cacah ptk pkn
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
1/73
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil BelajarHasil belajar atau yang disebut prestasi belajar dalam penelitian ini adalah
berupa angka-angka tertentu yang tercatum dalam nilai raport, prestasi adalah hasil
yang telah dicapai atau dilakukan. Selanjutnya Winkel (2004 : 162) menyatakan
prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai, belajar adalah suatu proses
mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan
atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga
menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Secara singkat belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari
pengalaman
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktifitas belajar (Anni, 2004 : 4).
Hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh
(komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, efektif dan psikhomotorik secara
terpadu terhadap diri siswa (Dimyati, 1991 : 2).
Dengan demikian dapat disimpulkan secara umum pengertian hasil belajar yaitu
bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri dari
unsur kognitif, efektif dan psikhomotorik secara terpadu terhaap diri siswa setelah
mengalami aktifitas belajar.
2. Teori Keaktifan Siswa3. Keaktifan adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai hasil belajar (Anni, 2004 : 52).
Keaktifan adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya (Mutohir dkk, 1996 : 4).
Menurut Ardhana (2009) keaktifan siswa dapat dilihat dari :
a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.b. Kerjasama dalam kelompok.c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli.d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
2/73
e. Memberi kesempatan berpendapat pada teman dalam kelompokf. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.g. Memberi gagasan yang cemerlang.h. Membuat perencanaan dan pembagian tugas yang matang.i. Keputusan berdasarkan pertimbangan kelompok lain.
j. Memanfaatkan potensi anggota kelompok.k. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
keaktifan secara umum adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses
pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya
untuk mencapai hasil belajar. Sedangkan keaktifan siswa dapat dilihat dari peran
aktif siswa secara individu maupun dalam kelompok pada proses pembelajaran.
3. Minat Belajar Siswa
Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar
sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidakmungkin melakukan sesuatu.
Sardiman A.M berpendapat minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi
apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan
dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Minat adalah keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar atau dari
dalam diri seseorang (Anni, 2004 : 56).
Minat adalah keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari dalam diri
seseorang yang dapat menimbulkan aktifitas belajar dalam mencapai tujuan
(Mustofa, 2001 : 87).
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan pengertian minat yaitu
keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar atau dari dalam diri
seseorang yang dapat menimbulkan aktifitas belajar dalam mencapai tujuan.
4. Teori tentang Metode Demonstrasi
Secara bahasa metode adalah cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai
tujuan, khususnya dalam ilmu pengetahuan.
Cardille (1986) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah suatu penyajian yang
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
3/73
dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur
yang digunakan. Metode ini disertai dengan penjelasan, illustrasi, dan pernyataan
lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat (dalam Canei, 1986 : 38).
Winarno mengemukakan bahwa metode pemecahan masalah adalah adanya
seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses
kepada seluruh kelas (Winarno, 1980 : 87). Batasan yang dikemukakan Winarno
memberikan kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan
tidak harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu
proses.
Dengan memperhatikan batasan metode pemecahan masalah seperti yang
dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa
metode pemecahan masalah merupakan format interaksi belajar mengajar yang
sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur
yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian
siswa.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian (T. Widiastuti) 2007 tentang peningkatan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPA tentang Sistem Peredaran Darah Manusia dengan metodedemonstrasi, menggunakan alat peraga. (PTK Pembelajaran IPA Kelas VI).
C. Kerangka Berpikir
Kajian pustaka dan landasan teori dari para pakar juga beberapa hasil penelitian
yang pernah dilakukan oleh para peneliti memberi gambaran penulis untuk
membuat skema tindakan dalam penelitian ini. Bagi sebagian besar siswa hasil
belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas
masih rendah. Oleh karena itulah diperlukan upaya guru untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Apabila guru menggunakan metode pemecahan masalah
dengan bantuan alat peraga, maka hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
tentang perpindahan energi panas akan meningkat. Hal ini dilakukan dalam
proses perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas dalam dua
siklus. Tindakan tersebut apabila dituangkan dalam bentuk skema akan dapat
tergambar seperti di bawah ini.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
4/73
D. Hipotesis Tindakan
Kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas mengandung praduga
bahwa penggunaan metode pemecahan masalah dengan bantuan alat peraga dapat
meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan minat siswa pada pelajaran IPA tentang
perpindahan energi panas kelas VI SD Negeri ___________, Kecamatan
___________.
Dari praduga tersebut penulis mengajukan hipotesis. Hipotesis ini yaitu :
1. Dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga dapat
meningkatkan hasil belajar IPA tentang perpindahan energi panas.
2. Dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi
panas.
3. Dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga dapat
meningkatkan minat siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.
http://4.bp.blogspot.com/-xB-1aCvQPoU/TeXMemHSm7I/AAAAAAAAAFo/pzGTOA6Xiuk/s1600/tabel+PTK+7+(1).jpg -
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
5/73
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri ___________Kecamatan
___________, Kabupaten ___________. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Januari ______ yaitu pada awal semester dua tahun ajaran ___________ sesuai
materi yang diajarkan pada semester tersebut.
Siswa kelas VI SD ___________berjumlah ____ siswa. Terdiri dari ____
perempuan dan ____ laki-laki. Siswa kelas VI cukup beragam tingkat
kemampuan prestasi belajarnya. Dari _____ siswa hanya 20 % yang mempunyai
kemampuan cukup baik, selebihnya kemampuannya di bawah rata-rata. Motivasi
belajar anak di rumah kurang dikarenakan tingkat pendidikan orang tua rendah
dan keadaan ekonomi yang pas-pasan.
Latar belakang dipilihnya kelas ini sebagai tempat penelitian adalah karena
alasan berikut ini :
a. Sesuai dengan materi dan pokok bahasan yang ada.
b. Peneliti adalah guru di kelas tersebut. Hal ini memudahkan peneliti dalammelaksanakan penelitian.
c. Berdasarkan penelitian selama semester 2, hasil belajar IPA tentang
perpindahan energi panas masih rendah. Hal ini perlu segera diupayakan
peningkatannya.
d. Penggunaan metode pemecahan masalah dengan alat peraga diupayakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, sasaran kajian dalam penelitian ini
adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang
perpindahan energi panas. Upaya peningkatkan hasil belajar, keaktifan dan minat
siswa dilakukan dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga.
B. Variabel Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data
pendukung. Sebagai sumber data utama adalah guru dan siswa kelas VI SD
Negeri ___________Kecamatan ___________, Kabupaten ___________ tahun
ajaran ___________. Data juga berasal dari studi pustaka terhadap buku-buku
nilai siswa. Adapun data pendukung diperoleh dari teman sejawat yang telah
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
6/73
bersedia menjadi observer.
Dua hal yang menjadi objek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas juga disebut variabel
independen. Variabel ini adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel ini juga
disebut variabel sebab. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan
metode pemecahan masalah dengan alat peraga untuk meningkatkan minat dan
keaktifan siswa. Sedangkan variabel terikat adalah merupakan variabel yang
tergantung. Variabel terikat sering disebut variabel dependen. Variabel ini tidak
bebas dan merupakan variabel akibat. Penelitian Tindakan Kelas ini
menggunakan variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada pelajaran IPA
tentang perpindahan energi panas.
C. Rencana Tindakan
4. Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metodePenelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Adapun langkah-langkah dari
masing-masing siklus sebagaimana tertera berikut ini :
5. a. Siklus IKegiatan penelitian dimulai dengan dilaksanakannya siklus I. Siklus ini dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan. Adapun tahapan pada siklus ini adalah sebagai disebut dibawah ini.
1. Perencanaan
Perencanaan ini merupakan refleksi awal dari kegiatan penelitian. Atas dasar dari
hasil studi pendahuluan, maka disusun perencanaan melalui beberapa tahap. Tahap-
tahap yang dilalui pada perencanaan ini adalah :
- Mendesain pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas dengan metode
pemecahan masalah menggunakan alat peraga.
- Desain pembelajaran disimulasikan.
- Masukan dari hasil simulasi digunakan untuk merevisi desain pembelajaran
berikutnya.
- Penyusunan instrumen yang diperlukan pada siklus.
2. Tindakan
Pada tahap ini, tindakan merupakan implementasi dari perencanaan-perencanaan
yang telah disimulasikan dan direvisi.
Pada siklus I ini diawali dengan mengkondisikan kelas. Pertama-tama siswa
diberikan apersepsi dan penjajakan kemampuan awal siswa. Tahap berikutnya siswa
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
7/73
diberikan informasi singkat tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari. Selain
itu diberikan pula informasi tentang tujuan yang akan dicapai. Adapun pada kegiatan
berikutnya guru merumuskan permasalahan yang telah ditentukan.
3. Pengamatan
Pada tahap ini pengamatan atau observasi dilakukan bersama dengan tahap tindakan.
Hal ini tentu karena guru sebagai peneliti sekaligus juga sebagai penyampai materi.
Pada tahap ini pula dilakukan pengumpulan data-data yang diperlukan. Tiap-tiap
tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa akan diamati oleh observer.
Observer disini adalah guru itu sendiri sebagai peneliti beserta teman sejawat.
Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah pedoman pengamatan dan lembar
penilaian yang sudah disediakan digunakan dalam tahap ini.
4. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan peneliti bersama teman sejawat. Tahap ini berisi diskusi dari
peneliti sebagai guru maupun observer dengan teman sejawat. Diskusi berisi tentang
kelebihan dan kekurangan tindakan. Hasil diskusi ini digunakan untuk menentukan
sikap yang harus dilakukan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini dilakukan pula
analisis data. Analisis ini untuk mengetahui keberhasilan tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnyaatau tidak.
b. Siklus II
Pada siklus II dilakukan satu kali pertemuan yaitu 2 x 35 menit.
1. Perencanaan
Atas dasar temuan pada siklus I maka dibuatlah rencana untuk melaksanakan siklus
II. Siklus ini merupakan penyempurnaan siklus I. Perbedaan yang mungkin ada pada
siklus II yaitu diperolehnya laporan hasil pengamatan secara utuh.
Pada tahap perencanaan ini peneliti sebagai guru membuat seperangkat pembelajaran
sebagaimana siklus I.
2. Tindakan
Sesuai dengan rancangan pembelajaran, pada siklus II ini dilakukan tindakan
sebagaimana yang ada pada rencana mengajar harian. Hal ini sama dengan yang
dilakukan pada siklus I. Namun pada siklus II penerapan metode pemecahan masalah
dengan alat peraga benar-benar diusahakan untuk meningkatkan hasil belajar, minat
dan keaktifan siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.
3. Pengamatan
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
8/73
Setelah melakukan tindakan, peneliti melakukan pengamatan pada setiap perubahan
perilaku yang dialami siswa. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan membuat catatan-catatan penting. Hal ini sebagaimana dilakukan
pada siklus I. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman pengamatan dan
lembar penilaian.
4. Refleksi
Peneliti kembali melakukan refleksi setelah melakukan tindakan dan pengamatan.
Refleksi dilakukan terhadap hasil yang didapat sebelum siklus II ini. Tujuan refleksi
adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang perpindahan energi
panas, untuk dapat dibandingkan dengan hasil setelah siklus II.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis memilih tiga teknik pengumpulan data. Ketiga teknik
tersebut adalah tes, observasi dan dokumentasi.
a. Teknik Tes
Pada penelitian ini digunakan tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA yang dilaksanakan selama proses penelitian.
b. Metode Observasi
Dalam mengamati kemampuan siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran IPAtentang perpindahan energi panas digunakan metode observasi. Dalam penelitian ini
yang diamati adalah minat dan keaktifan siswa.
c. Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda tertulis. Benda-benda
tersebut diantaranya adalah buku-buku dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya. Jadi dokumen-dokumen yang diteliti pada penelitian
ini adalah buku daftar nilai siswa kelas III tahun 2008/2009 dan kelas VI tahun
pelajaran ___________ SDN ___________Kecamatan ___________, Kabupaten
___________.
Sedangkan alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis. Ketiga
jenis alat pengumpul data adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
a. Butir Soal Tes
Butir-butir soal tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
pada penelitian ini. Instrumen ini berupa tes hasil belajar tentang perpindahan energi
panas.
b. Lembar pengamatan
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
9/73
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati perilaku siswa. Pengamatan
dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan pada akhir proses
pembelajaran.
c. Skala Penilaian untuk Studi Dokumentasi
Pada penelitian ini dilakukan studi dokumentasi. Studi dilakukan terhadap buku
siswa, sedangkan yang menjadi cakupan studi adalah buku daftar nilai kelas III tahun
pelajaran 2008/2009 dan kelas VI tahun pelajaran ___________ SD ___________,
Kecamatan ___________, Kabupaten ___________.
E. Indikator Kerja
Sebagai sebuah penelitian tindakan kelas perlu adanya indikator. Indikator digunakan
untuk mengukur tingkat keberhasilan dari penelitian. Apabila indikator terpenuhi,
penelitian dikatakan berhasil. Adapun indikator Penelitian Tindakan Kelas dibedakan
dalam dua kelompok.
a. Indikator Umum
Indikator umum dari penelitian ini adalah sebagaimana disebut di bawah ini
1. Guru dapat mengelola pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna.
2. Guru dapat membuat aktivitas pembelajaran siswa meningkat.
b. Indikator KhususAtas dasar hasil pembelajaran sebelum diupayakan peningkatan hasil belajar IPA
tentang perpindahan energi panas pada siklus I dengan hasil rata-rata di bawah 75 %.
Maka indikator kinerja setelah tindakan pada siklus II diharapkan meningkat menjadi
lebih dari 75%. Jadi persentasi ketuntasan belajar IPA tentang perpindahan energi
panas diharapkan mencapai 75 % keatas.
F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian dilakukan juga analisis data karena analisis data merupakan bagian
yang penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena analisis data
yang diperoleh pada penelitian memberi arti penting. Dalam hal ini peneliti
menggunakan analisis deskriptif komparatif. Digunakannya analisis deskriptif
komparatif sebab untuk membandingkan nilai tes antar siklus dan indikator kerja.
Dilakukannya analisis data semenjak awal sampai akhir proses penelitian. Karena hal
ini merupakan kesatuan yang tak terpisahkan antara tahap pengumpulan dan analisis
data. Dalam menganalisis data dilakukan juga dengan metode deskriptif persentase.
Sedangkan data hasil observasi dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif
dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
10/73
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di
tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman
belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan
kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan metode Pemecahan
Masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.Dalam kenyataannya, proses belajar mengajar di SMPN 2 Munjul saat ini masih
cenderung menggunakan metode tradisional, aktivitas pembelajaran masih didominasi
oleh metode ceramah, sehingga hasil belajar siswa secara umum masih rendah.
Berdasarkan data, masih banyak siswa Kelas VIIA yang belum mampu mencapai nilai
yang dipersyaratkan, yaitu nilai 60. Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Munjul dinyatakan telah
tuntas belajar Ilmu Pengetahuan Alam apabila siswa mampu mencapai nilai 60.
Melihat kenyataan ini, saya selaku guru di SMPN 2 Munjul berupaya meningkatkan hasil
belajar siswa dengan mengoptimalkan aktivitas pembelajaran, membuat alat peraga
murah, dan mendesain skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam belajar, misalnya dengan menerapkan Metode belajar aktif, yaitu sebuah Metode
pembelajaran yang penulis peroleh pada waktu pelatihan Ilmu Pengetahuan Alam dalam
kegiatan MGMP.
Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis berupaya dengan berbagai cara, salah
satunya dengan mencoba menerapkan Metode Pemecahan Masalah . Melalui metode ini,
penulis berharap aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan signifikan.
Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini untuk kembali pada
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran IPA yang berorientasi target penguasaan materi IPA,
seperti menghapal definisi atau pengertian-pengertian terbukti berhasil dalam kompetisi
jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan hidup.
Melihat kenyataan ini, penulis beranggapan bahwa penerapan Metode Pemecahan
Masalah dalam pembelajaran IPA dapat memecahkan permasalahan yang dialami para
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
11/73
guru dan siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Sehingga, sekarang ini
penerapan metode Pemecahan Masalah dalam mata pelajaran IPA menjadi tumpuan
harapan para guru dalam upaya menghidupkan aktivitas siswa dalam pembelajaransecara maksimal. Sehingga, Pelajaran IPA tidak lagi dianggap sebagai mata pelajaran
yang sama dengan pelajaran sastra yang sarat dengan hapalan-hapalan.
Ada beberapa alasan mengapa Metode Pemecahan Masalah dikembangkan sekarang
ini, diantaranya: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsisten dan inkonsistensi, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, (3)
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain
melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Dengan penerapan metode pemecahan masalah diharapkan pembelajaran akan lebihbermakna, menarik dan memuncukan kreativitas bagi siswa karena Metode pemecahan
masalah dapat dikatakan sebagai muara dalam belajar IPA, sebab berbagai aspek
(kognitif, afektif, dan psikomotor) terlibat di dalamnya. Misalnya, jika kita sedang
menghadapi permasalahan dengan meneliti fenomena alam, maka siswa akan berupaya
untuk mencari penyebab mengapa hal itu bisa terjadi dengan menggunakan metode
ilmiah yang dipahaminya. Di pihak lain kita dituntut untuk menerima permasalahan
sebagai suatu tantangan yang harus dicarikan solusinya, dan akhirnya kita harus
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pemecahan masalah dalam bentuk
perbuatan nyata.
Strategi pembelajaran dalam bidang studi IPA dengan menggunakan metode Pemecahan
Masalah lebih mementingkan proses daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, danmelaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya.
Dalam konteks ini siswa harus mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status
apa mereka dan bagaimana cara mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari
akan sangat berguna bagi kehidupannya nanti. Dengan begitu mereka akan memposisikan
sebagai dirinya sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka
mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya untuk mencapainya. Dalam
upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing bukan sekedar
sebagai pengajar atau pentransfer ilmu pengetahuan belaka.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian terhadap upaya
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan
metode eksperimen. Oleh karena itu, penulis menetapkan judul penelitian Penerapan
Metode Eskperimen Sebagai Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa IPA
pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VIIA SMPN 2 Munjul
.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, di antaranya :
1) Apakah metode ekaperimen sesuai untuk digunakan pada mata pelajaran IPA dalam
Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ?.
2) Bagaimanakan cara menerapkan metode eksperiman pada Materi Mengidentifikasi
Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA?.
3) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam Materi
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
12/73
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa?.
4) Apakah metode Pemecahan Masalah sesuai digunakan dalam Materi
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup pada mata pelajaran IPA dibanding denganmetode yang lain ?.
5) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup?.
6) Bagaimanakah hasil belajar siswa pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk
Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen?
7) Bagaimanakah kesesuaian metode ekserimen pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri
Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA?.
8) Apakah terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Materi
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan penggunaan
metode Pemecahan Masalah ?.
9) Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa siswa pada pembelajaran Materi
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan penggunaanmetode Pemecahan Masalah ?.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan maslah-masal yang terdapat pada identifikasi masalah, maka perlu
kiranya ada pembatasan masalah. Adapaun pembatasan masalah dalam penelitian ini,
antara lain :
1) Penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam Materi
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa.
2) Penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup .
C. Rumusan MasalahMasalah yang dijadikan fokus penelitian harus dirumuskan secara jelas dan operasional,
sehingga nampak jelas ruang lingkupnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini penulis
rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam
Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa?
2) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup.
D. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Demikian pula dengan penelitian ini. Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui bahwa metode Pemecahan Masalah pada pembelajaran IPA
dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas
siswa;
2) Untuk mengetahui penerapan metode Pemecahan Masalah dalam pembelajaran IPA
Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
E. Manfaat Penelitian
Segala sesuatu kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai manfaat yang dapat diambil.
Demikian pula dengan penelitian ini. Manfaat bermanfaat bagi peneliti, siswa, guru dan
lembaga.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
13/73
1) Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah wawasan dan disiplin ilmu pada
umumnya dan penerapan Metode Pemecahan Masalah pada pembelajaran IPA
khususnya;2) Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini memudahkan siswa dalam menerima materi
pelajaran;
3) Manfaat bagi guru untuk menambah wawasan dan disiplin ilmu terutama dalam
merancang dan memilih Metode pembelajaran yang dapat mengotimalkan potensi,
kompetensi dan kreativitas yang dimiliki siswa;
4) Sebagai bahan masukan yang positif dalam pembinaan profesi guru dengan
mempertimbangkan tingkat kreativitas guru dalam merancang sistem pembelajaran yang
aktif, kreatif dan menyenangkan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi mata pelajaran
fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya sangat berperan dalam
membantu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui
metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala
isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dantersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi
empat unsur utama yaitu:
(1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur
yang benar; IPA bersifat open ended;
(2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
(3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
(4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
14/73
dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehinggapeserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena
alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan
bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini
adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori
dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian.
Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered,
guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi
faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah.
Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas
berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum
menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para
guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per
kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang
kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu,
diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan
teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar.
Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran
IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena merekatak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap
berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan
efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang
dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan
sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan
lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini
ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran
tanpa meninggalkan isi kurikulum.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun
pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar
berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan
suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam
IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
15/73
memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup
pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahamijawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentanggejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu
sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang
meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari
hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum
yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta
didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan
IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajaridiri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah.
Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencaritahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahamanyang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut
dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau enquiry skills yang meliputimengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,
merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah,
dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan
sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan
gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikapdan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis,
tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan
kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman
pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran
fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji
suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap
kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir
kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan
matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4)
memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan
dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan
IPA dalam menjawab berbagai masalah.
3. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik
masih dalam lingkup disiplin ilmu fisika, kimia, dan biologi. Banyak ahli yang
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
16/73
menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu
dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat
berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnyamasih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam
bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-
pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya
tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih
banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan
pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas
tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan
materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan
kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun
metodologi.
b) Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi
pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan
kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini,
pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk
mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep
pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model
pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik
digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungankonseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah,
teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi
dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila
mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
c) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta
biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di
samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah
pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang
memiliki kesamaan atau keterkaitan.
B. Metode Pemecahan Masalah
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau
biasanya disebut metode mengajar.
Dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan
guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
17/73
cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,
keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu
menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun untukmenjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan
agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam
menghadapi segala persoalan.
Metode pemecahan masalah digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan
jawaban atau pemecahan masalah. Sebagai metode mengajar, metode pemecahan
masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa. Dengan metode ini, para
siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja ilmiah.
1. Pengertian Metode Pemecahan Masalah
Menurut Nahrowi Adjie dan Maulana, (2006 : 37) pembelajaran pemecahan masalah
IPA dapat dikatakan sebagai muara dalam belajar IPA, sebab berbagai aspek (kognitif,
afektif, dan psikomotor) terlibat di dalamnya.Metode pemecahan masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan
untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh
siswa.
Metode pemecahan masalah ini sering dinamakan atau disebut juga dengan
eksperimen method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk.,
1991 : 146).
Dengan demikian, metode pemecahan masalah adalah sebuah metode pembelajaran
yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya.
Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan
sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu
masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.
2. Langkah-langkah Metode Pemecahan Masalah
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan masalah dapat disarikan
sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang dipandang penting;
b. Merumuskan masalah;
c. Analisa hipotesa;
d. Mengumpulkan data;
e. Analisa data;
f. Mengambil kesimpulan
g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan
h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).
Dengan cara tersebut diharapkan anak-anak didik untuk berpikir dan bekerja sesuai
dengan prinsip-prinsip ilmiah. Metode ini lebih tepat digunakan di kelas tinggi.
Sedangkan menurut Nahrowi Adjie dan Maulana (2006 : 46-51) langkah-langkah
penyelesaian masalah antara lain adalah; (1) memahami soal, (2) memilih pendekatan
atau strategi, (3) menyelesaikan model, dan (4) menafsirkan solusi.
Pada prinsipnya kedua langkah penyelesaian masalah di atas adalah sama, hanya saja
pendapat yang kedua lebih singkat dan padat. Berkaitan dengan masalah penelitian ini
penulis lebih cenderung menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah
matematika yang dikemukakan oleh Nahrowi Adjie dan Maulana, karena lebih sederhana
dan mudah dipahami.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
18/73
3. Teknik Pembelajaran Pemecahan Masalah IPA
Salah satu tugas guru dalam proses pembelajaran adalah memilih metode dan teknik
pembelajaran, di samping menentukan tujuan, mendalami materi, memilih alat/media,dan menentukan alat evaluasi. Keterampilan guru dalam menentukan teknik pembelajaran
yang tepat akan sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran. Oleh
karena itu, guru harus profesional dalam menentukan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik Materi pembelajaran.
C. Aktivitas Belajar
Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Teachingis the guidance of learning activities, teaching is for purfose of aiding the pupil learn,demikian pendapat William Burton.
Dengan demikian, aktivitas sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga
muridlah yang seharusnya terlibat aktif, sebab murid sebagai subjek didik adalah yang
merencanakan, dania sendiri yang melaksanakan belajar mengajar (Usman, 1995: 21).Aktivitas memiliki pengertian sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang. Aktivitas
berasal dari bahasa Inggris Activity diartikan sebagai kegiatan. Sedangkan dalama Kamus
Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan (Depdikbud, 1989: 17).
Pada kenyataan di sekolah-sekolah sering guru yang aktif sehingga murid tidak diberi
kesempatan untulk aktif. Betapa pentingnya aktivitas murid dalam proses belajar
mengajar sehingga John Dewey, sebagai tokoh pendidikan, mengemukakan prinsip ini
melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by doing. Bahkan jauh sebelumnya
para tokoh pendidikan lainnya seperti Rousseau, Pestalozi, Frobel, dan Montessory telah
mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini.
Menurut Usman (1995: 22) aktivitas belajar murid yang dimaksud disini adalah aktivitas
jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalambeberapa hal.
(1) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen, dan demontrasi;
(2) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab,
diskusi dan menyanyi;
(3) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru,
ceramah, pengarahan;
(4) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis; dan
(5) Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah,
membuat surat.
Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung
pada segi tujuan mana ayang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Yang jelas,
aktivitas kegiatan belajar murid hendaknya memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar mertupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar siswa
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam belajar karena tanpa aktivitas belajar
tidak mungkin pembealajaran yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan baik.
D. Hasil Belajar
Menurut Usman, (2001: 5) Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkahlaku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya. Dalam pengertian ini ada kata perubahan yang berarti bahwa seseorang
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
19/73
telah mengalami proses belajar, ia akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, daritidak sopan menjadi sopan. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan belajar di antaranya
ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Menurut Hamalik (2001: 30) Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasilbelajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun
aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler
mapun instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar yang dikembangkan
Benyamin S. Bloom. Secara garis besar Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah
atau takson yakin; ranah kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga kemudian tiga ranah
ini disebut Taksonomi Bloom.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Yang menjadi objek tindakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIIA SMPN 2
Munjul Kabupaten Pandeglang berjumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-
laki 17 siswa perempuan.
B. Subyek dan Lokasi penelitian
Subyek utama dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan metode pemecahan
masalah Kelas VIIA SMPN 2 Munjul Kecamatan Mandawangi Kabupaten Pandeglang.
Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Munjul pada jadwal pelajaran IPAdengan Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup , yang menjadi pertimbangan
peneliti menetapkan SMPN 2 Munjul sebagai lokasi atau tempat penelitian adalah
letaknya yang strategis, dan hanya berjarak 100 meter dari pusat pemerintahan
Kabupaten Pandeglang serta berada di tengah kota sekaligus sebagai tempat mengajar
peneliti serta izin dan penerimaan yang terbuka dari seluruh guru dan kepala sekolah.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian pada hakekatnya merupakan pembuktian dari hipotesis, dalam
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan diperlukan metode yang tepat. Dalam penelitian
ini, penulis akan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penulis
memilih metode ini karena dalam pelaksanaannya membutuhkan tindakan yang
komprehensip terhadap seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga diperoleh sesuatu hasil atau solusi berupa pemecahan masalah. Hasil itulah yang
akan menegaskan bagaimana hubungan kausal antara siklus-siklus yang di selidiki.
John Elliot mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang
situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh
prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh
menciptakan lingkungan yang diperlukan (Jhon Eliot dalam Depdiknas, 2003 : 7).
Kemmis dan Mac Taggart (dalam Depdiknas, 2003 : 7), mendefinisikan bahwa
yang dimaksud dengan PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan
oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan
praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
Dalam upaya memperoleh fakta riil tentang penerapan Metode pembelajaran
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
20/73
pemecahan masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Penelitian
Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan MacTaggart. Model
yang dikembangkan oleh kedua ahli ini mengembangkan empat komponen PenelitianTindakan Kelas yang meliputi; (1) perencanaan (planning); (2) aksi/tindakan (acting); (3)
observasi (observing); dan (5) refleksi (reflecting).
Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart,
ada beberapa kegiatan atau langkah yang dilakukan sesudah suatu siklus selesai
diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang (replanning) atau revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya.
Selanjutnya, berdasarkan perencanaan ulang (replanning) tersebut dilaksanakan dalam
siklus tersendiri. Demikian untuk seterusnya, satu siklus diikuti dengan siklus berikutnya,
sehingga Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart dapat
dilakukan dengan beberapa kali siklus. Pada kegiatan refleksi, peneliti mengkaji, melihat
dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai criteria.
Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru melakukan revisi atauperbaikan terhadap rencana awal.
D. Metode Analisis Data
Dalam mengumpulkan dan mengolah data, penulis menggunakan berbagai teknik
penelitian untuk mendapatkan atau menjaring data penelitian. Teknik penelitian yang
digunakan adalah telaah pustaka, observasi, dan teknik pemecahan masalahan.
Pelaksanaan penelitian, diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang
muncul dalam proses pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan
menggunakan Metode pemecahan masalah. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap tahap
siklus, untuk selanjutnya permasalahan tersebut diidentifikasi dengan menggunakan
tindakan berdasarkan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis
dan McTaggart. Penulis beranggapan model ini mudah dipahami dan langkah-langkahkegiatannya jelas. Langkah-langkah kegiatan yang penulis rancang sesuai dengan siklus
tindakan perbaikan yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart, adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Berdasarkan hasil diskusi pada tahap refleksi dalam kegiatan pra siklus, disepakati
untuk menyusun sebuah perencanaan kegiatan, sebagai berikut:
a) Perencanaan
1) Membuat RPP tentang pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ;
2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ;
3) Guru merencanakan penggunaan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dan siswa harus terlibat secara aktif selama
proses pembelajaran berlangsung;
4) Peneliti membuat daftar pertanyaan untuk wawancara dengan guru Kelas VIIA
SMPN 2 Munjul , dalam hal ini bertindak sebagai responden;
5) Peneliti dan guru Kelas VIIA membuat daftar analisis portofolio hasil belajar IPA
yang didokumentasikan dalam bentuk portofolio.
6) Peneliti mempersiapkan pedoman observasi untuk guru dan siswa; dan
7) Memeriksa hasil evaluasi siswa pada pembelajaran yang baru diobservasi.
b) Tindakan
Pada tahap ini guru, mulai melakukan tindakan yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
21/73
1) Guru melaksanakan pembelajaran matematika di Kelas VIIA SMPN 2 Munjul pada
Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan metode
pemecahan masalah;2) Penulis mengamati secara cermat aktivitas guru dan siswa dengan menggunkan
pedoman observasi; dan
3) Peneliti mengidentifikasi aktifitas pembelajaran dan mencatat dengan cermat setiap
poin yang terlihat sesuai dengan data yang muncul dalam pembelajaran;
4) Peneliti dan guru memeriksa hasil belajar siswa setelah pembelajaran berakhir.
c) Observasi
Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran IPA yang berlangsung di
kelas dengan menggunakan pedoman observasi. Aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran diamati secara cermat, termsuk kelemahan dan kekurangan yang muncul
ketika guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan
masalah. Data tentang kekurangan dan kelemahan guru dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus I, dijadikan acuan pertimbangan bahan refleksi dan perbaikan pada kegiatansiklus berikutnya.
d) Refleksi
Pada kegiatan refleksi, peneliti bersama guru berdiskusi kembali tentang hasil yang
diperoleh pada tahap observasi, kemudian berupaya dengan cermat mengkaji aktivitas
pembelajaran yang tidak sesuai dan masih terdapat kekurangan atau kelemahan untuk
diperbaiki pada langkah selanjutnya dalam siklus kedua.
1.1 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan tindakan biasanya ditetapkan berdasarkan suatu ukuran standar
yang berlaku. Misalnya, pencapaian penguasaan kompetensi sebesar 75% ditetapkan
sebagai ambang batas ketuntasan belajar pada saat dilaksanakan tes awal, nilai peserta
didik berkisar pada angka 60), maka pencapaian hasil yang belum sampai 70-75%diartikan perlu dilakukan tindakan lagi atau siklus berikutnya (Uzher, 1993). Berdasarkan
nilai KKM kelas yaitu 60, maka indikator keberhasilan untuk siklus I adalah apabila
prosentase kelulusan mencapai 35-70%.
2. Siklus II
Siklus kedua dilakukan sebagai upaya perbaikan pada tindakan hasil observasi
pada siklus pertama. Siklus kedua penulis susun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Perencanaan
Peneliti merencanakan suatu tindakan yang dapat memperbaiki serta
mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga diperoleh hasil
yang lebih baik sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
1) Peneliti menyusun pedoman observasi untuk guru dan siswa;
2) Peneliti dan guru menyusun dan merevisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada
Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ;
3) Guru dibantu peneliti, mempersiapkan alat peraga dan sarana penunjang
pembelajaran lainnya yang dibutuhkan.
b) Tindakan
Pada tahap tindakan, guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
1) Guru mempraktekan kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran hasil perbaikan pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri
Makhluk Hidup ;
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
22/73
2) Peneliti mengamati dengan cermat kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
pedoman observasi;
3) Peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan salah seorang siswa sebagaiperwakilan siswa tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan
masalah; dan
4) Peneliti dan guru memeriksa dan menginterpretasikan data hasil belajar siswa.
c) Observasi
Pada tahap observasi, peneliti mengamati aktivitas belajar mengajar siswa dan
guru dengan mencatat hal-hal yang belum dilaksanakan guru. Hal-hal yang belum
dilaksanakan guru dan siswa pada siklus kedua akan dijadikan bahan refleksi untuk
perbaikan pada siklus ketiga.
d) Refleksi
Peneliti dan guru mengadakan diskusi mengenai proses pembelajaran yangtelah dilaksanakan dan membicarakan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada
pembelajaran siklus kedua. Peneliti dan guru mengevaluasi temuan-temuan yang
dihasilkan melalui observasi yang berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa.
2.1 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada siklus II diambil berdasarkan dari hasil nilai rata-rata siswa
yang didapat pada siklus I yaitu antara 70-80%
E. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (1999: 173) mengemukakan bahwa instrumen adalah alat padawaktu peneliti menggunakan metode. Dalam penelitian ini, penulis menggunakaninstrumen tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapateknik dalam mengumpulkan data, adapun teknik tersebut adalah:
1. Test
Test dalam penelitian ini adalah test tertulis obyektif dengan bentuk soal isian
yang diberikan untuk mengetahui tingkat daya serap siswa terhadap materi pembelajaran
pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup . Dari hasil tes akan diperoleh data
yang valid tentang kemampuan siswa dalam memahami Materi pembelajaran
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA. Kriteria penilaian yang digunakan adalah setiap soal mempunyai bobot nilai dua jika
siswa menjawab benar dan kosong jika siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar.
Jumlah soal 10 buah masing-masing soal mempunyai skor 1, jadi total skor 10.
2. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati secara seksama setiap aktivitas guru
dan siswa dalam pembelajaran IPA. Kegiatan observasi ini dilakukan secara langsung
terhadap objek dan subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang
aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan.
Observasi pada siswa dilakukan untuk mengetahui motivasi dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan Metode
Pemecahan Masalah.
Kriteria penilaian yang digunakan adalah jika anak menjawab aktif maka nilainya 1 dan
jika menjawab tidak aktif mendapat nilai 0. Total skor ideal atau nilai yang diperoleh
adalah 10.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
23/73
3. Dokumentasi
Dokumentasi pada pelaksanaannya adalah mendokumentasikan kegiatan
pembelajaran melalui foto kegiatan. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis menggunakankamera foto untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung. Foto kegiatan
pembelajaran akan memperlihatkan secara visual aktivitas siswa pada saat pembelajaran
IPA berlangsung dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan
menggunakan penerapan metode Pemecahan Masalah .
F. Teknik Pembahasan
Langkah awal yang dilakukan setelah data terkumpul adalah melakukan editing,
yang artinya data perlu dibaca kembali untuk melihat dan memperbaiki kualitas data yang
diperoleh. Sebenarnya maksud diadakannya editing adalah untuk melihat apakah data
tersebut bersifat konsisten atau tidak.
Data yang telah terkumpul menjadi acuan dalam melakukan analisis dan verifikasi
data yang diperoleh selama kegiatan penelitian berlangsung. Data yang telah terkumpulkemudian diseleksi, dikelompokkan dan divalidasi.
Data yang telah diseleksi dan dikelompokkan selanjutnya dimodifikasi sesuai
dengan model yang dikembangkan. Penelitian yang penulis lakukan ditujukan pada
aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. Sehingga, data yang dikumpulkan
merupakan data dari perilaku peserta didik dan guru dalam pembelajaran, yaitu meliputi
tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam pembelajaran
Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan Metode
pemecahan masalah.
Secara garis besar pengolahan data dalam penelitian ini mencakup tiga tahap, yaitu
tahap persiapan, pentabulasian dan penerapan data. Tahap persiapan meliputi; (1)
mengecek kelengkapan data dan alat pengumpul data; (2) membuat persentase (%)
keberhasilan pembelajaran. Tahap pentabulasian data, meliputi (1) penilaian terhadapkegiatan yang dilakukan siswa dan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
evalusai pembelajaran; (2) pemberian skor atau nilai terhadap hasil tes IPA pada Materi
Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup . Skor nilai yang diperoleh siswa kemudian
dikumpulkan dan dirata-ratakan pada setiap siklusnya; dan (3) menjumlahkan nilai hasil
belajar siswa untuk menentukan prosesntase keberhasilan pembelajaran. Tahap Penerapan
data, pada tahap ini peneliti berupaya menafsirkan hasil penelitian sesuai dengan
hipotesis tindakan yang diajukan. Pada tahap penerapan data ini, benar atau tidaknya
hipotesis yang diajukan dapat diketahui; hipotesis diterima atau ditolak. Maka dengan
demikian, peneliti dapat menentukan kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan
terhadap seluruh rangkaian pembelajaran yang telah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta .
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta:
Depdikbud.
Depdiknas. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dikdasmen.
Dryden, Gordon dan Vos Jeannette (2000) Revolusi Cara Belajar (The Learning
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
24/73
Revolution). Terjemahan. Bandung : Kaifa.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:Grafindo.
Engkoswara, dkk. (1994). Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah Untuk Angka Kredit Guru
SD. Bandung : Karang Sewu.
Hatimah, Ihat, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Khafid, M. dan Suyati. (2004). Pelajaran Matematika Penekanan Pada Berhitung Untuk
Sekolah dasar. Jakarta: Erlangga.
Meier, Dave (2005). The Accelerated Learning Hand Book. (Terjemahan) Bandung:
Kaifa.
Nasution. (2001). Metode Research (Penelitian Ilmiah) Usul Tesis Desain Penelitian
Hipotesis Validitas Sampling Populasi Observasi Wawancara Angket. Jakarta : Bumi
Aksara.
Roestiyah N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rukmana, Ade dan Suryana, Asep. ( 2006). Pengelolaan Kelas. Bandung: UPI Press.
Sasmitahardja. (1996). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Depdikbud.
Saud, Udin Saefudin dan Suherman, Ayi. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPIPress.
Semiawan. (1990) Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Bandung :
Rosdakarya.
Semiawan. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Sudjana, Nana. (1995). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Karang Sewu.
Uzer, Moh. Usman dan Setiawati, Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Rosdakarya.
Pratiwi, D.A. (2000). Penuntun Biologi SMU Kelas 3. Jakarta: Erlangga.
Popham, W. James dan Baker, Eva L. (2001). Establising Instructional Gools and
Systematic Intruction .Teknik Mengaajar Secara Sistematis. (Terjemahan). Jakarta:
Rineka Cipta.
Widayanti, N. (2004). Pengertian Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup . (online).
Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup .
(10:50).03 Juni 2006.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
25/73
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prosentase ketercapaian atas
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diperioleh siswa kelas VIIIA SMPN 1
Cadasari. Dari jumlah siswa 36 orang yang mengikuti post tes pada bahan ajarPancasilasebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara dengan pembelajaran model Cooperatif
Leraning, hanya 17 orang yang dapat dinyatakan lulus (47,22%) dan sisanya sekitar 19
orang dinyatakan belum lulus (52,78%). Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar
dalam bahan ajar tersebut dapat dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan tersebut
terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa hanya mencapai 47,22%. Prosentase
tersebut jauh dari prosentase ideal antara 80% - 100%. Bahkan prosentase kelulusan
tersebut ternyata lebih kecil daripada prosentase ketidaklulusan. Oleh karena itu, untuk
kasus tersebut perlu diadakan remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini
penulis lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
Rumusan permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas upayapenerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran terhadap
peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn khusus dalam materiIdeologi Pancasila pada siswa kelas VIII A SMPN 1 Cadasari, Pandeglang.Adapun tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) untuk mengetahui
penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran dalam pembelajaran
PKn; dan (2) untuk mengetahui efektivitas penerapan Metode Tanya Jawab dengan
variasi media pembelajaran dalam pembelajaran PKn terhadap peningkatan hasil belajar
siswa;
Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 3 siklus penelitian
dapat disimpulkan:
1. Selama berlangsung PTK, upaya penerapan metode Tanya Jawab dangan variasi media
pembelajaran telah dikelola dengan baik.
2. Kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya Jawab dengan variasi media yang
dikelola dengan baik ternyata cukup efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa3. Media pembelajaran membuat karangan dan menggambaryang divariasikan dengan
Metode Tanya Jawab ternyata cukup efektif untuk menyampaikan materi Pancasila
sebagai Dasar Negara dan sebagai Ideologi Negara.
4. Hipotesis tindakan yang menyatakan apabila upaya penerapan metode Tanya Jawabdangan variasi media pembelajaran dapat berjalan efekltif, maka hasil belajar siswa akan
meningkatdapat diterima.
Kata Kunci: Upaya, stimulus, dan Metode Tanya Jawab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang
tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya ialah kemampuan
mengembangkan model pembelajaran.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
26/73
Dalam mengembangkan model pembelajaran seorang guru harus dapat
menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran, dan
sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model
pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai
dapat terwujud.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, khususnya dalam pembelajaran
PKn di daerah-daerah yang sumber daya manusianya masih kurang, guru mengalamai
kesulitan dalam mengembangkan model pembeajaran Cooperatif Learning. Ini pun terjadi
di SMPN 1 Cadasari pada kelas VIII A dari jumlah siswa 36 orang yang mengikuti post
tes pada materi Ideologi Pancasila dengan pembelajaran model Cooperatif Leraning,
hanya 17 orang yang dapat dinyatakan lulus (47,22%) dan sisanya sekitar 19 orang
dinyatakan belum lulus (52,78%). (Data selangkapnya dapat dilihat pada tabel di
lampiran).
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar PKn pada kelas VIIIA materi
Ideologi Pancasila dapat dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan tersebut terlihat dari
bukti prosentase kelulusan seluruh siswa hanya mencapai 47,22%. Prosentase tersebut
jauh dari prosentase ideal antara 80% - 100%. Bahkan prosentase kelulusan tersebut
ternyata lebih kecil daripada prosentase ketidaklulusan. Oleh karena itu, untuk kasustersebut perlu diadakan remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini
penulis lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
Dalam rangka meningkatan prosentase kelulusan atau hasil belajar siswa kelas
VIIIA tersebut, tentunya guru dituntut merancang model pembelajaran yang lebih tepat
serta penerapan media pembelajaran yang variatif. Berdasarkan kenyataan itulah penulis
(guru) mencoba mengadakan PTK melalui penerapan model pembelajarn questioning
dengan berbagai variasi media pembelajaran.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang teridentifikasi dalam penelitian
ini adalah:
1. Hasil pembelajaran materi Ideologi Pancasila dalam mata pelajaran PKn Kelas VIII A
SMPN 1 Cadasari dengan model pembelajaran Cooperatif Learning masih kurang
memuaskan.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
27/73
2. Terdapat banyak factor yang menyebabkan hasil belajar kurang optimal. Salah satu
penyebabnya adalah ketidaktepataan penggunaan model Cooperatif Learining dalam
pembelajaran materi Ideologi Pancasila pada kelas VIII A SMPN 1 Cadasari.
3. Perlu adanya model pembelajaran lain yang digunakan untuk peningkatan hasil
belajaran PKn dalam materi Ideologi Pancasila di kelas VIII A SMPN 1 Cadasari, yang
salah satunya adalah penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah:
Bagaimana efektivitas upaya penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi mediapembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn
khusus dalam materi Ideologi Pancasila pada siswa kelas VIII A SMPN 1 Cadasari
D. Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
(1) untuk mengetahui penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran
dalam pembelajaran PKn.
(2) untuk mengetahui efektivitas penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media
pembelajaran dalam pembelajaran PKn terhadap peningkatan hasil belajar siswa;
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
(1) sebagai bahan pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan strategi (penerapan
metode, model dan langkah-langkah) pembelajaran PKn selanjutnya;
(2) diharapkan dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan; dan
(3) semoga dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PKn di
lapangan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
28/73
Bab II Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan, berisi ulasan singkat berdasarkan teori yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian dan pengajuan hipotesis tindakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan penelitian.
Bab III Metode Penelitian, berisi seeting penelitian, persiapan penelitian, siklus penelitian,teknik
pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, berisi data laparangan dan hasil analisis yang diperoleh pada tiap siklus
penelitian
Bab V Simpulan dan Saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Hakekat Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Pembicaraan tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah
kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat dipahami
sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi)
kurikulum., atau pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.
Munandir (2000:255) memberikan batasan mengenai pembelajaran
sebagai berikut: Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya mengacu ke
segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan
peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut.
Selanjuntnya Gagne dalam Munandir (2000:256) menjelaskan bahwa:
Pembelajaran tersusun atas seperangkat peristiwa (event) yang ada di luardiri si belajar, diatur untuk maksud mendukung proses belajar yang terjadi
dalam diri si belajar tadi. Peristiwa-peristiwa pembelajaran itu adalah: (1)
menarik (membangkitkan) perhatian, (ii) memberitahukan tujuan belajar,
(iii) mengingat kembali hasil belajar prasyarat (apa yang dipelajari), (iv)
menyajikan stimulus, (v) memberikan bimbingan belajar, (vi)
memunculkan perbuatan (kinerja) belajar, (vii) memberikan balikan
(feedback), (viii) menilai kinerja belajar, dan meningkatkan retensi dan
transfer.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
29/73
Berdasarkan hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran
bisa berlangsung tanpa kehadiran guru. Kalaupun guru hadir, ia bukan seorang
penyampai bahan, atau penyaji materi, melainkan sekedar media, guru adalah
media, dan ia salah satu saja dari media pembelajaran. Pembelajaran tanpa seorang
guru mengasumsikan kemandirian dan otoaktivitas siswa selaku pebelajar.
Selanjutnya Depdiknas (2002:9) memberikan definisi pembelajaran sebagai
berikut:
Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyekdidik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan
dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapaitujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian,
jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka berarti
pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangkaian upaya atau
kegitan guru dalam rangka membuat siswa belajar.
Berdasarkan analisis teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang guru
dalam rangka menghasilkan terjadinya peristiwa belajar pada diri siswa untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
2) Perencanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang
dilakukan guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara tertulis yang
dituangkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus pada
hakekatnya adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam buku Panduan Penyusunan KTSP BNSP (2006:14),
sebagai berikut:
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
30/73
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dansumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Berdasarkan uraian di atas komponen silabus harus memuat standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Dalam menyusun silabus guru harus memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan silabus. BNSP (2006:10-11) telah menetapkan penyusunan silabus, yakni:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta
didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik,
serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8) MenyeluruhKomponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).
Adapun langkah-langkah pengembangan atau penyusunan silabus, adalah:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana
tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak
harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI;
b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
31/73
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi
dasar dengan mempertimbangkan:
a. potensi peserta didik;b. relevansi dengan karakteristik daerah,
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
d. kebermanfaatan bagi peserta didik;
e. struktur keilmuan;
f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h. alokasi waktu.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaiankompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta
didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi
pembelajaran.
b Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsurpenciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa
dan materi.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.
5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi
seseorang terhadap kelompoknya.
-
7/31/2019 Cacah Ptk Pkn
32/73
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitansiswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi
peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)
misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah mingguefektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan
fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.
Berikut contoh format pengembangan silbaus:
SILABUS
Nama Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/semester :
Standar Kompetensi :
Alokasi Waktu :
KompetensiDasar
MateriPokok/
Pembe