presus anastesi krisna

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mana jeme n Anestesi Pre- oper atif 2.1.1 Penilaian Preope ratif Seb elum dil aku kan tin dak an ope rasi sangat pen tin g unt uk dil aku kan  persiapan preoperasi salah satunya adalah kunjungan terhadap pasien sebelum  pasien dibedah sehingga dapat diketahui adanya kelainan di luar kelainan yang akan dioperasi. Tujuanny a adalah: 1. Memper kira kan ke ada an fisi k dan ps iki s pasi en 2. Meliha t kelain an yan g berhu bung an deng an anes tesi seper ti adany a riway at hip erte nsi , asma, atau ale rgi (ser ta man ifestas iny a bai k ber upa dy spn eu maupun urtikaria. !. "iway at peny akit pa sien, obat#o batan yang dimin um pa sien $. Ta hap an risi ko anest esi (status %S% dan kemung kinan per bai kan status  praoperasi (pemeriksaan tambahan dan atau&terapi diperlukan '. e mi li ha n je ni s aneste si da n pe nj el asan pe rset uj uan op eras i (informed consent  kepada pasien. ). emberi an oba t#ob atan premedik asi sehing ga dapat mengura ngi dosis obat induksi ! . *unj ungan preoperati f dapat melihat kelain an yang berhubun gan denga n ane stesi sepe rti ada nya riwayat hip ert ensi, asma, aler gi, atau de+ ompensatio +ordis. Selain itu dapat mengetahui keadaan pasien se+ara keseluruhan, dokter anestesi bisa menentukan +ara anestesi dan plihan obat yang tepat pada pasien. *un jungan pre operasi pad a pas ien juga bis a men ghindarka n kej adi an sala h identitas dan salah operasi. -aluasi preoperasi meliputi history taking (%M,  pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, */, 0S/, foto thora, dll. Selanjutnya dokter anestesi harus menjelaskan dan mendiskusikan kepada pasien tentang manajemen anestesi yang akan dilakukan, hal ini ter+ermin dalam inform consent ! .

Upload: krisna-perdana

Post on 01-Mar-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 1/19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Anestesi Pre-operatif 

2.1.1 Penilaian Preoperatif 

Sebelum dilakukan tindakan operasi sangat penting untuk dilakukan

 persiapan preoperasi salah satunya adalah kunjungan terhadap pasien sebelum

 pasien dibedah sehingga dapat diketahui adanya kelainan di luar kelainan yang

akan dioperasi.

Tujuannya adalah:

1. Memperkirakan keadaan fisik dan psikis pasien

2. Melihat kelainan yang berhubungan dengan anestesi seperti adanya riwayat

hipertensi, asma, atau alergi (serta manifestasinya baik berupa dyspneu

maupun urtikaria.

!. "iwayat penyakit pasien, obat#obatan yang diminum pasien

$. Tahapan risiko anestesi (status %S% dan kemungkinan perbaikan status

 praoperasi (pemeriksaan tambahan dan atau&terapi diperlukan

'. emilihan jenis anestesi dan penjelasan persetujuan operasi (informed 

consent  kepada pasien.

). emberian obat#obatan premedikasi sehingga dapat mengurangi dosis obat

induksi!.

*unjungan preoperatif dapat melihat kelainan yang berhubungan dengan

anestesi seperti adanya riwayat hipertensi, asma, alergi, atau de+ompensatio

+ordis. Selain itu dapat mengetahui keadaan pasien se+ara keseluruhan, dokter 

anestesi bisa menentukan +ara anestesi dan plihan obat yang tepat pada pasien.

*unjungan preoperasi pada pasien juga bisa menghindarkan kejadian salah

identitas dan salah operasi. -aluasi preoperasi meliputi history taking (%M,

 pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, */, 0S/,

foto thora, dll. Selanjutnya dokter anestesi harus menjelaskan dan mendiskusikan

kepada pasien tentang manajemen anestesi yang akan dilakukan, hal ini ter+ermin

dalam inform consent !.

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 2/19

2.1.1.1 History Taking 

 History taking   bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat alergi

terhadap makanan, obat#obatan dan suhu, alergi (manifestasi dispneu atau skin

rash harus dibedakan dengan intoleransi (biasanya manifestasi gastrointestinal.

"iwayat penyakit sekarang dan dahulu juga harus digali begitu juga riwayat

 pengobatan (termasuk obat herbal, karena adanya potensi terjadi interaksi obat

dengan agen anestesi. "iwayat operasi dan anestesi sebelumnya bisa

menunjukkan komplikasi anestesi bila ada. ertanyaan tentang re-iew sistem

organ juga penting untuk mengidentifikasi penyakit atau masalah medis lain yang

 belum terdiagnosis.

2.1.1.2 Pemeriksaan Fisik 

emeriksaan fisik dan history taking   melengkapi satu sama lain.

emeriksaan yang dilakukan pada pasien yang sehat dan asimtomatik setidaknya

meliputi tanda#tanda -ital (tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu dan

 pemeriksaan airway, jantung, paru#paru, dan system mus+uloskeletal.

emeriksaan neurologis juga penting terutama pada anestesi regional sehingga

 bisa diketahui bila ada defisit neurologis sebelum diakukan anestesi regional.

entingnya pemeriksaan airway tidak boleh diremehkan. emeriksaan gigi

geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar, leher pendek dan kaku sangat

 penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan dalam melakukan intubasi.

*esesuaian masker untuk anestesi yang jelek harus sudah diperkirakan pada

 pasien dengan abnormalitas wajah yang signifikan. Mikrognatia (jarak pendek 

antara dagu dengan tulang hyoid, in+isi-us bawah yang besar, makroglosia,

 Range of Motion  yang terbatas dari Temporomandibular Joint   atau -ertebrae

ser-ikal, leher yang pendek mengindikasikan bisa terjadi kesulitan untuk 

dilakukan intubasi trakeal.

Skoring Mallampati:

. Terlihat tonsil, u-ula, dan palatum mole se+ara keseluruhan. Terlihat palatum mole dan durum, bagian atas tonsil dan u-ula

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 3/19

. Terlihat palatum mole dan durum, dan dasar u-ula

3. 4anya terlihat palatum durum

/ambar 2.1. *riteria Mallampati

*lasifikasi status fisik %S% bukan alat perkiraan risiko anestesi, karena

efek samping anestesi tidak dapat dipisahkan dari efek samping pembedahan.

enilaian %S% diklasifikasikan menjadi ' kategori. *ategori ke#) selanjutnya

ditambahkan untuk ditujukan terhadap braindead organ donor. Status fisik %S%

se+ara umum juga berhubungan dengan tingkat mortalitas perioperatif. *arena

underlying disease hanyalah satu dari banyak faktor yang berkontribusi terhadap

komplikasi perioperatif, maka tidak mengherankan apabila hubungan ini tidak 

sempurna. Meskipun begitu, klasifikasi satus fisik %S% tetap berguna dalam

 peren+anaan manajemen anestesi, terutama teknik monitoring$.

Tabel 2.1 *lasifikasi %S%

*elas asien sehat tanpa kelainan organik, biokimia, atau psikiatri.

*elas asien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang, tanpa limitasi

akti-itas sehari#hari.

*elas asien dengan penyakit sistemik berat, yang membatasi akti-itas normal.

*elas 3 asien dengan penyakit berat yang mengan+am nyawa dengan maupun

tanpa operasi.

*elas 3 asien sekarat yang memiliki harapan hidup ke+il tapi tetap dilakukan

operasi sebagai upaya resusitasi.

*elas 3 asien dengan kematian batang otak yang organ tubuhnya akan diambiluntuk tujuan donor 

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 4/19

5perasi emergensi, statusnya mengikuti kelas 6 3 diatas.

2.1.1.! Pemeriksaan Penun"ang 

7asar dan luas +akupan pemeriksaan preanestesi tergantung pada umur 

 pasien, ada tidaknya kondisi +o#morbid saat ini, sama seperti dasar dan luas dari

 prosedur bedah yang diren+anakan.

Tabel 2.2 emeriksaan Tambahan yang 7ibutuhkan

Pemeriksaan rutin Inikasi

0rinalisis ada semua pasien (periksa konsentrasiglukosa darah jika glukosa urine positif

89 ada semua wanita: pria ; $< tahun= semua

 bedah mayor 

0reum, reatinin, lektrolit 9edah mayor 

/ 0mur ; '< tahun

8oto Torak 0mur ; )< tahun

Tes fungsi hati ( #i$er Function

Test 

9edah mayor pada pasien umur ; '< tahun.

Tabel 2.! 9eberapa pemeriksaan preanestesi berserta indikasinya:

No Test Inikasi

1 7arah engkap %nemia dan penyakit hematologik lainnya

enyakit ginjal

asien yang menjalani kemoterapi

2 0reum, +reatinin dan

konsentrasi elektrolit

enyakit ginjal

enyakit metabolik misalnya= diabetes mellitus

 >utrisi abnormal

"iwayat diare, muntah

5bat#obatan yang merubah keseimbanganelektrolit atau menunjukkan efek toksik dari

adanya abnormalitas elektrolit seperti digitalik,

diureti+, antihipertensi, kortikosteroid,

hipoglikemik agent.

! *onsentrasi glukosa

darah

7iabetes Mellitus

enyakit hati yang berat

$ lektrokardiografi enyakit jantung, hipertensi atau penyakit paru

kronik 

7iabetes Mellitus

' hest ?#ray enyakit respirasi

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 5/19

enyakit kardio-askuler 

) %rterial blood gases asien sepsis

enyakit paru

asien dengan kesulitan respirasi

asien obesitas

asien yang akan thorakotomi

@ Test fungsi paru asien yang akan operasi thorakotomi

enyakit paru sedang sampai berat seperti

57, bron+hie+tasis

A Skreen koagulasi enyakit hematologi+

enyakit hati yang berat

*oagulopatiTerapi antikoagulan, misal: antikoagulan oral

(warfarin atau heparin

B Test fungsi hati enyakit hepatobilier  

"iwayat penyahgunaan al+ohol

Tumor dengan metastase ke hepar 

1< Tes fungsi thyroid 9edah thyroid

"iwayat penyakit thyroid

uriga abnormalitas endokrin seperti tumor

 pituitari

4asil pemeriksaan normal adalah -alid selama periode waktu, jarak dari

yang 1 minggu (89, ureum, +reatinin, konsentrasi elektrolit, glukosa darah, 1

 bulan (/, sampai ) bulan (+hest ?#ray. emeriksaan sebaiknya diulang dalam

keadaan berikut=

• Timbul gejala seperti nyeri dada, diare, muntah

• enilaian untuk efekti-itas terapi seperti suplemen potassium untuk 

hipokalemia, terapi insulin untuk hiperglikemia, dialysis untuk pasien dengan

gagal ginjal, produk darah untuk koreksi koagulopati.

2.1.1.% &nformed 'onsent 

4al penting lainnya pada kunjungan preoperasi adalah inform consent .

 &nform consent  yang tertulis mempunyai aspek medikolegal dan dapat melindungi

dokter bila ada tuntutan. 7alam proses +onsent perlu dipastikan bahwa pasien

mendapatkan informasi yang +ukup tentang prosedur yang akan dilakukan dan

resikonya.

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 6/19

2.1.2 Masukan !ral

"eflek laring mengalami penurunan selama anestesi. "egurgitasi isi

lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko utama

 pada pasien yang menjalani anestesi. 0ntuk meminimalkan risiko tersebut, semua

 pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesi harus dipantangkan

dari masukan oral (puasa selama periode tertentu sebelum induksi anestesi.

Tabel 2.$  Fasting (uideline Preoperatif (%meri+an So+iety of %nesthesiologist,

2<11'

0sia pasien ntake oral ama puasa (jam C puasa yg diberikan

D ) bln lear fluid

9reast milk 

8ormula milk 

2

!

$

2< ++&kg

) bln 6 ' thn lear fluid

8ormula milk 

Solid

2

$

)

1< ++&kg

;' thn lear fluidSolid 2) 1< ++&kg

%dult,

op. pagi

lear fuid

Solid

2

uasa mulai jam

12 mlm

%dult,

op.

siang

lear fluid

Solid

2

uasa mulai jam A

 pagi

2.1." Terapi #airan

Terapi +airan preoperatif termasuk penggantian defisit +airan sebelumnya,

kebutuhan maintenan+e dan luka operasi seperti pendarahan. 7engan tidak adanya

intake oral, defisit +airan dan elektrolit bisa terjadi +epat karena terjadinya

 pembentukan urin, sekresi gastrointestinal, keringat dan insensible losses  yang

terus menerus dari kulit dan paru. *ebutuhan maintenan+e normal dapat

diperkirakan dari tabel dibawah:

Tabel 2.' *ebutuhan Maintenan+e >ormal (Morgan, 2<<))

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 7/19

9erat 9adan Eumlah

1<kg pertama $ m&kg&jam

1<kg berikutnya F 2 m&kg&jamTiap kg di atas 2<kg F 1 m&kg&jam

asien yang puasa tanpa intake +airan sebelum operasi akan mengalami

defi+it +airan karena durasi puasa. 7efisit bisa dihitung dengan mengalikan

kebutuhan +airan maintenan+e dengan waktu puasa.

2.1.$ Premeikasi

remedikasi ialah pemberian obat 1#2 jam sebelum induksi anestesi

dengan tujuan untuk melan+arkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia

diantaranya:

• Meredakan ke+emasan dan ketakutan

• Memperlan+ar induksi anesthesia

• Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

• Meminimalkan jumlah obat anestetik 

• Mengurangi mual muntah pas+a bedah

• Men+iptakan amnesia• Mengurangi isi +airan lambung

• Mengurangi reflek yang membahayakan

Tabel 2.) 5bat#5bat Gang 7apat 7igunakan 0ntuk remedikasi

 >o. Eenis 5bat 7osis (7ewasa

1 Seatif%

  7iaHepam

  7ifenhidramin

  romethaHin  MidaHolam

'#1< mg

1 mg&kg99

1 mg&kg99<,1#<,2 mg&kg99

2 Anal&etik !piat

  etidin

  Morfin

  8entanil

  %nalgetik non opiat

1#2 mg&kg99

<,1#<,2 mg&kg99

1#2 Ig&kg99

7isesuaikan

! Antik'oliner&ik%

  Sulfas atropine <,1 mg&kg99

$ Antiemetik%

  5ndansetron $#A mg (i- dewasa

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 8/19

  Metoklopramid 1< mg (i- dewasa

' Profilaksis aspirasi

  imetidin

  "anitidine

  %ntasid

7osis disesuaikan

emberian premedikasi dapat diberikan se+ara (a suntikan intramuskuler,

diberikan !<#$' menit sebelum induksi anestesia. (b suntikan intra-ena diberikan

'#1< menit sebelum induksi anestesia. *omposisi dan dosis obat premedikasi

yang akan diberikan kepada pasien serta +ara pemberiannya disesuaikan dengan

masalah yang dijumpai pada pasien@.

2.1.( Persiapan )i Kamar !perasi

4al#hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah:

a. Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan

 b. Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya

+. %lat#alat resusitasi (ST%TS

d. 5bat#obat anestesia yang diperlukan.

e. 5bat#obat resusitasi, misalnya= adrenalin, atropine, aminofilin, natrium

 bikarbonat dan lain#lainnya.

f. Tiang infus, plaster dan lain#lainnya.

g. %lat pantau tekanan darah, suhu tubuh, dan */ dipasang.

h. %lat#alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya=

Julse 5ymeterK dan JapnografK.

i. *artu +atatan medi+ anestesia

 j. Selimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua.

Tabel 2.@ *omponen ST%TSS S+ope Stetos+ope untuk mendengarkan suara paru dan

 jantung.

aringo#S+ope: pilih bilah atau daun (blade yang

sesuai dengan usia pasien. ampu harus +ukup terang.

T Tubes ipa trakea, pilih sesuai usia. 0sia D ' tahun tanpa

 balon (+uffed dan ;' tahun dengan balloon (+uffed.

% %irways ipa mulut#faring (/uedel, orotra+heal airway atau

 pipa hidung#faring (nasi#tra+heal airway. ipa ini

menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk 

mengelakkan sumbatan jalan napas.

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 9/19

T Tapes laster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau

ter+abut.

ntrodu+er Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plasti+

(kabel yang mudah dibengkokkan untuk pemandu

supaya pipa trakea mudah dimasukkan.

onne+tor enyambung antara pipa dan peralatan anastesia.

S Su+tion enyedot lendir, ludah dan lain#lainnya.

2.2 Pemili'an Teknik Anestesi

Se+ara umum, pemilihan teknik anestesi harus selalu memprioritaskan

keamanan dan kenyamanan pasien. 8aktor#faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam hal ini adalah:1. 0sia pasien

ada bayi dan anak paling baik dilakukan teknik general anestesi. ada pasien

dewasa untuk tindakan singkat dan hanya dipemukaan dapat dilakukan teknik 

anestesi lokal atau umum.

2. Status fisik pasien

a. "iwayat penyakit dan anestesi terdahulu. enting untuk mengetahui

apakah pasien pernah menjalani suatu pembedahan dan anestesi. %pakah

ada komplikasi anestesi dan paska pembedahan yang dialami saat itu.

ertanyaa mengenai riwayat penyakit terutama diarahkan pada ada

tidaknya gejala penyakit kardiorespirasi, kebiasaan merokok, meminum

alkohol, dan obat#obatan. 4arus menajadi suatu perhatian saat pasien

memakai obat pelumpuh otot nondepolarisasi bila didapati atau di+urigai

adanya penyakit neuromuskular, antaralain poliomielitis dan miastenia

gra-is. Sebaiknya tindakan anestesi regional di+egah untuk pasien dengan

neuropati diabetes karena mungkin dapat memperburuk gejala yang telah

ada.

 b. /angguan fungsi kardiorespirasi berat. Sedapat mungkin hindari

 penggunaan anestesi umum dan sebaiknya dilakukan dengan anestesi lokal

atau regional.

+. asien gelisah, tidak kooperatif, disorientasi, dan&atau dengan gangguan

 jiwa sebaiknya dilakukan dengan anestesi umum.

d. asien obesitas. 9ila disertai leher pendek atau besar atau sering timbul

gangguan sumbatan jalan nafas, sebaiknya dipilih teknik anestesi regional,

spinal, atau anestesi umum ndotrakeal.

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 10/19

!. osisi pembedahan

osisi seperti miring, tengkurap, duduk, atau litotomi memerlukan anestesi

umum endotrakea untuk menjamin -entilasi selama pembedahan. 7emikian

 juga dengan pembedahan yang berlangsung lama.

$. *eterampilan dan kebutuhan dokter bedah

Memilih obat dan teknik anestesi juga disesuaikan dengan keterampilan dan

kebutuhan dokter bedah, antara lain teknik hipotensif untuk mengurangi

 perdarahan, relaksasi otot pada laparotomi, pemakaian adrenalin untuk bedah

 plastik, dna lain#lain.

'. *eterampilan dan pengalaman dokter anestesi

referensi pengalaman dan keterampilan dokter anestesiologi sangat

menentukan pilihan#pilihan teknik anestesi. Sebaiknya tidak melakukan teknik 

anestesi tertentu bila belum ada pengalaman dan keterampilan.

). *einginan pasien

*einginan pasien untuk pilihan teknik anestesi dapat diperhatikan dan

dipertimbangkan bila keadaan pasien memang memungkinkan dan tidak 

membahayakan keberhasilan operasi.@. 9ahaya kebakaran dan ledakan

emakaian obat anestesi yang tidak terbakar dan tidak eksploratif adalah

 pilihan utama pada pembedahan dengan memakai alat elektrokauter.

A. endidikan

7i kamar bedah rumah sakit pendidikan, operasi mungkin dapat berjalan lama

karena sering terjadi per+akapan instruktor dengan residen, mahasiswa, atau

 perawat. 5leh sebab itu, sebaiknya pilihan adalah anestesi umum atau bila

dengan anestesi spinal atau regioal perlu diberikan sedasi yang +ukup!.

Anastesi *e&ional en&an Su+-ara,'noi Blo,k 

Sejak anestesi spinal  ) *ubarachnoid block +*,- diperkenalkan oleh

%ugust 9ier (1ABA pada praktis klinis, teknik ini telah digunakan dengan luas

untuk menyediakan anestesi, terutama untuk operasi pada daerah bawah

umbilikus. *elebihan utama teknik ini adalah kemudahan dalam tindakan,

 peralatan yang minimal, memiliki efek minimal pada biokimia darah, menjaga

le-el optimal dari analisa gas darah, pasien tetap sadar selama operasi dan

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 11/19

menjaga jalan nafas, serta membutuhkan penanganan post operatif dan analgesia

yang minimalA.

%nestesi regional meliputi 2 +ara yaitu blok sentral yang meliputi blok 

spinal, epidural, dan kaudal. Gang kedua adalah blok perifer seperti blok pleksus

 bra+hialis, aksiler, anestesi regional intra-ena, dan lainnya. %nestesi spinal adalah

 pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subara+hnoid. %nestesi spinal

diperoleh dengan +ara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang

subara+hnoid. Terjadi blok saraf yang re-ersibel pada radi/ anterior dan posterior,

radi/ ganglion  posterior dan sebagian medula spinalis yang akan menyebabkan

hilangnya akti-itas sensoris, motoris dan otonom!.

Tabel 2.A ndikasi, *ontraindikasi, dan *omplikasi %nalgesia Spinal

ndikasi&*ontraindikasi&*omplikasi *eterangan

ndikasi

Transurethral prostate+tomy (blok pada T1< 

diperlukan karena terdapat iner-asi pada

 buli buli ken+ing

4ystere+tomyaesarean se+tion (T)

-akuasi alat *9 yang tertinggal

Semua prosedur yang melibatkan

ekstrimitas bagian bawah seperti

arthroplasty

rosedur yang melibatkan pel-is dan

 perianal

ndikasi *ontra %bsolut

asien menolak 

7eformitas pada lokasi injeksi

4ipo-olemia berat

Sedang dalam terapi antikoagulan

ardia+ ouput yang terbatas= seperti stenosis

aorta

eningkatan tekana intrakranial.

ndikasi *ontra "elatif nfeksi sistemik (sepsis, bakteremia

nfeksi sekitar tempat penyuntikan

*elainan neurologis

*elainan psikis

9edah lamaenyakit jantung

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 12/19

4ipo-olemia ringan

 >yeri punggung kronis

*omplikasi Tindakan

4ipotensi berat

9radikardia

4ipo-entilasi

Trauma pembuluh darah

Trauma saraf 

Mual muntah

/angguan pendengaran

9lok spinal tinggi, atau spinal total

*omplikasi as+a Tindakan

 >yeri tempat suntikan

 >yeri punggung >yeri kepala karena kebo+oran likuor 

"etensio urine

Meningitis

ersiapan untuk anestesi spinal pada dasarnya sama dengan persiapan pada

anestesi umum. %dapun yang perlu diperhatikan adalah adanya informed consent 

dari pasien, pemeriksaan fisik (lebih diperhatikan terhadap kemungkinan kelainan

spesifik seperti kelainan tulang belakang, kondisi pasien yang gemuk sehingga

sulit identifikasi prosesus spinosus, dan lainnya, serta pemeriksaan laboratorium

anjuran seperti hemoglobin, hematokrit, T, dan TT.

eralatan yag diperlukan dalam anestesi spinal ini terdiri atas peralatan

monitor seperti tekanan darah, nadi,  pulse o/ymetri, dan */= peralatan

resusitasi&anestesi umum= serta jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bamboo

run+ing, Luin+ke#9ab+o+k atau jarum spinal dengan ujung pensil (pen+il point,

hite+are.

Teknik anestesi spinal dimulai dengan memposisikan pasien duduk atau

 posisi tidur lateral. osisi ini adalah yang paling sering dikerjakan. erubahan

 posisi berlebihan dalam !< menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.

9erikut teknik anesthesia spinal dengan blok subara+hnoid:

1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus laterl. 9eri

 bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang spinosus mudah

teraba. osisi lain adalah duduk.

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 13/19

/ambar 2.2 osisi anestesi spinal

2. erpotongan antara garis yang menghubungkan kedua krista iliaka dengan

tulang punggung ialah $ atau $#'. Tentukan tempat tusukannya, misalnya

2#!, !#$, atau $#'. Tusukan pada 1#2 atau di atasnya berisiko trauma

medulla spinalis.

!. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.

$. 9eri anestetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1#2N 2#!

ml.

5. ara tusukan median atau paramedian. 0ntuk jarum spinal sebesar 22 /, 2! /

atau 2' / dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang ke+il 2@ / atau

2B /, dianjurkan menggunakan introducer   (penuntun jarum, yaitu jarum

suntik biasa semprit 1<++. Tusukkan introduser sedalam kira#kira 2 +m agak 

sedikit ke arah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke

lubang jarum tersebut. Setelah resistensi menghilang, mandrin jarum spinaldi+abut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 14/19

dimasukkan pelan#pelan (<,' ml&detik diselingi aspirasi sedikit, hanya utuk 

meyakinkan posisi jarum tetap baik.

9erat jenis +airan serebrospinalis (SS pada suhu !@O adalah 1,<<!#

1,<<A. %nestetik lokal dengan berat jenis sama dengan SS disebut isobari+.

%nestetik lokal dengan berat jenis lebih besar dari SS disebut hiperbarik.

%nestetik lokal dengan berat jenis lebih ke+il dari SS disebut hipobarik.

%nestetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan

men+ampur anestetik lokal dengan dekstrosa. 0ntuk jenis hipobarik biasanya

digunakan tetrakain diperoleh dengan men+ampur dengan air injeksi!. %da

 beberapa hal yang dapat mempengaruhi blokade saraf pada pemberian anestesi

spinal. 8aktor tersebut antara lain barisitas, posisi pasien selama dan sesaat setelah

injeksi, serta dosis obat. ada umumnya makin tinggi dosis dan posisi injeksi,

maka le-el anestesi akan semakin tinggi. 5leh karena itu pada posisi supine head

down, +airan hiperbarik akan menyebar ke arah kepala dan +airan hipobarik 

menyebar ke kaudal dan sebaliknya pada posisi head up. Sementara pada posisi

lateral, +airan spinal hiperbarik akan berefek pada bagian yang lebih rendah dan

+airan hipobarik akan men+apai daerah yang lebih tinggi).

5bat yang sering digunakan pada anestesi spinal ini adalah bupi-a+aine

hiperbarik dan tetrakain. Toksisitas bupi-a+ain lebih rendah dibandingkan

lido+ain. alaupun onset kerja bupi-a+ain lebih lama (1<#1' menit dibandingkan

lido+ain ('#1< menit tetapi durasi kerjanya lebih lama yaitu sekitar (1,'#A jam

dibandingkan lido+ain (1#2 jam. enggunaan lido+ain harus diperhatikan karena

seringkali menyebabkan transient neurologi+al symptoms (T>S dan +auda ePuinesindrom. >amun ada ahli yang menyatakan penggunaan lidokain ini aman pada

anestesi spinal dengan dosis terbatas )< mg dan dien+erkan 2.'N. 5leh karena itu

 penggunaan bupi-a+aine lebih aman dan lebih efektif ).

2." )urante !perasi an Monitorin&

Terapi +airan intra-ena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau

kombinasi keduanya. airan kristaloid adalah +airan dengan ion lo0 molecular 

0eight (garam dengan atau tanpa glukosa, sedangkan +airan koloid juga

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 15/19

mengandung Hat#Hat high molecular 0eight  seperti protein atau glukosa polimer 

 besar. airan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk sebagian

 besar intra-askular, sedangkan +airan kristaloid +epat menyeimbangkan dengan

dan mendistribusikan seluruh ruang +airan ekstraseluler ).

airan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan +airan yang digantikan.

0ntuk kehilangan terutama yang melibatkan air, penggantian dengan +airan

hipotonik, juga disebut +airan jenis maintenan+e. Eika kehilangan melibatkan baik 

air dan elektrolit, penggantian dengan +airan elektrolit isotonik, juga disebut

+airan jenis repla+ement.

*arena kebanyakan kehilangan +airan intraoperatif adalah isotonik, +airan

 jenis repla+ement yang umumnya digunakan. airan yang paling umum

digunakan adalah larutan "inger laktat. Meskipun sedikit hipotonik, menyediakan

sekitar 1<< m free water per liter dan +enderung untuk menurunkan natrium

serum 1!< mP & , "inger laktat umumnya memiliki efek yang paling sedikit

 pada komposisi +airan ekstraseluler dan merupakan menjadi +airan yang paling

fisiologis ketika -olume besar diperlukan. *ehilangan darah durante operasi

 biasanya digantikan dengan +airan " sebanyak ! hingga empat kali jumlah

-olume darah yang hilang).

Titik transfusi dapat ditentukan saat preoperasi dari hematokrit dan

estimated blood $olume  (93. asien dengan hematokrit normal biasanya

ditransfusi hanya apabila kehilangan lebih dari 1<#2<N dari -olume darah. aktu

yang tepat untuk transfusi ditentukan oleh kondisi pasien dan prosedur operasi

yang dilakukan. Eumlah kehilangan darah yang dibutuhkan untuk menurunkan

hematokrit ke !<N dihitung seperti berikut:

1.  stimate -lood olume

ada orang dewasa, 93 dapat dihitung rata#rata @< ++&kg99. Tetapi ada

sumber yang menyebutkan bahwa 93 pria dihitung dengan @' ++&kg99 dan

wanita )' ++&kg99.

2.  stimate the red blood cell $olume ("93 pada "93 pre operasi

!. erkiraan "93 pada heatokrit !<N ("93!<N, menunjukkan -olume

darah normal telah di+apai.

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 16/19

$. Menghitung kehilangan sel darah merah jika hematokrit Q !<N dengan +ara

"93lost R "93preop 6 "93!<N.

'. *ehilangan darah yang terjadi R "93lost !.

*ehilangan +airan tambahan diperhitungkan sesuai dengan jenis operasi

apakah ringan, sedang atau berat).

Tabel 2.B *ebutuhan +airan berdasarkan derajat trauma

7erajat Trauma *ebutuhan +airan tambahan

"ingan (herniorrhaphy <#2 ml&kg

Sedang (+hole+yste+tomy 2#$ ml&kg

9erat (bowel rese+tion $#A ml&kg

Salah satu tugas utama dokter anestesi adalah menjaga pasien yang

dianestesi selama operasi. *arena proses monitoring sangat membantu dalam

mempertahankan kondisi pasien, oleh karena itu perlu standard monitoring

intraoperatif yang diadopsi dari %S%, yaitu *tandard -asic ,nesthetic

 Monitoring .

Standard ini diterapkan di semua perawatan anestesi walaupun pada kondisi

emergensi, appropriate life support harus diutamakan. Standar ini ditujukan hanya

tentang monitoring anestesi dasar, yang merupakan salah satu komponen

 perawatan anestesi. ada beberapa kasus yang jarang atau tidak laHim (1

 beberapa metode monitoring ini mungkin tidak praktis se+ara klinis dan (2

 penggunaan yang sesuai dari metode monitoring mungkin gagal untuk mendeteksi

 perkembangan klinis selanjutnya.

Standard

ersonel anestesi yang kompeten harus ada di kamar operasi selama general

anestesi, regional anestesi berlangsung, dan memonitor perawatan anestesi.

Standard

Selama semua prosedur anestesi, oksigenasi, -entilasi, sirkulasi, dan temperature

 pasien harus die-alusi terus menerus.

arameter yang biasanya digunakan untuk monitor pasien selama anestesi

adalah:

- 8rekuensi nafas, kedalaman dan karakter 

-4eart rate, nadi, dan kualitasnya

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 17/19

- arna membran mukosa, dan +apillary refill time

- *edalaman&stadium anestesi (tonus rahang, posisi mata, akti-itas reflek

 palpebra- *adar aliran oksigen dan obat anestesi inhalasi

- ulse oimetry: tekanan darah, saturasi oksigen, suhu.

2.$ Manajemen Anestesi Post !perasi

 2.%.1 Reco$ery dari Regional ,nastesi

asien yang dilakukan regional anestesi, lebih mudah mengalami re+o-ery

dibandingkan dengan general anestesi. 4al ini dikarenakan pasien dalam posisi

sadar, sehingga komplikasi yang terkait air0ay3 breathing3 dan circulation lebih

minimal. Meskipun demikian, tetap harus dilakukan pemeriksaan tekanan darah,

nadi, dan frekuensi nafas sampai pasien benar#benar stabil. 8ungsi neuromuskuler 

harus dinilai misalnya mengangkat kepala. Monitoring tambahan berupa penilaian

nyeri (skala deskriptif atau numerik, ada atau tidak mual atau muntah, input dan

output +airan termasuk produksi urin, drainase, dan perdarahan.

2.4.2 5riteria 6ischarge dari P,'7 

Semua pasien harus die-aluasi sebelum dikeluarkan dari %0

 berdasarkan +riteria dis+harge yang diadopsi. *riteria yang digunakan adalah

%ldrete S+ore. *riteria ini akan menentukan apakah pasien akan di#dis+harge ke

ntensi-e are 0nit (0 atau ke ruangan biasa.

Tabel 2.1< %ldrete Skor B

5byek *riteria >ilai

%kti-itas 1. Mampu menggerakkan $ ekstremitas

2. Mampu menggerakkan 2 ekstremitas

!. Tidak mampu menggerakkan ekstremitas

2

1

<

"espirasi 1. Mampu nafas dalam dan batuk  2. Sesak atau pernafasan terbatas

!. 4enti nafas

21

<

Tekanan darah 1. 9erubah sampai 2< N dari pra bedah

2. 9erubah 2<#'<N dari pra bedah

!. 9erubah ; '<N dari pra bedah

2

1

<

*esadaran 1. Sadar baik dan orientasi baik  

2. Sadar setelah dipanggil

!. Tak ada tanggapan terhadap rangsang

2

1

<

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 18/19

arna kulit 1. *emerahan

2. u+at agak suram

!. Sianosis

2

1

<

 >ilai Total

dealnya, pasien di#dis+harge bila total skor 1< atau minimal B, tanpa ada nilai <

 pada kriteria penilaian objektif.

2.4.! 5un"ungan Post8peratif 

-aluasi post operatif harus dilakukan dalam 2$6$A jam setelah operasi dan

di+atat dalam rekam medis pasien. *unjungan ini harus meliputi re-iew dari

rekam medis, anamnesa terkair perasaan atau keluhan subjektif post operasi, dan

 pemeriksaan fisik serta penunjang, termasuk pemeriksaan kemungkinan

komplikasi seperti muntah, nyeri tenggorokan, kerusakan gigi, +idera saraf, +idera

okular, pneumonia, atau perubahan status mental. 9ila diperlukan, harus

dilakukan terapi atau konsultasi lebih lanjut1<.

7/26/2019 Presus Anastesi Krisna

http://slidepdf.com/reader/full/presus-anastesi-krisna 19/19

)ATA* PUSTAKA

1. ole M%, Maldonado >.  mergency Medicine Practice9 $idence-ased 

 Management of *uspected ,ppendicitis &n The mergency 6epartment 3ol.1!

 >umber 1<. 2<11:1#!2

2. 4umes 7E, Simpson E, ,cute ,ppendicitis. -MJ. 2<<)=!!!='!<#'!$

!. atief, S. %., Suryadi, *. %., 7a+hlan M. ". 2<<B.  Petun"uk Praktis

 ,nestesiologi. disi *edua. Eakarta: enerbit 9agian %nestesiologi dan Terapi

ntensif 8*0

%. 9arash, . /., ullen, 9. 8., Stoelting, ". *., ahalan, M. *., Sto+k, M. .

2<<B.  Handbook of 'linical ,nesthesia. )th  edition. 0S%: ippin+ott

illiams ilkins.

4. %meri+an So+iety of %nesthesiologist. 2<11.  Practice (uidelines for 

 Preoperati$e Fasting and The 7se of Pharmacologic ,gents to Reduce

 ,spiration9 ,pplication to Healthy Patients 7ndergoing lecti$e Procedures9

 ,n 7pdated Report by The ,merican *ociety of ,nesthesiologists 'ommittee

on *tandards and Practice parameters. 0S%: ippin+ott illiams ilkins.

:. Morgan, /. ., Mikhail, M. S., Murray, M. E. 2<<). lini+al %nesthesiology.

$th dition. 0S%: M+/raw#4ill ompanies, n+.

;. Miller "7, riksson , 8leisher %, iener E, Goung . 2<<B. Millers

%nesthesia @th ed. 0S : lse-ier 

<. 0ni-ersitas Sumatera 0tara (0S0. 2<11. %nestesi Spinal.

http:&&repository.usu.a+.id&bitstream&12!$')@AB&22A$@&$&hapterN2<.pdf.

7iakses pada 1< %pril 2<1! pk.1B.<<

=. %ldrete E%, *ronlik 7:  , postanesthetic reco$ery score. %nesth %nalg1B@<=$B:B2$ and %ldrete E%: The post#anesthesia re+o-ery s+ore re-isited. E

lin %nesth 1BB'=@:AB.

1>. 7unn, eter 8., Theodore %. %lston, *eith 4. 9aker, E. *enneth 7a-ison,

Eean *wo, dan arl "osow. 2<<@. 'linical ,nesthesia Procedures of The

 Massachusets (eneral Hospital ;th edition. 0S%: ippin+ott illiams

ilkins.