tugas farmakologi leonirma tengguna
DESCRIPTION
farmakoTRANSCRIPT
Tugas Farmakologi Leonirma Tengguna
D4 / 102009197
Bentuk Sediaan Obat Baru (Nano Medicine)
I. Konsep Dasar Pengantaran Obat
Teknologi pengantaran obat semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan kemanjuran obat seperti waktu kerja obat, penargetan obat pada
tempat yang sakit, serta pelepasan obat yang disebabkan respons biologis dan
terapi gen. Hal-hal tersebut akan semakin dimengerti setelah mengetahui konsep
bioavailabilitas, proses absorpsi obat, proses farmakokinetik, waktu untuk terapi
yang optimal, pengantaran obat yang cocok untuk “new biotherapeutics” serta
keterbatasan dari terapi konvensional.
Bioavailabilitas didefinisikan sebagai kecepatan dan jumlah bahan aktif
yang diabsorpsi dan sampai pada tempat kerja sehingga memberikan respons
terapeutik. Obat yang dimasukkan ke dalam tubuh akan menemui penghalang
absorpsi yang variatif, seperti: enzim saluran cerna, epitel, serta barriers. Selain
itu, keadaan fisikokimia obat juga memperngaruhi absorpsi seperti: koefisien
partisi dan kelarutan dalam lemak, pKa, berat dan volume molekul, kelarutan
dalam air, serta faktor formulasi dan kestabilan obat.
Sistem pelepasan obat terkontrol (rate controlled release) merupakan
pelepasan obat dengan kecepatan konstan dan konsentrasi obat dalam darah tidak
bervariasi terhadap waktu. Terdapat beberapa mekanisme untuk mengontrol
pelepasan obat, antara lain: diffusion-controlled release mechanism, dissolution-
controlled release mechanism, osmosis-controlled release mechanism,
mechanical-controlled release mechanism, serta bio-responsive controlled release
mechanism.
II. Bentuk Sediaan Obat/Pembawa
Terdapat berbagai bentuk sediaan obat atau pembawa, yaitu molekuler,
nano dan mikropartikel, serta macrodevices. Bentuk sediaan obat ideal harus
mempertimbangkan kenyamanan pasien, reproducibility, mudah diakhiri,
biokompatibilitas dan tidak adanya reaksi tambahan, luas efektif area kontak, serta
waktu kontak yang diperpanjang. Adapun klasifikasi rute sistem pengantaran obat
antara lain: melalui saluran cerna (oral dan rectal), parenteral (injeksi subkutan /
intra muscular / intra vena / intra arteri dan implant), transmukosa (bukal,
sublingual, mukosa saluran cerna lambung / usus), transnasal, pelepasan obat
lewat paru-paru, kulit (obat topikal dan transdermal), serta pelepasan obat
transokular dan transvaginal.
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi masuknya obat ke dalam
sirkulasi sistemik, antara lain: besarnya luas permukaan, aktivitas metabolik yang
rendah, waktu kontak, suplai darah, aksesibilitas, variabilitas yang rendah, serta
permeabilitas.
III. Perkembangan Pengantaran Obat Parenteral
Pada pengantaran obat parenteral konvensional, terdapat beberapa
keterbatasan yang dapat mengurangi indeks terapi obat. Pengantaran dan
penargetan obat yang ideal harus memenuhi syarat-syarat yaitu: obat mempunyai
target spesifik, menjaga obat agar diluar bagian non-target, meminimalisasi
pengurangan kadar obat ketika mencapai target, melindungi obat dari metabolism
dan klirens dini, menahan obat pada tempat kerja selama waktu yang dikehendaki,
memfasilitasi transport obat ke dalam sel, mengantarkan obat ke target
intraselular, serta harus biokompatibel, biodegradabel, dan non-antigenik.
Komponen untuk pengantaran dan penargetan obat yaitu bagian aktif,
sistem pembawa (larutan atau partikulat), dan ligan (homing device). Ligan
merupakan bagian pengenal yang menspesifikasi target obat, sel atau organ.
Berdasarkan ukuran, sistem pembawa (carrier) yang sedang berkembang terdiri
dari dua jenis yaitu pembawa makromolekuler yang larut dan sistem pembawa
partikulat. Pembawa yang larut (soluble carriers) termasuk antibodi dan polimer
sintetik. Banyak pembawa partikulat dibuat untuk penargetan obat intravena.
Kemampuan makromolekul atau partikulat untuk bergerak tergantung dari
sifat fisikokimia, khususnya ukuran molekul, muatan, hidrofobisitas permukaan,
dan adanya ligan untuk interaksi dengan reseptor. Ukuran partikulat yang lebih
dari 10nm tidak dapat melalui pori dari barrier tubuh, kecuali dalam hati, limpa,
dan sumsum tulang. Dalam hal permeabilitas endothelial, efek dari makrofag yang
kontak langsung dengan sirkulasi darah harus dipertimbangkan.
Sistem reticuloendothelial (RES) terdiri dari sel-sel tetap (sel Kuppfer,
limpa, paru-paru, sumsum tulang, kelenjar getah bening) dan sel-sel bergerak
(monosit darah dan makrofag jaringan). Sel-sel bergerak merupakan bagian dari
sistem imun yang memiliki banyak fungsi untuk kekebalan tubuh. Sel-sel RES
bertanggung jawab untuk menghilangkan partikulat seperti mikroba dan partikulat
lain. Klirens RES sangat tergantung dari sifat fisikokimia yaitu partikulat, ukuran,
muatan, dan hidrofobisitas permukaan.
Terdapat dua jenis penargetan, yaitu penargetan pasif dan aktif. Penargetan
pasif menggunakan pola distribusi pasif (natural) dari pembawa obat dalam tubuh
dan tidak ada ligan dalam pembawanya. Keuntungan dari penargetan pasif pada
RES (hati) antara lain: untuk pengobatan yang berhubungan dengan makrofag,
pengobatan defisiensi enzim lisosom tertentu, immunopotensiasi vaksin, serta
aktivasi dari makrofag untuk melawan infeksi dan tumor. Sedangkan penargetan
aktif menggunakan ligan yang ditempelkan pada pembawa untuk
mengantarkannya ke target spesifik. Sistem pengantaran ini biasanya terdiri dari
tiga bagian yaitu pembawa, ligan, dan obat.
Keuntungan pembawa partikulat antara lain: memiliki loading capacity
yang cukup besar, obat tidak berikatan secara kimia dengan pembawa, serta
tingkat perlindungan yang cukup dapat diberikan pada molekul obat yang
dienkapsulasi dalam pembawa. Sedangkan kekurangan pembawa partikulat yaitu
ketidakmampuannya untuk melintasi barrier endothelial dan meninggalkan sistem
sirkulasi. Adapun contoh dari pembawa partikulat antara lain: liposom, polimerik
misel, dan pembawa lipoprotein.
IV. Bentuk Sediaan Obat Implant
Implant merupakan unit sistem pengantaran obat yang dibuat untuk
mengantarkan obat dengan kecepatan tertentu, dengan periode waktu yang
diperpanjang, seperti pada injeksi, okular, maupun subkutan. Implant dapat
berbentuk polymer (biodegradabel atau non-biodegradabel dengan berbagai
bentuk, ukuran, dan mekanisme pelepasan obat) dan mini-pumps (di mana
diberikan energi oleh mekanisme osmosa atau mekanik).
Implant memiliki berbagai keuntungan, antara lain: memberikan
kenyamanan yang lebih kepada pasien, bertambahnya kepatuhan karena pasien
tidak akan lupa minum obat, baik untuk pelepasan obat terkontrol, baik untuk
pelepasan obat berselang, memaksimalkan pengantaran obat, serta memiliki
banyak fleksibilitas.
Di balik keuntungannya, implant juga memiliki berbagai kerugian antara
lain: invasif (diperlukan prosedur bedah mayor dan minor untuk memulai terapi),
pemberhentian obat, bahaya rusaknya alat, terbatasnya obat-obat poten, dan
biokompatibel.
Implant non-degradabel terbagi menjadi dua tipe yakni reservoir (obat
dikelilingi oleh membran polimer pengontrol kecepatan) dan matrix (obat
didistribusikan ke dalam polimer matrix). Pada kedua tipe tersebut, pelepasan obat
dengan cara difusi, obat berdifusi melalui polimer untuk dilepaskan. Sistem ini
dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, kecepatan pelepasan obat yang
diinginkan, lama pelepasan obat yang diinginkan, serta fasilitas dari alatnya.
Keterbatasan yang dimiliki oleh implant non-degradabel membuat
diciptakannya jenis implant baru yaitu implant biodegradabel. Sama seperti
implant non-degradabel, implant biodegradabel juga terbagi menjadi dua tipe
yakni reservoir dan matrix. Degradasi dapat terjadi melalui dua cara yaitu bioerosi
(disolusi bertahap dari matrik polimer) dan biodegradasi (degradasi karena proses
enzimatis). Degradasi juga dapat terjadi melalui keduanya, misalnya polimer alam
dari albumin tidak hanya larut dalam air tetapi juga mudah terdegradasi oleh
enzim tertentu. Degradasi polimer diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu bulk
erosion (erosi pada seluruh matrik polimer) dan surface erosion (erosi pada
permukaan matrik polimer). Contoh polimer biodegradabel yaitu poly (lactic acid)
dan poly (lactic-co-glycolic acid) atau disingkat PLA/PLGA. Zoladex merupakan
implant PLA/PLGA, untuk melepaskan goserelin selama 1-3 bulan, untuk
pengobatan sex-hormone responsive tumors, endometriosis, kanker payudara,
karsinoma prostat.
Implant polimer biodegradabel natural terdiri dari berbagai contoh seperti
protein-protein (albumin, casein, collagen, dan gelatin) dan polisakharida (turunan
selulosa, chitin, dextran, asam hyaluronat, inulin, dan starch). Matrik kolagen
dapat diubah bentuknya menjadi gel untuk injeksi dengan perubahan kimia.
Adapun contoh obatnya antara lain: intradose (merupakan injeksi gel untuk
pengobatan tumor) dan advasite (merupakan injeksi gel untuk penyakit kulit
seperti basal cell carcinoma, squamous cell carcinoma, dan psoriasis).
Pada implantable pumps, energi untuk pelepasan obat oleh alat adalah
perbedaan tekanan yang menyebabkan aliran obat atau larutan obat pada
kecepatan tertentu. Energi ini tergantung dari perbedaan konsentrasi obat antara
dalam formulasi dan sekitarnya. Perbedaan tekanan oleh alat ini disebabkan
tekanan osmotic atau mekanik. Pada osmotic implantable pumps, tekanan osmosa
dapat digunakan untuk mengatur pelepasan obat dengan cara memompa obat
keluar pada kecepatan tertentu.
Pada mechanical implantable pumps, alat ini terbuat dari titanium yang
biokompatibiltasnya baik dan awet, biasanya dimasukkan keadaan intra \
peritoneal, dalam dinding abdomen di bawah subkutan, tapi di atas muscular
fascias. Terapi insulin dengan pompa di peritoneal ini lebih cepat dan sempurna
dari insulin subkutan. Contohnya antara lain: Synchronmed implantable pump,
Spasticity therapy, MiniMed implantable pump serta Arrow implantable pump.
V. Bentuk Sediaan Obat Peroral
Bentuk sediaan obat ini merupakan bentuk sediaan obat untuk sistemik
yang murah, mudah dan banyak digunakan. Akan tetapi, tidak semua obat dapat
dibuat sediaan peroral seperti obat-obat peptida. Faktor formulasi mempengaruhi
bioavailabilitas peroral obat-obat konvensional seperti solutio, suspensi, emulsi,
kapsul, tablet, dan lain-lain.
Keuntungan pengantaran obat peroral antara lain: mudah dan nyaman
digunakan, area absorpsi yang luas, banyak pembuluh darah, pada pelepasan obat
yang diperpanjang dapat mengurangi frekuensi pemberian obat, pada pelepasan
obat terkontrol dapat mengontrol kadar obat dalam jangka waktu tertentu,
mengurangi frekuensi pemberian obat. Sedangkan kerugiannya antara lain: adanya
variabilitas, reaksi tambahan (iritasi lokal dan sensitisasi obat), serta pH (beberapa
obat rusak dengan suasana asam lambung).
Bentuk sediaan konvensional seperti solutio, suspensi, emulsi, kapsul, dan
tablet. Bentuk sediaan cair lebih mudah diabsorpsi dan elbih cocok untuk anak-
anak yang sulit menelan tablet atau kapsul. Tablet merupakan bentuk sediaan obat
yang paling banyak dikonsumsi. Berbagai contoh tablet antara lain: tablet salut
enterik, tablet dengan pelepasan terkontrol, tablet dengan pelepasan obat khusus,
serta transmukosa.
VI. Pengantaran Obat Transdermal
Merupakan pelepasan obat melalui kulit dan bersifat sistemik. Stratum
korneum merupakan penghalang utama pada sistem ini. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat transdermal antara lain: stratum korneum
merupakan penghalang utama, variabilitas daerah permukaan kulit yang ditempel
patch, kondisi kulit, umur, serta iritasi kulit.
Keuntungan dari bentuk sediaan obat ini antara lain: mencegah
metabolisme presistemik di hati dan saluran cerna, mengurangi variabilitas antar
pasien, kadar obat dapat dkontrol pada sirkulasi sistemik untuk obat yang kerjanya
diperpanjang, untuk kerja obat yang diperpanjang dapat mengurangi frekuensi
pemberian obat, meningkatkan kemudahan pemakaian obat dan kenyamanan
pasien, serta pelepasan obat mudah diakhiri dengan cara melepaskan patch.
Sedangkan kerugiannya antara lain: terbatas untuk obat-obat poten lebih kecil atau
sama dengan 10mg, mempunyai kelarutan yang baik dalam air dan minyak, serta
kadang-kadang mengiritas kulit.
VII. Pengantaran Obat Intra Nasal
Bentuk sediaan obat ini diberikan untuk efek lokal seperti obat tetes
hidung atau spray. Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas nasal antara
lain: luas permukaan untuk absorpsi, aliran darah, waktu kontak, penyakit,
aktivitas enzim, dan mucus. Keuntungan dari bentuk sediaan obat ini antara lain:
area absorpsi luas, banyak supply darah, aktivitas metabolism rendah
dibandingkan peroral, rongga hidung merupakan permukaan yang mudah diakses
untuk pengantaran obat, pembawa obat untuk nasal lebih mudah digunakan
disbanding melalui rectal atau vaginal, serta bentuk sediaan alternative.
Sedangkan kerugiannya antara lain: mucociliary clearance mengurangi
waktu retensi obat dalam rongga hidung, difusi obat terhalang oleh mucus dan
ikatan mucus-obat, mukosa nasal dan sekresinya dapat mendegrasi obat, berat
molekul tinggi, kurangnya reproduksibilitas pada penyakit yang berhubungan
dengan rongga hidung, serta iritasi lokal dan sensitisasi obat harus diperhatikan.
Contoh obat intra nasal yaitu: untuk pengobatan lokal (dekongestan,
antibiotic, dan mukolitik), untuk pengobatan sistemik (obat-obat peptida),
pembawa obat intra nasal berupa sprays dengan menggunakan metered dose
(flunisolide, beclometasone, budesonide), sedangkan drops menggunakan penetes.
VIII.Pengantaran Obat Melalui Paru-paru
Pengantaran obat melalui paru-paru terutama digunakan untuk mengobati
jalan nafas, untuk lokal seperti obat anti asthma. Paru-paru juga digunakan untuk
mengantarkan obat ke dalam sirkulasi sistemik dan efeknya pada bagian tubuh
tertentu. Keuntungan pengantaran obat untuk efek lokal antara lain: dosis yang
diperlukan untuk menghasilkan efek farmakologis dapat dikurangi (dari dosis
oral), konsentrasi rendah dalam sirkulasi sistemik mengurangi efek samping
sistemik, onset of action yang cepat, serta menghindari reaksi saluran cerna dan
metabolisme hati. Sedangkan kerugiannya yaitu memiliki efek samping lokal serta
pasien tidak dapat menggunakan alat dengan benar.
Keuntungan pengantaran obat untuk efek sistemik yaitu: area paru-paru
luas untuk absorpsi obat, permeabilitas membran paru-paru terhadap molekul obat
lebih tingi, vaskularitas tinggi, serta oaru-paru lebih baik terhadap obat protein
dan peptida daripada saluran cerna. Sedangkan kerugiannya yaitu: paru-paru tidak
siap untuk pengantaran obat, alat untuk aerosol mungkin susah digunakan, banyak
faktor yang mempengaruhi reprodusibiltas pengantaran obat melalui paru-paru,
absorpsi obat dihalangi oleh lapisan mucus dan interaksi obat-mucus, serta
mucociliary clearance mengurangi waktu retensi obat dalam paru-paru
Untuk asthma misalnya berupa aerosol, yaitu sisttem koloid bahan
padat/cair di dalam gas. Ada tiga kategori aerosol untuk terapi inhalasi, yaitu
nebulizers, pressurized metered-dose inhaler (pMDI), dry powder inhaler (DPI).
IX. Pengantaran Obat Melalui Vagina
Pengobatan melalui vaginal terbatas untuk obat topikal dalam pengobatan
lokal dengan berbagai kondisi seperti anti infeksi termasuk antibakteri, anti
jamur, antivirus, dan lainnya. bentuk sediaan obat vaginal yang konvensional
antara lain ovula, krim, aerosol foams, gels, tablet, vaginal ring, dan lainnya
biasanya digunakan dengan bantuan aplikator. Bentuk sediaan ini sering
digunakan karena: tidak ada reaksi tambahan seperti iritasi jaringan, mudah
diaplikasikan, terkonsentrasi dalam satu tempat, obat tertahan dalam vagina, tidak
meninggalkan bercak di kulit atau di baju, kompatibel dengan obat atau
kontrasepsi lain, tindak mengganggu aktivitas sex, serta tidak berbau.
Keuntungannya antara lain: area permukaan relative luas, supply darah
banyak, merupakan alternative obat peroral, permeabilitas tinggi terhadap
berbagai obat, relative mudah digunakan, dapat mengurangi frekuensi pemberian
obat, serta dapat digunakan untuk pelepasan obat terkontrol. Sedangkan
kerugiannya antara lain: terbatas untuk obat-obat yang potent, cairan vaginal yang
terbatas dapat mengakibatkan iritasi oleh sediaan obat, tidak dapat obat dengan
indeks terapi sempit, obat dapat keluar karena otot di sekitar vagina tidak cukup
kuat seperti rectum, serta kendala dari sikulus menstruasi, kehamilan, dan lainnya.
Contoh obat yang diantarkan melalui vaginal antara lain: estrogen dan
progesterone, pengantaran untuk obat peptide seperti gonadotropin releasing
hormone dan insulin, nonoxynol – 9 spermisida berupa diafragma, serta vaginal
vaccine.
X. Pengantaran Obat Melalui Mata
Ophthalmic drug delivery hanya digunakan untuk pengobatan lokal pada
matadan tidak dapat digunakan untuk sistemik. Ada tiga tipe rute utama untuk
pengobatan mata antara lain: topikal, sistemik, dan intraocular. Rute topikal biasa
digunakan untuk pengobatan mata dengan memberikan obat langsung pada
kantung konjungtiva untuk efek lokal di mana susah dicapai dengan sistemik dan
mencegah metabolism obat. Pada pengantaran obat intra ocular lebih susah untuk
dicapai, biasanya dengan suntikan atau implant. Sistem dispersi dapat berupa:
suspensi seperti steroid, partikulat, liposom, emulsi, soft contact lenses dan ocular
insert serta erodible implants.
XI. Pengantaran Obat Pada Susunan Saraf Pusat
Obat-obat yang sering digunakan pada susunan saraf pusat termasuk obat
gangguan jiwa, epilepsi, Parkinson’s disease, Alzheimer’s disease, nyeri, dan
tumor otak. Masuknya molekul obat ke otak diatur oleh blood-brain barrier /
BBB. Pengantaran obat ke dalam otak melalui: intracerebroventricular drug
infusion (dipengaruhi oleh physical barriers, enzim-enzim, afinitas obat, dan difusi
dari obat), implant, reversible BBB disruption, serta immunoliposome.
Immunoliposome dapat digunakan untuk mengantarkan obat ke otak dengan
memakai sistem receptor-mediated transcytosis, di mana obat diserap dalam
pembawa liposome dengan perantaraan PEG. Contohnya yaitu obat kanker.