pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance

112
PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR TANAH ABANG JAKARTA Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh : PINGKY KOMALA NIM : 106070002285 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Upload: ngonhi

Post on 13-Jan-2017

243 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA

WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR

TANAH ABANG JAKARTA

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

PINGKY KOMALA

NIM : 106070002285

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

ii

PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA

WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR

TANAH ABANG JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

PINGKY KOMALA 106070002285

Dibawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag Miftahuddin M.Si NIP. 1980614 199704 1 001 NIP. 19730317 200604 1 001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2011 M

Page 3: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA WIRAUSAHAWAN SUKU MINANGKABAU DI PASAR TANAH ABANG JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 15 Maret 2011

Sidang Munaqosyah

Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2001

Anggota

Ikhwan Lutfi, M.Psi Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag NIP. 1973-710 2005011 006 NIP. 1980614 199704 1 001

Miftahuddin M.Si

NIP. 19730317 200604 1 001

Page 4: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Pingky Komala

NIM : 106070002285

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Budaya

Uncertainty Avoidance Terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausahawan

Suku Minangkabau Di Pasar Tanah Abang Jakarta ” adalah benar merupakan

karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam dalam menyusun

skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini

telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai sesuai dengan

undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau

jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Maret 2011

Pingky Komala NIM 106070002285

Page 5: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

v

Motto: Yakin Usaha Sampai

Page 6: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

vi

Karya Sederhana ini Ku Persembahkan Teruntuk Keluarga Tercinta,

Orang-orang yang Ku Sayang dan Menyayangi Ku

Semoga Allah SWT Memberikan Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat

Page 7: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

vii

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Maret 2011 (C) Pingky Komala (D) Pengaruh Nilai Budaya Uncertainty Avoidance Terhadap Perilaku Inovatif

Pada Wirausahawan Suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta (E) Halaman : XVII + 84 haman + 27 Lampiran (F) Kewirausahaan tidak dapat lepas dan individu yang terlibat di dalamnya. Dari

sekian atribut personal yang terdapat dalam diri seorang wirausahawan, perilaku inovatif merupakan salah satu hal yang berperan penting. Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi. Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausahawan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai budaya uncertainty avoidance (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan , menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, lama berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilaku inovatif, sehingga dapat disusun rekomendasi untuk meningkatkan perilaku inovatif.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis regresi untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif. Sampel penelitian ini terdiri dari 100 responden dengan tehnik accidental sampling. Masing-masing responden diberikan angket dengan jumlah item sebanyak 69 item yang terdiri dari 25 item skala uncertainty avoidance dan 44 item skala perilaku inovatif. Hasil atau kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau P < 0,05. Adapun nilai R Square (R2) dari semua variabel penelitian yang telah diujikan adalah sebesar 0,623 atau 62,3% dan sisanya sebesar 37,7% dapat disebabkan oleh aspek atau faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku inovatif. Sedangkan dari ke-12 IV yang ada, terdapat tiga IV yang memiliki pengaruh dan taraf signifikansi yang tinggi terhadap perilaku inovatif, yakni mencemaskan ketidakpastian, menghindari perubahan, dan partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela. Adapun variabel lainnya bila

Page 8: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

viii

diujikan satu per satu, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

Berdasarkan hasil tersebut disarankan kepada pusat pelatihanwirausaha memperhatikan aspek-aspek psikologis dan nilai budaya masyarakat indonesia, dalam hal ini sebaiknya pelatihan yang mendalami bidang wirausaha, memformulasikan bagaimana caranya menghilangkan nilai budaya uncertainty avoidance tinggi, karena hal ini akan memberikan pengaruh negatif yaitu menghambat berkembangnya perilaku inovatif.

(G) Daftar Bacaan : 17 Buku

Page 9: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur kupersembahkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas kedzaliman pengubah dekadensi moral manusia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan semua umat manusia yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya. Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi yang ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Budaya Uncertainty Avoidance Terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausahawan Suku Minangkabu di Pasar Tanah Abang Jakarta.” Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terimakasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, dekan Fakultas Psikologi, ibu Dra. Fadhila Suralaga,

M.Si, pembantu dekan I sekaligus dosen pembimbing akademik. 2. Bapak Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag, pembimbing I, dan Bapak Miftahudin

M.Si, pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum, serta seluruh civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya.

4. Kedua orang tua penulis Bapak (Alm) Hasan Basri dan Ibu Hamidah yang telah memberikan kasih sayang dan dukungannya baik dari segi moril maupun materiil, terima kasih sekali dengan kesabaranmu dan do’amu akhirnya skripsi ini selesai juga. Kedua saudara kandung penulis Muhammad Fauzi S.T, Nuri Haqi, S.Kom beserta suami (Bagus Priambodo, M.Ti) terima kasih atas perhatian dan semangat kalian karena kalianlah yang membuat penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Terima kasih banyak kepada Andika Prabawa Kusuma yang telah membantu penulis dengan do’a dan semangat kepada penulis agar tidak pantang menyerah.

Page 10: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

x

6. Kepada saudaraku dan sahabatku Raisa Azmi S.Psi dan Raguan Hana. Kalian benar-benar memberikan warna-warni dalam kehidupan perkuliahan Penulis.

7. Rekan-rekan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisaiat Psikologi Cabang Ciputat, Dewan Pimpinan Pusat Partai Reformasi Mahasiswa dan Lembaga Semi Otonom Trainers Community. Terima kasih atas proses berorganisasi yang sangat luar biasa.

8. Kepada teman-teman dan sahabatku yang membantu merampungkan skripsi ini: Fahry Wibowo, Idham Qodr Muthohar, Arif Rahman, Saiful Bahri, Saiful Arif, Fredy Kundarto Nazar Fathan, Yudi Rafrianto, Roby Sayahdien, Triyono, Elis, Kak Agus Noorbani S.Psi, Adiyo R S.Psi, Kak Nurhayatunnisa S.Psi, Kak Ashry Rizqan, Isni P. Noviansjah S.Psi, Elis Bunga Islamia, Aep Saepuloh dan Doni Priambodo.

9. Teman-teman psikologi angkatan 2006 khususnya kelas C dan D serta teman-teman angkatan di atas dan di bawah penulis, terima kasih banyak atas kebersamaannya dalam bersahabat dan begitu pula atas pembelajarannya selama ini.

10. Terima kasih kepada seluruh pedagang suku minangkabau yang telah bersedia menjadi responden, khususnya keluarga besar bapak Djasmar Sutan Penghulu pemilik toko Quintana dan kak Asril pemilik toko Folexo. Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu

dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar hasrat dan harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, Maret 2011

Penulis

Page 11: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Halaman Persetujuan ............................................................................................. ii

Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii

Halaman Pernyataan .............................................................................................. iv

Abstrak .................................................................................................................. vii

Kata pengantar ....................................................................................................... ix

Daftar Isi ................................................................................................................ xi

Daftar tabel ............................................................................................................ xiv

Daftar Gambar ....................................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2.Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ...................................... 9

1.2.1 Pembatasan Masalah .................................................................... 9

1.2.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 10

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 12

1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................... 12

1.3.2 Manfaat Penelitian ........................................................................ 12

1.4 Sistematika Penulisan ........................................................................... 13

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1.Perilaku Inovatif Pada Wiausaha........................................................... 15

2.1.1.Definisi Perilaku Inovatif Pada Wirausaha ................................... 15

2.1.2.Ciri-ciri Perilaku Inovatif ............................................................. 16

2.2.Nilai Budaya Uncertainty Avoidance .................................................... 20

2.2.1.Definisi Budaya ........................................................................... 20

2.2.2 Definisi Nilai ............................................................................... 21

2.2.3 Penelitian Mengenai Nilai ............................................................ 22

2.2.4 Definisi Nilai Budaya Uncertainty Avoidance .............................. 24

Page 12: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

xii

2.2.5 Ciri-ciri Nilai Budaya Uncertainty Avoidance .............................. 25

2.3.Kerangka Berpikir ................................................................................ 29

2.4.Hipotesis............................................................................................... 38

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Pendekatan dan Metode Penelititan ....................................................... 40

3.1.1.Pendekatan Penelitian .................................................................. 40

3.1.2.Metode Penelitian ........................................................................ 41

3.2.Variabel Penelitian................................................................................ 41

3.2.1. Definisi Konseptual .................................................................... 42

3.2.2. Definisi Operasional................................................................... 43

3.3.Pengambilan Sampel............................................................................. 44

3.3.1.Populasi ....................................................................................... 44

3.3.2.Sampel ......................................................................................... 44

3.3.3.Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 44

3.4.Pengumpulan Data ................................................................................ 45

3.4.1.Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 45

3.4.2.Instrumen Pengumpulan Data....................................................... 47

3.5.Uji Instrumen Penelitian ....................................................................... 51

3.5.1 Uji Validitas ................................................................................. 51

3.5.2 Uji Reliabelitas ............................................................................ 52

3.6.Metode Analisis Data. ........................................................................... 54

3.7.Prosedur Penelitian ............................................................................... 55

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

4.1.Gambaran Umum Responden ............................................................... 57

4.2. Analisis Deskriptif ............................................................................... 60

4.3. Uji Hipotesis ........................................................................................ 63

4.4. Proposi Varian ..................................................................................... 67

Page 13: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

xiii

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1.Kesimpulan .......................................................................................... 79

5.2.Diskusi ................................................................................................. 81

5.3.Saran .................................................................................................... 83

5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................... 83

5.3.2 Saran Praktis ................................................................................ 83

Daftar pustaka ............................................................................................ 84

LAMPIRAN

Page 14: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Masyarakan Uncertaity Avoidence Tinggi dan Rendah .......... 29

Tabel 3.1. Skor Skala Likert ................................................................................... 46

Tabel 3.2. Blue Print Try Out Skala Nilai Budaya Uncertainty Avoiance ............... 48

Tabel 3.3. Blue Print Penelitian Skala Nilai Budaya Uncertainty Avoiance ............ 49

Tabel 3.4. Blue Print Try Out Skala Perilaku Inovatif ............................................ 50

Tabel 3.5. Blue Print Penelitian Skala Perilaku Inovatif ......................................... 51

Tabel 3.6. Kriteria Reliabelitas ............................................................................... 53

Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 57

Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia .................................... 58

Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............. 59

Tabel 4.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Berwirausaha ............ 60

Tabel 4.5. Distribusi Skor Nilai Buaya Uncertainty Avoidance .............................. 61

Tabel 4.6. Kategorisaasi Skor Nilai Buaya Uncertainty Avoidance ......................... 61

Tabel 4.7. Distribusi Skor Perilaku Inovatif ........................................................... 62

Tabel 4.8. Kategorisaasi Skor Perilaku Inovatif ...................................................... 62

Tabel 4.9. Koefisien 12 Variabel ............................................................................ 63

Tabel 4.10. Model Summary Analisis Regresi 12 Variabel ..................................... 68

Tabel 4.11. Anova Analisis Regresi 12 Variabel .................................................... 68

Tabel 4.12. Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel ....................................... 69

Tabel 4.13. Anova Analisis Regresi 8 Variabel ...................................................... 70

Tabel 4.14. Koefisien Regresi 8 Variabel ............................................................... 71

Tabel 4.15 Analisis Proposi Varian ........................................................................ 72

Page 15: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Manifestasi Budya dalam Tingkat Kedalaman Bwerbeda....... 21 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................. 37

Page 16: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian. Pembahasan tersebut

meliputi lima bagian, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan

pertumbuhan sosioekonomi suatu negara. Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri

bahwa kewirausahaan dapat membantu menyediakan begitu banyak kesempatan

kerja, berbagai kebutuhan konsumen, jasa pelayanan, serta menumbuhkan

kesejahteraan dan tingkat kompetisi suatu negara. (Zahra dalam Peterson & Lee,

2000).

Dr. Suparman Sumahami Jaya (Bapak Kewirausahaan di Inodonesia)

mengatakan istilah kewirausahaan merupakan pengembangan dari istilah

kewiraswastaan. Perubahan istilah kewiraswastaan menjadi kewirausahaan lebih

banyak didasarkan pada alasan bahasa. Secara maknawi pengertian

kewiraswastaan pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan kewirausahaan. Ahli

bahasa diduga khawatir karena penggunaan istilah kewiraswastaan dapat

mempersempit makna yang sebenarnya, khususnya istilah swasta bila dikaitkan

sebagai lawan dari pemerintah (Herawati, 1998).Istilah kewirausahaan mulai

Page 17: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

2

dipopulerkan pada tahun 1990 (www.otakusaha.wordpress.com). Herawaty

(1998) dalam bukunya mengungkapkan bahwa kewirausahaan adalah bekerja

pada bidang usaha tertentu

Seiring dengan berkembangnya arus globalisasi, kewirausahaan juga

semakin menjadi perhatian penting dalam menghadapi tantangan globalisasi yaitu

kompetisi ekonomi global dalam hal kreativitas dan inovasi (Peterson & Lee,

2000). Dalam menghadapi tantangan global, diperlukan inovasi untuk

menumbuhkan semangat kewirausahaan.(www.okezone.com)

Menurut Felix Jansen (2000), kini dunia memasuki era inovasi setelah

sebelumya berada di era efisiensi di tahun 1950-1960 dan era kualitas di tahun

1970-1980. Organisasi yang tidak melakukan inovasi yang berkelanjutan akan

terlindas oleh pesaing lainnya. (Usmara dan Diwantara, 2004). Artinya

organisasi-organisasi yang terampil dalam berinovasi, sukses menghasilkan ide-

ide baru akan mendapatkan keunggulan bersaing dan tidak akan tertinggal di

pasar dunia yang terus berubah dengan cepat.

Kewirausahaan tidak dapat lepas dan individu yang terlibat di dalamnya.

Individu yang bergelut dalam kewirausahaan biasa disebut dengan wirausahawan.

Wirausahawan (enterpreneur) adalah orang yang membeli jasa-jasa faktor

produksi dalam harga tertentu dan kemudian menjualnya dengan harga-harga

yang belum pasti dan dengan demikian kegiatan bisinis di masyarakat dapat terus

berjalan (Cantilllon dalam Herawaty 1998).

Page 18: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

3

Kewirausahaan melekat pada diri manusia, sementara manusia dalam

dunia ini merupakan mahluk utama dan merupakan titik sentral berkembangnya

peradaban masyarakat. Pengembangan peradaban masyarakat yang digerakkan

dan didinamisir oleh unsur kewirausahaan dalam diri adalah untuk kesejahteraan

manusia (Herawaty, 1998). Sumarsono (2010) mengatakan bahwa seorang

wirausahawan yang unggul memiliki sifat-sifat kreatif, origanilitas, berani

mengambil resiko, berorientasi ke depan dan mengutamakan prestasi tahan uji,

tekun, tidak gampang patah semangat, bersemangat tinggi, berdisiplin baja, teguh

dalm pendirian dan inovatif.

Dari sekian atribut personal yang terdapat dalam diri seorang

wirausahawan, perilaku inovatif merupakan salah satu hal yang berperan penting

dalam menghadapi tantangan globalisasi. Perilaku inovatif yang dimiliki oleh

seorang wirausahawan secara umum dapat mengimbangi perubahan yang terjadi

dengan begitu cepatnya, khususnya dalam menghadapi tantangan globalisasi

(Peterson & Lee, 2000). Penelitian ini ingin melihat perilaku inovatif pada

wirausahawan.

Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan

yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Suatu proses pendidikan yang

benar-benar inovatif harus mempersiapkan anak didik untuk menghadapi

perubahan serta memberikan kemampuan kepada mereka untuk dapat menjawab

tantangan-tantangan lingkungan secara lebih efektif.

Page 19: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

4

Dalam birokrasi pemerintah, perilaku inovatif juga menjadi pembahasan

yang penting. Mengacu pada definisi Lawson dan Samson (2001) tentang

kemampuan inovasi, kemampuan inovasi birokrasi pemerintah dimaknai sebagai

kemampuan birokrasi pemerintah untuk mentransformasikan secara berkelanjutan

pengetahuan dan gagasan ke dalam berbagai bentuk pelayanan, proses, dan sistem

yang baru, bagi keuntungan lembaga dan stakeholder. (Asropi, 2008).

Wahyu Aditya peraih World Winner of British Council - International

Young Creative Entrepreneur of The Year - Film Category (2007) sebagai

anggota Komite Inovasi Nasional (KIN) juga menekankan pentingnya inovasi

dalam persaingan kewirausahaan.( http://permitha.net/2010/10/simposium-

internasional-ppi-2010/.

Konsep inovatif tampaknya sudah menjadi satu dengan diri seorang

wirausahawan (Hisrich & Peters, 1998). Hal ini tercermin dalam suatu penelitian

yang dilakukan oleh Johnson, Danis, dan Dollinger (2008) yang menyatakan

bahwa seorang wirausahawan lebih berperan sebagai seorang inovator daripada

sebagai adaptor. Seorang inovator berani membuat perubahan, ingin melakukan

sesuatu secara berbeda daripada hanya membuatnya menjadi lebih baik,

sedangkan seorang adaptor mempunyai kecenderungan mengikuti pola yang

sudah ada, mengembangkan dan tidak mengubahnya. Dalam hal ini, seorang

wirausahawan yang inovatif suka dengan tantangan dimana mereka merupakan

pencari "masalah" sekaligus pemecah "masalah". Mereka tidak dapat bertahan

lama dengan tugas-tugas rutin. Mereka lebih suka mengambil kontrol pada

situasi-situasi yang berubah-ubah dan seringkali menantang aturan-aturan dan

Page 20: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

5

tradisi yang ada. Wirausahawan yang inovatif juga tampak mempunyai tingkat

keraguan yang rendah dalam menghasilkan ide-ide baru dan juga kemampuan

mengambil keputusan secara mandiri (Danis & Dollinger dalam Johnson, Danis,

& Dollinger, 2008).

Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausahawan secara umum

dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya, khususnya

dalam menghadapi tantangan globalisasi (Peterson & Lee, 2000). Dalam hal ini

dapat dilihat bahwa, seorang wirausahawan merupakan agen perubahan yang

mengenalkan inovasi-inovasi seperti produk, metode produksi, teknik penjualan,

dan tipe alat pekerjaan yang baru (Schumpeter dalam Mueller & Thomas 2000).

Perilaku inovatif yang dimiliki oleh para wirausahawan membuat mereka mampu

menghadapi tantangan dengan mengubahnya menjadi peluang. Hal ini dapat

menunjang kemajuan bisnis yang mereka geluti karena dengan perilaku inovatif,

mereka mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan

gagasan atau ide baru yang lebih baik dan berbeda dalam bentuk produk, teknik,

jasa, dan lain sebagainya (Shane Scott, 2005). Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa dalam menghadapi tantangan globalisasi dimana perkembangan dan

persaingan dalam dunia bisnis terus berkembang pesat, perilaku inovatif sangat

dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena tanpa gagasan atau ide baru yang inovatif,

kemungkinan bisnis yang digeluti menjadi ketinggalan karena konsumen selalu

menuntut hal baru seiring dengan berkembangnya arus globalisasi (Sangeeta

Singh. 2006).

Page 21: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

6

Berger (dalam Peterson & Lee, 2000) mengatakan budaya merupakan salah

satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan, dimana terdapat nilai-nilai

budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam

diri seorang wirausahawan .

Asair (1996) lebih detail mengatakan budaya atau kepribadian kelompok

memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya mendukung inovasi

tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif dan membangun

sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif, kurang optimal

jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat ide-ide baru.

Budaya didefnisikan sebagai suatu sistem yang membawahi nilai-nilai dari

kelompok dalam suatu masyarakat, yang membentuk beberapa trait

kepribadian yang mendorong individu di dalamnya untuk terlibat dalam suatu

perilaku atau kegiatan yang mungkin berbeda dari kelompok masyarakat yang

ada (Petrakis, 2003). Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai macam budaya yang

dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada. Salah satu suku bangsa di

Indonesia yang identik dengan kepiawaiannya dalam berwirausaha adalah

suku Minangkabau.

Dalam hubungannya dengan budaya, penelitian yang dilakukan Hofstede

mengelompokkan nilai budaya menjadi empat dimensi yaitu uncertainty

avoidance, power distance, masculinity-feminity, individual-collectivism (Wagner

dan Holenbeck, 1995). Uncertainty avoidance merupakan tingkat dimana anggota

dari suatu kelompok budaya merasa terancam dengan situasi yang tidak pasti atau

tidak diketahui (Hofstede & Hofstede, 2005).

Page 22: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

7

Budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah dapat menerima

ketidakpastian dalam hidup secara lebih mudah, sehingga mereka umumnya

mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil resiko. Mereka memiliki

kontrol terhadap konflik dan kompetisi. Selain itu, mereka juga menganggap

bahwa sesuatu yang berbeda yang ada di lingkungan bukanlah sesuatu yang

mengancam oleh karena itu mereka mempunyai toleransi yang tinggi terhadap

perilaku kreatif dan baru (Hotstede dalam Mueller & Thomas, 2000). Sedangkan

budaya dengan uncertainty avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya

konflik dan kompetisi sehingga mereka biasanya terpaku pada pola perilaku

tertentu. Oleh karena itu, mereka memiliki toleransi yang rendah kepada sesuatu

yang mereka anggap "berbeda" dan baru (Hofstede dalam Sangeeta Singh, 2006).

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa nilai budaya uncertainty

avoidance dan perilaku inovatif cenderung memiliki hubungan dalam hal

toleransi terhadap ambiguitas atau ketidakpastian. Perilaku inovatif cenderung

dihubungkan dengan peran seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya

(Cohumpeter, 1934 dalam Mueller & Thomas, 2000). Dalam hal ini,

wirausahawan dituntut mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan

dibawah kondisi yang tidak pasti misalnya saja ketika seorang wirausahawan

membuat keputusan mengenai bagaimana mengkombinasikan sumber yang ia

miliki menjadi sebuah produk yang baru tanpa mengetahui secara pasti apakah

hal tersebut akan diterima oleh masyarakat atau tidak.

Page 23: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

8

Di sisi lain, budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah lebih

mempunyai toleransi yang tinggi dalam menerima sesuatu yang baru atau

berbeda, hal ini dapat membuat wirausahawan lebih menikmati dan bebas dalam

menciptakan ide-ide yang baru atau berbeda di kondisi tersebut. Budaya ini juga

mempunyai tingkat toleransi yang tinggi terhadap konflik dan kompetisi dimana

individu di dalamnya tidak terpaku pada suatu pola perilaku tertentu seperti

mengumpulkan berbagai bukti-bukti atau mekanisme formal sebelum mengambil

keputusan sehingga kondisi ini memudahkan individu mengambil keputusan

dalam penciptaan ide-ide baru walaupun informasi yang ada hanya terbaias. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa, uncertainty avoidance yang rendah memacu

individu-individu di dalamnya untuk mencoba hal baru walaupun tidak ada

garansi bahwa akan ada kesuksesan yang mengikutinya sehingga kondisi ini

membuat individu di dalamnya semakin leluasa untuk mcnghasilkan ide-ide baru

yang inovatif.

Di Indonesia terdapat berbagai macam budaya yang dapat dilihat dari

suku-suku bangsa yang ada. Dari sekian banyak suku bangsa, suku Minangkabau

terkenal dengan kepiawaiannya dalam berwirausaha. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya wirausaha yang berasal dari suku tersebut. Suku Minangkabau

juga termasuk suku yang tidak rentan terhadap perubahan dan perbedaan (Navis,

1984), sehingga dapat dikatakan suku Minangkabau mempunyai tingkat

uncertainty avoidance yang rendah. Namun, penelitian yang dilakukan oleh

Mangundjaya (2006) menyatakan hal yang sebaliknya.

Page 24: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

9

Faktor yang mendasari perbedaan masyarakat dengan nilai budaya

Uncertainty Avoidance rendah atau tinggi adalah: mencemasakan ketidakpastian,

mementingkan peraturan, menghindari konflik dan kompetisi , memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan,

meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela.

Pada penelitian ini penulis juga ingin melihat faktor-faktor demografi yang

mempengaruhi perilaku inovatif, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan

lama berwirausaha.

Berdasarkan alasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti

mengenai nilai budaya uncertainty avoidance dan perilaku inovatif pada

wirausahawan bersuku bangsa Minangkabau, sehingga penulis membuat

penelitian dengan judul: “Pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku Minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta”.

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka penelitian ini akan diberi

batasan sebagai berikut:

1. Uncertainty Avoidance yang dimaksud adalah Uncertainty Avoidance

menurut Hofstede & Hofstede yaitu besarnya perasaan terancam yang

dialami oleh anggota dari sebuah masyarakat budaya tertentu, akan

situasi yang tidak pasti atau ambigu.

Page 25: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

10

2. Perilaku Inovatif yang dimaksud adalah Perilaku Inovatif menurut

Rosenfeld & Servo, yaitu mengubah ide kreatif ke dalam bentuk produk

atau proses yang nyata dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

dan pemotongan biaya produksi dalam organisasi.

3. Wirausahawan yang dimaksud sesuai dengan pendapat Cantillon, yaitu

orang membeli jasa-jasa faktor produksi pada tingkat dalam harga

tertentu dan kemudian menjualnya dengan harga-harga yang belum

pasti. Adapun batasan dari subjek penelitian yang hendak peneliti angkat

dalam penelitian ini adalah wirausaha bersuku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta, dimana yang dimaksud dengan bersuku

minangkabau adalah salah satu orang tua responden merupakan

keturunan suku minangkabau.

1.2.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku

inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

1.1 Apakah mencemaskan ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

1.2 Apakah mementingkan peraturan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

Page 26: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

11

1.3 Apakah menghindari konflik dan kompetisi memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku

minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

1.4 Apakah memiliki motivasi berpestasi rendah memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku

minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

1.5 Apakah memiliki tingkat stress tinggi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

1.6 Apakah menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

1.7 Apakah meyakini pendapat ahli memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

1.8 Apakah partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku

minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

2. Apakah usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif

pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

3. Apakah lama berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

Page 27: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

12

4. Apakah jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

5. Apakah tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh

mana nilai budaya uncertainty avoidance (mencemasakan ketidakpastian ,

mementingkan peraturan , menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan,

meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, usia

mulai berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilaku

inovatif, sehingga dapat disusun rekomendasi untuk meningkatkan perilaku

inovatif.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap:

1. Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan kepada pemerintah

atau pusat-pusat pelatihan kewirausahaan untuk membuat program

pengembangan kewirausahaan dalam meningkatkan perilaku inovatif

dengan menanamkan atau bahkan menghilangkan nilai budaya tertentu

Page 28: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

13

agar dapat bersaing di era globalisasi yang ditandai dengan begitu

cepatnya perubahan yang terjadi.

2. Dapat memberikan informasi dan masukan kepada wirausahawan yang

berada di dalam maupun diluar kawasan penelitian untuk terus

memperhatikan dan meningkatkan aspek-aspek psikologi dalam kaitannya

dengan kinerja wirausahawan melakukan kewirausahaan.

3. Dapat menambah informasi untuk memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan khususnya Psikologi Industri dan Organisasi agar dapat

dijadikan pedoman untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam mengkaji

variable lain yang berkaitan dengan nilai budaya uncertainty avoidance

dan perilaku inovatif degn kancah penelitian yang berbeda.

1.4 Sistematika Penulisan

Pada penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan kaidah American

Psychologycal Association (APA) style. Dengan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian. Pembahasan tersebut

meliputi lima bagian, yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

Page 29: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

14

BAB 2 : Kajian Teori

Bab ini membahas mengenai dasar penelitian ini. Pembahasan tersebut meliputi

empat bagian, yaitu teori nilai budaya uncertainty avoidace, teori perilaku

inovatif, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesa.

BAB 3 : Metodelogi Penelitian

Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Pemahasan tersebut meliputi tujuh bagian yaitu pendekatan dan metode penelitian,

variabel penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, uji instrumen

penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.

BAB 4 : Analisis Hasil Penelitian

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan

tersebut meliputi tiga bagian yaitu gambaran umum responden analisis deskriptif

dan uji hipotesis.

BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Pembahasan ini meliputi tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.

Page 30: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

BAB 2

KAJIAN TEORI

Bab ini membahas mengenai dasar penelitian ini. Pembahasan tersebut meliputi

empat bagian, yaitu teori nilai budaya uncertainty avoidace, teori perilaku

inovatif, kerangka berpikir dan pengajuan hipotesa.

2.1 Perilaku Inovatif Pada Wirausaha 2.1.1 Definisi Perilaku Inovatif Pada Wirausaha

West (2000) menyatakan bahwa inovasi merupakan pengenalan dan penerapan

ide, proses, produk, atau prosedur baru yang lebih baik secara sengaja kepada

pekerjaan, tim kerja atau organisasi yang ada dengan tujuan menguntungkan

pekerjaan, tim kerja atau organisasi itu. Dalam hal ini inovasi bersifat relatif,

inovasi tidak harus setara dengan menentukan mesin uap. lnovasi adalah segala

bentuk produk baru yang lebih baik atau cara baru yang lebih baik dalam

mengerjakan berbagal hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau

organisasi, dan yang mempengaruhi pekerjaan, individu, kelompok atau

organisasi (West, 2000).

Bird dalam Thomas & Mueller (2000), mengaitkan inovasi dengan

beberapa hal yaitu:

“…involves the commercialization of ideas. Implemantion, and the modification of existing products, systems and resources”

Page 31: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

16

Kemudian lebih lanjut Rosenfeld & Servo (dalam West dan Farr, 2000)

menambahkan mengenai tantangan dari inovasi adalah:

“The challenge is to transform creative ideas into tangible products or processes that will improve customer services, cut costs and or generate new earning for an organization”

Bird dalam Thomas & Mueller (2000), menyatakan bahwa inovasi

berkaitan dengan komersialisasi ide, implementasi, dan modifikasi produk, sistem,

dan sumber daya yang ada. Lalu Rosenfeld & Servo (dalam West dan Farr. 2000),

menjelaskan bahwa tantangan dari inovasi adalah mengubah ide kreatif ke dalam

bentuk produk atau proses yang nyata dalam rangka meningkatkan kualitas

pelayanan dan pemotongan biaya produksi dalam organisasi.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan

pengenalan dan penerapan ide baru yang lebih baik secara sengaja kepada

pekerjaan, tim kerja, atau organisasi yang ada melibatkan komersialisasi dari ide

tersebut, impelementasi, dan modifikasi dari produk, sistem dan sumber daya

yang sudah ada dimana terdapat tantangan dalam hal mengubah ide-ide kreatif ke

dalam bentuk produk dan jasa yang nyata agar dapat menguntungkan perusahaan

dan juga membawa manfaat bagi individu, kelompok, organisasi atau masyarakat

yang lebih luas.

2.1.2 Ciri-Ciri Perilaku Inovatif

Definisi mengenai perilaku inovatif itu sendiri pada awalnya dikemukakan oleh

Amabile (dalam Scott & Bruce, 1995) yang menyatakan bahwa individu yang

mempunyai perilaku inovatif merupakan individu yang gigih, penuh dengan

semangat kerja, rasa ingin tahu yang tinggi, dapat memotivasi diri sendiri,

Page 32: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

17

mempunyai kemampuan kognitif yang luar biasa (seperti kemampuan untuk

berpikir kreatif atau bakat dalam bidang tertentu), berorientasi pada risiko,

mempunyai keahlian di bidangnya, senang bergaul serta mempunyai berbagai

macam pengalaman. Selain itu Farr & Ford dalam West & Fan (2000), juga

menjelaskan perilaku inovatif dengan menggunakan istilah work role innovation

dan memberikan definisinya sebagai :

“work role innovation as the intentional introduction within one’s work role of

new and usefull ideas, processes, products, and procedures”

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan

mempunyai perilaku inovatif jika ia mempunyai usaha untuk memperkenalkan

secara sengaja sesuatu yang baru dan berguna, baik berupa ide, proses, produk,

atau prosedur dalam peran kerjanya. Selain itu West (1997) juga menjelaskan

mengenai individu yang mempunyai perilaku inovatif dimana mereka umumnya

mempunyai kecendrungan untuk menciptakan ide-ide baru dan lebih baik,

toleransi terhadap ambiguitas, mempunyai motivasi untuk menjadi efektif,

berorientasi pada inovasi, dan berorientasi pada pencapaian.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai ciri-ciri perilaku inovatif:

a. Kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik

Individu yang mempunyai perilaku inovatif mempunyai kecenderungan

untuk menghasilkan ide-ide yang baru yang lebih baik. Ide-ide baru yang

lebih baik ini diimplementasikan dan diterapkan dalam bentuk produk,

sistem, proses, dan lain-lain. Kemudian mereka juga mengambil

Page 33: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

18

keuntungan dari ide-ide baru tersebut. Oleh karena itu, individu-individu

ini biasanya sangat terbuka untuk menerima ide-ide baru dari orang lain.

b. Toleransi terhadap ambiguitas

Seseorang dengan perilaku inovatif mempunyai toleransi yang tinggi

terhadap situasi yang tidak jelas atau ambigu. Hal ini menstimulasi mereka

untuk mengeluarkan ide baru yang kreatif dan inovatif (out of the box).

Mereka cenderung mencerna situasi yang sedang terjadi dan menikmati

proses yang berlangsung.

c. Mempunyal motivasi untuk menjadi efektif

Individu yang mempunyai perilaku inovatif cenderung memotivasi diri

untuk mencapai hasil yang efektif dari hal yang ingin dicapai agar

mendapatkan kepuasan tersendiri. Mereka umumnya merasa puas jika

dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan merasa kecewa jika

hasil pekerjaanya dibawah standar kerja. Oleh karena itu, mereka mencari

cara yang lebih baik untuk mencapai hasil yang efektif.

d. Orientasi pada inovasi

Orang yang inovatif umumnya akan berorientasi pada hal baru yang lebih

baik dari sebelumnya. Maka dari itu, dalam menghadapi persoalan-

persoalan yang rumit mereka umumnya berusaha memahaminya sehingga

dapat rnenghasilkan solusi baru untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka

juga mempunyai tujuan yang akan dicapai sehingga dalam keadaan

frustasi sekalipun mereka akan tetap berusaha mencapai tujuan mereka

dengan cara apapun. Mereka juga mempunyai keyakinan yang kuat

Page 34: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

19

terhadap kelebihan dan keterampilan yang mendukung tujuan mereka

sehingga mereka tidak terpaku pada cara yang sudah ada dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan dan mencapai tujuan mereka.

e. Orientasi pada pencapaian

Orang-orang yang inovatif menganggap bahwa pekerjaanya adalah hal

yang sangat penting. Ia tidak cepat puas dengan apa yang di dapat saat ini,

maka dari itu mereka cenderung ingin mencapai pekerjaan yang lebih baik

dari sebelumnya dan mendapat kesuksesan pada akhirnya. Individu

cenderung berpikir ke masa depan yaitu kepada hal yang lebih baik

daripada saat ini, sehingga pada umumnya mereka mempunyai jiwa

kepemimpinan yang besar dan selalu menjadi orang yang terdepan dalam

menghasilkan hal yang baru danlebih baik. Ia menginginkan sesuatu yang

lebih baik bagi dirinya dan juga orang lain. Ia juga berusaha sebaik

mungkin agar orang lain dapat menaruh kepercayaan padanya sehingga

walaupun ia mempunyai kemandirian dalam membuat keputusan, ia masih

dapat menghargai pendapat orang lain.

Dari penjelasan mengenai perilaku inovatif tersebut, peneliti hanya akan

memfokuskan penelitian ini pada perilaku inovatif menurut West (1997). Hal ini

disebabkan karena, West menjelaskan perilaku inovatif secara lebih dalam dan

memiliki keterkaitan dengan kemampuan seorang wirausaha dalam menjalankan

kewirausahaannya.

Page 35: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

20

2.2 Nilai Budaya Uncertainty Avoidance 2.2.1 Definisi Budaya

Terdapat beberapa pakar yang telah mencoba mendefinisikan budaya. Pengertian

budaya menurut Berry, Portinga, Seggall, dan Dassen (1992) adalah "The shared

way of life of a group of people" (p.165). Definisi lain dari budaya yaitu "a set of

attitudes, behaviors, and symbols shared by a large group of people and usually

communicated from one generation to the next" (Shiraev & Levy. 2004, p.4).

Disamping kedua definisi di atas, Hofstede & Hofstede (2005; Mead, 1990) juga

memberikan pendapatnya mengenai budaya yaitu: "(Culture is) the collective

programming of the mind which distinguishes the members of one human group

from another ".

Definisi budaya di atas saling mendukung, berdasarkan penjelasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan suatu bentuk penyusunan

kolektif dalam pikiran masyarakat tertentu yang terdiri dari sikap, perilaku, dan

simbol yang dimiliki bersama dan menjadi bagian dari cara hidup mereka yang

diwariskan secara turun temurun serta dapat membedakan anggota masyarakat

yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, budaya tidak terbawa sejak

lahir, tetapi dipelajari melalui lingkungan sosial seseorang.

Dalam Hofstede & Hofstede (2005), konsep budaya secara keseluruhan

mencakup empat hal, yaitu simbol, tokoh pahlawan/ pemujaan, ritual, dan nilai.

Simbol menjelaskan budaya dari sisi yang paling luar, nilai menggambarkan sisi

terdalam dari suatu budaya, sementara tokoh pemujaan dan ritual ada di antaranya

(Hofstede, & Hofstede, 2005).

Page 36: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

21

Gambar 2.1

Manifestasi Budaya dalam Tingkat Kedalaman Berbeda

(Sumber: Hofstede & Hofstede, 2005)

2.2.2 Definisi Nilai

Terdapat beberapa definisi mengenai nilai, Hofstede dan Hofstede (2005)

berpendapat bahwa nilai adalah :

"A broad tendencies to prefer certain states of affairs over others".

Kluckhohn (dalam Hofstede, 1980) memberikan definisi yang lebih luas terhadap

nilai, yaitu

"A value is a conception explicit or Implicit, distinctive of an individual or characteristics of a group, of the desirable which influences the selection from available modes, means and ends of actions".

Selain itu, Rokeach (1973) mendefmisikan nilai sebagai:

"An enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence (p.5).

Page 37: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

22

Definisi dari beberapa pakar tersebut saling melengkapi, sehingga dapat

disimpulkan nilai adalah konsep keyakinan mendasar yang sudah berlangsung

lama dan menetap. Keyakinan tersebut bisa menjadi acuan utama dalam

menjelaskan cara berperilaku yang mempengaruhi tujuan akhir yang diinginkan

dan dapat diterima baik secara personal maupun sosiai. Nilai membedakan

karakteristik antar individu maupun kelompok.

Dalam Hofstede (2005), nilai terbentuk sejak awal kehidupan seseorang

melalui lingkungannya. Pada manusia, masa penyerapan informasi tentang nilai

ini berlangsung ketika berumur 10-12 tahun. Pada masa tersebut manusia dapat

dengan cepat dan secara tidak sadar mengambil informasi yang dibutuhkan

melalui lingkungannya. Informasi ini mencakup simbol (termasuk bahasa), tokoh

pahlawan (termasuk orang tua), ritual (termasuk toilet training), dan yang paling

penting adalah nilai-nilai dasar yang dimiliki manusia (Hofstede & Hofstede,

2005).

2.2.3 Penelitian Mengenai Nilai

Penelitian mengenai nilai yang paling banyak menjadi bahan acuan untuk

menganalisis variasi nilai budaya adalah penelitian dimensi budaya Hofstede.

Geert Hofstede (2005) melakukan penelitian mengenai nilai untuk mengetahui

dimensi budaya nasional yang ada pada masyarakat suatu negara. Dimensi

budaya merupakan aspek budaya yang dapat diukur dan berfungsi sebagai alat

untuk rnembandingkannya dengan budaya lain (Ndraha. 2005). Dengan

Page 38: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

23

mereduksi domain nilai ke dalam dimensi, akan lebih mudah dalam mengukur

dan mernbandingkannya dengan budaya lain (Hofstede & Hofstede, 2005).

Dari penelitian Hofstede pada rentang tahun 1967-2001 terhadap pegawai

perusahaan IBM di 74 negara, diperoleh empat dimensi budaya yang menjadi

pembeda antar budaya (Hofstede & Hofstede, 2005), yaitu :

a. Power Distance (PD)

Kesenjangan antara pihak yang berkuasa dan tidak berkuasa. Kesenjangan ini

dari yang sangat kecil hingga yang sangat jauh/besar.

b. Uncertainty Avoidance (UA)

Toleransi terhadap ketidakpastian dan kebutuhan akan aturan formal. UA

dibagi menjadi UA rendah dan UA tinggi.

c. Individualism - Collectivism (I/C)

Individualism yaitu individu memilih tidak menjadi bagian dari kelompok,

sedangkan collectivism yaitu individu memilih hidup bersama-sama sebagai

bagian dari kelompok.

d. Masculinity - Femininity (MAS/FEM)

Apakah orientasi terletak pada tujuan atau pada pemeliharaan hubungan

interpersonal.

Dalam perkembangannya, pada tahun 2001 dilakukan replikasi penelitian

oleh Michael Harris Bond di 23 negara. Hasilnya, ditemukan dimensi budaya

yang kelima yaitu time orientation yang menggambarkan scjauh mana individu

mempunyai orientasi terhadap waktu. Kelima dimensi Hofstede & Hofstede

Page 39: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

24

(2005) ini dapat dilihat secara terpisah. Dari kelima dimensi tersebut, peneliti

hanya akan memfokuskan pada dimensi uncertainty avoidance.

2.2.4 Definisi Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

Hofstede & Hofstede (2005) mendefnisikan uncertainty avoidance-adalah: "the

extent to which the members of a culture feet threatened by ambigous or unknown

situations,". Disamping definisi tersebut, Wagner & Hollenbeck (1995)

menyatakan bahwa uncertainty avoidance adalah: "the degree to which people

are comfortable with ambiguous situation and with the inability to predict future

events with assurance".. Mead (1990) menyatakan bahwa uncertainty avoidance

adalah: "how far different cultures socialize their members into accepting

ambiguous situations and tolerating uncertainty about future" (p. 18).

Definisi dari pakar-pakar tersebut tidak memiliki perbedaan makna yang

jauh. Oleh sebab itu, definisi uncertainty avoidance yang digunakan dalam

penelitian ini adalah definisi dari Hofstede & Hofstede (2005). Berdasarkan

definisi Hofstede & Hofstede (2005), maka uncertainty avoidance adalah

besarnya perasaan terancam yang dialami anggota masyarakat budaya tertentu

oleh situasi yang tidak pasti atau ambigu.

Ketidakpastian yang di luar batas dapat menyebabkan kecemasan yang

tidak dapat ditoleransi. Inti dari ketidakpastian adalah suatu pengalaman atau

perasaan yang subjektif. Perasaan ini ditunjukkan melalui stres, rasa gelisah, dan

kebutuhan akan sesuatu untuk dapat menentukan kepastian, seperti kebutuhan

peraturan tertulis dan tidak tertulis. Perasaan ketidakpastian tidak hanya bersifat

Page 40: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

25

personal, tetapi juga terbagi dengan anggota lainnya dalam suatu masyarakat.

Perasaan ini diwarisi dan dapat dipelajari melalui kelompok dasar dalam suatu

budaya, seperti masyarakat, sekolah, dan negara (Hofstede, 1997). Pola perilaku

dari suatu masyarakat dapat berbeda dengan anggota dari masyarakat yang lain.

Terdapat dua karakteristik uncertainly avoidance di masyarakat, yaitu

masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi dan rendah. Berikut ini adalah

gambaran ciri-ciri masyarakat dengan tingkat uncertainty avoidance tinggi dan

rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat dan organisasi.

2.2.5 Ciri-ciri Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

Berikut adalah penjelasan Hoftede lebih lanjut mengenai masyarakat yang

mempunyai nilai budaya uncertainty avoidance:

a. Mencemasakan ketidakpastian.

Masyarakat dengan uncertainty avoidance tinggi merasa nyaman bila

masa kini dan masa depan mereka berada dalam situasi dan kondisi yang

jelas. Mereka cenderung merasa cemas terhadap ketidakpastian hidup dan

memandangnya sebagai sesuatu yang mengancam dan harus dilawan.

Sedangakn individu yang memiliki uncertainty avoidance yang

rendah akan tetap merasa nyaman walaupun mereka tidak memiliki

kepastian terhadap masa kini maupun masa depan. Sikap tersebut

ditunjukkan dengan ciri-ciri pada masyarakat uncertainty avoidance

rendah, yaitu menerima bahwa hidup memang dipenuhi oleh

Page 41: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

26

ketidakpastian dan cara menghadapinya adalah dengan menjalani masa

kini.

b. Mementingkan peraturan.

Masyarakat uncertainty avoidance tinggi mementingkan adanya

peraturan, institusi hukum, dan kontrol yang dapat mengurangi

ketidakpastian.. Oleh karena itu, masyarakat uncertainty avoidance tinggi

memiliki aturan yang ketat dan rinci dalam mengatur kehidupannya

sehari-hari. Dalam konteks keluarga, aturan diajarkan secara tegas kepada

anak-anak, antara lain tentang hal-hal apa yang dianggap tabu dan

pemikiran yang harus dihindari. Bagi keluarga dengan uncertainty

avoidance tinggi, perbedaan adalah hal yang harus dihindari karena

membahayakan.Dalam kehidupan bermasyarakat dengan uncertainty

avoidance tinggi, cenderung memiliki jumlah peraturan dalam kehidupan

bernegara yang lebih banyak dan lebih spesifik daripada negara dengan

uncertainty avoidance rendah. Bagi mereka kehadiran peraturan sangatlah

penting, walaupun tidak dipatuhi oleh warganya. Dalam lingkungan

organisasi, masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki banyak

aturan untuk mengendalikan kinerja karyawan.

Masyarakat uncertainty avoidance rendah meiliki sedikit peraturan

yang benar-benar dipakai dan perlu. Di dalam keluarga, orang dengan

uncertainty avoidance rendah tidak memiliki aturan yang ketat. Anak-

anak memiliki kebebasan untuk mengalami hal-hal baru dan dapat

Page 42: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

27

memutuskan mana yang dianggap baik dan tidak baik. Sehingga

perbedaan yang muncul dalam keluarga dipandang sebagai sesuatu yang

wajar dan tidak harus dihindari. Dalam kehidupan bermasyarakat, hanya

terdapat sedikit aturan dan umum. Aturan yang ada dapat menjadi sesuatu

yang menyeramkan. Bagi mereka, aturan dan hukum hanya dibutuhkan

dalam situasi yang sangat penting. Mereka berkeyakinan bahwa masalah

dapat dipecahkan meskipun tanpa aturan formal.

c. Menghindari konflik dan kompetisi

Pada Masyarakat uncertainty avoidance tinggi, konflik dalam organisasi

adalah sesuatu yang tidak diinginkan, kompetisi antara karyawan tidak

bisa diterima.

Dalam organisasi masyarakat uncertainty avoidance rendah

memungkinkan antar karyawan untuk saling berkompetisi, adanya

harapan untuk sukses. Masyarakat uncertainty avoidance rendah dapat

mengatur konflik dan kompetisi sebagai suatu hal yang membangun.

d. Memiliki motivasi berprestasi rendah

Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki motivasi berprestasi

yang rendah. Sedangkan masyarakat nilai budaya uncertainty avoidance

rendah memiliki motivasi berprestasi yang kuat.

e. Memiliki tingkat stress tinggi

Masyarakat uncertainty avoidance tinggi memiliki tingkat stress yang

tinggi sedangkan masyarakat uncertainty avoidance rendah memiliki

stress pekerjaan dan kecemasan lebih rendah.

Page 43: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

28

f. Menghindari perubahan

Dalam konteks organisasi, masyarakat dengan uncertainty avoidance

tinggi memiliki kecenderungan menghindari perubahan sedangkan

masyarakat uncertainty avoidance rendah terbuka dalam menghadapi

perubahan dan hal-hal baru.

g. Meyakini pendapat ahli

Organisasi pada masyarakat yang memilik nilai budaya uncertainty

avoidance tinggi cenderung memiliki banyak ahli karena mereka tidak

mempercayai pendapat awam.

Sedangkan di dalam lingkungan organisasi, masyarakat

uncertainty avoidance rendah mempercayai pendapat awam bila

menghadapi suatu masalah.

h. Partisipasi rendah pada kegiatan sukarela.

Masyarakat uncertainty avoidance rendah cenderung memiliki partisipasi

yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan aktivitas yang bermanfaat

bagi masyarakat.

Berikut ini pada tabel 2.1 adalah karakteristik mnasyarakat uncertainty

avoidance tinggi dan rendah pada lingkungan keluarga, masyarakat serta

organisasi.

Page 44: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

29

Tabel 2. 1. Perbedaan Masyarakat Uncertainty Avoidance Tinggi dan Rendah

Lingkungan Uncertainty Avoidance Rendah Uncertainty Avoidance Tinggi Keluarga Aturan yang lemah mengenai hal-hal

yang kotor dan tabu bagi anak-anak Aturan yang keras mengenai hal- hal yang kotor dan tabu bagi anak-anak

Perbedaan menimbulkan rasa ingin tahu

Perbedaan merupakan hal yang membahayakan

Tingkat ketegangan dan kecemasan rendah

Tingkat ketegangan dan kecemasan tinggi

Ketidakpastian merupakan hal biasa, dan setiap harinya dianggap sebagai situasi yang tidak pasti

Ketidakpastian yang terjadi terus menerus dalam hidup merupakan ancaman yang harus dilawan

Nyaman dengan situasi ambigu dan risiko yang tidak dikenal

Menerima risiko yang dikenal, takut akan situasi ambigu dan risiko yang tidak dikenal.

Masyarakat Jika peraturan tidak lagi dipatuhi, sebaiknya diganti

Adanya peraturan adalah keharusan, meski tidak dipatuhi

Partisipasi tinggi terhadap gerakan dan kegiatan sukarela

Partisipasi rendah terhadap gerakan dan kegiatan sukarela

Toleransi, bahkan terhadap pendapat ekstrim

Menekan ekstrimis Liberal Konservatif, hukum, dan teratur

Aturan sedikit dan umum, baik tertulis maupun tidak tertulis

Aturan banyak dan spesifik, baik tertulis maupun tidak tertulis

Organisasi Mempercayai pendapat awam Meyakini pendapat ahli dan solusi Teknis

Toleransi pada ide-ide baru dan Berbeda

Menekan perubahan, ide-ide dan penlaku berbeda.

Baik dalam inovasi, buruk dalam Implementasi

Buruk dalam inovasi, baik dalam Implementasi

Fokus pada proses pengambilan Keputusan

Fokus terhadap isi keputusan

Toleransi pada ambiguitas dan kemungkinan mengalami kekacauan

Adanya kebutuhan akan ketepatan dan formalisasi

(Sumber: Hofstede & Hofstede

2.3 Kerangka Berpikir

Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan dimana

terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-potensi

yang ada dalam diri seorang wirausaha

Budaya yang terdiri dari berbagai nilai erat hubungannya dengan ciri

personal seorang wirausaha. Hal ini secara tidak langsung juga berkaitan dengan

Page 45: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

30

kemampuan seorang wirausaha menjalankan kewirausahaannya dalam

menghadapi tantangan globalisasi.

Dari sekian ciri personal yang terdapat dalam diri seorang wirausaha,

perilaku inovatif merupakan salah satu ciri yang berperan penting dalam

menghadapi tantangan globalisasi Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang

wirausaha secara umum dapat mengimbangi perubahan yang terjadi dengan begitu

cepatnya di era globalisasi yang ada. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa, seorang

wirausaha merupakan agen perubahan yang mengenalkan inovasi-inovasi seperti

produk, metode prroduksi, teknik penjualan, dan tipe alat pekerjaan yang baru

Perilaku inovatif tersebut membuat mereka mampu dalam menghadapi tantangan

dengan mengubahnya menjadi peluang. Hal ini dapat menunjang kemajuan bisnis

mereka karena dengan perilaku inovatif, mereka mempunyai kemampuan untuk

menghasilkan dan mengimplementasikan gagasan atau ide baru yang lebih baik

dalam bentuk produk. Teknik, jasa, dan sebagainya Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa. dalam menghadapi tantangan globalisasi dimana perkembangan

dan persaingan dalam dunia bisnis terus berkembang pesat, perilaku inovatif

sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena tanpa gagasan atau ide baru yang

inovatif kemungkinan bisnis yang digelutinya menjadi ketinggalan atau tidak

dapat bertahan karena konsumen selalu menuntut hal yang baru seiring dengan

berkembangnya arus globalisasi

Perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausaha tampak erat

hubungannya dengan budaya yang ada. Asair (1996) mengatakan budaya atau

kepribadian kelompok memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya

Page 46: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

31

mendukung inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif

dan membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang

kreatif, kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat

ide-ide baru.

Budaya merupakan salah satu faktor yang berperan dalam kewirausahaan

dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang mendukung peningkatan potensi-

potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha. uncertainty avoidance merupakan

salah salah satu nilai budaya yang dapat mempengaruhi ciri personal seorang

wirausaha Budaya dengan uncertainty avoidance yang rendah dapat menerima

ketidakpastian dalam hidup secara lebih mudah sehingga mereka umumnya

mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil risiko. Mereka meyakini

memiliki kontrol terhadap konflik dan kompetisi. Selain itu, mereka juga

menganggap bahwa sesuatu yang “berbeda” yang ada di lingkungan bukanlah

sesuatu yang mengancam. Oleh karena itu, mereka mempunyai toleransi yang

tinggi terhadap perilaku kreatif dan inovatif. Sedangkan budaya dengan

uncertainty avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya konflik dan

kompetisi sehingga mereka biasanya terpaku pada pola perilaku tertentu. Oleh

karena itu, mereka memiliki toleransi yang rendah kepada sesuatu yang mereka

anggap “berbeda” dan baru

Berdasarkan penelitian mengenai dimensi budaya yang telah dilakukan

oleh Hofstede dan Hofstede (2005) terhadap 74 negara, Indonesia yang

memperoleh skor 48 dan menempati posisi 60 untuk dimensi uncertainty

avoidance. Dengan demikian maka lndonesia tergolong memiliki uncertainty

Page 47: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

32

avoidance yang rendah. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mangundjaya (2006) pada sebuah BUMN X di Indonesia, menyatakan bahwa

pegawai pada BUMN X tersebut memiliki uncertainty avoidance tinggi. Adanya

perbedaan hasil penelitian ini mengarahkan pada perlunya penelitian-perielitian

lebih lanjut yang komprehensif mengenai dimensi uncertainty avoidance pada

masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan, masyarakat Indonesia merupakan

masyarakat multi etnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki

karakteristik yang beragam pula. Pada penelitian kali ini akan dikaji dimensi

uncertainty avoidance khususnya pada suku Minangkabau. Walaupun pada

penelitian yang dilakukan oleh Mangundjaya (2006) ditemukan hasil bahwa

pegawai BUMN X yang bersuku Minangkabau mempunyal tingkat uncertainty

avoidance yang tinggi. Namun jika dilihat dari pernyataan Navis (1984),

masyarakat Minangkabau cenderung dapat menerima perubahan dan perbedaan

dalam masyarakat. Masyarakat Minangkabau juga cukup mempunyai fleksibilitas

dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian sehingga mereka cenderung

mempunyai uncertainty avoidance yang rcndah. Hal ini dapat dilihat dari aturan-

aturan yang dapat berubah sesuai kesepakatan yang ada. Dari hal tersebut dapat

dilihat bahwa terdapat perbedaan pendapat mengenai tingkat uncertainty

avoidance pada masyarakat Minangkabau.

Lebih lanjut, jika dikaitkan dengan perilaku inovatif. Masyarakat dengan

uncertainty avoidance yang rendah lebih mudah menerima perilaku yang bersifat

nontradisional. Hal ini membuat wirausaha pada konteks atau situasi ini dapat

dengan lebih mudah menikmati kebebasan dalam menampilkan perilaku inovatif

Page 48: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

33

yang umumnya berbeda dari biasanya. Pada situasi uncertainty avoidance yang

tinggi perilaku dan ide yang berbeda dilihat sebagai hal yang mencurigakan dan

membahayakan sehingga sulit untuk menampilkan perilaku inovatif.

Masyarakat uncertainty avoidance tinggi cenderung mencemaskan

ketidakpastian. Hal ini tidak sesuai dengan ciri perilaku inovatif yang memiliki

toleransi terhadap ambigiusitas. Namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada

masyarkat uncertainty avoidance rendah.

Dalam menciptakn ide-ide baru, individu perlu berfikir out of the box hal

ini sesuai dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah yang tidak erlalu

mementingkan peraturan yang ada. Namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada

masyarkat uncertainty avoidance tinggi.

Individu yang memiliki perilaku inovatif adalah individu yang berorientasi

pada pencapaian. Hal ini tidak menutup kemungkinan pada persaingan.

Masyarakat uncertainty avoidance tinggi akan menghindari konflik dan

kompetisi., namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty

avoidance tinggi.

Individu yang memiliki perilaku inovatif adalah individu yang berorientasi

pada pencapaian. Hal ini sejalan dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, namun hal sebaliknya yang akan terjadi

pada masyarkat uncertainty avoidance tinggi.

Masyarakat uncertainty avoidance rendah, memiliki tingkat stress yang

rendah juga. Tingkat stress yang tinggi tidak baik untuk pemunculan perilaku

Page 49: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

34

inovatif. Karena individu yang inovatif adalah individu yang dapat memotivasi

dirinya sendiri untuk hasil yang efektif.

Inovatif adalah menciptakan ide-ide baru dalam bentuk produk, ataupun

jasa. Inovasi menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik, hal ini sejalan

dengan masyarakat uncertainty avoidance rendah yang tidak menghindari

perubahan namun hal sebaliknya yang akan terjadi pada masyarkat uncertainty

avoidance tinggi.

Organisasi pada masyarakat yang memilik nilai budaya uncertainty

avoidance tinggi cenderung memiliki banyak ahli karena mereka tidak

mempercayai pendapat awam. Hal ini akan menghabat timbulnya perilaku

inovatif.

Masyarakat uncertainty avoidance rendah cenderung memiliki partisipasi

yang tinggi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan aktivitas yang bermanfaat bagi

masyarakat. Dengan banyak bergabung dengan kegiatan sukarela akan

menumbuhkan peilaku inovatif, yaitu menimbulkan motivasi untuk menjadi lebih

efektif, untuk menolong orang banyak.

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda

atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati Umur diukur dari lahir sampai

masa kini atau dari kejadian bermula sampai masa yang sedang dijalani. Semakin

dewasa manusia,semakin mudah individu tersebut memiliki sikap toleransi.

Toleransi tehadap ambigiusitas adalah salah satu ciri dari individu yang meiliki

perilaku inovatif.

Page 50: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

35

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu

spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi

seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin

merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal

menjadi laki-laki dan perempuan. Pada masyarakat yang mengenal "machoisme",

umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin ("jantan"

dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan berperan secara feminin. Laki-laki dan

perempuan mempunyai kondisi psikologis dan orientasi yang berbeda.

Berorientasi pada inovasi dan berorientasi pada pencapaian adalah cirri individu

yang memiliki perilaku inovatif.

Pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Dari pengalaman, individu

dapat mengetahui hal yang buruk dan baik serta belajar mengambil hikmahnya

untuk memperbaiki/mengoreksi kesalahan masa lalu guna mencapai kualitas

hidup yang lebih bernilai. Konsep ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan

berbisnis, berelasi, membangun jejaring (networking) ataupun bermasyarakat

Salah satu faktor yang menentukan banyaknya-tidaknya wirausahawan memiliki

pengalaman adalah lama nya wirausahawan bergelut dibidang wirausaha. Individu

yang mempunyai banyak pengalaman dan mengetahui kondisi sebelum masa kini,

cenderung mmpunyai motivasi untuk menjadi efektif dibanding sebelumnya.

Tingkat pendidikan individu sangat penting untuk diperhatikan karena

tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap

dan tingkah laku mereka. Oleh karena itu untuk menunjang keberhasilan kegiatan

usaha hendaknya tingkat pendidikan individu harus benar-benar dipertimbangkan.

Page 51: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

36

Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tampak memiliki

produktivitas yang lebih tinggi pula, apalagi ditambah adanya tingkat lamanya

bekerja yang dapat mempengaruhi tingkat ketrampilan dan kreativitas kerjanya.

Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan menciptaan dan

menerapkan ide-ide baru yang lebih baik.

Dari penjelasan diatas, apat diambil kesimpulan bahwa nilai budaya

uncertainty aoidance (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan,

menghindari konflik dan kompetisi , memiliki motivasi berprestasi rendah,

memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,

dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela), usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan lama berwirausaha memiliki pengaruh terhadap peirlaku inovatif.

Page 52: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

37

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir

Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

Perilaku inovatif

Mencemaskan ketidakpastian

Usia

Usia Mulai Berwirausaha

Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan

Mementingkan Peraturan

Menghindari konflik dan kompetisi

Memiliki motivasi berprestasi rendah

Memiliki tingkat stress tinggi

Menghindari perubahan

Meyakini pendapat ahli

Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela

Page 53: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

38

2.4. Hipotesis

Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis mayor dan hipotesis minor,

sebagai berikut:

Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah:

H1 : Nilai budaya uncertainty avoidance memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah:

H1 : Cemas terhadap ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

H2 : Mementingkan peraturan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

H3 : Menghindari konflik dan kompetisi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

H4 : Memiliki motivasi berpestasi rendah memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar

Tanah Abang Jakarta.

Page 54: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

39

H5 : Memiliki tingkat stress tinggi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

H6 : Menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

H7 : Meyakini pendapat ahli memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

H8 : Memiliki partisipasi rendah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

H9 : Usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada

wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

H10 : Lama berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

H11 : Jenis Kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif

pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

H12 : Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif pada wirausahawan suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

Page 55: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Pemahasan tersebut meliputi tujuh bagian yaitu pendekatan dan metode penelitian,

variabel penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data, uji instrumen

penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.

3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini ingin melihat pengaruh nilai buaya uncertainty avoidance terhadap

perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta, pengaruh tersebut disajikan dalam data yang berbentuk angka-angka

sehingga bisa diketahui nilai hubungannya. Oleh karena itu jenis penelitian yang

digunakan oleh penelitian adalah penelitian kuantitatif.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instruman penulisan, analisis bersifat kuantitatif atau statistik,

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Proses penulisan

bersifat deduktif, dimana untuk merumuskan masalah digunakan konsep atau teori

sehingga dapat dirumuskan hipotesis. (Sugiyono, 2008).

Page 56: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

41

3.1.2. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay, dalam

Sevilla (1993) mengungkapkan bahwa metode deskriptif adalah kegiatan yang

meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipoteis atau menjawab

pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari

pokok suatu penelitian. Tujuan utama metode deskriptif adalah untuk

menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian

dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai, atau sifat

yang berdiri sendiri (Sevilla, 1993). Selanjutnya Kerlinger dalam Sevilla (1993)

juga menyebutkan variabel sebagai konstruksi atau sifat (properties) yang diteliti.

Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (Independent

Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Sugiyono (2008)

mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dan variabel terikat

adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas.

Sesuai judul dalam penelitian ini, yaitu Pengaruh Nilai Budaya

Uncertainty Avoidance terhadap Perilaku Inovatif Pada Wirausaha Suku

Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, maka ada variabel yang diposisikan

sebagai akibat, yang disebut DV (Dependent Variable atau variabel terikat) dan

Page 57: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

42

ada variabel yag diposisikan sebagai penyebab, yang disebut IV (Independent

Variable atau variabel bebas). DV dalam penelitian ini ialah perilaku inovatif,

sedangkan IV dalam penelitian ini ialah nilai budaya uncertainty avoidance yang

mencakup mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan, menghindari

konflik dan kompetisi , memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat

stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi

rendah pada kegiatan sukarela, dan variabel tambahan, yaitu usia, usia mulai

berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan yang dikategorikan

mempengaruhi perilaku inovatif.

3.2.1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai Budaya Uncertainty Avoidance yang dimaksud adalah besarnya

perasaan terancam yang dialami anggota masyarakat budaya tertentu oleh

situasi yang tidak pasti atau ambigu.

2. Perilaku Inovatif yang dimaksud adalah pengenalan dan penerapan ide baru

yang lebih baik secara sengaja kepada pekerjaan, tim kerja, atau organisasi

yang ada melibatkan komersialisasi dari ide tersebut, impelementasi, dan

modifikasi dari produk, sistem dan sumber daya yang sudah ada dimana

terdapat tantangan dalam hal mengubah ide-ide kreatif ke dalam bentuk

produk dan jasa yang nyata agar dapat menguntungkan perusahaan dan juga

membawa manfaat bagi individu, kelompok, organisasi atau masyarakat

yang lebih luas.

Page 58: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

43

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dari kedua variable ersebut adalah:

1. Nilai Budaya Uncertainty Avoidance dalam penelitian ini adalah skor yang

diperoleh dari pengukuran terhadap skala uncertainty avoidance pada

wirausaha suku Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, yaitu:

mencemasakan ketidakpastian (x1), mementingkan peraturan (x2),

menghindari konflik dan kompetisi (x3), memiliki motivasi berprestasi rendah

(x4), memiliki tingkat stress tinggi (x5), menghindari perubahan (x6), meyakini

pendapat ahli(x7), dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela (x8).

2. Perilaku Inovatif dalam penelitian ini merupakan skor yang diperoleh dari

pengukuran terhadap skala perilaku inovatif pada wirausaha suku

Minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, yaitu: kecenderungan

menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik, memiliki toleransi

terhadap ambiguitas, mempunyai motivasi untuk menjadi efektif, berorientasi

pada inovasi, dan berorientasi pada pencapaian.

3. Usia, yaitu umur, lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)

4. Usia mulai berwirausaha, yaitu usia dimana wirausaha (pedagang) mulai

menggeluti dunia kewirausahaan.

5. Jenis kelamin, yaitu sifat (keadaan) laki-laki atau perempuan

6. Tingkat Pendidikan, yaitu pendidikan formal terakhir yang diselesaikan.

Page 59: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

44

3.3. Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi

Menurut Hasan (2002), populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu

yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah wirausahawan bersuku minangkabau di di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

3.3.2. Sampel

Menurut Kerlinger (1990), sampel adalah bagian populasi atau semesta sebagai

wakil (representasi) populasi atau semesta itu. Selanjutnya Hasan (2002) juga

menyebutkan sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang

dianggap bisa mewakili populasi.

Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Hal

ini mengacu pada pendapat Bailey yang menyebutkan, bahwa untuk penelitian

yang akan menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel yang paling

minimum adalah 30 (Hasan, 2002).

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sample pada penelitian ini adalah non-probability sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan

yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

(Sugiyono,2007)

Page 60: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

45

Responden dipilih melalui teknik accidental sampling, yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

(insidental) bertemu dengan peneliti, dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

(Sugiyono 2006) Accidental sampling dilakukan dengan cara memberikan alat

ukur berbentuk kuesioner kepada wirausaha bersuku Minangkabau yang

menjalankan usahanya di Pasar Tanah Abang Jakarta. Walaupun teknik

accidental sampling ini mempunyai kelemahan, yaitu dapat m nimbulkan bias

dan sulit dilakukan generalisasi terhadap populasi ( Shaughnessy &Zeichmer,

2000). Kelemahan ini dapat dikurangi dengan memperbesar jumlah sampel,

karena semakin besar jumlah sampel, semakin akurat pula perhitungan statistik

yang dilakukan pada sampel tersebut (Kumar, 1999).

3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode skala sebagai alat pengumpul

data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari reponden.

Skala yang digunakan adalah skala Likert, yaitu pernyataan pendapat yang

disajikan kepada responden yang memberikan indikasi pernyataan setuju atau

tidak setuju (Sevilla,1993). Skala likert sangat bermanfaat dalam penelitian

tingkah laku karena lebih mudah dilakukan dan hasilnya sama dengan hasil skal

Thrustone yang lebih sulit digunakan (Kerlinger dalam Sevilla, 1993).

Page 61: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

46

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan alat ukur

Likert antara lain adalah empat alternatif jawaban yang disediakan yaitu, sangat

sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS). Jawaban

setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari

sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata.

Table 3.1

Tabel Skor skala Likert

Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai 4 1 Sesuai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak Sesuai 1 4

Dan untuk mengukur vaiabel-varibel penelitian ini peneliti menggunakan

skala model likert yang telah dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan jawaban

netral. Untuk item Favourabel skoringnya sebagai berikut :

a = 4, b = 3, c = 2, d = 1

Adapun untuk item unfavourabel peneliti membalik skornya sebagai

berikut :

a = 1, b = 2, c =3, d = 4

Page 62: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

47

Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga bagian,

yaitu :

a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,

kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima kasih

peneliti.

b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti nama, usia, jenis

kelamin, pendidikan terakhir dan usia mulai berwirausaha. Data kontrol ini

berisi pertanyaan terbuka.

c. Bagian inti, berisi dua alat ukur penelitian ini yaitu alat ukur uncertainty

avoidance dan perilaku inovatif.

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang dipergunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala nilai budaya

uncertainty avoidance dan perilaku inovatif dengan model skala likert.

a. Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan

pengukuran nilai budaya uncertainty avoidance menggunakan skala yang disusun

sebagaimana dalam tabel berikut ini:

Page 63: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

48

Tabel 3.2

Blue Print Try Out SkalaNilai Budaya uncertainty Avoidance

No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel

1 Mencemaskan ketidakpastian

1, 16, 33* 9*, 27*, 39* 6

2 Mementingkan peraturan

2*, 22 13*, 19, 36 5

3 Menghindari konflik dan kompetisi

3*, 10*, 25, 38*, 42*

29, 32*, 44* 8

4 Memiliki motivasi berprestasi rendah

21* 4, 31* 3

5 Memiliki tingkat stress tinggi

5, 14*, 26*, 28*

41* 5

6 Menghindari perubahan

20*, 34*, 43* 6, 15*, 42 6

7 Meyakini pendapat ahli

7*, 18, 35 12, 23*, 37 6

8 Partisipasi rendah tehadap kegiatan sukarela

11*, 24*, 30 8*, 17* 5

Jumlah 22 20 44 Keterangan : * = validitas > 0,3

Page 64: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

49

Tabel 3.3

Blue Print Skala Penelitian Nilai Budaya uncertainty Avoidance

No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel

1 Mencemaskan ketidakpastian

19 5, 16, 22 4

2 Mementingkan peraturan

1 8 2

3 Menghindari konflik dan kompetisi

2, 6, 21 25, 18 5

4 Memiliki motivasi berprestasi rendah

12 23 2

5 Memiliki tingkat stress tinggi

9, 15 17 3

6 Menghindari perubahan

11, 20 24 3

7 Meyakini pendapat ahli

3 13 2

8 Partisipasi rendah tehadap kegiatan sukarela

7, 14 4, 10 4

Jumlah 13 12 25

b. Perilaku Inovatif

Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan

pengukuran perilaku inovatif menggunakan skala yang disusun sebagaimana

dalam tabel berikut ini:

Page 65: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

50

Tabel 3.4

Blue Print Try Out Skala Perilaku Inovatif

No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel

1 Kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik

11, 29, 40, 50, 52, 57, 74, 75, 79*, 91*

28, 30, 41, 42*, 43*, 51, 53, 62*, 63*, 66*, 72*, 73*

22

2 Memiliki toleransi terhadap ambigiusitas

7, 9, 31, 33*, 46, 56, 70, 71, 80, 101*

45, 49*, 54*, 65, 69, 76*, 96*, 100*

18

3 Mempunyai motivasi untuk menjadi efektif

32, 39, 44, 58*, 81* 10, 12, 47*, 55*, 78 10

4 Berorientasi pada inovasi 3, 8, 18, 19, 22, 36, 68, 88*, 92*, 102

5, 24*, 27*, 34*, 48*, 64*, 77, 85*, 86, 90, 93*, 94*

22

5 Berorientasi pada pencapaian 1, 2*, 4*, 15, 20*, 21*, 25, 38, 59, 83*, 87*, 89*, 97, 98

6, 13, 14*, 16, 17, 23*, 26, 35*, 37, 60, 61*, 67*, 82, 84*, 95, 99*

30

Jumlah 49 53 102 Keterangan : * = validitas > 0,3

Page 66: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

51

Tabel 3.5

Blue Print Skala Penelitian Perilaku Inovatif

No Indikator Pernyataan Jml Favorabel Unfavorabel

1 Kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang lebih baik

29, 37 12, 13, 21, 22, 24, 26, 27 9

2 Memiliki toleransi terhadap ambigiusitas

9, 44 16, 17, 28, 41, 43 7

3 Mempunyai motivasi untuk menjadi efektif

19, 30 14, 18 4

4 Berorientasi pada inovasi 35, 38 7, 8, 10, 15, 23, 33, 39, 40 10

5 Berorientasi pada pencapaian 1, 2, 4, 5, 31, 34, 36

3, 6, 11, 20, 25, 32, 42 14

Jumlah 15 29 44

3.5. Uji Instrumen Penelitian 3.5.1 Uji Validitas

Validitas skala adalah sejauh mana instrument itu dapat merekam/mengukur apa

yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur (Suryabrata, 2004).Suatu tes atau

instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat

ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang

menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan

sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2003).Validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak.

Page 67: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

52

Dari tabel 3.3 Skala peneltian nilai budaya uncertainty avoidance terlihat

bahwa ada 25 item valid, yang terbagi dalam: cemas terhadap ketidakpastian: 4

item, mementingkan peraturan: 2 item, menghindari konflik dan kompetisi: 5

item, memiliki motivasi berprestasi rendah: 2 item , memiliki tingkat stress tinggi:

3 item, menghindari perubahan: 3 item, dan meyakini pendapat ahli: 4 item

Dari tabel 3.5 skala perilaku inovatif terlihat bahwa ada 44 item valid, yang

terbagi dalam: kecenderungan menciptakan dan menerapkan ide-ide baru yang

lebih baik: 9 item ,memiliki toleransi terhadap ambigiusitas:7 item, mempunyai

motivasi untuk menjadi efektif: 4 item, berorientasi pada inovasi: 10 item

,berorientasi pada pencapaian: 14 item.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Anastasi dan Urbina (2007) memberikan pengertian bahwa suatu tes adalah

reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang konsisten meskipun

tes tersebut diberikan dan diskor oleh penilai yang berbeda, atau diberikan pada

waktu yang berlainan, atau menggunakan bentuk paralel dari tes tersebut.

Reliabililitas adalah kemantapan, konsistensi, prekditabilitas/keteramalan, dan

kejituan/ketepatan alias akurasi. (Kerlinger, 2006).

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang

mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam aplikasinnya, reliabilitas

dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkannya berada dalam rentang 0

sampai dengan 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00

Page 68: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

53

berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah

menddekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. (Azwar, 2003)

Uji reliabilitas kedua skala ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach

dengan menggunakan SPSS versi 16. hasil uji reliabilitas skala nilai budaya

uncertainty avoidance dan perilaku inovatif adalah sebagai berikut:

1. Nilai reliabilitas skala nilai budaya uncertainty avoidance dengan 25 item

valid adalah sebesar 0,902. Oleh karena itu, skala nilai budaya uncertainty

avoidance ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat

ukur penelitian.

2. Nilai reliabilitas skala perilaku inovatif dengan 44 item valid adalah

sebesar 0,916. oleh karena itu, skala perilaku inovatif ini dapat dikatakan

reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Hal ini berdasarkan norma reliabilitas yang dikemukakan Guilford seperti

dikutip oleh Hasan (2002) dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.6

Kriteria Reliabilitas

Kriteria Koefisien Reliabilitas Sangat Reliabel > 0,9 Reliabel 0,7 – 0,9 Cukup Reliabel 0,4 – 0,7 Kurang Reliabel 0,2 – 0,4 Tidak Reliabel < 0,2

Page 69: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

54

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh nilai

budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif adalah menggunakan

analisi regresi. Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk

memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai

variabel independen di manipulasi/dirubah-rubah atau dinaik-turunkan.

(Sugiyono, 2007) .Jenis analisis regresi yang digunakan adalah anilisis regresi

berganda), yaitu analisis yang digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan

(naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen

sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nialinya). Analisis regresi

ganda dilakukan bila jumlah variabel indipenden nya minimal 2. (Sugiyono 2007)

Adapun persamaan regresi untuk n prediktor adalah:

y’= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn

Ŷ : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah kecerdasan

emosional.

X1, X2,....., XP : Independent variable (IV) yang jumlahnya p

p : Jumlah independent variable (IV)

a : Intercept / konstanta

b1, b2,......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV

Page 70: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

55

Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu :

1. R² yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dan dependent

variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).

2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien

regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yag signifikan

dari independent variabel (IV) yang bersangkutan.

3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat

prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV)

diketahui.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

- Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah.

- Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti.

- Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan

teori yang tepat.

- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan

dalam penelitian ini yaitu skala nilai budaya uncertainty avoidance dan

perilaku inovatif yang dirancang berupa skala likert.

Page 71: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

56

2. Tahap Uji Coba

Peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada 40 pedagang suku minang

di Blok A Pasar Tanah Abang Jakarta.Tahap Pengambilan Data :

- Menentukan jumlah sampel penelitian.

- Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta

kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.

- Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden.

3. Tahap Field Study

Skala nilai budaya uncertainty avoidance dan perilaku inovatif berjumlah 69 item

pernyataan. Selanjutnya skala ini diberikan kepada 100 pedagang suku minang di

Blok F2 Pasar Tanah Abang, Jakarta.

4. Tahap Pengolahan Data

- Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.

- Analisis data menggunakan teknik statistik.

- Melakukan Interpretasi dan membahas hasil yang didapat, serta membuat

kesimpulan dan laporan akhir penelitian.

Page 72: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan

tersebut meliputi empat bagian yaitu gambaran umum responden, analisis

deskriptif, uji hipotesis, dan proposi varian

4.1. Gambaran Umum Responden

Dalam sub bab ini dibahas mengenai gambaran responden dari sampel yang

digunakan dalam penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah

wirausaha bersuku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta, dimana yang

dimaksud dengan bersuku minangkabau adalah salah satu orang tua responden

merupakan keturunan suku minangkabau.

Tabel 4.1

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid Laki-laki 67 67.0 67.0 67.0

Perempuan 33 33.0 33.0 100.0 Total 100 100.0 100.0

Page 73: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

58

Dari hasil persentase data di atas, diketahui bahwa responden dalam

penelitian ini berjenis kelamin laki-laki sebanyak 67 orang (67%) dan perempuan

sebanyak 33 orang (33%). Jadi responden yang lebih banyak digunakan dalam

penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.2

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 20 - 25 tahun 29 29.0 29.0 29.0 26 - 35 tahun 40 40.0 40.0 69.0 36 - 45 tahun 18 18.0 18.0 87.0 > 45 tahun 13 13.0 13.0 100.0 Total 100 100.0 100.0

Dari hasil persentase data di atas, diketahui bahwa responden dalam

penelitian ini berasal dari usia yang berbeda, yaitu dari < 20 tahun sampai >45

tahun. Terdiri dari 29 orang (29%) berusia rata-rata < 20-25 tahun, 40 orang

(40%) berusia rata-rata 26-35 tahun, 18 orang (18%) berusia rata-rata 36-40 tahun,

dan 13 orang (13%) berusia > 40 tahun. Jadi responden yang lebih banyak

digunakan dalam penelitian ini berasal dari usia 26-35 tahun.

Page 74: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

59

Tabel 4.3

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 4 4.0 4.0 4.0 SMP 14 14.0 14.0 18.0 SMA 58 58.0 58.0 76.0 D3 5 5.0 5.0 81.0 S1-S2 19 19.0 19.0 100.0 Total 100 100.0 100.0

Dari hasil persentase diatas, dapat diketahui bahwa responden dalam

penelitian ini berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda, yaitu dari jenjang

Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (S1/S2). Terdiri dari 4 orang (4%)

merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD), 14 orang (14%) merupakan lulusan

Sekolah Menengah Pertama (SMP), 58 orang (58%) lulusan Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan sederajat, 5 orang (5%) lulusan Program Diploma 3 (D3), dan 19

orang (19%) lulusan Perguruan Tinggi (S1/S2). Jadi responden yang lebih banyak

digunakan dalam penelitian ini berasal dari lulusan Sekolah Menengah Atas

(SMA) dan sederajat.

Page 75: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

60

Tabel 4.4

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Berwirausaha

Lama Berwirausaha

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 5 tahun 30 30.0 30.0 30.0 6 - 10 tahun 30 30.0 30.0 60.0 11 - 15 tahun 16 16.0 16.0 76.0 16 - 20 tahun 9 9.0 9.0 85.0 > 21 tahun 15 15.0 15.0 100.0 Total 100 100.0 100.0

Dari hasil pesentase diatas, dapat diketahui bahwa lama responden dalam

berwirausaha sangat berbeda-beda, yiatu dari < 5 tahun sampai > 21 tahun. Terdiri

dari 30 orang (30%) telah berwirausaha selama < 5 tahun , 30 orang (30%) telah

berwirausaha selama 6-10 tahun, 16 orang (16%) telah berwirausaha selama 11-15

tahun, 9 orang (9%) telah berwiausaha selama 16-20 tahun, dan 15 orang (15%)

telah berwirausaha selama > 21 tahun. Jadi responden yang lebih banyak

digunakan dalam penelitian ini adalah responden yang telah berwirausaha selama

< 5 tahun dan antara 6 - 10 tahun.

4.2. Analisis Deskriptif

Berikut ini akan di uraikan analisis deskriptif nilai budaya uncertainty avoidance

dan perilaku inovatif., yang terdiri dari distribusi nilai skor dan kategorisasi skor

pada masing-masing variabel.

Page 76: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

61

Tabel 4.5

Distribusi Skor Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.5 tentang analisis deskriptif di

atas, maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel nilai budaya uncertanity

avoidance adalah 55.5700, standar deviasi sebesar 5.81578 dengan nilai minimum

41 dan nilai maksimum 66. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 66-41 = 15,

jarak tersebut kemudian dibagi dua untuk dilihat nilai tengahnya yaitu 15/3 = 5.

Maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut :

Tabel 4.6

Kategorisasi Skor Nilai Budaya Uncertainty Avoidance

Kategori Rentang Frekuensi % Tinggi X > 2x + min > 51 76 76%

Sedang X < min < X < 2x + min 46-51 20 20%

Rendah X < x + min < 46 4 4%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor nilai budaya uncertainty

avoidance, seperti ditunjukkan dalam tabel 4.6, diketahui bahwa mayoritas

responden (76%) memiliki nilai budaya uncertainty avoidance tinggi, (20%)

memiliki nilai budaya uncertainty avoidance sedang, dan (4%) memiliki nilai

budaya uncertainty avoidance rendah.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

uncertainty avoidance 100 41.00 66.00 55.5700 5.81578

Valid N (listwise) 100

Page 77: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

62

Tabel 4.7

Distribusi Skor Perilaku Inovatif

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mean yang didapat adalah sebesar

1.3693 dan standar deviasi sebesar 14.16587. Nilai minimum yang didapatkan

adalah 98 dan nilai maksimum adalah 169. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah

169-98 = 71, jarak tersebut kemudian dibagi tiga untuk melihat luas jarak tiap

kategori yaitu 71/3 = 23,6, maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 4.8

Kategorisasi Skor Perilaku Inovatif

Kategori Rentang Frekuensi % Tinggi X > 2x + min > 145 26 26%

Sedang X < min < X < 2x + min 121-145 62 62%

Rendah X < x + min < 121 12 12%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor perilaku inovatif, seperti

ditunjukkan dalam tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas responden (62%)

memiliki perilaku inovatif sedang, (26%) memiliki perilaku inovatif tinggi, dan

(12%) memiliki perilaku inovatif rendah.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

perilaku inovatif 100 98.00 169.00 1.3693E2 14.16587

Valid N (listwise) 100

Page 78: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

63

4.3 Uji Hipotesis

Uji hiotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing IV

terhadap DV. Langkah pertama peneliti menganalisis dampak mencemasakan

ketidakpastian, mementingkan peraturan, menghindari konflik dan kompetisi,

memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari

perubahan, meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah pada kegiatan sukarela,

usia, lama berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap perilakun

inovatif.

Tabel 4.9

Anova analisis regresi 8 variabel ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 12207.315 8 1525.914 18.130 .000a

Residual 7659.195 91 84.167 Total 19866.510 99

a. Predictors: (Constant), Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian b. Dependent Variable: Perilaku inovatif

4.3.1 Uji Hipotesis Mayor

Uji hipotesis mayor merupakan uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan :

apakah ada pengaruh nilai budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku

inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta. Dari

tabel 4.9 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 18,130 dengan signifikansi

0,000. Artinya ke 8 IV (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan

menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah,

memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,

dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) memiliki pengaruh yang signifikan

Page 79: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

64

terhadap perilaku inovatif.dan dapat digunakan untuk memprediksi variabel

perilaku inovatif.

Tabel 4.10

Tabel Koefisien 12 Variabel

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 205.723 10.135 20.299 .000

Mencemaskan ketidakpastian -3.268 .855 -.312 -3.821 .000

Mementingkan peraturan 1.377 .856 .111 1.609 .111

Menghindari konflik dan kompetisi -.837 .556 -.108 -1.506 .136

Memiliki motivasi berprestasi rendah -.895 .996 -.070 -.899 .371

Memiliki tingkat stress tinggi .373 .593 .050 .630 .531

Menghindari perubahan -5.077 .791 -.502 -6.421 .000

Meyakini pendapat ahli .477 .895 .040 .533 .596

Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela

-1.733 .628 -.209 -2.758 .007

Usia -.130 .240 -.090 -.542 .589

lama berwirausaha .108 .284 .063 .379 .706

Jenis kelamin -1.952 2.110 -.065 -.925 .358

Tingkat pendidikan 1.288 1.132 .094 1.138 .258 a. Dependent Variable: Perilaku inovatif

Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu:

(y’)= 205,723 + (-3,268)X1 + (1,377)X2 + (-0,837) X3 + (-0,895) X4 + (0,373) X5

+ (-5,077) X6 + (0,477) X7 + (-1,733) X8 + (-0,130) X9 + (0,108) X10 + (-1,952)

X11 + (1,288) X12

Page 80: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

65

Keterangan:

y’ = Perilaku inovatif, X1 = Mencemasakan ketidakpastian, X2 = Mementingkan

peraturan, X3 = Menghindari konflik dan kompetisi, X4 = Memiliki motivasi

berprestasi rendah, X5 = Memiliki tingkat stress tinggi, X6 = Menghindari

perubahan, X7 = Meyakini pendapat ahli, X8 = Partisipasi rendah pada kegiatan

sukarela, X9 = Usia, X10 = Lama berwirausaha X11 = Jenis Kelamin, X12 = Tingkat

Pendidikan

Tabel diatas menjawab berbagai hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

4.3.2 Uji Hipotesis Minor

Uji hipotesis ini merupakan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis minor,

rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk mencemaskan ketidakpastian =

0,000. Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa mencemaskan

keidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif.

2. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk mementingkan peraturan = 0,111.

Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa mementingkan peraturan

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

3. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk menghindari konflik dan kompetisi

= 0,136. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa menghindari

konflik dan kompetisi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif.

Page 81: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

66

4. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk memiliki motivasi berprestasi

rendah = 0,371. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa memiliki

motivasi berprestasi rendah tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif.

5. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk memiliki tingkat stress tinggi =

0,531. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa memiliki tingkat

stress tinggi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif.

6. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk menghindari perubahan = 0,000.

Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa menghindari perubahan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

7. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk meyakini pendapat ahli = 0,596.

Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa meyakini pendapat ahli

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

8. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk partisipasi rendah terhadap kegiatan

sukarela = 0,007. Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa

partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif.

9. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk usia = 0,859. Karena p > 0.05 maka

dapat disimpulkan bahwa usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif.

Page 82: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

67

10. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk lama berwirausaha = 0, 706.

Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa lama berwirausaha tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

11. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk jenis kelamin = 0, 358. Karena p >

0.05 maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

12. Pada tabel 4.10 diketahui nilai p untuk tingkat pendidikan = 0, 258.

Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

Jika akan dilakukan intervensi terhadap peningkatan perilaku inovatif,

maka variabel yang perlu diperhatikan adalah mencemaskan ketidakpastian,

menghindari perubahan, dan partisipasi rendah dalam kegiatan sukarela.

4.4 Proposi Varian

Untuk melihat proposi varian dari perilaku inovatif yang secara keseluruhan dapat

diterapkan pada 12 IV (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan,

menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah,

memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,

dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela, usia, lama berwirausaha, jenis

kelamin dan tingkat pendidikan), peneliti melakukan uji analisis regresi berganda

menggunakan SPSS, hasilnya adalah seagai berikut:

Page 83: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

68

Tabel 4.11

Model Summary Analisis Regresi 12 Variabel

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai R = 0,789 dengan nilai R2=

0,623. Artinya adalah proposi varians dari perilaku inovatif yang secara

keseluruhan dapat diterapkan pada 12 variabel ialah 62,3 %. Atau dengan kata

lain, 12 IV memberi pengaruh sebesar 62,3% terhadap perilaku inovatif.

Sedangkan sisanya 37,7 % dapat dijelaskan dengan variabel lain.

Tabel 4.12

Anova Analisis Regresi 12 Variabel ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 12378.453 12 1031.538 11.985 .000a

Residual 7488.057 87 86.070 Total 19866.510 99

a. Predictors: (Constant), Tingkat pendidikan, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, lama berwirausaha, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Jenis kelamin, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, Usia b. Dependent Variable: Perilaku inovatif

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 11,985 dengan

signifikansi 0,000. Artinya ke 12 IV dapat digunakan untuk memprediksi variabel

perilaku inovatif.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .789a .623 .571 9.27737 a. Predictors: (Constant), Tingkat pendidikan, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, lama berwirausaha, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Jenis kelamin, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, Usia

Page 84: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

69

Sedangkan untuk mengetahui proposi varians dari nilai budaya uncertainty

avoidance (8 variabel : mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan

menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah,

memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli,

dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) terhadap perilaku inovatif, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.13

Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .784a .614 .581 9.17426 a. Predictors: (Constant), Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian

Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai R = 0,784 dengan nilai R2=

0,614. Artinya adalah proposi varians dari perilaku inovatif yang secara

keseluruhan dapat diterapkan pada 8 variabel (mencemasakan ketidakpastian,

mementingkan peraturan menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan,

meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) ialah 61,4

%. Atau dengan kata lain, 8 IV (mencemasakan ketidakpastian, mementingkan

peraturan menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi berprestasi

rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan, meyakini pendapat

ahli, dan partisipasi rendah pada kegiatan sukarela) memberi pengaruh sebesar

Page 85: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

70

61,4% terhadap perilaku inovatif. Sedangkan sisanya 38,6 % dapat dijelaskan

dengan variabel lain

Berikut ini ditampilkan tabel koefisien analisis regresi dari ke 8 variabel

(mencemasakan ketidakpastian, mementingkan peraturan menghindari konflik dan

kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi,

menghindari perubahan, meyakini pendapat ahli, dan partisipasi rendah pada

kegiatan sukarela) , sebagai berikut:

Tabel 4.14

Tabel Koefisien Analisis Regresi 8 Variabel Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 205.277 9.474 21.666 .000

Mencemaskan ketidakpastian -3.419 .820 -.326 -4.172 .000

Mementingkan peraturan 1.257 .825 .101 1.523 .131

Menghindari konflik dan kompetisi -.927 .544 -.120 -1.702 .092

Memiliki motivasi berprestasi rendah -.692 .944 -.054 -.733 .465

Memiliki tingkat stress tinggi .447 .575 .060 .778 .439

Menghindari perubahan -5.177 .743 -.512 -6.965 .000

Meyakini pendapat ahli .561 .805 .047 .697 .488

Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela

-1.602 .614 -.193 -2.611 .011

a. Dependent Variable: Perilaku inovatif

Page 86: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

71

Adapun persamaan regresi berdasarkan nilai B pada tabel 4.14 diatas

yaitu:

Perilaku inovatif (y’) = 205,277 3,419 X1 + 1,257 X2 0,927 X3 0,692 X4 +

0,447 X5 5,177 X6 + 0,561 X7 1,602 X8

Keterangan:

y’ = Perilaku inovatif, X1 = Mencemasakan ketidakpastian, X2 = Mementingkan

peraturan, X3 = Menghindari konflik dan kompetisi, X4 = Memiliki motivasi

berprestasi rendah, X5 = Memiliki tingkat stress tinggi, X6 = Menghindari

perubahan, X7 = Meyakini pendapat ahli, X8 = Partisipasi rendah pada kegiatan

Dari Tabel 4.14 dapat diketahui:

1. Nilai p untuk mencemaskan ketidakpastian = 0,000. Karena p < 0.05 maka

dapat disimpulkan bahwa mencemaskan keidakpastian memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

2. Nilai p untuk mementingkan peraturan = 0,131. Karena p > 0.05 maka

dapat disimpulkan bahwa mementingkan peraturan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

3. Nilai p untuk menghindari konflik dan kompetisi = 0,092. Karena p > 0.05

maka dapat disimpulkan bahwa menghindari konflik dan kompetisi tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

Page 87: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

72

4. Nilai p untuk memiliki motivasi berprestasi rendah = 0,465. Karena p >

0.05 maka dapat disimpulkan bahwa memiliki motivasi berprestasi rendah

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

5. Nilai p untuk memiliki tingkat stress tinggi = 0,439. Karena p > 0.05 maka

dapat disimpulkan bahwa memiliki tingkat stress tinggi tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif.

6. Nilai p untuk menghindari perubahan = 0,000. Karena p < 0.05 maka

dapat disimpulkan bahwa menghindari perubahan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif.

7. Nilai p untuk meyakini pendapat ahli = 0,488. Karena p > 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa meyakini pendapat ahli tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif.

8. Nilai p untuk partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela = 0,011.

Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi rendah

terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif.

Selanjutnya peneliti menganalisis proporsi varians untuk masing-masing

variabel. Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan

tidaknya penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV

tersebut dianalisis dengan menambahkan satu per satu IV, berikut ini ialah tabel

proposi varian perilaku inovatif yang terkait dengan IV, yaitu:

Page 88: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

73

Tabel 4.15

Tabel Analisis Proposi Varians

No IV R2 R2 Change/ Kontribusi Varian (%)

Sig

1 X1 0,242 24,2% SIGNIFIKAN 2 X12 0,245 0,3% TIDAK SIGNIFIKAN 3 X123 0,305 6% TIDAK SIGNIFIKAN 4 X 1234 0,308 0,3% TIDAK SIGNIFIKAN 5 X12345 0,317 0,9% TIDAK SIGNIFIKAN 6 X123456 0,584 26,7% SIGNIFIKAN 7 X1234567 0,586 0,2% TIDAK SIGNIFIKAN 8 X1245678 0.614 2,8% SIGNIFIKAN 9 X123456789 0,615 0,1 % TIDAK SIGNIFIKAN 10 X12345678910 0.615 0% TIDAK SIGNIFIKAN 11 X1234567891011 0, 617 0,2% TIDAK SIGNIFIKAN 12 X123456789101112 0,623 0,6% TIDAK SIGNIFIKAN Total 62,3 %

Keterangan:

X1= mencemasakan ketidakpastian, X2= Mementingkan peraturan, X3=

Menghindari konflik dan kompetisi, X4= Memiliki motivasi berprestasi rendah,

X5= Memiliki tingkat stress tinggi, X6= Menghindari perubahan, X7= Meyakini

pendapat ahli, X8= Partisipasi rendah pada kegiatan sukarela, X9= Usia, X10=

Lama berwirausaha, X11 = Jenis Kelamin, X12 = Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.15, diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap

perilaku inovatif, yaitu:

1. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian diperoleh R2 (R

Squere) sebesar 0,242. Artinya variabel mencemaskan ketidakpastian

memiliki kontribusi sebesar 24,2 % dalam mempengaruhi perilaku

Page 89: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

74

inovatif. Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 3,268,

artinya mencemaskan ketidakpastian secara negatif mempengaruhi

perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecemasan

seseorang terhadap ketidakpastian, maka semakin rendah perilaku

inovatifnya dan juga sebaliknya.

2. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian dan mementingkan

peraturan diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,245. Artinya variabel

mementingkan peraturan memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,3 %

dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10

diperoleh nilai B sebesar 1,377, artinya mementingkan peraturan secara

positif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa

semakin seseorang mementingkan peraturan, maka semakin tinggi pula

perilaku inovatif seseorang dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak

signifikan.

3. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, dan menghindari konflik dan kompetisi diperoleh R2 (R Squere)

sebesar 0,305. Artinya variabel menghindari konflik dan kompetisi

memiliki tambahan kontribusi sebesar 6 % dalam mempengaruhi perilaku

inovatif. Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,837,

artinya menghindari konflik dan kompetisi secara negatif mempengaruhi

perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keinginan

seseorang menghindari konflik dan kompetisi, maka semakin rendah

perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak

Page 90: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

75

signifikan.

4. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi dan memiliki motivasi

berprestasi rendah diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,308. Artinya variabel

memiliki motivasi berprestasi rendah memiliki tambahan kontribusi

sebesar 0,3 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel

4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,895, artinya memiliki motivasi

berprestasi rendah secara negatif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat

disimpulkan bahwa semakin rendah motivasi berprestasi seseorang, maka

semakin tinggi perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya, namun hal

tersebut tidak signifikan.

5. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah dan memiliki tingkat stress tinggi diperoleh R2 (R

Squere) sebesar 0,317. Artinya variabel memiliki tingkat stress tinggi

memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,9 % dalam mempengaruhi

perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar

0,373, artinya memiliki tingkat stress tinggi secara positif mempengaruhi

perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat stress

seseorang, maka semakin tinggi pula perilaku inovatifnya dan juga

sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.

Page 91: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

76

6. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi dan menghindari

perubahan diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,584. Artinya variabel

menghindari perubahan memiliki tambahan kontribusi sebesar 26,7 %

dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10

diperoleh nilai B sebesar 5,077, artinya menghindari perubaan secara

negatif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa

semakin seseorang menghindari perubahan, maka semakin rendah perilaku

inovatifnya dan juga sebaliknya.

7. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan

dan meyakini pendapat ahli diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,586.

Artinya variabel meyakini pendapat ahli memiliki tambahan kontribusi

sebesar 0,2 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel

4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,477, artinya meyakini pendapat ahli secara

positif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa

semakin seseorang meyakini pendapat ahli, maka semakin tinggi pula

perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak

signifikan.

Page 92: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

77

8. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan

meyakini pendapat ahli dan partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela

diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,614. Artinya variabel partisipasi rendah

terhadap kegiatan sukarela memiliki tambahan kontribusi sebesar 2,8 %

dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10

diperoleh nilai B sebesar 1,733 artinya semaki rendah partisipasi rendah

terhadap kegiatan sukarela secara negatif mempengaruhi perilaku inovatif.

Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah partisipasi seseorang terhadap

kegiatan sukarela, maka semakin tinggi perilaku inovatifnya dan juga

sebaliknya.

9. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan

meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela dan

usia diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,615 Artinya variabel usia memiliki

tambahan kontribusi sebesar 0,1 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif.

Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 0,130 artinya usia

secara negatif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa

semakin tua usia seseorang, maka semakin rendah perilaku inovatif

seseorang dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.

Page 93: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

78

10. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan

meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, usia

dan lama berwirausaha diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,615. Artinya

variabel lama berwirausaha memiliki tambahan kontribusi sebesar 0 %

dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel 4.10

diperoleh nilai B sebesar 0,108 artinya lama berwirausaha secara positif

mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama

seseorang berwirausaha , maka semakin tinggi perilaku inovatif seseorang

dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.

11. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan

meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela,

usia, lama berwirausaha dan jenis kelamin diperoleh R2 (R Squere) sebesar

0,617. Artinya variabel jenis kelamin memiliki tambahan kontribusi

sebesar 0,2 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif. Selain itu pada tabel

4.10 diperoleh nilai B sebesar 1,952 artinya jenis kelamin secara negatif

mempengaruhi perilaku inovatif, namun hal tersebut tidak signifikan.

12. Perilaku inovatif dengan mencemaskan ketidakpastian, mementingkan

peraturan, menghindari konflik dan kompetisi, memiliki motivasi

berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi, menghindari perubahan

Page 94: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

79

meyakini pendapat ahli, partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela,

usia, lama berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat pendidikan diperoleh

R2 (R Squere) sebesar 0,623. Artinya variabel tingkat pendidikan memiliki

tambahan kontribusi sebesar 0,6 % dalam mempengaruhi perilaku inovatif.

Selain itu pada tabel 4.10 diperoleh nilai B sebesar 1,288 artinya tingkat

pendidikan secara positif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

semakin tinggi pula perilaku inovatif seseorang dan juga sebaliknya,

namun hal tersebut tidak signifikan.

Page 95: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Pembahasan ini meliputi tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara nilai

budaya uncertainty avoidance terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku

minangkabau di Jakarta. Rinciannya ialah sebagai berikut:

a. Mencemaskan ketidakpastian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

b. Mememntingkan peraturan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

c. Menghindari konflik dan kompetisi tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di

Pasar Tanah Abang Jakarta.

d. Memiliki motivasi berprestasi rendah tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di

Pasar Tanah Abang Jakarta.

Page 96: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

81

e. Memiliki tingkat stress tinggi tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah

Abang Jakarta.

f. Menghindari perubahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

g. Meyakini pendapat ahli tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

h. Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di

Pasar Tanah Abang Jakarta.

2. Usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif pada

wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

3. Usia lama berwirausaha tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

perilaku inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang

Jakarta.

4. Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

5. Tingkat Pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Pasar Tanah Abang Jakarta.

Page 97: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

82

5. 2. Diskusi

Berdasarkan perhitungan dan analisis statistik, dapat dilihat bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara nilai budaya uncertainty avoidance dengan perilaku

inovatif pada wirausaha suku minangkabau di Jakarta sebesar 61,4 %, hal ini

sesuai dengan penlitian Asair (1996) mengatakan budaya atau kepribadian

kelompok memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya mendukung

inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif dan

membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif,

kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat ide-ide

baru.

Hal ini sesuai dengan pendapat Berger (dalam Peterson & Lee, 2000)

bahwa perilaku inovatif yang dimiliki oleh seorang wirausaha tampak erat

hubungannya dengan budaya yang ada. Budaya merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam kewirausahaan dimana terdapat nilai-nilai budaya tertentu yang

mendukung peningkatan potensi-potensi yang ada dalam diri seorang wirausaha.

Uncertainty Avoidance merupakan salah salah satu nilai budaya yang dapat

mempengaruhi ciri personal seorang wirausaha (Peterson & Lee, 2000). Budaya

dengan Uncertainty Avoidance yang rendah dapat menerima ketidakpastian dalam

hidup secara lebih mudah sehingga mereka umumnya mempunyai keinginan yang

kuat untuk mengambil risiko (Hofstede & Hofstede, 2005). Sedangkan budaya

dengan Uncertainty Avoidance yang tinggi biasanya menghindari adanya konflik

dan kompetisi sehingga menekan biasanya terpaku pada pola perilaku tertentu.

Page 98: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

83

Hasil dari penelitian ini, wirausahawan suku minangkabau di Pasara Tanah

Abang Jakarta mayoritas memiliki nilai budaya uncertianty avoidance yang

tinggi, hal ini sesuai dengan penlitian Mangundjaya pada sebuah BUMN X di

Indonesia, menghasilkan bahwa pegawai pada BUMN X tersebut memiliki

uncertainty avoidance tinggi, namun bertentangan dengan penelitian Hofstede

yang menyatakan lndonesia tergolong memiliki uncertainty avoidance yang

rendah. Hal ini mungkin saja disebabkan, masyarakat Indonesia merupakan

masyarakat multi etnis yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki

karakteristik yang beragam pula.

Selanjutnya, variabel mencemaskan ketidakpastian memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap perilaku inovatif, dengan sumbangan pengaruh sebesar

24,2 %. Dengan arah hubungan yang negatif, artinya, semakin tinggi kecemasan

seseorang terhadap ketidakpastian, maka semakin rendah perilaku inovatifnya dan

juga sebaliknya.

Variabel menghindari perubahan memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku inovatif, dengan sumbangan pengaruh sebesar 6 %. Dengan

arah hubungan negatif, artinya semakin seseorang menghindari perubahan, maka

semakin rendah perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya.

Variabel partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku inovatif, dengan sumbangan pengaruh

sebesar 2,8 %. Artinya semakin rendah partisipasi seseorang terhadap kegiatan

sukarela, maka semakin tinggi perilaku inovatifnya dan juga sebaliknya.

Page 99: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

84

Sedangkan variabel mementingkan peraturan, menghindari konflik dan

kompetisi, memiliki motivasi berprestasi rendah, memiliki tingkat stress tinggi,

meyakin pendapat ahli, usia, usia mulai berwirausaha, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan tiidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan perilaku inovatif.

5. 3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

5.3.1. Saran Teoritis

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang

hubungan nilai budaya uncertainty avoidance dengan melibatkan variabel lain

selain perilaku inovatif sebagai pembanding.

5.3.2. Saran Praktis

Diharapkan kepada pemusatan latihan wirausaha memperhatikan aspek-aspek

psikologis dan nilai budaya masyarakat indonesia, dalam hal ini sebaiknya

pelatihan yang mendalami bidang wirausaha, memformulasikan bagaimana

caranya menghilangkan nilai budaya uncertainty avoidance tinggi, karena hal ini

akan memberikan pengaruh negatif pada perilaku inovatif. Karena nilai budaya

uncertainty avoidance tinggi menghambat perilaku inovatif.

Page 100: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

85

DAFTAR PUSTAKA

Asropi. (2010) Jurnal Ilmu Administrasi, Volume V, Nomor 3, September 2008, hal. 246-255 Azwar,Saifuddin (2008) Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Iqbal, Hasan. M. (2002). Pokok-pokok materi metodologi penelitian & Aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia. G.Sevilla, Consusio, A.Ochavo. Jesus, G.Punsalan.Twilla, P.Regala.Bella, G.Uriarte.Gabriel. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta : UI-Press. Herawaty, Silvia.(1998).Kewiraswastaan.Jakarta: IPWI Hofstede, Geert. 1980. Culture’s consequences: international differences in Work-related values. California: Sage Publications. Hofstede, Geert & Gert Jan Hofstede. 2005. Cultures & organizations : software of the mind. New York : Mc Graw Hill Companies Inc. Hollenbeck J.R, Wagner J.A. (1995). Management of organizational Behavior.New Jersey: Prenticel Hell. Kerlinger, Fred.N (1990). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : UGM Press. Navis, A.A. 1984. Alam terkembang jadi guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau.Jakarta: PT. Temprint. Peters.Hisrich (1998). Entrepreneurship. Amerika: International Edotion Peterson .J,Sang M.Lee, Suzanne. Culture, entreneurial,orientation, an global Competitiveness. Vol. 11,1ss.2;pg29,17pg. Rokeach, Milton. (1973). The nature of human values. Amerika:The Frr Press Shiraev,E. Levy.D. (2007)Cross Cultural Psycology.Iggris: Pearson Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif. R&D. Bandung : Alfabeta. Sumarsono, Sony. 2010. Kewirausahaan.Yogyakarta. Graha Ilmu Waruwu, Nurdelima (2010). Pentingnya inovasi dalam pendidikan. Vol.35, issue 3, pages 359-372

Page 101: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

LAMPIRAN

Page 102: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE (try out)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

94.8250 144.302 12.01257 44

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 93.1000 140.503 .182 .852 VAR00002 92.4750 129.743 0.68 .840 VAR00003 91.8500 138.079 0.33 .849 VAR00004 93.0500 141.023 .131 .854 VAR00005 92.4000 138.964 .213 .852 VAR00006 92.8500 140.849 .157 .853 VAR00007 92.0500 134.818 0.53 .845 VAR00008 92.5000 135.590 0.44 .847 VAR00009 92.7000 138.933 0.32 .849 VAR00010 93.1500 136.541 0.4 .847 VAR00011 92.6000 130.708 0.61 .842 VAR00012 92.8750 140.625 .187 .852 VAR00013 91.7750 137.615 0.35 .849 VAR00014 91.8750 136.984 0.41 .847 VAR00015 93.3000 141.908 .177 .852 VAR00016 93.1500 141.003 .171 .852 VAR00017 92.5000 130.410 0.62 .841 VAR00018 92.4500 148.408 -.294 .860 VAR00019 92.9750 139.769 .282 .850 VAR00020 92.1750 135.379 0.44 .846 VAR00021 92.5500 136.972 0.43 .847 VAR00022 92.8250 140.353 .190 .852 VAR00023 92.1000 135.426 0.48 .846 VAR00024 92.5500 137.536 0.35 .849 VAR00025 92.8250 139.635 .281 .850 VAR00026 92.4750 132.615 0.57 .843 VAR00027 93.3750 138.189 0.49 .847 VAR00028 92.5500 129.690 0.69 .840 VAR00029 92.8750 142.163 .082 .855 VAR00030 92.6500 141.054 .188 .852 VAR00031 93.2750 141.948 .175 .852 VAR00032 93.0750 139.866 0.41 .849 VAR00033 92.1750 135.276 0.52 .845 VAR00034 92.5000 135.795 0.47 .846 VAR00035 91.7250 144.512 -.043 .857

Page 103: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VAR00036 92.5750 149.276 -.331 .862 VAR00037 92.7500 144.244 -.036 .859 VAR00038 93.2000 136.062 0.45 .846 VAR00039 92.4500 130.049 0.63 .841 VAR00040 93.0750 148.276 -.271 .860 VAR00041 93.1250 141.702 .190 .852 VAR00042 93.2000 137.754 0.33 .849 VAR00043 92.5250 130.204 0.66 .840 VAR00044 93.2500 138.346 0.37 .848

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.852 44

Page 104: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE (field test)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

57.0000 108.872 10.43416 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 54.6500 95.515 .720 .892 VAR00002 54.0250 102.487 .394 .900 VAR00003 54.2250 100.281 .548 .897 VAR00004 54.6750 101.353 .429 .899 VAR00005 54.8750 104.369 .308 .902 VAR00006 55.3250 103.251 .324 .902 VAR00007 54.7750 95.717 .684 .893 VAR00008 53.9500 102.408 .389 .900 VAR00009 54.0500 101.638 .467 .899 VAR00010 54.6750 95.969 .672 .894 VAR00011 54.3500 101.259 .432 .899 VAR00012 54.7250 102.410 .437 .899 VAR00013 54.2750 100.512 .518 .898 VAR00014 54.7250 102.307 .395 .900 VAR00015 54.6500 98.387 .592 .896 VAR00016 55.5500 104.562 .394 .900 VAR00017 54.7250 95.076 .762 .891 VAR00018 55.2500 105.577 .344 .901 VAR00019 54.3500 100.746 .544 .897 VAR00020 54.6750 101.046 .497 .898 VAR00021 55.3750 103.369 .329 .901 VAR00022 54.6250 95.728 .679 .893 VAR00023 55.3750 104.804 .219 .904 VAR00024 54.7000 95.600 .724 .892 VAR00025 55.4250 104.302 .321 .901

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.902 25

Page 105: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM PERILAKU INOVATIF (try out)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

297.1000 327.426 18.09491 102

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 293.8250 321.020 .261 .870 VAR00002 293.7000 318.933 0.39 .869 VAR00003 294.2750 318.769 .219 .871 VAR00004 293.8250 319.584 0.42 .869 VAR00005 294.2250 330.640 -.138 .875 VAR00006 294.4500 325.638 .069 .872 VAR00007 293.8750 327.446 -.016 .873 VAR00008 294.0000 325.179 .154 .871 VAR00009 294.2500 327.833 -.036 .873 VAR00010 294.2000 329.856 -.101 .875 VAR00011 294.0750 328.892 -.097 .873 VAR00012 294.9750 326.794 .002 .873 VAR00013 294.4500 334.459 -.240 .877 VAR00014 293.8750 316.830 0.32 .870 VAR00015 293.8000 323.241 .161 .871 VAR00016 294.6000 322.605 .179 .871 VAR00017 294.2750 329.692 -.095 .875 VAR00018 294.2250 323.974 .130 .872 VAR00019 294.2750 326.204 .040 .872 VAR00020 294.0000 317.744 0.36 .869 VAR00021 293.5000 321.077 0.34 .870 VAR00022 293.5250 325.487 .093 .872 VAR00023 293.6500 308.079 0.63 .865 VAR00024 294.3000 316.677 0.36 .869 VAR00025 293.7750 324.179 .119 .872 VAR00026 294.9250 321.712 .173 .871 VAR00027 294.0500 315.638 0.5 .868 VAR00028 294.8500 328.182 -.053 .873 VAR00029 294.0500 323.792 .167 .871 VAR00030 294.1250 319.138 .296 .870 VAR00031 294.1250 329.343 -.102 .874 VAR00032 294.4750 323.999 .134 .872 VAR00033 294.2750 320.717 0.33 .870 VAR00034 294.1750 318.456 0.39 .869 VAR00035 293.8000 318.831 0.31 .870 VAR00036 294.1750 322.610 .163 .871

Page 106: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VAR00037 294.9000 321.374 .284 .870 VAR00038 294.2750 325.128 .091 .872 VAR00039 294.5000 324.718 .101 .872 VAR00040 294.3000 324.574 .125 .872 VAR00041 294.1500 323.772 .153 .871 VAR00042 293.9750 314.128 0.45 .868 VAR00043 293.9250 314.174 0.5 .868 VAR00044 293.8750 329.907 -.122 .874 VAR00045 294.6000 324.605 .073 .873 VAR00046 294.1000 323.221 .179 .871 VAR00047 294.3750 317.728 0.34 .869 VAR00048 294.2500 317.013 0.38 .869 VAR00049 294.1500 311.874 0.72 .866 VAR00050 293.9500 323.228 .204 .871 VAR00051 294.9750 329.410 -.102 .874 VAR00052 293.9750 324.128 .163 .871 VAR00053 294.4000 318.554 .279 .870 VAR00054 294.3000 316.626 0.45 .868 VAR00055 294.0000 317.692 0.49 .868 VAR00056 294.0750 321.251 .283 .870 VAR00057 293.9500 325.895 .088 .872 VAR00058 293.9250 318.071 0.39 .869 VAR00059 293.9750 328.333 -.058 .873 VAR00060 294.2000 320.421 .292 .870 VAR00061 294.3000 316.831 0.44 .868 VAR00062 294.5250 313.743 0.43 .868 VAR00063 294.5250 316.717 0.4 .869 VAR00064 294.1250 317.138 0.45 .869 VAR00065 294.8250 321.122 .202 .871 VAR00066 294.4250 316.610 0.44 .868 VAR00067 294.0000 311.179 0.57 .867 VAR00068 294.1000 327.938 -.040 .873 VAR00069 294.4500 322.254 .214 .871 VAR00070 294.0750 326.020 .068 .872 VAR00071 293.9250 325.610 .076 .872 VAR00072 293.9500 320.151 0.33 .870 VAR00073 294.2500 321.013 0.32 .870 VAR00074 294.4000 321.015 .227 .871 VAR00075 294.6000 321.221 .252 .870 VAR00076 294.8500 316.695 0.35 .869 VAR00077 294.3250 321.046 .251 .870 VAR00078 294.6500 321.310 .249 .870 VAR00079 293.8250 317.738 0.38 .869 VAR00080 294.1750 324.815 .111 .872 VAR00081 293.8500 316.797 0.46 .868 VAR00082 294.2750 319.897 .276 .870 VAR00083 293.4000 320.144 0.43 .869 VAR00084 294.1500 315.362 0.48 .868

Page 107: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VAR00085 294.0250 316.589 0.45 .868 VAR00086 295.1250 330.830 -.208 .874 VAR00087 293.6750 317.763 0.44 .869 VAR00088 293.7750 317.153 0.53 .868 VAR00089 293.8750 318.830 0.37 .869 VAR00090 294.5500 325.331 .081 .872 VAR00091 293.8250 320.353 0.34 .870 VAR00092 293.8500 319.310 0.34 .870 VAR00093 293.9500 315.331 0.37 .869 VAR00094 293.8750 311.189 0.64 .866 VAR00095 294.9000 330.503 -.166 .874 VAR00096 294.2000 315.497 0.48 .868 VAR00097 294.6000 326.708 .002 .874 VAR00098 294.1250 324.522 .113 .872 VAR00099 294.2750 316.307 0.36 .869 VAR00100 294.9000 316.451 0.31 .870 VAR00101 293.8500 320.490 0.34 .870 VAR00102 293.7000 322.779 .222 .871

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.872 102

Page 108: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM PERILAKU INOVATIF (field test)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

134.1000 193.733 13.91881 44

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 130.7000 186.882 .403 .915 VAR00002 130.8250 187.738 .414 .915 VAR00003 130.8750 184.728 .353 .916 VAR00004 131.0000 184.769 .439 .914 VAR00005 130.5000 190.564 .213 .916 VAR00006 130.6500 177.618 .683 .911 VAR00007 131.3000 187.805 .245 .917 VAR00008 131.0500 184.818 .490 .914 VAR00009 131.2750 189.538 .257 .916 VAR00010 131.1750 186.815 .389 .915 VAR00011 130.8000 186.985 .315 .916 VAR00012 130.9750 182.281 .507 .914 VAR00013 130.9250 181.456 .614 .912 VAR00014 131.3750 186.035 .348 .915 VAR00015 131.2500 185.679 .375 .915 VAR00016 131.1500 181.926 .711 .912 VAR00017 131.3000 185.754 .428 .915 VAR00018 131.0000 185.744 .517 .914 VAR00019 130.9250 186.943 .367 .915 VAR00020 131.3000 185.087 .466 .914 VAR00021 131.5250 181.487 .507 .914 VAR00022 131.5250 184.666 .442 .914 VAR00023 131.1250 184.215 .543 .913 VAR00024 131.4250 185.687 .426 .915 VAR00025 131.0000 180.103 .624 .912 VAR00026 130.9500 188.562 .304 .916 VAR00027 131.2500 186.603 .470 .914 VAR00028 131.8500 184.285 .401 .915 VAR00029 130.8250 186.353 .373 .915 VAR00030 130.8500 186.644 .389 .915 VAR00031 130.4000 189.067 .349 .915 VAR00032 131.1500 183.669 .523 .913 VAR00033 131.0250 185.256 .451 .914 VAR00034 130.6750 186.994 .393 .915 VAR00035 130.7750 185.204 .577 .913

Page 109: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

VAR00036 130.8750 187.753 .330 .915 VAR00037 130.8250 189.276 .272 .916 VAR00038 130.8500 187.464 .340 .915 VAR00039 130.9500 183.074 .424 .915 VAR00040 130.8750 180.984 .653 .912 VAR00041 131.2000 182.933 .569 .913 VAR00042 131.2750 184.358 .395 .915 VAR00043 131.9000 184.913 .322 .916 VAR00044 130.8500 188.336 .342 .915

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.916 44

Page 110: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

Regresi variabel 1 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .492a .242 .234 12.39419 a. Predictors: (Constant), Mencemaskan ketidakpastian Regresi variabel 1 &2 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .495a .245 .230 12.43392 a. Predictors: (Constant), Mementingkan peraturan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .552a .305 .283 11.99672 a. Predictors: (Constant), Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3,4 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .555a .308 .279 12.02593 a. Predictors: (Constant), Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3,4,5 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .563a .317 .281 12.01082 a. Predictors: (Constant), Memiliki tingkat stress tinggi, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mencemaskan ketidakpastian

Page 111: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

Regresi varibel 1,2,3,4,5,6 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .764a .584 .557 9.42589 a. Predictors: (Constant), Menghindari perubahan, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Mencemaskan ketidakpastian, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .765a .586 .554 9.45993 a. Predictors: (Constant), Meyakini pendapat ahli, Memiliki tingkat stress tinggi, Mementingkan peraturan, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3, 4,5,6,7,8 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .784a .614 .581 9.17426 a. Predictors: (Constant), Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari konflik dan kompetisi, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .784a .615 .576 9.22378 a. Predictors: (Constant), Usia, Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Memiliki tingkat stress tinggi, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian

Page 112: PENGARUH NILAI BUDAYA UNCERTAINTY AVOIDANCE

Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .784a .615 .571 9.27507 a. Predictors: (Constant), lama berwirausaha, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Mementingkan peraturan, Meyakini pendapat ahli, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Menghindari perubahan, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Mencemaskan ketidakpastian, Usia Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .786a .618 .570 9.28887 a. Predictors: (Constant), Jenis kelamin, Menghindari konflik dan kompetisi, Mementingkan peraturan, Memiliki tingkat stress tinggi, Usia, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Meyakini pendapat ahli, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, lama berwirausaha Regresi varibel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 dengan perilaku inovatif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .789a .623 .570 9.28391 a. Predictors: (Constant), Tingkat pendidikan, Partisipasi rendah terhadap kegiatan sukarela, lama berwirausaha, Mementingkan peraturan, Menghindari konflik dan kompetisi, Memiliki tingkat stress tinggi, Jenis kelamin, Meyakini pendapat ahli, Memiliki motivasi berprestasi rendah, Menghindari perubahan, Mencemaskan ketidakpastian, Usia