tugas online profkep lusiana herman 120210103017 kelas i

20
KODE : TO_PROFDIK01 NAMA : LUSIANA HERMAN NIM : 120210103017 NO. ABSEN : 11 PROG.STUDI : PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS : PROFESI KEPENDIDIKAN I 1. Yang dimaksudkan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No.19 tahun 2005 adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjamin dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, ekreditasi, dan sertifikasi. Menurut PP No.19/2005 pasal 2 ayat 3 ditegaskan , bahwa SNP disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. 2. Kegunaan dari SNP adalah sebagai dasar dalam perencanaan, palaksaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dengan mendasarkan diri pada SNP tersebut, maka akan dapat dicapai tingkat kualitas yang standart pada seluruh wilayah Indonesia. Bila hal ini tercapai, maka SNP dapat menjadi alat pemerataan dan penjamin serta pengendalian mutu pendidikan nasional di seluruh wilayah Indonesia.

Upload: lusiana

Post on 15-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

1. Yang dimaksudkan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No.19 tahun 2005 adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjamin dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, ekreditasi, dan sertifikasi. Menurut PP No.19/2005 pasal 2 ayat 3 ditegaskan , bahwa SNP disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.2. Kegunaan dari SNP adalah sebagai dasar dalam perencanaan, palaksaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dengan mendasarkan diri pada SNP tersebut, maka akan dapat dicapai tingkat kualitas yang standart pada seluruh wilayah Indonesia. Bila hal ini tercapai, maka SNP dapat menjadi alat pemerataan dan penjamin serta pengendalian mutu pendidikan nasional di seluruh wilayah Indonesia. 3. Cakupan dari SNP terdiri dari 8 poin yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan yang ada di Indonesia:1) Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.2) Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.3) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. 4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalha kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakn fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: • Kompetensi pedagogik;• Kompetensi kepribadian;• Kompetensi profesional; dan• Kompetensi sosial.Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.5) Standar sarana dan prasarana pendidikan adalah standar nas

TRANSCRIPT

KODE: TO_PROFDIK01NAMA: LUSIANA HERMANNIM: 120210103017NO. ABSEN: 11PROG.STUDI: PENDIDIKAN BIOLOGIKELAS: PROFESI KEPENDIDIKAN I

1. Yang dimaksudkan Standar Nasional Pendidikan menurut PP No.19 tahun 2005 adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjamin dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, ekreditasi, dan sertifikasi. Menurut PP No.19/2005 pasal 2 ayat 3 ditegaskan , bahwa SNP disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

2. Kegunaan dari SNP adalah sebagai dasar dalam perencanaan, palaksaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dengan mendasarkan diri pada SNP tersebut, maka akan dapat dicapai tingkat kualitas yang standart pada seluruh wilayah Indonesia. Bila hal ini tercapai, maka SNP dapat menjadi alat pemerataan dan penjamin serta pengendalian mutu pendidikan nasional di seluruh wilayah Indonesia.

3. Cakupan dari SNP terdiri dari 8 poin yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan yang ada di Indonesia:1) Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.2) Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.3) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalha kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakn fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogik; Kompetensi kepribadian; Kompetensi profesional; dan Kompetensi sosial.Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan.Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.5) Standar sarana dan prasarana pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.6) Standar pengelolaan adalah satndar nasional pendidikan yang berakaitan dengan peerencanaan, palaksaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan penddidikan. Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.7) Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi ssatuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya8) Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik; Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik; dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Tenaga pendidik (guru) termsuk salah satu komponen pendidikan yang perlu distandarkan dalam SNP karena guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Disamping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru yang akan menentukan kedalaman dan kelulusan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru yang memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama, figur yang satu ini akan menjadi sorotan yang strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar. Maka dari itu guru harus memiliki standar kualifikasi supaya dalam dunia pendidikan bisa menerjunkan tenaga kerja yang berkualitas, kompeten, dan profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.

5. Menurut saya UN itu perlu karena UN berfungsi sebagai bentuk evaluasi dan untuk pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia, akan tetapi jika melihat implementasi UN, disparitas kualitas pendidikan di Indonesia jelas menjadi permasalahan tersendiri. Jangankan kualitas pendidikan antara sekolah di tengah kota dengan di daerah pedalaman, ketimpangan kualitas ini juga terjadi dalam satu wilayah antara sekolah unggulan dengan sekolah bukan unggulan, antara sekolah negeri dengan swasta, dan antara sekolah elit dengan sekolah marginal. Keragaman input siswa, ketersediaan sarana prasarana, kualitas guru, kekhasan wilayah dan berbagai perbedaan lainnya cukup mengundang ketidakadilan ketika outputnya diharuskan standar. Ironis, pemerataan menjadi masalah tersendiri dalam penyelenggaraan UN, padahal standardisasi dan pemetaan yang diharapkan dengan adanya UN diniatkan untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan. Tentunya sangat ironis, jika di masyarakat beredar kesimpulan bahwa siswa yang tidak lulus UN bukanlah siswa yang bodoh, tetapi siswa yang jujur. Sebaliknya, lulus UN dengan nilai bagus tidak menjadi jaminan kecerdasan. Menghapus UN begitu saja nampaknya juga bukan jalan keluar cerdas, karena artinya harus memulai segalanya dari awal dengan mengabaikan begitu saja potensi kebaikan yang mungkin dikembangkan. Memang UN tidak bisa dibiarkan terus menelan korban setiap tahunnya dan kehilangan esensi penyelenggaraannya. Solusinya perlu adanya reformasi UN yang dapat mengembalikan UN ke jalan yang benar. Reformasi yang dimaksud memiliki tiga karakteristik, fundamental, total dan gradual. Reformasi UN perlu dilakukan secara fundamental, karena selain polemik dalam implementasi di lapangan, ada hal substansial yang perlu untuk diluruskan.Reformasi UN perlu dilakukan secara total, menyeluruh di semua aspek, dimulai dari itikad baik pembuat kebijakan karena UN bukan proyek untuk mereguk keuntungan pribadi.Reformasi total disini juga bukan hanya mencakup sinergitas segenap pihak terkait, namun juga mensyaratkan adanya totalitas dalam penyelenggaraan UN, termasuk ketepatan dalam penentuan materi atau pelajaran yang diuji. Totalitas juga meliputi kelengkapan aspek evaluasi, memastikan bahwa evaluasi dilakukan terhadap apa yang diajarkan dan pembelajaran sejalan dengan apa yang dievaluasikan. Tidak hanya kognitif, namun juga afektif dan psikomotorik. Reformasi UN secara total ini akan menyesuaikan standar UN dengan kondisi aktual dan visi pendidikan nasional. Fungsi UN pun akan relevan sebagai alat pemetaan sekaligus alat evaluasi. Reformasi UN perlu dilakukan secara gradual, ada pentahapan yang harus dilakukan, tidak serta merta berubah seperti membalik telapak tangan.Kondisi fisik dan non fisik termasuk mentalitas bangsa perlu dipersiapkan, perubahan yang mendadak hanya akan menimbulkan resistensi yang besar.

6. a. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kurang adanya pengakuan terhadap keberadaan profesionalisme guru di Indonesia adalah akuntabilitas LPTK rata-rata rendah, pendidikan dalam jabatan (inservice training) kurang baik, organisasi profesi guru lemah, kode etik profesi guru longgar, penghargaan terhadap jabatan guru kurang baik, dan kurang adanya perlindungan jabatan guru.

b. Saran untuk peningkatan profesionalisme tenaga guru agar sejajar dengan guru-guru di negara lain yang lebih maju adalah:1) Guru harus terdidik secara baik yakni guru mendapatkan pendidikan minimal Sarjana (S1)/D4, guru mendapatkan pendidikan yang relevan dengan bidang studi yang diajar, guru mendapatkan pendidikan melalui proses pendidikan yang baik buakn pendidikan yang asal-asalan, guru mendapatkan pendidikan melalui LPTK yang baik, terakreditasi, dan akuntabel.2) Guru harus terlatih secara baik yakni guru mendapatkan pelatihan secara berkala sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan profesinya, guru dilatih oleh pelatih-pelatih profesional dalam bidangnya, pelatihan guru ditindaklanjuti dengan praktik terbimbing.3) Guru dihargai secara baik yakni guru mendapatkan penghasilan yang memadai dari profesinya, ada penghargaan untuk setiap kreativitas dan prestasinya, adanya penghargaan khusus bagi guru yang berprestasi.4) Guru mendapatkan perlindungan secara baik yakni ada perlindungan profesi terhadap profesi guru, ada perlindungan hukum terhadap profesi guru, ada perlindungan terhadap karir/ada kepastian karir, ada perlindungan untuk keluarga guru, ada perlindungan/jaminan untuk hari depan guru dan keluarga.5) Guru dikelola secara baik yakni penempatan didasarkan atas prinsip the roght man in the right place on the right time, ada pemetaan kualitas aebagai dasar pembinaan dan pengembangan profesi guru, adanya ketepatan dalam hal kenaikan pangkat/jabatan guru, adanya data lengkap tentang profil guru.

c. Harapan saya, diharapkan dimasa yang datang seorang guru harus bisa menjadi sosok guru yang baik dan profesional yakni guru harus mampu menampilkan diri secara utuh sebagai pendidik, bukanlah sekedar ia mau atau sekedar mengetahui sesuatu. Ia harus memiliki kompetensi tertentu yang berkaitan dengan tugas profesionalnya. Kompetensi tersebut meliputi 1) kompetensi pedagogik yakni mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik, 2) kompetensi kepribadian yakni mantap, stabil, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan, komitmen tinggi, 3) kompetensi profesionl yakni menguasai bidang studi dan menguasai metodologi, 4) kompetensi sosial yakni berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif.

7. a. Anak-anak pada masa kini lebih pandai dalam mengoperasikan teknologi dan memiliki moralitas yang rendah, hal ini karena pada masa yang penuh perkembangan teknologi ini masyarakat dituntut untuk mampu mengejar ketertinggalan. Hal ini dilakukan dengan mempelajari teknologi yang telah masuk ke Indonesia dan saling berlomba-lomba untuk terjun dalam pergaulan internasional dimana budaya luar banyak diadaptasi disini. Anak muda yang masih dalam keadaan labil lebih suka mencoba-coba hal baru, termasuk hal tersebut. Hal ini membuat generasi muda lebih berkonsentrasi pada teknologi tanpa mempedulikan pesan orang tua terdahulu. Selain itu, peran pendidikan juga menuntut akan kemampuan penguasaan teknologi dan mengebelakangkan soal moral atau karakter peserta didiknya. Dan juga perkembangan IPTEK tidak diimbangi dengan kemajuan IMTAQ itulah kenapa anak muda di zaman ini memiliki moralitas yang rendah.

b. saran saya untuk calon pendidik dimasa yang akan datang hendaknya dalam memberikan pembelajaran juga disisipi dengan pesan-pesan moral agar terbentuk karakter siswa dengan moralitas yang tinggi serta menuntut pemenuhan kompetensi guru untukmenuju guru yang professional.

8. a. Kritik: 1. Meskipun menjanjikan peningkatan kesejahteraan kepada para Guru dan Dosen yakni pendapatan dan gaji tunjangan mereka akan meningkat namun hal ini belum menunjukkan realisasi yang jelas hingga pada saat ini, hal ini terbukti dilapangan masih terdapat banyak sekali guru guru yang belum merasakan perubahan baik secara predikat, pandangan masyarakyat dan bahkan gaji yang mereka terima. Sepertinya ada dan tidak adanya undang undang ini keadaan mereka sama saja, tidak ada yang berubah secara signifikan.2. Sepertinya undang undang ini hanya menguntungkan pihak pendidik (guru dan dosen) yang berstatus PNS saja, padahal kita harus mengingat juga bahwasanya masih banyak guru guru dengan status yang berbeda beda, misalnya : guru swasta, guru honorer, guru Bantu, guru pendamping, guru kontrak dan lain sebagainya.3. Masalahnya juga bertambah, ketika kita menyebut pendidik (guru dan dosen) adalah mereka yang sekadar melakukan kegiatan belajar dalam ruangan kelas resmi (Formal), yaitu sekolah ataupun kampus. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dengan mereka yang melakukan pendidikan dan pengajaran di luar lingkup kelas dan sekolah. Sebagai contohnya : mereka yang menyebut modelnya sebagai pendidikan alternatif (sekolah alternatif, pondok pesantren, pendidikan luar sekolah) atau pun guru yang mengajar selama masa pengabdiannya yang bertahun-tahun dihabiskan pada sekolah dan pendidikan (sebagai contoh Butet dan sikembar yang mengabdi diberbagai tempat terpencil di Indonesia, padahal mereka tidak menyandang gelar PNS atau Non-PNS mereka hanya mengabdi saja) padahal mereka juga pendidik yang berkhidmat untuk mencerdaskan anak.4. Harusnya sebagai sebuah solusi yang notabenenya membawa keberuntungan bagi nasib guru dan dosen, isi dari UUGD seyogianya menjadi langkah awal dalam mensejahterakan kehidupan mereka yakni adanya peningkatan gaji dan tunjangan secara merata bukan malah sebaliknya mendiskriminasikan antara status dan golongan dalam ruang lingkup kependidikan.5. Dengan kondisi yang sedemikian dikhawatirkan Akan terlihat peralihan peminatan menjadi PNS yang lebih besar dan banyak memilih menjadi guru daripada profesi lain misalnya tenaga pegawai dikantor Camat. Sebab, dari segi finansial pendapatannya cukup besar.6. Guru dan dosen yang belum memiliki sertifikasi pendidik tidak bisa menerima tunjangan profesi. Tetapi, mereka tetap mendapatkan tunjangan fungsional dan tunjangan lain. Jika demikian, kehadiran UU ini belum menguntungkan semua guru yang selama ini telah membaktikan seluruh kemampuannya untuk kepentingan dan kemajuan bangsa ini. Padahal, mereka inilah yang standar kehidupannya dibawah minimal dan tidak jarang mereka harus menggeluti profesi sampingan seperti tukang ojek karena gajinya yang sangat kecil. Belum lagi guru yang telah berusia 40 atau 50 tahun keatas sangat menyulitkan jika harus kuliah hanya untuk memperoleh sertifikasi sebagai seorang pendidik seperti yang disyaratkan dalam undang-undang tersebut. Oleh karena itu, hendaknya pemberlakuan UU ini tetap memperhatikan rasa keadilan semua tenaga kependidikan yang selama ini telah berjasa bagi negara ini.7. UU yang dikeluarkan ini masih menuai kritik karena hanya mengatur hak guru dan dosen pegawai negeri sipil saja seperti telah sebutkan diatas. Sementara, guru dan dosen swasta masih berdasarkan kesepakatan antara guru dengan pengelola sekolah. Sertifikasi guru dan dosen juga masih perlu diuji. Masalahnya, para guru dan dosen nantinya harus berurusan dengan birokrasi untuk mendapakan sertifikat. Padahal, sudah menjadi rahasia umum dimasyarakyat kita bahwa urusan urusan seperti itu ujung-ujungnya harus mengeluarkan uang yang tentunya akan semakin menambah perjalanan panjang perjuangan para guru untuk mengubah kesejahteraan mereka.

b. Usulan perbaikan: UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen alangkah baiknya dilakukan revisi atau peninjauan ulang mengenai pasal-pasal yang kurang menguntungkan dan bijaksana terhadap seorang pendidik. Pemerintah juga seyogianya harus menindaklanjuti dengan seksama dan memikirkan bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan guru, termasuk membuat skala penggajian yang lebih terarah dan tidak merugikan pihak pihak tertentu, tentang bagaimana cara dan upaya peningkatan mutu misalnya : melalui pelatihan pelatihan khusus yang bertujuan untuk profesionalitas tenaga pendidik, musyawarah antara para guru atau dosen, atau bisa saja melalui perlombaan kompetensi antara para pendidik yang sejabat (pemilihan guru teladan) dan sebagainya. Demikian juga masalah gaji dan tunjangan, ada baiknya pemerintah lebih bijak lagi dalam menyikapi persoalan yang satu ini, karena untuk menyambung hidup yang namanya manusia juga tetap membutuhkan dana. Pemerintah juga harus menyadari, bahwa semua guru adalah ujung tombak pendidikan. Kontribusi guru, baik itu negeri maupun swasta adalah sama dan sebangun, tidak ada bedanya. Terkait tuntutan profesionalnya, semua guru juga memerlukan akses informasi yang memadai, misalnya bisa mengakses internet dan berbagai kemajuan diberbagai bidang. Tidak seharusnya pemerintah memilah milih guru menjadi guru swasta dan negeri, karena implikasi dari pemberlakuan hal yang seperti ini sangat luas. Dengan demikian harapannya kedepan, masalah masalah yang terkait dengan pendidikan di Negara kita ini bisa terselasaikan sedikit demi sedikit. Maka dari itu untuk mewujudkan semua harapan harapan ini dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, sehingga apa apa yang menjadi prioritas dapat tercapai.

9. Saya kurang setuju dengan peran guru sebagai seorang pendidik digantikan oleh komputer, karena komputer hanya dapat menyajikan materi tidak dapat mendidik karakter siswa.Media dapat berfungsi sebagai penyaji dan penyalur pesan dimana dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. Namuntugas seorang guru itu sangatlah kompleks. Masih banyak tugas guru yang lain selain mengajarkan pengetahuan seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian yang tidak dapat dilakukan media lain (teknologi). Peran guru sebagai pengajar memang bias digantikan oleh media seperti internet, namun sebagai seorang pendidikyang membantu mengenali diri dan mengenal dunia di luar dirinya, media lain tidak dapat menggantikan perannya. Maka dari itu, teknologi bisa mewakili peran guru namun tidak dapat menggantikan seluruh peran guru.

10. Saaya tidakk setuju dengaan program AKSELERASI, karena program percepatan memang mampu menyingkat waktu siswa untuk menempuh suatu jenjang pendidikan dan bersegera melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun dengan program akselerasi ini ada beberapa hal yang dilewatkan oleh anak tersebut. Dengan cepatnya waktu tempuh dan bahan ajar yang diberikan terlalu tinggi membuat mereka menjadi siswayang tertinggal di belakang kelompok teman barunya, sehingga berprestasi sedang-sedang saja.Selain itu, pengalaman yang sesuai dengan anak seusianya tidak dialami oleh mereka karena bukan bagian dari kurikulum. Dalam bidang sosialnya, mereka dituntut untuk terus belajar sehingga kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan teman sebayanya. Masih banyak kekurangan program ini yang dianggap kurang memberi pengaruh baik bagi karakter peserta didik. Maka dari itu, program akselerasi bukanlah solusi terbaik dalam pengaruh jaman yang serba instan ini.

11. - Teori Behaviorismeadalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseoran dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukan perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, peserta didik belum dapat mempraktekkan cara membuat larutan NaOH seperti yang diajarkan oleh pendidiknya walaupun dia sudah berusaha mencoba membuat larutan dengan baik dan pendidiknya pun sudah mengajarkanya dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat membuat larutan dengan benar, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukakn suatu perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

-Teori pembelajaran kognitif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik (individu). Contoh pembelajaran adalah sebagai berikut: Dosen hanya menjelaskan gambaran umum dari materi deferensial yang berupa kumpulan rumus-rumus dasar perhitungan yang kemudian memberikan contoh-contoh soal deferensial untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu oleh masing-masing mahasiswa. Dengan batasan waktu yang diberikan mahasiswa diberikan tanggungjawab dan keleluasan untuk menyelesaikan soal dengan berdasarkan pada konsep yang telah diberikan. Dari proses tersebut dosen dapat menganalisis sejauh mana kemampuan dari mahasiswa yang dididiknya. Jika memang setelah itu tidak ada pertanyaan, maka dosen menganggap materi sudah bisa diterima dan kembali memberikan contoh soal untuk dikerjakan di rumah dan dikumpul pada hari tertentu.

-Teori Humanistik merupakan teori yang menitikberatkan pada pentingnya isi proses belajar. Dengan berfokus pada manusianya itu sendiri sebagai pelaku. Manusia yang memiliki kemampuan untuk berfikir secara rasional dan memiliki potensi yang maksimal untuk mengatur kehidupannya. Mereka bertanggung jawab atas kehidupan dan perbuatan mereka. Mereka pun memiliki kebebasan dan kemampuan untuk mengubah perilaku dan sikap mereka. contoh pada tingkatan Sekolah Menengah, dalam pelajaran biologi (misal materi anatomi) dengan menggunakan teori humanistik, sebelum menyampaikan materi guru menjelaskan akan pentingnya ilmu anatomi bagi siswa untuk mengetahuinya. Guru juga menerangkan manfaat dari mempelajari ilmu tersebut dengan memberikan contoh-contoh akan pentingnya dan manfaatnya ilmu anatomi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajarinya. Hal ini akan membantu lancarnya proses pembelajaran selanjutnya.

12. Menurut saya untuk meningkatkan profesionalitas pengawas sekolah yaitu dilakukan penataan terhadap profesi pengawas sekolah, tidak hanya guru dan kepala sekolah sehingga diharapkan dapat dicapainya kemajuan pendidikan yang sangat signifikan. Adapun penataan profesi pengawas sekolah dalam upaya meningkatkan keprofesionalitasnya, dapat dijabarkan sebai berikut: 1) Penjejangan karier yang jelas untuk menduduki jabatan pengawas sekolah, 2) Pendidikan prajabatan yang jelas bagi pengawas agar lebih menguasai dan berpengalaman di bidangnya, 3) System rekruitmen tenaga pengawas sekolah yang harus selektif , sehingga benar-benar terpilih pengawas sekolah yang baik dan menguasai bidangnya, dan 4) Kejelasan kewenangan bagi seorang pengawas dalam urusan kepegawaiaan