research andi

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak kekayaan yang mempunyai nilai berharga untuk para generasi penerus yang secara turun temurun diwarisi oleh kakek dan nenek moyang kita dari masa ke masa. Kekayaan yang dipunyai oleh bumi pertiwi bukan hanya kekayaan alamnya yang begitu banyak diperebutkan oleh bangsa-bangsa asing, tetapi kebudayaan yang merupakan sebuah seni, adat istiadat, kebiasaan, perilaku yang diperlihatkan dan diwarisi oleh para leluhur dan diwariskan serta dilestarikan oleh para generasi penerusnya pada saat ini. Banyak kebudayaan yang Indonesia punya. Itu terlihat dari banyaknya provinsi yang dihuni oleh orang-orang yang pastinya mempunyai adat dan kebudayaan pada setiap daerah atau tempat tinggal yang didiami. Sehingga dari setiap daerah mempunyai ciri khas dan seni kebudayaan yang mempunyai gaya yang berbeda. Tetapi dari kesemua kebudayaan yang dipunyai, dengan kata lain seni yang sudah ada sejak nenek moyang atau orang-orang terdahulu mengetahui dan mengenal yang namanya sastra. Sastra sendiri merupakan salah satu dari banyaknya kebudayaan atau seni yang ada 1

Upload: andi-makkasau-psh

Post on 27-Jun-2015

173 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Research Andi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak kekayaan yang

mempunyai nilai berharga untuk para generasi penerus yang secara turun temurun

diwarisi oleh kakek dan nenek moyang kita dari masa ke masa. Kekayaan yang

dipunyai oleh bumi pertiwi bukan hanya kekayaan alamnya yang begitu banyak

diperebutkan oleh bangsa-bangsa asing, tetapi kebudayaan yang merupakan

sebuah seni, adat istiadat, kebiasaan, perilaku yang diperlihatkan dan diwarisi oleh

para leluhur dan diwariskan serta dilestarikan oleh para generasi penerusnya pada

saat ini. Banyak kebudayaan yang Indonesia punya. Itu terlihat dari banyaknya

provinsi yang dihuni oleh orang-orang yang pastinya mempunyai adat dan

kebudayaan pada setiap daerah atau tempat tinggal yang didiami. Sehingga dari

setiap daerah mempunyai ciri khas dan seni kebudayaan yang mempunyai gaya

yang berbeda. Tetapi dari kesemua kebudayaan yang dipunyai, dengan kata lain

seni yang sudah ada sejak nenek moyang atau orang-orang terdahulu mengetahui

dan mengenal yang namanya sastra. Sastra sendiri merupakan salah satu dari

banyaknya kebudayaan atau seni yang ada di bumi pertiwi Indonesia, yang mana

perannya di sini merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk mengajar,

mengerahkan, memberi petunjuk, buu petunjuk, instruksi atau pengajaran.

Beberapa pakar menyebutkan sastra sebagai sebuah karya seni yang bernilai dan

bersifat imajinatif. Ada juga yang menytakan kalau sasta merupakan sebuah

kreasi yang bersifat fiksi dan merupakan sebuah pengalaman, pemikiran, ide,

gambaran, yang juga luapan emosi yang spontan.

Dalam kesempatan kali ini, penulis akan membahas salah satu jenis dari

karya sastra yaitu puisi. Penulis melihat kalau puisi lebih mampu memperlihatkan

emosi atau pikiran sang penulis, yang mana dapat dikatakan sebagai orang yang

mencipta puisi. Selain itu, penulis tidak hanya melihat puisi sebagai sebuah

1

Page 2: Research Andi

tulisan yang dibaca dan dipentaskan di atas panggung oleh satu orang, melainkan

puisi yang akan dibawakan oleh beberapa orang, ditampilkan dengan

memperlihatkan gerakan dan memperdengarkan vokal setiap pemain, serta alunan

musik yang menjadi instrumen tambahan dalam sebuah pertunjukan puisi. Dengan

kata lain penulis akan membahas puisi yang ditampilkan secara visualisasi dan

musikalisasi di atas panggung sesuai dengan naskah pertunjukan puisi tersebut.

Penulis sendiri mengambil seni pertunjukan puisi yang berjudul Tanah

Hom-Pim-Pa yang merupakan hasil karya dari Sutardji Calzoum Bachri, yang

disutradarai oleh Suyadi San S.Pd, dan dimainkan oleh Teater Generasi di Gedung

Utama Taman Budaya Medan, 06 Maret 2009, pukul 19.30 WIB. Penulis tertarik

dengan pertunjukan visualisasi tersebut karena penulis melihat bahwasanya

Tanah Hom-Pim-Pa memperlihatkan adegan yang ada di luar dari judul.

Mungkin dari judulnya orang akan beranggapan kalau visualisasi puisi ini

bertemakan anak-anak, tetapi kenyataannya sang sutradara memperlihatkan

sebuah kombinasi antara orang dewasa dengan anak-anak, yang mana adanya

unsur-unsur mengharukan dan nasehat-nasehat di dalamnya. Berdasarkan

penjelasan di atas, maka penulis mengambi judul yang sesuai untuk kajian yang

akan dibahas, yaitu “Pendeskripsian Data Kualitatif Pertunjukan Puisi Tanah

Hom-Pim-Pa Karya Suyadi San S.Pd.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dari latar belakang di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut :

1. Apa maksud dan isi dari puisi Tanah Hom-Pim-Pa ?

2. Bagaimana peranan Taman Budaya dalam menjadi sarana untuk

mengapresiasi serta mementaskan sebuah pertunjukan seni khususnya seni

sastra ?

2

Page 3: Research Andi

1.3 Rumusan Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

Mengetahui makna dari setiap bait dalam puisi Tanah Hom-Pim-Pa.

Melihat peran dari Taman Budaya yang menjadi media pertunjukan seni

budaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mencapai tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini

memiliki beberapa manfaat sebagai berikut :

Mendapatkan informasi dan sebagai bahan masukan untuk masyarakat

mengenai pertunjukan seni visualisasi dan musikalisasi puisi

Melihat sejauh mana peran Taman Budaya dalam menampung aspirasi dan

kreativitas masyrakat dalam bidang seni, baik itu sastra maupun yan lainnya.

Sebagai bahan kajian peneliti lain yang bermaksud mengadakan penelitian

pada permasalahan yang relevan.

3

Page 4: Research Andi

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Puisi

2.1.1 Pengertian

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang

artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah

poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam

Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti

membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang

yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa

atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan

tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang

dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi

yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai

berikut.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang

terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya

dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu

unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.

Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.

Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti

musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol

adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan

mempergunakan orkestra bunyi.

4

Page 5: Research Andi

Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan

yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun

Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan

yang bercampur-baur.

Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran

manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.

Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik

(misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan

bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi

kata-katanya berturu-turut secara teratur).

Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling

indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat

mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan,

kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian

orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling

indah untuk direkam.

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran,

namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7)

menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang

puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide,

nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan

perasaan yang bercampur-baur.

2.1.2 Unsur-unsur Puisi

Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi.

Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari (1)

hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention),

5

Page 6: Research Andi

nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata,

majas, ritme, dan rima.

Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik

atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi

yang berupa ungkapan batin pengarang.

Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak menyatakan

secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline buku mereka bisa

dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi, imajeri, bahasa kiasan,

sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi, bentuk, dan makna, (4) isi:

narasi, emosi, dan tema.

Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting

dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis

puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur

sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.

Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2) imajeri, (3) bahasa

kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk (Badrun, 1989:6).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi

meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa

figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut

pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur

batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri,

bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).

A. Struktur Fisik Puisi

Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.

Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak

dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi

6

Page 7: Research Andi

yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.

Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.

Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat

mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat

mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,

keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69)

menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek

penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis,

penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek,

penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu),

penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan

grafologis (penggunaan kapital hingga titik)

Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan

(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan

pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang

dialami penyair.

Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang

memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan

atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta,

kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat

melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat

menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu

(Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,

artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo,

7

Page 8: Research Andi

1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas

antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,

eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,

antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah

persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima

mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan

efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi,

asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,

sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3)

pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek,

keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

B. Struktur Batin Puisi

Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.

Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah

hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap

kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang

terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan

latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang

pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat,

usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman

pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak

bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa,

dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,

pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang

sosiologis dan psikologisnya.

8

Page 9: Research Andi

Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga

berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema

dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk

memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,

dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang

mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum

penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

2.2 Visualisasi Puisi dan Musikalisasi Puisi

Musikalisasi adalah hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik. Visualisasi

adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk

gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dsb. (KBBI 2005, 768 dan 1262).

Sedangkan puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati

penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat

dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)

menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau

mencipta. Di lain pihak, William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan

bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh

daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam

kedamaian. Setiap mempunyai unsur atau elemen-elemen yang berhubungan

antara satu elemen dengan elemen yang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya, musikalisasi puisi adalah luapan emosi

atau perasaan seseorang dalam bentuk puisi yang dibuat dalam bentuk musikal

yang sifat dari puisi itu adalah imajinatif. Sedangkan visualisasi puisi adalah

luapan perasaan atau emosi seseorang yang dalam bentuk puisi yang dibuat

digambarkan atau divisualkan agar orang yang menonton lebih dapat paham

dengan apa yang ingin disampaikan pengarang atau sutradara dalam puisi tersebut

dengan menggunakan kata, tulisan, peta, grafik, gambar, dsb.

9

Page 10: Research Andi

2.3 Profil Sutradara

Suyadi San S.Pd. Lahir di Medan, 29 September 1970. Berkiprah di bidang

teater dan sastra secar serius sejak duduk di bangku SPG Negeri 2 Medan. Lalu

bergabung di teater Patria Medan (1987) dan teater LKK IKIP Medan (1990).

Pada 17 Juni 1995 mendirikan teater Generasi di Medan. Alumnus Pendidikan

Bahasa Dan Sastra Indonesia IKIP Medan (1997) ini pernah mengikuti Latihan

Ketrampilan Penerbitan Kampus Mahasiswa Tingkat Pembina Se-Indonesia di

Universitas Udayana Bali (1993). Jambore Nasional Teater di Cibubur (1994),

Pertemuan Teater Mahasiswa Se-Indonesia III di Padang (1994), manggung di

Teater Tertutup Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada PEKSIMINAS III (1995) dan

Pementasan Festival Nasional Teater di Bandung, Jawa Barat (1996), serta

menyutradarai Teater LKK pada beberapa empat di Padang Sumatera Barat

(1994) dan Teater Generasi dalam Festival Teater Alternatif GKJ Awrds di

Gedung Kesenian Jakarta (2003). Mengikuti PEKSIMINAS II di Denpasar, Bali

(1993), Pertemuan Sastrawan Indonesia di INS Kayutanam (1997), membaca

sajak di sanggar POSTI Bali (1993) dan Temu Sastrawan Se-Sumatera Utara di

Banda Aceh (1999), membentangkan makalah pada Temu Penyair Se – Sumatera

di Padang (2003), dan Seminar Persuratan Melayu merentas Negara di Universiti

Sains Malaysia (USM) Pulau Pinang atas undangan Dewan Bahasa dan Pustaka

Wilayah Utara Pulau Pinang, Malaysia (2004), serta peserta kongres Bahasa

Indonesia VII-14-17 2003. Atas undangan resmi pusat bahasa Depdiknas di hotel

Indonesia Jakarta, stage manager kontingen Sumatera Utara dalam Pergelaran

Seni Se-Sumatera Utara (PPSS) VII di Palembang, Sumatera Selatan (2005). Pada

2007 mengikuti Seminar Internasional Presiden Penyair di Taman Ismail Marzuki,

Sejumlah karya puisi, cerpen, esai, dan pemikiran dramanya masuk di dalam

antologi puisi Koran Sabtu Pagi (SSI, 1993), Bumi (SSI, 1994), Dalam Kecamuk

Hujan (KSK, 1997), Jejak (DKSU, 1998), Indonesia Berbisik (DKSU, 1999),

Tengok (ASAS, 2000), Muara Tiga (Dialog Utara IX Medan 2000), Sangkalakiri

(Dialog Utara X Thailand Selatan, 2003), Telaah Drama : Konsep Teori dan

Kajan (Generasi dan Mimbar Umum, 2004), Amuk Gelombang (Star Indonesia

10

Page 11: Research Andi

Production, 2005), Stilistika : Sebuah Pengenalan Awal (Generasi, 2005), Ragam

Jejak Sunyi Tsunami (Balai Bahasa Medan, 2005), Menguak Tabir Bahasa

Jurnalistik (Balai Bahasa, Generasi, 2006). Menjabat Sekretaris 1 Dewan

Kesenian Sumatera Utara (2004-2009), Wakil Ketua Himpunan Pembina Bahasa

Indonesia Cabang Medan (2007-2010), Ketua II Himpunan Sarjana Kesusastraan

Indonesia (HISKI) Sumatera Utara (2005-2008), serta tengah menyelesaikan tesis

S2 pada program studi antropologi sosial PPS Unimed. Pada 1994-2008 menjadi

wartawan Mimbar Umum dan beberapa tahun menjadi redaktur budaya. Kini

menjadi staf teknis pada Balai Bahasa Medan Depdiknas RI, juga dosen luar biasa

Sastra Indonesia FBS Unimed. Menikahi Asnidar S.PD, dan dikarunai tiga orang

anak, yaitu Zaim Dzaky Sanjaya (8), Zyhair Azka (5), dan Zarkasyi Dzihny

Sanjaya (2). Beliau sekarang bertempat tinggal di jalan Garu II B, Gang.

Mushollah Nomor 58-A Medan 20147. Dapat mengakses beliau melalui

[email protected].

11

Page 12: Research Andi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Kualitatif

3.1.1 Konsep Dasar Penelitian Kualitatif

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada mulanya

bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan

kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri

tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat itu harus

mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat

atau menghitung dari satu, dua, dan seterusnya. Dengan kata lain, metode

kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, yaitu

penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik,

perspektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago School, fenomenologis, studi

kasus, interpretatif, ekologis, dan deskriptif (Bogdan dan Biklen, 1982:3). David

Williams (1985) menulis bahwa penelitian kualitattif adalah pengumpulan data

pada suatu latar alamiah, dengan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau

peneliti yang tertarik secara ilmiah. Penulis buku lainnya, Bogdan dan Taylor

(1975:5) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

12

Page 13: Research Andi

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari oran-orang

dan perilaku yang pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

Dari kajian tentang defenisi-defenisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah. Kesimpulan tersebut sebagian telah

memberikan gambaran tentang adanya kekhasan penelitian kualitatif.

3.1.2 Fungsi dan Pemanfaatan Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan sebagai berikut :

Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik

dan kurang dipahami

Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional.

Untuk penelitian konsultatif

Memahami isu-isu rumit sesuatu proses

Memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi

seseorang

Untuk memahami isu-siu yang sensitif

Untuk keperluan evaluasi

Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui

penelitian kuantitatif

Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar

belakang subjek penelitian

13

Page 14: Research Andi

Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai

sekarang belum banyak diketahui

Digunakan untuk menemukan perspektif baru tentang hal-hal yang sudah

banyak diketahui

Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam

Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar

belakang misalnya tentang motivasi, peranan, nilai, sikap, dan persepsi

Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk menggunakan hal-hal yang

belum banyak diketahui ilmu pengetahuan

Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.

3.2 Lokasi dan Waktu

Lokasi yang dijadikan tempat acara pertunjukan puisi Tanah Hom-Pim-Pa

adalah di Taman Budaya, yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan, tepat

berada di depan Hotel Grand Angkasa. Taman Budaya sendiri merupakan tempat

atau bias juga dikatakan tempat para seniman untuk mengadakan pementasan tau

pertunjukan sebuah karya seni, baik itu seni budaya dari dalam negeri maupun

daerah, juga kesenian sastra yang akhir-akhir ini sering dipertunjukan dengan

menjualnya dalamm bentuk tiket yang disediakan oleh panitia, dan didistribusikan

ke sekolah-sekolah dan kampus-kampus di kota Medan.

Acara yang diadakan pada tanggal 06 Maret 2009 ini menampilkan dua

pertunjukan puisi, yaitu visualisasi puisi dan musikalisasi puisi, yang dibawakan

oleh Teater Generasi arahan sutradara Suyadi San yang berjudul Tanah Hom-Pim-

Pa, dan Teater BASINDO arahan sutradara Safinatul Harahap yang berjudul

14

Page 15: Research Andi

Matahari, Keranda, dan Ilalang. Panitia acara ini, SEMENDA EXPO,

mengundang Raudah Jambak, salah satu sastrawan kota Medan sebagai pembawa

acara di malam itu.

3.3 Sumber Data dan Instrumen

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam

penelitian ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen, foto, buku, dll. Penulis dalam mengambil sumber data untuk

memperkuat tulisannya kali ini menggunakan sumber tertulis dan foto. Sumber

tertulis merupakan hasil wawancara dengan ketua Semenda Expo yang

merupakan instansi yang menyelenggarakan pertunjukan ini, serta naskah dari

pertunjukan puisi Tanah Hom-Pim-Pa, skenario Suyadi San, S.Pd

3.4 Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan. Di pihak lain, menurut Seiddel (1998), prosesnya berjalan

sebagai berikut :

Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode

agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

15

Page 16: Research Andi

Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat

temuan-temuan umum.

Dari definisi-definisi tersebut dapatlah kita pahami bahwa ada yang

mengemukakan proses, ada pula yang menjelaskan tentang komponen-komponen

yang perlu ada dalam sesuatu analisis data.

BAB IV

DEKSRIPSI DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deksripsi Data

Adapun yang beberapa foto atau gambar yang akan ditampilkan sebagai bukti

bahwasanya acara pertunjukan puisi di Gedung Utama Taman Budaya pada

tanggal 06 Maret 2009 memang benar dilaksanakan. Selain itu, beberapa foto

mengenai sekilas Taman Budaya dan beberapa tempat serta benda-benda yang ada

didalamnya.

16

Page 17: Research Andi

Ini adalah pintu masuk gedung utama, yang

mana merupakan pintu masuk untuk melihat

pertunjukan.

Gambar 1. Pintu Masuk Gedung Utama

Ini adalah area parkir Taman Budaya,

terletak di sebelah Gedung Utama, dan

berada di depan ruang artistik

Gambar 2. Tempat Parkir

17

Page 18: Research Andi

Gambar 3. Seksi Dokumentasi dan Informasi

Ini merupakan ruang dimana seksi dari bagian dokumentasi dan informasi

bekerja. Dimana mereka melakukan penggarapan kejadian-kejadian, dalam arti

kata mereka mendokumentasikan dan menjadi pusat informasi bagi mereka yang

ingin mendapat informasi seputar Taman Budaya dan acara yang akan

diselenggarakan.

Ini merupakan ruang sanggar

teater di Taman Budaya, dimana

segala aktivitas kegiatan teater

terangkum didalamnya.

Gambar 4. Sanggar Teater

Benda ini adalah salah satu dari miniatur yang ada

di Taman Budaya, tepatnya di dalam Gedung

Pameran.

18

Page 19: Research Andi

Gambar 5. Rumah Adat

Ini adalah lukisan abstrak yang bertajuk Medan-

Prapat-Danau Toba-Samosir

Gambar 6. Lukisan Abstrak

Sanggar Tari ini bisa juga dikatakan

sebagai base camp dari anak-anak seni

tari Taman Budaya. Tempat

melakukan persiapan sebelum tampil.

Gambar 7. Sanggar Tari

19

Page 20: Research Andi

Gambar 8. Menunggu

Ini adalah foto saat pementasan akan segera berlangsung. Terlihat menunggu di

bawah deretan anak tang di dekat ruang utama, atau tempat pementasan.

Di saat pementasan akan segera

berlangsung, maka penonton pun

langsung mneyerbu tempat atrian

tiket, namun “jangan berebut ya.”

Gambar 11. Antrian

20

Page 21: Research Andi

Gambar 12. Panggung Pementasan

Suasana panggung yang masih sepi dari penonton, dan menjelang persiapan

pertunjukan.

Ini adalah adegan sang aktor sedang

dikerumuni oleh pemain lain, yang mana

adegan ini merupakan refleksi dari

memandikan aktor tersebut.

Gambar 13. Adegan Tanah Hom-Pim-Pa

21

Page 22: Research Andi

Gambar 14. Adegan Tanah Hom-Pim-Pa

Ini adalah adegan ketika mereka bergerak dengan gerakan berjalan dan

menghentakkan kaki ke lantai, setalah adegan musikalisasi puisi “Tanah Air

Mata”

Gambar 15. Adegan Tanah Hom-Pim-Pa

Ini ketika sang aktor berdialog dengan pemain lain, dengan ditambahkan beberapa

koor arahan dari pemain lain.

22

Page 23: Research Andi

Gambar 16. Adegan Tanah Hom-Pim-Pa

Adegan ini menggambarkan suasana ketika sang aktor sedang melakukan dialog

dengan para pemain yang lain, ditambahkan adegan setelah musikalisasi puisi

“Masihkan Dunia Bertahta Di Hati Kita”

Gambar 17. Diskusi Pementasan

Ini adalah suasana saat kedua sutradara dan pembawa acara melakukan

sesi diskusi. Dan dibuka untuk seluruh audience yang ingin

menyampaikan pertanyaan, maupun tanggapan terhadap pertunjukan.

23

Page 24: Research Andi

Gambar 18. Raudah Jambak

Pembawa acara pertunjukan puisi, Kakanda Rauah Jambak.

Gambar 18. Suyadi San

Gambar 19. Suyadi San, S.Pd

Suyadi San, S.Pd, sang sutradara Tanah Hom-Pim-Pa, dan pemimpin sanggar

Teater Generasi Medan.

3.2 Deskripsi Observasi

Deskripsi Observasi yang diberikan penulis adalah naskah dari pertunjukan

puisi Tanah Hom-Pim-Pa. Berikut adalah naskah dari pertunjukan puisi Tanah

Hom-Pim-Pa.

24

Page 25: Research Andi

TANAH HOM-PIM-PA

Skenario : Suyadi San

BABAK – IAdegan 1

Seorang aktor sedang bermain-main air (seperti menimba) dari dalam sumur,

dengan gerakan perlahan, penuh perasaan, ekspresi rakus. Ia mempermainkan air

dari satu ember ke ember lain (berisi tanah). Ia mencampur aduk antara air dan

tanah dengan irama gerak lembut, garang sambil berkata, “Tanah Air Mata”,

terus-menerus seirama dengan gerak yang dilakukan.

Adegan 2

Sementara gerakan adegan 1 berlangsung terus, dari sudut yang lain beberapa

aktor bersama-sama datang tertatih-tatih memikul timba kaleng kosong. Mereka

bergerak bersama-sama menuju aktor yang sedang bermain-main air. Mereka

bergerak sambil koor puisi bait 1 :

Tanah airmata tanah tumpah duka ku

Mata air airmata kami

Airmata tanah air kami

Satu per satu mereka antre, meminta tanah dan air. Tetapi hanya diberi air.

Mereka bergantian menerima air dari sang aktor, kemudian secara bersama-sama

melakukan komposisi seperto orang berbaris. Koor puisi bait 1 dan 2 :

Tanah airmata tanah tumpah dukaku

Mata air airmata kami

Airmata tanah air kami

Di sinilah kami berdiri

25

Page 26: Research Andi

Menyanyikan airmata kami

Setelah bait 2 selesai, mereka bernyanyi, menyanyikan puisi bait 1 dan 2 sambil

mempermainkan air dalam kaleng seperti mempermainkan airmata. Mereka terus

berulang-ulang menyanyikan puisi bait 1 dan 2 dan semakin lama semakin

mengharukan.

Adegan 3

Seorang narator (1) mengucapkan puisi bait 3 sementara yang lain masih terus bernyanyi.

Di balik gembur subur tanahmuKami simpan perih kami

Di balik etalase megah gedung-gedungmuKami coba sembunyikan derita kami

Setelah puisi bait 3 selesai, secara bersama-sama mereka bergerak seperti terluka,

membenturkan kaleng, kemudian koor puisi bait 4 :

Kami coba simpan nestapaKami coba kuburkan duka laraTapi perih tak bisa sembunyi

Ia merebak ke mana-mana

Adegan 4

Seorang narator (2) mengucapkan puisi bait 5 :

Bumi memang tak sebatas pandangDan udara luas menunggu

Namun kalian takkan bisa menyingkir

Kemudian koor, sambil bergerak bersama-sama menuju sang aktor yang

berekspresi seperti ketakutan, tetapi tetap terus bermain air dan tanah. Orang-

orang terus bergerak. Kali ini kaleng itu mereka panggul seperti ingin

melemparkan.

Ke mana pun melangkah

26

Page 27: Research Andi

Kalian pijak airmata kamiKe mana pun terbang

Kalian khan hinggap di air mata kamiKe mana pun berlayar

Kalian arungi air mata kami

Adegan 5

Seorang aktor seperti sudah terkepung, dilingkari gerakan para narator. Mereka

bergerak keliling. Sang aktor semakin ketakutan. Para narator semakin mendesak

dan memasukkan sang aktor ke dalam ember berisi air. Kemudian seperti

memandikan, para narator mengucapkan puisi bait 7 :

Kalian sudah terkepung

Takkan bisa mengelak

Takkan bisa ke mana pergi

Menyerahlah pada kedalaman airmata kami

Para narator saling bergantian dengan gerak intensif penuh perasaan, bergantian

mengguyurkan air yang bercampur tanah ke tubuh sang aktor. Setelah puas,

mereka bernyanyi bersama-sama puisi bait 1 dan 2.

BABAK – II

Adegan 1

Musikalisasi puisi “Tanah Air Mata”. Para pelaku dramatisasi puisi sebelumnya.

Adegan 2

Aktor yang tadi tiba-tiba menghentak-hentakkan kaki dengan irama mula-mula

pelan, lalu berangsur-angsur cepat. Ia terus berjalan dengan menghentak-

hentakkan irama kaki ke lantai sambil mengucap :

27

Page 28: Research Andi

Hom Pim Pa

Orang-orang yang lain meniru dan melakukan gerakan serupa dengan ucapan

sama, tapi dimulai dari nada rendah sampai meninggi. Kemudian rendah lagi,

akhirnya lembut, tetapi tidak berhenti.

Hom Pim Pa

Sang aktor membaca puisi bait 1. baris terakhir diucapkan dengan tekanan

dinamik keras.

Apa katamu bila hidup ini hom pim pa

Siang orang sufi malam berkostum pencuri

Topeng-topeng tergantung pada setiap biliknya

Maka berubahlah setiap saat

Biar perut terganjal,

Panjang usia dipersempit limitnya

Suara ‘Hom Pim Pa’ ikut bergemuruh dan keras. Setelah sampai puncaknya, suara

itu kembali lembut tetapi tidak berhenti.

A : Mencuri

Aktor : Mereka bilang terpaksa

B : Nodong

Aktor : Mereka bilang terpaksa

C : Nipu

Aktor : Mereka bilang terpaksa

28

Page 29: Research Andi

Sajak ini pun mereka bilang terpaksa

Koor : Hom Pim Pa (bersahutan keras dan akhirnya kembali lembut walaupun tidak pernah berhenti)

Aktor : Kalah menang teka-teki

Yang pasti

Sumbang

Apa katamu bila hidup ini hom pim pa

Gaungnya membikin rimba

A : Sekolah jadi rimba

B : Kantor jadi rimba

C : Pergaulan jadi rimba

D : Perempuan jadi rimba

A : Putih jadi rimba

B : Ide jadi rimba

C : Aku jadi rimba

D : Putih jadi rimba

A : Hukum jadi rimba

Aktor : Ada harimau dengan kuku dan taring-taringnya

Ada pelanduk dengan akal liciknya

29

Page 30: Research Andi

Ada kijang cantik hidup dalam kewaswasannya

A : Jangan njambret

Aktor : Toh bukan kau

B : Jangan mabok

Aktor : Toh bukan kau

Maka setiap manusia ciptakan rel masing-masing

Berserabutan di jagad

Koor : Hom Pim Pa (bergemuruh dan keras. Setelah sampai puncaknya, suara

itu kembali lembut tetapi tidak berhenti)

A & B : Tangan tengadah belum tentu menang

C & D : Tangan tengadah belum tentu kalah

Aktor : Apa katamu bila hidup tanpa Hom Pim Pa

Paling aman gelengkan kepala sambil berucap

Hom Pim Pa bersahutan

Koor : Hom Pim Pa (bergemuruh dan berakhir dalam tempo lambat, tetapi

dengan tekanan dinamik keras)

BABAK – III

Musikalisasi Puisi “MASIHKAH DUNIA BERTAHTA DI HATI KITA”.

30

Page 31: Research Andi

BABAK - IV

Adegan 1

Orang-orang melakukan gerakan teaterikal. Berhamburan tak tentu arah. Tanpa

suara. Mereka merasakan seperti ada gempa, bencana, dan perang. Seolah-olah

suara-suara bom, peluru kendali, dan berita-berita bencana alam dekat di telingan

mereka. Lalu mereka satu per satu berjatuhan. Rebah.

Adegan 2

Seorang anak perempuan datang tergesa-gesa. Sembari menangis, ia mencari ayah

dan ibunya. Semua yang rebah diperiksanya satu per satu. Yang diperiksa

menggelengkan kepala. Begitu seterusnya. Anak itu pun terus menangis.

Adegan 3

Musikalisasi puisi “IGAUAN PERTIWI” bait 1 dan 2.

Senyumlah, Anakku, tersenyum

Kau lihatlah negerimu nyaris pecah berantakan

Ladang-ladang telah dibanjiri kebusukan

Badai sepanjang masa penyebabnya

Kau lihatlah bintang-bintang terus tertutup awan

Perpanjang derita negerimu setiap masa

Esok, apabila kaulihat alam angkasa raya

Katakan pada burung-burung bahwa tanah air kita

Telah dijahili tangan-tangan tak berdosa

Bahwa rumah kita belum dibentengi ketabahan

31

Page 32: Research Andi

Sehingga lambat laun terancam bencana

Senyumlah, Anakku, tersenyum

Jangan pandang pemimpinmu yang bermimpi kursi beludru

Lihat, lihatlah di hari yang Fitri ini mereka masih saja

Belum bisa menguntaikan senyum sepertimu

Karena tak bisa mengatasi negerimu dari ancaman prahara

Hutan-hutan terbakar,

Ikan-ikan berhamburan tak tentu arah

Gunung-gunung kehilangan panorama,

Tinggal menunggu rata dengan tanah

Air mengalir tak sederas Mahakam,

Menjadikan sawah tak sesubur lautan Hindia

Anak kecil tadi mengambil posisi depan panggung. Orang-orang yang rebah satu

per satu terbangun. Dengan gerakan perlahan, mereka satu per satu menghampiri

sang anak. Tapi tak bisa berbuat apa-apa, selain hanya manatap, menatap cemas.

Lanjut musikalisasi puisi “IGAUAN PERTIWI” bait berikutnya :

Senyumlah, Anakku, tersenyum

Allah telah menegur negerimu dengan cukup sopan

Dengan api peperangan yang terus membara

Berbagai badai bencana alam dan topan

Semua menjelma menjadi sebuah ketersiaan,

Menjadi sebuah keterasingan di negeri sendiri,

32

Page 33: Research Andi

Akibat nafsu serakah yang menjuntai-juntai

Tersenyumlah, Anakku, tersenyum

Andai kau bisa tersenyum,

Sadarilah bahwa negeri ini

Diciptakan memang untuk generasi sepertimu

Jika badai tak juga rendah, camkanlah

Bahwa sesungguhnya Allah beserta Malaikat-Nya

Akan terus mengawasi perjalanan ciptaan-Nya

Senyumlah, Anakku, tersenyum,

Insya Allah Dia selalu bersamamu.

Satu per satu orang-orang tersebut menggendong sang anak. Lalu mereka berjalan

ke luar dengan gerakan perlahan-lahan hingga keluar.

3.3 Pembahasan Penelitian

Dari naskah puisi di atas, dapat dilihat bahwa ini bisa dikatakan sebagai

naskah yang cukup panjang. Suyadi San, sang sutradara juga memadukan tiga

buah puisi di dalamnya, yaitu Tanah Hom-Pim-Pa, Masihkah Dunia Bertahta DI

Hati Kita, dan Igauan Pertiwi. Sutradara sendiri juga memasukkan unsur tarian-

tarian daerah yang sekilas terlihat seperti tarian Saman dari provinsi Nangroe

Aceh Darussalam. Selain itu, Kakanda Suyadi San juga memberikan aksen tarian

dengan kombinasi screaming Hom-Pim-Pa pada sesekali gerakan, dan

musikalisasi puisi yang juga dipadu dengan alunan music yang bermain dengan

sangat baik, sehingga memunculkan kesan estetik dan perpaduan irama yang

sinkron antara visualisasi dan musikalisasi.

33

Page 34: Research Andi

Gambar 20. Pemain Musik

Maksud dari pertunjukan puis Tanah Hom-Pim-Pa adalah penguasa yang

bertindak semena-menanya, menidas rakyat, yang ditunjukkan pada visual yang

bertajuk pengambilan air. Terlihat bahwa masyarakat yang sebenarnya juga sama-

sama mempunyai hak untuk mendapat air terlihat dibinasakan haknya. Selain itu,

anak gadis yang malang sekali nasibnya, lantaran keluarga,ya habis ditelan

bencana yang datang silih berganti di daerahnya, dan ketidak adanya kesiapan dan

perhatian dari pemerintah terhadap nasibnya.

Taman Budaya Sumatara Utara, merupakan tempat yang biasanya, dan

bukan hanya, meainkan merupakan tempat bagi para seniman dan sastrawan

untuk berkumpul dan mempertunjukkan kreatifitas mereka dlam bidang seni.

Bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 33, Taman Budaya juga pernah

mengikuti acara pertemuan Seluruh Taman Budaya Se-Indonesia di Bandung,

Jawa Barat, Budhayana. Dalam rangka 100 Hari Kebangkitan Nasional, berbagai

kegiatan seperti etalase seni pertunjukan bambu, gelaran dan pembukaan, Temu

Kepala Taman Budaya se-Indonesia, dialog seni, konser kolaborasi musik bambu,

pameran dan pertunjukan seni dan sajian kuliner yang dilaksanakan sejak 23--26

Juli lalu. Dan perannya dalam memasyarakatkan sastra, Taman Budaya dapat

dikatakan tempat Sastra untuk “unjuk gigi” dan para sastrawan adalah media

untuk menyampaikan aspirasi mereka serta menunjukkan produktivitas mereka.

34

Page 35: Research Andi

Yang menjadi pembahasan penelitian,, selain pembahasan naskah dan

sekilas Taman Budaya Sumatra Utara di atas, bahwa pertunjukan ini diadakan

diadakan di Taman Budaya dan Teater Generasi adalah salah satu dari dua grup

yang ikut memeriahkan acara pertunjukan puisi tersebut. Di akhir pertunjukan,

terlihat tiga orang, yaitu Raudah Jambak, pembawa acara, Suyadi San, dan

Safinatul Harahap duduk bersama untuk membuka sesi Tanya jawab dan sekilas

menceritakan mengenai hasil skenario mereka kepada penonton.

Pada kesempatan ini, penonton juga diberikan kesempatan untuk berbaur

dan berinteraksi dengan sutradara untuk sekedar memberi tanggapan atau

memberikan pertanyaan. Tercatat bahwa ada tiga orang penanya yang beruntung

mendapat kesempatan bertanya oleh pembawa acara, dua diantaranya menjurus ke

Suyadi San dan 1 mengarah kepada Safinatul Harahap.

3.3 Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan dari pertunjukan puisi ini, Suyadi San mampu memadukan tiga

buah puisi yang notabene ketiganya mempunyai background yang berbeda.

Namun, beliau mengambil dari sudut pandang yang berbeda, dan tidak hanya

fokus kepada 1 puisi namun ketiga puisi sekaligus dan pemain musik yang jarang

sekali melakukan kesalahan ketika masuk intro maupun pada finishing act yang

harus memang mereka mainkan. Akan tetapi, kekurangan dari pertunjukan ini

tidak terlalu terlihat, mungkin dari segi isi dan maksud sutradara. Alias pesan apa

yang tersirat dari pertunjukan puisi Tanah Hom-Pim-Pa belakangan tidak sampai

kepada penonton, dikarenakan penonton kurang paham dan mereka lebih banyak

terfokus pada gerakan pemain, bukan ke penghayatan dan tidak mampu menafsir

yang ada di dalam. Selain itu, durasi yang cukup panjang dengan banyak adegan

yang bisa dikategorikan tidak bisa dipandang sebelah mata, membuat penonton

yang (mungkin) baru pertama kali menonton pertunjukan sastra akan bingung,

karena selain durasi yang cukup panjang, adegan dan puisi-puisi yang ada dalam

pertunjukan puisi Tanah Hom-Pim-Pa adalah sulit dan penuh penghayatan.

35

Page 36: Research Andi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penjelasan di atas, maka dapat disintesiskan bahwa pertunjukan

puisi tersebut merupakan kombinasi dari dua cara mempertunjukan karya sastra,

khususnya puisi. Yaitu sang sutradara memakai visualisasi puisi dan musikalisasi

puisi dalam bentuk pementasannya. Selain itu, sang sutradara tidak terpaku pada

satu puisi, melainkan ada tiga buah puisi yang dimasukkan dalam pementasan

puisi tersebut, selain puisi Tanah Hom-Pim-Pa yang menjadi tajuk utama. Dan

juga, pertunjukan ini merupakan rangkuman gambaran dan luapan emosi

sutradara terhadap apa yang telah banyak terjadi di negeri ini.

5.2 Saran

Saran dari penulis adalah baik dan sangat baik jika pementasan seni sastra

banyak dimainkan terlebih bagi pelajar dan mahasiswa. Sehingga kita sebagai

konsumen pengguna bahasa Indonesia, tidak hanya sekedar mengetahui sastra,

tetapi juga menyukai sastra secara menyeluruh. Walaupun tidak secara

menyeluruh, paling tidak pelajar dan mahasiswa khususnya jurusan bahasa dan

sastra Indonesia mempunyai pengetahuan yang dalam mengenai sastra. Dan juga,

masyarakat, khususnya mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk

peka terhadap karya sastra dan suka dengan karya sastra, sehingga dapat

menyalurkan aspirasi dan luapan emosi yang tidak hanya bisa disampaikan secara

tersurat, melainkan tersirat melalui sastra. Dan semoga, Taman Budaya terus dan

tetap menjadi media bagi para seniman, khususnya seniman dalam bidang sastra

untuk terus memproduksi karya sastra bermutu.

36

Page 37: Research Andi

DAFTAR BACAAN

Moleong, J.Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Mursini. 2007. Teori Sastra. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni – Universitas

Negeri Medan

http://oyoth.multiply.com/journal/item/2

http://www.suaramerdeka.com/beta1/index.php?fuseaction=news.detailNews&id_news=25296

http://www.insidesumatera.com/?open=view&newsid=1042&cat=10

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2008072009000045

37