tugas kelompok it research

Upload: elma-permata-sari

Post on 15-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

macam-macam analisis metodologi

TRANSCRIPT

  • STMIK RAHARJA

    Elma

    Permata Sari

    Sri

    Maryani

    Thea

    Puspita 2014

    IT RESEARCH

    Metode Analisis Data

    M A R Y A N I . I L E A R N I N G . M E

  • 1. BALANCED SCORECARD

    Studi Kasus PT KOJO Oleh: Irman Musafir Sufi

    Balanced Scorecard (BSC) merupakan suatu sistem manajemen pengukuran dan pegendalian

    yang secara capat, tepat dan komprehensif dapat memberiakan pemahaman kepada manajer

    tentang performance bisnis. Pengukuran tersebut memandang unit bisnis dari empat

    persepektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta

    proses pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard Sebagai Sisitem Manajemen

    StrategisTujuannya adalah untuk mengidentifikasikan sebab-sebab kegagalan dari beberapa perusahaan dan keberhasilan dari perusahaan yang lainnya.

    Balanced Sorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja PerusahaanBalanced Scorecard selain dapat berfungsi sebagai alat pengukur kinerja juga dapat sebagai alat ukur keberhasilan organisasi

    yang bersifat multidimensional yang dikembangkan sebagai dasar dan pedoman untuk

    menetapkan beberapa hal seperti :

    Terpenuhinya harapan dan kebutuhan semua pihak yang terkait dengan organisasi

    (stakeholder).Kesiapan organisasi untuk menjaga kelangsungan hidupnya dimasa depan yang penuh gejolak.Sudah diperhitungkannya seluruh kekayaan dan potensi yang dimiliki organisasi pada waktu disiapkan strategi dan misi untuk mewujudkan cita-cita

    bersama.Selain itu juga BSC akan berfungsi sebagai instrument manajemen yang bersifat sebagai instrument manajeman yang bersifat strategis dan sistematis.Manfaat yang didatangkan dengan menerapkan BSC sebgai alat ukur kinerja terhadap perusahaan dilihat

    dari perspektif yang dicakup olehnya adalah sebagai berikut :

    Perspektif keuanganMemberi gambaran ringkas mengenai konsekuensi ekonomi dan tindakan strategis yang diambil organisasi.

    Pespektif pelangganMemberikan kepuasan dan nilai tinggi kepada pelanggan, sehingga dapat dipertahankan pelanggan lama dan ditingkatkan pelanggan baru.

    Perspektif Bisnis InternalMenjaga adanya proses bisnis yang memungkinkan perusahaan menjaga efisiensi dan produktivitas proses operasi dengan memanfaatkan teknologi terbaik

    dan cara-cara paling tepat.

    Perspektif Pembelajaran dan PertumbuhanMenjamin agar perusahaan mampu beradaptasi dengan baik dan mampu melakukan perubahan sesuai dengan perubahan yang

    terjadi dilingkungannya.Metode BSC berusaha untuk menggabungkan ukuran-ukuran finansial dengan ukuran- ukuran performansi yang menjadi pendorong peningkatkan

    performansi di masa mendatang.Keunggulan Perenacanaan Strategis Menggunakan Metode BSCKeunggulan penggunaan BSC sebagai alat penyusunan rencana strategis perusahaan adalah dihasilkannya sasaran strategis yang komprehensif, koheren, terukur dan seimbang.

    Komprehensif Balanced Scorecard menjanjikan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja

    keuangannya dalam jangka panjang melalui kekomprehensivan sasaran-sasaran startegis yang

    dihasilkan dalam perencanaan stategisnya.

  • Koheren

    Penggunaan BSC dalam perencanaan strategis dapat menghasilkan sasaran-sasaran strategis

    yang koheren, yaitu dihasilkannya hubungan sebab akibat antara sasaran strategis non

    keuangan degan sasaran strategis keuangan serta hubungan antara sasaran non keuangan

    dengan sasaran non keuangan lainnya.

    Jadi, sasaran strategis yang dihasilkan pada perspektif non keuangan tidak ada yang tidak

    bermanfaat untuk mewujudkan sasaran strategis keuangan.

    Terukur

    Keterukuran sasaran strategis menjadikan sasaran tersebut jelas sehingga menjanjikan

    ketercapainya sasaran tersebut. Sasaran yang dihasilkan akan diukur dalam dua macam

    ukurang hasil dan pemicu.

    Seimbang

    Sasaran strategis yang dihasilkan perlu diarahkan ke dalam empat perspektif secara seimbang.

    Perspektif proses bisnis dan belajar dan pertumbuan berfokus ke dalam perusahaan sedang

    pelanggan dan keuangan berorentasi keluar perushaan. Jadi, dengan BSC akan dihasilkan

    sasaran strategis.

    Beberapa alasan pentingnya BSC mengkomunikasikan strartegi yaitu : Menerapkan visi masa depan organisasi ke seluruh perusahaan, sehingga menciptakan pemahaman yang

    sama. Menciptakan model yang holistic dari strategi yang mengijinkan semua karyawan untuk melihat hubungan kontribusi mereka terhadap organisasi. BSC berfokus pada perubahan, jadi jika tujuan dan ukuran yang tepat sudah diidentifikasikan, akan kemungkinan

    pelaksanaan berhasil akan sangat besar.

    PERFORMANCE MANAGEMENT SYSTEM DI PT KOJO

    PT. KOJO adalah perusahaan yang bergerak dibidang property migas yang beroperasi di

    wilayah Kalimantan Timur dan Riau, Klien PT KOJO terdiri dari para kontraktor Migas

    seperti Schlumberger, Haliburton, BJ Service, EMI dll. PT. KOJO menerapkan Performance

    Management system dengan pola 2 kaki yaitu management by Objective dengan

    mengimplementasikan Balanced Scorecard dan Management by values melalui competency

    model. KOJO mencoba menyeimbangkan orientasi hasil dan orientasi proses, mencoba

    membangun system pengukuran kinerja serta membangun juga budaya perusahaan yang

    mantap dan dapat dianut oleh seluruh stakeholders.

    Lebih jauh lagi dalam implementasinya, KOJO juga focus dalam menciptakan tenaga kerja

    yang professional dengan menggunakan system pengukuran balanced scorecard. Melalui

    balanced scorecard setiap departemen harus terlibat dalam menunjang rencana strategis

    perusahaan.

    Dalam tataran operasionalnya keseluruhan sasaran strategis akan diturunkan kedalam sasaran

    strategis departemen (cascading) dan masing-masing diberikan Key Performance Indicator

    untuk mengukurnya.

    TREND WATCHING MELALUI ANALISA SWOT BERBASIS BALANCED

    SCORECARD

    Mengawali proses Balanced Scorecard KOJO melakukan analisa SWOT dengan berbasis

    balanced scorecard sehingga didapat sebagai berikut:

  • Ancaman Peluang Kekuatan Kelemahan

    Keuangan

    Inflasi,

    kenaikan harga

    pangan, listrik

    dan fluktuasi

    harga minyak

    Perkembangan

    ekonomi yang

    bagus

    Keuangan yang

    sehat

    Cashflow yang

    kurang terkelola

    Pelanggan

    Kompetitor

    baru

    Munculnya

    pelanggan baru

    di migas

    Reputasi

    perusahaan di

    bidang support

    base

    Pelayanan yang

    kurang

    maksimal

    Proses

    Internal

    Audit client

    dan Gangguan

    LSM lokal

    Adanya upaya

    untuk

    perbaikan

    proses

    pelayanan dan

    produksi

    Terjaganya

    prosedur

    melalui sistem

    Balanced

    Scorecard

    Ktidak

    konsistenan

    dalam

    menjalankan

    prosedur

    Pembelajaran

    dan

    pertumbuhan

    Pembajakan

    karyawan

    Munculnya

    karyawan

    muda dan

    terampil

    Manajemen

    yang

    berpengalaman

    Masih adanya

    karyawan tua

    dan kurang

    terampil

    Terdapat kondisi yang mendukung dilakukannya perancangan dan penerapan BSC sebagai

    suatu sistem manajemen strategis yang sekaligus digunakan sebagai instrumen pengukuran

    kinerja di PT. KOJO.

    Kondisi Pertama, yang mendukung penerapan BSC adalah PT. KOJO telah memiliki visi

    dan misi yang jelas dan mudah dipahami serta dituangkan dalam konsep-konsep strategis

    yang gamblang. Hal ini relatif memudahkan identifikasi sasaran strategis perusahaan dan

    perancangan model BSC yang sesuai dengan arah strategi perusahaan. Keberhasilan

    identifikasi strategi perusahaan beserta sasaran-sasarannya akan memudahkan pemilihan

    berbagai tolok ukur kinerja bisnis yang sesuai untuk PT. KOJO.

    Kondisi Kedua, struktur organisasi PT. KOJO yang didominasi oleh keleompok-kelompok

    fungsional ( Urusan-urusan dan grup-grup) relatif berhasil mengurangi herarkisme organisasi.

    Hal ini memungkinkan terjadinya komunikasi yang efektif diantara seluruh individu dalam

    organisasai. Dengan demikian visi, misi dan strategi usaha yang dirancang di tingkat puncak

    akan dapat dikomunikasikan secara efektif keseluruh individu dalam organisasi perusahaan.

    Kesatuan pemehaman seluruh individu atas visi, misi dan strategi perusahaan sangatlah

    penting untuk mendukung keberhasilan implementasi BSC untuk mengukur kinerja bisnis,

    dan juga proses evaluasi serta proses umpan baliknya. Dengan adanya kesatuan pemahaman

    tersebut, setiap individu akan berusaha menyelaraskan tujuan atau sasaran kerjanya ( personal

    goals ) dengan sasaran strategis perusahaan, sehingga pada akhirnya pencapaian sasaran

    strategis perusahaan akan berarti pencapaian tujuan setiap individu. Hal ini pada akhirnya

    akan memberikan kepuasan kerja pada seluruh karyawan, dan manajemen pun akan lebih

    mudah melakukan penilaian atas kinerja setiap individu guna menentukan kompensasi secara

    objektif.

    Kondisi Ketiga, kondisi persaingan yang semakin meningkat, mendorong PT KOJO untuk

    senantiasa merumuskan dan mengevaluasi secara terus menerus strategi usahanya untuk

  • dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Untuk dapat mengevaluasi efektivitas strategi

    usaha pencapaian sasaran-sasaran strategis perusahaan secara tepat, PT. KOJO memerlukan

    suatu instrumen pengukuran kinerja bisnis yang dapat memberikan informasi tentang

    keberhasilan strategi dan operasi bisnis perusahaan secara komprehensif, bukan hanya dari

    aspek keuangan, namun juga dari seluruh aspek yang terlibat dan berpengaruh secara

    signifikan terhadap proses bisnis secara keseluruhan. Karakteristik instrumen pengukuran

    kinerja seperti ini dapat ditemukan pada konsep BSC.

    Kondisi Keempat, komposisi sumber daya manusia di PT. KOJO yang sebagian besar

    berusia relatif muda ( 49% pegawai berusaha dibawah 30 tahun, 45% berusia antara 31-40

    tahun, dan sisanya diatas 40 tahun ) yang sebagian besar berpendidikan sarjana

    memungkinkan adanya dinamika dan progresivitas proses manajerial. Lazimnya, pegawai

    berusia muda relatif lebih tanggap terhadap perubahan dan lebih dapat diterima adanya sistem

    baru secara mudah. Kondisi semacam ini jelas sangat kondusif bagi penerapan BSC sebagai

    instrumen pengukuran kinerja bisnis di PT. KOJO.

    Dengan kondisi-kondisi seperti tersebut diatas maka PT. KOJO sangat tepat untuk segera

    menerapkan sistem strategis manajemen berbasis BSC yang dapat digunakan sebagai suatu

    sistem pengukuran kinerja yang komprehensif dalam melihat kinerja perusahaan dari

    berbagai sudut pandang yang sangat seimbang.

    PENENTUAN VISI DAN MISI SERTA STRATEGI

    Untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, PT. KOJO telah menyusun perencanaan bisnis

    dimana di dalamnya diterapkan visi dan misi perusahaan, yang merupakan pernyataan tujuan

    jangka panjang perusahaan, termasuk strategi yang akan digunakan untuk berkompetisi.

    Visi

    Perusahaan yang terpercaya dalam pengembangan property di bidang industry

    pertambangan dan energy global

    Misi

    Perusahaan Maju yang memberikan pelayanan yang inovatif dalam memenuhi kebutuhan

    client serta dikelola secara professional

    Values

    Pernyataan misi diatas telah memperhatikan perspektif secara berimbang:

    1. Keuangan, yang ditransformasikan dengan perusahaan maju

    2. Pelanggan, yang ditransformasikan dengan dalam memenuhi kebutuhan client

    3. Bisnis internal, yang ditransformasikan dalam pelayanan yang inovatif

    4. Pertumbuhan dan pembelajaran, yang ditransformasikan dengan secara professional. Hal ini

    menunjukkan perhatian perusahaan pada upaya peningkatan keahlian dan profesionalitas

    pegawai

  • PROSES DESIGN BALANCED SCORECARD

    Dalam tahap awal perancangan BSC haruslah dibentuk tim kerja yang dipimpin oleh

    Pimpinan dengan anggota dari berbagai bagian dalam perusahaan, sehingga seluruh bagian

    dalam perusahaan terwakili. Tim kerja ini akan didampingi dan bekerja sama dengan Tim

    dari luar perusahaan yang mengerti dan memahami konsep ini secara baik dan benar. Dalam

    contoh ini Tim kerja dari dalam perusahaan tidak dibentuk, oleh karenanya rancangan ini

    nantinya diharapkan dapat menjadi model dasar BSC yang dapat diimplementasikan di PT.

    KOJO atau sebagai contoh bagi perusahaan lain.

    Proses selanjutnya dari perancangan BSC ini adalah mengevaluasi visi, misi dan strategis

    yang ada. Apakah masih akan dipertahankan atau dilakukan perubahan sesuai dengan hasil

    analisis terhadap visi dan misi perusahaan termasuk analisis terhadap strategis yang

    digunakan. Hal ini akan lebih baik jika didukung oleh suatu penelitian mengenai tren industri

    oil support base.

    PENENTUAN STRATEGI

    Tahapan selanjutnya adalah penentuan strategi yang akan digunakan oleh PT. KOJO dalam

    menjalankan usahanya.

    Model ini menunjukan dua variabel untuk menentukan strategi perusahaan, yaitu daya tarik

    industri ( industry attractiveness ) dan kekuatan bisnis perusahaan ( business strength ) dalam

    penguasaan pangsa pasar yang ada.

    Dari hasil analisis ternyata daya tarik industri tinggi, hal ini terbukti dengan banyaknya

    peminat yang masuk wilayah oil support base, dan PT KOJO, memiliki kekuatan usaha yang

    sangat kuat dalam penguasaan pangsa pasar. Maka strategi yang dipilih adalah strategi

    pertumbuhan ( growth strategy ). Pertimbangan lainnya dalam pemilihan strategi ini adalah

    kesesuaian visi dan misi perusahaan. Dimana untuk dapat mencapai visi dan misi perusahaan

    seperti tersebut diatas maka perusahaan harus terus berkembang.

    PEMILIHAN PERSPEKTIF DAN PENENTUAN SASARAN STRATEGIS

    Penentuan persepektif yang akan digunakan untuk menjabarkan strategi ke dalam istilah-

    istilah operasional ( translating strategy into operational terms ) dilakukan dengan

    memperhatikan keseimbangan antara aspek keuangan dan non keuangan, aspek masa lalu dan

    aspek masa depan, serta aspek eksternal dan aspek internal. Untuk itu empat perspektif yang

    ditawarkan Kaplan dan Norton dalam konsep BSC diterapkan yaitu :

    1. Perspektif Keuangan

    2. Perspektif Pelanggan

    3. Perspektif Internal Bisnis, dan

    4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

  • Keempat perspektif tersebut dianggap mencukupi dengan sedikit perubahan nama dalam

    perspektif pelanggan menjadi perspektif nasabah, sesuai dengan keunikan dari industri

    perbankan itu sendiri dimana pelanggan memiliki penamaan sendiri yaitu client .

    Dari berbagai data yang ada seperti data perancangan strategis dari hasil wawancara dengan

    berbagai pihak di PT. KOJO, yaitu penentuan sasaran-sasaran strategis didalam setiap

    perspektif, dapat di laksanakan. Dari proses ini penentuan sasaran-sasaran strategis PT.

    KOJO adalah :

    1. Meningkatkan pendapatan melalui proyek konstruksi dan efisiensi.

    2. Meningkatkan mutu pelayanan kepada client.

    3. Meningkatkan jumlah workshop untuk disewakan.

    5. Mengembangkan teknologi.

    6. Meningkatkan profesionalisme pegawai, dan

    7. Meningkatkan pengawasan dan budaya patuh pada aturan.

    Sasaran strategis tersebut kemudian diturunkan ke tingkat divisi dan departemen.

    Dari seluruh sasaran strategis yang sudah disiapkan dibuatlah masing-masing KPI (Key

    Performance Indicator)nya, KPI tersebut diturunkan pula dari KPI strategi sampai dengan

    KPI departemen, bahkan untuk keperluan evaluasi karyawan diturunkan pula ke tataran

    Job/Jabatan. Berikut contohnya:

    Untuk mempermudah proses cascading strategi maka dibuatlah peta strategy (strategic

    mapnya),

    PERSPEKTIF KEUANGAN PT. KOJO

    Dengan strategi pertumbuhan pendapatan tersebut, maka tolok ukur keuangan yang

    sebaiknya dijadikan sebagai tolok ukur kinerja bisnis yang utama adalah tolok ukur keuangan.

    Tolok ukur ini dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian sasaran strategis PT.

    KOJO dalam hal pendapatannya, yaitu :

    a. Return on Assets ( ROA )Yaitu persentase laba kotor yang dicapai perusahaan

    dibandingkan dengan total aktiva perusahaan. Kenaikan atau penurunan ROA dari

    satu periode akuntansi berikutnya dapat dijadikan ukuran pertumbuhan pendapatan

    perusahaan. Jika tolok ukur ini dirata-ratakan untuk beberapa periode, akan

    menghasilkan tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata ( average growth rate )

    b.

    b. Net Margin ( Laba setelah Pajak ). Pertumbuhan atau penurunan laba dari period eke

    periode juga dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan pertumbuhan pendapatan

  • perusahaan. Jika tolok ukur ini dirata-ratakan untuk beberapa periode, akan menghasilkan

    tingkat pertumbuhan pendapatan rata-rata ( average growth rate )

    c. Revenue mix ( bauran pendapatan ) Yaitu melihat pendapatan dari berbagai sumber darimana pendapatan tersebut diperoleh, seperti bernagai macam produk atau nasabah

    (segmen ). Ukuran ini untuk mengukur kinerja atau profitabilitas berbagai macam produk

    yang ada dan setiap segmen nasabah.

    PERSPEKTIF CLIENT PT. KOJO

    Sasaran stratedi dalam perspektif nasabah meliputi :

    1. Miningkatkan mutu pelayanan kepada client, dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan

    client dan juga mempertahankan client.

    2. Meningkatkan jumlah workshop untuk disewakan. Dengan tujuan untuk meningkatkan

    jumlah client dan pangsa pasar.

    3. Kedua sasaran strategis tersebut diatas sejalan dengan strategi pertumbuhan perusahaan

    dan sasaran strategis berupa meningkatkan pendapatan pada perspektif keuangan. Dengan

    demikian, tolok ukur yang tepat untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis

    dalam perspektif nasabah adalah :

    a. Tingkat Kepuasan client ( client satisfaction ) Tolok ukur ini dapat diketahui melalui

    survey kepada client secara periodic. Salah satu metode survey yang dapat digunakan adalah

    dengan metode servqual. Metode ini merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar

    kesenjangan ( gap ) antara harapan ( expectation ) client dan persepsi client terhadap

    pelayanan yang diberikan PT. KOJO. Masing-masing item pernyataan dari harapan dan

    persepsi nasabah diberikan nilai ( score ) untuk dapat melihat selisih ( gap ) antara harapan

    pelanggan dan persepsinya.

    b. Penguasaan Pasar ( marker share ) Tolok ukur ini merupakan tolok ukur yang penting

    karena terkait erat dengan visi PT. KOJO. Pangsa pasar dihitung dari besarnya pasar atau

    jumlah nasabah yang berhasil dikuasai PT. KOJO dibandingkan dengan total pasar atau

    jumlah nasabah potensial dalam bisnis oil support di indonesia. Secara singkat peningkatan

    penguasaan pangsa pasar ini disebabkan oleh dua hal yaitu kemampuan perusahaan untuk

    mempertahankan client lama dan memperoleh client baru.

    c. Kemampuan untuk mempertahankan client lama atau retensi client ( client

    retention ). Tolok ukur ini dapat dihitung dari perbandingan antara jumlah pelanggan yang

    tetap setia dengan KOJO untuk suatu periode sebelumnya. Hasilnya dibandingkan dengan

  • standar atau criteria yang telah ditentukan, untuk menilai apakah PT KOJO dapat

    mempertahankan clientnya dengan baik atau tidak.

    d. Kemampuan memperoleh client baru atau akuisisi client ( client acquisition ) Tolok ukur ini dapat dilihat dari besarnya jumlah client baru yang berhasil diperoleh PT. KOJO

    dibandingkan dengan estimasi jumlah pelanggan potensial atau dibandingkan dengan

    estimasi kemampuan pesaing. Hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan

    sbelumnya.

    PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL PT. KOJO

    Perspektif ini memiliki dua sasaran strategis yaitu:

    1. Mengembangkan jasa-jasa baru yang dapat diandalkan, dan

    2. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan kerja sama dengan pihak ketiga

    Sasaran strategis pertama ; berupa pengembangan jasa-jasa baru yang dapat diandalkan

    untuk mengantisipasi kebutuhan client akan layanan jasa migas sehingga client lama dapat

    dipertahankan dan client baru dapat diperoleh yang pada akhirnya akan memperbesar

    pengusaan pangsa pasar, PT. KOJO dan meningkatkan nilai bauran pendapatan. Tolok ukur

    yang tepat untuk mengukur keberhasilan pencapaian strategis ini adalah :

    a. Pendapatan layanan Baru

    Tolok ukur ini berguna untuk mengukur tingkat keberhasilan layanan-layanan baru dalam

    meraih pendapatan selama periode tertentu. Misalnya, dengan menghitung pendapatan yang

    berasal dari setiap layanan baru ( revenue of new product ) untuk suatu periode tertentu

    dibandingkan dengan total pendapatan PT. KOJO dalam periode tersebut. Disamping itu,

    keadaan layanan baru dapat pula diukur dari kontribusinya dalam meraih client atau jumlah

    client lama yang menggunakan atau beralih ke layanan baru tersebut. Misalnya dengan cara

    menghitung persentase jumlah client untuk suatu produk baru dibandingkan total jumlah

    client PT. KOJO secara keseluruhan. Makin besar kontribusi yang diberikan suatu produk

    baru, makin menandakan keandalan produk tersebut untuk meningkatkan pendapatan

    perusahaan.

    b. Siklius Pelayanan

    Tolok ukur ini berguna sebagai dasar untuk menilai responsitivitas dalam mengantisipasi

    kebutuhan nasabah dan tingkat inovasi PT. KOJO. Semakin cepat siklus pelayanan dihasilkan

    dapat berarti bahwa perusahaan semakin responsif dan pegawai semakin tinggi tingkat

    keahliannya.

  • Sasaran Strategis Kedua ; adalah peningkatan penggunaan teknologi informasi. Hal ini

    bertujuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada para client dan untuk

    memperlancar bergulirnya proses diseluruh bagian perusahaan. Tolok Ukur yang dapat

    digunakan untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis ini adalah :

    a. Tingkat Kesalahan Layanan ( service error rate ).

    Tolok ukur ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa sering pegawai melakukan kesalahan

    dalam memberikan layanan kepada client termasuk tingkat kesalahan pekerjaan lain yang

    menjadi tugasnya. untuk melihat kebenaran dari tingkat kesalahan layanan ini bisa dilakukan

    dengan melakukan audit kualitas layanan ( service quality audit ). Semakin rendah tingkat

    kesalahan layanan maka tingkat kepuasan client akan semakin tinggi.

    b. Waktu Pelayanan (Service time )

    Tolok ukur ini digunakan untuk mengukur kecepatan pelayanan yang dilakukan.

    http://irman-musafir-sufi.blogspot.com/2011/12/balanced-scorecard-studi-kasus-pt-kojo.html

    2. ANALISIS SWOT

    Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

    kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman

    (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang

    membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

    Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan

    mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam

    mencapai tujuan tersebut.

  • Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang

    mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT,

    dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan

    (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan

    (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada,

    selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada,

    dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat

    ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

    Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas

    Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-

    perusahaan Fortune 500. Wikipedia

    Contoh Analisis SWOT

    Berikut ini adalah beberapa contoh analisis SWOT :

    1. Strengths | Kekuatan

    Warga sekitar menyukai makanan berkuah

    Konsep yang ditawarkan menggunakan Wifi

    Kurangnya tempat nongkrong anak mudah

    Harga merakyat

    Konsep anak muda

    Menggunakan konsep lesehan

    Mudah di akses

    Memiliki website dan forum pribadi

    Mengutamakan Brand

    Bebas bahan pengawet

    Hal yang dilakukan setelah analisis

    Mengutamakan bebas bahan pengawet

    Mengelola dengan baik website dan forum

    Menonjolkan konsep anak muda

    Mempertahankan harga merakyat

    2. Weakness | Kelemahan

    Banyak Pesaing

    Kurangnya kemampuan membuat bakso yang disukai banyak orang

    Modal untuk memulai usaha masih kurang

    Modal besar

    Masih belum ada Brand

  • Hal yang dilakukan setelah analisis

    Menjadikan pesaing sebagai motivasi

    Meminimalisir biaya / modal

    Membuat brand yang unik

    3. Opportunities | Kesempatan

    Dengan daya inovatif dan kreatif usaha ini memiliki kesempatan besar untuk

    menguasai pasar.

    Belum banyak tempat makan Sederhana yang memasang Wifi

    Jarangnya tempat nongkrong untuk anak muda yang biasanya mencari tempat yang

    memiliki akses Wifi

    Malam minggu biasanya menjadi favorit anak muda untuk berkumpul bersama

    teman2.

    Memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar

    Hal yang dilakukan setelah analisis

    Merekrut tenaga kerja dari warga sekitar

    Memasang dan merawat Wifi

    Mempertahankan konsep yang inovatif

    4. Threats | Ancaman

    Wifi terkadang memiliki gangguan

    Harga bahan baku yang meningkat, otomatis harga bakso juga semakin mahal

    Banyak pesaing yang mengikuti konsep yang telah kita buat.

    Hal yang dilakukan setelah analisis

    Merawat Wifi dan menyiapkan tekhniksi yang siap dihubungi 24 jam

    Mengusahkan mempertahankan harga

    Mempertahankan pengunjung dengan inovasi baru

    http://pelajar-mania.blogspot.com/2012/12/contoh-analisis-swot-usaha-bakso.html

  • 3. Definisi Analisis Metode PIECES

    Menurut Al fatta (2007:51) metode yang menggunakan enam variabel yaitu Performance,

    Information/Data, Economic, Control/Security, Efficiency, dan Service.

    Performance (Analisis Kinerja)

    Masalah kinerja terjadi ketika tugas-tugas bisnis yang dijalankan tidak mencapai sasaran.

    Kinerja diukur dengan jumlah produksi dan waktu tanggap. Jumlah produksi adalah jumlah

    pekerjaan yang bisa diselesaikan selama jangka waktu tertentu. Pada bagian pemasaran,

    kinerja diukur berdasarkan volume pekerjaan. Pangsa pasar yang diraih, atau citra

    perusahaan.

    Waktu tanggap adalah keterlambatan rata-rata antara suatu transaksi dengan tanggapan yang

    diberikan kepada transaksi tersebut.

    Information (Analisis Informasi)

    Informasi merupakan komoditas krusial bagi pengguna akhir. Evaluasi terhadap kemampuan

    sistem informasi dalam menghasilkan informasi yang bermanfaat perlu dilakukan untuk

    menyikapi peluang dan menangani masalah yang muncul. Dalam hal ini meningkatkan

    kualitas informasi tidak dengan menambah jumlah informasi, karena terlalu banyak informasi

    malah akan menimbulkan masalah baru. Situasi yang membutuhkan peningkatan informasi

    meliputi.

  • a. Kurangnya informasi mengenai keputusan atau situasi yang sekarang.

    b. Kurangnya informasi yang relevan mengenai keputusan atau situasi sekarang.

    c. Kurangnya informasi yang tepat waktu.

    d. Terlalu banyak informasi.

    e. Informasi tidak akurat.

    Informasi juga dapat merupakan fokus dari suatu batasan atau kebijakan. Sementara analisis

    informasi memeriksa output sistem, analisis yang tersimpan dalam sebuah sistem.

    Permasalahan yang meliputi:

    a. Data yang berlebihan. Data yang sama ditangkap dan/atau disimpan di banyak tempat.

    b. Kekakuan data. Data di tangkap dan disimpan, tetapi diorganisasikan sedemikian rupa

    sehingga laporan dan pengujian judul dan pengujian tidak dapat atau sulit dilakukan.

    Economic (Analisis Ekonomi)

    Alasan ekonomi barangkali merupakan motivasi paling umum bagi suatu proyek. Pijakan

    bagi kebanyakan manajer adalah biaya atau rupiah. Persoalan ekonomis dan peluang

    berkaitan dengan masalah biaya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dapat disimak

    berikut:

    a. Biaya

    1. Biaya tidak diketahui.

    2. Biaya tidak dapat dilacak kesumber.

    3. Biaya terlalu tinggi.

    b. Keuntungan

    1. Pasar-pasar baru dapat dieskplorasi.

    2. Pemasaran saat ini dapat diperbaiki.

    3. Pesanan-pesanan dapat ditingkatkan.

  • Security (Analisis Keamanan)

    Tugas-tugas bisnis perlu dimonitor dan dibetulkan jika ditemukan kinerja yang di bawah

    standar. Kontrol dipasang untuk meningkatkan kinerja sistem, mencegah, atau mendeteksi

    kesalahan sistem, menjamin keamanan data, dan persyaratan. Adapun hal-hal yang perlu

    diperhatikan adalah:

    1. Keamanan atau kontrol yang lemah

    a. Input data tidak diedit dengan cukup.

    b. Kejahatan (misalnya, penggelapan atau pencurian) terhadap data.

    c. Pelanggaran etika pada data atau informasi. Misalnya, data atau informasi diakses orang

    yang tidak berwenang.

    d. Data tersimpan secara berlebihan, tidak konsisten pada dokumen atau database yang

    berbeda.

    e. Pelanggaran peraturan atau panduan privasi data.

    f. Terjadi error saat pemrosesan (oleh manusia, mesin, atau perangkat lunak).

    g. Terjadi error saat membuat keputusan.

    2. Kontrol atau keamanan berlebihan.

    a. Prosedur birokratis memperlamban sistem.

    b. Pengendalian yang berlebihan mengganggu para pelanggan atau karyawan.

    c. Pengendalian berlebihan menyebabkan penundaan pemrosesan.

    Efficiency (Analisis Efisiensi)

    Efisiensi menyangkut bagaimana menghasilkan output sebanyak-banyaknya dengan input

    yang sekecil mungkin.

    Berikut adalah suatu indikasi bahwa suatu sistem dapat dikatakan tidak efisien:

    a. Banyak waktu yang terbuang pada aktivitas sumber daya manusia, mesin, atau komputer.

  • b. Data dimasukkan atau disalin secara berlebihan.

    c. Data diproses secara berlebihan.

    d. Informasi dihasilkan secara berlebihan.

    e. Usaha yang dibutuhkan untuk tugas-tugas terlalu berlebihan.

    f. Material yang dibutuhkan untuk tugas-tugas terlalu berlebihan.

    Services (Analisis Layanan)

    Berikut adalah keriteria penilaian dimana kualitas suatu sistem bisa dikatakan buruk:

    a. Sistem menghasilkan produk yang tidak akurat.

    b. Sistem menghasilkan produk yang tidak konsisten.

    c. Sistem menghasilkan produk yang tidak dipercaya.

    d. Sistem tidak mudah dipelajari.

    e. Sistem tidak mudah digunakan.

    f. Sistem canggung untuk digunakan.

    g. Sistem tidak fleksibel.

    http://kktara.blogspot.com/2013/11/definisi-analisis-metode-pieces.html

    Contoh Kasus

    ANALISIS PIECES KARTU RENCANA STUDI ( Studi Kasus Di STMIK Duta Bangsa

    Surakarta )

    Dengan pesatnya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, seakan menuntut kita untuk

    memperbaiki segala bidang dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Teknologi diciptakan

    untuk mempermudah manusia dalam mengerjakan tugasnya, dan juga dengan kecepatannya,

    teknologi menawarkan efisiensi dan efektifitas dalam bekerja. Disamping itu, teknologi dapat

    meningkatkan derajat seseorang, lembaga maupun instansi yang menggunakannya. Mereka

    akan terkesan high techdibandingkan yang tidak menggunakan teknologi.

  • Pada kesempatan kali ini kami akan mencoba menganalisis Kartu Rencana Studi di

    STMIK Duta Bangsa Surakarta yang sampai detik ini masih menggunakan sistem manual.

    Ironisnya, dikampus lain yang sebenarnya bukan kampus berbasis IT kini telah menggunakan

    sistem KRS on line, sistem yang lebih canggih. Selanjutnya kami akan menganalisis kedua

    sistem tersebut, sistem KRS manual (dalam pengisian dan penanda tanganan) sebagai sistem

    lama dan sistem KRS on line dan finger printsebagai sistem baru.

    1. PERFORMANCE (ANALISIS KINERJA)

    Sistem baru

    Pada sistem on line, mahasiswa dapat dengan mudah mengakses situs yang disediakan pihak

    kampus, kemudian mengisi KRS dengan menentukan apa saja mata kuliah dan jumlah SKS

    yang diambil.

    Dengan menggunakan teknologi finger print mahasiswa dan dosen tidak perlu tanda tangan

    pada setiap pertemuan. Cukup dengan mengarahkan jari tangan pada alat finger print untuk

    membuktikan kehadiran.

    Sistem lama

    Pengisian KRS dengan sistem manual kurang merepresentasikan jati diri STMIK Duta

    Bangsa sebagai kampus IT. Selain itu, mahasiswa harus datang ke kampus untuk mengisi

    KRS. Jika ada mahasiswa yang tidak hadir saat hari pengisian KRS, mahasiswa tersebut

    harus datang ke kampus dihari yang lain dan menemui Pembimbing Akademik.

    Penandatanganan KRS oleh dosen dapat dimungkinkan terjadi kecurangan oleh mahasiswa

    yang bolos tetapi titip KRS kepada teman.

    2. INFIRMATION (ANIALISIS INFORMASI)

    Sistem baru

    Dengan sistem baru mahasiswa dapat dengan cepat dan mudah mengakses informasi. Dapat

    dilakukan dengan memanfaatkan hotspot area, warnet, modem dan lain senagainya.

    Sistem lama

    Terkadang informasi tentang hari pengisian KRS simpang siur. Sehingga ketika ada beberapa

    mahasiswa yang tidak hadir harus menghubungi PA untuk mengisi KRS.

    3. ECONOMY (ANALISIS EKONOMI)

    Sistem baru

    Sistem ini lebih hemat bagi mahasiswa karena tidak perlu menyiapkan ongkos untuk pergi ke

    kampus, terutama bagi mahasiswa yang domisilinya jauh dari kampus.

    Dengan sistem finger print, mungkin lebih mahal dibanding dengan menggunakan sistem

    manual, namun kemungkinan ini harus diperhitungkan dengan metode tertentu.

    Sistem lama

    Mahasiswa harus hadir dikampus saat pada hari pengisian KRS yang sudah ditetapkan. Itu

    berarti mahasiswa harus menyiapkan biaya ongkos untuk pergi ke kampus. Ongkos tersebut

    lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk on linebeberapa menit di warnet.

    4. CONTROL (ANALISI KEAMANAN/SECURITY)

    Sistem baru

    Dengan sistem KRS on line keamanan mudah dikontrol sehingga dapat membantu dalam

    pengambilan keputusan. Namun, memungkinkan terjadinya tindak kejahatan cyberccrime.

  • Finger print memudahkan dalam kontrol karena kemungkinan kecurangan sangat kecil.

    Mahasiswa atau dosen yang tidak hadir tidak dapat memanipulasi kehadiran.

    Sistem Lama

    Kontrol kemanan pada sistem lama kurang dapat dikontrol dengan baik. Karena dengan

    pengisian secara manual memungkinkan terjadinya human error. Bisa terjadi karena

    mahasiswa kurang lengkap dalam pengisian KRS. Atau kesalahan administrator yang keliru

    saat memasukkan data.

    Kontrol dalam penandatanganan KRS sulit dilakukan jika dosen tidak teliti. Karena bisa saja

    mahasiswa yang tidak hadir menitipkan KRS pada temannya.

    5. EFFICIENCY (ANALISIS EFISIENSI)

    Sistem Baru

    Dengan menggunakan sistem KRS on line maka akan memudahkan bagi mahasiswa dalam

    pengisian KRS, yaitu tidak terbatasnya jarak dan waktu, lebih efektif, efisien serta hemat.

    Sistem Lama

    Apabila menggunakan sistem KRS manual maka lebih banyak waktu dan biaya yang di

    habiskan. Serta terbatasnya jarak untuk menempuh perjalanan ke kampus. Sehingga tidak

    efisien dan efektif dalam sistem KRS manual tersebut.

    6. SERVICE

    Sistem Baru

    Pelayanan dalam KRS on line ini lebih cepat, serta dapat menerapkan costumer relationship

    management.

    Sistem Lama

    Sistem menghasilkan informasi produk yang kurang akurat dan tidak konsisten, serta dalam

    sistem KRS manual tidak dapatnya di terapkan costumer relationship management

    KESIMPULAN

    SISTEM LAMA SISTEM BARU

    PERFORMANCE Proses pengisian KRS

    lama

    Setelah KRS jadi, setiap

    ada perkuliahan dosen harus

    menandatangani KRS satu

    per satu

    Pengisian KRS lebih

    cepat karena mahasiswa

    cukup mengakses situs

    dari kampus dan

    mengisikan data yang

    dibutuhkan

    Dengan finger

    printdosen tidak perlu

    menandatangani KRS

    setiap siswa pada tiap

    perkuliahan.

    INFORMATION Informasi tentang hari

    pengisian KRS terkadang

    simpang siur

    Ketika ada mahasiswa

    yang tidak kadir saat hari

    Informasi dapat diakses

    dengan cepat melalui

    internet.

    Batas paling lambat

    pengisian KRS on

  • pengisian KRS, maka harus

    menghubungi PA

    linelebih lama dibanding

    dengan pengisian KRS

    manual.

    ECONOMY Mahasiswa harus

    merogoh kocek untuk pergi

    ke kampus, padahal ada

    mahasiswa yang berdomisili

    jauh dari kampus

    Penandatanganan KRS

    pada tiap perkuliahan lebih

    murah.

    Lebih ekonomis, karena

    mahasiswa tidak perlu

    mengeluarkan uang

    transport untuk pergi ke

    kampus.

    Sistem dengan finger

    print lebih mahal, namun

    hal ini perlu dibuktikan

    dengan metode

    perhitungan tertentu.

    CONTROL Pengisian manual

    memungkinkan terjadi

    human error

    Tingkat kecurangan dalam

    penandatanganan KRS lebih

    tinggi

    Lebih mudah dikontrol,

    sehingga dapat membantu

    pengambilan keputusan

    Rentan terhadap tindak

    kejahatan cybercrime

    Finger

    print memudahkan kontrol

    karena mahasiswa tidak

    mungkin dapat menitip

    absen kepada temannya

    EFFICIENCY Waktu dan biaya yang

    dikeluarkan lebih banyak

    Terbatasnya jarak dan

    waktu

    Tidak terbatas jarak dan

    waktu

    Lebih efektif, efisien dan

    hemat

    SERVICE Sistem menghasilkan

    informasi produk yang

    kurang akurat dan tidak

    konsisten

    Tidak dapatnya di

    terapkan costumer

    relationship management.

    Pelayanan dalam

    KRS on line ini lebih cepat

    Dapatnya di

    terapkancostumer

    relationship management.

    http://syarifahanis.blogspot.com/2012/09/analisis-pieces-kartu-rencana-studi.html

  • 4. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi

    DeLone & McLean: Kritik dan Pengembangan

    Model Dasar

    Kehadiran sistem teknologi informasi telah memberikan begitu banyak pengaruh terhadap

    sebuah organisasi, bukan hanya organisasi namun pengaruh tersebut meluas hingga proses

    bisnis dan transaksi organisasi. Namun apakah semua sistem teknoogi informasi yang

    diterapkan pada organisasi dapat dikategorikan sukses? Lalu bagaimana organisasi dapat

    mengetahui kesuksesan sistem teknologi informasi yang diterapkan dan bagaimana membuat

    sistem teknologi informasi menjadi sukses.

    Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang

    menyebabkan kesuksesan sistem teknologi informasi. Salah satu penelitian yang terkenal di

    area ini adalah penelitian yang dilakukan oleh DeLone & McLean (1992). Model kesuksesan

    sistem teknologi informasi yang dikembankan oleh DeLone & McLean (1992) ini cepat

    mendapat tanggapan. Salah satu sebabnya adalah model mereka merupakan model yang

    sederhana tetapi dianggap cukup valid.

    Model yang baik adalah model yang lengkap tetapi sederhana. Model semacam ini disebut

    dengan model yang parsimoni. Berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya yang

    telah dikaji, DeLone & McLean (1992) kemudian mengembangkan suatu model parsimoni

    yang mereka sebut dengan nama model kesuksesan sistem informasi DeLone &

    McLean (D&M Information System Success Model) sebagai berikut ini:

    Gambar 1. Model DeLone & McLean (1992)

    Model yang diusulkan ini merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan

    sistem informasi. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model ini

    adalah:

    1. Kualitas system (system quality) 2. Kualitas informasi (information quality) 3. Penggunaan (use) 4. Kepuasan pemakai (user satisfaction) 5. Dampak individual (individual impact) 6. Dampak organisasional (organizational impact)

  • Model kesuksesan ini didasarkan pada proses dan hubungan kausal dari dimensi-dimensi di

    model. Model ini tidak mengukur ke enam dimensi pengukuran kesuksesan sistem informasi

    secara independen tetapi mengukurnya secara keseluruhan satu mempengaruhi yang lainnya.

    Pertimbangan proses berargumentasi bahwa suatu sistem terdiri dari beberapa proses, yaitu

    satu proses mengikuti proses yang lainnya.

    Berbeda dengan model proses, model kausal (model causal) atau disebut juga dengan model

    varian (variance model) berusaha untuk menjelaskan kovarian (covariance) dari elemen-

    elemen model untuk menentukan apakah variansi dari satu elemen dapat dijelaskan oleh

    variansi dari elemen-elemen lainnya atau dengan kata lain untuk menentukan apakah terjadi

    hubungan kausal diantara mereka. Model kausal ini menunjukkan bagaimana arah hubungan

    satu elemen dengan elemen lain apakah menyebabkan lebih besar (mempunyai pengaruh

    positif) atau lebih kecil (mempunyai pengaruh negatif).

    Dari model proses dan kausal ini, maka dapat dijelaskan bahwa kualitas sistem (system

    quality) dan kualitas informasi (information quality) secara mandiri dan bersama-sama

    mempengaruhi baik penggunaan (use) dan kepuasan pemakai (user satisfaction). Besarnya

    penggunaan (use) dapat mempengaruhi kepuasan pemakai (user satisfaction) secara positif

    atau negatif. Penggunaan (use) dan kepuasan pemakai (user satisfaction) mempengaruhi

    dampak individual (individual impact) dan selanjutnya mempengaruhi dampak

    organisasional (organizational impact).

    Kritik Seddon (1997)

    Model DeLone & Mclean (1992) banyak mengundang perhatian dari para peneliti, salah

    satunya adalah Peter B. Seddon yang melontarkan kritik terhadap model yang diajukan oleh

    DeLone & Mclean. Menurut Seddon (1997) masalah utama dari model D&M (DeLone &

    McLean) adalah mencoba mengkombinasikan proses dan penjelasan kausal dari kesuksesan

    sistem informasi di model mereka. Dengan demikian model mereka tercampur antara model

    proses (process model) dan model varian (variance model).

    Model varian (variance model) dapat diuji secara empiris dengan mengumpulkan data dalam

    bentuk sampel, mengukur variabel-variabelnya dan menggunakan teknik statistik seperti

    regresi, SEM dan lain sebagainya, untuk menginferensi poulasinya.

    Secara kontras, model proses (process model) menunjukkan kombinasi tertentu dari kejadian-

    kejadian (events) dalam urutan-urutan tertentu yang mengakibatkan suatu hasil (outcomes).

    Model proses dan model varian mengandung konsep yang berbeda dan tidak dapat

    digabungkan dengan arti yang sama begitu saja.

    Lebih lanjut, Seddon (1997) mengatakan bahwa kotak-kotak dan arah panah di model D&M

    dapat diintepretasikan keduanya yaitu suatu varian dan suatu kejadian di dalam proses.

    Dalam usaha mengatasi kesulitan-kesulitan di model D&M ini, Seddon (1997) mencoba

    melakukan spesifikasi ulang dan mengembangkan sedikit versi dari model D&M. Model

    yang dispesifikasi ulang ini tetap mempertahankan fitur-fitur di model D&M tetapi

    menghilangkan kebingungan yang disebabkan oleh arti ganda dari kotak-kotak dan arah-arah

    panahnya. Spesifikasi ulang ini dilakukan dengan memecah model D&M menjadi dua

    submodel-submodel varian (yaitu Use dan Success) dan menghilangkan intepretasi model

    proses.

  • Gambar 2. Model Seddon (1997) yang menggabungkan dua model varian

    Keterangan :

    Kotak-kotak segi empat = Model kesuksesan SI

    Kotak-kotak oval = Model keperilakuan parsial dari penggunaan SI

    Panah garis penuh = Kausalitas independen (perlu dan cukup)

    Panah garis putus-putus= Pengaruh (bukan kausal, karena tujuan pengamat tidak diketahui)

    Kritik Kembar Siam: Alter (1999)

    Mengukur efektivitas suatu sistem informasi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Alter

    (1999) berargumentasi bahwa pengukuran efektivitas suatu sistem informasi belum tentu

    mengukur efektivitas suatu sistem informasi itu sendiri. Alasannya adalah karena suatu

    sistem informasi tidak dapat dilepaskan dengan sistem kerja yang didukungnya. Pengukuran

    efektivitas sistem informasi dapat tercampur dengan efektivitas kerjanya dan pengamat yang

    menilai sistem ini dapat menilai sistem informasi dan sistem kerja dengan tumpang tindih

    dengan hasil evaluasi yang berbeda.

  • Suatu sistem kerja adalah suatu sistem yang mana partisipasi-partisipasi manusia dengan

    mesin-mesin melakukan suatu proses bisnis menggunakan informasi, teknologi, dan sumber-

    sumber lainnya untuk memproduksi produk-produk dan atau jasa-jasa untuk pelanggan-

    pelanggan internal atau eksternal. Dengan definisi ini, perangkat lunak, komputer-komputer,

    dan bentuk-bentuk teknikal lainnya adalah teknologi yang digunakan oleh sistem kerja, tetapi

    mereka bukan sistem yang dimaksudkan.

    Sedangkan sistem informasi adalah suatu tipe khusus dari sistem kerja yang fungsi khusus

    dari sistem kerja yang fungsi internalnya terbatas pada pemrosesan informasi dan melakukan

    enam tipe operasi: menangkap (capturing), mentransmisikan (transmitting),

    menyimpan (storing), mengambil (retrieving), memanipulasi (manipulating), dan

    menampilkan(displaying) informasi.

    Sistem-sistem informasi dan sistem-sistem kerja yang didukungnya semakin menjadi kembar

    siam terkait. Menurut Alter (1999) mengabaikan sistem-sistem kerja yang didukungnya,

    sistem-sistem informasi tidak akan mempunyai arti.

    Analogi menggunakan kembar siam ini tampaknya berlebihan, tetapi cukup berguna untuk

    pemahaman kemungkinan-kemungkinan hubungan antara sistem informasi dan sistem kerja

    yang didukungnya. Analogi ini juga relevan.

    Beberapa tahun yang lalu, kedua sistem ini tidak begitu overlap dengan sistem informasi

    yang menyediakan atau menerima informasi dari sistem kerja tetapi tidak menjadi bagian

    integral darinya. Tren mengarah ke komputasi interaktif di sepuluh tahun terakhir membuat

    hubungan kedua sistem ini menjadi komplek karena tumpang tindih keduanya meningkat.

    Tanggapan Kritik: Pembaruan Model

    Menanggapi kritik Seddon (1997) yang menyatakan bahwa proses dan kausal adalah dua

    konsep yang berbeda dan membingungkan untuk digabungkan. DeLone & McLean (2003)

    menyetujui kritik ini.

    Pembuatan dari model kesuksesan sistem informasi D&M (D&M Information Success

    Model)dipicu oleh suatu proses pembuatan informasi dan dampak dari penggunaan sistem

    informasinya. DeLone & McLean mendasarkan modelnya pada model proses yang terdiri

    dari tiga komponen proses, yaitu:

    1. Pembuatan dari suatu sistem informasi 2. Penggunaan sistem informasi tersebut 3. Konsekuensi atau dampak dari penggunaan sistem

    Masing-masing dari proses-proses ini diperlukan (necessary), tetapi masih belum cukup (not

    sufficient) untuk suatu kondisi supaya dapat memberikan hasil (outcome).

    Kritik lainnya oleh Seddon (1997), tentang pemakaian sistem (system use) adalah suatu

    perilaku (behavior), sehingga harus dikeluarkan sebagai pengukur sukses dari model kausal.

    DeLone & McLean (2003) tidak sependapat dengan kritik ini. Mereka berargumentasi bahwa

    pemakaian sistem (use) harus mendahului dampak dan manfaat, mereka percaya bahwa

    pemakaian sistem merupakan pengukur yang tepat untuk mengukur sukses di kebanyakan

    kasus. Kenyataannya pemakaian sistem (system use atau system usage masih digunakan di

  • banyak riset-riset empiris dan berlanjut dikembangkan dan diuji oleh peneliti-peneliti sistem

    informasi.

    DeLone & McLean (2003) lebuh lanjut mengatakan bahwa permasalahan dengan

    menggunakan pemakaian sistem (use) sebagai pengukur kesuksesan adalah pada definisinya

    yang terlalu sederhana tanpa memperhatikan sifat dari penggunaannya.

    Telah banyak perubahan peran sistem informasi selama 10 tahun sejak DeLone & McLean

    pertama kali dikenalkan. Dengan mengkaji lebih dari 100 artikel yang dipublikasikan di

    jurnal-jurnal sistem informasi terkenal seperti Information System research, Journal of

    Management Information Systems, dan MIS Quarterly sejak tahun 1993, DeLone & McLean

    (2003) memperbaiki modelnya dan mengusulkan model yang sudah dimukhtakhirkan

    terutama untuk digunakan di e-commerce yang merupakan aplikasi yang belum banyak

    muncul di model awal.

    Dari kontribusi-kontribusi penelitian-penelitian sebelumnya dan akibat perubahan-perubahan

    dari peran dan penanganan sistem informasi yang telah berkembang, DeLone & McLean

    (2003) memperbarui modelnya dan menyebutnya sebagai model kesuksesan sistem informasi

    D&M yang diperbarui (updated D&M IS Success model). Hal-hal yang diperbarui ini adalah

    sebagai berikut ini.

    1. Menambah dimensi kualitas pelayanan (service quality) sebagai tambahan dari dimensi-dimensi kualitas yang sudah ada, yaitu kualitas sistem (system quality) dan

    kualitas informasi (information quality).

    2. Menggabungkan dampak individual (individual impact) dan dampak organisasional(organizational impact) menjadi satu variabel yaitu manfaat-manfaat

    bersih (net benefits). Alasan terjadinya penggabungan adalah dampak dari sistem

    informasi yang dipandang sudah meningkat tidak hanya dampaknya pada pemakai

    individual dan organisasi saja, tetapi dampaknya sudah ke grup pemakai, ke antar

    organisasi, konsumer, pemasok, sosial bahkan ke negara. Tujuan penggabungan ini

    adalah untuk menjaga model tetap sederhana (parsimony).

    3. Menambahkan dimensi minat memakai (intention to use) sebagai alternatif dari dimensi pemakaian (use). DeLone & McLean (2003) mengusulkan pengukuran

    alternatif, yaitu minat memakai (intention to use). Minat memakai adalah suatu

    sikap (attitude), sedang pemakaian (use) adalah suatu perilaku (behavior). DeLone &

    McLean (2003) juga berargumentasi dengan mengganti pemakaian (use) memecahkan

    masalah yang dikritik oleh Seddon (1997) tentang model proses lawan model kausal.

    Dengan adanya beberapa penambahan variabel pada model, maka model DeLone & McLean

    yang telah diperbarui (2003) nampak sebagai berikut:

  • Gambar 3. Model kesuksesan sistem informasi DeLone & McLean diperbarui

    http://sijenius.wordpress.com/2009/10/04/model-kesuksesan-sistem-teknologi-informasi-

    delone-mclean-kritik-dan-pengembangan/