tugas hi

17
Dosen : Ema Septaria , S. H, M. Hum Disususn Oleh : Nabillah Sariekide FAKULTAS HUKUM

Upload: nabillah-sariekide

Post on 22-Jun-2015

28 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Hukum Internasional

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas HI

Dosen : Ema Septaria , S. H, M. Hum

Disususn Oleh : Nabillah Sariekide

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2009

Page 2: Tugas HI

BAB I. FAKTA

Pada tanggal 14 Agustus 2008, Republik Georgia mendaftarkan gugatan ke

Mahkamah Internasional atas dugaan pelanggaran HAM yaitu diskriminasi ras yang

dilakukan di dua wilayah Georgia yaitu Ossetia Selatan dan Abkhazia. Georgia

mengatakan bahwa Rusia berpura-pura mengontrol atas Ossetia Selatan, Abkhazia dan

tempat-tempat yang berdekatan dengan wilayah Georgia. Georgia mengklaim bahwa

etnis Georgia di daerah-daerah itu telah dijadikan sasaran kekerasan fisik yang

menyebabkan kematian penduduk sipil, dan pengungsian para penghuninya. "Sasaran-

sasaran itu menunjukkan bahwa kampanye diskriminasi ini merupakan pengusiran

massal atas penduduk etnis Georgia dari Ossetia Selatan, Abkhazia dan daerah-daerah

tetangga lainnya di Georgia," katanya.

Menurut berita yang berkembang dan ditayangkan berulang-ulang di televisi

setempat, bahwa presiden Georgia telah menyatakan keadaan perang. Hal ini

dikarenakan perbuatan berani dari Rusia yang membom dan menghancurkan sebuah

pelabuhan penting Georgia dan menghantam sebuah kota lain. Dari data yang terhimpun

dikatakan sejauh ini ada kurang lebih 1.600 orang yang tewas di ibukota Tskhinvali

akibat agresi dari Rusia ini.

Ossetia Selatan memisahkan diri dari Georgia awal tahun 1990. Sejak itu

wilayah itu menjadi sumber pertikaian antara Georgia dan Rusia , yang menentang

apsirasi Tbilisi bergabung dengan NATO dan mendukung kelompok separatis Ossetia

Selatan tanpa mengakui kemerdekaan mereka di provinsi Ossetia Selatan yang

memisahkan diri itu

Presiden Georgia mengatakan dalam pernyatannya, "Saya telah menandatangani

satu keputusan mengenai keadaan perang. Georgia berada dalam keadaan agresi penuh

militer," kata Saakashvili dalam satu pertemuan dewan keamanan nasionalnya yang

disiarkan televisi.1

Sementara itu dari pihak Rusia yang diwakili oleh menteri pertahanannya

membantah bahwa pesawat-pesawat jet mereka telah membom daerah-daerah sipil di

Georgia. Pihak Rusia hanya membenarkan bahwa dua pesawat jet tempur mereka

memang telah ditembak jatuh di wilayah Georgia. Tbilisi juga telah mengatakan bahwa

1 Anonym, 2008, 1.600 0rang Tewas, http/kompas.com/read/xml/2008/09/08/18.07 WIB

Page 3: Tugas HI

enam pesawat Rusia ditembak jatuh oleh Georgia. Diketahui Rusia mendukung

pemerintah Ossetia Selatan dan mengirimkan tank-tank dan pasukan, untuk menanggapi

operasi militer Georgia yang pro Barat itu untuk menguasai kembali provinsi yang

memisahkan diri awal tahun 1990-an itu. Georgia dan pemerintah di Ossetia Selatan

saling klaim menguasai Tskhinvali sejak Jumat pagi. Tetapi Rusia, mengatakan pihaknya

telah "membebaskan" ibukota wilayah yang memisahkan diri itu setelah pasukan payung

diterjunkan ke kota itu. "Batalyon-batalyon taktis telah membebaskan sepenuhnya

Tskhinvali dari pasukan militer Georgia," kata Jendral Vladimir Boldyrev , kepala

pasukan darat Rusia , yang dikutip kantor-kantor berita Rusia.2

Saat jumlah pasukan diperkuat dan bentrokan senjata meningkat, seorang pejabat

senior militer mengatakan Georgia berencana akan menarik seluruh 2.000 tentaranya dari

Irak dalam tiga hari ke depan. AS dan Uni Eropa mempersiapkan satu delegasi gabungan

untuk mengusahakan gencatan senjata tetapi Presiden Ruisia Dmitry Medvedev

mengatakan negaranya melancarkan operasi militer "untuk mendesak Georgia

melakukan perundingan perdamaian." Georgia mengatakan satu pemboman Rusia telah

"merusak seluruh pelabuhan Poti di Laut Hitam dalam serangan-serangan yang menurut

PBB tampaknya seperti "satu invasi militer berskala penuh". Poti adalah sebuah

pelabuhan penting dalam pengiriman minyak dan energi lainnya dari Laut Kaspia ke

Barat. Pesawat-pesawat tempur Rusia juga membom kota Gori, Georgia menewaskan

para warga sipil, kata TV Publik Georgia.3 Para pejabat Georgia mengatakan pesawat-

pesawat tempur Rusia, membom sasaran-sasaran militer di seluruh negara itu serta

perlintasan kereta api dan satu bandara.

Georgia hanya mengonfirmasikan 30 orang tentaranya tewas sementara Rusia

mengatakan tiga lagi tentaranya tewas Sabtu, sehingga jumlah korban tewas di pihak

pasukan Moskow itu menjadi 15 orang. Di jalan-jalan Tskhinvili yang berpenduduk

sekitar 20.000 jiwa, tank-tank tampak terbakar dan wanita serta anak-anak berlarian

untuk mencari perlindungan. Seorang wartawan AFP di Ossetia Selatan mengatakan

melihat wanita, anak-anak dan orang tua naik bus menuju perbatasan Rusia untuk

menghindari pertempuran itu.

Di lain pihak, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan rumah-

rumah sakit di Tsskhinvali dipenuhi para korban. Di bidang diplomatik, AS-- yang

mendukung usaha Georgia untuk menjadi anggota NATO, menyerukan gencatan senjata

2 Ibid.3 Ibid, hal; 2

Page 4: Tugas HI

segera dan penarikan mundur pasukan Rusia. "Kami menyerukan Rusia menghentikan

serangan-serangan pesawat tempur dan rudal ke Georgia, menghormati integritas

wilayah Georgia dan menarik pasukan tempurnya dari wilayah Georgia," kata Menlu AS

Condoleezza Rice dalam sebuah pernyataan.4

Pasukan-pasukan Rusia memasuki Georgia bulan lalu untuk mendesak pasukan

Georgia dalam upayanya mengambil-alih kendali Ossetia Selatan, wilayah yang

didukung Moskow yang memisahkan diri dari Tbilisi pada awal tahun 1990-an. Rusia

kemudian menghentikan serangan lima harinya, namun tidak menarik semua pasukannya

dari wilayah Georgia. Hal itu terjadi sejak Ossetia Selatan dan Abkhazia, wilayah

pemberontak Georgia lainnya, diakui sebagai negara merdeka.

Harian nasional KOMPAS mengatakan bahwa, sekitar 1.400 warga sipil tewas

Sabtu (9/8) saat pasukan Rusia melancarkan invasi ke wilayah yang dipertikaikan di

South Ossetia, Georgia. Lebih dari 150 tank dan kendaraan tempur Rusia telah

dikerahkan menuju Georgia saat pemberontak South Ossetia digempur oleh pasukan

Georgia. Sumber militer Rusia menyebutkan pasukan artileri dan tank mereka telah

dikerahkan untuk menghadapi pasukan Georgia di sekitar ibukota South Ossetia,

Tskhinvali. Rusia mengambarkan operasi militer tersebut sebagai serangan balas dendam

setelah beberapa personil militernya yang ditempatkan di Georgia tewas terbunuh.

Georgia mengerahkan hingga 26.000 personil pasukannya untuk menghadapi serangan

militer Rusia. Sekitar 2.000 personil pasukan Georgia juga telah ditarik dari misi di Irak

untuk memperkuat pasukan di dalam negeri. Namun, Presiden Georgia yang pro-Barat

Mikhail Saakashvili menyebut operasi militer Rusia itu sebagai 'deklarasi perang' yang

telah lama direncanakan. Mikhail Saakashvili telah memohon bantuan ke Amerika

Serikat. "Tank-tank Rusia terus memasuki wilayah kami," seru Mikhail Saakashvili

seraya memohon bantuan AS. "Rusia terus melancarkan pemboman ke wilayah

kami...terutama yang ditujukan ke penduduk sipil." "Saya melihat jenazah

bergelimpangan di jalan, sekitar bangunan yang roboh, serta beberapa kendaraan," kata

Lyudmila Ostayeva (50) yang melarikan diri dengan keluarganya ke Dzhava, seorang

dusun dekat perbatasan dengan Rusia. "Saat ini sulit untuk menghitung jumlah korban

tewas. Hampir tak tersisa lagi jumlah bangunan yang tidak rusak di South Ossetia," jelas

kantor berita Rusia Interfax. Georgia melaporkan Rusia ke depan Mahkamah Pengadilan

Internasional pada 12 Agustus, dengan tuduhan melanggar Konvensi Internasional 1965

mengenai Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial (CERD).5

4 Ibid5 anonim, 2008, Pasukan Rusia…, http/kompas. com/read/xml/2008/08/09/04.12 WIB

Page 5: Tugas HI

gambar di samping

adalah peta daerah yang terjadi

sengketa. Diambil dari arsip

gambar harian setempat.

Walaupun Presiden Georgia Mikhail Saakashvili telah memerintahkan segera

diberlakukannya gencatan senjata untuk menghentikan aksi yang disebutnya sebagai

tindakan pemusnahan Georgia. Selain menuduh Rusia sebagai penjahat perang, Presiden

Saakashvili menerangkan Moskow ingin menguasai rute energi ke Eropa. Sementara

Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin menuduh Georgia telah melancarkan aksi

genosida terhadap warga South Ossetia. Konflik ini telah mengakibatkan sedikitnya

34.000 orang menjadi pengungsi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menerangkan

sekitar 2.4000 orang telah melarikan diri dari South Ossetia ke beberapa wilayah lain di

Georgia. Sementara 4.000 hingga 5.000 orang telah melarikan diri menyeberang

perbatasan dan memasuki wilayah Rusia.Jumlah korban tewas dalam konflik militer

belakangan di South Ossetia dilaporkan telah mencapai 1.500 orang, sebagian besar

diantaranya adalah warga sipil.

BAB II. ISSUES

Page 6: Tugas HI

Berdasarkan fakta yang diambil dari ICJ ( International Court Of Justice) mengatakan

bahwa Georgia mengklaim tentang serangan dari tentara Georgia dan pelanggaran

terhadap perjanjian genjatan senjata, operasi militer Rusia terus berlanjut mendukung

Ossetia Selatan sampai ke daerah territorial Pemerintah Georgia. Sejauh ini Georgia

mengklaim bahwa kelanjutan dari tindakan diskriminasi yang nyata ini bertentangan

dengan piagam PBB dan Universal Declaration Of Human Right.

Berikut pernyataan yang dikutip dari ICJ:

“Georgia claims that “Despite the withdrawal of Georgian armed forces and the unilateral declaration of a ceasefire, Russian military operations continued beyond South Ossetia into territories under Georgian government control”. Georgia further claims that “the continuation of these violent discriminatory acts constitutes an extremely urgent threat of irreparable harm to Georgia’s rights under [the] CERD in dispute in this case”.

Georgia requests the Court “as a matter of utmost urgency to order the following measures to protect its rights pending the determination of [the] case on the merits: (a) the Russian Federation shall give full effect to its obligations under [the] CERD; “

“Georgia respectfully requests the Court, as a matter of urgency, to order the following provisional measures, pending its determination of this case on the merits, in order to prevent irreparable harm to the rights of ethnic Georgians under Articles 2 and 5 of the Convention on Racial Discrimination:(a) The Russian Federation shall take all necessary measures to ensure that no

ethnic Georgians or any other persons are subject to violent or coercive acts of racial discrimination, including but not limited to the threat or infliction of death or bodily harm, hostage-taking and unlawful detention, the destruction or pillage of property, and other acts intended to expel them from their homes or villages in South Ossetia, Abkhazia and/or adjacent regions within Georgia;

(b) The Russian Federation shall take all necessary measures to prevent groupsor individuals from subjecting ethnic Georgians to coercive acts of racial discrimination, including but not limited to the threat or infliction of death or bodily harm, hostage-taking and unlawful detention, the destruction or theft of property, and other acts intended to expel them from their homes or villages in South Ossetia, Abkhazia and/or adjacent regions within Georgia;

(c) The Russian Federation shall refrain from adopting any measures that wouldprejudice the right of ethnic Georgians to participate fully and equally in the public affairs of South Ossetia, Abkhazia and/or adjacent regions of Georgia. Georgia further requests the Court as a matter of urgency to order the following provisional measures to prevent irreparable injury to the right of return of ethnic Georgians under Article 5 of the Convention on Racial Discrimination pending the Court’s determination of this case on the merits:

(d) The Russian Federation shall refrain from taking any actions or supportingany measures that would have the effect of denying the exercise by ethnic Georgians and any other persons who have been expelled from South Ossetia, Abkhazia, and adjacent regions on the basis of their ethnicity or nationality, their right of return to their homes of origin;

Page 7: Tugas HI

(e) The Russian Federation shall refrain from taking any actions or supportingany measures by any group or individual that obstructs or hinders the exercise of the right of return to South Ossetia, Abkhazia, and adjacent regions by ethnic Georgians and any other persons who have been expelled from those regions on the basis of their ethnicity or nationality;

(f) The Russian Federation shall refrain from adopting any measures that wouldprejudice the right of ethnic Georgians to participate fully and equally in public affairs upon their return to South Ossetia, Abkhazia, and adjacent regions.”6

BAB III. RULES

I. Berdasarkan terjemahan dari pasal 2 Deklarasi Universal dalam buku

karangan Peter Bhaer dan kawan-kawan menyatakan bahwa;

“setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang dinyatakan dalam Deklarasi ini, dengan tanpa pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan bangsa atau social, harta milik, status kelahiran atau status lain. selanjutnya tidak boleh dilakukan pembedaan atas dasar status politik, status yurisdiksi, atau status internasional Negara atau wilayah tempat seseorang termasuk di dalamnya, apakah wilayah itu merdeka, perwalian, tidak berpemerintahan-sendiri atau di bawah pembatasan kedaulatan lain apa pun.7

II. Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida,

pasal I, II, III (dokumen E. 1)

III. Konvensi tentang Tidak Dapat Diterapkannya Pembatasan Undang-

undang pada Kejahatan Perang dan Kejahatan melawan Kemanusiaan,

pasal I (dokumen E. 2)

IV. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk

Diskriminasi Rasial. Disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan

ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 2106 A (XX) 21 Desember 1965.

Pasal I, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 15, 16.8

V. Deklarasi tentang Ras dan Prasangka Rasial. Disetujui oleh Konfrensi

Umum Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

6 Anonym, 2008, ‘Conclusion of the Public Hearings on Georgia’s request for the Indication of Provisional Measures”, http//www.ICJ-CIJ.org/11/09/2008 at 20.49 p.m7 Baehr, Peter,dkk, 2001, “Instrumen Internasional Pokok Hak-hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor Indonesia, hal.1858 Ibid, hal, 575 sampai 592

Page 8: Tugas HI

Perserikatan Bangsa-bangsa ( UNESCO ) pada persidangannya uang

kedua puluh, pada tanggal 27 November 1978. Pasal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10.9

VI. Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida.

Disetujui dan diusulkan untuk penandatanganan dan ratifikasi atau

aksesi dengan resolusi Majelis Umum 260 A (III), 9 Desember 1948.

Pasal 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, dan 9.10

VII. Konvensi tentang Tidak Dapat Ditetapkannya Pembatasan Statuta pada

Perang dan Kejahatan Kemanusiaan, pasal 1-4.11

BAB IV. ANALYSIS

Pada pemaparan judul yang diangkat di atas, dapat kita simpulkan bahwa

fenomena di atas dapat dikategorikan menjadi konflik internasional. Karena tidak hanya

menyangkut nyawa orang banyak, tetapi juga masalah HAM, hubungan antar Negara,

perjanjian internasional dan RAS. Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai

pengertian serta penjabaran konflik yang ada si atas.

Menurut J. G. Starke dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Hukum

Internasional edisi kesepuluh” mengatakan bahwa;

“Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang untuk

sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya

negara-negara merasa dirinya terkait untuk menaati, dan karenanya, benar-benar ditaati

secara umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain.12dan yang meliputi

juga:

a. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga-lembaga

atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan mereka dengan

Negara-negara dan individu-individu; dan

9 Ibid, hal, 658 sampai 66710 Ibid, hal, 782 sampai 78411 Ibid, hal, 785 sampai 78812 Starke, J, G, 1988, “Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika”, hal 3. Definisi ini adalah kutipan definisi hukum internasional dari penulis Amerika, Profesor Charles Cheney Hyde; lihat Hyde, International law (2nd edn, 1947) Vol 1, alinea 1.

Page 9: Tugas HI

b. Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu dan

badan-badan non-negara sejauh hak-hak dan kewajian individu dan badan non-

negara tersebut penting bagi masyarakat internasional.

Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja, dkk dalam bukunya “Pengantar Hukum

Internasional” mengklasifikasikan hukum internasional ini ke dalam hukum internasional

public dan hukum perdata internasional.

“Hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi atas Negara. Hukum internasional public adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persolan yang melintasi bayas Negara ( hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.”13

Di dalam dnia internasional dikenal interaksi antar subjek hukumnya yang masing-

masing mempunyai kepentinagnnya masing-masing. Untuk itu dibutuhkan aturan untuk

mengaturnya. Pertanyaannya “siapa sajakah yang dapat menjadi subjek hukum

internasional?” menurut Ema Septaria, S. H, M. Hum dalam materi Hukum Internasional

pada tanggal 2 September 2009 di Gedung kuliah II Laboratorium Fakultas Hukum

Universitas Bengkulu, menyatakan bahwa;

“yang dapat menjadi subjek hukum internasional adalah masyarakat internasional sebagai bagian hukum internasional yang subordinatif, sedangkan bagian hukum internasional yang koordinatif adalah badan atau lembaga internasional yang resmi dan diakui oleh masyarakat internasional.”

Dalam hukum internasional dikenal adanya soft law dan hard law. Menurut sumber yang

di catut pada blog Wikipedia menyatakan bahwa pengertian soft law itu adalah “refers to

quasi-legal instruments which do not have any legally binding force is somewhat

“weaker” than the binding force of traditional law.”14 Yang artinya bahwa soft law itu

mengacu kepada hukum yang diakui tetapi tidak mempunyai kekuatan atau lebih lemah

dari hukum adat. Sedangkan hard law adalah

HAM adalah hak yang dimiliki oleh seluruh manusia pada segala waktu dan tempat. Peristilahan HAM banyk digunakan oleh aliran positivisme. Namun demikian, konsepsi HAM yang berkembang mempunyai hakikat untuk melindungi kepentingan perseorangan setiap individu. Pada saat ini telah ada beberapa instrumen yuridik untuk melindungi HAM dalam konteks hukum internasional. Namun sebelum munculnya instrumen yuridik tersebut, telah terjadi perdebatan mengenai status individu dalam hukum internasional.

13 Kusumaatmadja, Mochtar dkk. 2003, “Pengantar HUkum Intermasional”, P. T. ALUMNI, hal, 114 Wikipedia, 2007, “soft law”, http//www. Wikipediathfreeensyclopedia.com/15/02/2008/ at 08.10 a.m

Page 10: Tugas HI

Dalam hukum internasional, paradigma negara-sentris telah mengakar sejak

lama. Sehingga ketika muncul ide untuk membuat perlindungan internasional terhadap

HAM, maka pro-kontra terjadi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa hukum

internasional hanya mengatur hubungan antar negara, sehingga individu tidak dapat

dianggap sebagai subyek hukum internasional.15 Namun menurut Prof. George Scelle,

hanya individu yang menjadi subyek hukum internasional.16 Pendukung terhadap

pendapat ini mengatakan bahwa tujuan akhir dari pengaturan-pengaturan konvensional

adalah individu dan oleh karena itu individu mendapatkan perlindungan internasional.17

Pendapat lain mengatakan bahwa negara sebenarnya adalah entitas yang abstrak, dan

pada dasarnya negara terdiri dari individu-individu, sehingga sudah sewajarnya individu

dapat dikategorikan sebagai subyek hukum internasional meskipun hanya dalam hal-hal

tertentu. Hadirnya Pengadilan Nuremberg, yang ditujukan untuk menghukum para

pelaku kejahatan perang selama Perang Dunia II, berhasil menegaskan status individu

menjadi subyek hukum internasional, sehingga secara langsung individu mempunyai hak

dan kewajiban dalam hukum internasional.18

Istilah genosida pertama kali dikemukakan oleh Raphael Lemkin pada tahun

1933.[17] Genosida berasal dari bahasa Yunani γένος atau genos yang artinya keluarga,

suku atau ras, dan bahasa Latin occido yang artinya pembunuhan massal.19 Munculnya

genosida sebagai salah satu kejahatan, didasarkan pada kejadian pembunuhan massal

terhadap orang-orang Assyria di Irak pada 11 Agustus 1933.20 Sedangkan pembunuhan

massal yang dianggap sebagai kejadian genosida yang pertama kali di dunia adalah

pembantaian terhadap orang-orang Armenia oleh Turki pada tahun 1915.21 Lebih dari

satu juta orang diperkirakan meninggal dalam kejadian tersebut. Dalam konteks hukum

internasional, genosida pertama kali digunakan dalam tuntutan terhadap pelaku kejahatan

perang di Pengadilan Nuremberg. Meskipun Piagam Nuremberg tidak menggunakan

istilah genosida sebagai salah satu prinsipnya.

15 Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2003, hlm. 58.

16 Ibid.17 Peter Malanczuk, op.cit., hlm. 92.

18 Sri Setianingsih Suwardi, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 2004, hlm.3

19 Wikipedia, Genocide, http://en.wikipedia.org/wiki/Genocide, akses pada tanggal 24 September 2007, pukul 19.27 WIB.

20 Ibid.21 Diane F. Orentlicher, Genocide, loc.cit.

Page 11: Tugas HI

Menurut Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of

Genocide (CPPCG), genosida didefinisikan sebagai :22

“…any of the following acts committed with intent to destroy, in whole or in part, a

national, ethnical, racial or religious group, as such:

(a) Killing members of the group;

(b) Causing serious bodily or mental harm to members of the group;

(c) Deliberately inflicting on the group conditions of life calculated to bring about

its physical destruction in whole or in part;

(d) Imposing measures intended to prevent births within the group;

(e) Forcibly transferring children of the group to another group.”

Oleh karena itu permasalahan perebutan daerah kekuasaan antara Georgia vs

russia ini harus dihentikan, karena kejahatan perang tersebut telah memakan ribuan

nyawa warga sipil. Pembantaian etnis di Ossetia Selatan dan Abkhazia ini bias

dikategorikan sebagai kejahatan perang, diskriminasi ras dan juga Genosida. Seperti

yang diketahui dari informasi media cetak dan elektronik setempat bahwa hampir

separuh dari penduduk asli disana menjadi korban militer dari peperanagan tersebut.

Oleh karenanya, PBB dan mahkamah internasional harus segera menanggapi

permasalahan ini. Dasar hukum yang mendasar yang bias digunakan adalah “Universal

Declaration Of Human Right” yang menyatakan menentang keras terhadap pelanggaran

HAM, pembunuhan, serta kejahatan perang yang harus segera diadili dan diselesaikan

masalahnya agar tidak banyak lagi korban yang ditimbulkan. Jika hukum internasional

itu benar-benar diyakini dan dihormati oleh bangsa tersebut, maka dengan segera

Georgia serta Russia itu akan menyepakati perjanjian genjatan senjata atau perjanjian

damai. Dalam hal ini PBB serta ICJ harus tegas member respond an tindakan.

22 Wikipedia, Genocide, loc.cit.