laporan lengkap pemicu 1 oleokimia

22
PEMICU I TEKNOLOGI OLEOKIMIA LAPORAN LENGKAP KELOMPOK III (TIGA) DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK NAMA NIM M. RIFAI RAWA RICKY AFRIANTO NOFRIKO PRATAMA 100405003 100405018 100405046

Upload: asamsulfanilat

Post on 06-Aug-2015

203 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

PEMICU I

TEKNOLOGI OLEOKIMIA

LAPORAN LENGKAP

KELOMPOK III (TIGA)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

NAMA NIM

M. RIFAI RAWA

RICKY AFRIANTO

NOFRIKO PRATAMA

100405003

100405018

100405046

Page 2: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

LAPORAN LENGKAP

PEMICU 1

TEKNOLOGI OLEOKIMIA

A. Sejarah dan Perkembangan Oleokimia

Produk-produk olahan oleokimia telah dikenal sejak peradaban kuno, misalnya

minyak olive dan kosmetik di peradaban mesir kuno, minyak wijen pada zaman China

kuno dan sebagainya. Perkembangan oleokimia semakin pesat pada abad ke-20 ketika

surfaktan ditemukan dan penggunaan minyak nabati semakin dikembangkan hingga

muncul pernyataan dari Rudolf Diesel dalam presentasinya di British Institute of

Mechanical Engineers pada tahun 1912 yang mengatakan: "The fact that fat oils from

vegetable sources can be used may seem insignificant today, but such oils may

perhaps become in course of time of the same importance as some natural mineral

oils and the tar products are now."

B. Pengenalan Oleokimia

Oleokimia merupakan bahan kimia yang berasal dari minyak/lemak alami, baik

tumbuhan maupun hewani. Bidang keahlian teknologi oleokimia merupakan salah satu

bidang keahlian yang mempunyai prospek yang baik dan penting dalam teknik kimia.

Pada saat ini dan pada waktu yang akan datang, produk oleokimia diperkirakan akan

semakin banyak berperan menggantikan produk-produk turunan minyak bumi

(petrokimia). Pada saat ini, permintaan akan produk oleokimia semakin meningkat. Hal

ini dapat dimaklumi karena produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan

dibandingkan produk petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui dan

produk yang ramah lingkungan.

Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis kepada minyak/trigliserida sebagai

bahan bakunya. Hal ini terjadi karena secara umum, para pengusaha masih ragu untuk

terjun secara langsung ke industri oleokimia. Masih sangat jarang dijumpai sebuah

industri yang mengolah bahan baku langsung menjadi bahan kimia tanpa melalui

trigliserida. Padahal secara ekonomi dan teknik, banyak produk dari bahan alami yang

bisa diolah langsung dari bahan nabati tanpa melalui trigliserida. Contohnya adalah

pengolahan secara langsung buah kelapa sawit menjadi asam lemak. Selama ini asam

lemak dari kelapa sawit selalu diolah dari minyak/trigliserida. Padahal dari segi teknik

dan ekonomi akan lebih efisien untuk mengolah secara langsung buah sawit menjadi

Page 3: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

asam lemak melalui pengaktifan enzim lipase yang terkandung pada buah sawit. Hal ini

juga bisa ditemukan pada bahan baku nabati lainnya.

Page 4: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia
Page 5: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

C. Proses Pada Industri Oleokimia

C.1 Proses Pembuatan Asam Lemak dan Gliserol melalui Splitting

Hidrolisis CPO dengan H2O

Hidrolisis CPO dengan H2O merupakan metode yang umum dipakai untuk

menghasilkan asam lemak. Air memecah gugus alkil dalam trigliserida menjadi asam

lemak dan gliserol pada proses hidrolisis minyak (fat splitting). Reaksi yang terjadi

adalah sebagai berikut :

CH2RCOO CH2OH

CHRCOO + 3 H2O CHOH + 3 RCOOH

CH2RCOO CH2OH

trigliserida air gliserol asam lemak

Page 6: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

Reaksi ini dilakukan pada suhu 240 oC – 260 oC dan tekanan 45 – 50 bar. Pada

proses ini derajat pemisahan mampu mencapai 99%. Hal yang membuat proses ini

kurang efisien adalah karena proses ini memerlukan energi yang cukup besar dan

komponen-komponen minor yang ada di dalamnya seperti β-karoten mengalami

kerusakan.

Hidrolisis CPO secara Enzimatik

Hidrolisis CPO secara enzimatik dilakukan dengan cara immobilized enzim lipase.

Pada proses ini, kebutuhan energi yang diperlukan relatif kecil jika dibandingkan dengan

proses hidrolisa CPO dengan H2O pada suhu dan tekanan tinggi. Pada proses ini,

pemakaian enzim lipase dilakukan dengan cara berulang-ulang (reuse), karena harga

enzim lipase yang sangat mahal. Reaksi yang terjadi pada proses hidrolisa secara

enzimatik adalah sebagai berikut :

CH2RCOO CH2OH

CHRCOO + 3 H2O CHOH + 3 RCOOH

CH2RCOO CH2OH

trigliserida air gliserol asam lemak

Reaksi ini dilakukan pada kondisi optimum aktifitas enzim lipase yaitu pada suhu 35

oC dan pH 4,7-5. Derajat pemisahan pada proses ini mampu mencapai 90%.

Hidrolisis Secara Langsung Buah Kelapa Sawit Secara Enzimatik

Hidrolisis secara langsung buah kelapa sawit dengan mengaktifkan enzim lipase sebagai

biokatalisator yang terdapat pada buah kelapa sawit merupakan suatu alternatif proses

yang dapat dilakukan untuk memperoleh asam lemak. Enzim lipase yang terdapat pada

buah sawit akan membantu air dalam menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak

dan gliserol

Jika proses ketiga dibandingkan dengan proses pertama dan kedua, dimiliki kelebihan

dan kekurangan, antara lain :

1. Hidrolisis minyak sawit dengan air pada suhu dan tekanan tinggi mampu

menghasilkan pemisahan asam lemak dengan gliserol sampai 99%, tetapi proses ini

menggunakan CPO yang telah diolah dari tandan, disamping itu juga dapat merusak

komponen-komponen minor yang terdapat dalam minyak sawit. Pada proses

Page 7: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

hidrolisis CPO secara enzimatik, kebutuhan energi relatif kecil. Kekurangan dari

proses ini adalah harga enzim lipase yang sangat mahal. Pemakaian enzim lipase

secara berulang-ulang dapat dilakukan, tetapi hal ini memerlukan tambahan proses

untuk mendapatkan enzim lipase yang mempunyai kemampuan yang sama seperti

semula. Disamping itu, karena sifat enzim yang sangat sensitif terhadap temperatur

dan pH, maka kemungkinan kerusakan pada enzim lipase secara tiba-tiba tentu saja

dapat terjadi, sementara pemenuhan enzim lipase ini relatif sulit dilakukan karena

faktor biaya dan supplier enzim lipase yang terbatas di pasaran.

2. Hidrolisis dengan mengaktifkan enzim lipase yang terdapat pada buah kelapa sawit

jika ditinjau dari segi ekonomi dan teknik sangat baik sekali, karena sesuai dengan

tujuannya yaitu untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol, maka proses ini tidak

perlu lagi melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap tandan buah segar menjadi

minyak.

C.2 Esterifikasi Asam lemak

Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan

proses kontinyu. Esterifikasi merupakan reaksi ionik yang merupakan gabungan dari

reaksi adisi dan penataan ulang eliminasi. Reaksi tersebut berlangsung dibawah tekanan

pada suhu 200- 250oC. Pada reaksi kesetimbangan, air dipindahkan secara

kontinyu untuk menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi

countercurrent kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi ini

didasarkan pada prinsip reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan superheated metanol

vapor dan desorpsi metanol- water mixture. Gambar 2 memperlihatkan proses kontinyu

esterifikasi Henkel asam lemak. Reaksi ini menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa

dan suhu 240 C. Keuntungan dari proses ini adalah kelebihan metanol dapat dijaga

secara nyata pada rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam lemak

dibandingkan proses batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang melalui

proses distilasi tidak memerlukan proses pemurnian. Esterifikasi proses kontinyu

lebih baik daripada proses batch. Dengan hasil yang sama, proses kontinyu

membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan kelebihan metanol yang lebih rendah.

Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam produksi

ester dari asam lemak spesifik. Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh

struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data

tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya,

Page 8: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta

kesetimbangan. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling

lambat alkohol tersier 2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi. Asam aromatik (benzoat

dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas konversi yang tinggi 4. Makin

panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu berpengaruh

terhadap laju reaksi

Proses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi esterifikasi

dikehendaki untuk sedapat mungkin mencapai 100%. Oleh karena itu reaksi

esterifikasi merupakan kesetimbangan, maka angka 100% tidak mungkin

tercapai, dan sesuai informasi yang ada konversi yang dapat dicapai hanya sampai

98%. Nilai konversi yang tinggi dapat dicapai dengan ekses reaktan yang besar. Proses

esterifikasi secara umum harus diketahui untuk dapat mendorong

konversi sebesar mungkin. Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan

ini bergantung kepada volatilitas ester. Golongan 1. Dengan ester yang sangat mudah

menguap, seperti metil format, metil asetat, dan etil format, titik didih ester lebih rendah

daripada alkohol, oleh karena itu ester segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi.

Produksi metil asetat dengan metode distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh dari

golongan ini. Metanol dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester

segera dipisahkan sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air

terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan

lebih lanjut dalam kolom distilasi yang kedua. Golongan 2. Ester dengan kemampuan

menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara menghilangkan air yang terbentuk secara

distilasi. Dalam beberapa hal, campuran terner dari alkohol, air dan ester dapat

terbentuk. Kelompok ini layak untuk dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat,

semua bagian ester dipindahkan sebagaicampuran uap dengan alkohol dan sebagian

air, sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam sistem. Dengan butil asetat, semua

bagian air dipindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol,

sedangkan sisa ester terakumulasi dalam sistem. Golongan 3. Dengan ester yang

mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan timbul. Dalam hal butil dan amil

alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner dengan alkohol. Contoh proses untuk

tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat. Untuk menghasilkan ester dari

alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil) dibutuhkan penambahan hidrokarbon

seperti benzena dan toluena untuk memperbesar air yang terdistilasi.dengan alkohol

Page 9: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

bertitik didih tinggi (benzil, furfuril, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu

diperlukan

untuk

menghilangkan kandungan air dari campuran.

Gambar 2 Diagram alir produksi metil ester dengan esterifikasi

C.3 Proses Transesterifikasi

Proses transesterifikasi dari lemak dan minyak merupakan proses yang paling umum

digunakan dalam memproduksi metil ester, kecuali bila dibutuhkan metil ester dengan

asam lemak spesifik. Trigliserida dapat dengan mudah ditransesterifikasi secara

batchwise pada tekanan atmosfer dan suhu 60-70 °C dengan metanol berlebih dan

menggunakan alkalis alkalin. Tahap awal yang diperlukan untuk memindahkan asam

lemak bebas dari minyak adalah dengan cara permurnian atau pra-esterifikasi

sebelum proses transesterifikasi. Tahap ini tidak diperlukan jika reaksi dilakukan pada

tekanan yang tinggi (9000 KPa) dan suhu yang tinggi (240 C). Pada kondisi ini,

esterifikasi dan transesterifikasi terjadi secara kontinu. Campuran hasil reaksi pada

akhir reaksi dibiarkan mengendap. Lapisan paling bawah dari gliserin dikeluarkan,

Page 10: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

lapisan paling atas, metil ester dicuci untuk memindahkan gliserin dan diproses

lebih lanjut. Kelebihan metanol direcover ke kondensor dan dialirkan ke kolom

rectifying untuk dimurnikan dan didaur ulang. Gambar 3 memperlihatkan diagram alir

proses Henkel yang berlangsung pada tekanan 9000 Kpa dan suhu 240 C menggunakan

minyak tidak murni (unref iined oil) sebagai feedstock. Minyak tidak murni (unref ined

oil), metanol yang berlebih dan katalis diukur dan dipanaskan pada suhu 240o C

sebelum dialirkan ke reaktor. Kelebihan metanol dikeluarkan melalui reaktor dan

diisikan pada kolom rak untuk proses pemurnian. Metanol recover didaur ulang ke

dalam sistem.

Reaksi yang terjadi :

D. Sumber Bahan Baku dan Produk Industri Oleokimia

Sebagai sumber minyak dan lemak, industri oleokimia dapat menggunakan dua

jenis sumber yaitu yang alami dan sintetik. Sumber alami minyak dan lemak dapat

dihasilkan dari tumbuhan, binatang maupun dari laut. Sedangkan sumber sintetik adalah

berasal dari minyak bumi dan tall oil. Sumber minyak/lemak alami yang berasal dari

lautan adalah minyak ikan kod, dan minyak sarden (sarden Oil). Minyak/lemak yang

berasal dari hewan adalah lemak hewan. Tumbuhan merupakan sumber minyak terbesar,

dimana di dunia ini terdapat banyak jenis tumbuhan yang mengandung minyak yang

tersebar di bagian tanaman. Sebagai sumber minyak, tumbuhan dikelompokkan menjadi

dua yaitu plant oil yang antara lain terdiri dari minyak kelapa dan minyak sawit serla seed

oil. Seed oil dapat dihasilkan dari biji-biji tanaman seperti biji kedelai, biji lobak, biji

bunga matahari, biji kapas, kacang dan Lin seed.

Page 11: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

Oleokimia dibagi menjadi dua yailu oleokimia dasar dan turunannya, Industri

Oleokimia dasar (Basic Oleochemica/s ) dimulai dari suatu proses yang dinamakan

Splitting atau Hydrolysis. Dalam proses hidrolisis, trigliserida dari minyak/lemak dipecah

menjadi asam lemak dan gliserol dengan adanya air. Asam lemak dan gliserol inilah

merupakan "basic building blocks" dari proses-proses turunan yang selanjutnya dari

industri oleokimia.

Berikut ini beberapa jenis produk asam lemak dan turunan asam lemak yang banyak

digunakan dalam industri:

1. Fatty acid: Banyak dibutuhkan sebagai komponen utama dalam pembuatan sabun

2. Fatty acid esters: merupakan produk turunana asam lemak, dari berbagai fraksi asam

lemak melalui proses etrefikasi menggunakan alkohol menghasilkan beberapa jenis

ester yang sangat berguna dalam industri. Misalnya ester dari asam lemak C8 - C10

dengan ttrimethylol propane digunakan sebagai bahan pembuatan pelumas. C8 –C10

yang diestrfikasi kembali dengan gliserol menghasilkan lemak berantai sedang

(Medium Chain Triglesirides-MCT) yang memiliki viskositas rendah dan memiliki

Page 12: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

sifat sangat stabil. MCT digunakan sebagai pelarut wangi-wangian (flovors), sebagai

makanan diet karena mudah dicerna dan cepat menghasilkan energi.

Esterfikasi asam lemak dengan monoalcohol misalnya isopropanol dengan meristic

acid menghasilkan isopropyl myristate, salah satu komponen kosmetik. Gliserol

monoester digunakan sebagai bahan pengemulsi pada industri pangan, bahan

penghilang jamur dan pelumas dalam industri plastik.

3. Fatty alcohol: merupakan produk hasil hidrogenasi asam lemak atau ester asam lemak.

Fatty alkohol dapat difraksinasi untuk memisahkan fraksi C8-C10 yang dikenal

sebagai plasticizer range alcohol, dan C8-C12 sebagai deterget range alcohol.

Plasticizer range alcohol berbentuk cair dan memiliki daya pelarut yang tinggi dapat

digunakan dalam industri tinta printer dan cat. Esterfikasi dengan polycarboxylic acid

seperti phthalic anhydride menghasilkan plasticizer khususnya untuk industri PVC.

C12 – C14 alkohol banyak digunakan sebagai additif pelumas dan dalam pembuatan

minyak rem dan minyak hidrolik. C16-C18 fatty alkohol banyak digunakan sebagai

campuran dalam pembuatan cream, lipstik, pasta, semir dan produk lainnya.

4. Polyglycol Ethers: dihasilkan dari hasil reaksi fatty alcohol dengan ethylene oxide

digunakan sebagai surfaktan nonionik. Banyak digunakan sebagai bahan pembatu

dalam industri tekstil, cairan pencuci, produk penghilang lemak dan pembuatan cairan

pembersih.

5. Fatty Amides: misalnya Cocomonoethanolamide dan cocodiethanolamide dibuat

dengan merekasikan asam lemak atau ester asam lemak dengan monoethanolamine

atau diethanolamine banyak digunakan sebagai pembentuk busa (foam boosters) pada

sampo dan produk detergen.

6. Fatty Amines: dihasilkan dari reaksi fatty acid dengan amonia dan hidrogen. Banyak

digunakan dalam industri pembuatan bahan pelembut (softener) dan biosida. fatty

amine oksida banyak digunakan sebagai bahan pembuatan sampo.

Page 13: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

Extended Problem

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid ,

yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam

pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena

dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas

karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut.

Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama

polaritasnya dengan zat terlarut . Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya proses

kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan terionisasi dan

menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta dapat diekstraksi dengan air.

Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan

asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah

diekstraksi dengan pelarut non-polar.

Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti

“triester dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester . Hasil

hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini juga

disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.

Sumber Lemak Dan Minyak:

1) Tanaman (Nabati)

a. Kelompok tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, biji matahari, dll.)

b. Kelompok tanaman tahunan (kelapa sawit, kelapa, olive)

c. Kelompok biji-bijian tanaman tahunan (cacao, inti sawit, kapas, kemiri, dll.)

2) Hewani

a. Hewan ternak / peliharaan (lemak dari susu sapi, daging sapi, domba, dll.)

b. Hasil Laut (minyak ikan paus, sardine, dll.)

Sifat-sifat Lemak dan Minyak

Sifat-sifat fisika Lemak dan Minyak

1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin dari lecitin

2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatu kamar

3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk

pengujian kemurnian minyak.

Page 14: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil0, sedikit larut

dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon disulfida dan pelarut

halogen.

5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai

karbon

6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga terjadi karena asam-

asam yang berantai sangat pendek sebaggai hasil penguraian pada kerusakan minyak

atau lemak.

7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak

dengan pelarut lemak.

8. Titik lunak dari lemak/minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak/lemak

9. shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak /

lemak

10. slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh

kehadiran komponen-komponennya

Sifat-sifat kimia Minyak dan Lemak

1. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,menjadi

bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut

interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi Friedel-

Craft.

2. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak

bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini

terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

Page 15: Laporan Lengkap Pemicu 1 Oleokimia

3. Penyabunan

Reaksi ini dilakukan dengan penambhan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila

penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol

dipulihkan dengan penyulingan.

4. Hidrogenasi

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak

pada lemak atau minyak . setelah proses hidrogenasi selesai , minyak didinginkan dan

katalisator dipisahkan dengan disaring . Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis

atau keras , tergantung pada derajat kejenuhan.

5. Pembentukan keton

Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

6. Oksidasi

Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak

atau minyak . terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak

atau minyak.