ptk lusiana pkn

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang diartikan sebuah “cara” ; bahkan ada yang menggunakan istilah “model”. Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar 1

Upload: indo-canova

Post on 29-Nov-2015

143 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara

mengajar dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika

diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau

pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah

metode itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan

pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup

beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan,

dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode

yang diartikan sebuah “cara” ; bahkan ada yang menggunakan istilah “model”.

Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa

Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di

dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar

mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata

hanya menyajikan materi ajar. lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai

dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan

agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan

diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget

memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara

perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Keduanya

tidak menyukai pendekatan-pendekatan psikologis yang lebih awal. Pendekatan

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan

yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehmgga

terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif

dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan

konsep dan prinsip.

Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan CBSA ? Konsep CBSA yang

dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu

1

pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih

rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat

melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk

dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.

GBHN 1993 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional untuk

meningkatkan kualitas manusia. Untuk itu perlu dikembangkan iklim belajar dan

mengajar yang dapat menumbuhkanrasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan

masyarakat yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap dan perilaku yang kreatif

dan inovatif serta keinginan untuk maju. Untuk mencapai tujuan belajar tersebut

iklim belajar mengajar di SD perlu dibenahi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

pembelajaran masih bersifat eksposisi yakni model pembelajaran yang berpusat pada

guru, sedangkan keberadan siswa sebagai anak yng aktif dan kreatif masih kurang

diperhatikan. Suasana saat guru mengajar anak terfokus pada guru, pasif dan susana

tenang. Materi pelajaran terpisah-pisah. Salah satu akibat dari model pembelajaran

tersebut cenderung membuat anak pasif. Guru belum mampu mengembangkan

karakteristik anak. Sehubungan dengan karakteristik anak Abimanyu (1996: 2)

menyatakan bahwa karakteristik anak SD terutama kelas rendah masih membutuhkan

sosial dan emosional seperti di lingkungan keluarganya, pengamatan, dan persepsi

yang masih global dan selalu aktif melakukan aktivitas. Selanjutnya Semiawan dan

Munandar (1987:12) menyatakan bahwa anak kecil pada dasarnya sagat kreatif

namun kenyataan meningkatnya usia anak kreativitasnya bukan meningkat tetapi

justru menurun makin lama anak duduk di sekolah makin tidak kreatif.

Pendapat di atas menimbulkan pertanyaan bagi para pendidik, bahwa sejauh

mana pendidikan formal menunjang atau menghambat kreativitas seorang anak.

Karena itu penulis tertarik untuk mengadakn penelitian tindakan di SD kelas rendah.

Penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan kreativitas siswa

dalam belajar PKn. Pendekatan pembelajaran dalam penelitian tindakan ini

menggunakan model pembelajaran terpadu, dengan asumsi bahwa pembelajaran

terpadu dapat meningkatkan siswa belajar aktif dan kreatif. Dalam pembelajaran

terpadu perolehan belajar siswa lebih bermakna dan siswa terlibat secara penuh dalam

belajar. Model pembelajaran terpadu diterapkan dalam mata pelajaran PKn karena

2

mata pelajaran PKn sarat nilai dan norma sehingga ada asumsi mata pelajaran ini

kurang menarik dan sering bersifat indoktrinasi. Asumsi tersebut kurang tepat karena

mata pelajaran yang tujuannya penanaman nilai moral dapat dilakukan dengan

menarik, dan tidak membosankan, dapat membuat anak aktif dan kreatif dalam

belajar.

Dari uraian di atas, saat ini pembelajaran PKn di kelas 1 SD Negeri Cumedak

02 masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru

sehingga keaktifan dan kreatifitas siswa kurang atau bahkan tidak muncul dalam

proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana

pendekatan CBSA dapat mengaktifkan siswa serta menumbuhkan kreatifitas yang

pada akhirnya membuahkan prestasi yang maksimal dengan mengadakan penelitian

tindakan kelas yang berjudul Penerapan Pendekatan CBSA Pada Mata Pelajaran PKn

Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kreatifitas Siswa Kelas I SDN Cumedak 02

Sumberjambe Jember.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahnnya

sebagi berikut:

1. Bagaimanakah cara meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam

pembelajaran PKn pada siswa kelas 1 SD Negeri Cumedak 02 Kecamatan

Sumberjambe Kabupaten Jember ?

2. Bagaimanakah pengaruh penerapan pendekatan CBSA dalam membantu siswa

meningkatkan keaktifan dan kreatifitas dalam pembelajaran PKn siswa kelas 1 SD

Negeri Cumedak 02 Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember ?

1.3 Tujuan Perbaikan

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui bagaimana keaktifan dan kreatifitas siswa setelah diterapkannya

pendekatan CBSA dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas 1 SD Negeri

Cumedak 02 Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.

3

2. Ingin mengetahui pengaruhnya pendekatan CBSA dalam meningkatkan keaktifan

dan kreatifitas siswa setelah diterapkan dalam mata pelajaran PKn pada siswa

kelas 1 SD Cumedak 02 Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.

1.4 Manfaat Perbaikan

Adapun maksud diadakannya penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam

meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn

2. Sumbangan pemikiran bagi guru dalam proses belajar-mengajar dan

meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn di SD Negeri Cumedak 02

Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.

3. Menerapkan model dan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran PKn.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar-Dasar Pemikiran CBSA

Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan

konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan

kembali dan usaha peningkatan CBSA Dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA

Secara rasional adalah sebagai berikut:

1. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau

kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara

demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat

diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut

juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses

belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi

positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan,

kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya

tercipta baik disekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak,

bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam

bubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki

kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.

2. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam

kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan

gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya

pada teori pusara atau kumparan elektronik) menantang pembelajar

berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi.

Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh

aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan member! kesempatan

untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas

sesuai deengan isi materi pelajaran.

5

3. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media

secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan member!

Peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini

dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh

pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan

dapat segera diperbaiki. Jadi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif,

secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan tes sumatif.

4. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (Lembaga

Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak

mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar

mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang

tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini

materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir

mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu

menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga

mencari pemecahan secara praktik.

2.2 Hakikat CBSA

Hakikat CBSA adalah proses keterlibatan “intelektual emosional” peserta didik dalam

proses belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:

1. Proses asimilasi dan akomodasi dalam pencapaian pengetahuan.

2. Proses perbuatan serta pengalaman langsung terhdp umpan balik dalam

pembentukkan keterampilan.

3. Proses penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan

nilai dan sikap.

2.3 Prinsip-Prinsip CBSA

Prinsip CBSA dibagi ke dalam 4 dimensi, yaitu:

1) Yang terlihat pada peserta didik (siswa):

a. Keberanian menyatakan pendapat, pikiran, perasaan, keinginan, dan dorongan

lainnya,

6

b. Keinginan dan keberanian berpartisipasi,

c. Adanya usaha dan kreativitas,

d. Dorongan ingin tahu,

e. Rasa lapang dan bebas dalam melakukan sesuatu.

2). Yang terlihat pada dimensi guru:

a. Usaha membina dan mendorong peserta didik dalam meningkatkan

kegairahan dan partisipasi siswa aktif,

b. Kemampuan menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai inovator dan

motivator,

c. Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar siswa dalam

keseluruhan proses belajar mengajar,

d. Pemberian kesempatan kepada peserta didik yang pada hakikatnya memiliki

perbedaan individual,

e. Kemampuan menggunakan bermacam strategi belajar mengajar serta

pendekatan multimedia.

3) Yang terlihat pada dimensi program;

a. Tujuan pelajaran serta konsep maupun isi pelajaran yang memenuhi

kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik,

b. Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun

aktivitas peserta didik,

c. Program yang tidak kaku dalam penentuan metode dan media di mana peserta

didik memahaminya.

4) Yang terlihat pada dimensi situasi belajar mengajar:

a. Situasi belajar mengajar di mana terjelma komunikasi antara guru dan siswa

yang intim dan hangat,

b. Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar dari peserta didik.

2.4 CBSA Dalam Pembelajaran

Bertolak dari pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam konsepsi

pendidikan seumur hidup dan konsepsi belajar serta kenyataan proses pembelajaran,

maka peningkatan penerapan CBSA merupakan kebutuhan yang harus segera

7

terpenuhi. Gur hendaknya tidak lagi mengajar sekedar sebagai kegiatan

menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada siswa. Guru hendaknya

mengajar untuk membelajarkan siswa dalam konteks belajar bagaimana belajar

mencari, menemukan dan meresap pengetahuan,keterampilan dan sikap.

Dengan penerapan CBSA,siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan

mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh,

menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di

sekitarnya, selain itu siswa lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur,

kritis, tanggap, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari, serta lebih terampil

dalam menggali, menjelajah, mencari dan mengembangkan informasi yang bermakna

baginya (Raja Joni, 1992:1 ). Pencapaian keadaan siswa yang diharapkan melalui

penerapan CBSA ini akan memungkinkan pembentukan sebagai “pengabdi abadi

pencari kebenaran ilmu”.

Di sisi yang lain, dengan penerapan CBSA, guru diharapkan bekerja secara

professional,mengajar secara sitematis berdasarkan prinsip didaktik metodik yang

berdaya guna beshasil guna ( efisien dan efektif ). Artinya guru dapat merekayasa

system pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran

mengapa dan bagaiamana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif ( Raka Joni

1992:11 ). Lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru – guru

yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan alam dan sosial budaya

2.5 Pembelajaran PKn di Kelas Rendah SD

Wahab (1997:24) menyatakan pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di

SD merupakan pendidikan nilai moral yang menekankan pada aspek afektif. Dahulu

dinamakan pelajaran PMP tetapi mulai tahun 1994 di dalam kurikulum diubah

menjadi PPKn, yakni perpaduan antara Pendidikan Pancasila dan pendidikan

Kewarganegaraan. Tujuan PPKn dalam kurikulum 1994 adalah untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengembangan kemampuan memahami, menghayati

dan meyakini nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

8

Tujuan pembelajaran melalui PPKn menurut Wahab (1997:24) adalah,

“Mengemukakan berbagai contoh perilaku. Mengikuti/mencontoh berbagai

perilaku. Menjelaskan dan melaksanakan perbuatan baku dalam kehidupan sehari-

hari. Melakukan berbagai hal yang dituntut oleh kepatuhan nilai moral. Menjelaskan,

mencoba, dan berupaya menyesuaikan perilaku dengan mendasar pada nilai-nilai

moral bangsa. Meyakinkan dan dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan aturan

lembaga pemerintah.”

Pembelajaran PKn pada kelas rendah tidak sama dengan pembelajaran PKn

pada kelas tinggi, sebab usia anak berbeda. Piaget dalam Gunarsa (1989:45)

menyatakan anak seperti di kelas satu pada usia 7-10 tahun berada pada fase

operasional kongkrit. Selanjutnya Wahab (1997:75) menyatakan pembelajaran pada

usia tersebut dimulai pada yang konkrit ke abstrak. Pembelajaran pada siswa SD

kelas rendah menurut Satori (1997:5) mengarah pada proses belajar yang

menciptakan :

1) anak akan mencintai, merasa senang, dan bergairah dalam melakukan

kegiatan belajar,

2) menumbuhsuburkan dalam diri anak-anak sikap dan sifat-sifat berpikir kreatif,

dorongan ingin tahu, kerja sama, harga diri, dan kepercayaan diri.

3) mengembangkan sikap positif terhadap nilai kegiatan belajar,

4) mengembangkan afeksi dan sensitivitas anak-anak terhadap peristiwa peristiwa

yang terjadi di lingkungan sekitar.”

2.6 Belajar Aktif dan Kreatif

Meningkatkan siswa belajar aktif dan kreatif sangat perlu karena karakteristik

anak SD adalah aktif dan kreatif. Belajar aktif menurut Dimyati (1997:252) adalah,

“Anak secara langsung terlibat baik secara kuantitas maupun kualitas. Siswa terlibat

aktif untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

dibutuhkan.Anak mempunyai prakarsa dan keberanian untuk menunjukkan minat,

keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya. Keingintahuan siswa

tampak pada kuantitas dan kualitas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada guru.

Keberanian untuk ikut serta dalam proses pembelajaran antara lain kesediaan dalam

9

mencari dan menyediakansumberbelajar, menemukan sumber-sumber belajar,

memecahkan masalah dan memilah cara kerja yang berbeda.”

Belajar kreatif menurut Torrance dalam Semiawan dan Munanadar (1987:35)

dinyatakan sebagai keterlibatan dengan sesuatu yang berarti. Rasa ingin tahu dan

mengetahui dalam kekaguman, ketidaklengkapan kekacauan, kerumitan, keselarasan,

ketidakteraturan dan sebagainya. Untuk menciptakan siswa belajar aktif dan kreatif

dalam pelajaran PKn beberapa hal seperti : “materi, pendekatan, metode, media, dan

sumber belajar.

10

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang

berkolaboratif (collaborative classroom action research) (Baker, 2001: 2 dan

Donmoyer, 2000: 3). Meski demikian metode ini ditekankan dengan model guru

sebagai peneliti (teacher as researcher) (Johnson, 1993: 6). Model ini relevan bagi

guru dan dosen dan memiliki keunggulan, sebab efektif dapat memperbaiki kualitas

pembelajaran yang dilakukannya Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas tiga langkah

yaitu : (1) diagnostik (perumusan masalah dan hipotesis tindakan), (2) terapetik

(perbaikan yang terdiri atas beberapa siklus: perencanaan à pelaksanaan à

pengamatan à refleksi); dan (3) pasca terapetik (pemantapan dan pembuatan

laporan) (Baker, 2001: 3 dan Johnson, 1993: 5).

3.2 Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhadap 40 siswa Kelas 1 SDN Cumedak 02 Kecamatan

Sumberjambe Kabupaten Jember.

3.3 Jadwal dan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan-tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terjadwal sebagai

berikut:

1) Persiapan Penelitian mulai Minggu ke-1 bulan April 2009

2) Pelaksanaan Penelitian Minggu ke-2 sampai minggu ke-4 bulan April 2009

3) Pelaporan Minggu ke-2 bulan Mei 2009

3.4 Rancangan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mengikuti prosedur penelitian Action Research

(penelitian tindakan). Dilaksanakan dalam tiga tahap, dengan empat tahap pada setiap

putarannya, yaitu:

11

3.4.1 Tahap I Perencanaan Penelitian

a. Refleksi awal, peneliti dengan kepala sekolah mengidentifikasi masalah yang

selama ini ada dalam pembelajaran PKn dengan lebih seksama.

b. Permasalahan yang telah digali dalam refleksi awal selanjutnya dirumuskan

peneliti dengan lebih operasional dan menetapkan dan merumuskan rancangan

tindakan penelitian

3.4.2 Tahap II Kegiatan dan Pengamatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

a. Proses pembelajaran

Dalam proses pembelajaran ini dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa

dalam pembelajaran PKn

Pada kegiatan ini, metode pembelajaran demonstrasi telah direncanakan

diimplementasikan. Dalam hal ini, pembelajaran PKn dilaksanakan sesuai

dengan rencana, skenario, dan setting pembelajaran serta alokasi waktu

yang telah ditetapkan.

Untuk membantu siswa memahami masalah yang diajukan guru, siswa

diberi bimbingan untuk memahami petunjuk dalam LKS berupa

pertanyaan dan langkah-langkah dalam melakukan kegiatan pembelajaran

dengan pendekatan CBSA

Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan perangkat

penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya.

b. Posttest

Posttest dilaksanakan pada akhir pembelajaran, dilakukan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru.

3.4.3 Tahap III Refleksi

Refleksi merupakan ulasan dari hasil kegiatan dan pengamatan. Refleksi

dilakukan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang sudah

dilaksanakan. Melalui refleksi dapat diungkapkan kelebihan dan kekurangan

yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap putaran

yang dilihat dari lembar observasi pembelajaran.

12

3.4.4 Tahap IV Revisi

Revisi rancangan dilakukan setelah mengetahui hasil refleksi setiap putaran,

yang digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar

agar berlangsung lebih baik dari sebelumnya. Revisi yang dilakukan sebagai

penyempurnaan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin atau harus

dicapai

3.5 Perangkat Penelitian

Perangkat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Handout Materi Pembelajaran

Handout siswa bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap

materi “Hak Anak di Rumah dan di Sekolah” yang telah disampaikan dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar atau nilai yang

diperoleh siswa dalam evaluasi yang diberikan guru.

b. Media Pembelajaran

Media pembelajaran digunakan adalah gambar dan video hak-hak anak di

rumah dan sekolah yang disesuaikan dengan acuan materi dalam buku PKn.

3.6 Metode Analisa Data

Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik

kualitatif dilakukan secara flow analysis untuk mendeskripsikan temuan dalam

setiap siklus (Johnson, 1993: 4). Adapun teknik kuantitatif untuk menganalisis mutu

proses pembelajaran PKn dengan pendekatan CBSA dilakukan dengan weighted

mean score (Wardani, Wihardit, dan Nasoetion, 2002: 5.4 –5.6). Untuk

menganalisis mutu hasil belajar digunakan statistik deskriptif dan t-tes untuk

membandingkan keunggulan antar siklus dan membandingkan pre dan pos tes. Dari

kedua analisis tersebut diramu agar menjadi satu kesimpulan yang bermakna.

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus. Tiga siklus yang digunakan

itu dikembangkan berdasarkan hasil refleksi pada setiap putaran kegiatan dan

merupakan rangkaian yang saling berhubungan. Adapun hasilnya dapat dipaparkan

sebagaimana di bawah ini.

4.1.1 Hasil Siklus Pertama

Siklus pertama ini dilaksanakan Senin, 13 April 2009 dengan menerapkan

pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan CBSA. Inti kegiatan ini yaitu

guru mengelola pembelajaran dengan memberikan perhatian yang penuh kasih

sayang terhadap anak yang nilainya rendah, kurang aktif terlibat dalam

pembelajaran, dan fasilitas pembelajarannya kurang pada mata pelajaran PKn.

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siklus I

NONILAI KET

NONILAI KET

URUT URUT

1 60 TT 21 65 T

2 40 TT 22 60 TT

3 50 TT 23 70 T

4 65 T 24 70 T

5 60 TT 25 60 TT

6 70 T 26 70 T

7 75 T 27 65 T

8 60 TT 28 60 TT

9 65 T 29 60 TT

10 70 T 30 60 TT

11 90 T 31 50 TT

12 60 TT 32 55 TT

13 50 TT 33 75 T

14 40 TT 34 70 T

15 55 TT 35 70 T

16 65 T 36 60 TT

17 50 TT 37 60 TT

18 50 TT 38 80 T

19 60 TT 39 65 T

14

20 65 T 40 35 TT

61,5SISWA TUNTAS 18

SISWA TIDAK TUNTAS 22PERSENTASE KETUNTASAN

KLASIKAL 45,00Keterangan :T : Tuntas Jumlah Siswa Tuntas = 18TT : Tidak Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas = 22

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

61,5018

45,00

Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan

menerapkan pendekatan CBSA diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 61,50 dan ketuntasan belajar mencapai 45,00 % atau ada 18 siswa dari

40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus

pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 45,00 % lebih kecil dari persentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena

siswa masih asing dengan diterapkannya pendekatan CBSA.

Dengan demikian penggunaan model ini berhasil. Hasil refleksi memberikan

makna bahwa model ini memiliki keunggulan, yaitu:

(a) siswa yang bermasalah dapat meningkat hasil belajarnya, percaya diri, dan

lebih aktif terlibat dalam pembelajaran; dan

(b) guru lebih kreatif menemukan permasalahan yang dihadapi siswa secara

individu.

Adapun kelemahannya yaitu:

(a) siswa yang tidak bermasalah cenderung ribut dan merasa sombong bahwa

dirinya pintar, dan

15

(b) waktu tersita banyak untuk membimbing anak yang bermasalah, sehingga

materi pelajaran berjalan lambat.

4.1.2 Hasil Siklus Kedua

Siklus kedua ini dilaksanakan Tanggal, 20 April 2009 menerapkan pendekatan

CBSA dengan kepedulian terhadap kelas. Kegiatan pokok yang dilakukan

guru yaitu guru mengelola kelas dengan memperhatikan keutuhan kelas

sebagai satu kesatuan pembelajaran. Guru tidak lagi khusuk secara khusus

memperhatikan secara penuh pada anak yang bermasalah .

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus II

NILAI KETNO

NILAI KETURUT URUT

1 70 T 21 70 T

2 50 TT 22 70 T

3 60 TT 23 70 T

4 70 T 24 70 T

5 70 T 25 60 TT

6 80 T 26 70 T

7 80 T 27 65 T

8 70 T 28 60 TT

9 65 T 29 60 TT

10 70 T 30 60 TT

11 80 T 31 60 TT

12 70 T 32 65 T

13 60 TT 33 75 T

14 50 TT 34 70 T

15 60 TT 35 70 T

16 70 T 36 70 T

17 60 TT 37 60 TT

18 60 TT 38 80 T

19 60 TT 39 65 T

20 70 T 40 35 TTRATA-RATA 65,75

SISWA TUNTAS 24SISWA TIDAK TUNTAS 16

PERSENTASE KETUNTASAN KLASIKAL 60,00

Keterangan :T : Tuntas Jumlah Siswa Tuntas = 24TT : Tidak Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas = 16

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

16

No Uraian Hasil Siklus II123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

65,7524

60,00

Dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi

belajar siswa adalah 65,75 dan ketuntasan belajar mencapai 60,00 % atau ada

24 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa

pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar

siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dan menemuan keasyikan dengan

pendekatan CBSA dengan metode demontrasi. Disamping itu kemampuan

guru dalam mengelola proses belajar mengajar dalam metode ini juga

semakin meningkat sehingga proses belalar-mengajar semakin efektif.

Hasil refleksi memberikan makna model ini memiliki keunggulan, antara lain:

(a) murid secara keseluruhan merasa diperhatikan,

(b) murid merasa keadilan dalam pembelajaran,

(c) tujuan pembelajaran tercapai tepat waktu,

(d) kelas menjadi lebih bergairah dan utuh, dan

(e) guru lebih berfungsi sebagai fasilitator.

Adapun kelemahannya yaitu:

(a) murid yang bermasalah tidak optimal dibantu,

(b) suasana kelas nampak hanya pada mimik muka anak dan bukan pada

prestasi yang sesungguhnya,

(c) guru tidak mendalami prestasi anak yang berbeda-beda.

4.1.3 Hasil Siklus Ketiga

Siklus ketiga dilaksanakan tanggal 27 April 2009 dengan menerapkan

pendekatan CBSA dengan kepedulian terhadap kelas dan individu yang

bermasalah. Kegiatan yang dilakukan guru yaitu mengelola pembelajaran

dengan memberikan perhatian kasih sayang kepada kelas dan individu yang

bermasalah secara terpadu.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siklus III

17

NILAI KETNO

NILAI KETURUT URUT

18

1 80 T 21 70 T

2 60 TT 22 70 T

3 70 T 23 70 T

4 75 T 24 70 T

5 80 T 25 70 T

6 90 T 26 70 T

7 80 T 27 65 T

8 70 T 28 80 T

9 70 T 29 60 TT

10 70 T 30 70 T

11 80 T 31 60 TT

12 70 T 32 70 T

13 80 T 33 80 T

14 60 TT 34 70 T

15 70 T 35 80 T

16 70 T 36 80 T

17 70 T 37 70 T

18 70 T 38 80 T

19 60 TT 39 65 T

20 70 T 40 60 TTRATA-RATA 71,375

SISWA TUNTAS 35SISWA TIDAK TUNTAS 5

PERSENTASE KETUNTASAN KLASIKAL 87,50

Keterangan:T : TuntasTT : Tidak Tuntas

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

71,3735

87,50

Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 diatas diperoleh nilai rata-rata

tes formatif sebesar 71,37 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 40

siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus

19

II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh

adanya peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi pelajaran yang

telah diterapkan selama ini. Disamping itu dengan adanya metode

pembelajaran ini siswa dapat bertanya dengan sesama temanya, dan ternyata

dari proses bertanya antar siswa ini, siswa lebih mudah menerima penjelasan

dari temannya yang lebih paham tentang materi pelejaran tersebut. Juga dari

hasil pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

ini murid jadi lebih mudah untuk bekerja sama dengan sesama temannya.

Dengan demikian model tiga ini berhasil. Penerapan model ketiga ini secara

kualitatif dapat meningkatkan kinerja murid dalam partisipasinya pada

pembelajaran, seperti anak menjadi percaya diri, lebih berani mengemukakan

masalahnya, mampu menemukan jalan pemecahan masalahnya sendiri, dan

turut terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas.

Model keempat ini dinilai banyak keunggulan / kemanfaatannya. Manfaat itu

antara lain: (a) siswa yang bermasalah dapat meningkat hasil belajarnya,

percaya diri, dan lebih aktif terlibat dalam pembelajaran; (b) guru lebih kreatif

menemukan dan membantu permasalahan yang dihadapi murid secara

individu, (c) murid secara keseluruhan merasa diperhatikan, (d) murid merasa

terdapat keadilan dalam pembelajaran, (e) tujuan pembelajaran tercapai tepat

waktu, (f) kelas menjadi lebih bergairah dan utuh, (g) guru lebih berfungsi

sebagai pendidik, (h) murid yang bermasalah optimal dibantu, (i) murid yang

bermasalah lebih konstruktif berpartisipasi dalam pembelajaran, dan (j)

pembelajaran menjadi lebih berhasil, baik untuk kinerja guru maupun prestasi

murid.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menghasilkan inovasi model pengelolaan pembelajaran yang

unggul. Dari ketiga model yang diterapkan dalam PTK ini, maka model 3

20

merupakan model yang paling unggul. Model ini mampu meningkatkan kinerja

guru dengan skor 4,20 dan mampu meningkatkan prestasi belajar murid dengan

rata-rata 7,35. Jika dibandingkan dengan target indikator keberhasilan, maka

peningkatannya cukup signifikan.

Model 3 ini lebih unggul karena merupakan hasil refleksi bersama, di mana

model ini adalah hasil modifikasi dan penyempurnaan dari model sebelumnya yang

lebih unggul. Model 3 ini lebih menekankan kepedulian terhadap murid yang

bermasalah dan kelas, sehingga pembelajarannya lebih terbimbing dan mengarah

kepada pencapaian kompetensi belajar. Menurut Hunt (2001: 209) dan Johnson

(1993: 3) model yang dimodifikasi dari model sebelumnya merupakan asset yang

bernilai tinggi bagi pencapaian kompetensi belajar. Bahkan menurut Mary (1999:

172) inovasi model pengelolaan yang dikembangkan dari model yang sudah ada

memungkinkan hasilnya lebih signifikan. Menurut Elliot (1993: 62) bahwa model

pengelolaan pembelajaran hasil PTK yang mampu meningkatkan kinerja guru dan

prestasi belajar murid, hendaknya diaplikasikan dalam pembelajaran sehari-hari.

Pendapat senada juga dikemukakan Johnson (1993: 4) bahwa guru sebagai peneliti

dalam PTK, hendaknya merasa lebih memiliki dan bangga dengan hasil temuannya

itu untuk diaplikasikan bagi peningkatan mutu pembelajaran berikutnya. Pandangan

ini memang cukup beralasan, sebab selain telah teruji dalam PTK juga secara

konseptual alur pembelajarannya cukup akrab (familier) dengan kondisi sehari-hari.

PTK ini didasarkan kepada KTSP. Hal ini terlihat dari karakteristik penerapan

model pengelolaan pembelajaran yang lebih menekankan kepada: (1) berpusat

kepada murid, utamanya murid yang bermasalah; (2) mengembangkan kreativitas

murid dan guru untuk menemukan solusi yang terbaik bagi pemecahan masalah; (3)

menggunakan berbagai metode belajar (ceramah, tanya jawab, penugasan, dan

bimbingan); menekankan hubungan emosional guru dengan murid (kasih sayang,

penghargaan, penguatan, dan variasi yang mengarah kepada tercapainya

kompetensi; (4) pembelajaran didesain agar menyenangkan dan menantang; (5)

menekankan kepada standar kompetensi yang telah dibuat; (6) variasi dalam

penanaman nilai; dan (7) pelaksanaan evaluasi berbasis kelas. Karakteristik ini

sesuai dengan pembelajaran KTSP (Depdiknas, 2002: 23).

21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

22

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan CBSA, sangat membantu

siswa dalam pembelajaran PKn. Namun demikian, pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan CBSA membutuhkan persiapan mengajar dan

manajemen waktu dan kelas dengan baik guna mencapai efektivitas hasil pada

setiap aktivitas pembelajaran di kelas. Pembelajaran PKn dengan pendekatan CBSA

dapat meningkatkan motivasi guru dan siswa serta mendapat repon positif dari para

siswa.

5.2 Saran

1) Saran bagi guru

Untuk mencapai hasil yang maksimal, seorang guru dalam mengajar Pendidikan

Kewarganegaraan ( PKn ) sebaiknya dengan menggunakan pendekatan CBSA;

2) Saran bagi sekolah

Pihak Sekolah tentunya harus menyediakan sarana dan prasarana seperti

televisi, vcd/dvd player, lcd proyektor serta alat bantu mengajar yang

dibutuhkan oleh guru serta menyiapkan buku panduan macam-macam metode

pengajaran

DAFTAR PUSTAKA

23

Abimanyu, Soli. 1995. Model Pembelajaran di Kelas Awal SD. Bahan Pelatihan

Metodologi Bidang Studi. Jakarta: Dikti Depdikbud.

_____________. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pembelajaran.Jakarta; Dikti.

Depdikbud.

Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Djahir, Ach Kosasih. 1985. Strategi Pengajaran Afektif-Nili-Moral. Bandung: IKIP.

Gunarsah, D Singgih. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung

Agung.

Muhadjir, Noeng. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Dikti.

Semiawan, Cony. Munandar Utami. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas

Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.

Wahab, Abdul Azis. 1987. Pendidikan Pancasila dan Pendidikan

Kewarganegaraan. Jakarta: Dikti Depdikbud.

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

24

SIKLUS 1

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )

Kelas / Semester : I / 2

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

Hari, Tanggal : Senin, 13 April 2009

Standar Kompetensi

4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

Kompetensi Dasar

4.1 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

Indikator

Melaksanakan tata-tertib di rumah dan di sekolah

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menyebutkan tata-tertib di rumah dengan benar

2. menyebutkan tata tertib di sekolah dengan benar

Materi Ajar

Tata Tertib Di Rumah dan Di Sekolah

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi: guru melakukan tanya jawab tentang tata tertib di rumah dan di

sekolah untuk mengetahui kemampuan awal siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok

25

Siswa membaca buku sumber untuk mendapatkan informasi tentang tata tertib

di rumah dandi sekolah

Siswa mencatat hal-hal yang penting

Guru memberikan tambahan penjelasan

Siswa mendiskusikan tata tertib di rumah

Siswa membacakan hasildiskusi kelompok secara bergantian

Kegiatan Akhir

Dengan bimbingan guru siswa menarik kesimpulan pembelajaran

Evaluasi

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum PKn Kelas I, KTSP

Buku PKn Kelas I, Pusat Perbukuan Depdiknas

Penilaian

Bentuk Penilaian.

o Skala Sikap

Instrumen Penilaian

Berilah tanda (v) pada kolom yang sesuai pendapatmu!

Sumberjambe, 13 April 2009

26

Guru Kelas/ Peneliti

LUSIANA SARIYEM NIM. 813664433

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

27

SIKLUS 2

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )

Kelas / Semester : I / 2

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2009

Standar Kompetensi

4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

Kompetensi Dasar

4.1 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

Indikator

Melaksanakan tata-tertib di rumah dan di sekolah

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menyebutkan tata-tertib di rumah dengan benar

2. menyebutkan tata tertib di sekolah dengan benar

Materi Ajar

Tata Tertib Di Rumah dan Di Sekolah

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi: guru melakukan tanya jawab tentang tata tertib di rumah dan di

sekolah untuk mengetahui kemampuan awal siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok

28

Guru membacakan bacaan yang berisi kegiatan tata tertib di rumah dan di

sekolah

Siswa mengelompokkan tata tretib di rumah dan tata tertib di sekolah

Guru memberikan tambahan penjelasan

Siswa mendiskusikan tata tertib di sekolah

Siswa membacakan hasildiskusi kelompok secara bergantian

Kegiatan Akhir

Dengan bimbingan guru siswa menarik kesimpulan pembelajaran

Evaluasi

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum PKn Kelas I, KTSP

Buku PKn Kelas I, Pusat Perbukuan Depdiknas

Penilaian

Bentuk Penilaian.

o Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

1. Tata tertib di sekolah harus dipatuhi oleh semua…………..

2. Jam masuk sekolah dimulai pukul………………….

3. Setiap hari Senin semua siswa wajib mengikuti…………………..

4. Sebelum masuk ke dalam kelas kita harus……………………….

5. Yang membuat tata taertib di sekolah adalah…………………

Kunci Jawaban

1. warga sekolah

29

2. 07.00

3. upacara bendera

4. berbaris

5. kepala sekolah dan guru

Sumberjambe, 20 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

LUSIANA SARIYEM NIM. 813664433

Lampiran 2

30

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS 3

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )

Kelas / Semester : I / 2

Alokasi Waktu : 2 x 30 menit

Hari, Tanggal : Senin, 27 April 2009

Standar Kompetensi

4. Menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah

Kompetensi Dasar

4.1 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

Indikator

Melaksanakan tata-tertib di rumah dan di sekolah

Tujuan Pembelajaran

Setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa dapat:

1. menyebutkan tata-tertib di rumah dengan benar

2. menyebutkan tata tertib di sekolah dengan benar

Materi Ajar

Tata Tertib Di Rumah dan Di Sekolah

Metode Pembelajaran

Ceramah

Diskusi

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal

Salam, Absensi

Apersepsi: guru melakukan tanya jawab tentang tata tertib di rumah dan di

sekolah untuk mengetahui kemampuan awal siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok

31

Guru memutarkan tayangan video tentang tata tertib di sekolah dan di rumah

Siswa mengamati tayangan video

Guru memberikan tambahan penjelasan

Siswa mendiskusikan tata tertib di rumah dan di sekolah

Siswa membacakan hasil diskusi kelompok secara bergantian

Kegiatan Akhir

Dengan bimbingan guru siswa menarik kesimpulan pembelajaran

Evaluasi

Salam

Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Kurikulum PKn Kelas I, KTSP

Buku PKn Kelas I, Pusat Perbukuan Depdiknas

Televisi, Video tata tertib

Penilaian

Bentuk Penilaian.

o Tes Tulis

Instrumen Penilaian

Soal

1. Tata tertib di rumah harus dipatuhi oleh semua…………..

2. Jika kita akan pergi bermain kita harus………………….

3. Sebelum masuk ke rumah kita sebaiknya mengucapkan…………………..

4. Tata tertib apabila dipatuhi membuat semuanya……………………….

5. Yang membuat tata taertib di rumah adalah…………………

Kunci Jawaban

1. penghuni rumah

32

2. ijin / pamit

3. salam

4. teratur.

5. orang tua

Sumberjambe, 27 April 2009

Guru Kelas/ Peneliti

LUSIANA SARIYEM NIM. 813664433

Lampiran 4

TABEL KEADAAN SISWA KELAS 1 SDN CUMEDAK 02

33

TAHUN PELAJARAN 2008-2009

NO NAMA SISWA L/P ALAMAT

1 FARIANTA NIATUL P Cumedak2 IMAM FAUSY L Cumedak3 IRA SAFIYA P Cumedak4 MOH. ABDUL HORIS L Cumedak5 M DANANG L Cumedak6 M. ZAINUR MUTHADIN L Cumedak7 OKTHIKA NURIL P Cumedak8 SUMIATIN P Cumedak9 SYAMSUL ARIFIN L Cumedak

10 VIONA ADELIA PUTRI P Cumedak11 NURDIANA P Cumedak12 AGUS RAHMAD L Cumedak13 AHMAD LUTFI L Cumedak14 ADITYA L Cumedak15 AHMAD FEBRIYANTO L Cumedak16 ANISA NUR ABIDAH P Cumedak17 BENI MULIYA L Cumedak18 FATHIR ROSI L Cumedak19 FITRI WESIATUL P Cumedak20 IKROM RAMADANI L Cumedak21 IKRIMAH P Cumedak22 JERI SUPRIYADI L Cumedak23 LITA FAIQOTUL P Cumedak24 NASITA P Cumedak25 NOERALITA WULAN P Cumedak26 MOH. AGUNG SANUSI L Cumedak27 .M. YOGA SETIAWAN L Cumedak28 RAEHAN PB L Cumedak29 SELFIATUS P Cumedak30 SITI HOLIMAH P Cumedak31 SITI NURAENI P Cumedak32 SITI KHOFIFAH P Cumedak33 SITI AISYAH FIKRY P Cumedak34 TRIO DARMA L Cumedak35 VIKO SUSANDRA L Cumedak36 YUNITA AMALIA P Cumedak37 YULINDA ASTUTIK P Cumedak38 YULIYANI LAILATUL P Cumedak39 SAMSUL ARIFIN L Cumedak40 KURNIAWAN L Cumedak

Lampiran 5

34

REKAPITULASI HASIL BELAJAR SISWA PERSIKLUS

NO NAMA SISWANILAI

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 31 FARIANTA NIATUL 60 70 802 IMAM FAUSY 40 50 603 IRA SAFIYA 50 60 704 MOH. ABDUL HORIS 65 70 755 M DANANG 60 70 806 M. ZAINUR MUTHADIN 70 80 907 OKTHIKA NURIL 75 80 808 SUMIATIN 60 70 709 SYAMSUL ARIFIN 65 65 7010 VIONA ADELIA PUTRI 70 70 7011 NURDIANA 90 80 8012 AGUS RAHMAD 60 70 7013 AHMAD LUTFI 50 60 8014 ADITYA 40 50 6015 AHMAD FEBRIYANTO 55 60 7016 ANISA NUR ABIDAH 65 70 7017 BENI MULIYA 50 60 7018 FATHIR ROSI 50 60 7019 FITRI WESIATUL 60 60 6020 IKROM RAMADANI 65 70 7021 IKRIMAH 65 70 7022 JERI SUPRIYADI 60 70 7023 LITA FAIQOTUL 70 70 7024 NASITA 70 70 7025 NOERALITA WULAN 60 60 7026 MOH. AGUNG SANUSI 70 70 7027 .M. YOGA SETIAWAN 65 65 6528 RAEHAN PB 60 60 8029 SELFIATUS 60 60 6030 SITI HOLIMAH 60 60 7031 SITI NURAENI 50 60 6032 SITI KHOFIFAH 55 65 7033 SITI AISYAH FIKRY 75 75 8034 TRIO DARMA 70 70 7035 VIKO SUSANDRA 70 70 8036 YUNITA AMALIA 60 70 8037 YULINDA ASTUTIK 60 60 7038 YULIYANI LAILATUL 80 80 8039 SAMSUL ARIFIN 65 65 6540 KURNIAWAN 35 35 60

35

RATA-RATA KELAS 61,50 65,75 71,38

Lampiran 6

Format Kesedian sebagai Teman Sejawat dalamPenyelenggaraan PKP

36

Kepada

Kepala UPBJJ Jember

Di Jember

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :Nama : SRI UMIYATI, S.Pd.NIP : 19610422 198201 2 003Tempat Mengajar : SDN Cumedak 02Alamat Sekolah : Sumberjambe JemberTelepon : -

Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PKP atas nama :

Nama : LUSIANA SARIYEMNIM : 813664433Program Studi : S1 PGSDTempat Mengajar : SDN Cumedak 02Alamat Sekolah : Sumberjambe JemberTelepon : -

Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jember ,6 April 2009

Mengetahui,Kepala Sekolah

MOH. ROJI, S.AgNIP. 19550907 198101 1 006

Teman Sejawat,

SRI UMIYATI, S.Pd.NIP. 19610422 198201 2 003

Lampiran 6

SURAT PERNYATAAN

37

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : LUSIANA SARIYEM

NIM : 813664433

UPBJJ-UT : JEMBER

Menyatakan bahwa:

Nama : SRI UMIYATI, S.Pd.

Tempat Mengajar : SDN CUMEDAK 02 SUMBERJAMBE

Guru Kelas : II

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan

Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jember, 13 April 2009

Teman Sejawat

SRI UMIYATI, S.Pd.NIP. 19610422 198201 2 003

Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

LUSIANA SARIYEM NIM. 813 664 433

Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN

38

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : LUSIANA SARIYEM

NIM : 813664433

UPBJJ-UT : JEMBER

Menyatakan bahwa:

Nama : SRI UMIYATI, S.Pd.

Tempat Mengajar : SDN CUMEDAK 02 SUMBERJAMBE

Guru Kelas : II

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan

Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jember, 20 April 2009

Teman Sejawat

SRI UMIYATI, S.Pd.NIP. 19610422 198201 2 003

Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

LUSIANA SARIYEM NIM. 813 664 433

Lampiran8

SURAT PERNYATAAN

39

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : LUSIANA SARIYEM

NIM : 813664433

UPBJJ-UT : JEMBER

Menyatakan bahwa:

Nama : SRI UMIYATI, S.Pd.

Tempat Mengajar : SDN CUMEDAK 02 SUMBERJAMBE

Guru Kelas : II

adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran,yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan

Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jember, 27 April 2009

Teman Sejawat

SRI UMIYATI, S.Pd.NIP. 19610422 198201 2 003

Yang Membuat Pernyataan Mahasiswa,

LUSIANA SARIYEM NIM. 813 664 433

40