krisna pradha_ e0008204.pdf

81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA INFRASTRUKTUR POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG SUKOHARJO) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh PAULUS YOHANES KRISNA PRADHA ARIESTA NIM. E0008204 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: ery-linggo-ery

Post on 27-Jan-2016

228 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

ANALISIS PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA INFRASTRUKTUR

POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA ORGANISASI

KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG SUKOHARJO)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1

Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

PAULUS YOHANES KRISNA PRADHA ARIESTA

NIM. E0008204

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA INFRASTRUKTUR

POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA ORGANISASI

KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG SUKOHARJO)

Oleh :

PAULUS YOHANES KRISNA PRADHA ARIESTA

NIM. E0008204

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, November 2012

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Maria Madalina S.H., M.Hum Isharyanto S.H., M.Hum

196010241986022001 197805012003121002

Page 3: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

ANALISIS PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA INFRASTRUKTUR

POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA ORGANISASI

KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG SUKOHARJO)

Paulus Yohanes Krisna Pradha Ariesta

NIM. E0008204

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Senin Tanggal : 17 Desember 2012

DEWAN PENGUJI 1. Sugeng Praptono, S.H., M.H. :

NIP.195208081984031001

Ketua

2. Suranto, S.H., M.H. : NIP.195608121986011001

Sekretaris

3. Maria Madalina S.H., M.Hum : NIP. 196010241986022001

Anggota Mengetahui

Dekan,

(Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum)

NIP. 195702031985032001

Page 4: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

PERNYATAAN

Nama : Paulus Yohanes Krisna Pradha Ariesta

NIM : E.0008204

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi)

berjudul: ANALISIS PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA INFRASTRUKTUR

POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA ORGANISASI

KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG SUKOHARJO)

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan

hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)

dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skrispi) ini.

Surakarta, Oktober 2012

yang membuat pernyataan

Krisna Pradha

NIM. E.0008204

Page 5: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRAK

Paulus Yohanes Krisna Pradha A. , E0008204. 2012. ANALISIS PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA INFRASTRUKTUR POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG SUKOHARJO). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ormas khususnya ormas Pemuda Pancasila sebagai lembaga infrastruktur Politik yang ada di Indonesia khususnya peranannya di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris bersifat deskriptif, meneliti tentang peranan organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila, sebagaimana diatur dalam undang-undang dan juga Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ormas Pemuda Pancasila tersebut. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sumber data meliputi sumber data primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dan bahan pustaka dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, Peran ormas adalah sebagai Sebagai penyalur aspirasi rakyat sebagaimana tujuan dari organisasi kemasyarakatan itu sendiri dibentuk yang dilakukakn dengan cara-cara demonstrasi dan kekerasan fisik, lewat hubungan pribadi, perwakilan langsung, dan juga lewat saluran formal dan institusi lain. Selain itu ormas juga dapat berperan sebagai pengalih isu politik dan untuk ikut dalam pengambilan keputusan di dalam legislatif. Ormas Pemuda Pancasila di Indonesia ini juga mempunyai peranan sendiri bagi Negara Indonesia khususnya di dalam lingkup kabupaten Sukoharjo. Sebagai organisasi sosial Pemuda Pancasila juga kadangkala ikut berperan dalam bidang perpolitikan Indonesia ini. Hal ini bisa terlihat dari berbagai pandangan-pandangannya yang mendasarkan pada ideologi pancasila dan dengan teguh memegang konstitusi, kemudian dari program-program dan sasaran yang dituju dari ormas Pemuda Pancasila ini, serta dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh ormas Pemuda Pancasila sejauh ini. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain adalah Diklat Komando Inti Mahatidana (KOTI) , Diklat Satuan Pelajar dan Mahasiswa (Sapma), Kemah kebangsaan, penyuluhan narkoba, dan juga pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat khususnya anggota PP yang memerlukan perlindungan hukum. Kata kunci : Organisasi Kemasyarakatan, Pemuda Pancasila, Infrastruktur Politik

Page 6: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRACT

Paulus Yohanes Krisna Pradha A. , E0008204. 2012.THE ANALYSIS OF

POLITICAL INFRASTRUCTURE INSTITUTION IN INDONESIA (INTERVIEPANCASILA BRANCH SUKOHARJO) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

This research aimed to determine the role of community organization, particularly Pemuda Pancasila as one of political infrastructure institution in Indonesia, especially its role in Sukoharjo.

This research is a descriptive empirical law, which examines the role of community organization Pemuda Pancasila, as a stipulated in the law and the Statues and Bylaws of community organization Pemuda Pancasila. The writer uses primary and secondary data for the research. The data sources are primary, secondary, and tertiary data sources. The data collecting techniques are document study, library research, and interview.

Based on the research result, the writer can conclude that the role of community organization is as the voice of the people. That purpose was formed by using democratic and physical violence, through personal relation, direct representative, and through formal way and the other institutions. Besides that, that community organization also has roles as diversionary of political issues and to include in decision making in legislative. The community organization, Pemuda Pancasila, in Indonesia also have their role for the country, particularly in Sukoharjo Regency. As social organization, Pemuda Pancasila also sometimes take some roles in politic in Indonesia. It can be seen from some views that are based on the ideology of Pancasila and hold the constitution tightly. Besides that, it can be seen from their programs and the targets, and from their activities and event that have been done so far. Those activities are training of Komando Inti Mahatidana (KOTI), training of Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA), national camping, drug counseling, and also the provision of legal assistance to the community, especially for the PP member who need legal protection. Keywords : Community Organization, Pemuda Pancasila, Political Infrastructure

Page 7: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

MOTTO

Page 8: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

PERSEMBAHAN

Page 9: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) yang

berjudul ANALISIS PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA INFRASTRUKTUR

POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA ORGANISASI

KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG SUKOHARJO).

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis menyadari bahwa untuk

terselesaikannya penulisan hukum ini, banyak pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan yang berupa bimbingan, saran-saran, nasihat-nasihat,

fasilitas, serta dukungan moril maupun materiil. Oleh karena itu dalam

kesempatan yang baik ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas

Hukum UNS dan Pembimbing Akademik, yang telah memberikan ijin

dan kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan ilmu hukum

dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

2. Ibu Maria Madalina S.H., M.Hum. selaku Ketua Bagian Hukum Tata

Negara dan dosen pembimbing penulisan skripsi, yang telah memberikan

waktu dan ide, memberikan arahan dan memberi motivasi dalam

penyusunan penulisan hukum ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam

penulisan hukum ini.

Page 10: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

4. Bapak dan Ibu staf karyawan kampus Fakultas Hukum UNS yang telah

membantu dan berperan dalam kelancaran kegiatan proses belajar

mengajar dan segala kegiatan mahasiswa di Fakultas Hukum UNS.

5. Bapak Ato Priyatno selaku ketua umum Ormas Pemuda Pancasila dan

Bapak Joko Purwanto selaku sekretaris ormas Pemuda Pancasila yang

telah banyak membantu dengan memberikan data-data yang diperlukan

dalam penulisan hukum ini.

6. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Pius Adji Pranoto dan Ibu Wiwik Dwi

Astuti yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, semangat dan

mendoakan penulis, hingga akhirnya dapat menyelesaikan penulisan

hukum ini. Tiada kata selain ucapan terima kasih dan semoga ananda

dapat memenuhi harapan kalian untuk dapat mengejar cita-cita demi

masa depan.

7. Kakak saya Krisna Jingga dan adik saya Krisna Violetta yang selalu

memberi semangat, dukungan, dan nasehat demi kelancaran penulisan

hukum ini.

8. Sahabat-sahabatku di Fakultas Hukum UNS Eric, Erwan, Ndaru, Tabah,

Adhi, Edo, Septa, Faried, Hengki, terima kasih atas kebersamaan selama

kuliah ini. Maaf sudah banyak merepotkan kalian.

9. Teman-teman di Fakultas Hukum angkatan 2008, Cindy, Oki, Rinof,

Danny, Jiwa, Jevi, Dyah, Adut, Satrio, Arif, Albi, Putri, Wuri, Eli, Ike,

Vico, Bayu, Rio, Agus, Novi, Niko, Christian, Icha, Peri, Angger, Jaber.

Teman-teman senasib seperjuangan dalam mengerjakan penulisan

hukum, terima kasih atas segala informasi yang dapat mendukung dan

membantu penulis.

10. Teman-teman Keluarga Mahasiswa Katholik Fakultas Hukum UNS,

Danan, Gunawan, Cindy, Putri, Dira, Tumar, Widar, Fendi, Angga, Greg,

Ius, Denny, Brian, Bima, Inno, Bayu, Wisnu, Damai, Momon Logika,

Niko, Dewa, Nela, Fransisca, Ovi,. Terima kasih atas kebersamaan

selama di Fakultas Hukum UNS ini. Jaga selalu kebersamaan dan

kekompakan di dalam KMK. KMK ISTIMEWA!

Page 11: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

11. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu.

12. Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini banyak terdapat kekurangan

dan kelemahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan guna perbaikan serta kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya

Penulis berharap semoga hasil Penulisan Hukum (Skripsi) ini dapat

memberikan manfaat pada pihak-pihak yang berkepentingan.

Surakarta, 30 November 2012

Penulis

Paulus Yohanes Krisna Pradha A

NIM. E.0008204

Page 12: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

MOTTO vii

PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

E. Metode Penelitian 8

F. Sistematika Penulisan Hukum 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15

A. Kerangka Teori 15

1. Tinjauan Umum tentang Organisasi Masyarakat 15

a. Pengertian Organisasi Masyarakat 15

b. Fungsi Organisasi Masyarakat 16

c. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila 17

2. Tinjauan Umum Tentang Politik 19

a. Pengertian Politik 19

b. Pengertian Sistem Politik yang Demokrasi 19

Page 13: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

3. Tinjauan umum tentang Infrastruktur Politik 21

a. Pengertian Infrastruktur Politik 21

b. Fungsi Infrastruktur Politik 22

c. Unsur-Unsur Infrastruktur Politik 23

B. Kerangka Pemikiran 28

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30

A. Peranan Organisasi Kemasyarakatan Di Dalam Dunia

Perpolitikan di Indonesia 30

B. Peran Organisasi kemasyarakatan Pemuda pancasila

sebagai Lembaga Infrastruktur Politik di Indonesia

khususnya di Kabupaten Sukoharjo 45

1. Latar Belakang Terbentuknya Organisasi

Kemasyarakatan Pemuda Pancasila 45

2. Program Umum dan Sasaran Ormas

Pemuda Pancasila 49

3. Peran Ormas Pemuda Pancasila 53

BAB IV PENUTUP 66

A. Simpulan 66

B. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Ormas Pemuda

Pancasila cabang Sukoharjo

Lampiran 2: SK MPW Pemuda Pancasila Propinsi Jawa Tengah tentang

Pengesahan Komposisi dan Personalia Fungsionaris MPC

Pemuda Pancasila Kabupaten Sukoharjo

Lampiran 3: Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ormas Pemuda

Pancasila

Page 15: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan

orang lain secara gotong royong. Setiap manusia mempunyai kebutuhan fisik

maupun mental yang sukar dipenuhinya seorang diri. Ia perlu makan, minum,

berkeluarga, bergerak secara aman, dan sebagainya. Untuk memenuhi keperluan-

keperluan dan kepentingan-kepentingan itu ia mengadakan hubungan-hubangan

dan bekerjasama dangan orang lain dengan jalan mengorganisir bermacam-

macam kelompok dan asosiasi.

Kelompok yang paling pokok ialah keluarga, tetapi masih banyak asosiasi lain

yang memenuhi bermacam-macam kebutuhan manusia. Misalnya untuk mengejar

kepentingannya di bidang ekonomi didirikan asosiasi ekonomi seperti koperasi,

perkumpulan perdagangan, perkumpulan nelayan, dan sebagainya. Untuk

memenuhi kebutuhannya di bidang spiritual diadakan perkumpulan agama,

perkumpulan kebatinan, dan sebagainya. Untuk memenuhi keinginannya untuk

menambah pengetahuan didirikan sekolah-sekolah, kursus-kursus, dan lain

sebagainya. Di dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya dengan

manusia yang lain, pada dasarnya setiap manusia menginginkan beberapa nilai.

Dengan adanya berbagai nilai dan kebutuhan yang harus dilayani itu maka

manusia menjadi anggota dari beberapa kelompok sekaligus. Masyarakatlah yang

mencakup semua hubungan dan kelompok di dalam suatu wilayah.

Masyarakat dapat berarti macam-macam bergantung kepada sudut pandangan

masing-masing orang. Bisa dikatakan masyarakat adalah suatu sistem hubungan-

hubungan yang ditertibkan. Bisa juga sekelompok manusia yang hidup bersama

dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan

merekabersama. Dari dua definisi itu bisa disimpulkan bahwa masyarakat

mencakup semua kelompok dan hubungan dalam suatu wilayah. Di dalam suatu

masyarakat itu manusia bisa tergabung di dalam organisasi-

Page 16: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

organisai sosial maupun di dalam asosiasi-asosiasi yang membuat mereka nyaman

di dalam kelompok sosial tersebut dengan mempunyai tujuan-tujuan mereka

masing-masing dan di dalam kelompok-kelompok sosial tersebut mereka bisa

memperjuangkan keinginan mereka lewat kelompok itu.

Organisasi sosial atau social organization di dalam kehidupan manusia ini,

merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.

Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling

pengaruh-mempengaruhi dan juga pertanyaan, apakah setiap himpunan manusia

dapat dinamakan kelompok soial. Untuk itu diperlukan beberapa persyaratan

tertentu, antara lain:

1. adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan

sebagian dari kelompok yang bersangkutan,

2. adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan

anggota yang lain,

3. adanya faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka

bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang

sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama,

4. berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku,

5. bersistem dan berproses.

Organisasi sosial adalah dimana terdapat suatu struktur organisasi dan suatu

faktor, yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok-kelompok itu,

sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor-faktor itu yang terdiri

dari dimana merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang

sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok dalam

jangka waktu tertentu.

Manusia yang apabila dibiarkan mengejar kepentingannya masing-masing dan

bersaing secara bebas tanpa batas, maka akan timbul keadaan yang penuh

pertentangan yang dapat merugikan masyarakat keseluruhannya. Karena mencari

perlindungan dan atas kesadaran bahwa perlindungan yang efektif hanya dapat

diselenggarakan secara kolektif maka dia bergabung dalam kelompok dan

perserikatan. Jadi di sini kita lihat bahwa maksud terbentuknya asosiasi itu adalah:

Page 17: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

1. Untuk memenuhi kebutuhan manusia di berbagai bidang

2. Untuk membatasi kompetisi, mengendalikan tindakan-tindakan yang

akibatnya merugikan dan meringankan akibat-akibat yang timbul dari

macam-macam pertentangan.

Setiap asosiasi mempunyai aturan-aturan yang mempunyai maksud di satu

pihak untuk memperjuangkan kepentingan bersama anggota-anggota asosiasi dan

di lain pihak mencegah timbulnya tindakan yang merugikan anggota-anggota

lainnya dan dengan demikian menyelenggarakan penertiban. Penertiban berarti

mengatur orang lain, tetapi juga berarti mengatur diri sendiri dan asosiasinya

sendiri. Ini menimbulkan penertiban menurut norma-norma yang tertentu, dan

penertiban ini baru efektif kalau norma-norma dianggap adil dan benar oleh para

anggota asosiasi itu.

Antara asosiasi dan/atau organisasi yang banyak itu ada satu yang paling

penting, yaitu negara. Negara sebagai anggota asosiasi telah lahir karena

memenuhi kebutuhan manusia akan pengaturan, jadi memenuhi kebutuhan

politiknya. Negara mempunyai tujuan untuk menyelnggarakan perlindungan serta

penertiban dan untuk itu diberi monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik

secara sah. Dalam menjalankan tugasnya, negara merupakan alat (organ) dari

seluruh masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh semua penduduk dalam

sesuatu wilayah. Pengusutan, penuntutan dan pelaksanaan keputusan hukuman

atas suatu kejahatan hanya dapat dilakukan oleh aparatur-aparatur negara saja.

Status Bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat, perencanaan dan

penetapan konsep mengenai sistem pengelolaan kehidupan bangsa ini, sesuai

dengan cita-cita untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, bersatu,

berdaulat, adil, dan makmur. Cita cita pembangunan nasional di Indonesia ialah

menginginkan suatu tatanan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, damai,

tentram dan sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini telah tercermin di

dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu tercantum di dalam

Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun salah satu misi pembangunan nasional di Indonesia ialah mewujudkan

suatu kesejahteraan masyarakat yang ditandai adanya peningkatan dalam kualitas

Page 18: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberikan perhatian yang lebih

terhadap pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari seperti terpenuhinya

kebutuhan sandang, papan, dan pangan bagi setiap warga masyarakat. Semenjak

masa penjajahan cita-cita ini telah dikumandangkan sebagai cita-cita

ng melibatkan para perintis

kemerdekaan politik, bahkan setelah proklamasi disusul lagi dengan perang

mempertahankan kemerdekaan yang menuntut pengorbanan harta, tenaga, nyawa,

dan pikiran. Dengan status mandiri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,

kita mempunyai hak penuh untuk menetapkan sistem pengelolaan kehidupan

sebagai suatu bangsa. Namun demikian kita tidak lepas dari kewajiban untuk

menyadari dan memenuhi tanggung jawab, ke dalam maupun ke luar sebagi

bangsa yang secara strategis-politis berada dalam suasana keterkaitan dan saling

membutuhkan dengan bangsa-bangsa lain dalam pergaulan internasional.

Pada masa-masa ini kebanyakan masyarakat penduduk negara Indonesia yang

menganggap bahwa cita-cita Indonesia merdeka tersebut belum terealisasi

sebagaimana mestinya. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

pada saat ini terlihat begitu klise. Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut

semata-mata hanya mementingkan kepentingan politik partai saja, bukannya

untuk kepentingan masyarakat Indonesia pada umumnya. Yang menikmati

kebijakan tersebut kebanyakan adalah para masyarakat kalangan kelas atas dan

bukan seluruh masyarakat. Dengan kondisi bangsa Indonesia yang seperti itu,

rakyat Indonesia berbondong-bondong mendirikan berbagai macam asosiasi-

asosiasi, organisasi-organisasi sosial, dan parai-partai politik dengan tujuan untuk

membangun bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan

anggota kelompok-kelompok tersebut. Salah satunya yaitu organisasi

kemasyarakatan (ormas) Pemuda Pancasila yang saat ini mempunya cabang-

cabang di seluruh daerah di Indonesia. Ormas ini mempunyai tujuan untuk

membentuk bangsa dan negara ini menuju cita-cita nasional yang telah disebutkan

tadi.

Sebagai sebuah organisasi, Pemuda Pancasila yang didirikan oleh IPKI (Ikatan

Pendukung Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 28 Oktober 1959 juga memiliki

Page 19: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sejarah yang penuh warna dan dinamika. Fase pendiriannya di pengujung tahun

50-an ditandai dengan perjuangan politik untuk menyelamatkan Pancasila dan

UUD 1945, sebagaimana diamanatkan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pada fase

inilah karakter organisasi dan orientasi ideologi Pemuda Pancasila terbentuk.

Manifestasi dari karakter organisasi dan orientasi ideologis dimaksud tercermin

dari sikap dan komitmennya yang teguh untuk tetap mempertahankan Pancasila

sebagai ideologi negara dan perekat ke Bhinnekaan bangsa.

Fase perjuangan Pemuda Pancasila di era 60-an ditandai dengan pergulatan

melawan kekuatan PKI dan antek-anteknya yang berupaya mengubah ideologi

negara dengan faham komunis dan aktif melakukan politik devide et impera di

kalangan elit dan masyarakat akar rumput. Salah seorang pendiri HMI bahkan

pernah memberikan kesaksian bahwa pada masa itu (1959-1966) Pemuda

Pancasila dikenal sebagai salah satu organisasi yang gigih memerangi PKI dan

antek-anteknya. Fase ini bisa dikatakan sebagai era peneguhan karakter Pemuda

Pancasila sebagai pengawal ideologi Pancasila. Namun di masa sekarang ini

Pre -

menjadi momok bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan tingkah laku dari anggota-

anggota ormas ini sendiri selama ini.

Anggapan-anggapan seperti yang diketahui oleh masyarakat saat ini bahwa

ormas Pemuda Pancasila ini memang menjadi momok bagi masyarakat Indonesia

dewasa ini belum tentu benar keberadaannya, maka dari itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul : ANALISIS PERAN ORGANISASI

KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA SEBAGAI LEMBAGA

INFRASTRUKTUR POLITIK DI INDONESIA (STUDI WAWANCARA

ORGANISASI KEMASYARAKATAN PEMUDA PANCASILA CABANG

SUKOHARJO).

B. Rumusan Masalah Untuk lebih memperjelas agar permasalahan dapat dibahas secara lebih fokus

dan sesuai dengan sasaran yang dituju, maka penulis merumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

Page 20: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Bagaimana peran organisasi kemasyarakatan di dalam dunia perpolitikan

di Indonesia?

2. Bagaimana peran organisasi kemasyaraktan Pemuda Pancasila sebagai

lembaga infrastruktur politik di Indonesia khususnya di Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dinyatakan sebelumnya, maka

untuk mengarahkan suatu penelitian diperlukan adanya tujuan dari penelitian

tersebut. Tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif, dan merupakan

pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian

tersebut (Soerjono Soekanto, 2008:118-119).

Pada dasarnya tujuan dalam suatu penelitian yaitu bersifat obyektif dan

subyektif. Untuk itu sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis

mempunyai tujuan diantaranya:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui peran ormas di dalam dunia peropolitikan di

Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana peran organisasi kemasyaraktan pemuda

pancasila sebagai lembaga infrastruktur politik di Indonesia khususnya

di Sukoharjo.

2. Tujuan Subyektif

c. Untuk melengkapi persyaratan akademis guna mencapai gelar

kesajarnaan ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

d. Untuk menambah, memperluas dan mengembangkan wawasan,

pengetahuan serta kemampuan analitis dibidang ilmu hukum

khususnya lingkup hukum pidana.

e. Untuk memperdalam berbagai teori hukum yang telah penulis

dapatkan selama dibangku kuliah.

D. Manfaat Penelitian

Di dalam setiap penelitian, penulis mengharapkan adanya manfaat yang

terkandung dalam penelitian tersebut yang dapat berguna bagi penulis sendiri

Page 21: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

maupun orang lain yang membacanya. Adapun manfaat yang diperoleh dari

penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan landasan teoritis bagi pengembangan ilmu hukum pada

umumnya dan hukum tata negara pada khususnya.

b. Dapat bermanfaat sebagai literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah,

khususnya untuk memberikan deskripsi yang jelas mengenai peran

ormas sebagai lembaga infrastruktur politik.

c. Dapat bermanfaat sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian

sejenisnya pada tahap selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban atas masalah diteliti dan hasil penelitian

diharapkan dapat memberi masukan serta pengetahuan bagi para pihak

yang berkompeten dan berniat pada hal serupa;

b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir

dinamis sekaligus mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu yang diperoleh; dan

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan bagi para pihak yang terkait dan sebagai bahan informasi

dalam kaitannya dengan hal-hal yang menyangkut masalah ini.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat menentukan dalam suatu penelitian ilmiah karena

mutu, nilai dan validitas suatu hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh

penentuan metode ilmiah secara benar. Pengertian metode penelitian menurut

Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang digunakan dalam penelitian dan penilaian.

2. Suatu tehnik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara untuk melaksanakan suatu prosedur.(Soerjono Soekanto, 2008: 5)

Page 22: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum pada umumnya dapat dikategorikan menjadi penelitian

doktrinal dan penelitian non doktrinal. Mengacu pada perumusan masalah dan

ditinjau dari tujuan penelitian hukum dalam penelitian, penulis menggunakan

jenis penelitian non doktrinal atau yang lebih dikenal dengan penelitian

hukum empiris. Penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang menggunakan

data primer sebagai data utama.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam menyusun penulisan hukum ini

yaitu deskriptif. Penelitian hukum deskriptif yaitu penelitian hukum yang

mempunyai maksud untuk memberikan data yang setiliti mungkin tentang

manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya atau dengan maksud untuk

mempertegas hepotesa-hepotesa, agar memperkuat teori-teori lama atau

didalam kerangka menyusun teori-teori baru.

3. Pendekatan Penelitian

Di sini peneliti mengamati peran dari ormas Pemuda Pancasila dalam

melaksanakan kegiatannya yang notabene bersinggungan dengan keadaan

politik yang ada di negara ini. Peneliti mencoba untuk memahami gejala

seperti apa yang akan, sedang, atau telah ditimbulkan oleh kegiatan yang

dilaksanakan tersebut dan apakah hal tersebut sudah sesuai dengan tujuan-

tujuan pemuda pancasila dalam menjalankan perannya sebagai ormas yang

termasuk dalam lembaga infrastruktur politik. Untuk memahami itu maka

peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mencari data yang diperlukan dan

setelah itu menganalisisnya.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendeketan

kualitatif, yaitu dengan mendasarkan pada data-data yang digunakan

responden secara lisan atau tulisan dan juga perilakunya yang nyata diteliti

dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2008 : 250).

Dengan kata lain seorang peneliti tidaklah semata-mata bertujuan untunk

Page 23: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mengungkapkan kebenaran belaka, akan tetapi untuk memahami kebenaran

tersebut.

4. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini yaitu:

a. Data Primer

Data primer diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari

lapangan yang menjadi obyek penelitian atau yang diperoleh dari

responden-responden yang berupa keterangan atau fakta-fakta atau juga

bisa disebut dengan data yang diperoleh dari sumber yang pertama

(Soerjono Soekanto, 2008 : 12)

b. Data Sekunder

Data sekunder data yang didapat dari keterangan atau

pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung antara

lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan. Ciri-ciri umum dari data sekunder

menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, yaitu :

1) Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat

dipergunakan dengan segera.

2) Baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan diisi oleh

peneliti-peneliti terdahulu, sehingga peneliti kemudian, tidak

mempunyai pengawasan terhadap pengumpulan, pengolahan,

analisa maupun konstruksi data.

3) Tidak terbatas oleh waktu maupun tempat.(Soerjono Soekanto,

2008: 12)

5. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua jenis sumber data,

yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat melalui

penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini sumber data primer

Page 24: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

merupakan data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian dari

pihak yang berwenang. Sebagai sumber data primer dalam penelitian

ini yaitu ormas Pemuda Pancasila cabang Sukoharjo.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah berupa bahan dokumen, peraturan-

peraturan perundang-undangan, laporan arsip, literatur, dan hasil

penelitian lainnya yang mendukung data primer. Sumber data sekunder

dalam penelitian ini adalah :

1) Undang- undang nomor 5 tahun 1985 tentang organisasi

kemasyarakatan

2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan

3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2009 Tentang

Pedoman Kerja Sama Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah

Daerah dengan Organisasi Kemasyarakatan Dan Lembaga Nirlaba

Lainnya dalam Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

4) Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan ormas yang

bersangkutan

5) Data-data hukum yang ditemukan dilapangan yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan diteliti

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

studi wawanc

antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni

pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian

melakukan teknik wawancara penulis menggunakan daftar pertanyaan terbuka

karena dengan menggunakan teknik daftar pertanyaan terbuka penulis dapat

Page 25: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

memperoleh jawaban yang lebih luas dan lebih mendalam (Soerjono

Soekanto, 2008: 26)

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti ini ditujukan kepada pengurus

Ormas Pemuda Pancasila yaitu ketua umumnya, Bapak Ato Priyatno beserta

dengan sekjen-nya, Bapak Joko Purwanto.

Studi pustaka merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara

menginfentariskan dan mempelajari bahan-bahan yang berupa peraturan

perundang-undangan, buku-buku, tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen

lainnya yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Dalam melakukan

studi pustaka men

harus diperiksa validitas dan rehabilitasnya, sebab hal ini menentukan hasil

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini dengan

menggunakan analisis kualitatif dengan model interaktif, yaitu komponen

reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pegumpulan data,

kemudian setelah terkumpul maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan

bila kesimpulan dirasakan kurang, maka perlu verifikasi dan penelitian

kembali mengumpulkan data dilapangan . Ketiga komponen tersebut antara

lain:

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi data

transformasi data kasar yang muncul dari catatan tulis dilapangan.

b. Penyajian Data

Merupakan suatu realita organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

c. Penarikan Simpulan

Menarik kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam

reduksi data dan sajian yang meliputi berbagai hal yang ditemui

dengan melakukan pencatatan-pencatatan, pernyataan, konfigurasi

yang mungkin berkaitan dengan data (H. B. Sutopo, 2002: 91-95).

Page 26: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Model Analisis Interaktif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 1. Teknik Analisis Data Kualitatif

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan penulisan hukum, maka penulis

membagi penulisan hukum ini menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam

sub-sub bab. Sistematika penulisan hukum yang penulis digunakan dalam

penelitian hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai :

a) latar belakang masalah

b) perumusan masalah

c) tujuan penelitian

d) manfaat penelitian

e) metode penelitian

f) sistematika penulisan hukum.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Kesimpulan

Page 27: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II` : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis memaparkan sejumlah landasan teori

berdasarkan literature-literatur yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian yang diangkat. Dalam tinjauan

pustaka dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Kerangka teori yang berisikan tinjauan umum

mengenai organisasi kemasyarakatan, politik, dan

infrastruktur politik

2. Kerangka Pikiran, yang berisikan gambaran alur

berpikir dari penulis berupa konsep yang akan

dijabarkan atau dijelaskan dalam penelitian hukum

ini.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis mencoba untuk menyajikan

pembahasan berdasarkan rumusan masalah yang telah

disusun, yakni mengenai bagaimana peran organisasi

kemasyarakatan di dalam dunia peropolitikan Indonesia

khususnya peran organisasi kemasyaraktan pemuda

pancasila sebagai lembaga infrastruktur politik di

Indonesia khususnya di Sukoharjo

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran

penulis atas pembahasan permasalahan tersebut dalam

bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 28: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Organisasi Masyarakat

a. Pengertian Organisasi Masyarakat

Di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Kemasyarakatan, yang dimaksud dengan organisasi kemasyarakatan

adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara

Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi,

fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk

berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan

nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila. Didalam penjelasan Undang-undang ini

menetapkan bahwa penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi

Organisasi Kemasyarakatan (asas dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara) tidaklah berarti Pancasila akan menggantikan

agama, dan agama tidak mungkin di-Pancasilakan; antara keduanya tidak

ada pertentangan nilai.

Organisasi Kemasyarakatan dapat mempunyai satu atau lebih dari sifat

kekhususan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, yaitu kesamaan

kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Organisasi atau perhimpunan yang dibentuk secara sukarela

oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia yang

keanggotaannya terdiri dari Warga Negara Republik Indonesia dan warga

negara asing, termasuk dalam pengertian Organisasi Kemasyarakatan

sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, dan oleh karenanya tunduk kepada

ketentuan-ketentuan undang-undang ini.

Organisasi atau perhimpunan yang dibentuk oleh Pemerintah seperti

Praja Muda Karana (Pramuka), Korps Pegawai Republik

Page 29: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Indonesia (Korpri), dan lain sebagainya, serta organisasi atau perhimpunan

yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia

yang bergerak dalam bidang perekonomian seperti Koperasi, Perseroan

Terbatas, dan lain sebagainya, tidak termasuk dalam pengertian Organisasi

Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini.

b. Fungsi Organisasi Masyarakat

Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang

Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Kemasyarakatan mempunyai

beberapa fungsi yaitu sebagai :

a) Wadah penyalur kegiatan sesuai kepentingan anggotanya

Oleh karena Organisasi Kemasyarakatan dibentuk atas dasar

bsifat kekhususannya masing-masing, maka sudah semestinya

apabila Organisasi Kemasyarakatan berusaha melakukan kegiatan

sesuai dengan kepentingan para anggotanya.

b) Wadah pembinaan dan pengembangan anggotanya dalam usaha

mewujudkan tujuan organisasi

Organisasi Kemasyarakatan sebagai wadah pembinaan dan

pengembangan anggotanya merupakan tempat penempaan

kepemimpinan dan peningkatan keterampilan yang dapat

disumbangkan dalam pembangunan disegala bidang.

c) Wadah peran serta dalam usaha menyukseskan pembangunan

nasional

Pembangunan adalah usaha bersama bangsa untuk mencapai

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Oleh karena

itu Organisasi Kemasyarakatan sebagai wadah peran serta anggota

masyarakat, merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan.

d) Sarana penyalur aspirasi anggota, dan sebagai sarana komunikasi

sosial timbal balik antar anggota dan/atau antar Organisasi

Kemasyarakatan dengan organisasi kekuatan sosial politik ,Badan

Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat, dan Pemerintah

Page 30: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

c. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila

Organisasi Pemuda Pancasila dideklarasikan berdirinya pada 28

Oktober l959 di Jakarta. Adalah Ikatan Pendukung Kemerdekaan

Indonesia (IPKI) yang membidani kelahiran organisasi tersebut. IPKI

merupakan sayap politik dari para petinggi militer yang masih aktif dalam

kedinasan. Sejak awal berdirinya, Pemuda Pancasila tidak pernah sepi dari

gerakan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai Pancasila sebagai

dasar negara. Ketika Pancasila dalam ancaman dan hendak dirongrong

oleh barisan Pemuda Rakyat beserta kekuatan PKI, dengan sigap kader-

kader Pemuda Pancasila tampil sebagai perisai penyelamat. Sekitar tahun

l965 ketika PKI gencar menelusup di segenap sendi kehidupan

masyarakat, kerap berhadapan secara fisik dengan anggota Pemuda

Pancasila. Sejarah mencatat beberapa kali terjadi bentrokan fisik yang

menewaskan anggota organisasi dari kedua belah pihak. Peristiwa

gugurnya kader-kader Pemuda Pancasila itu dicatat sebagai peristiwa

heroik yang dijadikan api semangat dalam menegakkan panji-panji

organisasi Pemuda Pancasila tersebut.

(http://pemudapancasila04.blogspot.com/2009/01/selayang-pandang-

pemuda-pancasila.html (diakses pada tanggal 24 September 2012 Pukul

19.30)

Dalam Mubes VII tahun 2001 di Wisma Kinasih Bogor, diputuskan

bahwa Pemuda Pancasila tidak lagi berbentuk OKP namun berubah

menjadi Ormas yang bebas dari segala bentuk permainan politik praktis.

Dengan keputusan ini maka induk organisasi mencanangkan suatu

kebijakan, para kader Pemuda Pancasila ada di mana-mana tapi tidak ke

mana-mana dengan jumlah anggota kurang lebih terdapat sekitar

7.000.000 anggota militan. Arah kegiatan organisasi lebih dititikberatkan

untuk bergerak di sektor kegiatan sosial kemasyarakatan yang secara

langsung menyentuh kepentingan masyarakat hingga ke tingkat basis.

Jutaan anggota Pemuda Pancasila yang tersebar di seluruh pelosok

Indonesia, eksis dalam dinamika organisasi di tingkat nasional (Majelis

Page 31: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Pimpinan Nasional), provinsi (Majelis Pimpinan Wilayah), kota/kabupaten

(Majelis Pimpinan Cabang), kecamatan (Pimpinan Anak Cabang), hingga

kader di kelurahan sebagai akar rumput atau basis massa terbawah.

Mereka terwadahi dalam organsiasi yang solid, dengan mengedepankan

unsur keberagaman, yaitu pendidikan, sosial ekonomi, usia, suku ,dan

agama. Mulai dari preman hingga tokoh eksekutif, legislatif, pengusaha,

tokoh agama, tokoh pendidikan, semuanya berpadu dalam wadah

organisasi Pemuda Pancasila.

Pemuda Pancasila harus siap dan tidak akan surut dengan adanya

perubahan-perubahan yang terjadi baik itu perubahan zaman, politik,

sistem pemerintahan, kebijakan pemerintah, globalisasi, maupun

penggantian pimpinan nasional (suksesi) sekalipun. Dalam menyikapi ini

semua maka Pemuda Pancasila akan memperbanyak lembaga-lembaga

yang dapat menyentuh ke masyarakat secara langsung dalam naungannya

di antaranya adalah Lembaga Hukum (LPPH), Lembaga Bela Negara

(Koti Mahatidana), Lembaga Perempuan (Srikandi), Lembaga Pelajar dan

Mahasiswa (Sapma, Koperasi, Lembaga Buruh dan Lembaga-lembaga

lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan dimasyarakat.

Jangan pernah sekali-sekali kita bertanya apa yg pemuda pancasila dapat

berikan, tapi tanyalah apa yg dapat kita berikan kepada pemuda pancasila.

Pemuda Pancasila ke depan akan mendapat simpati dari masyarakat dan

disegani tetapi bukan untuk ditakuti sekaligus mengubah citra negatif

terhadap PP, hal ini juga dapat dirasakan keberadaan serta manfaat

organisasi oleh para kader dan anggotanya. Sekarang Pemuda Pancasila

dipimpin oleh Bapak Japto Soelistyo Soerjosoemarno dan Bapak Yorris

Raweyai sebagai komandan komando inti pusat dan sebagai ketua MPW

(Majelis Pimpinan Wilayah DKI) Jakarta oleh Bapak Robertho dan Jakarta

Selatan di pimpin oleh Bapak Persada Ginting.

(http://pemudapancasila.or.id/?page_id=17 (diakses pada tanggal 15

Oktober 2012 Pukul 15.07))

Page 32: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2. Tinjauan Umum Tentang Politik

a. Pengertian Politik

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-

macam kegiatan dalam suatu sistem politik ( atau negara) yang

menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan

melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan

dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang

( private goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok

termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang. The political arises

whenever and wherever groups are prepared to distinguish their friends

from their enemies and to confront those enemies. (Contemporary Political

Theory volume 2 issues 3 October 2003)

Menurut Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik (

Miriam Budiarjo 2004 : 8-13) terdapat perbedaan-perbedaan dalam

definisi politik yang kita jumpai. Hal ini disebabkan karena setiap sarjana

meneropong hanya pada satu aspek atau unsur dari politik saja. Unsur itu

diperlakukannya sebagai konsep pokok, yang dipakainya untuk

meneropong unsur-unsur lainnya. Konsep-konsep pokok itu adalah :

1) Negara (state)

2) Kekuasaan (power)

3) Pengambilan keputusan (decisionmaking)

4) Kebijaksanaan (policy, beleid)

5) Pembagian (distribution) dan alokasi (allocation)

b. Pengertian sistem politik yang demokrasi

Sistem politik ialah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur

dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan, kesatuan yang

dimaksudkan dapat berupa negara atau masyarakat. Sistem politik

merupakan kelembagaan dari hubungan supra struktur dan infra struktur

politik.

Page 33: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Sebelum ke pengertian sistem politik yang demokrasi ada baiknya jika

kita tahu apa yang dimaksud dengan demokrasi dulu. Demokrasi adalah

suatu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai

upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas

negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut, baik secara

langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi

perwakilan). Demokrasi, menurut Dahl (1999), harus dilihat sebagai

proses politik yang membuka peluang bagi partisipasi politik rakyat untuk

secara efektif melakukan pengawasan terhadap agenda dan keputusan

politik. (Jurnal Politik Volume 1 Nomor 1 2008)

Menakar pada pengertian itu maka dapat dikatakan bahwa sistem

politik yang demokrasi adalah sistem politik yang mendasarkan atas

prinsip demokrasi dimana warga negara dapat berpartisipasi dalam setiap

pengambilan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan. Merupakan sistem

yang memelihara keseimbangan konflik dan konsensus, artinya demokrasi

memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar

individu, diantara berbagai kelompok, individu dan kelompok, individu

dengan pemerintahan, dan sebagainya.

Henry B. Mayo, menyatakan demokrasi sebagai sistem politik

merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum

ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara

efektif oleh rakyat dalam pemilihan yang berkala yang didasarkan atas

prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya

kebebasan politik.

Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila dimana Pancasila

dipandang sebagai ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai yang

dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa. Sebagai ideologi

nasional pancasila mempunyai fungsi sebagai alat pemersatu masyarakat

yang mampu menjadi sumber nilai bagi prosedur penyelesaian konflik

yang terjadi dan sebagai cita-cita masyarakat yang selanjutnya menjadi

pedoman dalam membuat dan menilai keputusan politik.

Page 34: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Demokrasi pancasila dapat berarti secara luas yaitu kedaulatan rakyat

yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila dalam bidang politik, ekonomi,

dan sosial. Secara sempit demokrasi pancasila dapat berarti kedaulatan

rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

Sistem politik merupakan kelembagaan dari hubungan suprastruktur

dan infrastruktur politik. Suprastruktur Politik sering disebut sebagai

bangunan atas atau mesin politik resmi atau lembaga-lembaga pembuat

keputusan politik yang sah, lembaga-lembaga tersebut bertugas

mengkonversi inputs yang terdiri dari tuntutan, dukungan yang

menghasilkan suatu output berupa kebijakan publik. Lembaga-lembaga itu

terbagi dalam tiga kelompok, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Kekuasaan eksekutif di Indonesia berada di tangan presiden, dimana

presiden adalah sebagai kepala negara dan sekaligus sebagai kepala

pemerintahan. Kekuasaan eksekutif di Indonesia di pegang oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang anggotanya terdiri dari anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah

(DPD) yang dipilih melalui pemilihan umum.

3. Tinjauan Umum Tentang Infrastruktur Politik

a. Pengertian infrastruktur politik

Bangsa Indonesia mengalami perubahan infrastruktur politik sejak

bergantinya masa kepemimpinan presiden Soeharto. Masuknya masa orde

baru membuat bangsa Indonesia menjadi lebih demokrasi dalam system

politiknya.

Indonesia has endured wrenching change in the past year, but one

thing hasn't altered much: the intricate political infrastructure that former

President Suharto forged during his 32-year dictatorship. As the nation

prepares for next month's first free election in 44 years, this enduring

political machine threatens the prospects for real change, no matter who is

elected. (Wall Street Journal)

Page 35: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Infrastruktur politik yaitu suasana kehidupan politik rakyat yang

berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam

kegiatannya dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam

menjalankan fungsi serta kekuasaannya masing-masing. Untuk

menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat dalam penyelenggaraan

pemerintahan negara.

Infrastruktur politik sering disebut sebagai bangunan bawah, atau

mesin politik informal atau mesin politik masyarakat yang berperan secara

tidak langsung dalam pengambilan kebijakan-kebijakan politik yang

diambil oleh suprastruktur politik, guna sebagai penyalur atau penyampai

aspirasi dari berbagai kelompok pada suatu negara dalam lapisan

manapun. Infrastruktur politik terdiri dari berbagai kelompok yang

dibentuk atas dasar kesamaan sosial, ekonomi, kesamaan tujuan, serta

kesamaan lainnya.

b. Fungsi Infrastuktur Politik

Infrastruktur politik adalah suatu set struktur yang menggabungkan

antara satu dengan yang lain, lalu membentuk satu rangkaian yang

membantu berdirinya keseluruhan struktur tertentu. Fungsi infrastruktur

politik ialah :

1) Pendidikan politik, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik

rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal

dalam sistem politiknya. Sesuai dengan paham demokrasi atau

kedaulatan rakyat. Rakyat harus mampu menjalankan tugas

partisipasi.

2) Mempertemukan kepentingan yang beraneka ragam dan kenyataan

hidup dalam masyarakat.

3) Agregasi kepentingan, yaitu menyalurkan segala hasrat, aspirasi,

dan pendapat masyarakat kepada pemegang kekuasaan atau

pemegang kekuasaan yang berwenang agar tuntutan atau dukungan

menjadi perhatian dan menjadi bagian dari keputusan politik.

Page 36: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4) Seleksi kepemimpinan, yaitu menyelenggarakan pemilihan

pemimpin atau calon pemimpin bagi masyarakat.

c. Unsur-unsur infrastruktur politik

Pada infrasruktur politik dibentuk partai-partai politik seperti misalnya

di Indonesia yaitu Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrat,

Partai Nasdem, dan lain sebagainya. Selain partai politik, terdapat juga

organisasi abstrak tidak resmi. Kelompok ini disebut kelompok penekan

dan kelompok yang mempunyai kepentingan contohnya antara lain ormas

dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Antara bagian-bagian

suprastruktur politik dengan unsur-unsur infrastruktur politik terdapat

hubungan saling memengaruhi sehingga menumbuhkan suasana

kehidupan politik yang serasi. Unsur-unsur infrastruktur politik berfungsi

memberikan masukan kepada suprastruktur politik.

Unsur-unsur infrastruktur politik tersebut yaitu :

1) Partai politik

Partai politik secara mendasar adalah sebuah organisasi atau

institusi yang mewakili beberapa golongan masyarakat yang

memiliki tujuan sama, yang kemudian bersama-sama berusaha

untuk mencapai tujuannya tersebut. Oleh karena itu dalam sebuah

negara yang berdemokrasi partai politik sebagai sebuah lembaga

yang memiliki peranan yang penting dalam negara demokrasi,

khususnya pada masa sekarang ini.

Fungsi partai politik menurut Miriam Budiardjo dalam Dasar-

Dasar Ilmu Politik (Miriam Budiarjo 2008 : 163-166) yaitu :

a) Partai sebagai sarana komunikasi politik

b) Partai sebagai sarana sosialisasi politik

c) Partai politik sebagai sarana rekruitmen politik

d) Partai politik sebagai pengatur konflik

Partai-partai politik dalam memperjuangkan kepentingannya

dilaksanakan melalui pemilihan umum. Pada umumnya dalam

praktik pemilihan umum dikenal dua sistem pemilihan umum yaitu

Page 37: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Sistem Distrik dan Sistem Perwakilan Berimbang (Sistem

Proporsional) (Miriam Budiarjo, 2004:177). Sistem distrik disebut

juga dengan single member constituency, satu daerah pemilihan

memilih satu wakil, dimana negara dibagi dalam sejumlah distrik

dan anggota legislatif ditentukan oleh jumlah distrik tersebut.

Sedangkan sistem perwakilan berimbang disebut juga

Proportional Representation berifat multi-member constituency,

satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil dengan gagasan

pokok jumlah kursi di lembaga legislatif yang diperoleh oleh partai

adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya.

Indonesia menggunakan sistem multipartai, sehingga terdapat

bermacam-macam kepentingan juga yang di bawa oleh masing-

masing partai tersebut. Dalam sistem pemilunya, Indonesia

menganut sistem perwakilan berimbang dimana terdapat daerah

pemilihan (dapil) di tiap-tiap kota/kabupaten, provinsi, dan pusat.

2) Kelompok kepentingan (interest group)

Ramlan Surbakti (2007:109) menjelaskan, bahwa kelompok

kepentingan ialah sejumlah orang yang memiliki sifat, sikap,

kepercayaan, dan/atau tujuan yang sepakat mengorganisasikan diri

untuk melindungi dan mencapai tujuan. Sebagai kelompok yang

terorganisasi, kelompok kepentingan tidak hanya memiliki sistem

keanggotaan yang jelas, tetapi juga memiliki pola kepemimpinan,

sumber keuangan untuk membiayai kegiatan, dan pola komunikasi

baik ke dalam maupun ke luar organsiasi.

Kelompok kepentingan memusatkan perhatian pada bagaimana

mengartikulasikan kepentingan tertentu kepada pemerintah

sehingga pemerintah menyusun kebijakan yang menampung

kepentingan kelompok. Kelompok kepentingan lebih berorientasi

kepada proses perumusan kebijakan umum yang dibuat

pemerintah. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk

memegang kekuatan seperti halnya partai politik, walaupun ada

Page 38: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kalanya kelompok kepentingan mendukung partai politik tertentu.

Klasifikasi kelompok kepentingan terdapat berbagai tipe sesuai

dengan patokan yang digunakannya. Klasifikasi tersebut dapat

dilihat dalam berbagai patokan sebagai berikut:

a) Kelompok kepentingan berdasarkan jenis kegiatannya

dikenal berbagai macam kelompok seperti profesi,

keagamaan, kegemaran, lingkungan hidup, kepemudaan

dan kewanitaan (Ramlan Surbakti, 2007:109).

b) Kelompok kepentingan berdasarkan lingkungan

kepentingan yang diartikulasikannya dikenal adanya

kelompok kepentingan yang memperjuangkan kepentingan

yang terbatas seperti petani, guru, buruh, tetapi ada

kelompok kepentingan yang memperjuangkan kepentingan

dalam linkgup yang luas seperti bantuan hukum dan

lembaga konsumen. (Ramlan Surbakti, 2007:109-110).

c) Kelompok kepentingan berdasarkan gaya dan metode

mengajukan kepentingan oleh Ramlan Surbakti (2007:110),

dibedakan atas:

(1) Kelompok kepentingan anomik, yaitu kelompok yang

identitasnya kurang jelas dan mengajukan kepentingan

secara spontan dan berorientasi pada tindakan segera

dengan cara demontrasi, pemogokan dan hura-hura

(2) Kelompok kepentingan non-asosiasi, yaitu kelompok

yang terbentuk apabila ada kepentingan yang sama

untuk diperjuangkan dan bersifat temporer. Setelah

melakukan kegiatan, kelompok ini langsung bubar

dengan sendirinya. Contohnya kelompok suku, ras, dan

kedaerahan. Cara yang ditempuh biasanya dengan

pendekatan informal.

(3) Kelompok kepentingan instituional, yaitu kelompok

kepentingan yang muncul dalam lembaga-lembaga

Page 39: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

politik dan pemerintahan dengan tujuan untuk melayani

kepentingan sendiri

(4) Kelompok kepentingan asosiasional, yaitu kelompok

kepentingan yang secara khusus berfungsi

mengartikulasikan kepentingan kelompok. Kelompok

kepentingan ini terorganisasi dengan baik dan selalu

menjalin hubungan antar anggota dan hubungan dengan

pemerintah. Contohnya Kamar Dagang dan Industri,

Serikat Pekerja, Himpunan Petani dan Ikatan Dokter.

3) Kelompok penekan (pressure group)

Kelompok penekan adalah kelompok yang melancarkan

tekanan-tekanan atas kekuasaan yang sedang berjalan, bertindak

untuk mempengaruhi kekuasaan, tetapi tidak langsung mengambil

bagian dalam kekuasaan. Kelompok penekan berbeda dengan

kelompok kepentingan dalam hal cara dan sasaran, caranya dengan

memberikan tekanan dan sasarannya adalah agar tuntutannya

terpenuhi (Ramlan Surbakti, 2007:109).

Pengelompokkan kelompok penekan menurut Maurice

Duverger (1984 : 122-128) dijelaskan sebagai berikut:

a) Kelompok Penekan eksklusif dan Kelompok Penekan

Parsial

Kelompok penekan yang eksklusif merupakan kelompok

penekan yang hanya mengambil tindakan dalam bidang

politik dengan memberikan tekanan atas kekuasaan politik.

Sedangkan kelompok penekan yang parsial, dimana

kegiatan politik merupakan bagian dari kegiatan

keseluruhan.

b) Kelompok Penekan Swasta dan Kelompok Penekan Resmi

Kelompok penekan swasta merupakan kelompok penekan

yang berada di luar pemerintahan. Sebaliknya kelompok

penekan resmi berada di lingkungan pemerintahan dengan

Page 40: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tujuan lembaga pemerintahan yang memberikan tekanan

akan diperhatikan keberadaannya.

c) Kelompok Penekan Asing

Kelompok penekan asing berasal dari luar negeri yang

memberikan tekana tertentu pada suatu pemerintahan

negara tertentu.

4) Media komunikasi politik

Media komunikasi politik adalah salah satu instrumen politik

yang berfungsi menyampaikan informasi dan persuasi mengenai

politik baik dari pemerintah kepada masyarakat maupun

sebaliknya. Merupakan benda mati yang sebagai perantara

penyebaran dan pemberitaan (singkat kata alat komunikasi) politik.

Komunikasi politik yaitu menghubungkan pikiran politik yang

hidup dalam masyarakat baik pikiran intragolongan, institusi,

asosiasi ataupun sector kehidupan politik masyarakat dengan

sektor pemerintah.

Kelompok infrastruktur politik ini, secara nyata menggerakkan

sistem, memberikan input, terlibat dalam proses politik,

memberikan pendidikan politik, melekukan sosialisasi politik,

menyeleksi kepemimpinan, menyelesaikan sengketa politik, yang

terjadi diantara berbagai pihak baik di dalam maupun di luar. Serta

mempunyai daya ikat baik secara ke dalam maupun keluar.

Alat komunikasi dapat mendukung terciptanya suasana politik

rakyat karena alat komunikasi tersebut merupakan sarana

perhubungan dan pemersatu bagi masing-masing golongan,

terutama golongan politik. Alat komunikasi tersebut berfungsi

sebagai alat penyebarluasan konsep-konsep, ajaran-ajaran, doktrin-

doktrin, ideologi-ideologi politik tertentu, dasn program-program

kerja golongan kepada seluruh anggota dan simpatisannya.

Page 41: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

B. Kerangka Pemikiran

Gambar.2. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Kerangka pemikiran diatas mencoba untuk memberikan gambaran

mengenai alur berfikir dalam mengangkat, menggambarkan, menelaah, dan

UU Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi

Kemasyarakatan

Sistem Politik yang demokrasi

Lembaga Infrastruktur Politik

Organisasi Masyarakat

(Pressure Group dan Interest

Group)

Peran Ormas Pemuda Pancasila sebagai lembaga

infrastruktur politik

Page 42: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

menjabarkan serta menemukan jawaban atas permasalahan mengenai peran ormas

Pemuda Pancasila sebagai lembaga infrastruktur politik di Indonesia.

Di dalam suatu sistem perpolitikan tidak akan terlepas dari suatu

kelompok-kelompok tertentu yang berusaha untuk mempengaruhi kekuasaan di

pemerintahan untuk mengambil suatu kebijakan. Kelompok-kelompok ini akan

terus berusaha untuk memberi pengaruh pada kekuasaan yang sedang memimpin

tanpa harus secara langsung terlibat dalam suatu pemerintahan. Tujuannya hanya

semata-mata untuk kepentingan kelompok itu dan anggota-anggotanya.

Kelompok-kelompok itu bisa termasuk di dalam kelompok kepentingan

yang memusatkan perhatian pada bagaimana mengartikulasikan kepentingan

tertentu kepada pemerintah sehingga pemerintah menyusun kebijakan yang

menampung kepentingan kelompok. Bisa juga termasuk sebagai kelompok

penekan dimana mereka mempunyai tujuan untuk melancarkan tekanan-tekanan

atas kekuasaan yang sedang berjalan, bertindak untuk mempengaruhi kekuasaan,

tetapi tidak langsung mengambil bagian dalam kekuasaan. Salah satu contoh dari

dua kelompok tersebut adalah organisasi kemasyarakatan (ormas). Ormas bisa

berperan sebagai kelompok penekan ataupun kelompok kepentingan tergantung

dari bagaimana cara mereka dalam mempengaruhi kekuasaan yang ada.

Di Indonesia, ormas telah diatur sedemikian serupa di dalam suatu

peraturan perundang-undangan salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Berdasarkan undang-undang

yang berlaku mengenai keormasan ini dikatakan bahwa ormas mempunyai

peranan yang sangat penting untuk meningkatkan keikutsertaan secara aktif

seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat yang bersatu sesuai

dengan Pancasila. Sehingga diharapkan ormas-ormas di Indonesia ini mempunyai

peranan untuk menjamin pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa, menjamin

keberhasilan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dan sekaligus

menjamin tercapainya cita-cita bangsa.

Page 43: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peranan Organisasi Kemasyarakatan Di Dalam Dunia Perpolitikan Di Indonesia

Setiap individu maupun masyarakat memiliki kepentingan yang harus

diraih dan dipertahankan bagi kelangsungan kehidupannya, baik dalam

keluarga, masyarakat, negara maupun dengan negara lain. Dalam rangka

meraih dan mempertahankan kepentingannya ini, tentu saja memerlukan kerja

keras, perjuangan yang semuanya bersentuhan dengan individu atau

masyarakat, maupun yang lebih luas yaitu negara dan pihak internasional.

Untuk itu semua, memerlukan kekuatan dan dukungan dari semua pihak,

sehingga memperoleh tanggapan yang serius dari masyarakat atau pihak

tertentu yang menjadi tujuan dari kepentingan. Bentuk kekuatan yang

memiliki daya dukung adalah kekuatan yang didalamnya berisi dua atau lebih

orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Bentuk kekuatan itu

disebut juga organisasi. Organisasi yang berdiri dan mengatasnamakan dirinya

sebagai organisasi kepentingan ialah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

Organisasi Kemasyarakatan (Ormas), dan organisasi sosial lainnya.

Organisasi Kemasyarakatan atau biasa disebut ormas menurut Undang-

Undang nomor 8 Tahun 1985 Tentang Organisasi Kemasyarakatan merupakan

organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi,

agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta

dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Didalam

penjelasan Undang-undang ini menetapkan bahwa penetapan Pancasila sbg

satu-satunya asas bagi Ormas (asas dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara). Namun hal ini tidaklah berarti Pancasila akan

Page 44: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menggantikan agama, & agama tdk mungkin di-Pancasilakan; antara

keduanya tdk ada pertentangan nilai.

Organisasi Kemasyarakatan yang merupakan sarana untuk menyalurkan

pendapat dan pikiran bagi anggota masyarakat Warganegara Republik

Indonesia, mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan

masyarakat Pancasila berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka

menjamin pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa, menjamin keberhasilan

pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dan sekaligus

menjamin tercapainya tujuan nasional.

Organisasi kemasyarakatan termasuk di dalam salah satu unsur dari

infrastruktur politik, dimana infrastruktur politik adalah suasana kehidupan

politik rakyat yang berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam kegiatannya dapat memengaruhi baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan

dalam menjalankan fungsi serta kekuasaannya masing-masing. Infrastruktur

politik mempunyai tujuan untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat

dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sebelum jauh melangkah untuk memahami peran ormas di dalam dunia

perpolitikan ada baiknya kita mengenal dulu apa sebenarnya itu politik. Pada

umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan

dalam suatu sistem politik ( atau negara) yang menyangkut proses menentukan

tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik selalu

menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan

tujuan pribadi seseorang ( private goals). Lagipula politik menyangkut

kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang

seorang.

Menurut Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik (2004

: 8-13) terdapat perbedaan-perbedaan dalam definisi politik yang kita jumpai.

Hal ini disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya pada satu aspek

atau unsur dari politik saja. Unsur itu diperlakukannya sebagai konsep pokok,

Page 45: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

yang dipakainya untuk meneropong unsur-unsur lainnya. Konsep-konsep

pokok itu adalah :

1) Negara (state)

2) Kekuasaan (power)

3) Pengambilan keputusan (decisionmaking)

4) Kebijaksanaan (policy, beleid)

5) Pembagian (distribution) dan alokasi (allocation)

Sistem politik ialah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan

fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan, kesatuan yang

dimaksudkan dapat berupa negara atau masyarakat. Sistem politik merupakan

kelembagaan dari hubungan supra struktur dan infra struktur politik.

Sistem politik demokrasi adalah sistem politik yang mendasarkan atas

prinsip demokrasi dimana warga Negara dapat berpartisipasi dalam setiap

pengambilan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan. Merupakan sistem

yang memelihara keseimbangan konflik dan konsensus, artinya demokrasi

memungkinkan perbedaan pendapat, persaingan dan pertentangan antar

individu, diantara berbagai kelompok, individu dan kelompok, individu

dengan pemerintahan, dan sebagainya.

Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang

menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh

wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan yang

berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan

dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila dimana Pancasila

dipandang sebagai ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai yang dianggap

baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa. Sebagai ideologi nasional

pancasila mempunyai fungsi sebagai alat pemersatu masyarakat yang mampu

menjadi sumber nilai bagi prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dan

sebagai cita-cita masyarakat yang selanjutnya menjadi pedoman dalam

membuat dan menilai keputusan politik.

Page 46: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Demokrasi pancasila dapat berarti secara luas yaitu kedaulatan rakyat yang

didasarkan pada nilai-nilai pancasila dalam bidang politik, ekonomi, dan

sosial. Secara sempit demokrasi pancasila dapat berarti kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan.

Sistem politik merupakan kelembagaan dari hubungan suprastruktur dan

infrastruktur politik dimana suprastruktur politik sering disebut sebagai

bangunan atas atau mesin politik resmi atau lembaga lembaga pembuat

keputusan politik yang sah, lembaga lembaga tersebut bertugas

mengkonversi inputs yang terdiri dari tuntutan,dukungan yang menghasilkan

suatu output berupa kebijakan publik. Lembaga-lembaga itu terbagi dalam tiga

kelompok, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden, kalau di Indonesia adalah

kepala Negara dan sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kekuasaan

legislatif di Indonesia di pegang oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

yang anggotanya terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan

umum. Kekuasaan yudikatif di Indonesia terdiri dari tiga pilar yaitu

Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial

(KY)

Infrastruktur politik sering disebut sebagai bangunan bawah, atau mesin

politik informal atau mesin politik masyarakat yang berperan secara tidak

langsung dalam pengambilan kebijakan-kebijakan politik yang diambil oleh

suprastruktur politik, guna sebagai penyalur atau penyampai aspirasi dari

berbagai kelompok pada suatu Negara dalam lapisan manapun. Infrastruktur

politik terdiri dari berbagai kelompok yang dibentuk atas dasar kesamaan

sosial, ekonomi, kesamaan tujuan, serta kesamaan lainnya. Dari pengertian-

pengertian itu, infrastruktur bisa dibagi menjadi beberapa unsur, yaitu partai

politik, kelompok kepentingan (interest group), kelompok penekan (pressure

group), dan media komunikasi politik.

Page 47: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Partai politik secara mendasar adalah sebuah organisasi atau institusi yang

mewakili beberapa golongan masyarakat yang memiliki tujuan sama, yang

kemudian bersama-sama berusaha untuk mencapai tujuannya tersebut.

kelompok kepentingan ialah sejumlah orang yang memiliki sifat, sikap,

kepercayaan, dan/atau tujuan yang sepakat mengorganisasikan diri untuk

melindungi dan mencapai tujuan. Kelompok penekan adalah kelompok yang

melancarkan tekanan-tekanan atas kekuasaan yang sedang berjalan, bertindak

untuk mempengaruhi kekuasaan, tetapi tidak langsung mengambil bagian

dalam kekuasaan. Media komunikasi politik adalah salah satu instrumen

politik yang berfungsi menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik

baik dari pemerintah kepada masyarakat maupun sebaliknya.

Kelompok penekan berbeda dengan kelompok kepentingan dalam hal cara

dan sasaran, caranya dengan memberikan tekanan dan sasarannya adalah agar

tuntutannya terpenuhi. Kelompok kepentingan memusatkan perhatian pada

bagaimana mengartikulasikan kepentingan tertentu kepada pemerintah

sehingga pemerintah menyusun kebijakan yang menampung kepentingan

kelompok. Kelompok kepentingan lebih berorientasi kepada proses

perumusan kebijakan umum yang dibuat pemerintah. Kelompok kepentingan

tidak berusaha untuk memegang kekuatan seperti halnya partai politik,

walaupun ada kalanya kelompok kepentingan mendukung partai politik

tertentu. Sedangkan kelompok penekan dalam melancarkan tekanan kepada

pemerintahan bisa dibedakan sebagai berikut (Maurice Duverger 1984 : 122-

128) :

1) Kelompok Penekan eksklusif dan Kelompok Penekan Parsial

Kelompok penekan yang eksklusif merupakan kelompok

penekan yang hanya mengambil tindakan dalam bidang politik dengan

memberikan tekanan atas kekuasaan politik. Sedangkan kelompok

penekan yang parsial, dimana kegiatan politik merupakan bagian dari

kegiatan keseluruhan.

2) Kelompok Penekan Swasta dan Kelompok Penekan Resmi

Page 48: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Kelompok penekan swasta merupakan kelompok penekan yang

berada di luar pemerintahan. Sebaliknya kelompok penekan resmi

berada di lingkungan pemerintahan dengan tujuan lembaga

pemerintahan yang memberikan tekanan akan diperhatikan

keberadaannya.

3) Kelompok Penekan Asing

Kelompok penekan asing berasal dari luar negeri yang

memberikan tekanan tertentu pada suatu pemerintahan negara tertentu.

Kelompok kepentingan juga mempunyai peranan yang berbeda dengan

partai politik karena tujuan partai politik adalah untuk menduiduki jabatan

publik. Kelompok kepentingan memberikan input yang digunakan pemerintah

untuk memutuskan kebijakan yang akan diambil terhadap rakyatnya. Input

yang mereka berikan bertujuan agar pandangan-pandangan mereka dipahami

oleh para pembuat keputusan dan agar mendapat output yang sesuai dengan

tuntutan mereka. Dalam tulisannya Gabriel A. Almond (Sahat Simamora 1985

: 150) , mengatakan untuk memberikan input pada pembuat kebijakan,

saluran-saluran yang penting dan biasa digunakan adalah demonstrasi dan

tindakan kekerasan; tindakan ini biasa digunakan untuk menyatukan tuntutan

kepada pembuat kebijakan.

Berbagai keputusan yang dirancang oleh pemerintah mungkin akan

membantu maupun menyulitkan rakyat, memungut pajak dari beberapa

penduduk tetapi tidak dari yang lain, menerima pegawai baru sembari

memecat yang lain, memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan

bantuan-bantuan lain yang menguntungkan sejumlah kelompok warganegara

tetapi tidak bagi yang lain, dan sebagainya. Pendek kata, kepentingan rakyat

bisa terpenuhi tetapi juga bisa dirugikan oleh tindakan-tindakan pemerintah.

Karena itu penduduk sangat memperhatikan dan berkepentingan terhadap

keputusan-keputusan yang dikeluarkan pemerintahnya. Mereka menyatakan

atau mengartikulasikan kepentingan mereka kepada pranata-pranata politik

dan pemerintahan melalui berbagai kelompok yang mereka bentuk bersama

dengan orang lain yang memiliki kepentingan yang sama.

Page 49: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Setiap sistem politik memiliki berbagai cara tertentu dalam merumuskan

dan menanggapi tuntutan. Bentuk artikulasi kepentingan yang paling umum di

semua sistem politik adalah mengajukan tuntutan secara individual kepada

anggota dewan kota praja, parlemen, pejabat pemerintahan, atau dalam

masyarakat tradisional, kepala-kepala desa atau ketua suku. Kelompok

kepentingan yang dibentuk untuk memperkuat dan mengefektifkan tuntutan-

tuntutan individual itu telah ada dan berfungsi aktif dalam kehidupan politik

sepanjang sejarah. Ketika masyarakat mengenal industrialisasi dan meluasnya

ruang lingkup kegiatan pemerintahan, jumlah dan jenis kelompok kepentingan

itu berkembang pesat.

Sekalipun kelompok kepentingan yang terorganisir tidak mudah dibedakan

dari partai politik, ada satu perbedaan umum yang dapat diterima. Sebuah

kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi

kebijaksanaan pemerintah tanpa pada saat yang bersamaan mempunyai

kehendak memperoleh jabatan publik. Sebaliknya, partai politik benar-benar

bertujuan untuk menguasai jabatan-jabatan publik, yaitu jabatan politik

maupun pemerintah, walaupun dalam hal beberapa partai revolusioner ini

mungkin dalam bentuk penyingkiran para pejabat dan jabatan-jabatan lama

sekaligus membentuk jabatan publik yang baru;. Kecuali dalam keadaan-

keadaan yang luar biasa kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai

pengelolaan pemerintahan secara langsung. Walaupun mungkin para

pemimpin atau anggotanya mendapatkan kedudukan-kedudukan politik

berdasarkan pemilihan umum, tetapi kelompok kepentingan tidak dianggap

sebagai organisasi yang mendominasi pemerintahan.

Dalam praktek perbedaannya memang tidak setegas itu. Keanggotaan

kelompok kepentingan dan partai politik sering tumpang tindih dan tambahan

pula, kelompok kepentingan sering terlibat aktif dalam seleksi calon-calon

partai dan selalu berusaha agar para anggotanya terwakili dalam komisi-

komisi pemerintah. Kadang kala, kelompok kepentingan bahkan berkembang

menjadi partai politik, misalnya Partai Patriot yang berasal dari ormas Pemuda

Pancasila lalu yang baru-baru ini ada partai Nasdem yang berasal dari ormas

Page 50: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Nasional Demokrat. Tetapi, walaupun perbedaanya tidak jelas, satu perbedaan

penting diantaranya adalah usaha menguasai jabatan publik itu.

Kelompok-kelompok kepentingan saling berbeda antara lain dalam hal

struktur, gaya, sumber pembiayaan, dan dasar dukungannya. Perbedaan-

perbedaan itu sangat mempengaruhi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial

suatu bangsa. Walaupun kelompok-kelompok kepentingan juga diorganisir

berdasarkan keanggotaan, kesukuan, ras, etnis, agama ataupun berdasarkan

sejumlah isu kebijakan, namun kelompok-kelompok kepentingan yang paling

besar dan secara financial paling mampu adalah kelompok yang bersandar

pada bidang pekerjaan atau profesi, terutama karena kehidupan sehari-hari dan

karir seseoranglah yang paling cepat dan langsung dipengaruhi oleh

kebijaksanaan atau tindakan pemerintah. Karenanya itu sebagian besar Negara

memiliki serikat buruh, himpunan pengusaha, kelompok petani, dan

persatuan-persatuan dokter, advokat, insinyur, dan guru.

Menurut Gabriel A. Almond (Sahat Simamora, 1985: 146) kelompok-

kelompok kepentingan tersebut dapat dibedakan menjadi empat kelompok

yaitu kelompok anomi, non-asosiasional, institusional, dan asosiasional.

Pada kelompok anomi ini biasanya terbentuk secara spontan dan

sementara di antara unsur-unsur dalam masyarakat. Karena kelompok ini

tidak memiliki nilai-nilai dan dan norma pengatur kelompok ini sering

tumpang tindih dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non- konvensional

lainnya seperti demonstrasi, kerusuhan, tindak kekerasan politik, dan

sebagainya. Dengan begitu apa yang dianggap sebagai tingkah laku anomi

mungkin saja hanya merupakan tindakan kelompok-kelompok terorganisir (

bukan kelompok anomi) yang menggunakan cara cara-cara non-konvensional

atau kekerasan.

Seperti kelompok anomi, kelompok kepentingan non- asosiasional juga

jarang diorganisir secara rapi sedang kegiatannya bersifat temporer. Biasanya

berujud kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnis, regional,

status dan kelas yang menyatakan kepentingan secara temporer lewat

individu-individu, kepala keluarga, atau pemimpin agama dan sebagainya.

Page 51: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Kelompok institusional lebih bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi

politik atau sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Namun, baik sebagai

badan hokum ataupun kelompok-kelompok yang lebih kecil dalam badan

hokum itu, kelompok semacam ini bisa menyatakan kepentingannya sendiri

maupun mewakili kepentingan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat.

Kelompok ini contohnya adalah partai politik, serikat buruh, lembaga militer,

dan sebagainya. Bila kelompok-kelompok ini mempunyai pengaruh yang

sangat kuat biasanya ini disebabkan oleh adanya basis organisasinya yang

kuat.

Kelompok yang berikutnya yaitu kelompok asosiasional. Kelompok ini

secara khusus menyatakan kepentingan suatu kelompok tertentu, memakai

tenaga staf professional yang bekerja penuh, dan memiliki tertib prosedural

yang rapi untuk merumuskan kepentingan dan tuntutan. Berbagai studi

menunjukkan bahwa kelompok kepentingan asosiasional cenderung akan

mengorganisir pewrkembangan jenis-jenis kelompok kepentingan lainnya.

Basis organisasi menempatkannya di atas kelompok non-asosiasional, taktik

dan tujuannya sering diabsahkan masyarakat, dan dengan mewakili kelompok

dan kepentingan yang luas, kelompok asosiasional secara efektif bisa

membatasi pengaruh kelompok kepentingan lain ( kelompok anomis, non-

asosiasional, dan institusional). Salah satu contoh dari kelompok ini adalah

organisasi kemasyarakatan dimana ormas pasti didirikan untuk

memperjuangkan kepentingan-kepentingan tertentu dari masyarakat atau

golongan.

Organisasi kemasyarakatan bisa termasuk di dalam kelompok kepentingan

maupun di dalam kelompok penekan tergantung fungsinya. Sehingga peran-

peran yang ditunjukkan dalam kelompok-kelompok penekan (pressure groups)

dan kelompok-kelompok kepentingan (interest groups) dapat dimasukkan ke

dalam peranan organisasi masyarakat, karena ormas di satu sisi dapat berperan

sebagai kelompok penekan dan di sisi lain dapat berperan sebagai kelompok

kepentingan.

Page 52: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kelompok kepentingan ataupun kelompok penekan dalam hal ini

organisasi kemasyarakatan harus mampu mencapai atau berhubungan

langsung dengan para pembuat keputusan politik utama agar dapat efektif

dalam menjalankan perannya. Organisasi kemasyarakatan mungkin saja

mengungkapkan kepentingan anggotanya baik secara informal maupun

formal, tetapi tanpa dibarengi dengan kapasitas mempengaruhi struktur

pembuatan keputusan politik niscaya ia tidak akan berhasil. Kelompok-

kelompok itu memiliki taktik yang berbeda untuk mencapai kaum

berpengaruh, dan cara mereka mengorganisir pengaruh juga berbeda-beda

antar setiap sistem politik.

Dalam menyuarakan tuntutan politik, individu-individu yang mewakili

organisasi kemasyarakatan atau dirinya sendiri biasanya tidak hanya sekedar

ingin menyampaikan informasi. Mereka bertujuan agar pandangan-pandangan

mereka dipahami oleh para pembuat keputusan yang relevan dengan

kepentingan mereka, dan memperoleh tanggapan baik. Karena itulah

organisasi kemasyarakatan berusaha mencari saluran-saluran khusus untuk

menyampaikan tuntutan mereka dan mengembangkan teknik-teknik itu agar

diperhatikan dan ditanggapi. Dan saluran-saluran untuk mencetuskan opini

dalam masyarakat besar dalam menentukan luas dan efektifnya tuntutan

organisasi kemasyarakatan. Saluran-saluran itu diantaranya adalah

demonstrasi dan tindak kekerasan, hubungan pribadi, perwakilan langsung,

serta saluran formal dan institusi lain.

Satu sarana untuk menyampaikan tuntutan politik adalah melalui

demonstrasi dan tindak kekerasan fisik. Seperti telah dibahas sebelumnya,

bahwa kerusuhan, demonstrasi, dan pembunuhan merupakan cirri khas

kelompok anomik, namun organisasi kemasyarakatan sering juga

menggunakan cara-cara ini. Jadi kita perlu membedakan antara tindak

kekerasan spontan oleh kelompok anomik dengan tindak kekerasan dan

demonstrasi sebagai sarana menyatukan tuntutan yang dapat digunakan oleh

setiap kelompok lain. Contoh saja di Indonesia pada saat ada kebijakan

kenaikan bahan bakar minyak (BBM), banyak kelompok-kelompok yang

Page 53: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

terdiri dari berbagai ormas, pada saat itu kebanyakan ormas berbasis

kepemudaan, langsung terjun ke jalan-jalan untuk berdemonstrasi, tidak hanya

itu bahkan pejabat publik yang tidak sependapat dengan kebijakan tersebut

ada yang langsung terjun ke lapangan untuk berkampanye agar tuntutan

kelompok-kelompok itu didengar oleh para pembuat keputusan dalam hal ini

presiden dan DPR.

Sarana yang kedua untuk mencapai elit politik adalah melalui hubungan

pribadi, misalnya dengan menggunakan keluarga, sekolah, hubungan-

hubungan kedaerahan atau yang lain, sebagai perantara. Walaupun hunbungan

pribadi ini umumnya dipergunakan oleh kelompok yang mewakili

kepentingan keluarga atau regional, tetapi ia sering juga digunakan oleh

kelompok lain seperti ormas dan partai politik. Ini terjadi di semua sistem

politik, baik tradisional maupun modern, barangkali karena hubungan

langsung merupakan salah satu cara paling efektif dalam membentuk sikap

seseorang. Jika hubungan ini terjadi dalam suasana yang akrab dan bersahabat,

kemungkinan untuk memperoleh tanggapan positif semakin besar. Tuntutan

yang disampaikan oleh seorang teman, anggota keluarga, atau tetangga dekat

lebih banyak diperhatikan ketimbang bila disampaikan secara formal oleh

orang yang belum dikenal.

Perwakilan langsung dalam badan legislatif dan birokrasi memberi

peluang bagi suatu organisasi kemasyarakatan untuk menyampaikan secara

langsung dan berkelanjutan kepentingan-kepentingannya melalui anggota aktif

dan struktur pembuat keputusan. Misalnya pada ormas NU yang secara

langsung mempunyai anggota yang berada pada DPR, lewat kendaraanya

partai PKB, sehingga aspirasi dan tujuan ormasnya dapat terwakili dalam

menyuarakan dan memperjuangkan aspirasi tersebut dalam pembuatan

keputusan. Anggota organisasi kemasyarakatan di Indonesia ini sering

mempunyai hubungan akrab dengan para pembuat keputusan aktif, dan

biasanya anggota-anggotanya sendiri terlibat dalam pembuatan keputusan

dalam departemen atau unit pemerintahan tempat kegiatan mereka seperti

yang sudah dicontohkan tadi.

Page 54: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Saluran-saluran selain yang telah disebutkan tadi ada saluran formal dan

institusi lain, diantaranya yaitu media massa, partai politik, dan lembaga

legislatif. Media massa seperti radio, televisi, majalah, ataupun sosial media

bisa digunakan sebagai penyalur utama tuntutan publik dan sarana pembuat

keputusan dalam masyarakat yang terbuka. Jika suatu ormas memiliki

kekuatan di dalam media massa seperti mungkin memilika sebuah media

televisi, maka dalam menyuarakan tujuannya akan menjadi lebih mudah

penyampaiannya apalagi untuk mengenalkan ormas tersebut kepada

masyarakat. Seperti contohnya ormas Nasional Demokrat, ada anggotanya

yang memiliki sebuah saluran televisi, maka dalam penyampaian visi misinya

banyak masyarakat yang dapat menyaksikannya. Cara ini efektif untuk

membangun massa karena masyarakat, khususnya di Indonesia lebih mudah

tertarik pada ormas yang mempunyai kekuatan finansial yang besar, apalagi

jika ditambah dengan pencitraan tokoh yang luar biasa.

Kadangkala ormas dipakai oleh pemerintahan untuk sekedar mengalihkan

isu politik. Sebagai contoh, sebut saja Front Pembela Islam (FPI) yang di

Indonesia ini terkenal radikal. Setiap ada isu politik yang hangat sedang

ramai-ramai diperbincangkan, misalnya pada saat kasus bank century, mereka

tiba-tiba beramai-ramai berada di suatu tempat dan merusak banyak hal

dengan dalil untuk kebaikan umat Islam. Seketika itu juga berita-berita

tentang century hilang dari peredaran berganti dengan berita tentang ormas

tersebut. Walaupun masih belum diketahui juga apakah benar-benar

pemerintah yang memakai ormas ini untuk mengalihkan isu politik tersebut.

Namun banyak orang dan berbagai ahli yang mengatakan demikian.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi

kemasyarakatan salah satunya adalah kemampuan mengerahkan dukungan,

tenaga, dan sumber daya para anggotanya jelas merupakan faktor penting.

Faktor lain yaitu luasnya sumber daya yang dimiliki seperti kemampuan

keuangan, jumlah anggota, keahlian politik, kohesi organisasi, dan prestise

nya di mata masyarakat umum atau para pembuat keputusan pemerintahan.

Tetapi disamping sifat intern-nya, efektivitas organisasi kemasyarakatan juga

Page 55: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dipengaruhi oleh sifat perkara dan kebijaksanaan pemerintahan pada waktu

tertentu. Misalnya, bila suatu kali program pemerintah dititikberatkan pada

pembangunan atau industri, kelompok yang paling mungkin untuk

berpengaruh adalah organisasi kemasyarakatan yang anggotanya memiliki

kecakapan dan kepentingan khusus dalam industri, tetapi bila tekanan program

pemerintah dialihkan pada perluasaan pelayanan sosial, maka ormas-ormas

yang mengkhususkan diri dalam perencanaan kota, perumahan, transportasi,

kesehatan, dan kesejahteraan sosial akan lebih memperoleh pengaruh, dalam

hal ini biasanya ormas yang berbasis sosial dan kepemudaan, seperti Palang

Merah Indonesia (PMI), Pemuda Pancasila (PP), dan ormas sosial dan

kepemudaan lainnya.

Meskipun begitu Organisasi kemasyarakatan (Ormas) bukanlah organisasi

politik apalagi partai politik. Namun bukan berarti Ormas tidak pernah terlibat

dalam politik praktis. Dalam sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, Ormas

berubah menjadi partai politik (Parpol), bukanlah hal baru. Misalnya, Partai

Nasional Indonesia (PNI). Awalnya PNI adalah sebuah Ormas yang bergerak

dalam bidang sosial kemasyarakatan dan didirikan Ir Soekarno (Bung Karno),

4 Juli 1927. Namun pada perkembangan selanjutnya PNI berubah menjadi

partai politik yang tidak hanya bergerak di bidang sosial kemasyarakatan,

namun juga mulai berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia. Karena itu tidak

heran, jika pemerintah kolonial Belanda yang mulai gerah dengan gerakan

para tokoh PNI menangkapi mereka dan melarang semua kegiatan Ormas

tersebut.

Hal yang hampir sama terjadi pada Ormas Muhammadiyah yang didirikan

Muhammad Darwis alias KH Ahmad Dahlan pada 8 Dzulhijah 1330 H atau 18

November 1912. Berdasarkan sumber lain, disamping KH Ahmad Dahlan,

tercatat nama KH Hasyim Asy\'ari juga terlibat dalam pendirian Ormas

tersebut. Awalnya Ormas itu bergerak di sekitar kampung Kauman,

Yogyakarta. Kemudian menyebar ke berbagai daerah, tidak hanya di Jawa

tetapi meluas sampai ke Sumatera dan daerah lain di luar Pulau Jawa.

Page 56: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Seperti halnya Ormas lain, Muhammadiyah pun sempat dicurigai

pemerintah kolonial sebagai organisasi politik yang berusaha mendongkel

kekuasaan penjajah. Karena itu, kegiatan Muhammadiyah selalu dikuntit dan

diawasi marsose Belanda. Hanya karena kepintaran para tokohnya, sehingga

pergerakan mereka tetap dapat berjalan terus. Dan nasibnya lebih baik

daripada PNI yang secara terang-terangan melakukan pergerakan penentangan

terhadap penjajah.

Tidak lama setelah kelahiran Muhammadiyah, kaum ulama yang

aspirasinya merasa tidak sejalan dengan Ormas pimpinan KH Ahmad Dahlan

tersebut, kemudian mendirikan Ormas Nahdlatul Ulama (NU). Motor

pendirian Ormas ini adalah KH Wahab Hasbullah. Dia yang memprakarsai

pendirian Komite Hejaz yang akan menjadi cikal bakal lahirnya NU. Tepat

tanggal 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926, berdirilan Ormas NU dengan

dipimpin KH Hasyim Asyari, kakek dari KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Hampir serupa dengan Muhammadiyah, Ormas pimpinan KH Hasyim

Asyari ini pun bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan. Jika ada

kegiatan yang bernuansa politis, mereka kamuflase kegiatan tersebut dengan

cara lain. Sehingga pergerakan organisasi tersebut cukup berjalan mulus.

Terlebih para pimpinan mereka pun dianggap cukup terbuka bagi pemerintah

kolonial. Artinya, NU bergerak tidak secara terang-terangan untuk menentang

pemerintah penjajah, tetapi pergerakan mereka kamuflase seolah-olah sejalan

dengan kebijakan pemerintah Belanda.

Angin segar Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus

1945, membawa banyak perubahan pada kehidupan Ormas. Beberapa Ormas

yang selama ini aspirasi politiknya tersumbat akibat tekanan pemerintah

penjajah, kemudian mulai muncul ke permukaan sebagai organisasi politik.

Muhammadiyah, NU, PNI, Ikatan Pendukungan Kemerdekaan Indonesia

(IPKI), Murba, dan lain-lainnya menjelma menjadi partai politik. Tahun 1955,

adalah untuk pertamakali Pemilihan Umum (Pemilu) diadakan di massa

pemerintahan Presiden Soekarno. Partai-partai tersebut tidak ketinggalan

Page 57: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

untuk berpartisipas .dalam Pemilu itu. Dari sekian banyak partai berbasis

agama, hanya NU yang mampu menembus tiga besar.

Setelah itu, Pemilu berikutnya partai-partai Islam perolehan suaranya

menurun, sehingga banyak di antara mereka yang kemudian kembali menjadi

Ormas. Sebelum NU menyatakan kembali kepada khittoh (1926),

Muhammadiyah telah lebih dulu menyatakan keluar dari arena politik. Dan itu

terjadi sepanjang pemerintahan dibawah kepemimpinan Presiden HM

Soeharto. Ada beberapa faktor mengapa partai-partai tersebut lebih memilih

kembali ke Ormas. Diantaranya dan yang paling menonjol adalah dengan

kembali ke Ormas pergerakan mereka menjadi semakin bebas dan luas.

Dengan menjadi Ormas kembali, pergerakan Muhammadiyah, NU, dan

lainnya menjadi lebih nyaman. Pemerintah saat itu pun menyambutnya dengan

gairah. Berbeda dengan sebelumnya, ketika mereka masih menjadi partai

politik, pergerakan mereka sangat terbatas atau lebih tepatnya dibatasi oleh

pemerintahan. Akibatnya, kegiatan sosial kemasyarakatan yang menjadi ide

dasar atau awal pendirian Ormas itu terabaikan dan itu sangat dirasakan betul

oleh para tokoh Ormas tersebut

Tahun berganti, abad reformasi bergulir. Tahun 1997 adalah era

kegairahan baru di dunia perpolitikan nasional. Demokrasi dan keterbukaan

yang menjadi ide dasar abad reformasi menjadi pendorong Ormas untuk

kembali berpolitik. NU, meskipun tidak terjun langsung ke arena politik,

namun tercatat organisasi itu telah membidani lahirnya Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB). Gus Dur yang tokoh NU adalah tokoh kunci dibalik kelahiran

partai politik tersebut.

Tidak hanya NU, Muhammadiyah pun ikut membangun partai politik

baru, yakni Partai Amanat Nasional (PAN), dan salah satu tokoh teras

Muhammadiyah, yakni Prof Dr H Amien Rais, MSc adalah juga pucuk

pimpinan Ormas tersebut. Menyusul Ormas-ormas lain yang secara latah ikut

berubah menjadi partai politik, terlebih setelah memasuki tahun 2000-an.

Misalnya, Ormas pemuda, yakni Pemuda Pancasila yang dulunya adalah

embrio atau sayap partai IPKI telah membangun partai politik yang

Page 58: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dinamakan Partai Patriot Pancasila dan terakhir menjadi Partai Patriot, selain

itu baru-baru ini ada ormas sosial yakni Nasional Demokrat yang diprakarsai

oleh beberapa elit politik sebut saja Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku

Buwono X membentuk sebuah partai politik yang dinamakan partai Nasdem

dimana ormas dan partai politik ini menguasai beberapa media massa di

Indonesia.

Banyaknya ormas yang berubah menjadi partai politik ataupun

membentuk partai politik adalah salah satu upaya dari ormas tersebut untuk

mewujudkan cita-cita daripada ormas-ormas yang bersangkutan. Dengan cara

membentuk atau berubah menjadi partai politik maka beberapa anggotanya

akan dapat berpartisipasi secara langsung untuk dipilih menjadi salah satu

anggota legislatif, dimana jika terpilih maka ia akan berusaha sekuat tenaga

untuk dapat memperjuangkan dan mewujudkan tujuan-tujuan kelompoknya

dengan cara ikut terlibat langsung dalam pengambilan keputusan kebijakan

publik di dalam pemerintahan di Indonesia ini.

B. Peran Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Pancasila sebagai lembaga

infrastruktur Politik di Indonesia khususnya di Kabupaten Sukoharjo

1) Latar belakang terbentuknya Ormas Pemuda Pancasila

Perjalanan panjang, tekanan politik, sejarah pergerakan kemerdekaan

serta pertahan dan keamanan Negara, menjadi satu dinamika perputaran

roda sejarah bagi pergerakan dan pertumbuhan organisasi. Stabilitas

sebuah organisasi baik itu organisasi pemerintahan atau pun yang

berkembang di masyarakat tak menutup kemungkinan bongkar dan pasang

structural. Hal itu sudahlah menjadi hal yang lumrah, semata menunjukan

eksistensi Organisasi tersebut. Sewaktu waktu maju dan sewaktu waktu

menurun, bukan berarti staknan di tempat. Semua prosesi membentuk

karakter dan kedewasaan tatanan dalam berorgranisasi sudah wajar

adanya.

Gaung organisasi kemasyarakatan tercetus sejak adanya kebangkitan

nasional yang dikomandoi Budi Oetoemo saat itu, tepatnya pada tanggal

20 Mei 1908. Mulailah bermunculan pergerakan pergerakan rakyat,

Page 59: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

seperti Jong Java, Jong Celebes, Taman Siswa dan lain sebagainya.

Namun, arah itu mulai menjadi satu suara, ketika kaum pemuda merasa

perlu adanya satu ikrar janji setia yang termaktub dalam Sumpah

Pemuda 28 Oktober 1928. Semua Organisasi tersebut pada prinsipnya

menuju satu tujuan yaitu Indonesia Merdeka. Perjalanan cukup panjang

dari upaya untuk merebut dan memperoleh kemerdekaan, sampai kepada

satu krisis ideologi yang mau menggantikan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, untuk itulah

amanat Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menjadi satu fase dimana ideologi dan

karakter Pemuda Pancasila terbentuk serta mempertahankan Ideologi

Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menjadi urat nadi Organisasi Pemuda Pancasila saat itu. Pada tanggal

28 Oktober 1959 Pemuda Pancasila didirikan oleh Ikatan Pendukung

Kemerdekaan Indonesia ( IPKI ). IPKI merupakan sayap politik dari para

petinggi militer yang masih aktif dalam kedinasan. Sejak awal berdirinya,

Pemuda Pancasila tidak pernah sepi dari gerakan untuk menjaga dan

melestarikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Ketika Pancasila

dalam ancaman dan hendak dirongrong oleh barisan Pemuda Rakyat

beserta kekuatan PKI, dengan sigap kader-kader Pemuda Pancasila tampil

sebagai perisai penyelamat. Keteguhan serta kegigihan mempertahankan

Pancasila sebagai Ideologi Bangsa ini menjadi manifestasi dari ciri

organisasi tersebut sebagai ideologi perekat kemajemukan atau

kebhinekaan Bangsa Indonesia.

Komitmen Pemuda Pancasila teruji di era 1960, pada saat pergolakan

haluan komunis yang dimotori oleh PKI merayap sampai kepada kaum

tani dan pemuda saat itu. Pergerakan PKI saat itu selalu dikontrol oleh

IPKI, saat PKI melakukan Manuver Politiknya dengan mendirikan

Pemuda Rakyat, dengan Sigap IPKI mendirikan Pemuda Pancasila sebagai

Monitoring sekaligus menghambat pergerakan Pemuda Rakyat.

Konsekuensi Pemuda Pancasila sebagai pengawal Ideologi Bangsa ini

terbukti dengan kegigihannya memerangi laten komunis dan antek

Page 60: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

anteknya. Puncak dari itu semua, berujung kepada penculikan Dewan

Jendaral yang tetap gigih mempertahankan Pancasila dan UUD 1945

sebagai Ideologi Bangsa ini. Dewan Jendral yang menjadi target

Penculikan tersebut merupakan pendiri Organisasi Pemuda Pancasila,

yakni Jendral Ahmad Yani, namun beliau menjadi korban kekerasan G 30

S-PKI dan juga lolosnya A.H. Nasution merupakan kunci utama sejarah

Pemuda Pancasila. Selain kedua tokoh tersebut, masih banyak tokoh

pendiri Pemuda Pancasila, salah satunya Gatot Soebroto. Sekitar tahun

l965 ketika PKI gencar menelusup di segenap sendi kehidupan

masyarakat, kerap berhadapan secara fisik dengan anggota Pemuda

Pancasila. Sejarah mencatat beberapa kali terjadi bentrokan fisik yang

menewaskan anggota organisasi dari kedua belah pihak. Peristiwa

gugurnya kader-kader Pemuda Pancasila itu dicatat sebagai peristiwa

heroik yang dijadikan api semangat dalam menegakkan panji-panji

organisasi.

Tiga fase pergerakan arus politik bangsa ini, dari orde lama, baru dan

reformasi saat ini, Pemuda Pancasila tetaplah macan orange yang tetap

raungannya memecah pelosok rimbah. Setiap kadernya tersebar dari ujung

Sabang sampai Merauke, mulai dari preman sampai parlemen. Namun,

Pemuda Pancasila bukanlah milik elit kekuasan yang bertengger di

zamannya, Pemuda Pancasila seharusnya menjadi barisan pengawal

ideologi bangsa ini. Siapa pun berani menggantikan, serentak rakyat

membela. Namun, sering kali ketika menyebutkan Pemuda Pancasila

identik dengan Premanisme yang diorganisir oleh sebagian oknum.

Mereka dijadikan tameng dari kekuasan kini, seakan dinina bobokan

dengan Rupiah.

Pada Mubes VII tahun 2001 di Wisma Kinasih Bogor, diputuskan

bahwa Pemuda Pancasila tidak lagi berbentuk Organisasi Kepemudaan

(OKP) namun berubah menjadi Ormas yang bebas dari segala bentuk

permainan politik praktis. Dengan keputusan ini maka induk organisasi

mencanangkan suatu kebijakan, para kader Pemuda Pancasila ada di

Page 61: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

mana-mana tapi tidak ke mana-mana dengan jumlah anggota kurang lebih

7.000.000 anggota militan. Arah kegiatan organisasi lebih dititikberatkan

untuk bergerak di sektor kegiatan sosial kemasyarakatan yang secara

langsung menyentuh kepentingan masyarakat hingga ke tingkat basis.

Jutaan anggota Pemuda Pancasila yang tersebar di seluruh pelosok

Indonesia, eksis dalam dinamika organisasi di tingkat nasional (Majelis

Pimpinan Nasional), provinsi (Majelis Pimpinan Wilayah), kota/kabupaten

(Majelis Pimpinan Cabang), kecamatan (Pimpinan Anak Cabang), hingga

kader di kelurahan sebagai akar rumput atau basis massa terbawah.

Mereka terwadahi dalam organsiasi yang solid, dengan mengedepankan

unsur keberagaman : pendidikan, sosial ekonomi, usia, suku ,dan agama.

Mulai dari preman hingga tokoh eksekutif, legislatif, pengusaha, tokoh

agama, tokoh pendidikan, semuanya berpadu dalam wadah organisasi

Pemuda Pancasila.

mengharuskan Pemuda Pancasila harus siap dan tidak akan surut dengan

adanya perubahan-perubahan yang terjadi baik itu perubahan zaman,

politik, sistem pemerintahan, kebijakan pemerintah, globalisasi, maupun

penggantian pimpinan nasional (suksesi) sekalipun. Dalam menyikapi ini

semua maka Pemuda Pancasila akan memperbanyak lembaga-lembaga

yang dapat menyentuh ke masyarakat secara langsung dalam naungannya

di antaranya adalah Lembaga Hukum (LPPH), Lembaga Bela Negara

(Koti Mahatidana), Lembaga Perempuan (Srikandi), Lembaga Pelajar dan

Mahasiswa (Sapma), Koperasi, Lembaga Buruh dan Lembaga-lembaga

lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan dimasyarakat.

Jangan pernah sekali-sekali kita bertanya apa yang pemuda pancasila

dapat berikan, tapi tanyalah apa yang dapat kita berikan kepada pemuda

pancasila. Pemuda Pancasila ke depan akan mendapat simpati dari

masyarakat dan disegani tetapi bukan untuk ditakuti sekaligus mengubah

citra negatif terhadap PP, hal ini juga dapat dirasakan keberadaan serta

manfaat organisasi oleh para kader dan anggotanya. Sekarang Pemuda

Page 62: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Pancasila dipimpin oleh Bapak Japto Soelistyo Soerjosoemarno dan Bapak

Yorris Raweyai sebagai komandan komando inti pusat dan sebagai ketua

MPW (Majelis Pimpinan Wilayah DKI) Jakarta oleh Bapak Robertho dan

Jakarta Selatan di pimpin oleh Bapak Persada Ginting.

2) Program Umum dan Sasaran Ormas Pemuda Pancasila

Ormas Pemuda Pancasila merupakan organisasi yang bisa bergerak di

bidang manapun tidak hanya di bidang kepemudaan saja. Berdasarkan

Mubes VII yang dilaksanakan pada tanggal 20-22 Pebruari 2009 di

Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta telah diputuskan bahwa Pemuda

Pancasila mempunyai pokok-pokok perjuangan antara lain yaitu :

a) Mengamalkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan

ideologi Negara

b) Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi Negara

c) Mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia

d) Menjaga dan menjunjung tinggi semangat Bhineka Tunggal Ika

e) Melahirkan kader Pemuda Pancasila sebagai kader bangsa

Pokok-pokok perjuangan Pemuda Pancasila tersebut diamalkan di

dalam program-program umum yang meliputi beberapa bidang,

diantaranya yaitu bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ideologi dan

Politik, Ketahanan Nasional, dan bidang Ekonomi dan Pengembangan

Usaha. Ruang lingkup program-program umum Pemuda Pancasila tersebut

yaitu :

a) Bidang Hukum dan HAM

(1) Menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan melalui

penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia

(2) Mewujudkan kepastian dan keadilan hukum

(3) Mewujudkan kepastian hak-hak warga Negara

Page 63: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

b) Bidang Ideologi dan Politik

(1) Melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen

sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(2) Merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

(3) Memupuk kesadaran dan penghayatan akan arti hakekat

wawasan nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu

kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial-budaya dan satu

kesatuan pertahanan keamanan.

c) Bidang Ketahanan Nasional

(1) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

ketahanan nasional secara umum.

(2) Mewujudkan Indonesia yang nyaman, aman, tentram, dan

damai berdasarkan Bhineka Tunggal Ika

(3) Mewujudkan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta

(4) Mewajibkan dan menyadarkan masyarakat tentang

pentingnya bela Negara

d) Bidang Ekonomi dan Pengembangan Usaha

(1) Membangun kedaulatan ekonomi masyarakat, bangsa, dan

Negara

(2) Mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui

pemberdayaan ekonomi rakyat

(3) Memberdayakan koperasi

(4) Menghimpun dan memberdayakan potensi anggota Pemuda

Pancasila untuk berwirausaha

(5) Membuka/ mengusahakan terbentuknya lapangan kerja

Sebenarnya masih terdapat banyak bidang-bidang lain terkait dengan

ruang lingkup program umum Pemuda Pancasila tersebut. Namun, hanya

bidang-bidang yang telah disebutkan itu saja yang mempunyai

kemungkinan besar untuk mengkritisi kebijakan pemerintahan dengan

kaitanya dengan perpolitikan di Indonesia ini. Dengan adanya program-

Page 64: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

program tersebut diharapkan sasaran-sasaran yang dituju akan tercapai.

Sasaran-sasaran yang hendak dicapai tersbut diantaranya yaitu :

a) Program bidang Hukum dan HAM

(1) Mengoptimalkan kinerja LPPH dengan penataan jaringan

pelayanan hukum yang handal, efektif, komunikatif,

proporsional, dan menjunjung kode etik pada seluruh

jajaran LPPH yang ada dari tingkat pusat hingga cabang.

(2) Memberikan bantuan hukum terhadap masyarakat umum

terutama anggota yang memerlukan perlindungan hukum.

(3) Mengadakan pengkajian-pengkajian di bidang hukum yang

bertujuan untsuk memasyarakatkan/membudayakan

penegakan dan kepastian hukum untuk kepentingan

penyelenggarakan pemerintahan Negara.

(4) Berperan aktif dalam penegakkan supremasi hukum dan

Hak Asasi Manusia di Indonesia.

(5) Meningkatkan kesadaran hukum dikalangan masyarakat

memalui pendidikan dan penyuluhan hukum sehingga

mewujudkan tatanan masyarakat yang sadar akan hak dan

kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia.

(6) Mendukung penerapan berlakunya hukum dengan tidak

pandang bulu sehingga menciptakan keadilan, kepastian

hukum, serta aman, tentram, dan damai.

b) Program bidang Ideologi dan Politik

(1) Meningkatkan kesadaran politik Pemuda Pancasila sebagai

generasi penerus yang ikut bertanggung jawab dalam

pembangunan demi terwujudnya cita-cita luhurperjuangan

bangsa.

(2) Meningkatkan peran serta Pemuda Pancasila dalam setiap

masalah politik dan kenegaraan yang dihadapi oleh bangsa

dan Negara bagi terbinanya demokratisasi yang sehat dan

dinamis.

Page 65: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

(3) Meningkatkan kesadaran dan penghayatan akan arti

hakekat wawasan nusantara sebagai satu kesatuan politik,

satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan

satu kesatuan pertahanan keamanan.

(4) Meningkatkan peran serta Pemuda Pancasila dalam setiap

masalah politik dan kenegaraan yang dihadapi oleh bangsa

dan Negara serta terbitnya stabilitas nasional.

c) Program bidang Ketahanan Nasional

(1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya

pembinaan dan pemantapan kesadaran bela Negara dan ikut

serta menumbuhkan Ketahyanan Nasional Bangsa,

sehingga dapat menghadapi segala bentuk ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan baik yang dating dari

dalam maupun dari luar terhadap kelangsungan kehidupan

berbangsa dan bernegara.

(2) Menumbuhkan kesadaran perlunya persatuan dan kesatuan

dalam memperkokoh stabilitas nasional sehingga tidak akan

terjadi disintegrasi bangsa.

(3) Meningkatkan tanggung jawab Pemuda Pancasila dalam

rangka menggalang wacana dan aksi kerjasama untuk

menyelesaikan konflik-konflik dan pertikaian yang terjadi

di tanah air secara damai.

d) Program bidang Ekonomi dan Pengembangan Usaha

(1) Menghimpun potensi anggota yang berbasis pelaku

ekonomi.

(2) Membentuk wadah-wadah / badan ekonomi yang berbasis

anggota seperti koperasi, yayasan, serta industri rumah

tangga.

(3) Memotivasi anggota untuk berwirausaha melalui

pendidikan kewirausahaan, ketrampilan, dan koperasi.

Page 66: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

(4) Terciptanya peluang dan kesempatan kerja bagi anggota

sesuai dengan kebutuhan daerah.

3) Peran Ormas Pemuda Pancasila

Pada masa kini, dimana demokratisasi Indonesia diselenggarakan

dalam situasi global serta derasnya arus informasi dan teknologi mutakhir,

penguatan terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

dan ideologi Negara memerlukan pendekatan yang berbeda dengan dimasa

lampau. Nilai-nilai Pancasila perlu dikembangkan secara lebih aplikatif,

tidak formalistik, dan interaktif dengan pola-pola implementasi yang

variatif. Namun satu hal penting, Pemuda Pancasila memandang bahwa

penguatan pancasila sebagai ideologi Negara perlu dilaksanakan dengan

lebih memperlakukannya sebagai nilai-nilai pendidikan dan

kepemimpinan, kemudian setelah itu baru dapat menumbuhkan komitmen

politik masyarakat secara meluas. Pemuda Pancasila memandang penting

kolaborasi seluruh elemen masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai

pancasila dalam lingkungan sosial yang berubah, sehingga dapat

membangkitkan pengaruhnya sebagai pandangan hidup bangsa dan

ideologi Negara. Dengan begitu diyakini ideologi pancasila akan berperan

besar dalam membentuk kesamaan perilaku sebagaimana yang diharapkan

para pendiri bangsa.

Pada bagian lain amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang telah mengubah struktur, mekanisme dan

prosedur kenegaraan perlu mendapatkan evaluasi kritis lebih lanjut.

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yang bertujuan untuk membentuk sistem Negara demokratis sesuai

prinsip-prinsip trias politika, supremasi hukum, kabinet presidensiil dalam

bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan

pancasila, pada prakteknya memunculkan sejumlah persoalan dilematis.

Kompleksitas dan polemik seputar perombakan mendasar ketatanegaraan

oleh amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyebabkan banyak suara termasuk di internal Pemuda

Page 67: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Pancasila yang menghendaki kembali kepada sistem asli sebelum

amandemen.

Meski kekuasaan eksekutif pada masa orde baru dirasakan sangat kuat,

maka sebaliknya pada saat ini gerak langkah eksekutif justru memerlukan

banyak sekali persetujuan ataupun rekomendasi legislatif yang berisikan

kekuatan-kekuatan partai politik, seperti yang terjadi pada kabinet

parlementer. Padahal presiden selaku kepala eksekutif secara full-

legitimate telah dipilih langsung. Hal ini bisa terlihat pada kasus

pengangkatan panglima TNI, Kapolri, maupun kebijakan-kebijakn

pemerintah lainnya. Selain itu, dalam konteks pemilihan kepala daerah

yang dikelompokkan sebagai rejim pemilu dan bukan rejim pemerintahan,

telah melahirkan sistem pemilihan kepala daerah secara langsung. Tidak

bisa dipungkiri sistem pemilihan kepala daerah langsung mengakibatkan

konflik elit politik berpeluang masuk ke dalam ruang-ruang interaksi

masyarakat umum/ lapis bawah. Hal ini terlihat pada kasus-kasus

pertikaian antar simpatisan kandidat politik di berbagai peristiwa pilkada

langsung yang telah menghambat jalannya pembangunan daerah.

Dalam hal ini Pemuda Pancasila memandang bahwa Pemilihan Kepala

Daerah khususnya Gubernur/Kepala Daerah tingkat propinsi perlu

dikembalikan dalam posisinya semula sebagai rejim pemerintahan.

Pemuda Pancasila juga memandang bahwa konstitusi Negara pasca

amandemen perlu diimplementasikan dengan penuh kehati-hatian dan

kecermatan agar tidak menyimpang dari paradigma dan semangat yang

terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 itu sendiri.

Di bagian lain, sistem politik dan praktek politik demokrasi elektoral

yang diterapkan saat ini dirasakan belum berkorelasi signifikan dengan

pencapaian kesejahteraan sosial yang diharapkan. Meski seleksi pejabat

politik dilakukan secara demokratis, namun kerap kali produk politik dan

kebijakan publik yang dihasilkan berbagai institusi politik/pemerintahan

tidak sejalan (akuntabel) dengan kebutuhan masyarakat. Pengingkaran

Page 68: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

terhadap amanat aspirasi masyarakat akan masih mungkin terus

berlangsung, mengingat tidak adanya sanksi politik bagi para pejabat

politik yang ingkar dengan komitmen politiknya ketika pemilihan dan

sudah terpilih. Satu-satunya sanksi politik yang mungkin dilakukan

masyarakat hanyalah vonis pilihan ketika periode eleksi berikutrnya.

Sistem dan praktek demokrasi elektoral belum terlihat maksimal

memberikan kepemimpinan yang berkualitas. Pasalnya, praktek demokrasi

elektoral baru mengembangkan sosialisasi politik secara simbolik dan

belum pada tahap substansi. Dalam hal ini demokrasi baru berjalan secara

prosedural dan belum substansi, bahkan kadangkala praktek demokrasi

elektoral masih dibarengi dengan praktek menjajakan pengaruh (politik

uang). Oleh sebab itu Pemuda Pancasila memandang aspek-aspek etik

politik serta edukasi dan sosialisasi politik-substansi perlu menjadi

concern semua pihak baik lembaga pemerintah, partai politik, ormas, dan

media massa. Dengan demikian diharapkan akan mencetak elit-elit politik

yang merakyat dan membentuk masyarakat yang kritis melaksanakan

partisipasi politiknya.

Sejalan dengan pemikiran tersebut di atas, Pemilu merupakan

momentum dan sarana demokrasi yang perlu disoroti. Pelaksanaan pemilu

legislatif dan pemilihan presiden perlu mengadopsi prinsip-prinsip sistem

presidensiil sebagai pilihan sistem pemerintahan yang cocok dengan

bentuk Negara kesatuan dalam cakupan wilayah kepulauan yang begitu

luas. Prinsip kedaulatan rakyat dalam sistem presidensiil mewajibkan

adanya kebebasan berserikat dan berpolitik sesuai dengan pendirian dan

paradigma politik yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Namun, fragmentasi politik yang bisa menyebabkan kemandegan

pembangunan nasional dan instabilitas politik bukanlah kehendak dan

kebutuhan masyarakat. Penyelenggaraan pemilihan umum legislatif dan

eksekutif/ presiden perlu mengkokohkan sistem perpolitikan nasional yang

telah disepakati dalam suasana stabil dan minim fragmentasi.

Page 69: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Sehubungan itu, meski masih perlu dicermati lebih lanjut, Pemuda

Pancasila memandang penting waktu penyelenggaraan pemilihan presiden

yang dilaksanakan sebelum atau bersamaan dengan pemilihan legislatif.

Pemilihan presiden/ eksekutif yang dilaksanakan sebelum atau bersamaan

dengan pemilihan legislatif akan lebih cocok dengan sistem presidensiil

serta akan menciptakan sebuah koalisi kekuatan politik yang lebih

permanen di level pemerintahan dan legislatif.

Beralih ke permasalahan ekonmi politik, pemberdayaan ekonomi

masyarakat secara umum harus dirumuskan sebagai suatu sistem

perekonomian nasional yang partisipatif dan memberikan keadilan bagi

seluruh lapisan masyarakat dalam proses produksi, distribusi dan

konsumsi nasional, berupa persamaan peluang dan kesempatan berusaha,

tanpa membunuh usaha besar namun tidak menginjak usaha kecil.

Pemahaman ini bersumber dari nilai-nilai pancasila, tetap mengindahkan

motivasi ekonomi yang saling memangsa satu sama lain. Tekad

pembangunan ekonomi nasional selayaknya ditujukan untuk mewujudkan

kemerataan sosial tanpa adanya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan

sosial.

Mayoritas masyarakat Indonesia adalah golongan ekonomi kecil dan

menengah yang membutuhkan suatu perekonomian kerakyatan dengan

kekuatan dari bawah yang menjadi kekuatan ekonomi nasional. Sesuai

dengan realitas sosial masyarakat Indonesia maka sepatutnya ekonomi

kerakyatan diposisikan sebagai dinamo pembangunan ekonomi nasional

dan sekaligus simbol perlambang kedaulatan rakyat.

Dalam ekonomi kerakyatan dimaksud, proses industrialisasi perlu

dimulai dari potensi pedesaan yang umumnya adalah potensi pertanian,

perkebunan, dan kelautan. Dari ketiga sektor tersebut Pemuda Pancasila

menitikberatkan sektor pertanian selaku sektor perekonomian yang sesuai

dengan cirri bangsa dan Negara agraris. Secara khusus Pemuda Pancasila

menyerukan kepada pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang

berpihak kepada para petani Indonesia, mulai dari penyediaan pupuk

Page 70: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

murah, kepemilikan asset/tanah, pembangunan sarana irigasi yang tepat-

guna serta tidak ragu-ragu untuk melakukan proteksi terbatas terhadap

beberapa produk petani Indonesia. Proteksi terbatas dimaksud dapat

berupa pembatasan kebijakan impor maupun wilayah pemasaran komoditi

pertanian.

Proses industrialisasi ditingkat pedesaan akan mengembangkan

aktivitas ekonomian ditingkat pedesaan dan menumbuhkannya menjadi

suatu kota dan akan bersinergi dengan kehidupan ekonomi kota yang

sudah ada. Namun, pengembangan industri rakyat sulit dilakukan jika

tidak meningkatkan akses masyarakat kepada aset-aset produktif terutama

dalam hal pemberian kredit lunak, pemilikan/penggunaan tanah dan laut

bagi para petani dan nelayan termsuk kepemilikan/penggunaan saham bagi

para buruh/pekerja dalam suatu perusahaan. Dengan kata lain,

pertimbangan kredit perbankan kepada industri rakyat sebaiknya tidak

berdasarkan agunan melainkan prospek kegiatan usaha. Begitu pula

dengan penentuan suku bunga pinjaman agar disesuaikan dengan kondisi

riil masyarakat dan tidak mengeksploitasi keuntungan usaha ekonomi

rakyat. Pemuda Pancasila memandang penting adanya sinergi atau

kemitraan antara pengusaha besar dan industri rakyat dalam rangka

pelaksanaan ekonomi kerakyatan dan pembinaan industri rakyat itu

sendiri.

Dalam hal ini Pemuda Pancasila beranggapan pemerintah perlu

mewajibkan kalangan pengusaha/industri besar baik modal asing maupun

domestik untuk mengalihkan sebagian proses produksi ataupun

distribusinya kepada industri rakyat. Dengan demikian pengusaha kecil

dan menengah dapat belajar memproduksi dan memasarkan barang-barang

sesuai prinsip-prinsip manajemen modern dan kebutuhan pasar.

Disamping itu Pemuda Pancasila memandang pentingnya ketegasan

pemerintah pusat dan lokal untuk menghapus peraturan dan pungutan yang

telah menghambat pertumbuhan industri rakyat serta menyederhanakan

proses-proses perijinan usaha.

Page 71: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Pada bagian lain perwujudan pembangunan ekonomi berwawasan

kerakyatan adalah dengan mengoptimalkan pengaruh dan eksistensi

koperasi. Dalam hal ini koperasi dilihat sebagai perkumpulan kalangan

produsen dan konsumen terbesar (petani, nelayan, buruh/pekerja) untuk

meningkatkan kesejahteraan bersama melalui aktifitas penjualan produksi

dan pembelian kebutuhan. Koperasi bukanlah kumpulan modal kalangan

tersebut seperti halnya sebuah badan usaha swasta melainkan badan usaha

milik petani dan nelayan yang mampu memproduksi dan memasarkan

sendiri produknya secara langsung ke pasar, serta membeli kebutuhannya

sendiri secara langsung dari pasar lain. Sedangkan koperasi buruh/pekerja

mampu memproduksi dan memasarkan sendiri produknya secara langsung

dari pasar lain. Sedangkan koperasi buruh/pekerja mampu diposisikan

untuk bermitra dengan pemilik perusahaan mendapatkan kredit modal

bank yang disertakan dalam bentuk saham untuk pengembangan usaha di

perusahaan setempat. Koperasi buruh/pekerja sekaligus menyediakan

kebutuhan pokok anggotanya yang langsung dibeli dari pasar atau

produsen lain.

Pondasi koperasi sebagai tempat berkumpulnya masyarakat banyak

(petani, nelayan, dan buruh/pekerja) dimaksudkan agar masyarakat banyak

tersebut terhindar dari praktek eksploitasi yang dilakukan oleh rentenir,

tengkulak, dan pemodal. Masyarakat banyak tersebut merupakan

kelompok produsen yang sekaligus adalah konsumen, karenanya

semestinya koperasi mampu atau terfasilitasi untuk mengakses langsung

pasar/konsumen dan meningkatkan keuntungan anggota. Pada prakteknya

perkoperasian nasional menjadi kepanjang-tanganan swasta dan

pemerintah untuk meraih pasar secara lebih terjamin. Hal ini ditenggarai

akan mengakibatkan ketergantungan koperasi terhadap peran swasta dan

pemerintah serta menurunkan kapasitas koperasi menjadi alat pemasaran

langsung produk-produk anggotanya. Bahkan menyusutkan kapasitas

koperasi untuk mengurangi dominasi rentenir dan tengkulak.

Page 72: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pemuda Pancasila memandang penting perlunya konsisten sikap para

oleh, dan untuk

departemen koperasi untuk menciptakan kerjasama antar koperasi

memperbesar keberhasilan konsep koperasi sebagai bangunan usaha

bersama yang modern, mampu berkembang dan bersaing. Pemuda

Pancasila juga memandang penting peranan bank-bank pemerintah untuk

aktif melakukan pembinaan kepada koperasi daripada sekedar menunggu

pengembalian kredit. Mengembangkan koperasi sebagai suatu badan usaha

yang memproduksi barang sekaligus sebagai pasar/konsumen pemakai,

berarti tidak memberikan keuntungan kepada swasta. Terkecuali untuk

barang dan jasa yang belum mampu diproduksi/ dipasarkan langsung ke

konsumen oleh koperasi. Dengan demikian koperasi diharapkan mampu

tumbuh, mandiri dan kokoh sebagai soko guru ekonomi bangsa.

Pada bagian lain kegagalan sejumlah BUMN sebagai pelaku

perekonomian nasional akan mengurangi kepercayaan publik terhadap

kinerjapengelolaan ekonomi oleh pemerintah mengingat adanya struktur

modal BUMN yang diperoleh dari pendapatan pajak masyarakat. BUMN-

BUMN yang merugi terpaksa dikelola oleh Negara dengan memanfaatkan

APBN dan otomatis menambah beban keuangan Negara selanjutnya

masyarakat. Fenomena pengelolaan BUMN juga perlu disoroti dari aspek

kepemilikannya. Meskipun pengelolaan BUMN ditujukan untuk mencapai

target-target pendapatan dan belanja Negara dalam APBN, tapi hal yang

perlu dicermati adalah kepemilikan BUMN sebagian besar telah beralih ke

perusahaan-perusahaan asing. Dengan struktur modal yang diperoleh dari

pendapatan pajak masyarakat namun kepemilikan mayoritas di sejumlah

BUMN oleh perusahaan asing merupakan gambaran yang ironis dengan

gagasan ekonomi kebangsaan/kerakyatan. Namun tentu saja hal ini tidak

bisa disikapi secara sederhana, mengingat kompleksitas tantangan dan

persoalan ekonomi global yang selalu mengiringi perjalanan bangsa.

Terlepas dari target-target APBN yang hendak dicapai, Pemuda Pancasila

Page 73: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

memandang pentingnya penerapan target APBN yang realistis dan

workable yang bisa diperoleh dari upaya menggenjot BUMN. Dalam hal

ini, betapapun pentingnya peran BUMN terhadap struktur keuangan

Negara, Pemuda Pancasila memandang bahwa siapapun pemerintahan

(eksekutif dan legislatif) tidak boleh atau tidak patut sekali-kali

menjadikan institusi pelayanan masyarakat seperti Bulog, Rumah Sakit,

Sekolah dan lainnya selaku BUMN di kemudian hari.

Penegakkan hukum tidak dapat dilepaskan dari upaya menghadirkan

rasa keadilan dalam proses hukum. Dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa hukum

merupakan wilayah lembaga yudikatif dan secara umum dikenal sebagai

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dimana sesuai prinsip-prinsip trias

politica bahwa lembaga yudikatif harus bebas dari pengaruh siapapun atau

apapun agar lembaga tersebut dapat melakukan penegakan hukum secara

murni dan mendekati rasa keadilan.

Dalam pelaksanaannya di Indonesia institusi para penegak hukum

(hakim, polisi dan jaksa) mendapatkan legalisasi dari Surat Keputusan

Presiden. Hal ini disebut-sebut merupakan celah intervensi lembaga

eksekutif dan legislatif terhadap institusi peradilan dan hukum di

Indonesia yang membuka peluang terjadinya penegakan hukum secara

tebang pilih.

Beberapa faktor harus diperhatikan dalam penegakan hukum antara

lain , sistem hukum Negara, SDM penegak hukum, sistem pendidikan

penegak hukum dan lain-lain. Saat ini di tengah-tengah masyarakat banyak

sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan aparat

penegak hukum. Selain karena adanya celah sistemik namun

penyimpangan ini juga tidak dapat dilepaskan dari moral dan mentalitas

para penegak hukum sebagai faktor dominan. Hal ini bisa terlihat dari

banyaknya aparat hukum yang disidangkan karena terlibat kasus-kasus

korupsi. Dalam hal penegakkan hukum ini Pemuda Pancasila memandang

pentingnya kemandirian lembaga-lembaga peradilan hakim, polisi, dan

Page 74: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

jaksa dari berbagai intervensi kekuasaan. Termasuk pembentukan komisi

yudisial melalui mekanisme fit & proper test yang dianggap rentan dengan

intervensi fraksi-fraksi kekuatan politik di parlemen.

Karena itu, maski masih perlu didiskusikan, Pemuda Pancasila

memandang penting agar di masa depan institusi kepolisian berada

sepenuhnya dalam domain publik, dimana pembentukan instansi

kepolisian disesuaikan dengan nuansa dan kondisi lokal setiap wilayah

serta pimpinan jawatan kepolisian tersebut dipilih melalui komisi

kepolisian. Komisi kepolisian dimaksud terdiri atas tokoh-tokoh

masyarakat lokal yang kredibel dan bereputasi positif.

Secara khusus mengenai upaya pencegahan dan pemberantasan

korupsi, Pemuda Pancasila memandang bahwa korupsi akan berujung

pada rontoknya ketahanan nasional dan menyengsarakan kehidupan

masyarakat. Kejahatan korupsi harus ditindak secara khusus, tanpa

pandang bulu diperlakukan sebagai musuh negara dan masyarakat, serta

divonis seberat-beratnya untuk menghasilkan efek jera. Pemberantasan

korupsi dilakukan secara merata terhadap semua kasus yang telah

memiliki bukti-bukti hukum memadai, sehingga tidak terkesan tebang

pilih apalagi menjadi alat politik kekuasaan. Disamping itu, pencegahan

korupsi perlu dilakukan secara komprehensif lintas sektoral. Berbagai

kebijakan-kebijakan yang tumpang tindih ataupun bercelah korupsi tidak

boleh dibiarkan dan diratifikasi sesuai situasi dan kondisi

pembentukannya. Pendidikan dan pembinaan mental tolak korupsi perlu

ditanamkan sedini mungkin di berbagai institusi sosial pendidikan/ agama,

sehingga sikap menolak korupsi diharapkan akan menjadi watak

kepribadian bangsa.

Hak Asasi Manusia merupakan persoalan yang sangat prinsip bagi

kehidupan manusia di semua Negara. Kebebasan mengeluarkan pendapat

dan berserikat sebagai salah satu unsur HAM dilindungi oleh konstitusi.

HAM perlu ditinjau tidak hanya dari satu aspek tetapi seluruh aspek

kehidupan bangsa baik politik, sosial budaya, dan sebagainya. Pemuda

Page 75: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Pancasila memandang bahwa meski substansi HAM berlaku universal dan

bisa terdapat kesamaan diantara bangsa-bangsa di dunia, namun penerapan

HAM di Indonesia perlu memeperhatikan nilai-nilai luhur bangsa

Indonesia. Sejalan dengan penegakan hukum, Pemuda Pancasila

memandang upaya penegakan HAM tidak boleh dijadikan senjata politik

kelompok tertentu. Tetapi pada pihak lain, birokrasi dan aparatur

pemerintah wajib menyediakan saluran-saluran pelaksanaan HAM dan

penegakkan hukum terhadap pelanggaran HAM untuk menghadirkan rasa

keadilan dan menjaga keseimbangan kehidupan sosial antara kepentingan

individu dan kepentingan kelompok..

Pemaparan di atas merupakan berbagai pandangan dan juga beberapa

hal yang ingin dirubah oleh ormas pemuda Pancasila terkait dengan

keputusan-keputusan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Pandangan-

pandangan yang sekiranya tidak cocok dengan ideologi pancasila yang

dianut oleh ormas Pemuda Pancasila ini diharapkan bisa diluruskan oleh

mereka-mereka yang mempunyai peranan untuk merubahnya.

Pemuda Pancasila di sini mempunyai peranan sebagai penyalur

aspirasi rakyat dengan cara mengkritisi apa-apa saja yang telah dilakukan

pemerintah untuk kesejahteraan rakyat. Mereka melakukan dan

menyuarakan aspirasinya melalui kegiatan-kegiatan bagi masyarakat

seperti pemberian pendidikan dan pelayanan akan bantuan hukum bagi

yang memerlukan perlindungan hukum khususnya bagi masyarakat kelas

bawah dan masyarakat yang awam hukum, melakukan unjuk rasa terhadap

kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat, contohnya pada

kebijakan kenaikan bahan bakar minyak beberapa waktu lalu.

Di dalam politik praktis pun para anggota dari Pemuda Pancasila ini

diharapkan bisa ikut berpartisipasi dalam penyampaian aspirasi politik.

Bagi Pemuda Pancasila hal itu harus disalurkan melalui Partai Patriot baik

secara institusi maupun secara individu. Partai Patriot merupakan partai

politik bentukan ormas Pemuda Pancasila yang berperan untuk

menyalurkan aspirasi rakyat lewat jalan politik praktis dimana jika ada

Page 76: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

salah satu anggota nya yang terpilih sebagai anggota dewan maka tujuan-

tujuan daripada ormas Pemuda Pancasila ini dapat diperjuangkan oleh

anggota Pemuda Pancasila yang duduk di kursi dewan tersebut.

Di Sukoharjo, Pemuda Pancasila dalam peranannya di politik,

walaupun mungkin lebih banyak kegiatan yang menjurus pada bidang

sosial, sudah terlihat dari kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan. Hal

ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dimasukkan ke dalam program

kerja Pemuda Pancasila tersebut. Beberapa program kerja dari Pemuda

Pancasila antara lain :

a) Diklat Komando Inti (KOTI), dengan materi :

(1) Wawasan kebangsaan

(2) Bakti sosial

(3) Pelatihan baris-berbaris

b) Raker KOTI

c) Donor Darah

d) Temu Kader

e) Kemah Kebangsaan di Karanganyar

f) Sarasehan Hari Lahir di Pancasila

g) Penyuluhan Narkoba di Sukoharjo secara rutin tiap hari sumpah

pemuda

h)

i) Pelantikan Pengurus MPC

j) Pembentukan Lembaga Satuan Pelajar dan Mahasiswa (Sapma)

dan pelatihan kader pratama bagi Sapma

k) Peringatan Hari Pahlawan

Kegiatan latihan kader pratama yang dilakasanakan di Gunung

Taruwongso Tawangsari. Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk

anggota Pemuda Pancasila menjadi sebuah kader atau pemimpin yang

militant dimana suatu saat nanti bisa berkiprah di kancah politik untuk

terus berjuang mempertahankan pancasila sebagai ideologi Negara.

Page 77: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tiap hari sumpah pemuda yaitu pada tanggal 28 Oktober, bertepatan

dengan hari jadi ormas Pemuda Pancasila ini, para anggota Pemuda

Pancasila, khususnya di Sukoharjo mengadakan syukuran dibarengi

dengan sarasehan dan pelatihan untuk terus menanamkan semangat

pancasila di dalam diri masing-masing anggotanya. Seperti juga yang

dilakukan pada hari sumpah pemuda kemarin, acara tersebut dilaksanakan

di daerah Polokarto. Hal ini dimaksudkan agar semangat idealis pancasila

tidak akan luntur seiring berkembangnnya jaman. Menurut mereka hal ini

penting supaya nantinya jika sudah berada di kursi dewan maka semangat

ini akan tetap terus ada untuk memperjuangkan nilai-nilai pancasila yang

mereka pandang sudah mulai hilang. Selain itu, ada penyuluhan narkoba

juga yang diadakan rutin setiap hari Sumpah Pemuda supaya pemuda

pemudi bangsa ini tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang tidak

bermanfaat khususnya narkoba yang hanya akan merugikan dirinya sendiri

dan orang lain.

Sebagai ormas sosial dan juga untuk mematuhi konstitusi, ormas

Pemuda Pancasila di Sukoharjo juga memberikan pelayanan pendidikan

untuk orang-orang yang tidak mampu khususnya para anak jalanan yang

ada di daerah Sukoharjo. Selain itu pada bulan puasa kemarin mereka juga

membagikan takjil berupa nasi bungkus dan kolak kepada 500 fakir

miskin, tukang becak dan orang-orang yang membutuhkan. Hal ini mereka

lakukan hanya sebagai bentuk simbolis dari pasal 34 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mana berbunyi fakir

miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Mereka

memandang negara tidak bisa melaksanakan hal ini, oleh karena itu

kegiatan ini digunakan untuk sedikit menyindir negara agar pemerintahan

ini segera bertindak untuk kesejahteraan rakyat.

Komando Inti Mahatidana (KOTI) adalah salah satu badan/lembaga

fungsional yang wajib dibentuk pada setiap Struktur Majelis Pimpinan

Pemuda Pancasila. Tugas Pokok & Fungsi dari KOTI adalah sebagai

lembaga penggodogan kader-kader Pemuda Pancasila. Salah satu tugas

Page 78: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

utama KOTI Mahatidana adalah di bidang Pertahanan dan Keamanan pada

setiap teritorial struktur Majelis Pimpinan PP . Oleh karena itu dibutuhkan

Diklat Komando Inti yang fungsinya adalah sebagai upaya meningkatkan

kontribusi Pemuda Pancasila dalam membangun bangsa dan juga untuk

membentuk kader yang loyal, pancasilais, dan profesional. Hal pokok

yang diusung dalam diklat ini adalah penguatan pemahaman kader PP,

khususnya yang tergabung dalam KOTI Mahatidana, tentang ideologi

Pancasila dan implementasinya dalam kehidupan masyarakat. Harapannya,

diklat ini akan semakin meneguhkan militansi dan nasionalisme para kader

untuk ikut membangun republik.

Page 79: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Peran Ormas Sebagai Lembaga Infrastruktur Politik Di Indonesia

Di Indonesia terdapat berbagai macam bentuk ormas. Peran-peran

ormas tersebut, khususnya di dalam kancah politik saat ini dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a) Sebagai penyalur aspirasi rakyat sebagaimana tujuan dari

organisasi kemasyarakatan itu sendiri dibentuk. Cara-cara yang

digunakan tersebut bisa menggunakan beberapa sarana. Sarana-

sarana tersebut yaitu sebagai berikut :

(1) Demonstrasi dan Kekerasan Fisik

(2) Hubungan Pribadi

(3) Perwakilan Langsung

(4) Saluran formal dan institusi lain

b) Di sini ormas juga mempunyai peran sebagai pengalih isu

politik. Biasanya ormas-ormas seperti ini di pakai oleh pemerintah

untuk menutup-nutupi suatu kejadian politik yang sedang hangat

berlangsung. Sebagai contoh, sebut saja Front Pembela Islam (FPI)

yang di Indonesia ini terkenal radikal. Setiap ada isu politik yang

hangat sedang ramai-ramai diperbincangkan, misalnya pada saat

kasus Bank Century, mereka tiba-tiba beramai-ramai berada di

suatu tempat dan merusak banyak hal dengan dalil untuk kebaikan

umat Islam. Seketika itu juga berita-berita tentang Bank Century

hilang dari peredaran berganti dengan berita tentang ormas

tersebut.

Page 80: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

c) Untuk bisa mencapai kedudukan di dalam kursi dewan . Di sini

ormas mempunyai peran untuk ikut dalam pengambilan keputusan

di dalam legislatif sesuai dengan tujuan dan cita-cita ormas

tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara yaitu dengan pembentukan

partai politik dan menggunakannya sebagai kendaraan politik baik

secara lembaga maupun individual. Contohnya ormas NU yang

membentuk partai PKB, ormas Muhammadiyah membentuk partai

PAN, Nasional Demokrat membentuk partai Nasdem.

2. Peran Ormas Pemuda Pancasila Sebagai Lembaga Infrastruktur

Politik Di Indonesia Khususnya Di Sukoharjo

Terkait dengan itu semua, Ormas Pemuda Pancasila dalam

hubungannya dengan lembaga infrastruktur politik, mempunyai

berbagai peranan di dalam dunia perpolitikan di Indonesia ini,

khususnya di daerah Sukoharjo. Hal ini bisa terlihat dari berbagai

pandangan-pandangannya yang mendasarkan pada ideologi pancasila

dan dengan teguh memegang konstitusi, kemudian dari program-

program dan sasaran yang dituju dari ormas Pemuda Pancasila ini,

serta dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh ormas Pemuda

Pancasila sejauh ini.

Di Sukoharjo, Pemuda Pancasila dalam peranannya sebagai

lembaga infrastruktur politik sudah terlihat dari kegiatan-kegiatan yang

mereka laksanakan. Hal ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang

dimasukkan ke dalam program kerja Pemuda Pancasila tersebut.

Beberapa program kerja dari Pemuda Pancasila antara lain :

a) Diklat Komando Inti (KOTI), dengan materi :

(1) Wawasan kebangsaan

(2) Bakti sosial

(3) Pelatihan baris-berbaris

b) Raker KOTI

c) Donor Darah

d) Temu Kader

Page 81: KRISNA PRADHA_ E0008204.pdf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

e) Kemah Kebangsaan di Karanganyar

f) Sarasehan Hari Lahir di Pancasila

g) Penyuluhan Narkoba di Sukoharjo secara rutin tiap hari sumpah

pemuda

h)

i) Pelantikan Pengurus MPC

j) Pembentukan Lembaga Satuan Pelajar dan Mahasiswa (Sapma)

dan pelatihan kader pratama bagi Sapma

k) Peringatan Hari Pahlawan

B. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis sehubungan dengan permasalahan

tersebut adalah:

1. Sebaiknya pemerintah khususnya para dewan pembuat kebijakan publik

dalam hal ini badan legislatif di Indonesia (DPR, DPRD, dan MPR)

untuk lebih peka dalam hal membuat kebijakan dan supaya lebih

mendengarkan suara aspirasi rakyat untuk menjadikan Indonesia bangsa

yang mensejahterakan rakyatnya

2. Berkaitan dengan hal-hal yang telah dijabarkan, sudah sepatutnya bahwa

ormas jangan hanya menjadikan bangsa ini sesuai tujuannya sendiri

masing-masing, melainkan juga untuk lebih menyuarakan apa yang

sebenarnya dibutuhkan oleh bangsa ini.

3. Ormas Pemuda Pancasila sebagai ormas sosial khususnya Pemuda

Pancasila di Sukoharjo supaya lebih gencar untuk membuat program-

program kerja yang lebih ke sosial bukan untuk ikut terjun langsung ke

dalam politik praktis dan sebaiknya lebih bisa menamkan dan

menumbuhkan semangat Pancasila ke pada masyarakat khususnya para

pelajar dalam dunia pendidikan lewat kerjasama dengan sekolah atau

unversitas dengan memeberikan materi-materi yang berkaitan dengan

Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.