tugas behavioral accounting - tax avoidance

30
Tugas Akuntansi Keperilakuan Behavioral Dimension of Tax Avoidance Dosen: Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D. Disusun oleh: Faozan El Mufid 13/358382/PEK/18608

Upload: elmokenthos

Post on 26-Nov-2015

198 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Tugas akhir akuntansi keperilakuan. Berupa pembuatan sintesis dari 10 jurnal akuntansi yang masuk dalam kategor tier 3 atau yang lebih baik.Sintesis ini berupa penghindaran pajak yang dilakukan dalam perusahaan, dan bagaiaman hubungannya dengan perilaku perusahaan.

TRANSCRIPT

17

Tugas Akuntansi KeperilakuanBehavioral Dimension of Tax AvoidanceDosen: Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D.

Disusun oleh:Faozan El Mufid13/358382/PEK/18608

Magister AkuntansiFakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada2013

2

Behavioral Dimension of Tax AvoidanceA. PENDAHULUANMenurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pemerintah Indonesia, dalam upayanya mengamankan penerimaan negara, berusaha untuk terus mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana, stabil, memberikan keadilan, dan lebih dapat menciptakan kepastian hukum serta transparansi. Untuk itu, pemerintah Indonesia beberapa kali melakukan perubahan atas Undang-Undang perpajakan, terutama Undang-Undang tentang pajak penghasilan. Perubahan atas Undang-Undang perpajakan tersebut diharapkan akan membuat wajib pajak lebih memiliki kesadaran untuk membayar pajak.Meskipun begitu, wajib pajak, baik pribadi maupun badan, juga memiliki harapan agar mereka dapat membayar pajak mereka seminimal mungkin. Ada beberapa alasan yang muncul mengapa wajib pajak masih belum memiliki kemauan untuk membayar pajak sesuai dengan jumlah yang seharusnya. Menurut Siegel dan Marconi (1989), beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang dibuat dengan sistem yang lebih kompleks. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia sudah berusaha agar Undang-Undang yang dibuat dapat mempermudah wajib pajak dengan melakukan perubahan-perubahan dalam Undang-Undang Perpajakan.2. Kegunaan pajak hanya dinikmati oleh orang kaya. Pemerataan pembangunan selalu diusahakan oleh pemerintah Indonesia, meskipun begitu, penggunaan anggaran yang belum maksimal memberikan kesan bahwa penggunaan subsidi hanya dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu. Misalnya saja pemberian subsidi bensin, pengguna bensin rata-rata masih didominasi oleh orang-orang yang memiliki kendaraan, sehingga pemberian subsidi bensin bisa dikatakan tidak tepat sasaran.3. Keputusan untuk melakukan investasi didasarkan pada pertimbangan pajak, bukan pada pertimbangan dasar-dasar ekonomis. Pemerintah Indonesia berusaha memberikan kemudahan-kemudahan untuk para investor yang ingin melakukan investasi di Indonesia dengan memberikan tarif pajak yang lebih rendah jika memenuhi persyaratan tertentu.Untuk itu, wajib pajak berusaha mencari celah agar dapat membuat pajak yang harus mereka bayarkan dapat diminimalkan. Usaha untuk mencari celah tersebut dikenal dengan istilah perencanaan pajak (tax planning). Perubahan Undang-Undang Perpajakan yang dilakukan oleh Dinas Perpajakan, diharapkan akan dapat merubah perilaku wajib pajak, dari usaha penghindaran pajak (tax avoidance), atau bahkan pengelakan pajak (tax evasion). Meskipun begitu, keberhasilan dari ketentuan perubahan Undang-Undang Perpajakan tetap dipengaruhi oleh motivasi yang melandasi perilaku wajib pajak.Menurut Atkinson (Siegel dan Marconi, 1989), kekuatan motivasi dari setiap individu dikategorikan melalui dua pendekatan utama, yaitu: (1) pendekatan yang mengasumsikan bahwa setiap individu termotivasi dengan harapan memperoleh imbalan seperti uang atau promosi. (2) pendekatan yang mengasumsikan bahwa setiap individu termotivasi karena adanya kebutuhan internal untuk mendapatkan prestasi. Atkinson membuat teori bahwa kekuatan motivasi untuk mengerjakan suatu pekerjaan merupakan produk dari tiga faktor, yaitu motif, harapan dan insentif.B. PEMBAHASANMotivasi akan mendorong wajib pajak untuk menghindari pajak, atau bahkan mengelakkan pajak. Menurut Tacis (1996), penghindaran pajak (tax avoidance) adalah a legal action taken to minimize the amount of tax to be paid, sedangkan pengelakan pajak (tax evasion) adalah an illegal attempt to avoid paying tax. Undang-Undang Perpajakan memungkinkan bagi setiap wajib pajak untuk mencari celah yang ada, sehingga mereka dapat memanfaatkan celah tersebut untuk menghindari pajak.Cheng, et.al. (2012) menyebutkan bahwa penghindaran pajak dapat menyebabkan dampak positif yang signifikan terhadap nilai perusahaan jika perusahaan tersebut berpindah dari perusahaan negara menjadi perusahaan publik. Meskipun begitu, dampak tersebut bukan berarti tidak memiliki kos, terutama jika melibatkan pertukaran antara penyelamatan pajak dengan potensi mendapatkan penalti dan kerusakan reputasi jika penghindaran pajak tersebut ternyata tidak sesuai dengan ketentuan hukum.Penelitian mereka memelajari dampak aktivitas pembiayaan lindung nilai dalam penghindaran pajak. Aktivitas pembiayaan lindung nilai dapat memperkuat pemegang saham dalam memonitor dan memitigasi adanya agency costs dan hal tersebut dapat menjadi indikasi yang baik untuk meningkatkan tata kelola perusahaan. Selain itu, pembiayaan lindung nilai memiliki peran yang sangat penting dalam pasar modal dan aktivitasnya memiliki implikasi secara ekonomis yang signifikan. Pembiayaan lindung nilai akan dapat menyediakan pengamatan dengan mendorong manajer untuk meningkatkan efisiensi dalam perencanaan pajak. Pembiayaan lindung nilai akan mampu mendorong perusahaan untuk mengadopsi strategi penghindaran pajak yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan aliran kas setelah pajak dan nilai perusahaan.Hasil dari penelitian mereka menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan pada perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak karena adanya intervensi dari pelaku pembiayaan lindung nilai. Perubahan dalam penghindaran pajak tersebut akan berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan. Meskipun begitu, peningkatan nilai perusahaan tersebut hanya terjadi jika pelaku pembiayaan lindung nilai tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan.Hoi, et.al. (2013) menyebutkan bahwa beberapa tahun ini terdapat peningkatan yang tetap dalam aktivitas penghindaran pajak dan CSR di perusahaan Amerika. Penelitiannya bertujuan untuk memeriksa hubungan antara aktivitas CSR yang tidak bertanggung jawab dengan penghindaran pajak yang agresif. Penelitian ini juga ditujukan untuk membantah penelitian sebelumnya dengan menunjukkan bahwa hanya kegiatan CSR yang tidak bertanggung jawab yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap tarif pajak yang efektif, sedangkan kegiatan CSR yang bertanggung jawab tidak memiliki hubungan yang signifikan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan empat atau lebih kegiatan CSR yang tidak bertanggung jawab cenderung untuk melakukan penghindaran pajak. Hasil temuannya menyarankan adanya pola yang umum, yaitu pada beberapa perusahaan dengan kultur untuk melakukan kegiatan CSR yang kurang bertanggung jawab akan memiliki tingkat agresifitas yang lebih tinggi dalam menghindari pajak. Sedangkan perusahaan dengan kultur untuk melakukan kegiatan CSR yang lebih bertanggung jawab akan memiliki tingkat agresifitas yang kurang dalam menghindari pajak.Dalam Khurana dan Moser (2013), para investor mulai fokus pada perannya dalam memengaruhi keputusan investasi dan harga saham. Selain itu, para investor juga mulai berperan dalam tata kelola perusahaan. Meskipun begitu, timbul pertanyaan apakah keberadaan para investor eksternal dengan pandangan investasi yang berbeda dapat memengaruhi perilaku manajemen atau tidak. Penelitian mereka bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam hal pelaporan pajak, yaitu apakah pandangan investasi pemegang saham institusi mampu memengaruhi perilaku perusahaan dalam agresifitas pembayaran pajak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan pemegang saham berupa investor jangka pendek cenderung lebih agresif dalam melakukan penghindaran pajak jika dibandingkan dengan pemegang saham berupa investor jangka panjang. Dampak dari kepemilikan secara umum, pemegang saham institusi dengan kepemilikan pada tingkat yang lebih tinggi akan memengaruhi perilaku perusahaan menjadi lebih agresif dalam menghindari pajak. Para pemegang saham jangka panjang cenderung untuk lebih melakukan monitor terhadap agresifitas manajer pajak, sedangkan pemegang saham jangka pendek memilih untuk memberikan insentif kepada manajemen untuk lebih agresif dalam penghindaran pajak.Boone, et.al. (2013) meneliti bahwa kehidupan beragama merupakan salah satu hal yang berpengaruh dalam melakukan penghindaran pajak, baik wajib pajak pribadi maupun badan. Mereka berargumen bahwa kehidupan beragama dapat memengaruhi perilaku manajemen untuk bertindak lebih atau kurang agresif dalam melakukan penghindaran pajak. Norma-norma sosial yang berdasarkan agama akan memengaruhi perilaku secara kuat karena adanya imbalan dan sanksi yang lebih luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah kehidupan beragama menjadi faktor dalam mengurangi penghindaran pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang berada di daerah dengan dasar kehidupan beragama yang bagus cenderung kurang agresif dalam menghindari pajak. Risiko adanya denda, penalti dan kehilangan reputasi menjadi alasan perusahaan dan pembayar pajak individu tidak mau mengambil risiko. Bahkan secara lebih luas, hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan beragama memengaruhi perusahaan dan individu dalam pengambilan keputusan.Hoopes, et.al. (2012) merasa bahwa beberapa penelitian tidak menguji permasalahan yang lebih primitif apakah penegak hukum dalam bidang perpajakan dapat menghambat perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak. Penelitian mereka bertujuan untuk menguji apakah audit dari IRS mampu menekan tingkat agresifitas perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan IRS secara melekat mampu mengurangi tingkat agresifitas perusahaan dalam menghindari pajak. Meskipun begitu, pengawasan IRS tersebut akan memengaruhi tingkat agresifitas perusahaan jika perusahaan memiliki tata kelola yang baik. Pengawasan IRS yang lebih kuat akan menghalangi perusahaan dari usaha melakukan strategi penghindaran pajak.Blaylock, et.al. (2012) menyebutkan bahwa informasi pajak yang berada pada laporan keuangan mengandung informasi tentang manajemen laba. Penelitian mereka berdasar pada pemahaman hubungan antara informasi pajak dan manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah menyelidiki apakah implikasi dari perbedaan antara pendapatan buku dengan pendapatan fiskal untuk melakukan earning persistence bervariasi tergantung pada sumber kemungkinan perbedaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan perbedaan book-tax yang positif besar yang berasal dari penghindaran pajak memiliki lebih banyak persistent accruals dibandingkan dengan perusahaan dengan perbedaan book-tax yang normal.Armstrong, et.al. (2012) menyelidiki tipe dari perencanaan pajak yang termasuk dalam kontrak kompensasi manajer pajak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah insentif manajer pajak dapat dihubungkan dengan tingkat agresifitas dalam perencanaan pajak. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik insentif manajemen atas dan kultur perusahaan memiliki dampak yang signifikan terhadap tarif pajak efektif. Meskipun begitu, tidak jelas apakah manajemen atas secara langsung terlibat dalam perencanaan pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajer pajak disediakan insentif untuk mengurangi tingkat biaya pajak yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan, tetapi hanya disediakan sedikit dukungan untuk kompensasi pada perbedaan book-tax, tarif pajak efektif tunai, atau tingkat agresifitas dalam penghindaran pajak.Dyreng, et.al. (2010) menyebutkan bahwa pada awalnya mereka berpikir bahwa jajaran manajemen atas tidak memiliki pengaruh secara individu dalam perubahan perilaku penghindaran pajak perusahaan. Hal ini disebabkan karena pajak merupakan permasalahan yang teknis, yang membutuhkan ahli pajak dengan latar belakang finansial untuk dapat melakukan penghindaran pajak. Meskipun begitu, CEO dapat menyebabkan penghindaran pajak dengan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan aktivitas pajak perusahaan. Dalam penelitiannya, Dyreng, et.al (2010) menyelidiki apakah manajemen atas memiliki dampak secara individu untuk meningkatkan perilaku penghindaran pajak perusahaan yang tidak dapat dijelaskan dengan karakteristik perusahaan. Manajemen atas yang diteliti adalah CEO, CFO dan manajemen atas lain yang terdaftar dalam basis data ExecuComp yang bekerja di lebih dari satu perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara individu, manajemen atas secara signifikan (statistik dan ekonomi) memiliki peran dalam menentukan tingkat penghindaran pajak yang harus diambil oleh perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa para CEO, terutama yang sudah berada dalam akhir masa jabatan, memiliki kecenderungan lebih kuat dibandingkan dengan para CFO dan manajemen atas lainnya. Penelitian McGuire, et.al. (2012) bertujuan untuk menguji apakah ahli pajak yang menjadi auditor dan penasihat eksternal perusahaan memengaruhi tingkat penghindaran pajak perusahaan. Pengujian ini disebabkan beberapa alasan, seperti pada penelitian sebelumnya perencanaan pajak hanya disebabkan karena karakter manajemen atas, insentif manajer pajak, dan struktur kepemilikan perusahaan. Tidak jelas apakah auditor eksternal yang memiliki keahlian pajak juga memengaruhi keputusan dalam penghindaran pajak, padahal auditor eksternal memegang peranan kunci dalam menentukan laporan keuangan yang akan berakibat pada aktivitas penghindaran pajak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan ahli pajak berhubungan secara signifikan terhadap penurunan tarif pajak efektif buku, dan peningkatan perbedaan book-tax secara tetap jika dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan tenaga auditor yang kurang memahami pajak. Meskipun begitu tidak ada bukti bahwa tarif pajak efektif tunai memiliki perbedaan yang signifikan antara dua grup tersebut.Terdapat beberapa cara untuk mengukur adanya penghindaran pajak (tax avoidance) dalam suatu perusahaan, Dyreng, et.al. (2008) menyebutkan dua di antaranya, yaitu:1. Annual GAAP Effective Tax Rates. Masalah pertama dengan GAAP ETR sebagai alat untuk mengukur penghindaran pajak adalah dasar penggunaan data hanya berdasar pada data tahunan. Sedangkan setiap tahun, ada kemungkinan perubahan tarif pajak efektif secara signifikan. Masalah yang kedua adalah bahwa biaya pajak merupakan gabungan dari pajak sekarang dan pajak tangguhan.2. Long-Run Cash Effective Tax Rate Persamaan di atas adalah modifikasi dari persamaan pertama, yaitu dengan mengukur tarif pajak efektif untuk periode jangka panjang. Pengukurannya adalah dengan menjumlahkan total pajak yang sudah dibayarkan selama lebih dari 10 tahun dan membaginya dengan jumlah dari total laba sebelum pajak (dengan pengurangan efek dari hal-hal khusus) pada periode yang sama. Persamaan ini akan lebih mendekati tarif pajak efektif perusahaan dalam jangka panjang. Peningkatan yang kedua adalah dengan menggunakan pajak yang sudah dibayar, bukan biaya pajak sesuai dengan GAAP.Penelitian Dyreng, et.al (2008) bertujuan untuk membuktikan kemampuan perusahaan dalam menghindari pajak penghasilan selama periode jangka panjang. Hasilnya adalah ditemukannya sejumlah perusahaan yang secara signifikan relatif banyak mampu menghindari pajak penghasilan mereka dalam jumlah yang besar secara terus menerus. Penggunaan alat ukur CASH ETR mampu mendeteksi 26,3% perusahaan mampu mengatur tarif pajak sama dengan atau kurang dari 20%, dengan rata-rata tarif pajak sekitar 29,6%. Sedangkan pengukuran dengan GAAP ETR menghasilkan bukti yang tidak konsisten, sehingga penggunaan GAAP ETR akan mengakibatkan kesalahan dalam menghitung adanya perilaku penghindaran pajak.Sedangkan Cheng, et.al. (2012) menggunakan alat ukur penghindaran pajak sebagai berikut:1. Current ETR mampu menangkap strategi pajak yang akan memberikan peningkatan baik secara tetap maupun sementara dari perbedaan book-tax melalui pengurangan biaya pajak tangguhan.2. Pengukuran di atas berdasarkan pada perbedaan book-tax. MP_BTD menangkap strategi pajak yang akan membawa perbedaan secara tetap dan sementara antara pendapatan secara buku dan pendapatan fiskal.3. Dengan menggunakan persamaan regresi dengan beberapa variabel kontrol untuk mengukur penghindaran pajak.Tax Measurei,t =0 + 0 DYear0i,t + 1 DYear1i,t + 2 DYear2i,t + 3 ROEi,t + 4 Leveragei,t + 5 NOLi,t + 6 NOLi,t + 7 Foreign Incomei,t + 8 PPEi,t + 9 Intangible Assetsi,t + 10 Equity Incomei,t + 11 MTBi,t-1 + 12 Sizei,t-1 + Year Dummies + Industry Dummies + i,t

Tax Measure adalah Current ETR, Cash ETR, MP_BTD atau DD_BTD pada periode t. DYear0, DYear1, dan DYear2 merupakan variabel dummy yang sama dengan kejadian tahun 0, +1, dan +2. Untuk ETR (BTD) hasil koefisien yang negatif (positif) dari variabel DYear1 dan DYear2 menunjukkan tingkat penghindaran pajak yang lebih tinggi pada kejadian tahun +1 dan tahun +2 relatif terhadap kejadian tahun -1.C. PENUTUPDari beberapa artikel di atas, dapat penulis ambil kesimpulan bahwa Undang-Undang Perpajakan sebenarnya dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan agar wajib pajak mau membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya dibayarkan. Meskipun begitu, adanya motivasi individu masing-masing wajib pajak membuat wajib pajak cenderung untuk melakukan perencanaan pajak. Salah satu perencanaan pajak tersebut adalah menghindari pajak dengan mencari celah dari Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak dapat juga dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menekan harga transfer. Perusahaan internasional cenderung akan membuat perusahaan di negara-negara dengan pajak rendah (tax haven country), sehingga harga transfer dapat ditekan.Pada perusahaan, meskipun keputusan untuk melakukan penghindaran pajak berada pada manajer pajak, tetapi manajer atas juga memiliki pengaruh dalam memengaruhi perilaku manajer pajak untuk menghindari pajak (Dyreng, et.al., 2010). Kompensasi yang mungkin diperoleh manajer pajak jika mampu menghemat pajak, menjadi alasan beberapa perusahaan melakukan agresifitas penghindaran pajak yang tinggi (Armstrong, et.al., 2012). Selain itu, pemegang saham juga memiliki peranan dalam memengaruhi perilaku manajer untuk menghindari pajak, terutama pemegang saham institusional dengan jangka panjang dan memiliki tingkat kepemilikan yang tinggi (Khurana dan Moser, 2013). Sementara, Cheng, et.al. (2012) menambahkan bahwa pelaku pembiayaan lindung nilai juga mampu memengaruhi manajer dalam penghindaran pajak.Pengaruh dari luar akan bersifat positif, maksudnya tingkat agresifitas dalam penghindaran pajak cenderung berkurang jika pengaruh luar mampu membuat perusahaan memiliki tata kelola yang baik (Cheng, et.al., 2012; Khurana dan Moser, 2013). Perusahaan swasta yang dimiliki oleh publik cenderung untuk memiliki tata kelola yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan swasta yang belum mempublik. Cheng, et.al. (2012) menambahkan bahwa perusahaan pemerintah sebaiknya melakukan privatisasi agar memiliki tata kelola yang lebih baik. Hal tersebut akan berdampak positif pada pengurangan agresifitas perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat agresifitas dalam penghindaran pajak dapat dikurangi dengan beberapa cara, di antaranya adalah:1. Tata kelola perusahaan yang lebih baik (Armstrong, et.al, 2012; Cheng, et.al., 2012; Khurana dan Moser, 2013). Tata kelola yang lebih baik akan terwujud jika terdapat investor dari eksternal perusahaan (terutama investor institusi jangka panjang) yang memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan perusahaan.2. Kehidupan beragama yang baik bagi setiap individu dalam perusahaan, maupun lokasi perusahaan di area yang memiliki tingkat kehidupan beragama yang baik (Boone et.al., 2013). Kehidupan beragama cenderung lebih bersifat norma-norma sosial yang akan berdampak pada etika individu dalam perusahaan. Individu yang memiliki etika yang baik, akan cenderung merasa takut jika melakukan penghindaran perpajakan, karena adanya denda, atau penalti. Tapi yang lebih penting, penghindaran pajak akan dapat menyebabkan reputasi mereka jatuh jika petugas pajak mampu mengetahui hal tersebut.3. Melakukan aktivitas CSR yang bertanggung jawab (Hoi et.al., 2013). Kultur perusahaan dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Aktivitas yang memiliki tanggung jawab yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kultur yang baik. Dengan kultur perusahaan yang sudah baik, maka agresifitas perusahaan dalam menghindari pajak akan lebih rendah.4. Audit dari petugas pajak dengan pengawasan yang diperketat (Hoopes et.al., 2012). Perusahaan tidak mengharapkan laporan keuangan mereka diaudit oleh petugas pajak. Perusahaan khawatir ketika petugas pajak mengaudit laporan keuangan mereka, petugas pajak akan menemukan kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan mereka. Meskipun tidak semua perusahaan akan diaudit oleh petugas pajak, tetapi pengawasan yang diperketat dalam pelaksanaan penghitungan dan pembayaran pajak, akan dapat mengurangi agresifitas perusahaan dalam menghindari pajak.5. Auditor yang memiliki keahlian dalam bidang perpajakan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan (McGuire et.al., 2012). Laporan keuangan akuntansi berbeda dengan laporan keuangan fiskal. Sehingga, auditor eksternal perusahaan yang mengaudit laporan keuangan perusahaan dengan kemampuan dalam bidang perpajakan akan berpengaruh untuk perusahaan dalam membuat laporan keuangan fiskal mereka. Perusahaan akan berusaha menyeimbangkan antara laporan keuangan akuntansi dengan laporan keuangan fiskal. Hal ini akan menurunkan agresifitas perusahaan dalam menghindari pajak.Penghindaran pajak merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh perusahaan atau individu untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan. Meskipun pemerintah sudah membuat Undang-Undang Perpajakan yang baru untuk mempermudah mereka dalam membayar pajak, tetapi motivasi dari setiap individu dan perusahaan tetap menjadi hal utama dalam mengurangi agresifitas penghindaran pajak. Pemberian insentif kepada manajer sebaiknya menggunakan laba sebelum pajak sebagai perhitungannya. Hal tersebut akan mengurangi keinginan manajer untuk melakukan agresifitas penghindaran pajak yang tinggi, karena laba setelah pajak tidak akan memengaruhi kinerja mereka. Pada akhirnya, penurunan agresifitas penghindaran pajak terletak pada masing-masing individu yang memiliki kekuatan motivasi yang berbeda-beda.

REFERENSIArmstrong C., Blouin, J.L., Larcker, D.F. 2012. The Incentives for Tax Planning. Journal of Accounting and Economics Vol. 53: 391-411.Blaylock, B., Shevlin, T., Wilson, R.J. 2012. Tax Avoidance, Large Positive Temporary Book-Tax Differences, and Earnings Persistence. The Accounting Review Vol. 87: 91-120.Boone, J.P., Khurana, I.K., dan Raman, K.K. 2013. Religiosity and Tax Avoidance. Journal of American Taxation Association Vol. 35: 53-84.Cheng, C.S.A., et.al. 2012. The Effect of Hedge Fund Activism on Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review Vol. 87: 1493-1526.Dyreng, S.D., Hanlon, M., dan Maydew, E.L. 2008. Long-Run Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review Vol. 83: 61-82._______. 2010. The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review Vol. 85: 1163-1189.Hoi, C.K., Wu, Q., Zhang, H. 2013. Is Corporate Social Responsibility (CSR) Associated with Tax Avoidance? Evidence from Irresponsible CSR Activities. The Accounting Review Vol. 88: 2025-2059.Hoopes, J.L., Mescall, D., Pittman, J.A. 2012. Do IRS Audits Deter Corporate Tax Avoidance?. The Accounting Review Vol. 87: 1603-1639.Khurana, I.K., Moser, W.J. 2013. Institutional Shareholders Investment Horizons and Tax Avoidance. Journal of the American Taxation Association Vol. 35: 111-134.McGuire, S.T., Omer, T.C., Wang, D. 2012. Tax Avoidance: Does Tax-Specific Industry Expertise Make a Difference?. The Accounting Review Vol. 87: 974-1003.Siegel, G. dan Marconi, H.R. 1989. Behavioral Accounting. Chicago: South-Western Publishing Co.Tacis. 1996. Dictionary of taxation terms. Brussels: European Commission.1