andika ipd
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Andika Ipd
1/28
REFERAT
HIV/AIDS
Disusun Oleh :
Andika Prasdipta Hidayat 1111103000067
Pembimbing :
dr. Waluy D!i "ahyn #pPD$%&'D( )*+A#*'
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD BEKASIFK UIN SYAHID JAKARTA
-
7/24/2019 Andika Ipd
2/28
KATA PENGANTAR
Pu,i syukur kepada Allah #W-( karena berkat rahmat dan hidayah$+ya(
penulis dapat menyelesaikan reerat H*/A*D# tepat pada !aktunya.
eerat ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian *lmu Penyakit Dalam #2D ekasi. Pada kesempatan ini penulis
mengu4apkan terima kasih yang sebesar$besarnya kepada dr. Waluy D!i
"ahyn #pPD$%&'D( )*+A#*' selaku dkter pembimbing dan rekan$rekan
se,a!at yang ikut membantu memberikan kntribusi dalam penyelesaian lapran
ini.
Penulis menyadari bah!a dalam penulisan lapran ini masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. #emga lapran ini dapat
bermanaat dan menambah pengetahuan dalam bidang *lmu Penyakit Dalam
khususnya dan bidang kedkteran pada umumnya.
5akarta( 17 Oktber 01
Penulis
2
-
7/24/2019 Andika Ipd
3/28
BAB I
PENDAHULUAN
Acquired Immunodeficiency Syndrome 8A*D#9 pertama kali diidentiikasi
pada tahun 1;1 setelah mun4ul kasus$kasus pneumnia Pneumocystis carinii
dan sar4ma %apsi pada laki$laki muda hmseks di berbagai !ilayah Amerika
#erikat. #ebelumnya kasus tersebut sangat ,arang ter,adi( apabila ter,adi biasanya
disertai penurunan kekebalan imunitas tubuh. Pada tahun 1;3
-
7/24/2019 Andika Ipd
4/28
krisis kesehatan( krisis pembangunan +egara( krisis eknmi( pendidikan ( dan
,uga krisis kemanusiaan.
Di *ndnesia sendiri( ,umlah dha terus meningkat. Data terakhir pada
tahun 00; menun,ukkan bah!a ,umlah dha di *ndnesia telah men4apai .66?
rang. 'enurut 2+A*D#( *ndnesia merupakan +egara dengan pertunbuhan
epidemi4 ter4epat di Asia. Pada tahun 007 menempati urutan ke$ di dunia(
namun karena pemahaman dari ge,ala penyakit dan stigmata s4ial masyarakat(
hanya $10 @ yang terdiagnsa dan dilakukan pengbatan.
Pada era sebelumnya upaya penanggulangan H*/A*D# dipriritaskan
pada upaya pen4egahan. Dengan semakin meningkatnya pengidap H*/ dan kasus
A*D# yang memerlukan terapi A/( maka strstegi penanggulangan H*/A*D#
dilaksanakan dengan memadukan upaya pen4egahan dengan upaya pera!atan(
dukungan serta pengbatan. Dalam memberikan kntribusi 3 by initiati=e glbal
yang diren4anakan leh WHO di 2+A*D#( *ndnesis se4ara nasinal telah
memulai terapi antiretr=iral 8A-9 pada tahun 00?. Hal ini dapat menurunkan
risik ineksi prtunistik 8*O9 yang apabila berat dapat menimbulkan kematian
pada dha.Pada akhirnya( diharapkan kualitas hidup dha akan meningkat.1
4
-
7/24/2019 Andika Ipd
5/28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Acquired Immunodeficiency Syndrome 8A*D#9 adalah kumpulan ge,ala atau
penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanyaineksi leh Human Imunodeficiency Virus 8H*/9 yang termasuk amili
retr=iridae. A*D# merupakan tahap akhir dari ineksi H*/.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
-
7/24/2019 Andika Ipd
6/28
Dari ,umlah kumulati 16.110 kasus A*D# yang dilaprkan pada Desember 00;(
sekitar 7?(@ adalah laki$laki dan ?(6@ adalah perempuan. erdasarkan 4ara
penularan( dilaprkan ?;@ pada heterseksual ?(3@ pada pengguna narktika
suntik 3(;@ pada hmseksual dan (@ pada transmisi perinatal. Hal ini
menun,ukkan adanya pergeseran dari dminasi kelmpk hmseksual ke
kelmpk heterseksual dan penasun. 5umlah kasus pada kelmpk penasun
hingga akhir tahun 00; men4apai 1. rang. %umulati kasus A*D# tertinggi
dilaprkan pada kelmpk usia 0B tahun 80(;@9( disusul kelmpk usia 30B
3 tahun.
Dari 33 prpinsi seluruh *ndnesia yang melaprkan( peringkat pertama
,umlah kumulati kasus A*D# berasal dari prpinsi 5a!a arat sebesar .;;;
kasus( disusul D%* 5akarta dengan .7;1 kasus( kemudian diikuti leh 5a!a
-imur( Papua( dan ali dengan masing$masing ,umlah kasus se4ara berurutan
sebesar .1 kasus( .3; kasus( dan 1.177 kasus A*D#. 1
2.3 E TIOLOGI
A*D# disebabkan leh ineksi H*/. H*/ adalah suatu =irus +A berbentuk seris
yang termasuk retr=irus dari amili ambar 19. #trukturnya tersusun
atas beberapa lapisan dimana lapisan terluar 8en=elp9 berupa glikprtein gp10
yang melekat pada glikprtein gp?1. #elubung glikprtein ini berainitas tinggi
terhadap mlekul "D? pada permukaan T-helper lymphosit dan mnsit atau
makrag.
-
7/24/2019 Andika Ipd
7/28
terhadap anak bayinya baik intrapartum( perinatal maupun melalui A#*. Dalam
penelitian selama tiga puluh tahun belum ditemukan adanya penularan =irus H*/
melalui kntak kasual ataupun gigitan serangga.?
Penularan melalui kntak seksual dingeara ma,u lebih banyak ke,adian
pada hmseksual dibandingkan heterseksual. Hal ini mungkin ter,adi akibat
kntak =irus yang lebih lama terhadap muksa rektum yang lebih tipis dan rentan
ter,adi mikrtrauma dibanding muksa =agina. #edangkan pada kasus
heterseksual !anita lebih rentan untuk tertular( karena =irus yang terkandung di
dalam 4airan kelamin akan lebih lama terksps didalam =agina( dibanding 4airan
kelamin perempuan ayang akan berkntak dengan 4airan kelamin perempuan.
Penularan yang ter,adi akan semakin mudah bila pasangan yang terineksi H*/
,uga mengalami penyakit menular seksual ataupun peradangan didaerah genital(
sehingga sel$sel inlamasi seperti limsit dan mnsit akan lebih terknsentrasi
disana. Pada penularan mealui hubungan seksual dapat melalui dua 4ara ang
mungkin( pertama inkulasi langsung ke darah yang ter,adi akibat mikrtrauma.
Eang kedua( adanya ineksi target sel yang memungkinkan seperti sel langerhansberperan sebagai antigent presenting celldi muksa. #irkumsisi pada pria ,uga
mengurangi risik tertular H*/ karena mengurangi risik ter,adinya mikrtrauma
pada kulit preputium dan ,ugakulit preputium bagiaun n dalam biasanya sangat
kaya akan sel - "D?( sel langerhans maupun makrag yang merupakan sel
target H*/.?
Penularan ,uga dapat ter,adi melalui kntak darah. #eperti halnya yang
ter,adi pada penyuntikan bat seperti pada pengguna narkba. Perlengkapan yang
digunakan se4ara bersama$sama leh para pengguna narkba suntik seperti
syringe( ,arum( ataupun 4ampuran bat. Penularan parenteral ini tidak harus
melalui intra=ena namun dapat ,uga melalui subkutan maupun intramsukular.
-ransmisi parenteral lainnya ,uag dapat melalui transusi darah maupun prduk
darah. Ataupun transplantasi ,aringan.?
7
-
7/24/2019 Andika Ipd
8/28
Penularan dari ibu yang terineksi terhadap ,aninnya dapat ter,adi se,ak
trimseter pertama dan kedua. Pada penelitian di 2ganda didapatkan 3$30@
penularan tera,di sebelum kelahiran( 0$6@ selama prses kelahiran( sedangkan
1$0@ melalui A#*. Penularan sendiri sangat dipengaruhi leh ,umlah =iremia
pada darah ibu. #angat ,arang ter,adi penularan bila =iremia F1000 kpi +A
H*/ml darah dan se4ara ekstrim sangat ,arang bila kpi tidak terdeteksi
yaituF0 kpiml. Pemberian Cid=udine mulai dari trimester kedua hingga 6
minggu usia bayi menuriunkan risik ineksi men,adi (@. #edangkan dengan
pemberian 4A- akan berkurang men,adi F1@ bahkan akan mengurangi risik
pula bila dikmbinasi dengan seksi sesaren. #edangkan dinegara ma,u A#* pada
ibu dengan H*/ merupakan kntraindikasi.?
2.5 P ATOGENESIS
-
7/24/2019 Andika Ipd
9/28
akan berintegrasi dengan D+A pe,amu dengan bantuan enCim integrase. #etelah
ter,adi integrasi( pr=irus ini akan melakukan transkripsi dengan bantuan enCim
plimerasi sel hst men,adi m+A untuk selan,utnya mengadakan transkripsi
dengan prtein$prtein struktur sampai terbentuk prtein. m+A akan
memprduksi semua prtein =irus. >enmik +A dan prtein =irus ini akan
membentuk partikel =irus yang nantinya akan menempel pada bagian luar sel.
'elalui prses uddingpada permukaan membran sel( =irin akan dikeluarkan
dari sel inang dalam keadaan matang. #ebagian besar replikasi H*/ ter,adi di
kelen,ar getah bening.?
Vi!"#i"i i$#! HIV
9
-
7/24/2019 Andika Ipd
10/28
Pada pemeriksaan labratrium yang umum dilakukan untuk melihat
deisiensi imun( akan terlihat gambaran penurunan hitung sel "D?( in=erse rasi
"D?$"D; dan hipergammaglbulinemia. espn imun humral terhadap =irus
H*/ dibentuk terhada berbagai antigen H*/ seperti antigen inti 8p?9 dan sampul
=irus 8gp1( gp?19.Antibdi mun4ul di sirkulasi dalam beberapa minggu setelah
ineksi. #e4ara umum dapat dideteksi pertama kali se,ak minggu hingga 3 bulan
setelah terineksi H*/. 'asa tersebut disebut masa ,endela. Antigen gp10 dan
bagian eksternal gp1 akan dikenal leh sistem imun yang dapat membentuk
antibdi netralisasi terhadap H*/. +amun( akti=itas netralisasi antibdi tersebut
tidak dapat mematikan =irus dan hanya berlangsung dalam masa yang pendek.
#edangkan respn imun selular yang ter,adi berupa reaksi 4epat sel "-< 8sel -
sitlitik yang sebagian besar adalah sel - "D;9. Walaupun ,umlah dan akti=itas
sel - "D; ini tinggi tapi ternyata tidak dapat menahan terus la,u replikasi H*/.
Per,alanan penyakit ineksi H*/ disebabkan adanya gangguan ungsi dan
kerusakan prgresi ppulasi sel - "D?. Hal ini meyebabkan ter,adinya deplesi
sel - "D?. #elain itu( ter,adi ,uga disregulasi repsns imun sel - "D? dan
prlierasi "D? ,arang terlihat pada pasien H*/ yang tidak mendapat pengbatan
antiretr=irus. ?
2.% PERJALANAN PENYAKIT
Dari semua rang yang terineksi H*/( lebih dari separuh akan
menun,ukkan ge,ala ineksi primer yang timbul beberapa hari setelah ineksi dan
berlangsung selama $6 minggu. >e,ala yang ter,adi adalah demam( nyeri
menelan( pembengkakan kelen,ar getah bening( ruam( diare( atau batuk dan
ge,ala$ge,ala ini akan membaik dengan atau tanpa pengbatan. 1
#etelah ineksi akut( dimulailah ineksi H*/ asimtmatik 8tanpa ge,ala9
yang berlangsung selama ;$10 tahun. -etapi ada sekelmpk ke4il rang yang
per,alanan penyakitnya amat 4epat( dapat hanya sekitar tahun( dan ada pula
per,alanannya lambat 8nn$prgessr9. #e,alan dengan memburuknya kekebalan
tubuh( dha mulai menampakkan ge,ala$ge,ala akibat ineksi prtunistik seperti
10
-
7/24/2019 Andika Ipd
11/28
berat badan menurun( demam lama( rasa lemah( pembesaran kelen,ar getah
bening( diare( tuberkulsis( ineksi ,amur( herpes dan lain$lainnya. -anpa
pengbatan A/( sistem kekebalan tubuh rang yang terineksi H*/ akan
memburuk bertahap meski selama beberapa tahun tidak berge,ala. Pada akhirnya(
dha akan menun,ukkan ge,ala klinik yang makin berat. Hal ini berarti telah
masuk ke tahap A*D#. -er,adinya ge,ala$ge,ala A*D# biasanya didahului leh
akselerasi penurunan ,umlah limsit "D?. Perubahan ini diikuti leh ge,ala klinis
menghilangnya ge,ala limadenpati generalisata yang disebabkan hilangnya
kemampuan respn imun seluler untuk mela!an turnover H*/ dalam kelen,ar
lime %arena maniestasi a!al kerusakan dari system imun tubuh adalah
kerusakan mikrarsitektur likel kelen,ar getah bening dan ineksi H*/ meluas
ke ,aringan limid( yang dapat diketahui dari pemeriksaan hibridasi insitu.
#ebagian replikasi H*/ ter,adi di kelen,ar getah bening( bukan di peredaran darah
tepi. #elan,utnya ter,adi peride laten dan penurunan ,umlah sel - "D? terus
ter,adi hingga men4apai di ba!ah batas kritis yang akan memungkinkan
ter,adinya ineksi prtunistik.?
2.& DIAGNOSIS
2.&.1. A'"(')i
Anamnesis yang lengkap termasuk risik pa,anan H*/ ( pemeriksaan isik(
pemeriksaan labratrium( dan knseling perlu dilakukan pada setiap dha saat
kun,ungan pertama kali ke sarana kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk
menegakkan diagnsis( diperlehnya data dasar mengenai pemeriksaan isik dan
labratrium( memastikan pasien memahami tentang ineksi H*/( dan untuk
menentukan tata laksana selan,utnya. Dari Anamnesis( perlu digali a4tr resik
H*/ A*D#(
a. Pen,a,a seks laki$laki atau perempuan
b. Pengguna napCa suntik 8dahulu atau sekarang9
11
-
7/24/2019 Andika Ipd
12/28
4. ambaran klinis yang ter,adi. umumnya akibat adanya ineksi prtunistik
atau kanker yang terkait dengan A*D# seperti sarkma %apsi( limma
malignum dan karsinma ser=iks in=asi. Pada pemeriksaan isik tidk ditemukan
gambaran spesiik melaainkan bergantng dengan ineksi prtunistik yang dialami
pasien seperti ral thrust pada kandidsi ral( kelainan pada paru pada - atau
Pneumtisis ,ur=i4i( dan lainnya kanker yang terkait dengan A*D# seperti
sarkma %apsi. +amun pada banyak kasus ditemukan pembesaran kelen,ar getah
bening yang sering bersiat generalisata. 1
2.&.3 P)()*i$""' ,)'!'-"'
2ntuk memastikan diagnsis terineksi H*/( dilakukan dengan
pemeriksaan labratrium yang tepat. Pemeriksaan dapat dilakukan antara lain
dengan pemeriksaan antibdi terhadap H*/( deteksi =irus atau kmpnen =irus
H*/ 8umumnya D+A atau +A =irus9 di dalam tubuh yakni melalui pemeriksaan
P" untuk menentukan =iral lad( dan tes hitung ,umlah limsit. Pemeriksaan
anti H*/ dilakukan setelah dilakukan knseling pra$tes dan biasanya dilakukan
,ika ada ri!ayat perilaku risik 8terutama hubungan seks yang tidak aman atau
penggunaan narktika suntikan9. -es H*/ ,uga dapat dita!arkan pada mereka
dengan ineksi menular seksual( hamil( mengalami tuberkulsis akti( serta ge,ala
dan tanda yang mengarah adanya ineksi H*/. Hasil pemeriksaan pada akhirnya
akan diberitahukan( untuk itu( knseling pas4a tes ,uga diperlukan. 5adi(
pemeriksaan H*/ sebaiknya dilakukan dengan memenuhi 3" yakni confidential
12
-
7/24/2019 Andika Ipd
13/28
8rahasia9( disertai dengan counselling !"onseling#$ dan hanya dilakukan dengan
informed consent.1
-es penyaring standar anti$H*/ menggunakan metde & terhadap H*/ yang
berasal dari darah ibu. *g> ini dapat bertahan selama 1; bulan sehingga pada
kndisi ini( tes perlu diulang pada usia anak I 1; bulan. 1
Hasil tes dinyatakan psiti bila tes penyaring dua kali psiti ditambah
dengan tes knirmasi dengan W psiti. Di negara$negara berkembang
termasuk *ndnesia( pemeriksaan W masih relati mahal sehingga tidak mungkin
dilakukan se4ara rutin. WHO mengan,urkan strategi pemeriksaan dengan
kmbinasi dari pemeriksaan penyaring yang tidak melibatkan pemeriksaan W
sebagai knirmasi. Di *ndnesia( kmbinasi yang digunakan adalah tiga kali
psiti pemeriksaan penyaring dengan menggunakan strategi 3. ila hasil tes tidak
sama missal hasil tes pertama reakti( tes kedua reakti( dan yang ketiga nn$
reakti atau apabila hasil tes pertama reakti( kedua dan ketiga nn$reakti( maka
keadaan ini disebut sebagai indeterminate dengan 4atatan rang tersebut memiliki
ri!ayat pa,anan atau berisik tinggi tertular H*/. ila rang tersebut tanpa
ri!ayat pa,anan atau tidak memiliki risik tertular( maka hasil pemeriksaan
dilaprkan sebagai nn$reakti. 1
13
-
7/24/2019 Andika Ipd
14/28
Algaritma pemeriksaan H*/
#umber : Depkes(011
2.&.4 P)'i#"i"' K#i'i
Penilaian klinis yang perlu dilakukan setelah diagnsis H*/ ditegakkan meliputi
penentuan stadium klinis ineksi H*/( mengidentiikasi penyakit yang
berhubungan dengan H*/ di masa lalu( mengidentiikasi penyakit yang terkait
14
-
7/24/2019 Andika Ipd
15/28
dengan H*/ saat ini yang membutuhkan pengbatan( mengidentiikasi kebutuhan
terapi A/ dan ineksi prtunistik( serta mengidentiikasi pengbatan lain yang
sedang di,alani yang dapat mempengaruhi pemilihan terapi. 1
2.&.5 S"0i!( K#i'i
Per,alan klinik ineksi H*/ telah ditemukan beberapa klasiikasi yaitu :
a. *neksi Akut : "D? : 70 B 1000
>e,ala ineksi akut biasanya timbul sedudah masa inkubasi selama 1$3 bulan.
>e,ala yang timbul umumnya seperti inluenCa( demam( atralgia( anereksia(
malaise( ge,ala kulit 8ber4ak$ber4ak merah( urtikarta9( ge,ala syara 8sakit kepada(nyeri retrbulber( gangguan kgniti danapekti9( gangguan gas trintestinal
8nausea( diare9. Pada ase ini penyakit tersebut sangat menular karena ter,adi
=iremia. >e,ala tersebut diatas merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya
mikrrganisme yang berlangsung kira$kira 1$ minggu.
b. *neksi %rnis Asimtmatik : "D? I 00ml
#etelah ineksi akut berlalu maka selama bertahun$tahun kemudian( umumnya
sekitar tahun( keadaan penderita tampak baik sa,a( meskipun sebenarnya ter,adi
replikasi =irus se4ara lambat di dalam tubuh. eberapa penderita mengalamipembengkakan kelen,ar lime menyeluruh( meskipun ini bukanlah hal yang
bersiat prgnsti4 dan tidak terpengaruh bagi hidup penderita. #aat ini sudah
mulai ter,adi penurunan ,umlah sel "D? sebagai petun,uk menurunnya kekebalan
tubuh penderita( tetapi masih pada tingkat 00ml.
4. *neksi %rnis #imtmatik
)ase ini dimulai rata$rata sesudah tahun terkena ineksi H*/. erbagai ge,ala
penyakit ringan atau lebih berat timbul pada ase ini( tergantung pada tingkat
imunitas pemderita.
%# Penurunan *munitas sedang : "D? 00 B 00
Pada a!al sub$ase ini timbul penyakit$penyakit yang lebih ringan misalnya
reakti=asi dari herpes Cster atau herpes simpleks. +amun dapat sembuh ttal atau
hanya dengan pengbatan biasa. %eganasan ,uga dapat timbul pada ase yang
lebih lan,ut dari sub$ase ini dan dapat berlan,ut ke sub ase berikutnya( demikian
,uga yang disebut A*D#$elated 8A"9.
Penurunan *munitas berat : "D? F 00
15
-
7/24/2019 Andika Ipd
16/28
Pada sub ase ini ter,adi ineksi prtunistik berat yang sering mengan4am ,i!a
penderita. %eganasan ,uga timbul pada sub ase ini( meskipun sering pada ase
yang lebih a!al. /iremia ter,adi untuk kedua kalinya dan telah dikatakan tubuh
sudah dalam kehilangan kekebalannya.1
#indrm klinis stadium simptmatik yang utama:
eneralisata yang menetap >e,ala knstutinal: Demam yang menetap I 1 bulan( penurunan
in=lunter I 10@ dari nilai basal( dan diare I1 bulan tanpa penyebab ,elas. %elainan neurlgis: &nsealpati H*/( limma ##P primer( meningitis
aseptik( mielpati( neurpati perier( mipati. Penyakit ineksisa sekunder: pneumnia( 'andida alicans$ (.
Tuerculosis$ 'ryptococcus neoformans$ To))oplasma gondii$ Virus
Herpes simple"s +eplasma #ekunder: #arkma %apsi 8kulit dan =iseral9( neplasma
limid %elainan lain: #indrm spesiik rgan sebagai maniestasi prmer penderita
- atau kmplikasi.1
Di4urigai A*D# pada rang de!asa bila ada paling sedikit dua ge,ala
mayr dan satu ge,ala minr dan tidak ada sebab$sebab imunsupresi yang lain
seperti kanker(malnutrisi berat atau pemakaian krtiksterid yang lama.
1. >e,ala 'ayr
1. Penurunan berat badan lebih dari 10@
2. Diare krnik lebih dari satu bulan
3. Demam lebih dari satu bulan
. >e,ala 'inr
1. atuk lebih dari satu bulan
. Dermatitis preuritik umum
3. Herpes Cster re4urrens
?. %andidias raring
.
-
7/24/2019 Andika Ipd
17/28
1. >e,ala 'ayr
1. Penurunan berat badan atau pertmbuhan yang lambat dan abnrmal
. Diare krnik lebih dari 1bulan
3. Demam lebih dari1bulan
. >e,ala minr1.
-
7/24/2019 Andika Ipd
18/28
2..1T)*",i A'i*)*i*"# ARV
2ntuk memulai terapi antiretr=iral perlu dilakukan pemeriksaan ,umlah
"D? 8bila tersedia9 dan penentuan stadium klinis ineksi H*/$nya. Hal tersebut
adalah untuk menentukan apakah penderita sudah memenuhi syarat terapi
antiretr=iral atau belum. erikut ini adalah rekmendasi 4ara memulai terapi
A/ pada ODHA de!asa.3
a. -idak tersedia pemeriksaan "D?
Dalam hal tidak tersedia pemeriksaan "D?( maka penentuan mulai terapi A/
adalah didasarkan pada penilaian klinis.
b. -ersedia pemeriksaan "D? ( ekmendasi :
1. 'ulai terapi A/ pada semua pasien dengan ,umlah "D? F30 selmm3 tanpa
memandang stadium klinisnya.
. -erapi A/ dian,urkan pada semua pasien dengan - akti( ibu hamil dan
kineksi Hepatitis tanpa memandang ,umlah "D?.
#e4ara umum( bat A/ dapat dibagi dalam 3 kelmpk besar yakni.
%elmpk nucleoside reverse transcriptase inhiitors 8+-*9 seperti:
Cid=udin( Calsitabin( sta=udin( lami=udin( didansin( abaka=ir
%elmpk non-nucleoside reverse transcriptase inhiitors 8++-*9 seperti
e=airens dan ne=irapin
%elmpk protease inhiitors 8P*9 seperti sakuina=ir( ritna=ir( nel=ina=ir(
amprena=ir.
Dalam hal tidak tersedia tes "D?( semua pasien dengan stadium 3 dan ?harus memulai terapi A/. Pasien dengan stadium klinis 1 dan harus dipantau
se4ara seksama( setidaknya setiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan medis
lengkap atau manakala timbul ge,ala atau tanda klinis yang baru.Adapun terapi
H*/$A*D# berdasarkan stadiumnya seperti pada tabel . 3
ila terdapat tes untuk hitung "D?( saat yang paling tepat untuk memulai
terapi A/ adalah sebelum pasien ,atuh sakit atau mun4ulnya *O yang pertama.
18
-
7/24/2019 Andika Ipd
19/28
2..2 P"'0!"' K(6i'"i O6" ARV
WHO merekmendasikan penggunan kmbinasi A/ dalam terapi H*/
guna mengurangi kemungkinan ter,adinya resistensi terhadap A/. Penggunaan
bat A/ lini pertama berupa kmbinasi +-* dan 1 ++-*. Obat A/ lini
pertama di *ndnesia yang termasuk +-* adalah AJ-( lami=udin 83-"9 dan
sta=udin 8d?-9. #edangkan yang termasuk ++-* adalah ne=irapin 8+/P9 dan
ea=irenC .3
T)*",i ARV
#umber : Depkes *( 011
P* tidak direkmendasikan sebagai paduan lini pertama karena penggunaa
P* pada a!al terapi akan menghilangkan kesempatan pilihan lini kedua di
*ndneesia di mana sumber dayanya masih sangat terbatas. P* hanya dapat
digunakan sebagai paduan lini pertama 8bersama kmbinasi standar +-*9 pada
terapi ineksi H*/$( pada perempuan dengan "D?I0 mm3 yang mendapat
A- dan tidak bisa menerima &)/( atau pasien dengan intleransi ++-*.3
egimen triple +-* digunakan hanya ,ika pasien tidak dapat
menggunakan bat A/ berbasis ++-*( seperti %$ineksi -H*/( terkait
dengan interaksi terhadap iampisin *bu Hamil( terkait dengan kehamilan
Hepatitis( terkait dengan eek hepattksik karena +/P&)/P* . An,uran paduan
triple +-* yangdian,urkan ialah AJ-G3-" G-D). Penggunaan -riple +-* ini
dibatasi hanya untuk 3 bulan( setelah itu pasien perlu di kembalikan pada
penggunaan lini pertama karena supresi =irlgisnya kurang kuat. #edangkan
pada ibu hamil hindari e=a=irenC pada trimester satu( dan selan,utnya bleh
19
-
7/24/2019 Andika Ipd
20/28
diberikan kembali( sedangkan pada pasien dengan hepatitis hindari penggunaan
lami=udin( tenu=ir dan em4itarabin sebelum memulai terapi terhadap hepatitis
. erikut dapat dilihat pada tabel( eek samping dari masing$masing A/.
2..4Immune Reconstitution SyndromeIRIS
Immune *econstitution Inflammatory Syndrome8**#9 adalah perburukan
kndisi klinis sebagai akibat respns inlamasi berlebihan pada saat pemulihan
respns imun setelah pemberian terapi antiretr=iral. #indrm pulih imun
mempunyai maniestasi dalam bentuk penyakit ineksi maupun nn ineksi.
'aniestasi tersering pada umumnya adalah berupa inlamasi dari penyakit
ineksi. **# ineksi ini dideinisikan sebagai timbulnya maniestasi klinis atau
perburukan ineksi yang ada sebagai akibat perbaikan respns imun spesiik
patgen pada ODHA yang berespns baik terhadap A/. 'ekanisme #P* belumdiketahui dengan ,elas( diperkirakan hal ini merupakan respn imun berlebihan
dari pulihnya sistem imun terhadap rangsangan antigen tertentu setelah pemberian
A/. Pada saat ini dikenal dua ,enis #P* yang sering tumpang tindih( yaitu
sindrm pulih imun unmasking 8unmasking *D9 dan sindrm pulih imun
paradksikal. 5enis unmasking ter,adi pada pasien yang tidak terdiagnsis dan
tidak mendapat terapi untuk ineksi prtunistiknya dan langsung mendapatkan
terapi A/$nya. Pada ,enis paradksikal( pasien telah mendapatkan pengbatan
20
-
7/24/2019 Andika Ipd
21/28
untuk ineksi prtunistiknya. #etelah -atalaksana %linis *neksi H*/ dan -erapi
Antiretr=iral A/( ter,adi perburukan klinis dari penyakit ineksinya tersebut.
'aniestasi klinis yang mun4ul sangat ber=ariasi dan tergantung dari bahan
ineksi atau nn$ineksi yang terlibat( sehingga diagnsis men,adi tidak mudah.
Pada !aktu menegakkan diagnsis #P* perlu di4antumkan penyakit ineksi atau
nn ineksi yang men,adi penyebabnya 8misal **# -( **# -plasmsis9.
*nternatinal +et!rk #tudy H*/$ass4iated **# 8*+#H*9 membuat knsensus
untuk kriteria diagnsis sindrm pulih imun sebagai berikut.
1. 'enun,ukkan respns terhadap terapi A/ dengan: mendapat terapi A/ dan
penurunan =iral lad I 1 lg kpiml
. Perburukan ge,ala klinis ineksi atau timbul reaksi inlamasi yang terkait
dengan inisiasi terapi A/
3. >e,ala klinis tersebut bukan disebabkan leh: >e,ala klinis dari ineksi( eek
samping bat atau tksisitas( kegagalan terapi( ketidakpatuhan menggunakan
A/.3
eberapa aktr risik ter,adinya #P* adalah ,umlah "D? yang rendah saat
memulai terapi A/( ,umlah =irus +A H*/ yang tinggi saat memulai terapi
A/( banyak dan beratnya ineksi prtunistik( penurunan ,umlah =irus +A
H*/ yang 4epat selama terapi A/( belum pernah mendapat A/ saat diagnsis
ineksi prtunistik( dan pendeknya ,arak !aktu antara memulai terapi ineksi
prtunistik dan memulai terapi A/.3
-atalaksana #P* meliputi pengbatan patgen penyebab untuk
menurunkan ,umlah antigen dan meneruskan terapi A/. -erapi antiinlamasi
seperti bat antiilamasi nn sterid dan sterid dapat diberikan. Dsis dan
lamanya pemberian krtiksterid belum pasti( berkisar antara 0($ 1 mgkghari
prednisln.3
2..% P)'7)"8"' I'+)$i O,*!'ii$
Pen4egahan ineksi prtunistik atau prilaksis dapat dibagi dalam dua
kelmpk besar yakni:
21
-
7/24/2019 Andika Ipd
22/28
1. Pen4egahan primer( yakni upaya untuk men4egah ineksi sebelum ineksi
ter,adi. 'isalnya pemberian ktrimksaCl pada penderita yang "D? F
00mm3 untuk men4egah Pneumocystis carinii pneumonia 8P"P9.
Pen4egahan ini dapat mengurangi risik P"P.
. Pen4egahan sekunder( yaitu pemberian bat pen4egahan setelah ineksi
ter,adi. "nthnya setelah terapi P"P dengan ktrimksaCl diperlukan bat
pen4egahan 8dalam dsis yang lebih rendah9 untuk men4egahan kekambuhan
P"P yang telah sembuh.
5ika kekebalan tubuh dengan indikatr nilai "D? meningkat maka risik terkena
ineksi prtunistik berkurang sehingga bat pen4egahan ineksi prtunistik
dapat dihentikan. +amun bila kekebalan menurun kembali bat ineksi
prtunistik harus diberikan lagi. -abel berikut menampilkan se4ara ringkas
pen4egahan terhadap beberapa bentuk ineksi prtunistik. eberapa upaya
prilaksis hanya dian,urkan bila penderita mampu seperti =aksinasi pneumkk(
hepatitis dan hepatitis A.3
2..& P)("'"!"' S))#"8 HIV9
)rekuensi Pemantauan klinis tergantung dari respn terapi A/. #ebagai
batasan minimal( Pemantauan klinis perlu dilakukan pada minggu ( ?( ;( 1 dan
? minggu se,ak memulai terapi A/ dan kemudian setiap 6 bulan bila pasien
telah men4apai keadaan stabil. Pada setiap kun,ungan perlu dilakukan penilaian
klinis termasuk tanda dan ge,ala eek samping bat atau gagal terapi dan rekuensi
ineksi 8ineksi bakterial( kandidiasis dan atau ineksi prtunirtik lainnya9
ditambah knseling untuk membantu pasien memahami terapi A/ dan dukungan
kepatuhan. #elain itu ,uga direkmendasikan untuk melakukan pemantauan "D?
se4ara rutin setiap 6 bulan( atau lebih sering bila ada indikasi klinis. #erta lakukan
pemeriksaan labratrium lainnya sesaui kebutuhan untuk menilai eek samping
dari A/( seperti pemeriksaan Hb pada pasien yang menerima AJ-( pril lipid
pada pasien yang menerima P*( dan sebagainya.
22
-
7/24/2019 Andika Ipd
23/28
ila memungkinkan /< bleh diperiksa setiap 6 bulan. Data ,umlah "D?
saat mulai terapi A/ dan perkembangan "D? yang die=aluasi tiap 6 bulan
sangat diperlukan untuk menentukan adanya gagal terapi se4ara imunlgis. Padasebagian ke4il pasien dengan stadium lan,ut dan ,umlah "D? yang rendah pada
saat mulai terapi A/( kadang ,umlah "D? tidak meningkat atau sedikit turun
meski ter,adi perbaikan klinis.
23
-
7/24/2019 Andika Ipd
24/28
2.8.8
24
-
7/24/2019 Andika Ipd
25/28
25
-
7/24/2019 Andika Ipd
26/28
BAB III
KESIMPULAN
A*D# merupakan kumpulan ge,ala atau penyakit yang diakibatkan karena
penurunan kekebalan tubuh akibat adanya ineksi leh HumanImunodeficiency Virus 8H*/9 yang termasuk amili retr=iridae. A*D#
merupakan tahap akhir dari ineksi H*/.
'asalah H*/A*D# adalah masalah besar yang mengan4am *ndnesia
dan banyak +egara di seluruh dunia. -idak ada satupun negara di dunia
ini yang terbebas dari H*/.
*neksi H*/ ter,adi melalui tiga ,alur transmisi utama yakni transmisi
melalui hubungan seksual( baik heterseksual maupun hmseksual
transmisi langsung ke peredaran darah melalui ,arum suntik yang
terkntaminasi atau melalui kmpnen darah yang terkntaminasi( dan
transmisi =ertikal dari ibu ke ,anin.
-
7/24/2019 Andika Ipd
27/28
a9 Pengbatan untuk menekan replikasi =irus H*/ dengan bat
antiretr=iral 8A/9.
b9 Pengbatan untuk mengatasi berbagai penyakit ineksi dan kanker
yang menyertai ineksi H*/A*D#( seperti ,amur( tuberkulsis(
hepatitis( tksplasmsis( sarkma kapsi( limma( kanker ser=iks.
49 Pengbatan suprti( yaitu makanan yang mempunyai nilai giCi yang
lebih baik dan pengbatan pendukung lain seperti dukungan
psikssial dan dukungan agama serta ,uga tidur yang 4ukup dan perlu
men,aga kebersihan.
#e4ara umum( bat A/ dapat dibagi dalam 3 kelmpk besar yakni:
nucleoside reverse transcriptase inhiitors 8+-*9 ( non-nucleoside
reverse transcriptase inhiitors 8++-*9( danprotease inhiitors8P*9.
Di *ndnesia( pilihan utama kmbinasi bat A/ lini pertama adalah dua
+-* serta satu ++-* yaitu AJ--D/ G 3-" G&)/ +/P
DAFTAR PUSTAKA
27
-
7/24/2019 Andika Ipd
28/28
1. D,erban J( D,auCi #. H*/A*D# di *ndnesia. *n: #udy AW( #etiyhadi
( Al!i *( #imadibrata '%( #etiati #( eds.+u"u a,ar ilmu penya"it dalam.
?th ed. 5akarta: Pusat Penerbitan Departemen *lmu Penyakit Dalam )%2*006
. 2+A*D#$WHO. eprt n the glbal H*/A*D# epidemi4 010:
ee4uti=e summary. >ene=a. 010.
3. Pedman +asinal -atalaksana %linis *neksi H*/ dan -erapi
Antiretr=iral. %&'&+% *.011.
?. )au4i A#(