tugas metode riset
TRANSCRIPT
Tabel. Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
1 Kurniawan R. dan Amri Jahi (2005)
1. Mengidentifikasi kompetensi apa yang perlu dikuasai oleh para penyuluh pertanian di tujuh kecamatan di kabupaten Bekasi yang telah berubah menjadi daerah industri dan perkotaan
2. Menentukan distribusi responden pada sejumlah peubah anteseden,
3. Menentukan derajad kesepakatan para penyuluh yang karakteristiknya berbeda tentang peringkat kompetensi yang perlu mereka kuasai.
Survey, deskriptif, , analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi jenjang Kendall w
1. perubahan lingkungan dan suasana kerja maupun profil khalayak yang dilayani, menuntut para penyuluh untuk menyesuaikan kompetensi
2. Korelasi kelima atribut (umur, pendidikan formal, masa kerja, penghasilan dan besar keluarga ) para Penyuluh Pertanian dengan jenjang kedelapan bidang kompetensi menunjukkan bahwa Pengembangan program penyuluhan, Pengembangan partisipasi petani, Pendidikan petani, dan Pengorganisasian petani tampil sebagai empat bidang kompetensi utama bagi para Penyuluh itu. Sementara keempat bidang lainnya seperti Sosial-ekonomi pertanian, Komoditas pertanian, Informasi pertanian dan Komunikasi menempati jenjang atau peringkat yang lebih rendah.
2 Murfiani F dan Amri Jahi (2006)
1. Menentukan sebaran penyuluh pada sejumlah karakteristik yang diamati,
2. Mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh dalam pengembangan modal usaha kecil di bidang pertanian,
3. Menentukan derajat hubungan antara karakteristik para penyuluh dengan kompetensi mereka dalam pengembangan
survei deskriptif, acak berlapis, uji korelasi jenjang Kendall tau b dan konkordansi Kendall W
Kompetensi penyuluh dalam pengembangan usaha agribisnis kecil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap agar dapat melaksanakan perannya dengan baik1. tiga bidang pengetahuan yang paling penting bagi
penyuluh ialah: (1) Mengembangkan swakarsa dan swadaya petani, (2) Membantu memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan tingkat desa, dan (3) Mengevaluasi program penyuluhan pertanian
2. tiga bidang keterampilan yang dianggap paling
1
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
modal usaha kecil di bidang pertanian
penting oleh penyuluh ialah: (1) Melaksanakan program penyuluhan pertanian, (2) Merencanakan program penyuluhan pertanian, dan (3) Mengevaluasi program penyuluhan.
3. tiga bidang sikap yang dianggap paling penting oleh penyuluh ialah (1) Merencanakan program penyuluhan pertanian, (2) Melaksanakan program penyuluhan pertanian, dan (3) Mengembangkan swakarsa dan swadaya petani
4. Karakteristik penyuluh yang dihubungkan dengan kompetensi penyuluh tentang pengembangan modal usaha agribisnis kecil adalah: (1) Umur, (2) Pendidikan, (3) Macam Institusi Pendidikan, (4) Bidang Keahlian, (5) Pendidikan Non Formal, (6) Pengalaman Menyuluh, (7) Pengalaman Usaha, (8) Konsumsi Media, (9) Kekosmopolitan, (10) Pendapatan, (11) Motivasi dan (12) Dukungan Organisasi. menunjukkan bahwa derajad kesepakatan penyuluh pada penjenjangan kesembilan bidang kompetensi yang perlu mereka kembangkan berkisar dari cukup sampai sangat kuat, baik pada aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap
3 Leilani A dan Jahi Amri (2006)
1. Menentukan distribusi para penyuluh pertanian pada sejumlah karakteristik internal dan eksternal mereka di beberapa Kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
survei deskriptif. Sampel ditentukan dari populasi secara Proportional Random Sampling, uji konkordansi Kendall W.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara karakteristik penyuluh pertanian dengan kinerjanya dalam pelaksanaan tugas pokok,
2. Sejumlah karakter penyuluh yang memiliki kesepakatan sangat tinggi dalam mempengaruhi
2
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
2. Mengidentifikasi kinerja para penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas pokok mereka, dan
3. Menentukan sampai sejauhmana karakteristik internal dan eksternal para penyuluh itu berhubungan dengan kinerja mereka dalam melaksanakan tugas pokok.
kinerja tersebut ialah: masa kerja, tanggungan keluarga, jenjang pendidikan, bidang keahlian, banyaknya pelatihan yang diikuti, motivasi kerja, penghasilan, ketersediaan sarana/prasarana, hubungan interpersonal dengan petani dan dengan tokoh masyarakat, menghadiri pertemuan antar PPL, penghargaan yang diterima, daerah tempat bertugas, dan tipe kelembagaan.
3. Bidang tugas pokok yang juga dianggap penting ialah; 1) Mengidentifikasi potensi wilayah dan agroekosistem, 2) Menyusun rencana kerja penyuluh pertanian, 3) Menyusun programa penyuluhan pertanian, dan 4) Mengembangkan swadaya dan swakarya petani
4 Marius JA. et al (2007)
Mengidentifikasi dan menganalisis Faktor-faktor yang berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap kompetensi Penyuluh (era sebelum dan sesudah otonomi daerah)
Lokasi sampel dipilih dengan teknik area sampling, objek dipilih dengan (purposive sampling), metode survei yang bersifat deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. pengujian reliabilitas alat ukur menggunakan teknik belah dua, analisis menggunakan SEM (Structural Equation Model).
1. di era sebelum pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan hasil uji SEM) unsur-unsur karakter individu penyuluh yang besar kontribusinya mendukung variabel ini berpengaruh nyata terhadap kompetensi penyuluh dalam melaksanakan tugasnya berturut-turut dari yang terbesar adalah motivasi, sifat kosmopolitan, pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, umur dan masa kerja sedangkan bidang keahlian berpengaruh negatif terhadap kompetensi penyuluh dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
2. Baik sebelum otonomi daerah maupun sesudah otonomi daerah diklat penyuluhan berpengaruh negatif terhadap kompetensi penyuluh dalam melaksanakan tugasnya
3
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
3. Sebelum otonomi daerah ketika penyuluhan masih ditangani oleh pemerintah pusat penyuluh merasa termotivasi dalam mengembangkan kompetensinya karena kekondusifan kerja terpelihara, masyarakat dan keluarga memberikan dukungan, ketersediaan informasi yang disiapkan oleh pemerintah dirasakan memadai, penggunaan teknologi pertanian oleh masyarakat petani semakin meluas. Unsur-unsur ini berpengaruh positif terhadap kompetensi penyuluh dalam menjalankan tugas-tugasnya Sebaliknya dimensi lain yaitu komitmen politik pemerintah pusat, dukungan pemda, dukungan dana, sarana dan prasarana pemerintah pusat dan pemda cendrung berpengaruh negatif terhadap kompetensi Penyuluh
5 Hubeis AV. (2007) mengetahui profil karakteristik PP; mengetahui motivasi, kepuasan kerja, dan produktivitas kerja PPL; menganalisis hubungan motivasi dan kepuasan kerja dengan produktivitas kerja PPL.
menggunakan Cluster Random Sampling. menggunakan kuesioner terstruktur dan Diskusi Kelompok Terarah (Diskorah). pengolahan data menggunakan analisis statistik deskriptif berupa tabel frekuensi, persentase, rataan dan total rataan skor, dan uji korelasi rank spearman dengan bantuan program SPSS.
1. Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa semua faktor internal (prestasi, pengakuan, pekerjaan, dan tanggungjawab) berkorelasi positif dengan produktivitas kerja PPL; Faktor eksternal yang berkorelasi positif dengan produktivitas kerja penyuluh yaitu status penyuluh dan hubungan interpersonal. Sedang faktor administrasi dan kebijakan, supervisi, gaji dan imbalan, dan kondisi kerja berkorelasi negatif dengan produktivitas kerja PPL.
2. Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan bahwa tiga dari empat unsur kepuasan kerja (psikologis, sosial, dan fisik) berkorelasi positif dengan produktivitas kerja PPL. Dan hanya unsur
4
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
finansial yang berkorelasi negatif.6 Suprjanto (2007) 1. Mengetahui secara simultan
dan parsial pengaruh karakteristik demografis yang terdiri atas pendidikan formal, umur, pelatian, pengalaman kerja, golongan kepangkatan dan jarak rumah-kantor terhadap semangat kerja PPL
2. Mengetahui pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total pendidikan formal, umur, pelatihan, pengalaman kerja, golongan kepangkatan dan jarak rumah-kantor terhadap semangat kerja PPL
3. Mengetahui kesesuaian model akhir pengaruh karakteristik demografis terhadap semangat kerja dengan data yang diperoleh
Survey deskriptif, simple random sampling, analisis jalur rekursif, multiple regression
1. Terdapat pengaruh secara simultan dari pengalaman kerja, golongan kepangkatan, dan jarak rumah-kantor terhadap semangat kerja
2. Terdapat Pengaruh langsung yang sangat nyata dari golongan kepangkatan dan jarak rumah-tempat kerja terhadap semangat kerja PPL
3. Terdapat pengaruh tidak langsung umur terhadap semangat kerja PPL melalui 3 jalur yaitu melalui a) pengalaman kerja, b)golongan kepangkatan dan jarak-rumah kantor c) pengalaman kerja dan golongan kepangkatan
4. Tidak terdapat pengaruh langsung yang nyata dari pendidikan formal, umur, pelatihan, terhadap semangat kerja PPL
7 Mustika S. et al (2008)
1. Menganalisis karakteristik penyuluh pertanian di Kab Lampung Barat
2. Menganalisis tingkat pengetahuan penyuluh pertanian terhadap tugas pokok dan fungsinya
3. Menganalisis tingkat
survey,deskriptif, Cross sectional, uji korelasi pearson, dan spearrman, uji regresi berganda
1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan karakteristik PPL yaitu pendidikan dan fasilitas yang diperoleh dengan tingkat pemahaman tugas pokok dan fungsi PPL, akan tetapi terdapat pengaruh signifikan negatif antara karakteristik pengalaman menyuluh dan bidang keahlian terhadap pemahaman tugas pokok dan fungsi PPL
2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
5
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
pengetahuan penyuluh pertanian terhadap ketahanan pangan
4. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan PPL tentang tugas pokok dan fungsi dengan karakteristik penyuluh
5. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan PPL tentang ketahanan pangan dengan karakteristik penyuluh
karakteristik PPL yaitu pendidikan dan fasilitas yang diperoleh dengan tingkat pengetahuan ketahanan pangan. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman tupoksi dengan pengetahuan ketahanan pangan terutama pada sub sistem konsumsi pangan
8 Marliati et al (2008) 1. Menganalisis karakteristik petani, karakteristik sistem sosial, tingkat kompetensi penyuluh pertanian dan tingkat kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani;
2. Meng-analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian dan
3. Merumuskan strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani.
penelitian penjelasan (explanatory research), metode pengambilan sampel gugus bertahap (multistage cluster sampling). kuesioner terstruktur, wawancara mendalam, Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group discussion) dan pengamatan partisipasi (participant observation), Uji Regresi Berganda
1. Tingkat kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani relatif belum baik (kategori “cukup”)
2. Karakteristik petani, karakteristik sistem sosial dan kompetensi penyuluh pertanian berpengaruh secara nyata terhadap kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani. (yaitu faktor pendidikan non formal); faktor karakteristik sistem sosial (yaitu nilai-nilai sosial budaya; akses terhadap lembaga agribisnis dan fasilitasi oleh lembaga pemerintah terkait agribisnis) dan faktor kompetensi penyuluh pertanian (yaitu kompetensi penyuluh berkomunikasi; kompetensi penyuluh membelajarkan petani dan kompetensi penyuluh berinteraksi sosial).
3. Kompetensi penyuluh yang strategis untuk ditingkatkan yaitu kompetensi: komunikasi (efektifitas berkomunikasi, kemampuan menjalin relasi, menggunakan media komunikasi, dll.);
6
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
mengorganisasikan kegiatan belajar petani (kemampuan memotivasi, mengelola kegiatan belajar, kemampuan menggunakan berbagai metode belajar, dan lain-lain) dan interaksi sosial (kemampuan untuk diterima masyarakat, kemampuan mengatasi konflik, dll.).
4. Strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani adalah: (1) Meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani, yaitu dengan meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian; dukungan positif sistem sosial dan akses petani terhadap pendidikan non formal. (2) Meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dengan meningkatkan kualitas kerja yang berkaitan dengan tugas utama penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani yaitu: (a) pengembangan perilaku inovatif; (b) penguatan partisipasi petani; (c) penguatan kelembagaan petani; (d) penguatan akses terhadap berbagai sumberdaya; (e) penguatan kemampuan petani berjaringan dan (f) kaderisasi.
9 Suhanda NS. et al (2008)
1. Mengidentifikasi sebaran penyuluh pertanian menurut karakteristik mereka di Jawa Barat
2. Mengidentifikasi kinerja penyuluh serta hasil penjenjangan bidang-bidang
Survei, Deskripsi, Stratified random sampling proportional, Statistik Descriptive analisis frequensi, analisis konkordasi Kendall W dan Kendal tau-b, reabilitas dengan alpha Cronbach
1. Sebagian besar penyuluh di Jawa Barat berada pada usia menjelang pensiun dengan masa kerja diatas 28 tahun, tingkat pendidikan S1/S2 swasta, spesialisasi penyuluh sebagian besar tanaman pangan khususnya padi.
2. Karakteristik penyuluh yang paling erat hubungannya dengan kinerja adalah usia, masa
7
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
kinerja penyuluh pertanian menurut tipe kelembagaan dan wilayah komoditas yang berbeda di Jawa Barat
3. Mengkaji keeratan hubungan sejumlah karakteristik dengan kinerja penyulh pertanian pada tipe kelembagaan dan wilayah komoditas yang berbeda di Jawa Barat
kerja, instiusi sekolah, pelatihan, motivasi berprestasi, kesempatan pengambangan karir, tingkat kewenangan dan tanggung jawab, makna pekerjaan, insentif, pembinaan dan supervisi serta kondisi kerja memiliki kesepakatan yang tinggi terhadap penjenjangan unsur-unsur kinerja
10 Trinanto N (2008) 1. Memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus dipertahatikan dalam manajemen kerja
2. Memberikan gambaran kepada manajemen perusahaan untuk mengambil berbagai kebijakan dalam menerapkan manajemen kierja
3. Mengetahui secara pasti langkah-langkah yang diambil dalam menerapkan manajemen kinerja
Teoritis, Analisis deskriptif 1. Tiga metode untuk menilai kinerja yaitu Rating system, Ranking system, dan Objective base
2. Produktivitas pada intinya perbandingan input dan output
3. Jadikan kebijakan reward dan punishment yang dimiliki perusahaan sebagai dasar merubah sikap dan mental karyawan
4. Manajemen kinerja merupakan sumber yang komprehensif tentang bagaimana mengahasilkan kinerja dan nilai terbaik dari setiap karyawan dalam suasana kerja yang dirancang untuk memacu produktivitas yang lebih besar
11 Sundjoto (2008) 1. Mengetahui konsep kinerja dan produktivitas
2. Mengetahui tujuan dan manfaat penilaian kinerja
1. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan faktor motivasi
2. Produktivitas atau prestasi kerja adalah perkalian dari usaha tenaga kerja dan motivasi yang tinggi dengan kemampuan yang dimiliki tenaga kerja tersebut
8
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
3. Produktivitas berkaitan dengan keefektifan dan efisiensi
4. Produktivitas seringkali diterapkan sebagai ukuran kinerja (performance) yaitu suatu ukuran pada beberapa sumber daya yang digabungakan dan digunakan untuk penyelesaian yang sesuai dengan hasil yang diharapkan
12 Kusmiyati et al (2010)
1. Mengetahui faktor internal dan eksternal penyuluh yang mendukung pelaksanaan TUPOKSI sebagai penyuluh PNS.
2. Mengetahui kinerja penyuluh pertanian PNS di BP3K Cibungbulang dalam melaksanakan TUPOKS
Survei, deskriptiff, Purpossive 1. Faktor internal penyuluh pertanian yang mendukung kinerja dalam melaksanakan TUPOKSI adalah tingkat pendidikan formal, sedangkan faktor usia penyuluh yang sebagian besar (50 persen) berusia > 52 tahun masih produktif untuk mendukung kinerja
2. Faktor eksternal yang mendukung kinerja penyuluh dalam melaksanakan TUPOKSI yaitu kebijakan pemerintah (Kelembagaan, dana, sarana)
13 Siregar AN dan TR Saridewi (2010)
1. Mengetahui hubungan antara motivasi dan budaya kerja dengan kinerja penyuluh pertanian.
2. Mengetahui pengaruh (kontribusi) motivasi dan budaya kerja terhadap kinerja penyuluh pertanian
Survei, Kuantitatif, korelasional, analisis jalur, Uji regresi dan korelasi
1. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya.
2. Motivasi mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja penyuluh pertanian di kabupaten Subang
3. Budaya kerja mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kinerja penyuluh pertanian di kabupaten Subang
4. Motivasi dan budaya kerja secara bersama-sama mempunyai hubungan yang sangat kuat
14 Hariadi SS (2010) 1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi produktivitas
Survey, analisis jalur, 1. Produktivitas kerja penyuluh dapat diukur dengan frekwensi kunjungan ke petani, metode
9
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
kerja penyuluh2. Mengetahui hubungan antara
sertifikasi penyuluh dan produktivitas kerja
penyuluhan yang digunakan, dan materi yang disampaikan.
2. produktivitas kerja penyuluh pertanian lapangan dipengaruhi oleh motivasi kerja, pendidikan penyuluh, dan pendapatan tambahan di luar penyuluh. Semakin rendah kegiatan Penyuluh Pertanian diluar penyuluhan menyebabkan konsentrasi kerja penyuluh semakin tinggi, dan secara langsung akan meningkatkan produktivitas kerja, secara tidak langsung meningkatkan motivasikerja dan selanjutnya meningkatnya motivasi akan meningkatkan produktvitas kerja
15 Wi jianto (2010) Mengetahui hubungan antara kompetensi penyuluh pertanian dengan tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani di kecamatan Banyudono kabupaten Boyolali.
Survey, desain korelasional, metode multi stage cluster random sampling (Acak Kelompok Banyak Tahap), Uji reliabilitas metode Alpha Cronbach. analisis korelasi product moment dengan program SPSS versi 12
Setiap kenaikan nilai pada variabel kompetensi penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota. Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel kompetensi penyuluh akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani.
16 Indraningsih KS. et al (2010)
1. menganalisis kinerja penyuluh pertanian, dilihat dari aspek kelembagaan penyuluhan, kompetensi, dan peran penyuluh; 2
2. menganalisis eksistensi dan prospek penyuluh pertanian swadaya sebagaipendamping penyuluh pertanian dalam
1. Kinerja penyuluh pertanian dapat optimal bila memperhatikan beberapa aspek, yakni kelembagaan penyuluhan, kompetensi penyuluh dan peran penyuluh.
2. Penyelenggaraan penyuluhan yang selama ini cenderung mengarah kepada transfer teknologi perlu bergeser ke arah pemberdayaan petani (capacity building of grass root community), dengan penyediaan teknologi yang sesuai dengan
10
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
mengatasi kompleksitas kegiatan dan tugas-tugas penyuluhan di lapangan;
3. merumuskan kebijakan strategis terkaitdengan peningkatan kinerja penyuluh pertanian PNS dan peran penyuluh swadaya
kebutuhan dan kemampuan petani. Penyuluh pertanian berperan sebagai dinamisator, fasilitator dan motivator.
3. pemerintah daerah provinsi dan kabupaten perlu membuat prosedur dan standar kinerja penyuluh. Pemerintah daerah tingkat kabupaten perlu menetapkan sistem kompensasi berupa insentif, ataupun reward dan punishment, serta fasilitas kerja yang memadai untuk menjamin adanya motivasi kerja yang tinggi dari seluruh tenaga fungsional penyuluh pertanian. Reward dapat diberikan kepada penyuluh pertanian berupa pemberian kesempatan mengikuti pendidikan formal dan pendidikan non formal (pelatihan-pelatihan, menghadiri seminar, workshop dan sebagainya) sebagai upaya meningkatkan kompetensi penyuluh
17 Kaliky R. et al (2011) Mengkaji karakteristik penyuluh di Maluku dan hubungannya dengan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Maluku
Survey, deskriptif, simple random sampling, statistik deskriptif SPSS 16
1. Rendahnya tingkat pendidikan berdampak pada kinerja penyuluh, yang terlihat dari rerata penyuluh yang menyusun programa penyuluhan pertanian
2. Untuk meningkatkan kualitas dan kinerja penyuluh di wilayah tersebut maka pengembangan penyuluh melalui pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang mendesak
18 Sapar et al (2011) 1. mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian dan
Survei, explanatory, proportional random sampling, analisis SEM dengan LISREL, uji reabilitas
1. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja penyuluh pertanian adalah karakteristik (umur, pelatihan, pengalaman kerja), kompetensi (kemampuan perencanaan penyuluhan,
11
No Penulis Tujuan Data dan Analisis Data Hasil Penelitian
2. mengetahui derajat hubungan faktor-faktor internal yang berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian di empat wilayah Sulawesi Selatan.
alpha cronbach kemampuan dalam evaluasi dan pelaporan, kemampuan dalam pengembangan penyuluhan), motivasi (kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi), dan kemandirian (kemandirian ekonomi).
2. Terdapat hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian, yaitu karakteristik dengan kompetensi, karakteristik dengan motivasi, karakteristik dengan kemandirian, kompetensi dengan motivasi, dan motivasi dengan kemandirian adalah lemah. Hubungan kompetensi dengan kemandirian adalah paling kecil.
12
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian sebelumnya
Di Indonesia berbagai studi empiris yang membahas dan mengkaji hubungan
ataupun pengaruh karakteristik penyuluh terhadap kompetensi, produktivitas dan
kinerja penyuluh pertanian telah banyak dilakukan. Unsur karakteristik penyuluh
yang digunakan dalam penelitian terdahulu cukup beragam namun secara garis besar
diperoleh hasil yang hampir sama.
Penyuluhan sebagai proses pembelajaran (pendidikan nonformal) yang
ditujukan untuk petani dan keluarganya memiliki peran penting di dalam pencapaian
tujuan pembangunan bidang pertanian (Hubeis, 2007). Lebih lanjut kementerian
Pertanian, (2009) mendefenisikan penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran
bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dalam defenisi penyuluhan pertanian terdapat tiga tujuan utama penyuluhan
yakni bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better business)
dan mencapai kehidupan yang lebih baik (better living).
Untuk mencapai tujuan utama dari penyuluhan maka dibutuhkan strategi
penyuluhan yang tepat dan efektif. Strategi penyuluhan pertanian yang tepat adalah
dengan meningkatkan kapasitas petani melalui pemberdayaan petani yang dilakukan
dengan pendekatan partisipatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Indraningsi et al
(2010), yang menyatakan bahwa penyelenggaraan penyuluhan yang selama ini
cenderung mengarah kepada transfer teknologi perlu bergeser ke arah
pemberdayaan petani (capacity building of grass root community). Pemberdayaan
petani dapat dilaksanakan dengan penyediaan teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan petani. Selanjutnya menurut Marliati et al (2008),
keberhasilan pemberdayaan petani ditentukan oleh 3 faktor yaitu karakteristik
petani, karakteristik sistem sosial dan kompetensi penyuluh pertanian itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian Wijianto (2010), menyebutkan bahwa setiap
13
kenaikan nilai pada variabel kompetensi penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai
pada variabel partisipasi anggota. Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai
pada variabel kompetensi penyuluh akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel
partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani.
Kompetensi ialah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh agar
dapat melakukan tugasnya dengan baik. (Murfiani dan Amri, 2006). Selanjutnya
Kurniawan dan Amri (2005), menyatakan bahwa para penyuluh harus mampu untuk
menyesuaikan kompetensinya mengikuti setiap perubahan lingkungan, suasana kerja
maupun profil khalayak yang dilayani. Tingkat kompetensi seorang penyuluh
dipengaruhi oleh unsur-unsur karakteristik yang melekat pada penyuluh tersebut
(Kurniawan dan Amri, 2005; Murfiani dan Amri, 2006; Marius, 2007; Marliati et al,
2008; Sapar et al, 2011)
Penguasaan terhadap tugas pokok dan fungsinya merupakan hal yang mutlak
bagi seorang penyuluh pertanian. Menurut Leilani dan Amri (2006), terdapat
hubungan yang erat antara karakteristik penyuluh pertanian dengan kinerjanya
dalam pelaksanaan tugas pokok. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mustika et al
(2008), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
karakteristik penyuluh pertanian, yaitu pendidikan dan fasilitas yang diperoleh
dengan tingkat pemahaman tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian. Adapun
tugas pokok yang penting untuk dikuasai oleh penyuluh adalah 1) Mengidentifikasi
potensi wilayah dan agroekosistem, 2) Menyusun rencana kerja penyuluh pertanian,
3) Menyusun programa penyuluhan pertanian, dan 4) Mengembangkan swadaya dan
swakarya petani (Mustika et al, 2008).
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya seorang penyuluh
diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi dan kinerja yang baik.
Produktivitas selalu berkaitan dengan kinerja. Produktivitas merupakan
perbandingan hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan
(Sundjoto, 2008). Sementara Gomez (Ananta, 2008), menyatakan produktivitas
sebagai fungsi perkalian dari usaha pegawai (effort) yang didukung motivasi yang
tinggi dengan kemampuan (ability) yang dimiliiki pegawai tersebut. Pengertian lain
tentang Produktivitas kerja adalah kemampuan untuk memperoleh manfaat sebesar-
besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia (Hariadi, 2010). Dari definisi
14
Produktivitas maka disimpulkan bahwa produktivitas berkaitan dengan keefektifan
dan efisiensi.
Trinanto (2008), menyebutkan bahwa produktivitas pada intinya
perbandingan ratio antara input dan output. Yang dimaksudkan output adalah jumlah
atau volume dari produk atau jasa yang dihasilkan sedangkan input adalah volume
sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output. Hasil perbandingan input
dan output disebut indeks produktivitas, dan indeks produktivitas inilah yang
mampu mencerminkan kinerja secara tepat. Pernyataan ini didukung juga oleh
pendapat Sundjoto (2008) yang menyatakan produktivitas seringkali diterapkan
sebagai ukuran kinerja (performance) yaitu suatu ukuran pada beberapa sumber
daya yang digabungkan dan digunakan untuk penyelesaian yang sesuai dengan hasil
yang diharapkan
Kinerja (performance) menurut Sundjoto (2008), merupakan perpaduan dari
faktor kemampuan (ability) dan motivasi (motivation), sedangkan pengertian kinerja
(prestasi kerja) menurut Siregar dan Saridewi (2010) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Leilani dan Amri
(2006), menyatakan bahwa bagi seorang penyuluh pertanian, kinerja merupakan
perwujudan diri atas sejauhmana tugas pokoknya dapat dilaksanakan sesuai dengan
patokan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian Marliati et al (2008), menyebutkan
tingkat kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani relatif belum baik
(kategori “cukup”). Namun indraningsi et al (2010), menyatakan kinerja penyuluh
pertanian dapat optimal bila memperhatikan beberapa aspek, yakni kelembagaan
penyuluhan, kompetensi penyuluh dan peran penyuluh. Untuk meningkatkan
kualitas dan kinerja penyuluh tersebut maka pengembangan penyuluh melalui
pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang mendesak (Kaliky et al, 2011).
Sapar et al (2011), menyatakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja
penyuluh pertanian adalah karakteristik (umur, pelatihan, pengalaman kerja),
kompetensi, motivasi dan kemandirian. Sedangkan Suhanda et al (2008), menyatakan
karakteristik penyuluh yang paling erat hubungannya dengan kinerja adalah usia,
masa kerja, institusi sekolah, pelatihan, motivasi berprestasi, kesempatan
15
pengembangan karir, tingkat kewenangan dan tanggung jawab, makna pekerjaan,
insentif, pembinaan, supervisi serta kondisi kerja.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan hubungan antara
kompetensi, kinerja dan produktivitas sebagai berikut: untuk memiliki kinerja yang
baik seorang penyuluh harus memiliki kompetensi yang tinggi. Meningkatnya kinerja
penyuluh pertanian, berarti juga meningkatnya produktivitas kerja penyuluh
(Hariadi, 2010; Sapar et al 2011). Kompetensi, produktivitas dan kinerja kesemuanya
berhubungan erat dengan karakteristik yang melekat pada diri penyuluh.
Dalam penelitian ini akan mencoba menganalisis hubungan antara
karakteristik individu dengan tingkat kompetensi, produktivitas dan kinerja
penyuluh penyuluh pertanian di Kota Bengkulu. Hal yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini akan menganalisis kompetensi,
kinerja penyuluh pertanian Kota Bengkulu sehingga dapat dipetakan kondisi para
penyuluh Kota Bengkulu saat ini yang dibagi berdasarkan tingkat kompetensi,
produktivitas dan kinerjanya serta melihat unsur karakteristik mana yang
mempengaruhinya.
16
2.2. Kerangka Berfikir
Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik
dan benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional dalam
melaksanakan tugasnya guna mencapai tujuan penyuluhan itu sendiri.
Profesionalitas seorang penyuluh tercermin dari tingkat kompetensi dan
produktivitas seorang penyuluh yang akan berimplikasi pada kinerja yang
ditampilkan penyuluh tersebut dalam pelaksanaan tugas.
Kompetensi penyuluh pertanian ditentukan oleh karakteristik penyuluh.
Karakteristik yang berpengaruh pada kompetensi penyuluh pertanian adalah tingkat
penghasilan, pendidikan formal, pelatihan, masa kerja, jumlah tanggungan dan
potensi wilayah kerja.
Kompetensi, motivasi dan produktivitas penyuluh pertanian menentukan
kinerja penyuluh pertanian.
Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang penyuluh
pertanian agar berhasil dalam melakukan pekerjaannya, motivasi merupakan suatu
dorongan yang ada pada diri individu penyuluh untuk melakukan penyuluhan,
sedangkan produktivitas merupakan konsep yang menggambarkan hubungan antara
input (jumlah tenaga kerja dan modal) dengan output (jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan). Pengertian produktivitas kerja penyuluh dalam konteks penyuluhan
pertanian adalah suatu konsep yang menggambarkan efektivitas dan efisiensi kerja
seeorang penyuluh dalam melaksanakan tugas pokoknya. Perpaduan antara
kompetensi, motivasi dan produktivitas akan menghasilkan kinerja yang mempunyai
definisi sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Untuk mengetahui produktivitas kerja penyuluh pertanian dapat diukur
dengan frekwensi kunjungan ke petani, metode penyuluhan yang digunakan, materi
yang disampaikan, perubahan pengetahuan petani, perubahan sikap petani, dan
perubahan keterampilan petani (Hariadi, 2010).
Sinungan dalam Sundjoto (2008) menyatakan pengukuran kinerja yang
tercermin dari pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang
penting disemua tingkatan ekonomi.
17
Karakteristik Penyuluh X1Tingkat PengahasilanPendidikan FormalPelatihanMasa KerjaJumlah TanggunganPotensi Wilayah Kerja
Motivasi X2PrestasiPengakuanPenghargaan/imbalan
Kompetensi Penyuluh X3Menyiapkan PenyuluhanMelaksanakan PenyuluhanEvaluasi PenyuluhanPengembangan PenyuluhanMengembangkan ProfesiKomunikasi Penyuluhan
Produktivitas Penyuluh Y1Frekwensi kunjungan ke kelompokMetode yang digunakanMateri yang diberikanPerubahan Pengetahuan petaniPerubahan Keterampilan PetaniPerubahan sikap petani
Y2Kinerja Penyuluh
Dari uraian diatas baik dari kajian yang telah dilakukan maupun rencana yang
akan dilakukan kerangka berfikir yang digunakan dapat dilihat pada gambar 1
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian
18
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, dirumuskan hipotesis kerja
penelitian sebagai berikut:
1. Karakteristik berpengaruh pada kompetensi penyuluh pertanian.
2. Kompetensi, motivasi, dan karakteristik penyuluh pertanian berpengaruh pada
produktivitas penyuluh pertanian.
3. Karakteristik berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian
4. Kompetensi berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian
5. Karakteristik, Kompetensi, motivasi, dan produktivitas penyuluh pertanian
berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian.
6. Terdapat hubungan antara peubah karakteristik, motivasi dan kompetensi
penyuluh pertanian
19
TUGAS METODE RISET DAN BISNIS
TABEL PENELITIAN SEBELUMNYA
2.1. PENELITIAN SEBELUMNYA
2.2. KERANGKA BERFIKIR
KUMPULAN JURNAL
M. ALI HANAFIAH
E2D011114
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER AGRIBISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2012