andika ipd

Upload: andikaprasdipta

Post on 21-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    1/28

    REFERAT

    HIV/AIDS

    Disusun Oleh :

    Andika Prasdipta Hidayat 1111103000067

    Pembimbing :

    dr. Waluy D!i "ahyn #pPD$%&'D( )*+A#*'

    KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD BEKASIFK UIN SYAHID JAKARTA

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    2/28

    KATA PENGANTAR

    Pu,i syukur kepada Allah #W-( karena berkat rahmat dan hidayah$+ya(

    penulis dapat menyelesaikan reerat H*/A*D# tepat pada !aktunya.

    eerat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di

    bagian *lmu Penyakit Dalam #2D ekasi. Pada kesempatan ini penulis

    mengu4apkan terima kasih yang sebesar$besarnya kepada dr. Waluy D!i

    "ahyn #pPD$%&'D( )*+A#*' selaku dkter pembimbing dan rekan$rekan

    se,a!at yang ikut membantu memberikan kntribusi dalam penyelesaian lapran

    ini.

    Penulis menyadari bah!a dalam penulisan lapran ini masih terdapat

    kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

    dan saran yang membangun dari semua pihak. #emga lapran ini dapat

    bermanaat dan menambah pengetahuan dalam bidang *lmu Penyakit Dalam

    khususnya dan bidang kedkteran pada umumnya.

    5akarta( 17 Oktber 01

    Penulis

    2

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    3/28

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Acquired Immunodeficiency Syndrome 8A*D#9 pertama kali diidentiikasi

    pada tahun 1;1 setelah mun4ul kasus$kasus pneumnia Pneumocystis carinii

    dan sar4ma %apsi pada laki$laki muda hmseks di berbagai !ilayah Amerika

    #erikat. #ebelumnya kasus tersebut sangat ,arang ter,adi( apabila ter,adi biasanya

    disertai penurunan kekebalan imunitas tubuh. Pada tahun 1;3

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    4/28

    krisis kesehatan( krisis pembangunan +egara( krisis eknmi( pendidikan ( dan

    ,uga krisis kemanusiaan.

    Di *ndnesia sendiri( ,umlah dha terus meningkat. Data terakhir pada

    tahun 00; menun,ukkan bah!a ,umlah dha di *ndnesia telah men4apai .66?

    rang. 'enurut 2+A*D#( *ndnesia merupakan +egara dengan pertunbuhan

    epidemi4 ter4epat di Asia. Pada tahun 007 menempati urutan ke$ di dunia(

    namun karena pemahaman dari ge,ala penyakit dan stigmata s4ial masyarakat(

    hanya $10 @ yang terdiagnsa dan dilakukan pengbatan.

    Pada era sebelumnya upaya penanggulangan H*/A*D# dipriritaskan

    pada upaya pen4egahan. Dengan semakin meningkatnya pengidap H*/ dan kasus

    A*D# yang memerlukan terapi A/( maka strstegi penanggulangan H*/A*D#

    dilaksanakan dengan memadukan upaya pen4egahan dengan upaya pera!atan(

    dukungan serta pengbatan. Dalam memberikan kntribusi 3 by initiati=e glbal

    yang diren4anakan leh WHO di 2+A*D#( *ndnesis se4ara nasinal telah

    memulai terapi antiretr=iral 8A-9 pada tahun 00?. Hal ini dapat menurunkan

    risik ineksi prtunistik 8*O9 yang apabila berat dapat menimbulkan kematian

    pada dha.Pada akhirnya( diharapkan kualitas hidup dha akan meningkat.1

    4

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    5/28

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Acquired Immunodeficiency Syndrome 8A*D#9 adalah kumpulan ge,ala atau

    penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanyaineksi leh Human Imunodeficiency Virus 8H*/9 yang termasuk amili

    retr=iridae. A*D# merupakan tahap akhir dari ineksi H*/.1

    2.2 EPIDEMIOLOGI

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    6/28

    Dari ,umlah kumulati 16.110 kasus A*D# yang dilaprkan pada Desember 00;(

    sekitar 7?(@ adalah laki$laki dan ?(6@ adalah perempuan. erdasarkan 4ara

    penularan( dilaprkan ?;@ pada heterseksual ?(3@ pada pengguna narktika

    suntik 3(;@ pada hmseksual dan (@ pada transmisi perinatal. Hal ini

    menun,ukkan adanya pergeseran dari dminasi kelmpk hmseksual ke

    kelmpk heterseksual dan penasun. 5umlah kasus pada kelmpk penasun

    hingga akhir tahun 00; men4apai 1. rang. %umulati kasus A*D# tertinggi

    dilaprkan pada kelmpk usia 0B tahun 80(;@9( disusul kelmpk usia 30B

    3 tahun.

    Dari 33 prpinsi seluruh *ndnesia yang melaprkan( peringkat pertama

    ,umlah kumulati kasus A*D# berasal dari prpinsi 5a!a arat sebesar .;;;

    kasus( disusul D%* 5akarta dengan .7;1 kasus( kemudian diikuti leh 5a!a

    -imur( Papua( dan ali dengan masing$masing ,umlah kasus se4ara berurutan

    sebesar .1 kasus( .3; kasus( dan 1.177 kasus A*D#. 1

    2.3 E TIOLOGI

    A*D# disebabkan leh ineksi H*/. H*/ adalah suatu =irus +A berbentuk seris

    yang termasuk retr=irus dari amili ambar 19. #trukturnya tersusun

    atas beberapa lapisan dimana lapisan terluar 8en=elp9 berupa glikprtein gp10

    yang melekat pada glikprtein gp?1. #elubung glikprtein ini berainitas tinggi

    terhadap mlekul "D? pada permukaan T-helper lymphosit dan mnsit atau

    makrag.

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    7/28

    terhadap anak bayinya baik intrapartum( perinatal maupun melalui A#*. Dalam

    penelitian selama tiga puluh tahun belum ditemukan adanya penularan =irus H*/

    melalui kntak kasual ataupun gigitan serangga.?

    Penularan melalui kntak seksual dingeara ma,u lebih banyak ke,adian

    pada hmseksual dibandingkan heterseksual. Hal ini mungkin ter,adi akibat

    kntak =irus yang lebih lama terhadap muksa rektum yang lebih tipis dan rentan

    ter,adi mikrtrauma dibanding muksa =agina. #edangkan pada kasus

    heterseksual !anita lebih rentan untuk tertular( karena =irus yang terkandung di

    dalam 4airan kelamin akan lebih lama terksps didalam =agina( dibanding 4airan

    kelamin perempuan ayang akan berkntak dengan 4airan kelamin perempuan.

    Penularan yang ter,adi akan semakin mudah bila pasangan yang terineksi H*/

    ,uga mengalami penyakit menular seksual ataupun peradangan didaerah genital(

    sehingga sel$sel inlamasi seperti limsit dan mnsit akan lebih terknsentrasi

    disana. Pada penularan mealui hubungan seksual dapat melalui dua 4ara ang

    mungkin( pertama inkulasi langsung ke darah yang ter,adi akibat mikrtrauma.

    Eang kedua( adanya ineksi target sel yang memungkinkan seperti sel langerhansberperan sebagai antigent presenting celldi muksa. #irkumsisi pada pria ,uga

    mengurangi risik tertular H*/ karena mengurangi risik ter,adinya mikrtrauma

    pada kulit preputium dan ,ugakulit preputium bagiaun n dalam biasanya sangat

    kaya akan sel - "D?( sel langerhans maupun makrag yang merupakan sel

    target H*/.?

    Penularan ,uga dapat ter,adi melalui kntak darah. #eperti halnya yang

    ter,adi pada penyuntikan bat seperti pada pengguna narkba. Perlengkapan yang

    digunakan se4ara bersama$sama leh para pengguna narkba suntik seperti

    syringe( ,arum( ataupun 4ampuran bat. Penularan parenteral ini tidak harus

    melalui intra=ena namun dapat ,uga melalui subkutan maupun intramsukular.

    -ransmisi parenteral lainnya ,uag dapat melalui transusi darah maupun prduk

    darah. Ataupun transplantasi ,aringan.?

    7

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    8/28

    Penularan dari ibu yang terineksi terhadap ,aninnya dapat ter,adi se,ak

    trimseter pertama dan kedua. Pada penelitian di 2ganda didapatkan 3$30@

    penularan tera,di sebelum kelahiran( 0$6@ selama prses kelahiran( sedangkan

    1$0@ melalui A#*. Penularan sendiri sangat dipengaruhi leh ,umlah =iremia

    pada darah ibu. #angat ,arang ter,adi penularan bila =iremia F1000 kpi +A

    H*/ml darah dan se4ara ekstrim sangat ,arang bila kpi tidak terdeteksi

    yaituF0 kpiml. Pemberian Cid=udine mulai dari trimester kedua hingga 6

    minggu usia bayi menuriunkan risik ineksi men,adi (@. #edangkan dengan

    pemberian 4A- akan berkurang men,adi F1@ bahkan akan mengurangi risik

    pula bila dikmbinasi dengan seksi sesaren. #edangkan dinegara ma,u A#* pada

    ibu dengan H*/ merupakan kntraindikasi.?

    2.5 P ATOGENESIS

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    9/28

    akan berintegrasi dengan D+A pe,amu dengan bantuan enCim integrase. #etelah

    ter,adi integrasi( pr=irus ini akan melakukan transkripsi dengan bantuan enCim

    plimerasi sel hst men,adi m+A untuk selan,utnya mengadakan transkripsi

    dengan prtein$prtein struktur sampai terbentuk prtein. m+A akan

    memprduksi semua prtein =irus. >enmik +A dan prtein =irus ini akan

    membentuk partikel =irus yang nantinya akan menempel pada bagian luar sel.

    'elalui prses uddingpada permukaan membran sel( =irin akan dikeluarkan

    dari sel inang dalam keadaan matang. #ebagian besar replikasi H*/ ter,adi di

    kelen,ar getah bening.?

    Vi!"#i"i i$#! HIV

    9

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    10/28

    Pada pemeriksaan labratrium yang umum dilakukan untuk melihat

    deisiensi imun( akan terlihat gambaran penurunan hitung sel "D?( in=erse rasi

    "D?$"D; dan hipergammaglbulinemia. espn imun humral terhadap =irus

    H*/ dibentuk terhada berbagai antigen H*/ seperti antigen inti 8p?9 dan sampul

    =irus 8gp1( gp?19.Antibdi mun4ul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah

    ineksi. #e4ara umum dapat dideteksi pertama kali se,ak minggu hingga 3 bulan

    setelah terineksi H*/. 'asa tersebut disebut masa ,endela. Antigen gp10 dan

    bagian eksternal gp1 akan dikenal leh sistem imun yang dapat membentuk

    antibdi netralisasi terhadap H*/. +amun( akti=itas netralisasi antibdi tersebut

    tidak dapat mematikan =irus dan hanya berlangsung dalam masa yang pendek.

    #edangkan respn imun selular yang ter,adi berupa reaksi 4epat sel "-< 8sel -

    sitlitik yang sebagian besar adalah sel - "D;9. Walaupun ,umlah dan akti=itas

    sel - "D; ini tinggi tapi ternyata tidak dapat menahan terus la,u replikasi H*/.

    Per,alanan penyakit ineksi H*/ disebabkan adanya gangguan ungsi dan

    kerusakan prgresi ppulasi sel - "D?. Hal ini meyebabkan ter,adinya deplesi

    sel - "D?. #elain itu( ter,adi ,uga disregulasi repsns imun sel - "D? dan

    prlierasi "D? ,arang terlihat pada pasien H*/ yang tidak mendapat pengbatan

    antiretr=irus. ?

    2.% PERJALANAN PENYAKIT

    Dari semua rang yang terineksi H*/( lebih dari separuh akan

    menun,ukkan ge,ala ineksi primer yang timbul beberapa hari setelah ineksi dan

    berlangsung selama $6 minggu. >e,ala yang ter,adi adalah demam( nyeri

    menelan( pembengkakan kelen,ar getah bening( ruam( diare( atau batuk dan

    ge,ala$ge,ala ini akan membaik dengan atau tanpa pengbatan. 1

    #etelah ineksi akut( dimulailah ineksi H*/ asimtmatik 8tanpa ge,ala9

    yang berlangsung selama ;$10 tahun. -etapi ada sekelmpk ke4il rang yang

    per,alanan penyakitnya amat 4epat( dapat hanya sekitar tahun( dan ada pula

    per,alanannya lambat 8nn$prgessr9. #e,alan dengan memburuknya kekebalan

    tubuh( dha mulai menampakkan ge,ala$ge,ala akibat ineksi prtunistik seperti

    10

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    11/28

    berat badan menurun( demam lama( rasa lemah( pembesaran kelen,ar getah

    bening( diare( tuberkulsis( ineksi ,amur( herpes dan lain$lainnya. -anpa

    pengbatan A/( sistem kekebalan tubuh rang yang terineksi H*/ akan

    memburuk bertahap meski selama beberapa tahun tidak berge,ala. Pada akhirnya(

    dha akan menun,ukkan ge,ala klinik yang makin berat. Hal ini berarti telah

    masuk ke tahap A*D#. -er,adinya ge,ala$ge,ala A*D# biasanya didahului leh

    akselerasi penurunan ,umlah limsit "D?. Perubahan ini diikuti leh ge,ala klinis

    menghilangnya ge,ala limadenpati generalisata yang disebabkan hilangnya

    kemampuan respn imun seluler untuk mela!an turnover H*/ dalam kelen,ar

    lime %arena maniestasi a!al kerusakan dari system imun tubuh adalah

    kerusakan mikrarsitektur likel kelen,ar getah bening dan ineksi H*/ meluas

    ke ,aringan limid( yang dapat diketahui dari pemeriksaan hibridasi insitu.

    #ebagian replikasi H*/ ter,adi di kelen,ar getah bening( bukan di peredaran darah

    tepi. #elan,utnya ter,adi peride laten dan penurunan ,umlah sel - "D? terus

    ter,adi hingga men4apai di ba!ah batas kritis yang akan memungkinkan

    ter,adinya ineksi prtunistik.?

    2.& DIAGNOSIS

    2.&.1. A'"(')i

    Anamnesis yang lengkap termasuk risik pa,anan H*/ ( pemeriksaan isik(

    pemeriksaan labratrium( dan knseling perlu dilakukan pada setiap dha saat

    kun,ungan pertama kali ke sarana kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk

    menegakkan diagnsis( diperlehnya data dasar mengenai pemeriksaan isik dan

    labratrium( memastikan pasien memahami tentang ineksi H*/( dan untuk

    menentukan tata laksana selan,utnya. Dari Anamnesis( perlu digali a4tr resik

    H*/ A*D#(

    a. Pen,a,a seks laki$laki atau perempuan

    b. Pengguna napCa suntik 8dahulu atau sekarang9

    11

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    12/28

    4. ambaran klinis yang ter,adi. umumnya akibat adanya ineksi prtunistik

    atau kanker yang terkait dengan A*D# seperti sarkma %apsi( limma

    malignum dan karsinma ser=iks in=asi. Pada pemeriksaan isik tidk ditemukan

    gambaran spesiik melaainkan bergantng dengan ineksi prtunistik yang dialami

    pasien seperti ral thrust pada kandidsi ral( kelainan pada paru pada - atau

    Pneumtisis ,ur=i4i( dan lainnya kanker yang terkait dengan A*D# seperti

    sarkma %apsi. +amun pada banyak kasus ditemukan pembesaran kelen,ar getah

    bening yang sering bersiat generalisata. 1

    2.&.3 P)()*i$""' ,)'!'-"'

    2ntuk memastikan diagnsis terineksi H*/( dilakukan dengan

    pemeriksaan labratrium yang tepat. Pemeriksaan dapat dilakukan antara lain

    dengan pemeriksaan antibdi terhadap H*/( deteksi =irus atau kmpnen =irus

    H*/ 8umumnya D+A atau +A =irus9 di dalam tubuh yakni melalui pemeriksaan

    P" untuk menentukan =iral lad( dan tes hitung ,umlah limsit. Pemeriksaan

    anti H*/ dilakukan setelah dilakukan knseling pra$tes dan biasanya dilakukan

    ,ika ada ri!ayat perilaku risik 8terutama hubungan seks yang tidak aman atau

    penggunaan narktika suntikan9. -es H*/ ,uga dapat dita!arkan pada mereka

    dengan ineksi menular seksual( hamil( mengalami tuberkulsis akti( serta ge,ala

    dan tanda yang mengarah adanya ineksi H*/. Hasil pemeriksaan pada akhirnya

    akan diberitahukan( untuk itu( knseling pas4a tes ,uga diperlukan. 5adi(

    pemeriksaan H*/ sebaiknya dilakukan dengan memenuhi 3" yakni confidential

    12

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    13/28

    8rahasia9( disertai dengan counselling !"onseling#$ dan hanya dilakukan dengan

    informed consent.1

    -es penyaring standar anti$H*/ menggunakan metde & terhadap H*/ yang

    berasal dari darah ibu. *g> ini dapat bertahan selama 1; bulan sehingga pada

    kndisi ini( tes perlu diulang pada usia anak I 1; bulan. 1

    Hasil tes dinyatakan psiti bila tes penyaring dua kali psiti ditambah

    dengan tes knirmasi dengan W psiti. Di negara$negara berkembang

    termasuk *ndnesia( pemeriksaan W masih relati mahal sehingga tidak mungkin

    dilakukan se4ara rutin. WHO mengan,urkan strategi pemeriksaan dengan

    kmbinasi dari pemeriksaan penyaring yang tidak melibatkan pemeriksaan W

    sebagai knirmasi. Di *ndnesia( kmbinasi yang digunakan adalah tiga kali

    psiti pemeriksaan penyaring dengan menggunakan strategi 3. ila hasil tes tidak

    sama missal hasil tes pertama reakti( tes kedua reakti( dan yang ketiga nn$

    reakti atau apabila hasil tes pertama reakti( kedua dan ketiga nn$reakti( maka

    keadaan ini disebut sebagai indeterminate dengan 4atatan rang tersebut memiliki

    ri!ayat pa,anan atau berisik tinggi tertular H*/. ila rang tersebut tanpa

    ri!ayat pa,anan atau tidak memiliki risik tertular( maka hasil pemeriksaan

    dilaprkan sebagai nn$reakti. 1

    13

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    14/28

    Algaritma pemeriksaan H*/

    #umber : Depkes(011

    2.&.4 P)'i#"i"' K#i'i

    Penilaian klinis yang perlu dilakukan setelah diagnsis H*/ ditegakkan meliputi

    penentuan stadium klinis ineksi H*/( mengidentiikasi penyakit yang

    berhubungan dengan H*/ di masa lalu( mengidentiikasi penyakit yang terkait

    14

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    15/28

    dengan H*/ saat ini yang membutuhkan pengbatan( mengidentiikasi kebutuhan

    terapi A/ dan ineksi prtunistik( serta mengidentiikasi pengbatan lain yang

    sedang di,alani yang dapat mempengaruhi pemilihan terapi. 1

    2.&.5 S"0i!( K#i'i

    Per,alan klinik ineksi H*/ telah ditemukan beberapa klasiikasi yaitu :

    a. *neksi Akut : "D? : 70 B 1000

    >e,ala ineksi akut biasanya timbul sedudah masa inkubasi selama 1$3 bulan.

    >e,ala yang timbul umumnya seperti inluenCa( demam( atralgia( anereksia(

    malaise( ge,ala kulit 8ber4ak$ber4ak merah( urtikarta9( ge,ala syara 8sakit kepada(nyeri retrbulber( gangguan kgniti danapekti9( gangguan gas trintestinal

    8nausea( diare9. Pada ase ini penyakit tersebut sangat menular karena ter,adi

    =iremia. >e,ala tersebut diatas merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya

    mikrrganisme yang berlangsung kira$kira 1$ minggu.

    b. *neksi %rnis Asimtmatik : "D? I 00ml

    #etelah ineksi akut berlalu maka selama bertahun$tahun kemudian( umumnya

    sekitar tahun( keadaan penderita tampak baik sa,a( meskipun sebenarnya ter,adi

    replikasi =irus se4ara lambat di dalam tubuh. eberapa penderita mengalamipembengkakan kelen,ar lime menyeluruh( meskipun ini bukanlah hal yang

    bersiat prgnsti4 dan tidak terpengaruh bagi hidup penderita. #aat ini sudah

    mulai ter,adi penurunan ,umlah sel "D? sebagai petun,uk menurunnya kekebalan

    tubuh penderita( tetapi masih pada tingkat 00ml.

    4. *neksi %rnis #imtmatik

    )ase ini dimulai rata$rata sesudah tahun terkena ineksi H*/. erbagai ge,ala

    penyakit ringan atau lebih berat timbul pada ase ini( tergantung pada tingkat

    imunitas pemderita.

    %# Penurunan *munitas sedang : "D? 00 B 00

    Pada a!al sub$ase ini timbul penyakit$penyakit yang lebih ringan misalnya

    reakti=asi dari herpes Cster atau herpes simpleks. +amun dapat sembuh ttal atau

    hanya dengan pengbatan biasa. %eganasan ,uga dapat timbul pada ase yang

    lebih lan,ut dari sub$ase ini dan dapat berlan,ut ke sub ase berikutnya( demikian

    ,uga yang disebut A*D#$elated 8A"9.

    Penurunan *munitas berat : "D? F 00

    15

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    16/28

    Pada sub ase ini ter,adi ineksi prtunistik berat yang sering mengan4am ,i!a

    penderita. %eganasan ,uga timbul pada sub ase ini( meskipun sering pada ase

    yang lebih a!al. /iremia ter,adi untuk kedua kalinya dan telah dikatakan tubuh

    sudah dalam kehilangan kekebalannya.1

    #indrm klinis stadium simptmatik yang utama:

    eneralisata yang menetap >e,ala knstutinal: Demam yang menetap I 1 bulan( penurunan

    in=lunter I 10@ dari nilai basal( dan diare I1 bulan tanpa penyebab ,elas. %elainan neurlgis: &nsealpati H*/( limma ##P primer( meningitis

    aseptik( mielpati( neurpati perier( mipati. Penyakit ineksisa sekunder: pneumnia( 'andida alicans$ (.

    Tuerculosis$ 'ryptococcus neoformans$ To))oplasma gondii$ Virus

    Herpes simple"s +eplasma #ekunder: #arkma %apsi 8kulit dan =iseral9( neplasma

    limid %elainan lain: #indrm spesiik rgan sebagai maniestasi prmer penderita

    - atau kmplikasi.1

    Di4urigai A*D# pada rang de!asa bila ada paling sedikit dua ge,ala

    mayr dan satu ge,ala minr dan tidak ada sebab$sebab imunsupresi yang lain

    seperti kanker(malnutrisi berat atau pemakaian krtiksterid yang lama.

    1. >e,ala 'ayr

    1. Penurunan berat badan lebih dari 10@

    2. Diare krnik lebih dari satu bulan

    3. Demam lebih dari satu bulan

    . >e,ala 'inr

    1. atuk lebih dari satu bulan

    . Dermatitis preuritik umum

    3. Herpes Cster re4urrens

    ?. %andidias raring

    .

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    17/28

    1. >e,ala 'ayr

    1. Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan abnrmal

    . Diare krnik lebih dari 1bulan

    3. Demam lebih dari1bulan

    . >e,ala minr1.

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    18/28

    2..1T)*",i A'i*)*i*"# ARV

    2ntuk memulai terapi antiretr=iral perlu dilakukan pemeriksaan ,umlah

    "D? 8bila tersedia9 dan penentuan stadium klinis ineksi H*/$nya. Hal tersebut

    adalah untuk menentukan apakah penderita sudah memenuhi syarat terapi

    antiretr=iral atau belum. erikut ini adalah rekmendasi 4ara memulai terapi

    A/ pada ODHA de!asa.3

    a. -idak tersedia pemeriksaan "D?

    Dalam hal tidak tersedia pemeriksaan "D?( maka penentuan mulai terapi A/

    adalah didasarkan pada penilaian klinis.

    b. -ersedia pemeriksaan "D? ( ekmendasi :

    1. 'ulai terapi A/ pada semua pasien dengan ,umlah "D? F30 selmm3 tanpa

    memandang stadium klinisnya.

    . -erapi A/ dian,urkan pada semua pasien dengan - akti( ibu hamil dan

    kineksi Hepatitis tanpa memandang ,umlah "D?.

    #e4ara umum( bat A/ dapat dibagi dalam 3 kelmpk besar yakni.

    %elmpk nucleoside reverse transcriptase inhiitors 8+-*9 seperti:

    Cid=udin( Calsitabin( sta=udin( lami=udin( didansin( abaka=ir

    %elmpk non-nucleoside reverse transcriptase inhiitors 8++-*9 seperti

    e=airens dan ne=irapin

    %elmpk protease inhiitors 8P*9 seperti sakuina=ir( ritna=ir( nel=ina=ir(

    amprena=ir.

    Dalam hal tidak tersedia tes "D?( semua pasien dengan stadium 3 dan ?harus memulai terapi A/. Pasien dengan stadium klinis 1 dan harus dipantau

    se4ara seksama( setidaknya setiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan medis

    lengkap atau manakala timbul ge,ala atau tanda klinis yang baru.Adapun terapi

    H*/$A*D# berdasarkan stadiumnya seperti pada tabel . 3

    ila terdapat tes untuk hitung "D?( saat yang paling tepat untuk memulai

    terapi A/ adalah sebelum pasien ,atuh sakit atau mun4ulnya *O yang pertama.

    18

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    19/28

    2..2 P"'0!"' K(6i'"i O6" ARV

    WHO merekmendasikan penggunan kmbinasi A/ dalam terapi H*/

    guna mengurangi kemungkinan ter,adinya resistensi terhadap A/. Penggunaan

    bat A/ lini pertama berupa kmbinasi +-* dan 1 ++-*. Obat A/ lini

    pertama di *ndnesia yang termasuk +-* adalah AJ-( lami=udin 83-"9 dan

    sta=udin 8d?-9. #edangkan yang termasuk ++-* adalah ne=irapin 8+/P9 dan

    ea=irenC .3

    T)*",i ARV

    #umber : Depkes *( 011

    P* tidak direkmendasikan sebagai paduan lini pertama karena penggunaa

    P* pada a!al terapi akan menghilangkan kesempatan pilihan lini kedua di

    *ndneesia di mana sumber dayanya masih sangat terbatas. P* hanya dapat

    digunakan sebagai paduan lini pertama 8bersama kmbinasi standar +-*9 pada

    terapi ineksi H*/$( pada perempuan dengan "D?I0 mm3 yang mendapat

    A- dan tidak bisa menerima &)/( atau pasien dengan intleransi ++-*.3

    egimen triple +-* digunakan hanya ,ika pasien tidak dapat

    menggunakan bat A/ berbasis ++-*( seperti %$ineksi -H*/( terkait

    dengan interaksi terhadap iampisin *bu Hamil( terkait dengan kehamilan

    Hepatitis( terkait dengan eek hepattksik karena +/P&)/P* . An,uran paduan

    triple +-* yangdian,urkan ialah AJ-G3-" G-D). Penggunaan -riple +-* ini

    dibatasi hanya untuk 3 bulan( setelah itu pasien perlu di kembalikan pada

    penggunaan lini pertama karena supresi =irlgisnya kurang kuat. #edangkan

    pada ibu hamil hindari e=a=irenC pada trimester satu( dan selan,utnya bleh

    19

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    20/28

    diberikan kembali( sedangkan pada pasien dengan hepatitis hindari penggunaan

    lami=udin( tenu=ir dan em4itarabin sebelum memulai terapi terhadap hepatitis

    . erikut dapat dilihat pada tabel( eek samping dari masing$masing A/.

    2..4Immune Reconstitution SyndromeIRIS

    Immune *econstitution Inflammatory Syndrome8**#9 adalah perburukan

    kndisi klinis sebagai akibat respns inlamasi berlebihan pada saat pemulihan

    respns imun setelah pemberian terapi antiretr=iral. #indrm pulih imun

    mempunyai maniestasi dalam bentuk penyakit ineksi maupun nn ineksi.

    'aniestasi tersering pada umumnya adalah berupa inlamasi dari penyakit

    ineksi. **# ineksi ini dideinisikan sebagai timbulnya maniestasi klinis atau

    perburukan ineksi yang ada sebagai akibat perbaikan respns imun spesiik

    patgen pada ODHA yang berespns baik terhadap A/. 'ekanisme #P* belumdiketahui dengan ,elas( diperkirakan hal ini merupakan respn imun berlebihan

    dari pulihnya sistem imun terhadap rangsangan antigen tertentu setelah pemberian

    A/. Pada saat ini dikenal dua ,enis #P* yang sering tumpang tindih( yaitu

    sindrm pulih imun unmasking 8unmasking *D9 dan sindrm pulih imun

    paradksikal. 5enis unmasking ter,adi pada pasien yang tidak terdiagnsis dan

    tidak mendapat terapi untuk ineksi prtunistiknya dan langsung mendapatkan

    terapi A/$nya. Pada ,enis paradksikal( pasien telah mendapatkan pengbatan

    20

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    21/28

    untuk ineksi prtunistiknya. #etelah -atalaksana %linis *neksi H*/ dan -erapi

    Antiretr=iral A/( ter,adi perburukan klinis dari penyakit ineksinya tersebut.

    'aniestasi klinis yang mun4ul sangat ber=ariasi dan tergantung dari bahan

    ineksi atau nn$ineksi yang terlibat( sehingga diagnsis men,adi tidak mudah.

    Pada !aktu menegakkan diagnsis #P* perlu di4antumkan penyakit ineksi atau

    nn ineksi yang men,adi penyebabnya 8misal **# -( **# -plasmsis9.

    *nternatinal +et!rk #tudy H*/$ass4iated **# 8*+#H*9 membuat knsensus

    untuk kriteria diagnsis sindrm pulih imun sebagai berikut.

    1. 'enun,ukkan respns terhadap terapi A/ dengan: mendapat terapi A/ dan

    penurunan =iral lad I 1 lg kpiml

    . Perburukan ge,ala klinis ineksi atau timbul reaksi inlamasi yang terkait

    dengan inisiasi terapi A/

    3. >e,ala klinis tersebut bukan disebabkan leh: >e,ala klinis dari ineksi( eek

    samping bat atau tksisitas( kegagalan terapi( ketidakpatuhan menggunakan

    A/.3

    eberapa aktr risik ter,adinya #P* adalah ,umlah "D? yang rendah saat

    memulai terapi A/( ,umlah =irus +A H*/ yang tinggi saat memulai terapi

    A/( banyak dan beratnya ineksi prtunistik( penurunan ,umlah =irus +A

    H*/ yang 4epat selama terapi A/( belum pernah mendapat A/ saat diagnsis

    ineksi prtunistik( dan pendeknya ,arak !aktu antara memulai terapi ineksi

    prtunistik dan memulai terapi A/.3

    -atalaksana #P* meliputi pengbatan patgen penyebab untuk

    menurunkan ,umlah antigen dan meneruskan terapi A/. -erapi antiinlamasi

    seperti bat antiilamasi nn sterid dan sterid dapat diberikan. Dsis dan

    lamanya pemberian krtiksterid belum pasti( berkisar antara 0($ 1 mgkghari

    prednisln.3

    2..% P)'7)"8"' I'+)$i O,*!'ii$

    Pen4egahan ineksi prtunistik atau prilaksis dapat dibagi dalam dua

    kelmpk besar yakni:

    21

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    22/28

    1. Pen4egahan primer( yakni upaya untuk men4egah ineksi sebelum ineksi

    ter,adi. 'isalnya pemberian ktrimksaCl pada penderita yang "D? F

    00mm3 untuk men4egah Pneumocystis carinii pneumonia 8P"P9.

    Pen4egahan ini dapat mengurangi risik P"P.

    . Pen4egahan sekunder( yaitu pemberian bat pen4egahan setelah ineksi

    ter,adi. "nthnya setelah terapi P"P dengan ktrimksaCl diperlukan bat

    pen4egahan 8dalam dsis yang lebih rendah9 untuk men4egahan kekambuhan

    P"P yang telah sembuh.

    5ika kekebalan tubuh dengan indikatr nilai "D? meningkat maka risik terkena

    ineksi prtunistik berkurang sehingga bat pen4egahan ineksi prtunistik

    dapat dihentikan. +amun bila kekebalan menurun kembali bat ineksi

    prtunistik harus diberikan lagi. -abel berikut menampilkan se4ara ringkas

    pen4egahan terhadap beberapa bentuk ineksi prtunistik. eberapa upaya

    prilaksis hanya dian,urkan bila penderita mampu seperti =aksinasi pneumkk(

    hepatitis dan hepatitis A.3

    2..& P)("'"!"' S))#"8 HIV9

    )rekuensi Pemantauan klinis tergantung dari respn terapi A/. #ebagai

    batasan minimal( Pemantauan klinis perlu dilakukan pada minggu ( ?( ;( 1 dan

    ? minggu se,ak memulai terapi A/ dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien

    telah men4apai keadaan stabil. Pada setiap kun,ungan perlu dilakukan penilaian

    klinis termasuk tanda dan ge,ala eek samping bat atau gagal terapi dan rekuensi

    ineksi 8ineksi bakterial( kandidiasis dan atau ineksi prtunirtik lainnya9

    ditambah knseling untuk membantu pasien memahami terapi A/ dan dukungan

    kepatuhan. #elain itu ,uga direkmendasikan untuk melakukan pemantauan "D?

    se4ara rutin setiap 6 bulan( atau lebih sering bila ada indikasi klinis. #erta lakukan

    pemeriksaan labratrium lainnya sesaui kebutuhan untuk menilai eek samping

    dari A/( seperti pemeriksaan Hb pada pasien yang menerima AJ-( pril lipid

    pada pasien yang menerima P*( dan sebagainya.

    22

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    23/28

    ila memungkinkan /< bleh diperiksa setiap 6 bulan. Data ,umlah "D?

    saat mulai terapi A/ dan perkembangan "D? yang die=aluasi tiap 6 bulan

    sangat diperlukan untuk menentukan adanya gagal terapi se4ara imunlgis. Padasebagian ke4il pasien dengan stadium lan,ut dan ,umlah "D? yang rendah pada

    saat mulai terapi A/( kadang ,umlah "D? tidak meningkat atau sedikit turun

    meski ter,adi perbaikan klinis.

    23

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    24/28

    2.8.8

    24

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    25/28

    25

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    26/28

    BAB III

    KESIMPULAN

    A*D# merupakan kumpulan ge,ala atau penyakit yang diakibatkan karena

    penurunan kekebalan tubuh akibat adanya ineksi leh HumanImunodeficiency Virus 8H*/9 yang termasuk amili retr=iridae. A*D#

    merupakan tahap akhir dari ineksi H*/.

    'asalah H*/A*D# adalah masalah besar yang mengan4am *ndnesia

    dan banyak +egara di seluruh dunia. -idak ada satupun negara di dunia

    ini yang terbebas dari H*/.

    *neksi H*/ ter,adi melalui tiga ,alur transmisi utama yakni transmisi

    melalui hubungan seksual( baik heterseksual maupun hmseksual

    transmisi langsung ke peredaran darah melalui ,arum suntik yang

    terkntaminasi atau melalui kmpnen darah yang terkntaminasi( dan

    transmisi =ertikal dari ibu ke ,anin.

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    27/28

    a9 Pengbatan untuk menekan replikasi =irus H*/ dengan bat

    antiretr=iral 8A/9.

    b9 Pengbatan untuk mengatasi berbagai penyakit ineksi dan kanker

    yang menyertai ineksi H*/A*D#( seperti ,amur( tuberkulsis(

    hepatitis( tksplasmsis( sarkma kapsi( limma( kanker ser=iks.

    49 Pengbatan suprti( yaitu makanan yang mempunyai nilai giCi yang

    lebih baik dan pengbatan pendukung lain seperti dukungan

    psikssial dan dukungan agama serta ,uga tidur yang 4ukup dan perlu

    men,aga kebersihan.

    #e4ara umum( bat A/ dapat dibagi dalam 3 kelmpk besar yakni:

    nucleoside reverse transcriptase inhiitors 8+-*9 ( non-nucleoside

    reverse transcriptase inhiitors 8++-*9( danprotease inhiitors8P*9.

    Di *ndnesia( pilihan utama kmbinasi bat A/ lini pertama adalah dua

    +-* serta satu ++-* yaitu AJ--D/ G 3-" G&)/ +/P

    DAFTAR PUSTAKA

    27

  • 7/24/2019 Andika Ipd

    28/28

    1. D,erban J( D,auCi #. H*/A*D# di *ndnesia. *n: #udy AW( #etiyhadi

    ( Al!i *( #imadibrata '%( #etiati #( eds.+u"u a,ar ilmu penya"it dalam.

    ?th ed. 5akarta: Pusat Penerbitan Departemen *lmu Penyakit Dalam )%2*006

    . 2+A*D#$WHO. eprt n the glbal H*/A*D# epidemi4 010:

    ee4uti=e summary. >ene=a. 010.

    3. Pedman +asinal -atalaksana %linis *neksi H*/ dan -erapi

    Antiretr=iral. %&'&+% *.011.

    ?. )au4i A#(