tugas stase ipd

Upload: don-gibson

Post on 06-Mar-2016

56 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

2. Demam Typhoid

1.DefinisiPenyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella entenca serotype typhi (S typhi).

2.Anamnesis1. Pada minggu pertama: demam meningkat perlahan-lahan terutama pada sore hingga malam hari disertai nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.2. Pada minggu kedua: gejala lebih jelas yaitu demam, bradikardia relatif, lidah yang berselaput, hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa somnolen, sopor, koma, delirium atau psikosis.

3.Pemeriksaan Fisik Suhu meningkat Bradikardia relatif Lidah yang berselaput Hepatomegali, splenomegali

4.Kriteria DiagnosisPola demam seperti anak tangga (step ladder pattern fever) terutama sore-malam hari

5.Diagnosis KerjaDemam Typhoid

6.Diagnosis Banding Demam Berdarah Dengue Malaria

7.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah Rutin Serologi IgM/IgG Salmonella typhi dan paratyphi

8.Tatalaksana Ceftriaxone 3-4 g dalam IVFD Dextrose 100 cc diberi selama jam sekali sehari (lama pemberian 3-5 hari)

9.Edukasi Tirah baring Diet bubur saring bubur kasar nasi (tujuannya untuk mencegah komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus)

10.Prognosis1. Ad vitam: bonam2. Ad fungsionam: bonam3. Ad sanationam: bonam

11.Tingkat EvidensI/II/III/IV

12.Tingkat RekomendasiA/B/C

13.Telaah klinisSMF Penyakit Dalam

14.IndikatorKlinis

15.Kepustakaan1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI2. Jurnal: Bhan MK, Bhal Rajiv, Bhatnagar, Shinjini. (2005). Typhoid and Paratyphoid Fever. The Lancet, 366(9487), 749-62. Tersedia: http://search.proquest.com/docview/199072981?accountid=50673 [13 September 2015]

3. Gastritis

1.Definisi Merupakan proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung

2.Anamnesis Nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai rasa mual kadang kadang sampai muntah, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga disertai dengan pusing, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada abdomen

3.Pemeriksaan fisikNyeri tekan epigatrium (pemeriksaan fisis juga tidak dapat memberikan informasiyang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis).

4.Kriteria diagnosisSindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.

Gambaran endoskopi: eritem , eksudatif, flat erosion, raised erosion, pendarahan, edematous rugae.

Gambaran histoptologi: degradasi epitel, hyperplasia alveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel mononuclear, folikel limfoid, atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel endokrin, kerusakan sel parietal.

5.Diagnosis banding1. Ulkus duodeni2. Ulkus gaster

6.Diagnosis kerjaGastritis

7.Pemeriksaan penunjang1. Endoskopi2. Histopatologi

8.Tatalaksana1. Epigastric pain syndrome: supresi asam H2R antagonis (simetidin, ranitidine) ; proton pump inhibitor (omeprazole, lansoprazole, pantoprazole).2. Postprandial distress syndrome : obat prokinetik metoklorpamid, domperidon, cisapride.3. Eradikasi/ anti H. PyloriTriple terapi: PPI ( 2 x1 ) + claritromycin 500mg (2 x1 )/ metronidazole 500mg ( 2 x 1 ) + amoxicillin 1 gr ( 2 x 1) lama terapi 7 14 hari. Bismuth + metronidazole 250 mg (4 x 1) + tetracylin 500 mg ( 4 x 1 ) ARH2 (4 x 1) + tetracylin 500 mg ( 2 x 1 ) + claitromycin 500 mg ( 2 x 1 )/metronidazole 500 mg ( 2 x1 )Quadruple terapi: PPI ( 1 x 1 )/ AH2R ( 2x1 ) + tetracycline 500 mg ( 4 x 1) + metronidazole 250 mg ( 4 x 1) + bismuth subsalisilat 525 ( 4 x 1) lama terapi 10 14 hari.

9.Edukasi1. Menghindari alcohol dan rokok2. Cabai, makanan merangsang, makanan mengandung asam3. Menghindari air jeruk, coca cola, bir, kopi, teh dan coklat4. Jangan berbaring setelah makan

10.Prognosis1. Ad vitam: bonam2. Ad functionam: bonam3. Ad sanationam: dubia ad bonam

11.Tingkat evidens

12.Tingkat rekomendasi

13.Telaah klinisSMF Ilmu Penyakit Dalam

14.IndikatorKlinis

15.Kepustakaan 1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009.2. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21098875

4. Dispepsia

1DefinisiAdalah suatu keadaan yang ditandai oleh salah satu atau lebih gejala utama area gastroduodenal berikut : nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah makan, atau sensasi cepat kenyang.

2AnamnesisSejak kapan terjadi keluhan ?Apakah berkaitan dengan konsumsi makanan ?Apakah keluhan berkurang dengan pemberian obat atau aktivitas tertentu ?Adakah faktor yang memperberat ?Apakah nafsu makan berkurang ?Adakah mual, muntah, batuk, nyeri dada/rasa terbakar, BAB berdarah ?Apakah perut terasa kembung ?Apakah rasa nyeri menetap atau hilang timbul ?Apakah rasa nyeri menjalar ?Apakah nyeri mendadak atau perlahan-lahan ?Apakah sering terbangun pada malam hari karena nyeri pada perut ?Apakah merasa asam lambung sering naik ke tenggorokan ?Apakah mengkonsumsi obat obatan tertentu ?Apakah sedang mengalami suatu masalah/ persoalan ?Apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama ?Apakah ada riwayat penyakit Maag, DM, HT, Hepatitis, Pankreatitis,kolesistitis dan penyakit metabolik lainnya ?Apakah ada riwayat penyakit jantung ?Adakah kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, minum kopi, teh, jamu ?Kebiasaan makan bagaimana, dalam sehari makan berapa kali ?Di keluarga apakah ada yang mengalami keluhan yang sama ?

3Pemeriksaan FisikNilai keadaan UmumKesadaranTanda tanda vitalPemeriksaan Head to toe (inspeksi,palpasi,perkusi auskultasi)

4Kriteria DiagnosisTerdapat kelainan struktural yang nyata pada organ tubuh. Tidak terdapat kelainan struktural.

5Diagnosis KerjaDispepsia

6Diagnosis Banding1. Dispepsia Organik2. Dispepsia Fungsional

7Pemeriksaan Penunjang1. Lab darah lengkap,gula darah, amilase,lipase, fungsi tiroid, 2. Urease Breath Test (UBT)3. Ultrasonografi (USG)4. Endoskopi5. Pencitraan (barium meal)

8TatalaksanaSesuaikan dengan penyebab dispepsia :AntasidPenyekat H2 ReseptorPPI + AntibiotikSitoproteksiProkinetikPsikoterapiOperasi

9EdukasiAtur pola makan yang teratur.Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan lambung.Hindari makanan yang menimbulkan gas dilambung.Hindari makanan pedas, asam.Hindari minuman mengandung kaffeine dan alkohol.Hindari obat-obatan yang mengiritasi atau meningkatkan asam lambung.Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk mengurangi stress dan mengontrol berat badan.Hindari stress psikologis.

10PrognosisDispepsia fungsional yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat, mempunyai prognosis yang baik. sedangkan dispepsia Organik tergantung penyebabnya.

11Tingkat EvidensI/II/III/IV

12Tingkat RekomendasiA/B/C

13Telaah KlinisSMF Ilmu Penyakit Dalam

14IndikatorKlinis

15Kepustakaan1. Drossman DA. The functional gastrointestinal disorders and the Rome III process. Gastroenterology 2006; 130: 1377-90.2. Geeraerts B, Tack J. Functional dyspepsia : past, present, and future. Journal of gastroenterology 2008;43:251-5.3. American Gastroenterological Association. Medical position statement : evaluation of dyspepsia. Gastroenterology. 2005;129:1753-5

5. Congestive Heart Failure

1.DefinisiKetidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dannutrientdikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri

2.Anamnesis 1. sesak napas bahkan sesak napas bisa pada malam hari (paroksismal Noctural Dispneu)2. batuk3. mudah lelah4. sering merasa gelisah atau cemas5. ada odeme atau tidak pada ektremitas bawah6. nyeri tekan/tidak pada kuadran kanan atas (pembesaran vena hepar)7. anoreksia, mual8. Nocturia9. lemas

3.Pemeriksaan fisik Evaluasi manifestasi klinis Vital sign Pengukuran CVP Akral dingin, odema ektremitas bawah penurunan volume paru, hepatomegali, splenomegali, kemungkinan dibuktikan oleh : perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan, gangguan pengembangan dada, GDA tidak normal.

4.Kriteria diagnosisKriteria mayor Paroksismal nokturnal dispnea Distensi vena leher Ronki paru Kardiomegali Edema paru akut Gallop S3 Peningkatan tekanan vena jugularis Refluks hepatojugular

Kriteria minor Edema ekstremitas Batuk malam hari Dispnea deffort Hepatomegali Efusi pleura Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal Takikardia (>120 menit)

Mayor atau minor Penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan

Diagnosis ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor

5.Diagnosis kerjaCongestive Heart Failure (CHF)

6.Diagnosis bandingOdeme pulmonal, CKD, hipertensi

7.Pemeriksaan penunjang Foto toraks EKG EkokardiogramPemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah

8.Tatalaksana Diuretik oral sampai edema atau ascites menghilang ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik Penyekat beta Digitalis, diberikan bila ada aritmia supraventrikular Aldosteron antagonis, diberikan untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia

9Edukasi Tinggikan kepala dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman mungkin.Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas Tingkatkan istirahat (ditempat tidur) Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan

10.Prognosis Dubia ad malam

11Tingkat evidensI/II/II/IV

12Tingkat rekomendasiA/B/C

13Telaah klinisSMF penyakit dalam, SMF jantung paru

14IndikatorKlinis

15kepustakaanKapita selekta, harisson

6.Bronkopneumonia

1DefinisiAdalah peradangan pada paru dimana proses peradangan ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat melibatkan bronkiolus terminal.

2AnamnesisBatuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darahSesak nafasDemam tinggiNyeri dadaMerokokPenyakit penyerta seperti DM, PPOK

3Pemeriksaan FisikNilai keadaan UmumKesadaranTanda tanda vitalPasien tampak sakit berat, kadang disertai sianosisSuhu tubuh menningkat dan nadi cepatRespirasi meningkat tipe cepat dan dangkalSianosis Nafas cuping hidungRetraksi interkostalis disertai tanda pada paru:Terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafasFremitus meningkatPerkusi redupTerdengar suara nafas bronkoveskular sampai bronkial yang dapat disertai ronkhi basah halus-ronkhi basah kasar

4Kriteria DiagnosisTrias pneumonia : batuk, demam, sesak

5Diagnosis KerjaBronkopneumonia

6Diagnosis Banding1. bronkitis akut2. Pleuritis eksudatif karena TB

7Pemeriksaan Penunjang1. Lab darah lengkap2. Analisis sputum3. Gram sputum4. Thorax foto PA

8TatalaksanaSuportif : istirahat dan minum secukupnyaDefinitif :- penisilin sensitif Streptococcus pneumoniae (PSSP)Golongan penisilinTMP-SMZMakrolid- penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)Betalaktam oral dosis tinggi, sefotaksim, seftriakson dosis tinggiMakrolidFluorokuinolon respirasi : siprofloksasin

9EdukasiPencegahan rekurensi dan pola hidup sehat, termasuk tidak merokok(pencegahan dapat berupa vaksinasi terutama pada golongan resiko tinggi seperti lansia, atau penderita penyakit kronis. vaksin dapat berupa HiB dan vaksin pneumokokal)

10PrognosisUmumnya bonam, namun tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan yang tepat dan adekuat.

11Tingkat EvidensI/II/III/IV

12Tingkat RekomendasiA/B/C

13Telaah KlinisSMF Ilmu Penyakit Dalam

14IndikatorKlinis

15Kepustakaan1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komuniti. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia2. WHO. Pneumonia. www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/. diakses pada 11 September 2015.

7. DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

1.Definisi Merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditransmisikan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti.

2.Anamnesis 1. Demam tinggi dan naik turun2. Timbul bintik-bintik merah 3. Sakit kepala, nafsu makan menurun4. Mual muntah5. Nyeri pada tulang, sendi dan otot6. Pendarahan (mimisan, gusi berdarah, hematemesis melena dll)

3.Pemeriksaan fisik1. Demam tinggi 390 400 C dan demam bifasik2. Petechiae (bintik kemerahan)3. Tourniquet test (+)4. Hepatomegali

4.Kriteria diagnosisClinical Manifestations1. Demam : akut, tinggi dan terus menerus, 2-7 hari.2. Manifestasi perdarahan: tourniquet test (+), p,etechiae, purpura, ekimosis, mimisan, gusi berdarah, hematemesis melena.3. Hepatomegali.4. Shock: takikardi, perfusi jaringan rendah, narrow pulse preasure 20 mmHg, nadi lemah, hipotensi, akral dingin, kulit pucat.Laboratory Findings1. Trombositopenia (< 100.000 sel/mm3)2. Hematokrit meningkat 20%

Grade I1. Demam , tourniquet test (+), kebocoran plasma2. Trombositopenia, hematokrit meningkatGrade II1. Grade I + perdaharan spontan (mimisan, gusi berdarah, hematemesis melena, dll)2. Trombositopenia, hematokrit meningkatGrade III1. Grade II + kegagalan sirkulasi (nadi lemah, hipotensi, narrow pulse preasure 20 mmHg)2. Trombositopenia, hematokrit meningkatGrade IV1. Grade III + shock 2. Trombositopenia, hematokrit meningkat

5.Diagnosis banding3. Demam dengue4. Demam tifoid5. Demam chikungunya

6.Diagnosis kerjaDengue Haemorrhagic Fever

7.Pemeriksaan penunjang3. Pemeriksaan darah4. Uji serologi, IgM dan IgG anti Dengue5. Antigen spesifik Dengue, NS1

8.Tatalaksana4. Tatalaksana secara umum dengan tirah baring, pemberian cairan, medikamentosa simptomatik, dan antibiotik bila terdapat infeksi sekunder. 5. Lima protokol berdasarkan PAPDI

9.Edukasi5. Makan makanan bergizi6. Asupan cairan mencukupi7. Melakukan 3M8. Penggunaan bubuk abate9. Fogging

10.Prognosis6. Ad vitam: bonam7. Ad functionam: bonam8. Ad sanationam: bonam

11.Tingkat evidens IV

12.Tingkat rekomendasi C

13.Telaah klinisSMF Ilmu Penyakit Dalam

14.IndikatorKlinis

15.Kepustakaan 3. World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever. Volume 60. Geneva: SEARO Technical Publication Series 2011. 4. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention, and control 1997: 1-58. Available at: http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication/en/. Accessed 13 September 2015.5. Suhardiono. Sebuah analisis faktor resiko perilaku masyarakat terhadap kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Helvetia Tengah, Medan, tahun 2005. J Mutiara Kes Ind, Desember 2005; 1(2): 48-65.6. Guilarde AO, Turchi MD, Siqueria JB, Feres VCR, Rocha B, Levi JE, et al. Dengue and dengue hemorrhagic fever among adults: clinical outcomes related to viremia, serotypes, and antibody respone. J Infect Dis 2008; 197(6): 817-24.

8.Hipertensi

1DefinisiPeningkatan tekanan darah 140/90 mmHg secara kronis

2AnamnesisSakit kepalaRasa berputarPengelihatan kaburFactor risiko : merokok, obesitas, inaktivasi fisik, dyslipidemia, DMRiwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular dini

3Pemeriksaan FisikNilai tekanan darah diambil dari rerata 2 kali pengukuran (140/90 mmHg)

4Kriteria DiagnosisTekanan darah 140/90 mmHg pada 3 kali pengukuran dalam interval waktu 1-2 minggu atau 2 hari berturut-turut apabila penderita dirawat

5Diagnosis KerjaHipertensi

6Diagnosis BandingCHFHiperaldosteronHipertiroid

7Pemeriksaan PenunjangDarah lengkapKadar ureum kreatininGula darahLemak darahElektrolitKalsiumAsam uratUrinalisis

8TatalaksanaModifikasi gaya hidup Penurunan berat badan Diet DASH Penurunan asupan garam Aktivitas fisik Pembatasan konsumsi alkoholTerapi medikamentosa < 55 tahun diberikan ACE inhibitor atau ARB > 55 tahun diberikan CCB Tiazid Diuretic lain/ blocker/ blocker

9EdukasiMengurangi makanan yang tinggi garamMeningkatkan aktivitas fisik minimal 30 menit/hariMengurangi atao memberhentikan konsumsi alcohol dan rokok

10PrognosisAd vitam : bonamAd sanactionam : malamAd functionam : dubia ad bonam

11Tingkat EvidensI/II/III/IV

12Tingkat RekomendasiA/B/C

13Telaah KlinisSMF Penyakit Dalam

14IndicatorKlinis

15KepustakaanHarrisons principles of internal medicineKapita Selekta Kedokteran

9. CRF

1Definisi

2Anamnesis

3Pemeriksaan Fisik

4Kriteria Diagnosis

5Diagnosis KerjaChronic renal failure

6Diagnosis BandingAcute kidney disease Alport syndromeChronic glomerulonephritis

7Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat, kreatinin serum meningkat.2. Pemeriksaan elektrolit: hiperkalemi, hipokalsemia, hiperfosfatemia, hipermagnesemia.3. Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid ( hiperkoletrolemia, hipertriglisedemia, LDL meningkat).4. Analisis gas darah: asidosis metabolic ( Ph menurun, HCO3 menurun).5. Urinalisis dan pemeriksaan albumin urin6. Sedimen urin: sel tubulus ginjal, sedimen eritrosit, sedimen leukosit, sedimen granuler kasar dan adanya eritrosit yang dismorfik.7. Pemeriksaan protein urin kuantitatif 24 jam (PUK)8. Pencitraan : USG ginjal ; BNO IVP9. Biopsi ginjal10. Pemeriksaan lain (untuk komplikasi): EKG, foto polos toraks dan ekokardiografi.

8Tatalaksana1. Kontrol tekanan darah dengan ACE inhibitor ( captopril ), ARB bloker dan CCB (amlodipin tab 5/ 10 mg)2. Restriksi asupan protein.PGK pre- dialysis : 0,6 0,75 g/kgBB ideal/ hariPGK hemodialisis; 1, 2g/kgBB ideal/ hariPGK dialysis peritonea: 1,2 1,3 g/kgbb/hariTransplantasi ginjal: 1, 3 g/kgbb/ideal/hari.3. kontrol kadar glukosa darah. Golongan glitazon 4. restriksi cairan. PGK pre dialysis : cairan tidak dibatasi degan produksi urin yang normal.PGK hemodialisis: 500 ml/hari+ produksi urinPGK dialysis peritoneal : 1500 2000 ml/hariTransplantasi ginjal: minimal 2000 ml/hari5. restriksi asupan garamPGK pre dialysis : < 5g/hariPGK hemodialisis: 5 6g/hariPGK dialysis peritoneal : 5- 10g/hariTransplantasi ginjal: < 6 7 g/hari6. terapi dislipidemia.7. Modifikasi gaya hidup

9Edukasi

10Prognosis

11Tingkat EvidensI/II/III/IV

12Tingkat RekomendasiA/B/C

13Telaah KlinisSMF Ilmu Penyakit Dalam

14IndikatorKlinis

15Kepustakaan1.

10.Infeksi Saluran Kemih

1DefinisiInvasi mikroorganisme (biasanya bakteri) pada saluran kemih, mulai dari uretra hingga ginjal

2Anamnesis1. disuria2. polakisuria3. urgensi4. nyeri supra pubis5. demam6. hematuria7. rasa panas saat berkemih8. suka menahan buang air kecil9.nyeri abdomen, mual, muntah

3Pemeriksaan Fisik Evaluasi manifestasi klinis Vital sign Nyeri tekan supra pubis Nyeri CVA

4Kriteria DiagnosisPielonefritis akut : demam, mual, muntah, nyeri abdomen, diare, nyeri tekan dan kemerahan pada CVA atau palpasi abdomen dalamProstatitis : nyeripada perineum, demam, prostat yang membengkak, sulit BAK, pancaran urin melemahSistitis : disuria, frekuensi, urgensi, nyeri supra pubis atau pingang bawah, urin keruh dan berbau tidak sedap, kemeerahan pada uretraUretritis : disuria, frekuensi, dan piuria

5Diagnosis KerjaInfeksi Saluran Kemih

6Diagnosis Banding1. Recurrent Cystitits2. Uretritis3. Pyelonefritis

7Pemeriksaan Penunjang1. Lab darah perifer lengkap 2. Urinalisis3. Ureum dan kreatinin4. kadar gula darah5. Urin mikroskopik6. Urin kultur (isk berulang)

8TatalaksanaMinum air putih miimal 2 liter/hariMejaga higienitasPemberian antibiotik golongan fluorokuinolon dengan durasi 7-10 hari pada perempuan, 10-14 hari pada laki-laki

9EdukasiPenyebab dan faktor resiko infeksi saluran kemihPada ssaat pengobatan isk, diharapkan tiak berhubungan seksWaspada terhadap infeksi saluran kemih bagian atas dan harap kontrol kembalipatuh terhadap pengobatan yang direncanakanMenjada kesehatan pribadi dan lingkungan

10Prognosis

11Tingkat EvidensI/II/III/IV

12Tingkat RekomendasiA/B/C

13Telaah KlinisSMF Ilmu Penyakit Dalam

14IndikatorKlinis

15Kepustakaan1.