tugas ii industri oleokimia
DESCRIPTION
Tugas OleokimiaTRANSCRIPT
-
1
Tugas II Industri Oleokimia
Nama : Clarissa
NPM : 1206238974
Kelompok : 5
Judul : Lembar Tugas Mandiri 2: Derivatif Asam Lemak dan Kegunaannya
sebagai Aditif CFPP pada Biodiesel
Outline
I. Cara Menganalisis CFPP pada Biodiesel
II. Pengaruh Penambahan Zat Aditif terhadap CFPP pada Biodiesel
Pendahuluan
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terbentuk dari campuran senyawa mono-alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak. Biodiesel berasa dari minyak tumbuhan dan lemak hewan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui dan ramah
lingkungan. Kelebihan biodiesel itulah yang membuat biodiesel terus dikembangkan saat ini.
Namun diantara kelebihan yang dimiliki oleh biodiesel, biodiesel juga memiliki kekurangan
dibandingkan dengan bahan bakar diesel yang ada saat ini, yaitu nilai stabilitas oksidasi yang
rendah dan kadar CFPP yang masih tinggi. Di negara-negara 4 musim yang memiliki musim
dingin, jelas sudah bahwa hal ini dapat membawa dampak jika biodiesel digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan karena dengan nilai CFPP yang tinggi, biodiesel yang digunakan akan berubah
fase menjadi bentuk pada menyerupai Kristal dan akan menyumbat aliran bahan bakar pada mesin
kendaraan. Oleh sebab itu, dilakukan usaha untuk menurunkan nilai CFPP dari biodiesel supaya
biodiesel dapat digunakan pada berbagai kondisi, baik pada musim panas maupun musim dingin,
dengan cara menambahkan aditif CFPP. Aditif yang sedang dikembangkan saat ini merupakan
derivative asam lemak seperti stearat, oleat, dan linoleat. Untuk mengetahui secara lebih mendalam
pengaruh dari penambahan zat aditif itu, harus dilakukan analisis nilai CFPP dari biodiesel
tersebut. Analisis yang dapat digunakan adalah Differential Scanning Calorimetry analisis. Selain
itu, untuk mengerti lebih jauh mengenai penambahan zat aditif yang baik untuk biodiesel, perlu
diketahui pula mekanisme dari kerja senyawa aditif tersebut di dalam biodiesel.
-
2
I. Cara Menganalisis CFPP pada Biodiesel
CFPP atau Cold Filter Plugging Point merupakan suhu terendah yang dinyatakan dalam
satuan derajat Celcius pada saat volume tertentu dari suatu bahan bakar diesel maupun
biodiesel masih dapat melalui suatu instrument filtrasi standar pada saat terjadi pendinginan.
Jika suhu udara di lingkungan sekitar sudah mendekati nilai CFPP pada bahan bakar yang
digunakan, akan terbentuk padatan atau kristal yang dapat menghambat laju alir dari bahan
bakar tersebut dan kristal yang ada tidak dapat melewati filter. Terdapat suatu cara analisis
untuk menentukan nilai CFPP pada biodiesel, yaitu Differential Scanning Calorimetry analisis
dan menggunakan instrument ASTM D6371 atau IP 309 CFPP.
Differential Scanning Calorimetry analisis merupakan metode yang dapat digunakan
untuk mengukur sifat termal dari polimer berdasarkan tingkat dimana polimer tersebut
menyerap energi panas dibanding dengan bahan referensinya. Metode ini memanfaatkan
perubahan energi yang terlibat dalam transisi fase molekul polimer tertentu, sehingga dapat
menganalisis titik leleh, entalpi dari pencairan, suhu kristalisasi, suhu transisi gelas, dam suhu
degradasi. Dalam analisis untuk menentukan CFPP dari biodiesel, diperlukan suhu kristalisasi
biodiesel yang digunakan sehingga DSC analisis dapat digunakan. Berikut adalah skema dari
alat DSC yang digunakan:
Gambar 1. Skema dari alat DSC
Sumber: www.intechopen.com
Prinsip kerja dari analisis ini adalah mengukur jumlah panas yang diserap maupun
dilepas selama transisi fase. Panas akan diserap jika dibutuhkan lebih banyak panas untuk
menaikan temperatur, seperti untuk mengubah zat berfase padat menjadi cair, sedangkan panas
akan dilepaskan jika proses yang terjadi tidak membutuhkan panas atau kalor untuk menjalani
-
3
prosesnya, seperti pengubahan zat berfase cair ke fase padat. Proses kristalisasi biodiesel
merupakan proses yang melepas panas atau yang biasa disebut dengan istilah eksotermik.
Pada analisis menggunakan instrumen DSC, digunakan suatu fluks panas untuk
memanaskan sampel dan bahan referensi dimana kedua bahan tersebut harus dijaga pada suhu
yang sama atau dengan perbedaan seminim mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengatur alat untuk memanaskan kedua buah bahan pada tingkat tertentu. Untuk menjaga
kedua suhu bahan tetap sama dibutuhkan perbedaan pemberian energi, sehingga hal inilah yang
dapat diukur. Alat tersebut terhubung dengan komputer, sehingga komputer akan menyajikan
hasil percobaan dalam bentuk grafik. Berikut ini adalah gambaran grafik hasil analisis standar
dari DSC untuk reaksi eksotermis maupun endotermis:
Gambar 2. Kurva Hasil Analisis DSC
Sumber: http://lipidlibrary.aocs.org/physics/dsc/index.htm
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa kurva yang menjorok keatas merupakan reaksi
eksotermis, sedangkan yang menjorok kebawah adalah reaksi endotermis.
Temperatur kristalisasi pada grafik di gambar 2 dinotasikan dengan Tc. Sebelum titik
Tc tercapai, molekul-molekul dalam biodiesel akan tersusun dan terikat secara acak. Fase
transisi terjadi ketika molekul-molekul, yang sebelumnya terikat secara acak, mendapatkan
kebebasan yang cukup untuk berpindah ke posisi fase yang lebih stabil dalam keadaan Kristal.
Fase sebelumnya sebelum terjadi kristalisasi adalah pembentukan transisi kaca. Dari
grafik terlihat bahwa lompatan pada suhu pembentukan transisi kaca Tg lebih kecil
dibandingkan dengan lompatan pada suhu kristalisasi Tc, hal ini dapat terjadi karena struktur
Kristal lebih stabil dibandingkan dengan struktur transisi kaca dan molekul-molekul dapat
menjadi lebih stabil pada keadaan energi yang lebih rendah.
-
4
Dari analisis DSC yang dilakukan, dapat diketahui nilai dari temperatur kristalisasi
yang dapat digunakan sebagai penentuan nilai CFPP dari suatu jenis biodiesel melalui
serangkaian perhitungan tertentu sehingga dapat didapatkan nilai dari suhu kristalisasi.
Selain menggunakan DSC analisis, dapat juga digunakan alat otomatis yang langsung
dapat menghasilkan nilai CFPP secara lebih mudah, yaitu dengan menggunakan alat ASTM
D6371 atau IP 309 CFPP. Prosedur yang dilakukan cukup singkat dengan menyaring biodiesel
yang dianalisis menggunakan kertas filter yang kemudian ditaruh di dalam wadah sampel; lalu
dipasang intrumen seperti pipet, thermometer, unit filter, dan stopped holder; mengatur suhu
alar sebesar -34oC dan mendinginkan sampel sampai mencapai titik cloud point sekitar -5oC.
Langkah selanjutnya adalah menunggu suhu disaat bagian pipet tidak terisi oleh biodiesel pada
tanda 20 mL dalam waktu 60s, itu adalah estimasi nilai CFPP. Berikut adalah gambaran dari
alat yang digunakan dan estimasi dari nilai CFPP hasil percobaan yang dilakukan:
Gambar 3. Instrumen ASTM D6371
Sumber: dsy1988.com.cn
-
5
Gambar 4. Estimasi Nilai CFPP pada Instrumen ASTM D6371
Sumber: dsy1988.com.cn
II. Pengaruh Penambahan Zat Aditif terhadap CFPP pada Biodiesel
Terdapat banyak sekali senyawa aditif yang dapat ditambahkan ke dalam biodiesel
dengan tujuan untuk menurunkan nilai CFPP pada biodiesel tersebut. Beberapa contohnya
adalah senyawa metil stearate, metil oleat, dan metil linoleat. Senyawa-senyawa tersebut
memiliki sifat fisis dan sifat kimia yang berbeda-beda, serta nilai CFPP yang berbeda juga.
Berikut adalah struktur kimia dan beberapa sifat fisis maupun sifat kimia dari masing-masing
senyawa aditif yang telah disebutkan sebelumnya:
Tabel 1. Sifat Fisis dan Kimia Metil Stearat
Metil Stearat
Struktur
Molekul
Rumus Kimia C19H38O2
Berat Molekul 298.5
Titik Leleh 37-41oC
Titik Didih 215 oC
Densitas 0,84 gr/cm3
Temperatur
Penyimpanan
-20 oC
-
6
Tabel 2. Sifat Fisis dan Kimia Metil Oleat
Metil Oleat
Struktur
Molekul
Rumus Kimia C19H36O2
Berat Molekul 296,48
Titik Didih 351.448 oC
Densitas 0,9 gr/cm3
Tabel 3. Sifat Fisis dan Kimia Metil Linoleat
Metil Linoleat
Struktur
Molekul
Rumus Kimia C19H34O2
Berat Molekul 294,472
Titik Leleh -35oC
Titik Didih 373,3 oC
Densitas 0,9 gr/cm3
Setiap zat aditif memiliki sifat kimia dan fisis yang berbeda-beda. Di dalam biodiesel
pun, masing-masing senyawa akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Menurut
penelitian yang dilakukan, metil oleat memiliki suhu kristalisasi -41,5 oC sehingaa akan
memberikan nilai CFPP yang baik jika dicampurkan pada biodiesel. Selain itu, kadar
pemberian zat aditif pada biodiesel juga akan mempengaruhi nilai CFPP dari campuran
-
7
tersebut, untuk penambahan metil stearate sebanyak 1% dan 5% dari volume total akan
memberikan nilai CFPP sebesar -3 oC, sedangkan untuk untuk penambahan metil stearate
sebanyak 1% dan 5% dari volume total akan memberikan nilai CFPP sebesar -4 oC, dimana
nilai CFPP dari biodiesel murni adalah sebesar -3 oC. oleh sebab itu, dapat disimpulkan, setiap
penambahan jenis aditif dengan kadar yang berbeda akan mempengaruhi nilai CFPP secara
berbeda pula. Selain senyawa-senyawa yang disebutkan diatas, berikut adalah beberapa daftar
zat aditif dengan nilai CFPP setiap senyawa:
Tabel 4. Nilai CFPP dari Beberapa Senyawa
Sumber:http://cdn.intechopen.com/pdfs/23666/InTechBiodiesel_quality_standards_and_properti
es.pdf
-
8
Kesimpulan
Pemanfaatan derivatif asam lemak sudah meluas. Salah satu pemanfaatannya adalah
sebagai zat aditif yang ditambahkan kepada biodiesel untuk menurunkan nilai CFFP. Jika nilai
CFPP dari suatu senyawa biodiesel tinggi, maka hal ini akan merugikan bila biodiesel dipakai di
mesin kendaran yang terletak pada negara yang memiliki 4 musim, terutama pada musim dingin.
Setelah penambahan zat aditif, nilai CFPP dari campuran akan berubah, dan untuk menganalisis
hal ini diperlukan analisis seperti analisis DSC dan analisis otomatis dengan menggunakan alat
ASTM D6371 atau IP 309 CFPP. DSC merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengukur
sifat termal dari polimer berdasarkan tingkat dimana polimer tersebut menyerap energi panas
dibanding dengan bahan referensinya dengan memanfaatkan perubahan energi yang terlibat dalam
transisi fase molekul polimer tertentu, sehingga dapat menganalisis titik leleh, entalpi dari
pencairan, suhu kristalisasi, suhu transisi gelas, dam suhu degradasi. untuk alat ASTM D6371 atau
IP 309 CFPP, hanya perlu digunakan sesuai dengan prosedur percobaan yang biasanya dilakukan
sehingga akan mendapatkan nilai CFPP estimasi.
Daftar Pustaka:
Anonim.2012. Differential Scanning Calorimetry; First and Second Order Transition in
Poymers. http://www.colby.edu/chemistry/PChem/lab/DiffScanningCal.pdf (Diakses pada 11
Oktober 2014 pukul 19.48 WIB)
Istvan Barabas dan Ioan-Adrian Todorut.2011.Biodiesel Quality, Standards and Properties.
http://cdn.intechopen.com/pdfs/23666/InTech-
Biodiesel_quality_standards_and_properties.pdf (Diakses pada 11 Oktober 2014 pukul 16.54
WIB)
M. Fernanda Peyronel dan Alejandro G. Marangoni.2014. Section 4: Differential Scanning
Calorimetry. http://lipidlibrary.aocs.org/physics/dsc/index.htm#crystallization (Diakses pada
11 Oktober 2014 pukul 21.34 WIB)
Odeigah Edith, Rimfiel B. Janius, dan Robiah Yunus.2012. Factors Affenting Cold Flow
Behaviour of Biodiesel and Methods for Improvement-A Review.
http://www.pertanika.upm.edu.my/Pertanika%20PAPERS/JST%20Vol.%2020%20(1)%20Ja
n.%202012/06%20Pg%201-14.pdf (Diakses pada 11 Oktober 2014 pukul 21.39 WIB)