mulia, begitu juga bagi yang melakukan. Dan Arjuna, ia yang bukan pelaku, ia yang bebas dari keinginan akan buah tindakan adalah orang pandai, orang yang berfilsafat, dan orang yang berilmu pengetahuan. Baginya

Arjuna Krishna

Arjuna Krishna

tindakan adalah juga buah tindakan, maka ia tidak menunggu buah tindakan yang sudah dilakukan, akan tetapi bergerak untuk bertindak terus menerus untuk melakukan tindakan-tindakan yang lain. Bara api pengetahuannya membakar keinginan, kemarahan, iri hati, keuntungan, kerugiaan, kesedihan dan juga kebahagiaan. Dan sekaligus memurnikan tindakannya. Dan tindakannya menjadi bukan tindakan, dan ia menjadi bukan pelaku, dan ia juga orang pandai, kecuali hanya untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya, dia tak berbuat apa-apa untuk dirinya, kebanyakan tindakannya adalah untuk kebaikan masyarakat, dan orang ini sewaktu menjalankan tugasnya tidak ternodai oleh dosa. Sehingga hidupnya menjadi sangat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hai putra Kunti, hidup seseorang macam itu adalah pengorbanan. Kau juga menjadikan hidupmu persembahan kedalam api suci dan membakar kedalamnya keinginan akan buah tindakan dan kemarahan, sebagai persembahan. Arjuna Krishna : Dan apakah korban itu? : Orang mengartikan kata korban itu dengan pengertian yang berbeda Arjuna. Bagi beberapa orang korban adalah bentuk Sang Pencipta, bagi mereka semuanya adalah Sang Pencipta. Beberapa orang melakukan korban untuk menyenangkan Dewata. Bagi mereka memuja adalah korban. Ada juga yang menyebut menunggalkan jiwa ke dalam Yang Kuasa adalah korban. Seperti korban-korban ini, persembahan juga mempunyai bentuk yang berbeda-beda, ada yang mempersembahkan kekayaan, adapula perbuatan, tapi dalam kenyataannya ada 4 (empat) macam korban, pertama korban materi: korban yang berupa bahan-bahan yang dipakai untuk kebaikan masyarakat, artinya korban ini untuk rakyat. Kedua korban tapa berata: jika orang membuat hidupnya menjadi tapa berata, maka hidupnya menjadi korban tapa berata. Arjuna, untuk melakukan sebuah tugas juga korban, tugas ini bukannya terkungkung oleh satu aliran, tugas ini dihormati dan berguna bagi perorangan dan masyarakat. Yang ketiga adalah Yoga: dalam korban ini upayanya adalah perenungan. Orang menempuh jalan perenungan dan juga bersemadi. Dia mempersembahkan seluruh nafas dan hidupnya. Korban keempat : ilmu pengetahuan. Sesungguhnya keempat korban ini sama pentingya. Namun, korban ilmu pengetahuan yang paling tinggi, karena hal itulah yang membantu membedakan yang baik dan yang buruk, dan dengan membakar segala perbuatan ke dalam bara api membuatnya murni dan bertuah. Ilmu pengetahuan adalah merupakan intisari untuk mengangkat perbuatan, dan hanya ilmu pengetahuan akan membebaskanmu dari belenggu keinginan.

25 Arjuna, lautan dosa ini hanya dapat disebrangi oleh perahu ilmu pengetahuan. Tuhan (Brahman) yang meliputi segalanya menjadi saksi segalanya : Sri Krishna berkata kepada Arjuna: Ku katakan kepadamu bahwa didunia adalah tempat perbuatanmu, dan kau akan diatur oleh peraturan atas tindakan dan perbuatan itu. Janganlah mencoba menghindari perbuatanmu. Bertindaklah tanpa mengharapkan hasilnya, karena itu adalah kewajibanmu dan kewajiban adalah Dharmamu. Tetapi jika tindakanmu hanya untuk kepentingan dirimu sendiri, maka tindakan itu akan menjerumuskanmu ke dalam dosa. Karena itu bebaskanlah dirimu dari keinginan pribadimu, tunjukkanlah tindakanmu untuk kepentingan orang banyak, hanya inilah cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Semua perbuatan adalah perangkap dari keinginan, hayalan, dan kemarahan. Dan mereka yang terperangkap bagaimana akan dibimbing untuk mendapatkan kebahagiaan. Jika masyarakat tidak bahagia maka setiap pribadi pun tak bisa bahagia, jika masyarakat menangis maka ketahuilah juga matamu pun akan menitikkan air mata. Kau adalah bagian dari masyarakat, maka jadikanlah dirimu sebagai bagian dari mereka, jangan menganggap dirimu pemimpin, di sanalah letak kebajikanmu dan pengetahuanmu adalah lebih mulia dan bagi

yang memiliki pengetahuan hidup adalah pengorbanan.Krishna : Jika kau memandu janganlah ragu, karena hidup adalah merupakan titipan. Melakukan tugas mulia adalah tujuan hidup, jika takut kau bukan pahlawan. Kau juga harus mendayung perahu pengetahuan dan menyeberangi lautan dosa dan juga mengerti bahwa ketika api pengetahuan disulut, maka semuanya akan musnah, seperti api pengetahuan membakar habis hasrat akan hasil perbuatan dan kemarahan yang membara karena ketidakmampuan mendapatkan buah dan keinginan yang terdorong oleh amarah. Arjuna, ingatlah selalu akan petuah ini! bahwa diseluruh dunia tidak ada yang semulia pengetahuan, tidak juga filsafat kehidupan. Pengetahuan adalah yang termulia. Tunanetra memiliki perasaan, dapat merasakan apa yang terjadi, manusia harus melakukan tugasnya dan pengetahuan tidak boleh didiamkan. Orang yang bodoh tidak memiliki kepercayaan serta selalu merasa cemas dan takut akan kehancuran dan tidak bahagia dalam hidupnya dan mereka tidak mendapatkan kedamaian dunia dan akhirat. Maka itu Arjuna, tinggalkan keraguan dan bangkitkan kesadaran suci dalam dirimu.

Jadilah orang terpelajar dan berjanjilah untuk hidup dalam gelimang ilmu pengetahuan dan juga kesucian. Arjuna Krishna : Bagaimana caranya kau tahu tentang kesucian dan filsafat hidup? : Hehehehe....! Mereka tidak bertentangan satu sama lain Arjuna, bahka mereka sangat menguntungkan. Diantara kedunya filsafat tindakanlah yang terbaik. : Mengapa? Bagaimana? : Seseorang yang jauh dari kedengkian, keinginan, dan keangkuhan, dialah yang benar-benar mulia. Dia membimbing dirinya sesuai ajaran itu dan membebaskannya dari belenggu keduniawian. Inilah beda antar tapa berata dan tindakan filsafat kehidupan. Adalah bodoh bila orang padai tidak berpikir demikian. Sesungguhnya tindakan pengorbanan adalah yang tidak menguntungkan diri sendiri, karena itu tanpa filsafat tindakan seseorang tidak dapat meraih tindakan tapa berata. Seorang ahli filsafat tindakan memiliki pengetahuan dari berbagai unsur, melihat dan tidak, mendengar dan tidak, terjaga dan tidak, untuk mengambil dan tidak mengambil suatu tindakan untuk kebaikan umat manusia. Karena itu ia terhindar dari dosa seperti juga bunga teratai, ia selalu terhidar dari air meskipun ia di atas air. Bagaikan air laut yang tenang jika badai dan topan datang menerpa tak ada yang berani melawannya, inilah yang disebut kekuatan. Hai Dananjaya, ahli filsafat tindakan mengorbankan hasilnya untuk mencapai kekuatan terakhir dan untuk berada dalam suasana bahagia dengan sembilan pintu. Drestarata bertanya kepada Sanjaya, tentang arti filsafat yang dibicarakan oleh Sri Krishna. Drestarata Sanjaya : Mungkinkah tubuh mempunyai sembilan pintu? : Basudeva bicara tentang dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, mulut dan bagian tubuh untuk pembuangan, dan bagian tubuh untuk melahirkan. Arti kata-katanya ialah jiwa seseorang yang melaksanakan tindakan tanpa kepentingan dirinya dapat mendiami jasmani dengan bahagia, karena jiwa tidak dapat tinggal tenang dalam tubuh yang diliputi oleh hawa nafsu. : Aku tidak pernah berpikir kearah situ Sanjaya. : Seandainya manusia tidak pernah menyerah berpikir kearah sana. Apa gunanya Basudeva mengatakan semuanya itu. : Mari kita tinjau lebih jauh, rumah dengan sembilan pintu.

Arjuna Krishna

Drestarata Sanjaya Drestarata

27 Sanjaya Krishna : Basudeva berkata..... : Alasan kesesatan manusia adalah kebodohan menyelubungi pengetahuannya Arjuna. Tapi ketika pengetahuan menghancurkan kebodohannya, maka pengetahuan menyinarinya bagai mentari menyinari dunia. Dan orang yang memiliki pengetahuan menemukan tujuan utama hidupnya. Mereka tidak harus dilahirkan atau lahir kembali, mereka mencapai kelepasan jiwa dalam kehidupan ini. Arjuna, hakekat hidup manusia adalah sangat penting, karena setelah itu jiwamu masih tetap ada, sedangkan kau tidak ada. Maka jadikanlah kehidupan ini berarti dan berguna bagi masyarakat Arjuna. Pengetahuan adalah cahaya, maka raihlah cahaya itu. Jika kau dapat melakukannya, kau akan selamat dari hayalan sesat ini, hayalan yang menjerumuskan. Dan jika kau selamat dari keadaan ini, kau akan mencapai kedamaian. Hai Dananjaya, jalan menuju kedamaian itu adalah Aku. Bagi mereka yang menerima Aku sebagai arah pengorbanannya dan penolong kesejahtraan manusia, mereka akan mencapai kedamaian. Jika kau menerima Aku sebagai penolongmu Arjuna, dengarkanlah Aku dan bertempurlah, karena tanpa bertempur kau tidak akan mencapai kedamaian. Melarikan diri dari tugasmu bukanlah jalan menuju kedamaian Arjuna. Perang ini adalah kewajibanmu, maka lakukanlah tugasmu dengan baik dan jangan kau memikirkan akibatnya. Siapa yang akan gugur dan siapa yang akan hidup bukan masalahmu. Hai Arjuna, apa yang dikatakan pertapa kau terima sebagai suatu filsafat dan membebaskan dirimu dari keraguan, cemburu, dan hasrat pribadi. Bertempurlah karena tanpa itu kau tak akan menjadi ahli filsafat. Hidup ini penuh dengan penderitaan, bagai bunga yang tak pernah disiram, manusia yang tak mau berperang demi rakyat maka hatinya tak akan tenang. Ini adalah tugas manusia yang tak ingin dirinya direndahkan, maka dia persembahkan dirinya sendiri, manusia adalah merupakan temannya dan juga musuhnya. Seseorang yang dapat mengendalikan keakuannya, pikirannya, dan indrianya adalah merupakan temannya. Dan orang yang dikendalikan oleh semua itu adalah merupakan musuhnya. Orang yang tetap tenang selama musim dingin, musim panas, kebahagiaan dan juga kesedihan, terhormat dan terhina, mereka yang memiliki semua itu selalu dalam bimbingan Yang Maha Kuasa. Arjuna, seseorang yang banyak makan tapi tak pernah merasa kenyang, seorang yang terlalu banyak tidur tapi tak pernah merasa tidur, tak akan meraih filsafat ini. Kehidupan selalu seimbang Arjuna, dan seseorang yang hidup dalam keseimbangan kehidupan, ia akan jauh dari ketidakbahagiaan, seperti juga halnya cahaya lampu yang tidak bergoyang di tempatnya dan selamat dari angin yang berhembus kearahnya. Juga

seperti ahli filsafat terbebas dari ikatan keinginannya. Jangan biarkan pikiran sesuai keinginan, awasi dan kendalikanlah dengan jiwamu. Lihatlah Aku Arjuna, lihatlah Aku, seseorang yang melihat padaKu berbagai arah dan dalam setiap benda, dia tak akan pernah tersesat. Dan mereka yang tidak melupakanKu, Aku tak akan melupakannya. Walau ia hidup dimaya pada ini dia terpisah dari dunia dan berada bersamaKu. Hai Arjuna, pertapa yang mengambil suka duka orang lain sebagai suka dukanya sendiri, dialah yag maha besar. Pendeta yang selalu merasa dirinya benar, maka ia bukanlah pendeta. Pendeta yang tak puas dengan tapanya, dia ingin mendapatkan ilmu yang lebih banyak. Arjuna Krishna Arjuna : Ketika mengikuti jalan yoga, pikiran tak menerawang? : Mengapa tak menerawang? Pikiran pasti menerawang. : Kesawa, apakah perjalanan meraih Brahman akibat pikiran yang menerawang? Seseorang yang pikirannya sedang menerawang apakah tak akan terpecah? : Semoga dunia ini atau lainnya yang merupakan hasil suatu karya yang baik tidak akan pernah hacur. Hai putra Kunti, pusatkanlah pikiranmu dan bergantunglah padaKu melakukan yoga. Kau akan menerima ilmuKu dengan lengkap dan pasti. Hai Dananjaya, Aku adalah merupakan kebenaran terakhir. Akulah yang mengikat seluruh alam ini bagai seuntai kalung manik-manik. Hai putra Kunti. Aku adalah cairan dalam air. Akulah cahaya bulan dan juga cahaya matahari. Aku adalah nyanyian suci dalam kitab suci Veda. Aku adalah bau alami bumi. Aku adalah nyalanya api. Aku hidup dalam kehidupan. Aku penebus dosa tapa berata. Hai Arjuna, Aku adalah benih awal. Aku otak cendikiawan. Akulah masyurnya yang termasyur. Dalam kekuatan Aku kekuatan tanpa nafsu. Dan Akulah nafsu yang menghentikan jika mereka menentang dharma. Aku ada Arjuna dalam diri setiap orang. Namun, Aku berada diluar setiap orang. Hai Arjuna, Aku mengetahui seluruh kehidupan, dari kehidupan masa lalu, kehidupan masa kini hingga kehidupan masa yang akan datang, tapi tak seorang pun yang mengetahui. Aku adalah bapak dunia ini, ibu dan juga pengasuh. Aku adalah Reg. Veda dan juga Sama Veda. Aku adalah tuan dan juga budak. Aku pencipta dan juga pemusnah. Aku mendukung setiap orang Arjuna. Aku adalah segalanya, segalanya. Aku adalah panas dan juga hujan. Arjuna, Aku benih dunia yang tak termusnahkan. Aku adalah sahabat semua orang, tapi Aku sejajar dengan yang lainnya. Aku tak mencintai siapapun juga membenci. Bagi mereka yang memujaKu, mereka ada di dalamKu, dan Aku berada dalam

Krishna

29 mereka. Jangan membenci siapapun dalam hidup ini jika kau disakiti lawanlah, karena kau membalas dengan kebenaran, dan kebenaran selalu membawa kemenangan. Arjuna : Krishna, Kau Dewata agung. Sang pencipta. Kau kekekalan. DiriMu adalah perwujudan Yang Maha Tahu. Giridara, hanya Kau yang mengetahui tentang diriMu. Oh Giamurti, mutiara kebijaksanaan, bagaimana aku mengenalMu? Bagaimana aku mengetahuiMu? Katakanlah padaku! : Hai putra Kunti, tidak ada akhir sama sekali dari rincianKu. Aku adalah jiwa semua makhluk hidup, semuanya. Bagai bunga memerlukan air, maka manusia memerlukan penasehat yang memberikan pengarahan yang benar agar dapat mencapai tujuannya. Hai Arjuna, Aku adalah permulaan, pertengahan dan juga akhir dari segalanya. Aku wisnu diantara leluhur. Mariji diantara marus. Dalam tata surya Aku matahari, juga bulan. Aku adalah pelindungmu Arjuna, dan Akulah sungai yang memberi air, agar semua umat dapat menikmati, itulah yang disebut Veda dan kewajiban. Diantara Veda Aku Sama Veda. Diantara para dewa Aku Bhatara Indra, Akulah Bhatara Indra. Diantara Rudra Aku Sangkera. Diantara manusia setengah dewa Aku Kubera. Diantara Pasus Aku Api. Diantara gunung Aku Semeru. Diantara pendeta Aku Bhrahaspati. Diantara pemimpin Aku Kartikeya. Antara air Aku lautan. Diantara para pembicara Aku adalah Omkara. Antara yajna Aku Jayayajna. Diantara hariga Aku Himalaya. Diantara pohon Aku manusia. Antara Dewa Risi Aku Narada. Diantara gandarwa Aku Citrarata. Antara Sida Aku manikapila. Hai pahlawan, diantara kuda Aku Usassrawa yang lahir jauh dari kenikmatan. Diantara gajah Aku Airawata. Diantara manusia Aku Narapati. Diantara senjata Aku Wajra. Diantara sapi Aku Kamandenu. Diantara ular kobra Aku adalah Seisanaga. Bagai matahari yang memberikan sinar dan panas, dan rembulan memberikan ketenangan, dimalam saat dingin menusuk tulang, itulah yang disebut kesabaran. Diantara roh jahat Aku Prahlada. Diantara naksa Aku Kala. Diantara binatang Aku Singa. Diantara burung Aku Garuda kendaraan Wisnu. Hai Dananjaya, diantara pengguna senjata Akulah Rama. Diantara sampah Aku Busa. Aku adalah waktu yang kekal Arjuna. Aku yang dapat menentukan kematian mereka, dan Aku dapat mengetahui kelahiran masa depan mereka. Dan ketahuilah Arjuna bahwasannya, tak ada awal bagi mereka yang tak berawal. Segala sesuatu memerlukan kesabaran, tapi kepedihan tak boleh ditahan, bagai luka yang tak mudah disembuhkan, hanya memperpanjang penderitaan. Diantara wanita Aku Kirti, Sriwarga, Semurti, Maeda

Krishna

dan juga Shama. Dari musim Aku Rituraja. Diantara cendikiawan Aku yang terpandai. Aku kematian, kemenangan, dan juga upaya. Diantara yadaya Aku Wasudewa. Diantara pandawa Aku Arjuna. Diantara pertapa Aku Wyasa. Dan diantara penyair Aku Sangkaracarya. Aku bagaikan burung garuda, penolong dalam menumpas kejahatan, punggungku adalah milik Arjuna, pahlawan perkasa di medan perang. Aku adalah benih pencipta Arjuna, seluruh benda hidup dan tidak hidup, tidak akan bisa ada tanpa Aku. Aku adalah pemberi nafas dan pemberi hidup. Arjuna : Oh Maha Tahu, penglihatanku telah terbuka, dan segala keraguan telah lenyap, yang kau katakan adalah kebenaran, dan tak ada kebenaran lain. Tapi oh Dewata, aku menginginkan Dharsana dalam wujud DewaMu. : Arjuna yang tak berdosa, dengan matamu ini belumlah cukup untuk dapat melihat wujudKu, untuk ini kau harus punya mata kesucian. Wahai sepasang mata yang lemah, pandanglah Aku dengan tajam, Aku adalah segalanya untukmu, jalanilah hidup ini, kewajiban dan karma jangan kau lupakan. Arjuna sedang menyaksikan Krishna dalam wujud kesejatiannya (Wisnu Satya) yang meliputi segalanya, dan merasa heran dan bahagia dengan keajaiban yang ia saksikan dengan mata kesucian yang dianugrahkan oleh Sri Krishna, dan juga ia merasa takut dan memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk kembali kewujud semula. Arjuna : Kau adalah dewa penyelamat yang selalu ku sayangi, dan diriku ini adalah hambamu, hidupku adalah juga hidupMu. Kau punya kekuatan yang sangat dahsyat. Dewata, aku merasa bahagia karena aku dapat menyaksikan suatu keajaiban yang belum pernah aku saksikan. Tapi oh dewata, aku merasa takut. Yang Maha Kuasa aku mohon padaMu, kembalilah pada wujudMu semula, kembalilah! Selain Arjuna, Sanjaya yang diberkati mata kesucian oleh Rsi Wyasa juga dapat menyaksikan keajaiban yang sama dengan yang disaksikan Arjuna, dan ia merasa heran dan tak bisa menjelaskan kepada Maharaja Drestarata. Drestarata Sanjaya : Apa? Bentuk Apa Sanjaya? : Aku tidak dapat, menggambarkan bentuknya yang luar biasa besarnya. Hanya kesucian hati yang bisa melihatnya. Yang Mulia, seandainya engkau mengajak Rsi Wyasa, pastilah engkau diberkahi untuk dapat melihat bentuknya yang luar biasa itu.

Krishna

31 Drestarata Sanjaya : Aku kira tidak perlu menunjukkan nasibku yang buruk Sanjaya. Katakan saja apa yang terjadi? : Baiklah Maharaja...! Sanjaya menerangkan kembali percakapan Arjuna dan Sri Krishna kepada Maha Raja Drestarata. Arjuna : Maafkan aku, Dewata! Maafkan aku! Oh Wisma Murti, oh Ananta, Oh Narayana, Oh Dayasangkara, maafkan aku sebagai teman, seorang teman! Sebagaimana seorang ayah memaafkan putranya, dan Yang Kuasa memaafkan pemujanya. Maafkanlah aku! : Hai putra Kunti, antara teman, ayah dan putra, Yang Kuasa dan pemujaNya, tidak ada permohonan maaf diantara mereka, dasar hubungan ini adalah kasih sayang, kepercayaan, dan pengabdian. Hidup ini jangan disia-siakan, jalankan tugas sesuai dengan yang ditakdirkan, tugas adalah tugas yang tak boleh dilupakan, harus ingat pula tentang karma dan kewajiban. Yogi terbaik adalah seseorang yang memusatkan pikirannya padaKu, dan yang menempatkan pikirannya padaKu, yang lenyap dalam diriKu, dan yang memujaKu dengan kepercayaan penuh. Maka itu Arjuna, memujaKu adalah yang terbaik, pemujaKu tidak akan pernah merasa bimbang. Dengarkan Aku Arjuna, dunia penuh dengan kotoran dan dosa, jika kau berbuat karma yang baik, kau akan bangga dan rakyat gembira, dan kau tak dikejar kerisauan. Arjuna, dunia ini ibarat pohon Bippala, yang akarnya di atas dan rantingnya berada di bawah, kitab Veda merupakan daunnya, bagi mereka yang memahami tentang ayat Veda akan mengerti, bahwa cabang-cabang pohon semua telah menyebar, menyebar keempat penjuru dunia, yang mana telah ditempa, oleh tiga sifat alam: sato guna, raja guna dan tapa guna. Akar-akarnya menyebar luas kedalam kehidupan seluruh umat manusia, pemahaman akan arti hakekat pohon ini, tidak mungkin terjadi di bumi ini, karena tidak ada satu manusia pun yang dapat melihat awal, akhir, apa dan dimana sandarannya. Tapi manusia dapat menebang pohon dunia ini dengan kapak penyangkalan diri, dapat mencapai kedudukan yang tertinggi, yang mana dia tak harus kembali lagi. Arjuna, penyangkalan diri adalah nama lain dari pembuangan hak egoisme. Jika kau ingin berpikir, maka pikirkanlah hanya Aku saja. Jika kau ingin memuja, pujalah Aku. Dan percayakanlah dirimu hanya kepada diriKu saja Arjuna. Datanglah keperlindunganKu, Aku akan membebaskanmu dari dosa. Jika kau ingin dipuja, laksanakan tugasmu dengan baik. Tapi jika kau ingin dihina, tinggalkan saja medan pertempuran. Jika kau inginkan kemenangan, bertempurlah sampai selesai. Jika kau

Krishna

menuruti nasehatKu, kau akan puas dan Aku pun bangga. Pusatkanlah pikiranmu padaKu, jadilah pemujaKu, hormatilah diriKu Arjuna. Jika kau melakukan ini maka Aku sangat yakin, kau pasti dapat mencapai diriKu sepenuhnya. Bebaskanlah tugasmu seluruhnya, dan datanglah keperlindunganKu, karena Aku akan membebaskan seluruh dosa-dosamu, maka janganlah kau berduka Arjuna, janganlah berduka. PemujaKu, penganutKu, Akulah karma, yoga, pati, dan pengetahuan, semua adalah sasaran utamaKu. Seperti ahli filsafat yang tak menginginkan apapun. Janganlah resah Arjuna, janganlah resah, percayalah padaKu. Hai Satria, ambillah gandewamu dan bertempurlah. Arjuna mengambil gandewanya dan siap untuk berperang melawan pasukan korawa setelah mendapatkan wejangan (pemahaman) dari Sri Krishna tentang Dharma, rahasia tugas, dan Filsafat. Sehingga Arjuna menjadi sadar tentang tugas dan kewajibannya sebagai seorang kesatria, dan melupakan kesedihan terhadap kakeknya, gurunya, sanak saudaranya, dan teman-temannya yang menjadi musuh dari pasukan pandawa dalam peperangan di Kurusetra. Sanjaya Drestarata : Arjuna putra Kunti telah mengambil gandewanya. : Berarti, kini akan terjadi perang. Oh Sanjaya, aku telah mengetahui akibat dari peperangan ini. Karena itu, jika kau ingin pergi, maka kau boleh pergi. Sejak aku tak mempunyai kereta, apa gunanya seorang kusir kereta. : Jika ini adalah titah Yang Mulia, sudah seharusnya aku taati. Tetapi aku tak ingin meninggalkan Yang Mulia : Jika kau masih ingin melayaniku, layanilah dengan tulus! Tetaplah menceritakan siapa yang paling dahulu terkena oleh panah Arjuna. Ceritakan bagaimana keadaan putraku, untuk tetap mempertahankan hidup mereka. Apakah perang sudah mulai Sanjaya? Putraku Duryodana pasti bersemangat untuk bertempur. : Dia bersemangat karena tak menyadari, akibat dari peperangan yang terjadi. : Tidak Sanjaya. Meskipun ia menyadari akibat peperangan ini. Dia tetap bersemagat untuk bertempur, dia satria tentunya tidak akan memperdulikan. : Seandainya Yang Mulia tidak buta, apakah Yang Mulia akan ikut dalam peperangan ini?

Sanjaya Drestarata

Sanjaya Drestarata

Sanjaya

33 Drestarata : Seharusnya kau tidak menayakan pertanyaan ini Sanjaya. Putraku Duryodana adalah buah dari pohon hasrat diriku sendiri, tapi mungkin aku tak akan membiarkan perang ini, dan jika peperangan tak dapat dihindarkan, maka aku akan berusaha agar pandawa mendahului peperangan ini, tetapi Wasudewa tidak akan membiarkan diriku. Ia salah paham antara putra-putraku dan keponakan-keponakanku. Tidak, tetapi ini adalah perang Wasudewa Krishna dan aku. : Jika Yang Mulia mengetahui hal ini. Mengapa Yang Mulia tak menghentikannya. : Aku seorang satria Sanjaya, aku tak dapat mengembalikan punggungku. Menurutku ini adalah keputusanku untuk peperangan yang menentukan. Biarkan perang terjadi. : Pikirkanlah Hastinapura Yang Mulia! : Aku harus memikirkan Hastinapura? Mengapa? Kapan Hastinapura memikirkanku? Dia hanya terpaku kendatipun aku raja. Tapi aku tidak dapat memerintah, aku hanya mewakili diri adikku saja. Tahukah kau penghinaan terhadap seorang kakak? Bahkan Hastinapura harus membayar atas ketidakadilan yang terjadi pada diriku. Perhitungan ini akan menjadi peristiwa yang besar bagi diriku juga Wasudewa, luka pandawa lukanya pula. Jika sekarang Widura di sini, maka dia pasti akan membidikan panah-panah kebijakan-kebijakan kepadaku. Tapi mengapa ada penundaan peperangan Sanjaya? : Entahlah Yang Mulia, pangeran juga menanyakan kepada Gangga Putra. : Kakek, berapa lama kita menunggu terjadinya perang, aku sudah bosan. : Sampai aku membunyikan sangkakala, Duryodana. : Kalau begitu, siapa yang kau tunggu? Mengapa belum juga kau bunyikan sangkakala? : Jika kedua pasukan telah siap untuk berperang satu sama lain di medan perang, maka perang dapat dipastikan. Jika satria gagah berani, sampai di medan perang mereka akan meraih kemenangan atau mengorbankan jiwa mereka. Hal ini akan terjadi dalam peperangan ini. Tetapi kini, tanpa mengejapkan mata sedikit pun, tanpa berkedip pandanglah ke arah pusat medan perang, ini kesempatan untuk menyaksikan pemandangan yang luar biasa. Kusir

Sanjaya Drestarata

Sanjaya Drestarata

Sanjaya Duryodana Bhisma Duryodana Bhisma

kereta seperti Krishna, dan satria seperti Arjuna, adalah ketidak beruntungan kita, karena tak dapat mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Anakku, jika hembusan angin, bisa membawa sepatah kata saja dari perbincangan itu, maka akan aku berikan semua akibat terbaik, dari semua kebaikanku. Namun, aku sedih bahwa aku Bhisma. Aku sepertinya ingin bertanya kepada Sang Pencipta, mengapa aku Bhisma? Mengapa aku bukan Arjuna? Duryodana : Kakek Bhisma, Sang Pengembala pasti telah memberi tahukan kepada Arjuna, untuk menemukan jalan keluar peperangan ini, tapi pasukan yang berada di bawah panjimu, bagaimana ia dapat mempertahankan diri mereka. Dan Wasudewa bukanlah orang yang bodoh, dia tahu perbedaan kematian dan bunuh diri. Kakek Bhisma, gembala itulah yang tidak mau maka bersamaku, dan cara gembala itu menghinaku tak akan ku lupakan. Lihatlah kakek, mereka telah mengembalikan kereta mereka, bunyikankah sangsaka perang! : Aku sedang menunggu seseorang. : Menunggu? Menunggu siapa? : Aku sedang menunggu diriku sendiri. Perang ini bagiku tidak lebih dari pertentangan bhatin, karena itu biarkan aku menunggu saat yang tepat untuk mulai perang. : Bukankah waktu kita sangat berharga? : Dipihak mana aku berdiri, aku tak dapat melihat waktu yang begitu berharga.

Bhisma Duryodana Bhisma

Duryodana Bhisma

KEUTAMAAN DAMA Keutamaan dama adalah demikian, Dama artinya ketenangan hati yang

35 menyebabkan orang sadar, sanggup menasehati diri sendiri; itu lebih utama dari Dana, yang dinamai dana itu membawa pahala nama harum dan kedudukan tinggi mulia: namun dana itu kalah dengan dama sebab orang yang dermawan, yaitu orang yang melakukan pemberian sedekah (dana) dapat terjadi ia tidak mempunyai dama, sehingga dapat dipengaruhi oleh kemarahan dan lain sabagainya. Akan tetapi, orang yang memiliki dama, ketenangan hati niscaya ia tidak tersesat. Karena senantiasa SADAR, oleh karena itu lebih utama Dama daripada DANA. Dan lagi, bukan orang yang tubuhnya basah karena dibasuh dengan air, disebut mandi, melainkan orang yang disebut sungguh-sungguh mandi , sebenarnya adalah orang yang memiliki Dama, yang juga disebut Danta (suci), orang yang demikian itulah benar-benar mandi menurut kata Sang Pandita. Suci bersih lahir batin adalah karma pala namanya, yaitu pengendalian diri (hawa nafsu) yang sepuluh banyaknya yang patut dilaksanakan, perinciannya: gerak pikiran tiga banyaknya, perilaku perkataan empat jumlahnya, gerak tindakan tiga banyaknya. Jadi, sepuluh banyaknya perbuatan yang timbul dari geraka badan, perkataan, dan pikiran itulah patut diperhatikan. Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan, tiga banyaknya: Tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap gemas kepada segala makhluk, percaya akan kebenaran ajaran karma pala; itulah perilaku pikiran yang merupakan pengendalian Hawa Nafsu. Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata empat banyaknya yaitu: perkataan jahat, perkataan kasar, menghardik, perkataan mempitnah, perkataan bohong (tidak dapat dipercaya) . itulah keempat yang harus disingkirkan dari perkataan, jangan diucapkan, jangan dipikir-pikir akan diucapkan. Inilah yang tidak patut dilakukan: membunuh, mencuri, berbuat Zina. Ketiganya itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat, dalam khayalan sekalipun hendaknya dihindari saja ketiganya itu.

Semua ini pikiran menjadi sumbernya

Kesimpulan: Pengendalian diri sebelum bicara, pikir terlebih dahulu sebelum berbuat sesuatu, tanya diri kita, siapa saya? bagaimana saya? kemana saya? Setelah sadar baru bertindak dengan dasar di atas kebenaran. Beginilah Danta (orang yang memiliki sifat dama), ia tidak bohong, tidak bergirang hati jika mengalami kesenangan, tidak bersedih hati sekalipun tertimpa kedukaan mendalam, pengetahuannya tentang filsafat sanggup menasehati dirinya sendiri karena memiliki Dama disebut Danta. Inilah lagi akan diuraikan, nafsu yang dianggap penyebab sorga ataupun neraka. Keterangnnya, jika nafsu itu dapat dikuasai pengekangannya itulah merupakan SORGA namanya. Apabila tidak dapat dikuasai pengekangannya itulah merupakan NERAKA. Pengekangan dari nafsu itu pahalanya adalah Dirga Yusa (panjang umur), tingkah laku baik, kuat pada yoga, kesaktian, kemasyuran, atau nama harum, dharma, artha itulah yang akan diperoleh sebagai pahala dapat dikuasainya Hawa Nafsu itu.

Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

Nama: I Nengah Wijana, S.Pd. Tempat tanggal lahir: Karangasem, 05 Februari 1986