tugas ekofistum logam berat
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
1/13
TUGAS EKOFISTUM
( ZAT PENCEMARAN LINGKUNGAN )
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Eko-fisiologi Tumbuhan
Disusun Oleh :
AHMAD SAZALI
140410100078
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
2/13
A. Mekanisme Masuknya Zat Pencemar Logam Berat1. Melalui Daun
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5
g/cm3, terletak di sudut kanan bawah daftar berkala, mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap unsur S dan biasanya bemomor atom 22 sampai 92 dari periode 4 sampai 7
(Miettinen, 1977). Afinitas yang tinggi terhadap unsur S mendorong terjadinya ikatan
logam berat dengan S pada setiap kesempatan.
Bryan (1976) dalam Rustiawan (1989) menyatakan bahwa unsur-unsur logam
berat tersebar di perrnukaan bumi, di tanah, air, dan udara. Logam-logam berat tersebut
dapat berbentuk senyawa organik, anorganik, atau terikat dalam senyawa logam yang
lebih berbahaya daripada keadaan muminya. Merkuri, timbal, dan arsen dengan bantuan
bakteri yang mengandung koenzim metilokobalamin akan mengubah logam berat
menjadi senyawa metil dari logam tersebut yang sangat berbahaya baik dalam bentuk gas
maupun air.
Di lain pihak, tampaknya Hg tidak memperlihatkan masalah utama terhadap
fitotoksisitas. Konsentrasi Hg yang mengakibatkan gejala toksik bagi tanaman jauh lebih
tinggi dibanding konsentrasi normal dalam tanah. Pada umumnya penyerapan Hg dari
tanah ke tanaman rendah, dan akar berfungsi sebagai penghalang (barrier) pada
penyerapan Hg (Steinnes, 1990).
Untuk kelangsungan hidup dan produktivitasnya, tanaman membutuhkan hara
mineral dan air yang diperoleh dari tanah tempat hidupnya. Bila tanaman itu hidup pada
tanah yang kandungan logam beratnya tinggi, kemungkinan besar kadar logam berat pada
tanaman itu juga tinggi, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam berat
(Stowsand, 1986). Selain dari tanah, tanaman juga dapat menyerap logam berat dari
udara melalui daunnya, misalnya timbal yang dapat masuk ke jaringan daun melalui
stomata.
Banyaknya akumulasi Pb pada bagian daun merupakan usaha lokalisasi yang
dilakukan oleh tumbuhan, yaitu mengumpulkannya dalam satu organ. Unsur Pb diduga
banyak dihasilkan oleh industri yang berada di tepi S. Cilamaya. Proses masuknya unsur
Pb ke dalam jaringan tumbuhan bisa melalui xylem ke semua bagian tumbuhan sampai
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
3/13
ke daun atau dengan cara penempelan partikel Pb pada daun dan masuk ke dalam
jaringan melalui stomata (Dahlan, 1986).
Secara umum kandungan logam berat Pb pada daun lebih tinggi daripada di
bagian akar, batang dan buah. Hal ini diduga bagian tersebut menyerap logam dari
sedimen dan air laut, sedangkan daun mangrove menyerap logam berat baik dari sedimen
melalui akar, maupun dari deposisi atmosfer dan masuk ke jaringan daun melalui stomata
(Heriyanto, 2011).
Mekanisme masuknya partikel Pb ke dalam jaringan daun, yaitu melalui stomata
daun yang berukuran besar dan ukuran partikel Pb lebih kecil, sehingga Pb dengan
mudah masuk kedalam jaringan daun melalui proses penjerapan pasif (Dahlan 1989).
Partikel Pb yang menempel pada permukaan daun berasal dari tiga proses yaitu, pertama
sedimentasi akibat gaya gravitasi, kedua, tumbukan akibat turbulensi angin, dan ketiga
adalah pengendapan yang berhubungan dengan hujan. Celah stomata mempunyai panjang
sekitar 10 m dan lebar antara 27 m, oleh karena ukuran Pb yang demikian kecil, maka
partikel Pb tidak larut dalam air dan senyawa Pb terperangkap dalam rongga antar sel
sekitar stomata
Penyerapan logam berat oleh tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya
kadamya dalam lingkungan tanaman, jenis tanaman, pH tanah, curah hujan, dan
sebagainya. Kemampuan mengakumulasi logam berat juga berbeda untuk setiap jenis
tanaman. Sommers (1980) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa kemampuan
menerima dan mentranslokasikan logam berat ke berbagai tanaman berbeda untuk setiap
jenis tanaman. Bahkan spesies yang sama, tetapi tanamannya lain menunjukkan variasi
kadar logam berat yang cukup besar. Dinyatakan pula bahwa tanaman sayuran seperti
selada dan bayam cenderung mengakumulasi logam Cd dalam jumlah yang lebih besar
dibanding kedele, jagung dan gandum bila tanaman tersebut ditanam pada kondisi yang
sama.
2. Melalui AkarPenyerapan logam berat oleh akar pohon dipengaruhi sistem perakaran dan luasan
permukaan akarnya. Sebagai contoh, Rhizophora mucronata Bl. dapat menyerap
Cadmium (Cd) sebesar 17,933 ppm, Rhizophora apiculata Bl. Memiliki kemampuan
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
4/13
menyerap Cd sebesar 17,433 ppm, tetapi Avicennia marina (Forsk.) Vierh. hanya mampu
menyerap Cd sebesar 0,5 ppm (Saepulloh, 1995). Tegakan mangrove jenis Rhizophora
stylosa Griff. dapat menyerap polutan logam berat jenis Cu sebesar 43,9 ppm, Mn sebesar
597,1 ppm dan Zn sebesar 34,5 ppm (Taryana, 1995). Dengan demikian, hutan mangrove
melalui sistem perakarannya yang menghunjam ke tanah dan menyebar luas diharapkan
mampu berfungsi menyerap kandungan polutan terutama jenis logam berat di lingkungan
perairan sekitarnya, sehingga daya racun polutan tersebut pada hutan mangrove dapat
berkurang.
Selain daun, akumulasi Pb terbanyak yaitu pada bagian akar. Hal ini berhubungan
dengan ekskresi yang dilakukan oleh tumbuhan. Pengeluaran ion toksik selain melalui
daun dilakukan melalui akar, yaitu ion-ion tersebut secara aktif ditarik dari xylem
kembali ke xylem parenchym kemudian dilepaskan dari akar kembali ke media (Andani
dan Purbayanti, 1981).
Analisis unsur Cu yang dilakukan oleh Heriyanto, ( 2011 ) dari tiga lokasi
pengamatan menunjukkan bahwa akumulasi terbesar terdapat pada bagian akar (jarak 0-
500 m dari S. Cilamaya) daripada bagian daun dan batang, yaitu sebesar 15,28 ppm. Hal
ini sejalan dengan penelitian Andani dan Purbayanti (1981) yang menemukan konsentrasi
ion yang lebih tinggi di bagian akar daripada di bagian daun. Hal ini merupakan bukti
kuat untuk lokalisasi ekstra seluler yang diduga akibat pengikatan fraksi pektin pada
dinding sel. Unsur Cu termasuk dalam unsur esensial dalam kelompok unsur mikro;
akumulasi unsur ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Menurut hasil penelitian Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah
(2002),A. marina memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi dengan cara
melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak
air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya, sehingga
mengurangi toksisitas logam berat tersebut.
Hasil penelitian Alberts et al. (1990) menunjukkan bahwa logam Pb pada akar
lebih tinggi daripada batang dan daun, karena logam tersebut mempunyai kemampuan
translokasi yang rendah, sehingga lebih terkonsentrasi pada akar.
Jumlah logam yang diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor yang
saling terkait. Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) konsentrasi dan jenis logam di
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
5/13
larutan tanah; (2) pergerakan logam dari tanah ke permukaan akar; (3) pengangkutan
logam dari permukaan akar ke dalam akar; dan (4) translokasi logam dari akar ke tajuk
tanaman. Masuknya logam berat dapat terjadi melalui dua proses, yaitu secara pasif (non-
metabolik) dan aktif (metabolik). Proses serapan pasif meliputi difusi ion di larutan tanah
ke endodermis akar, sedangkan serapan aktif melibatkan agen untuk melawan perbedaan
konsentrasi tetapi memerlukan energi metabolik (Alloway, 1995). Selain itu, serapan
logam berat oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh fraksionasi logam berat dalam tanah
(Darmawan dan Wada, 1999).
Tanaman memiliki suatu mekanisme untuk mengurangi bahaya logam berat.
Mekanisme toleransi tanaman terhadap pencemaran logam berat, meliputi: (1) selektifitas
serapan ion; (2) penurunan permeabilitas atau struktur dan fungsi membran; (3)
imobilisasi ion logam berat pada akar; (4) deposisi atau penyimpanan ion logam berat
dalam bentuk tak larut sehingga tidak terlibat dalam metabolisme; (5) perubahan pola
metabolisme, yaitu peningkatan sistem enzim yang menghambat atau meningkatkan
metabolik antagonis atau memotong jalur metabolisme dengan tidak melalui tapak yang
terhambat ion logam berat; (6) adaptasi terhadap pergantian ion logam fisiologis dalam
enzim oleh logam berat; serta (7) pelepasan ion logam berat dari tanaman melalui
pencucian lewat daun, gutasi, dan ekspresi lewat daun (Kabata dan Pendias, 2011).
Berdasarkan mekanisme fisio-logis, mangrove secara aktif mengurangi
penyerapan logam berat ketika konsen-trasi logam berat di sedimen tinggi. Penyerapan
tetap dilakukan, namun dalam jumlah yang terbatas dan terakumulasi di akar. Selain itu,
terdapat sel endodermis pada akar yang menjadi penyaring dalam proses penyerapan
logam berat. Dari akar, logam akan di translokasikan ke jaringan lainnya seperti batang
dan daun serta mengalami proses kompleksasi dengan zat yang lain seperti fitokelatin.
(Baker dan Walker, 1990 dalam MacFarlane et al., 2003).
B. Mekanisme Masuknya Zat Pencemar NOx dan Sox1. Melalui Daun
Pencemaran udara oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas
yang tidak berwarna, yaitu Sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3). Keduanya
disebut sebagai SOx. Sulfur diolasida mempunyai bau yang tajam dan tidak terbakar
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
6/13
udara, sedangkan Sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran
bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur dioksida,
tetapi jumlah reaktif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia.
Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar.
Jumlah SO3 yang terbentuk dipengaruhi oleh kondisi reaksi,terutama suhu dan bervariasi
dari 1 sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam
dua tahap sebagai berikut :
S + O2 SO2
2SO2 + O2 2SO3
Nitrogen Oksida (NOx) merupakan pencemar. Sekitar 10% pencemar udara setiap
tahun adalah nitrogen oksida. Ada delapan kemungkinan hasil reaksi bila nitrogen
bereaksi dengan oksigen. Yang jumlahnya cukup banyak hanyalah tiga, yakni: N2O,
NO2, dan NO. Yang termasuk dalam pencemaran udara adalah NO dan N2O, NO2
merupakan gas beracun, berwarna coklat merah, berbau seperti asam nitrat (Sastrawijaya
1991).
Pembentukan NO dan NO2 mencakup reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara
sehingga membentuk NO, kemudian reaksi selanjutnya antara NO dengan lebih banyak
oksigen membentuk NO2. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992).
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2
Kandungan bahan pencemar SO2, NO2, dan O3 yang rendah tidak akan
menyebabkan luka pada kloroplas, namun dapat menyebabkan perobekan sistem
membran tylakoid yang terdapat dalam kloroplas (Wellburn et al. 1972 dalam Fitter dan
Hay 1981).
Menurut Fakuara (1986) pencemar debu di udara dapat menutupi mulut daun dan
hal ini akan membatasi proses transpirasi. Sedangkan bahan kimia yang berupa gas,
sebagai contoh SO akan masuk melalui mulut daun kemudian mempengaruhi komposisi
cairan sel dan sel akan menjadi rusak dan mati.
Ormond (1978) dalam Santosa (2004) menjelaskan bahwa pada tumbuhan
berdaun lebar, baik SO maupun HF menyebabkan rusaknya sel-sel bunga karang, diikuti
oleh stomata permukaan bawah yang berhubungan dengan epidermis kemudian diikuti
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
7/13
oleh perusakan kloroplas dan merusak jaringan palisade. Jaringan-jaringan vaskular akan
menjadi rusak kemudian. Suratin (1991) melaporkan bahwa kerusakan daun paling
banyak terjadi pada bagian mesofil. Menurutnya terdapat kecenderungan antara
kerusakan daun tersebut dengan jumlah kendaraan karena melepaskan SOx, NO dan
partikel. Daun menjadi bagian yang paling menderita, hal ini terjadi karena sebagian
besar bahan pencemar udara mempengaruhi tanaman melalui daun, yaitu masuk melalui
stomata dengan proses difusi molekuler terutama bahan pencemar yang berupa gas.
Kerusakan tanaman oleh SO2 dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsentrasi dan
waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba (akut) terjadi jika terjadi kontak dengan SO2 pada
konsentrasi tinggi dalam waktu sebentar, dengan gejala beberapa bagian daun kering dan
mati, dan biasanya warna daun menjadi pucat. Kontak SO2 pada konsentrasi rendah
dalam waktu lama menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai dengan menguningnya
warna daun karena terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil (Fardiaz 1992).
Treshow (1970) melaporkan bahwa daun buncis yang difumigasi dengan SO
menunjukan kerusakan anatomi daun. Mula-mula yang mengalami kerusakan adalah
jaringan bunga karang yang berada di sekitar stomata dan lapisan epidermis bawah
tempat stomata berada, kemudian palisade dan lapisan epidermis atas.
Kerusakan akut pada tanaman disebabkan kemampuan tanaman untuk mengubah
SO2 yang diabsorbsi menjadi H2SO4, kemudian menjadi sulfat. Garam-garam tersebut
terkumpul pada ujung atau tepi daun. Sulfat yang terbentuk pada daun berkumpul dengan
sulfat yang diabsorbsi melalui akar, dan jika akumulasi cukup tinggi maka akan terjadi
gejala kronis yang disertai dengan gugurnya daun. Tanaman bervariasi antar spesies
dalam sensitivitasnya terhadap kerusakan SO2. Meskipun dalam satu spesies terjadi
perbedaan sensitivitas yang disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, air tanah,
konsentrasi nutrien dan sebagainya. SO2 mungkin juga dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman tanpa menyebabkan kerusakan yang terlihat oleh mata. Uap asam
sulfat yang merupakan bentuk lain polusi SO2 juga dapat menyebabkan kerusakan
tanaman. Bintik-bintik pada daun dapat terjadi jika droplet asam kontak dengan daun
yang telah basah karena embun. Pengaruh SO2 dalam jaringan daun dapat menyebabkan
kloroplas pecah, kemudian klorofil menyebar dalam sitoplasma dan selanjutnya
protoplasma menyusut dan akhirnya berkerut (Treshow 1985).
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
8/13
Hardiani et al. (1987) menyebutkan bahwa tumbuhan tingkat tinggi pada
umumnya mempunyai pori-pori yang disebut stomata atau mulut daun yang terutama
terdapat di permukaan daun sebelah bawah. Stomata merupakan tempat terjadinya reaksi
pertukaran gas dan jalan masuk utama dari zat pencemar udara. Pada siang hari dengan
adanya cahaya, CO2, dan kelembaban udara tertentu, stomata akan terbuka. Jika terdapat
gas pencemar seperti SO2 maka gas tersebut dapat masuk dengan mudah ke dalam
tanaman. Gas SO2 dapat menyebabkan stomata membuka atau menutup. Keadaan
tersebut sangat ditentukan oleh spesies dan umur tanaman, konsentrasi gas serta
lingkungan di sekitarnya. Respon stomata terhadap zat pencemar mempunyai peranan
penting dalam menentukan besarnya pengaruh zat pencemar terhadap kehidupan
tanaman.
Menurut Black dan Black (1979), sel penjaga stomata lebih toleran terhadap SO2
daripada sel lainnya karena sel penjaga mempunyai lapisan proteksi luar alami yang lebih
baik. Sel lainnya rusak meskipun dalam konsentrasi yang tidak begitu tinggi dan
menyebabkan penurunan tekanan turgor dan menghasilkan pembukaan stomata. Dalam
konsentrasi tinggi, sel penjaga dan sel epidermis juga mengalami kerusakan
Jalan utama SO2 untuk masuk ke dalam daun adalah melalui stomata. Efek SO2
terhadap stomata banyak sekali tetapi secara umum terlihat bahwa dalam jangka pendek
tercemari SO2 terutama pada konsentrasi
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
9/13
gas tersebut mencapai sumber air dalam jaringan parenkima yang menimbulkan
keasaman dan apabila keasaman melebihi ambang batas pada jaringan maka akan
menimbulkan kerusakan.
2. Melalui AkarZat pencemar SOx dan NOx dapat menjadi sumber pencemaran pada tumbuhan.
Terjadinya gangguan pencemaran terhadap tumbuhan dapat digolongkan dalam 2(dua)
kategori, yaitu pencemaran secara primer dan sekunder.
a. Gangguan Secara Primer
Gangguan secara primer adalah terjadinya kontak langsung antara sumber
pencemar (mated pencemar) dengan bagian permukaan tumbuhan secara langsung,
sehingga dapat mengganggu dan menutupi lapisan epidermal yang membantu sistem
penguapan pada tumbuhan.
b. Gangguan Secara Sekunder
Gangguan secara sekunder adalah gangguan yang terjadi pada tumbuhan karena
pencemaran yang mengganggu pada sistem akar, terjadi karena penumpukan
polutan/pencemar pada tanah dan permukaan air. Gangguan ini akan menghalangi
proses alterasi dari nutrisi yang berada dalam tanah dan sekitar tumbuhan. Gejala
yang tampak karena pencemaran udara terhadap tumbuhan adalah terjadinya
penampakan yang kurang sehat pada daun, dengan matinya beberapa bagian serta
hilangnya warna, disebabkan matinya jaringan karena adanya kerusakan pada spongy
dan polisade di bagian dalam daun, yang berakibat pada gugurnya daun. Kerusakan
pada lapisan epidermis dapat terjadi akibat Glazing atau Silvering pada permukaan
daun oleh adanya partikel dan polutan yang menempel. Efek pencemaran udara pada
tumbuhan yang tak terlihat adalah adanya kemunduran kemampuan pertumbuhan,
berkurangnya kemampuan berfotosintesa dan alterasi, kemampuan stomata yang
menurun dan reproduksi set. Tipe kerusakan pada tumbuhan dapat diakibatkan karena
tumbuhan telah mengalami gangguan secara kronis akibat waktu pemaparan
pencemaran yang lama dalam tingkat dosis/konsentrasi rendah. Penyebab utama
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
10/13
kerusakan tumbuhan oleh pencemaran udara adalah akibat phytotoxic pada tanaman
seperti O3, SO2 , PAN, NO2, CI, HF dan Iain-lain.
C. Distribusi Zat Pencemar Dalam Tubuh TumbuhanTumbuhan pada saat menyerap logam berat, akan membentuk suatu enzim reduktase di
membran akarnya. Reduktase ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui
mekanisme khusus di dalam membran akar. Pada saat terjadi translokasi di dalam tubuh
tanaman, logam yang masuk ke dalam sel akar, selanjutnya diangkut ke bagian tumbuhan yang
lain melalui jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem. Untuk meningkatkan efisiensi
pengangkutan logam diikat oleh molekul kelat. Pada konsentrasi rendah logam berat tidak
mempengaruhi pertumbuhan tanaman tetapi pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan
kerusakan baik pada tanah, air maupun tanaman.
Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dibagi menjadi tiga proses, yaitu :
Pertama, penyerapan oleh akar. Agar tanaman dapat menyerap logam, maka logam harus dibawa
ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara bergantung pada spesies
tanaman. Senyawa-senyawa yang larut dalam air biasanya diambil oleh akar bersama air,
sedangkan senyawa-senyawa hidrofobik diserap oleh permukaan akar. Kedua, translokasi logam
dari akar ke bagian tanaman lain. Setelah logam menembus endodermis akar, logam atau
senyawa asing lain mengikuti aliran transpirasi ke bagian atas tanaman melalui jaringan
pengangkut (xylem dan floem) ke bagian tanaman lainnya. Ketiga, lokalisasi logam pada sel dan
jaringan. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar logam tidak menghambat metabolisme tanaman.
Sebagai upaya untuk mencegah peracunan logam terhadap sel, tanaman mempunyai mekanisme
detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar (Priyanto
dan Prayitno 2004).
Pb sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, kulit batang, akar, dan
akar umbi-umbian. Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah.Konsentrasi yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada proses
fotosintesis dan pertumbuhan. Pb hanya mempengaruhi tanaman bila konsentrasinya tinggi.
Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik
tanah rendah. Pada keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
11/13
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
12/13
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, J.J., M.T. Price, and M. Kania. 1990. Metal concentrations in tissues of Spartina
alterniflora (Loisel) and sediments of Georgia salt Marshes. Estuarine, Coastal and Shelf
Science 30: 47-58.
Alloway, B.J. 1994. Toxic metals in soilplant systems. Chichester, UK: John Wiley and Sons
Andani, S. dan E.D. Purbayanti. 1981. Fisiologi lingkungan tanaman. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Baker, A.J.M. and R.R. Brooks. 1989. Terrestrial higher plants which hyperaccumulate metallic
elementsa review of their distribution, ecology and phyto-chemistry.
Biorecovery,1:81126.
Dahlan, E.N. 1986. Pencemaran daun the oleh timbal sebagai akibat emisi kendaraan bermotor di
Gunung Mas Puncak. Makalah Kongres Ilmu Pengetahuan Indonesia, Panitia Nasional
MAB, Jakarta
Heriyanto dan Subiandono, 2011. Penyerapan Polutan Logam Berat (Hg, Pb Dan Cu) Oleh Jenis-
Jenis Mangrove. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor.
Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah. 2002. Hutan bakau hilang minamata
datang. www. Ecoton.or.id.
MacFarlane, G.R., Pulkownik, and M.D., Burchett. 2003. Accumulation and Distribution of
Heavy Metals in grey Mangrove, Avicennia marina (Forsk) Vierh: Biological indication
potential. Environmental Pollution, 123: 139-151.
Saepulloh, C. 1995. Akumulasi logam berat (Pb, Cd, Ni) pada jenis Avicennia marina (Forsk.)
Vierh. Rob. di Hutan Lindung Mangrove Angke Kapuk, DKI Jakarta. Skripsi Jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Taryana, A.T. 1995. Akumulasi logam berat (Cu, Mn, Zn) pada jenis Rhizophora stylosa Griff.
di hutan tanaman mangrove Cilacap BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan.
-
8/13/2019 Tugas Ekofistum Logam Berat
13/13