cacah ptk pkn

Upload: mas-demang

Post on 05-Apr-2018

263 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    1/73

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Hasil BelajarHasil belajar atau yang disebut prestasi belajar dalam penelitian ini adalah

    berupa angka-angka tertentu yang tercatum dalam nilai raport, prestasi adalah hasil

    yang telah dicapai atau dilakukan. Selanjutnya Winkel (2004 : 162) menyatakan

    prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai, belajar adalah suatu proses

    mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan

    atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga

    menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Secara singkat belajar

    merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang merupakan hasil dari

    pengalaman

    Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

    mengalami aktifitas belajar (Anni, 2004 : 4).

    Hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh

    (komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, efektif dan psikhomotorik secara

    terpadu terhadap diri siswa (Dimyati, 1991 : 2).

    Dengan demikian dapat disimpulkan secara umum pengertian hasil belajar yaitu

    bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri dari

    unsur kognitif, efektif dan psikhomotorik secara terpadu terhaap diri siswa setelah

    mengalami aktifitas belajar.

    2. Teori Keaktifan Siswa3. Keaktifan adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk

    mencapai hasil belajar (Anni, 2004 : 52).

    Keaktifan adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai

    dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya (Mutohir dkk, 1996 : 4).

    Menurut Ardhana (2009) keaktifan siswa dapat dilihat dari :

    a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.b. Kerjasama dalam kelompok.c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli.d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    2/73

    e. Memberi kesempatan berpendapat pada teman dalam kelompokf. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.g. Memberi gagasan yang cemerlang.h. Membuat perencanaan dan pembagian tugas yang matang.i. Keputusan berdasarkan pertimbangan kelompok lain.

    j. Memanfaatkan potensi anggota kelompok.k. Saling membantu dan menyelesaikan masalah.

    Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

    keaktifan secara umum adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses

    pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya

    untuk mencapai hasil belajar. Sedangkan keaktifan siswa dapat dilihat dari peran

    aktif siswa secara individu maupun dalam kelompok pada proses pembelajaran.

    3. Minat Belajar Siswa

    Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu

    minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar

    sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan

    melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidakmungkin melakukan sesuatu.

    Sardiman A.M berpendapat minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi

    apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan

    dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

    Minat adalah keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar atau dari

    dalam diri seseorang (Anni, 2004 : 56).

    Minat adalah keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari dalam diri

    seseorang yang dapat menimbulkan aktifitas belajar dalam mencapai tujuan

    (Mustofa, 2001 : 87).

    Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan pengertian minat yaitu

    keinginan yang tumbuh karena adanya dorongan dari luar atau dari dalam diri

    seseorang yang dapat menimbulkan aktifitas belajar dalam mencapai tujuan.

    4. Teori tentang Metode Demonstrasi

    Secara bahasa metode adalah cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai

    tujuan, khususnya dalam ilmu pengetahuan.

    Cardille (1986) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah suatu penyajian yang

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    3/73

    dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur

    yang digunakan. Metode ini disertai dengan penjelasan, illustrasi, dan pernyataan

    lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat (dalam Canei, 1986 : 38).

    Winarno mengemukakan bahwa metode pemecahan masalah adalah adanya

    seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan suatu proses

    kepada seluruh kelas (Winarno, 1980 : 87). Batasan yang dikemukakan Winarno

    memberikan kepada kita, bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan

    tidak harus dilakukan oleh guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu

    proses.

    Dengan memperhatikan batasan metode pemecahan masalah seperti yang

    dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan bahwa

    metode pemecahan masalah merupakan format interaksi belajar mengajar yang

    sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur

    yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian

    siswa.

    B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Hasil penelitian (T. Widiastuti) 2007 tentang peningkatan hasil belajar siswa pada

    mata pelajaran IPA tentang Sistem Peredaran Darah Manusia dengan metodedemonstrasi, menggunakan alat peraga. (PTK Pembelajaran IPA Kelas VI).

    C. Kerangka Berpikir

    Kajian pustaka dan landasan teori dari para pakar juga beberapa hasil penelitian

    yang pernah dilakukan oleh para peneliti memberi gambaran penulis untuk

    membuat skema tindakan dalam penelitian ini. Bagi sebagian besar siswa hasil

    belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas

    masih rendah. Oleh karena itulah diperlukan upaya guru untuk meningkatkan

    hasil belajar siswa. Apabila guru menggunakan metode pemecahan masalah

    dengan bantuan alat peraga, maka hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA

    tentang perpindahan energi panas akan meningkat. Hal ini dilakukan dalam

    proses perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas dalam dua

    siklus. Tindakan tersebut apabila dituangkan dalam bentuk skema akan dapat

    tergambar seperti di bawah ini.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    4/73

    D. Hipotesis Tindakan

    Kerangka berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas mengandung praduga

    bahwa penggunaan metode pemecahan masalah dengan bantuan alat peraga dapat

    meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan minat siswa pada pelajaran IPA tentang

    perpindahan energi panas kelas VI SD Negeri ___________, Kecamatan

    ___________.

    Dari praduga tersebut penulis mengajukan hipotesis. Hipotesis ini yaitu :

    1. Dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga dapat

    meningkatkan hasil belajar IPA tentang perpindahan energi panas.

    2. Dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga dapat

    meningkatkan keaktifan siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi

    panas.

    3. Dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga dapat

    meningkatkan minat siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.

    http://4.bp.blogspot.com/-xB-1aCvQPoU/TeXMemHSm7I/AAAAAAAAAFo/pzGTOA6Xiuk/s1600/tabel+PTK+7+(1).jpg
  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    5/73

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri ___________Kecamatan

    ___________, Kabupaten ___________. Waktu penelitian dimulai pada bulan

    Januari ______ yaitu pada awal semester dua tahun ajaran ___________ sesuai

    materi yang diajarkan pada semester tersebut.

    Siswa kelas VI SD ___________berjumlah ____ siswa. Terdiri dari ____

    perempuan dan ____ laki-laki. Siswa kelas VI cukup beragam tingkat

    kemampuan prestasi belajarnya. Dari _____ siswa hanya 20 % yang mempunyai

    kemampuan cukup baik, selebihnya kemampuannya di bawah rata-rata. Motivasi

    belajar anak di rumah kurang dikarenakan tingkat pendidikan orang tua rendah

    dan keadaan ekonomi yang pas-pasan.

    Latar belakang dipilihnya kelas ini sebagai tempat penelitian adalah karena

    alasan berikut ini :

    a. Sesuai dengan materi dan pokok bahasan yang ada.

    b. Peneliti adalah guru di kelas tersebut. Hal ini memudahkan peneliti dalammelaksanakan penelitian.

    c. Berdasarkan penelitian selama semester 2, hasil belajar IPA tentang

    perpindahan energi panas masih rendah. Hal ini perlu segera diupayakan

    peningkatannya.

    d. Penggunaan metode pemecahan masalah dengan alat peraga diupayakan untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, sasaran kajian dalam penelitian ini

    adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang

    perpindahan energi panas. Upaya peningkatkan hasil belajar, keaktifan dan minat

    siswa dilakukan dengan metode pemecahan masalah menggunakan alat peraga.

    B. Variabel Penelitian

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data

    pendukung. Sebagai sumber data utama adalah guru dan siswa kelas VI SD

    Negeri ___________Kecamatan ___________, Kabupaten ___________ tahun

    ajaran ___________. Data juga berasal dari studi pustaka terhadap buku-buku

    nilai siswa. Adapun data pendukung diperoleh dari teman sejawat yang telah

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    6/73

    bersedia menjadi observer.

    Dua hal yang menjadi objek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu

    variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas juga disebut variabel

    independen. Variabel ini adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel ini juga

    disebut variabel sebab. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan

    metode pemecahan masalah dengan alat peraga untuk meningkatkan minat dan

    keaktifan siswa. Sedangkan variabel terikat adalah merupakan variabel yang

    tergantung. Variabel terikat sering disebut variabel dependen. Variabel ini tidak

    bebas dan merupakan variabel akibat. Penelitian Tindakan Kelas ini

    menggunakan variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada pelajaran IPA

    tentang perpindahan energi panas.

    C. Rencana Tindakan

    4. Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metodePenelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Adapun langkah-langkah dari

    masing-masing siklus sebagaimana tertera berikut ini :

    5. a. Siklus IKegiatan penelitian dimulai dengan dilaksanakannya siklus I. Siklus ini dilaksanakan

    dalam satu kali pertemuan. Adapun tahapan pada siklus ini adalah sebagai disebut dibawah ini.

    1. Perencanaan

    Perencanaan ini merupakan refleksi awal dari kegiatan penelitian. Atas dasar dari

    hasil studi pendahuluan, maka disusun perencanaan melalui beberapa tahap. Tahap-

    tahap yang dilalui pada perencanaan ini adalah :

    - Mendesain pembelajaran IPA tentang perpindahan energi panas dengan metode

    pemecahan masalah menggunakan alat peraga.

    - Desain pembelajaran disimulasikan.

    - Masukan dari hasil simulasi digunakan untuk merevisi desain pembelajaran

    berikutnya.

    - Penyusunan instrumen yang diperlukan pada siklus.

    2. Tindakan

    Pada tahap ini, tindakan merupakan implementasi dari perencanaan-perencanaan

    yang telah disimulasikan dan direvisi.

    Pada siklus I ini diawali dengan mengkondisikan kelas. Pertama-tama siswa

    diberikan apersepsi dan penjajakan kemampuan awal siswa. Tahap berikutnya siswa

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    7/73

    diberikan informasi singkat tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari. Selain

    itu diberikan pula informasi tentang tujuan yang akan dicapai. Adapun pada kegiatan

    berikutnya guru merumuskan permasalahan yang telah ditentukan.

    3. Pengamatan

    Pada tahap ini pengamatan atau observasi dilakukan bersama dengan tahap tindakan.

    Hal ini tentu karena guru sebagai peneliti sekaligus juga sebagai penyampai materi.

    Pada tahap ini pula dilakukan pengumpulan data-data yang diperlukan. Tiap-tiap

    tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa akan diamati oleh observer.

    Observer disini adalah guru itu sendiri sebagai peneliti beserta teman sejawat.

    Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah pedoman pengamatan dan lembar

    penilaian yang sudah disediakan digunakan dalam tahap ini.

    4. Refleksi

    Tahap refleksi dilakukan peneliti bersama teman sejawat. Tahap ini berisi diskusi dari

    peneliti sebagai guru maupun observer dengan teman sejawat. Diskusi berisi tentang

    kelebihan dan kekurangan tindakan. Hasil diskusi ini digunakan untuk menentukan

    sikap yang harus dilakukan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini dilakukan pula

    analisis data. Analisis ini untuk mengetahui keberhasilan tujuan yang telah

    ditetapkan. Dengan demikian dapat ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnyaatau tidak.

    b. Siklus II

    Pada siklus II dilakukan satu kali pertemuan yaitu 2 x 35 menit.

    1. Perencanaan

    Atas dasar temuan pada siklus I maka dibuatlah rencana untuk melaksanakan siklus

    II. Siklus ini merupakan penyempurnaan siklus I. Perbedaan yang mungkin ada pada

    siklus II yaitu diperolehnya laporan hasil pengamatan secara utuh.

    Pada tahap perencanaan ini peneliti sebagai guru membuat seperangkat pembelajaran

    sebagaimana siklus I.

    2. Tindakan

    Sesuai dengan rancangan pembelajaran, pada siklus II ini dilakukan tindakan

    sebagaimana yang ada pada rencana mengajar harian. Hal ini sama dengan yang

    dilakukan pada siklus I. Namun pada siklus II penerapan metode pemecahan masalah

    dengan alat peraga benar-benar diusahakan untuk meningkatkan hasil belajar, minat

    dan keaktifan siswa pada pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas.

    3. Pengamatan

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    8/73

    Setelah melakukan tindakan, peneliti melakukan pengamatan pada setiap perubahan

    perilaku yang dialami siswa. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran

    berlangsung dan membuat catatan-catatan penting. Hal ini sebagaimana dilakukan

    pada siklus I. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman pengamatan dan

    lembar penilaian.

    4. Refleksi

    Peneliti kembali melakukan refleksi setelah melakukan tindakan dan pengamatan.

    Refleksi dilakukan terhadap hasil yang didapat sebelum siklus II ini. Tujuan refleksi

    adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang perpindahan energi

    panas, untuk dapat dibandingkan dengan hasil setelah siklus II.

    D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

    Pada penelitian ini penulis memilih tiga teknik pengumpulan data. Ketiga teknik

    tersebut adalah tes, observasi dan dokumentasi.

    a. Teknik Tes

    Pada penelitian ini digunakan tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam

    pembelajaran IPA yang dilaksanakan selama proses penelitian.

    b. Metode Observasi

    Dalam mengamati kemampuan siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran IPAtentang perpindahan energi panas digunakan metode observasi. Dalam penelitian ini

    yang diamati adalah minat dan keaktifan siswa.

    c. Metode Dokumentasi

    Teknik dokumentasi digunakan untuk menyelidiki benda-benda tertulis. Benda-benda

    tersebut diantaranya adalah buku-buku dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,

    catatan harian dan sebagainya. Jadi dokumen-dokumen yang diteliti pada penelitian

    ini adalah buku daftar nilai siswa kelas III tahun 2008/2009 dan kelas VI tahun

    pelajaran ___________ SDN ___________Kecamatan ___________, Kabupaten

    ___________.

    Sedangkan alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis. Ketiga

    jenis alat pengumpul data adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.

    a. Butir Soal Tes

    Butir-butir soal tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

    pada penelitian ini. Instrumen ini berupa tes hasil belajar tentang perpindahan energi

    panas.

    b. Lembar pengamatan

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    9/73

    Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati perilaku siswa. Pengamatan

    dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan pada akhir proses

    pembelajaran.

    c. Skala Penilaian untuk Studi Dokumentasi

    Pada penelitian ini dilakukan studi dokumentasi. Studi dilakukan terhadap buku

    siswa, sedangkan yang menjadi cakupan studi adalah buku daftar nilai kelas III tahun

    pelajaran 2008/2009 dan kelas VI tahun pelajaran ___________ SD ___________,

    Kecamatan ___________, Kabupaten ___________.

    E. Indikator Kerja

    Sebagai sebuah penelitian tindakan kelas perlu adanya indikator. Indikator digunakan

    untuk mengukur tingkat keberhasilan dari penelitian. Apabila indikator terpenuhi,

    penelitian dikatakan berhasil. Adapun indikator Penelitian Tindakan Kelas dibedakan

    dalam dua kelompok.

    a. Indikator Umum

    Indikator umum dari penelitian ini adalah sebagaimana disebut di bawah ini

    1. Guru dapat mengelola pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna.

    2. Guru dapat membuat aktivitas pembelajaran siswa meningkat.

    b. Indikator KhususAtas dasar hasil pembelajaran sebelum diupayakan peningkatan hasil belajar IPA

    tentang perpindahan energi panas pada siklus I dengan hasil rata-rata di bawah 75 %.

    Maka indikator kinerja setelah tindakan pada siklus II diharapkan meningkat menjadi

    lebih dari 75%. Jadi persentasi ketuntasan belajar IPA tentang perpindahan energi

    panas diharapkan mencapai 75 % keatas.

    F. Teknik Analisis Data

    Pada penelitian dilakukan juga analisis data karena analisis data merupakan bagian

    yang penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena analisis data

    yang diperoleh pada penelitian memberi arti penting. Dalam hal ini peneliti

    menggunakan analisis deskriptif komparatif. Digunakannya analisis deskriptif

    komparatif sebab untuk membandingkan nilai tes antar siklus dan indikator kerja.

    Dilakukannya analisis data semenjak awal sampai akhir proses penelitian. Karena hal

    ini merupakan kesatuan yang tak terpisahkan antara tahap pengumpulan dan analisis

    data. Dalam menganalisis data dilakukan juga dengan metode deskriptif persentase.

    Sedangkan data hasil observasi dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif

    dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    10/73

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

    sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

    fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

    penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

    mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

    menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan

    pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

    menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

    inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

    pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui

    pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu

    dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di

    tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,

    lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman

    belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan

    kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

    Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan metode Pemecahan

    Masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

    mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

    pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

    langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.Dalam kenyataannya, proses belajar mengajar di SMPN 2 Munjul saat ini masih

    cenderung menggunakan metode tradisional, aktivitas pembelajaran masih didominasi

    oleh metode ceramah, sehingga hasil belajar siswa secara umum masih rendah.

    Berdasarkan data, masih banyak siswa Kelas VIIA yang belum mampu mencapai nilai

    yang dipersyaratkan, yaitu nilai 60. Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Munjul dinyatakan telah

    tuntas belajar Ilmu Pengetahuan Alam apabila siswa mampu mencapai nilai 60.

    Melihat kenyataan ini, saya selaku guru di SMPN 2 Munjul berupaya meningkatkan hasil

    belajar siswa dengan mengoptimalkan aktivitas pembelajaran, membuat alat peraga

    murah, dan mendesain skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa

    dalam belajar, misalnya dengan menerapkan Metode belajar aktif, yaitu sebuah Metode

    pembelajaran yang penulis peroleh pada waktu pelatihan Ilmu Pengetahuan Alam dalam

    kegiatan MGMP.

    Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis berupaya dengan berbagai cara, salah

    satunya dengan mencoba menerapkan Metode Pemecahan Masalah . Melalui metode ini,

    penulis berharap aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan signifikan.

    Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan kita dewasa ini untuk kembali pada

    pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah.

    Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan

    mengetahuinya. Pembelajaran IPA yang berorientasi target penguasaan materi IPA,

    seperti menghapal definisi atau pengertian-pengertian terbukti berhasil dalam kompetisi

    jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan hidup.

    Melihat kenyataan ini, penulis beranggapan bahwa penerapan Metode Pemecahan

    Masalah dalam pembelajaran IPA dapat memecahkan permasalahan yang dialami para

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    11/73

    guru dan siswa pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Sehingga, sekarang ini

    penerapan metode Pemecahan Masalah dalam mata pelajaran IPA menjadi tumpuan

    harapan para guru dalam upaya menghidupkan aktivitas siswa dalam pembelajaransecara maksimal. Sehingga, Pelajaran IPA tidak lagi dianggap sebagai mata pelajaran

    yang sama dengan pelajaran sastra yang sarat dengan hapalan-hapalan.

    Ada beberapa alasan mengapa Metode Pemecahan Masalah dikembangkan sekarang

    ini, diantaranya: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.

    Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,

    perbedaan, konsisten dan inkonsistensi, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang

    melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran

    divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, (3)

    mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan

    kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain

    melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

    Dengan penerapan metode pemecahan masalah diharapkan pembelajaran akan lebihbermakna, menarik dan memuncukan kreativitas bagi siswa karena Metode pemecahan

    masalah dapat dikatakan sebagai muara dalam belajar IPA, sebab berbagai aspek

    (kognitif, afektif, dan psikomotor) terlibat di dalamnya. Misalnya, jika kita sedang

    menghadapi permasalahan dengan meneliti fenomena alam, maka siswa akan berupaya

    untuk mencari penyebab mengapa hal itu bisa terjadi dengan menggunakan metode

    ilmiah yang dipahaminya. Di pihak lain kita dituntut untuk menerima permasalahan

    sebagai suatu tantangan yang harus dicarikan solusinya, dan akhirnya kita harus

    mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pemecahan masalah dalam bentuk

    perbuatan nyata.

    Strategi pembelajaran dalam bidang studi IPA dengan menggunakan metode Pemecahan

    Masalah lebih mementingkan proses daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran

    diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, danmelaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya.

    Dalam konteks ini siswa harus mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status

    apa mereka dan bagaimana cara mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari

    akan sangat berguna bagi kehidupannya nanti. Dengan begitu mereka akan memposisikan

    sebagai dirinya sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka

    mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya untuk mencapainya. Dalam

    upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing bukan sekedar

    sebagai pengajar atau pentransfer ilmu pengetahuan belaka.

    Berdasarkan permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian terhadap upaya

    peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

    Alam pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan

    metode eksperimen. Oleh karena itu, penulis menetapkan judul penelitian Penerapan

    Metode Eskperimen Sebagai Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa IPA

    pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup di Kelas VIIA SMPN 2 Munjul

    .

    B. Identifikasi Masalah

    Identifikasi masalah dalam penelitian ini, di antaranya :

    1) Apakah metode ekaperimen sesuai untuk digunakan pada mata pelajaran IPA dalam

    Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ?.

    2) Bagaimanakan cara menerapkan metode eksperiman pada Materi Mengidentifikasi

    Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA?.

    3) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam Materi

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    12/73

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa?.

    4) Apakah metode Pemecahan Masalah sesuai digunakan dalam Materi

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup pada mata pelajaran IPA dibanding denganmetode yang lain ?.

    5) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa dalam pelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup?.

    6) Bagaimanakah hasil belajar siswa pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk

    Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen?

    7) Bagaimanakah kesesuaian metode ekserimen pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri

    Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA?.

    8) Apakah terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Materi

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan penggunaan

    metode Pemecahan Masalah ?.

    9) Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa siswa pada pembelajaran Materi

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dalam mata pelajaran IPA dengan penggunaanmetode Pemecahan Masalah ?.

    C. Batasan Masalah

    Berdasarkan maslah-masal yang terdapat pada identifikasi masalah, maka perlu

    kiranya ada pembatasan masalah. Adapaun pembatasan masalah dalam penelitian ini,

    antara lain :

    1) Penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam Materi

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa.

    2) Penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa

    dalam pembelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup .

    C. Rumusan MasalahMasalah yang dijadikan fokus penelitian harus dirumuskan secara jelas dan operasional,

    sehingga nampak jelas ruang lingkupnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini penulis

    rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

    1) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah pada mata pelajaran IPA dalam

    Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas siswa?

    2) Apakah penerapan metode Pemecahan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa dalam pembelajaran IPA pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup.

    D. Tujuan Penelitian

    Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

    Demikian pula dengan penelitian ini. Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

    sebagai berikut:

    1) Untuk mengetahui bahwa metode Pemecahan Masalah pada pembelajaran IPA

    dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan aktivitas

    siswa;

    2) Untuk mengetahui penerapan metode Pemecahan Masalah dalam pembelajaran IPA

    Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa.

    E. Manfaat Penelitian

    Segala sesuatu kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai manfaat yang dapat diambil.

    Demikian pula dengan penelitian ini. Manfaat bermanfaat bagi peneliti, siswa, guru dan

    lembaga.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    13/73

    1) Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah wawasan dan disiplin ilmu pada

    umumnya dan penerapan Metode Pemecahan Masalah pada pembelajaran IPA

    khususnya;2) Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini memudahkan siswa dalam menerima materi

    pelajaran;

    3) Manfaat bagi guru untuk menambah wawasan dan disiplin ilmu terutama dalam

    merancang dan memilih Metode pembelajaran yang dapat mengotimalkan potensi,

    kompetensi dan kreativitas yang dimiliki siswa;

    4) Sebagai bahan masukan yang positif dalam pembinaan profesi guru dengan

    mempertimbangkan tingkat kreativitas guru dalam merancang sistem pembelajaran yang

    aktif, kreatif dan menyenangkan.

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Pembelajaran IPA

    1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

    sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

    fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

    penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

    mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

    menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan

    pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

    menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

    inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

    pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

    Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi mata pelajaran

    fisika, bumi antariksa, biologi, dan kimia yang sebenarnya sangat berperan dalam

    membantu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan

    pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui

    metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu

    Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala

    isinya.

    Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dantersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil

    observasi dan eksperimen.

    Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi

    empat unsur utama yaitu:

    (1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan

    sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur

    yang benar; IPA bersifat open ended;

    (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah

    meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,

    pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

    (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

    (4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

    Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    14/73

    dipisahkan satu sama lain.

    Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehinggapeserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena

    alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan

    bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini

    adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori

    dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian.

    Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

    Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya

    standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered,

    guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi

    faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah.

    Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas

    berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum

    menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para

    guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per

    kelas yang terlalu banyak.

    Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang

    kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu,

    diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan

    teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar.

    Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran

    IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena merekatak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap

    berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan

    efektif.

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang

    dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan

    sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

    Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan

    lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini

    ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran

    tanpa meninggalkan isi kurikulum.

    Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun

    pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar

    berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

    2. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

    Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui

    pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan

    suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam

    IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    15/73

    memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil

    eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup

    pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahamijawaban, menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentanggejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan

    diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan

    ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu

    sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang

    meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari

    hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum

    yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.

    Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta

    didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan

    IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajaridiri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

    menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah.

    Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan

    kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencaritahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahamanyang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut

    dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau enquiry skills yang meliputimengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,

    merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah,

    dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan

    sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan

    gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikapdan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis,

    tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan

    kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.

    Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman

    pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran

    fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji

    suatu pernyataan ilmiah (hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap

    kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir

    kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan

    matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4)

    memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan

    dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan

    IPA dalam menjawab berbagai masalah.

    3. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

    Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.

    a) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

    Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik

    masih dalam lingkup disiplin ilmu fisika, kimia, dan biologi. Banyak ahli yang

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    16/73

    menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu

    dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat

    berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnyamasih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam

    bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-

    pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya

    tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih

    banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan

    pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.

    Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas

    tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan

    materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan

    kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun

    metodologi.

    b) Meningkatkan minat dan motivasi

    Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi

    pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan

    kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini,

    pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang

    berkaitan dengan tema yang disampaikan.

    Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk

    mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep

    pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model

    pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik

    digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungankonseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah,

    teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi

    dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila

    mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

    c) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus

    Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta

    biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di

    samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah

    pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah

    standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang

    memiliki kesamaan atau keterkaitan.

    B. Metode Pemecahan Masalah

    Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat

    belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu

    langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

    biasanya disebut metode mengajar.

    Dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan

    guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    17/73

    cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,

    keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu

    menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun untukmenjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan

    agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam

    menghadapi segala persoalan.

    Metode pemecahan masalah digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan

    jawaban atau pemecahan masalah. Sebagai metode mengajar, metode pemecahan

    masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa. Dengan metode ini, para

    siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja ilmiah.

    1. Pengertian Metode Pemecahan Masalah

    Menurut Nahrowi Adjie dan Maulana, (2006 : 37) pembelajaran pemecahan masalah

    IPA dapat dikatakan sebagai muara dalam belajar IPA, sebab berbagai aspek (kognitif,

    afektif, dan psikomotor) terlibat di dalamnya.Metode pemecahan masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara

    penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan

    untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh

    siswa.

    Metode pemecahan masalah ini sering dinamakan atau disebut juga dengan

    eksperimen method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk.,

    1991 : 146).

    Dengan demikian, metode pemecahan masalah adalah sebuah metode pembelajaran

    yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya.

    Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan

    sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu

    masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.

    2. Langkah-langkah Metode Pemecahan Masalah

    Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan masalah dapat disarikan

    sebagai berikut:

    a. Adanya masalah yang dipandang penting;

    b. Merumuskan masalah;

    c. Analisa hipotesa;

    d. Mengumpulkan data;

    e. Analisa data;

    f. Mengambil kesimpulan

    g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan

    h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).

    Dengan cara tersebut diharapkan anak-anak didik untuk berpikir dan bekerja sesuai

    dengan prinsip-prinsip ilmiah. Metode ini lebih tepat digunakan di kelas tinggi.

    Sedangkan menurut Nahrowi Adjie dan Maulana (2006 : 46-51) langkah-langkah

    penyelesaian masalah antara lain adalah; (1) memahami soal, (2) memilih pendekatan

    atau strategi, (3) menyelesaikan model, dan (4) menafsirkan solusi.

    Pada prinsipnya kedua langkah penyelesaian masalah di atas adalah sama, hanya saja

    pendapat yang kedua lebih singkat dan padat. Berkaitan dengan masalah penelitian ini

    penulis lebih cenderung menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah

    matematika yang dikemukakan oleh Nahrowi Adjie dan Maulana, karena lebih sederhana

    dan mudah dipahami.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    18/73

    3. Teknik Pembelajaran Pemecahan Masalah IPA

    Salah satu tugas guru dalam proses pembelajaran adalah memilih metode dan teknik

    pembelajaran, di samping menentukan tujuan, mendalami materi, memilih alat/media,dan menentukan alat evaluasi. Keterampilan guru dalam menentukan teknik pembelajaran

    yang tepat akan sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran. Oleh

    karena itu, guru harus profesional dalam menentukan teknik pembelajaran yang sesuai

    dengan karakteristik Materi pembelajaran.

    C. Aktivitas Belajar

    Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Teachingis the guidance of learning activities, teaching is for purfose of aiding the pupil learn,demikian pendapat William Burton.

    Dengan demikian, aktivitas sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga

    muridlah yang seharusnya terlibat aktif, sebab murid sebagai subjek didik adalah yang

    merencanakan, dania sendiri yang melaksanakan belajar mengajar (Usman, 1995: 21).Aktivitas memiliki pengertian sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang. Aktivitas

    berasal dari bahasa Inggris Activity diartikan sebagai kegiatan. Sedangkan dalama Kamus

    Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang

    dilaksanakan (Depdikbud, 1989: 17).

    Pada kenyataan di sekolah-sekolah sering guru yang aktif sehingga murid tidak diberi

    kesempatan untulk aktif. Betapa pentingnya aktivitas murid dalam proses belajar

    mengajar sehingga John Dewey, sebagai tokoh pendidikan, mengemukakan prinsip ini

    melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by doing. Bahkan jauh sebelumnya

    para tokoh pendidikan lainnya seperti Rousseau, Pestalozi, Frobel, dan Montessory telah

    mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini.

    Menurut Usman (1995: 22) aktivitas belajar murid yang dimaksud disini adalah aktivitas

    jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalambeberapa hal.

    (1) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan

    eksperimen, dan demontrasi;

    (2) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab,

    diskusi dan menyanyi;

    (3) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru,

    ceramah, pengarahan;

    (4) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis; dan

    (5) Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah,

    membuat surat.

    Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung

    pada segi tujuan mana ayang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Yang jelas,

    aktivitas kegiatan belajar murid hendaknya memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar mertupakan rangkaian

    kegiatan yang dilakukan untuk mencapai perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar siswa

    merupakan kegiatan yang sangat penting dalam belajar karena tanpa aktivitas belajar

    tidak mungkin pembealajaran yang dilaksanakan dapat berlangsung dengan baik.

    D. Hasil Belajar

    Menurut Usman, (2001: 5) Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkahlaku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan

    lingkungannya. Dalam pengertian ini ada kata perubahan yang berarti bahwa seseorang

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    19/73

    telah mengalami proses belajar, ia akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek

    pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa

    menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, daritidak sopan menjadi sopan. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan belajar di antaranya

    ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.

    Menurut Hamalik (2001: 30) Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasilbelajar akan tampak pada setiap perubahan pada setiap aspek-aspek tersebut. Adapun

    aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,

    emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

    Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler

    mapun instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar yang dikembangkan

    Benyamin S. Bloom. Secara garis besar Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah

    atau takson yakin; ranah kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga kemudian tiga ranah

    ini disebut Taksonomi Bloom.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Objek Tindakan

    Yang menjadi objek tindakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIIA SMPN 2

    Munjul Kabupaten Pandeglang berjumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-

    laki 17 siswa perempuan.

    B. Subyek dan Lokasi penelitian

    Subyek utama dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan metode pemecahan

    masalah Kelas VIIA SMPN 2 Munjul Kecamatan Mandawangi Kabupaten Pandeglang.

    Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Munjul pada jadwal pelajaran IPAdengan Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup , yang menjadi pertimbangan

    peneliti menetapkan SMPN 2 Munjul sebagai lokasi atau tempat penelitian adalah

    letaknya yang strategis, dan hanya berjarak 100 meter dari pusat pemerintahan

    Kabupaten Pandeglang serta berada di tengah kota sekaligus sebagai tempat mengajar

    peneliti serta izin dan penerimaan yang terbuka dari seluruh guru dan kepala sekolah.

    C. Metode Pengumpulan Data

    Penelitian pada hakekatnya merupakan pembuktian dari hipotesis, dalam

    pelaksanaannya untuk mencapai tujuan diperlukan metode yang tepat. Dalam penelitian

    ini, penulis akan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penulis

    memilih metode ini karena dalam pelaksanaannya membutuhkan tindakan yang

    komprehensip terhadap seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar,

    sehingga diperoleh sesuatu hasil atau solusi berupa pemecahan masalah. Hasil itulah yang

    akan menegaskan bagaimana hubungan kausal antara siklus-siklus yang di selidiki.

    John Elliot mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang

    situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh

    prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh

    menciptakan lingkungan yang diperlukan (Jhon Eliot dalam Depdiknas, 2003 : 7).

    Kemmis dan Mac Taggart (dalam Depdiknas, 2003 : 7), mendefinisikan bahwa

    yang dimaksud dengan PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan

    oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan

    praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.

    Dalam upaya memperoleh fakta riil tentang penerapan Metode pembelajaran

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    20/73

    pemecahan masalah dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Penelitian

    Tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan MacTaggart. Model

    yang dikembangkan oleh kedua ahli ini mengembangkan empat komponen PenelitianTindakan Kelas yang meliputi; (1) perencanaan (planning); (2) aksi/tindakan (acting); (3)

    observasi (observing); dan (5) refleksi (reflecting).

    Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart,

    ada beberapa kegiatan atau langkah yang dilakukan sesudah suatu siklus selesai

    diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya

    perencanaan ulang (replanning) atau revisi terhadap implementasi siklus sebelumnya.

    Selanjutnya, berdasarkan perencanaan ulang (replanning) tersebut dilaksanakan dalam

    siklus tersendiri. Demikian untuk seterusnya, satu siklus diikuti dengan siklus berikutnya,

    sehingga Penelitian Tindakan Kelas yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart dapat

    dilakukan dengan beberapa kali siklus. Pada kegiatan refleksi, peneliti mengkaji, melihat

    dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai criteria.

    Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru melakukan revisi atauperbaikan terhadap rencana awal.

    D. Metode Analisis Data

    Dalam mengumpulkan dan mengolah data, penulis menggunakan berbagai teknik

    penelitian untuk mendapatkan atau menjaring data penelitian. Teknik penelitian yang

    digunakan adalah telaah pustaka, observasi, dan teknik pemecahan masalahan.

    Pelaksanaan penelitian, diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang

    muncul dalam proses pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan

    menggunakan Metode pemecahan masalah. Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap tahap

    siklus, untuk selanjutnya permasalahan tersebut diidentifikasi dengan menggunakan

    tindakan berdasarkan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis

    dan McTaggart. Penulis beranggapan model ini mudah dipahami dan langkah-langkahkegiatannya jelas. Langkah-langkah kegiatan yang penulis rancang sesuai dengan siklus

    tindakan perbaikan yang dikembangkan Kemmis dan McTaggart, adalah sebagai berikut:

    1. Siklus I

    Berdasarkan hasil diskusi pada tahap refleksi dalam kegiatan pra siklus, disepakati

    untuk menyusun sebuah perencanaan kegiatan, sebagai berikut:

    a) Perencanaan

    1) Membuat RPP tentang pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ;

    2) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ;

    3) Guru merencanakan penggunaan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dan siswa harus terlibat secara aktif selama

    proses pembelajaran berlangsung;

    4) Peneliti membuat daftar pertanyaan untuk wawancara dengan guru Kelas VIIA

    SMPN 2 Munjul , dalam hal ini bertindak sebagai responden;

    5) Peneliti dan guru Kelas VIIA membuat daftar analisis portofolio hasil belajar IPA

    yang didokumentasikan dalam bentuk portofolio.

    6) Peneliti mempersiapkan pedoman observasi untuk guru dan siswa; dan

    7) Memeriksa hasil evaluasi siswa pada pembelajaran yang baru diobservasi.

    b) Tindakan

    Pada tahap ini guru, mulai melakukan tindakan yang telah direncanakan pada tahap

    perencanaan.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    21/73

    1) Guru melaksanakan pembelajaran matematika di Kelas VIIA SMPN 2 Munjul pada

    Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan metode

    pemecahan masalah;2) Penulis mengamati secara cermat aktivitas guru dan siswa dengan menggunkan

    pedoman observasi; dan

    3) Peneliti mengidentifikasi aktifitas pembelajaran dan mencatat dengan cermat setiap

    poin yang terlihat sesuai dengan data yang muncul dalam pembelajaran;

    4) Peneliti dan guru memeriksa hasil belajar siswa setelah pembelajaran berakhir.

    c) Observasi

    Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran IPA yang berlangsung di

    kelas dengan menggunakan pedoman observasi. Aktivitas guru dan siswa dalam

    pembelajaran diamati secara cermat, termsuk kelemahan dan kekurangan yang muncul

    ketika guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan

    masalah. Data tentang kekurangan dan kelemahan guru dalam kegiatan pembelajaran

    pada siklus I, dijadikan acuan pertimbangan bahan refleksi dan perbaikan pada kegiatansiklus berikutnya.

    d) Refleksi

    Pada kegiatan refleksi, peneliti bersama guru berdiskusi kembali tentang hasil yang

    diperoleh pada tahap observasi, kemudian berupaya dengan cermat mengkaji aktivitas

    pembelajaran yang tidak sesuai dan masih terdapat kekurangan atau kelemahan untuk

    diperbaiki pada langkah selanjutnya dalam siklus kedua.

    1.1 Indikator Keberhasilan

    Indikator keberhasilan tindakan biasanya ditetapkan berdasarkan suatu ukuran standar

    yang berlaku. Misalnya, pencapaian penguasaan kompetensi sebesar 75% ditetapkan

    sebagai ambang batas ketuntasan belajar pada saat dilaksanakan tes awal, nilai peserta

    didik berkisar pada angka 60), maka pencapaian hasil yang belum sampai 70-75%diartikan perlu dilakukan tindakan lagi atau siklus berikutnya (Uzher, 1993). Berdasarkan

    nilai KKM kelas yaitu 60, maka indikator keberhasilan untuk siklus I adalah apabila

    prosentase kelulusan mencapai 35-70%.

    2. Siklus II

    Siklus kedua dilakukan sebagai upaya perbaikan pada tindakan hasil observasi

    pada siklus pertama. Siklus kedua penulis susun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    a) Perencanaan

    Peneliti merencanakan suatu tindakan yang dapat memperbaiki serta

    mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga diperoleh hasil

    yang lebih baik sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

    1) Peneliti menyusun pedoman observasi untuk guru dan siswa;

    2) Peneliti dan guru menyusun dan merevisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada

    Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup ;

    3) Guru dibantu peneliti, mempersiapkan alat peraga dan sarana penunjang

    pembelajaran lainnya yang dibutuhkan.

    b) Tindakan

    Pada tahap tindakan, guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah

    disusun pada tahap perencanaan.

    1) Guru mempraktekan kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran hasil perbaikan pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri

    Makhluk Hidup ;

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    22/73

    2) Peneliti mengamati dengan cermat kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan

    pedoman observasi;

    3) Peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan salah seorang siswa sebagaiperwakilan siswa tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan

    masalah; dan

    4) Peneliti dan guru memeriksa dan menginterpretasikan data hasil belajar siswa.

    c) Observasi

    Pada tahap observasi, peneliti mengamati aktivitas belajar mengajar siswa dan

    guru dengan mencatat hal-hal yang belum dilaksanakan guru. Hal-hal yang belum

    dilaksanakan guru dan siswa pada siklus kedua akan dijadikan bahan refleksi untuk

    perbaikan pada siklus ketiga.

    d) Refleksi

    Peneliti dan guru mengadakan diskusi mengenai proses pembelajaran yangtelah dilaksanakan dan membicarakan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan pada

    pembelajaran siklus kedua. Peneliti dan guru mengevaluasi temuan-temuan yang

    dihasilkan melalui observasi yang berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa.

    2.1 Indikator Keberhasilan

    Indikator keberhasilan pada siklus II diambil berdasarkan dari hasil nilai rata-rata siswa

    yang didapat pada siklus I yaitu antara 70-80%

    E. Instrumen Penelitian

    Suharsimi Arikunto (1999: 173) mengemukakan bahwa instrumen adalah alat padawaktu peneliti menggunakan metode. Dalam penelitian ini, penulis menggunakaninstrumen tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan

    dalam Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapateknik dalam mengumpulkan data, adapun teknik tersebut adalah:

    1. Test

    Test dalam penelitian ini adalah test tertulis obyektif dengan bentuk soal isian

    yang diberikan untuk mengetahui tingkat daya serap siswa terhadap materi pembelajaran

    pada Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup . Dari hasil tes akan diperoleh data

    yang valid tentang kemampuan siswa dalam memahami Materi pembelajaran

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

    IPA. Kriteria penilaian yang digunakan adalah setiap soal mempunyai bobot nilai dua jika

    siswa menjawab benar dan kosong jika siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar.

    Jumlah soal 10 buah masing-masing soal mempunyai skor 1, jadi total skor 10.

    2. Observasi

    Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati secara seksama setiap aktivitas guru

    dan siswa dalam pembelajaran IPA. Kegiatan observasi ini dilakukan secara langsung

    terhadap objek dan subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang

    aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan.

    Observasi pada siswa dilakukan untuk mengetahui motivasi dan aktivitas siswa dalam

    pembelajaran Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan Metode

    Pemecahan Masalah.

    Kriteria penilaian yang digunakan adalah jika anak menjawab aktif maka nilainya 1 dan

    jika menjawab tidak aktif mendapat nilai 0. Total skor ideal atau nilai yang diperoleh

    adalah 10.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    23/73

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi pada pelaksanaannya adalah mendokumentasikan kegiatan

    pembelajaran melalui foto kegiatan. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis menggunakankamera foto untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung. Foto kegiatan

    pembelajaran akan memperlihatkan secara visual aktivitas siswa pada saat pembelajaran

    IPA berlangsung dalam Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan

    menggunakan penerapan metode Pemecahan Masalah .

    F. Teknik Pembahasan

    Langkah awal yang dilakukan setelah data terkumpul adalah melakukan editing,

    yang artinya data perlu dibaca kembali untuk melihat dan memperbaiki kualitas data yang

    diperoleh. Sebenarnya maksud diadakannya editing adalah untuk melihat apakah data

    tersebut bersifat konsisten atau tidak.

    Data yang telah terkumpul menjadi acuan dalam melakukan analisis dan verifikasi

    data yang diperoleh selama kegiatan penelitian berlangsung. Data yang telah terkumpulkemudian diseleksi, dikelompokkan dan divalidasi.

    Data yang telah diseleksi dan dikelompokkan selanjutnya dimodifikasi sesuai

    dengan model yang dikembangkan. Penelitian yang penulis lakukan ditujukan pada

    aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. Sehingga, data yang dikumpulkan

    merupakan data dari perilaku peserta didik dan guru dalam pembelajaran, yaitu meliputi

    tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dalam pembelajaran

    Materi Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan Metode

    pemecahan masalah.

    Secara garis besar pengolahan data dalam penelitian ini mencakup tiga tahap, yaitu

    tahap persiapan, pentabulasian dan penerapan data. Tahap persiapan meliputi; (1)

    mengecek kelengkapan data dan alat pengumpul data; (2) membuat persentase (%)

    keberhasilan pembelajaran. Tahap pentabulasian data, meliputi (1) penilaian terhadapkegiatan yang dilakukan siswa dan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

    evalusai pembelajaran; (2) pemberian skor atau nilai terhadap hasil tes IPA pada Materi

    Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup . Skor nilai yang diperoleh siswa kemudian

    dikumpulkan dan dirata-ratakan pada setiap siklusnya; dan (3) menjumlahkan nilai hasil

    belajar siswa untuk menentukan prosesntase keberhasilan pembelajaran. Tahap Penerapan

    data, pada tahap ini peneliti berupaya menafsirkan hasil penelitian sesuai dengan

    hipotesis tindakan yang diajukan. Pada tahap penerapan data ini, benar atau tidaknya

    hipotesis yang diajukan dapat diketahui; hipotesis diterima atau ditolak. Maka dengan

    demikian, peneliti dapat menentukan kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan

    terhadap seluruh rangkaian pembelajaran yang telah dilaksanakan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta .

    Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

    Depdikbud. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta:

    Depdikbud.

    Depdiknas. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dikdasmen.

    Dryden, Gordon dan Vos Jeannette (2000) Revolusi Cara Belajar (The Learning

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    24/73

    Revolution). Terjemahan. Bandung : Kaifa.

    Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:Grafindo.

    Engkoswara, dkk. (1994). Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah Untuk Angka Kredit Guru

    SD. Bandung : Karang Sewu.

    Hatimah, Ihat, dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

    Khafid, M. dan Suyati. (2004). Pelajaran Matematika Penekanan Pada Berhitung Untuk

    Sekolah dasar. Jakarta: Erlangga.

    Meier, Dave (2005). The Accelerated Learning Hand Book. (Terjemahan) Bandung:

    Kaifa.

    Nasution. (2001). Metode Research (Penelitian Ilmiah) Usul Tesis Desain Penelitian

    Hipotesis Validitas Sampling Populasi Observasi Wawancara Angket. Jakarta : Bumi

    Aksara.

    Roestiyah N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

    Rukmana, Ade dan Suryana, Asep. ( 2006). Pengelolaan Kelas. Bandung: UPI Press.

    Sasmitahardja. (1996). Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Depdikbud.

    Saud, Udin Saefudin dan Suherman, Ayi. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPIPress.

    Semiawan. (1990) Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Bandung :

    Rosdakarya.

    Semiawan. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.

    Sudjana, Nana. (1995). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Karang Sewu.

    Uzer, Moh. Usman dan Setiawati, Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar

    Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Rosdakarya.

    Pratiwi, D.A. (2000). Penuntun Biologi SMU Kelas 3. Jakarta: Erlangga.

    Popham, W. James dan Baker, Eva L. (2001). Establising Instructional Gools and

    Systematic Intruction .Teknik Mengaajar Secara Sistematis. (Terjemahan). Jakarta:

    Rineka Cipta.

    Widayanti, N. (2004). Pengertian Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup . (online).

    Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup .

    (10:50).03 Juni 2006.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    25/73

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prosentase ketercapaian atas

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diperioleh siswa kelas VIIIA SMPN 1

    Cadasari. Dari jumlah siswa 36 orang yang mengikuti post tes pada bahan ajarPancasilasebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara dengan pembelajaran model Cooperatif

    Leraning, hanya 17 orang yang dapat dinyatakan lulus (47,22%) dan sisanya sekitar 19

    orang dinyatakan belum lulus (52,78%). Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar

    dalam bahan ajar tersebut dapat dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan tersebut

    terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa hanya mencapai 47,22%. Prosentase

    tersebut jauh dari prosentase ideal antara 80% - 100%. Bahkan prosentase kelulusan

    tersebut ternyata lebih kecil daripada prosentase ketidaklulusan. Oleh karena itu, untuk

    kasus tersebut perlu diadakan remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini

    penulis lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.

    Rumusan permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimana efektivitas upayapenerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran terhadap

    peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn khusus dalam materiIdeologi Pancasila pada siswa kelas VIII A SMPN 1 Cadasari, Pandeglang.Adapun tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) untuk mengetahui

    penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran dalam pembelajaran

    PKn; dan (2) untuk mengetahui efektivitas penerapan Metode Tanya Jawab dengan

    variasi media pembelajaran dalam pembelajaran PKn terhadap peningkatan hasil belajar

    siswa;

    Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 3 siklus penelitian

    dapat disimpulkan:

    1. Selama berlangsung PTK, upaya penerapan metode Tanya Jawab dangan variasi media

    pembelajaran telah dikelola dengan baik.

    2. Kegiatan pembelajaran dengan metode Tanya Jawab dengan variasi media yang

    dikelola dengan baik ternyata cukup efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa3. Media pembelajaran membuat karangan dan menggambaryang divariasikan dengan

    Metode Tanya Jawab ternyata cukup efektif untuk menyampaikan materi Pancasila

    sebagai Dasar Negara dan sebagai Ideologi Negara.

    4. Hipotesis tindakan yang menyatakan apabila upaya penerapan metode Tanya Jawabdangan variasi media pembelajaran dapat berjalan efekltif, maka hasil belajar siswa akan

    meningkatdapat diterima.

    Kata Kunci: Upaya, stimulus, dan Metode Tanya Jawab

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa

    tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang

    tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan yang harus

    dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya ialah kemampuan

    mengembangkan model pembelajaran.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    26/73

    Dalam mengembangkan model pembelajaran seorang guru harus dapat

    menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran, dan

    sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model

    pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai

    dapat terwujud.

    Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, khususnya dalam pembelajaran

    PKn di daerah-daerah yang sumber daya manusianya masih kurang, guru mengalamai

    kesulitan dalam mengembangkan model pembeajaran Cooperatif Learning. Ini pun terjadi

    di SMPN 1 Cadasari pada kelas VIII A dari jumlah siswa 36 orang yang mengikuti post

    tes pada materi Ideologi Pancasila dengan pembelajaran model Cooperatif Leraning,

    hanya 17 orang yang dapat dinyatakan lulus (47,22%) dan sisanya sekitar 19 orang

    dinyatakan belum lulus (52,78%). (Data selangkapnya dapat dilihat pada tabel di

    lampiran).

    Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar PKn pada kelas VIIIA materi

    Ideologi Pancasila dapat dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan tersebut terlihat dari

    bukti prosentase kelulusan seluruh siswa hanya mencapai 47,22%. Prosentase tersebut

    jauh dari prosentase ideal antara 80% - 100%. Bahkan prosentase kelulusan tersebut

    ternyata lebih kecil daripada prosentase ketidaklulusan. Oleh karena itu, untuk kasustersebut perlu diadakan remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini

    penulis lakukan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.

    Dalam rangka meningkatan prosentase kelulusan atau hasil belajar siswa kelas

    VIIIA tersebut, tentunya guru dituntut merancang model pembelajaran yang lebih tepat

    serta penerapan media pembelajaran yang variatif. Berdasarkan kenyataan itulah penulis

    (guru) mencoba mengadakan PTK melalui penerapan model pembelajarn questioning

    dengan berbagai variasi media pembelajaran.

    B. Permasalahan

    Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang teridentifikasi dalam penelitian

    ini adalah:

    1. Hasil pembelajaran materi Ideologi Pancasila dalam mata pelajaran PKn Kelas VIII A

    SMPN 1 Cadasari dengan model pembelajaran Cooperatif Learning masih kurang

    memuaskan.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    27/73

    2. Terdapat banyak factor yang menyebabkan hasil belajar kurang optimal. Salah satu

    penyebabnya adalah ketidaktepataan penggunaan model Cooperatif Learining dalam

    pembelajaran materi Ideologi Pancasila pada kelas VIII A SMPN 1 Cadasari.

    3. Perlu adanya model pembelajaran lain yang digunakan untuk peningkatan hasil

    belajaran PKn dalam materi Ideologi Pancasila di kelas VIII A SMPN 1 Cadasari, yang

    salah satunya adalah penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian tindakan

    kelas ini adalah:

    Bagaimana efektivitas upaya penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi mediapembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn

    khusus dalam materi Ideologi Pancasila pada siswa kelas VIII A SMPN 1 Cadasari

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:

    (1) untuk mengetahui penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran

    dalam pembelajaran PKn.

    (2) untuk mengetahui efektivitas penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media

    pembelajaran dalam pembelajaran PKn terhadap peningkatan hasil belajar siswa;

    E. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:

    (1) sebagai bahan pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan strategi (penerapan

    metode, model dan langkah-langkah) pembelajaran PKn selanjutnya;

    (2) diharapkan dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dalam

    rangka peningkatan mutu pendidikan; dan

    (3) semoga dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PKn di

    lapangan.

    E. Sistematika Penulisan

    Sistematika Penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan, berisi rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    28/73

    Bab II Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan, berisi ulasan singkat berdasarkan teori yang

    berkaitan dengan permasalahan penelitian dan pengajuan hipotesis tindakan sebagai

    pedoman dalam pelaksanaan penelitian.

    Bab III Metode Penelitian, berisi seeting penelitian, persiapan penelitian, siklus penelitian,teknik

    pengumpulan data dan analisis data.

    Bab IV Hasil Penelitian, berisi data laparangan dan hasil analisis yang diperoleh pada tiap siklus

    penelitian

    Bab V Simpulan dan Saran.

    BAB II

    LANDASAN TEORITIS

    A. Hakekat Pembelajaran

    1) Pengertian Pembelajaran

    Pembicaraan tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah

    kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat dipahami

    sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi)

    kurikulum., atau pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.

    Munandir (2000:255) memberikan batasan mengenai pembelajaran

    sebagai berikut: Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya mengacu ke

    segala daya upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan

    peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut.

    Selanjuntnya Gagne dalam Munandir (2000:256) menjelaskan bahwa:

    Pembelajaran tersusun atas seperangkat peristiwa (event) yang ada di luardiri si belajar, diatur untuk maksud mendukung proses belajar yang terjadi

    dalam diri si belajar tadi. Peristiwa-peristiwa pembelajaran itu adalah: (1)

    menarik (membangkitkan) perhatian, (ii) memberitahukan tujuan belajar,

    (iii) mengingat kembali hasil belajar prasyarat (apa yang dipelajari), (iv)

    menyajikan stimulus, (v) memberikan bimbingan belajar, (vi)

    memunculkan perbuatan (kinerja) belajar, (vii) memberikan balikan

    (feedback), (viii) menilai kinerja belajar, dan meningkatkan retensi dan

    transfer.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    29/73

    Berdasarkan hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran

    bisa berlangsung tanpa kehadiran guru. Kalaupun guru hadir, ia bukan seorang

    penyampai bahan, atau penyaji materi, melainkan sekedar media, guru adalah

    media, dan ia salah satu saja dari media pembelajaran. Pembelajaran tanpa seorang

    guru mengasumsikan kemandirian dan otoaktivitas siswa selaku pebelajar.

    Selanjutnya Depdiknas (2002:9) memberikan definisi pembelajaran sebagai

    berikut:

    Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyekdidik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan

    dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapaitujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian,

    jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka berarti

    pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain

    tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode

    pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,

    evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika

    pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran

    merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangkaian upaya atau

    kegitan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

    Berdasarkan analisis teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran adalah suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang guru

    dalam rangka menghasilkan terjadinya peristiwa belajar pada diri siswa untuk

    mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

    2) Perencanaan Pembelajaran

    Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang

    dilakukan guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara tertulis yang

    dituangkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus pada

    hakekatnya adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

    yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini

    sebagaimana dinyatakan dalam buku Panduan Penyusunan KTSP BNSP (2006:14),

    sebagai berikut:

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    30/73

    Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema

    tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

    pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dansumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan

    kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan

    indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

    Berdasarkan uraian di atas komponen silabus harus memuat standar kompetensi,

    kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,

    penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

    Dalam menyusun silabus guru harus memperhatikan prinsip-prinsip

    pengembangan silabus. BNSP (2006:10-11) telah menetapkan penyusunan silabus, yakni:

    1) Ilmiah

    Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan

    dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

    2) Relevan

    Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai

    dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta

    didik.

    3) Sistematis

    Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai

    kompetensi.

    4) Konsisten

    Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

    5) Memadai

    Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

    penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

    6) Aktual dan Kontekstual

    Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem

    penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam

    kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

    7) Fleksibel

    Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik,

    serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

    8) MenyeluruhKomponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,

    psikomotor).

    Adapun langkah-langkah pengembangan atau penyusunan silabus, adalah:

    1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

    Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana

    tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:

    a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak

    harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI;

    b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;

    c. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.

    2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    31/73

    Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi

    dasar dengan mempertimbangkan:

    a. potensi peserta didik;b. relevansi dengan karakteristik daerah,

    c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;

    d. kebermanfaatan bagi peserta didik;

    e. struktur keilmuan;

    f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

    g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan

    h. alokasi waktu.

    3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

    Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang

    melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik

    dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaiankompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui

    penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.

    Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah

    sebagai berikut.

    a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,

    khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

    b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta

    didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.

    c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi

    pembelajaran.

    b Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsurpenciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa

    dan materi.

    4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

    Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan

    perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

    Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan

    pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur

    dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat

    penilaian.

    5. Penentuan Jenis Penilaian

    Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.

    Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun

    lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek

    dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

    Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan

    menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara

    sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

    pengambilan keputusan.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.

    a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.

    b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan

    peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi

    seseorang terhadap kelompoknya.

  • 7/31/2019 Cacah Ptk Pkn

    32/73

    c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan

    dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan

    kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitansiswa.

    d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa

    perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang

    pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi

    peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.

    e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam

    proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas

    observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)

    misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang

    berupa informasi yang dibutuhkan.

    6. Menentukan Alokasi Waktu

    Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah mingguefektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah

    kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

    kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan

    waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang

    beragam.

    7. Menentukan Sumber Belajar

    Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan

    pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan

    fisik, alam, sosial, dan budaya.

    Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar

    serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

    kompetensi.

    Berikut contoh format pengembangan silbaus:

    SILABUS

    Nama Sekolah :

    Mata Pelajaran :

    Kelas/semester :

    Standar Kompetensi :

    Alokasi Waktu :

    KompetensiDasar

    MateriPokok/

    Pembe