tugas 2 makalah
DESCRIPTION
Medan Elektromagnetik Bergantung Waktu pada BahanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang merambat dengan atau tanpa
medium. Gelombang elektromagnetik terdiri dari medan listrik dan medan magnet yang
merambat secara transversal dan saling tegak lurus satu sama lain.
Pada pembahasan listrik statis, medan listrik ada tanpa kehadiran medan magnet,
misalnya medan listrik yang disebabkan muatan Q. Begitu pula sebaliknya, besaran medan
magnet diperoleh tanpa kehadiran medan listrik, misalnya medan magnet yang ditimbulkan
penghantar panjang berarus. Kedua gejala tersebut dapat terjadi karena medan listrik dan
medan magnet tidak bergantung terhadap waktu. Ketika medan listrik dan medan magnet
muncul secara bersamaan, seperti pada gelombang elektromagnetik, artinya medan listrik dan
medan magnet berubah terhadap waktu. Hukum yang mendasari teori medan elektromagnetik
ini adalah Persamaan Maxwell.
Salah satu contoh gelombang elektromagnetik adalah sinar matahari. Salah satu sifat
cahaya adalah dapat dipantulkan dan dibiaskan. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum,
gelombang elektromagnetik dapat dipantulkan dan dibiaskan. Peristiwa pemantulan dan
pembiasan gelombang elektromagnetik memenuhi Hukun Snellius dan Persamaan Fresnel
yang akan dibahas pada makalah ini. Hukum Snellius hanya berlaku pada medium isotropik
dengan kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal, sehingga
bersifat reversibel. Hukum ini dapat digunakan untuk menghitung sudut datang, sudut bias,
dan indeks bias bahan. Sedangkan dasar Persamaan Fresnel adalah membandingkan
amplitudo gelombang pantul dan gelombang bias terhadap amplitudo gelombang datang.
Pembahasan Hukum Snellius dan Persamaan Fresnel dalam makalah ini adalah untuk
gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik yang merambat pada suatu bahan atau medium dapat
dicari solusi gelombang bidangnya dengan meninjau persamaan Maxwell pada bahan, baik
bahan dielektrik (non-konduktor) maupun bahan konduktor. Persamaan Maxwell yang
digunakan pada pembahasan bahan dielektrik berbeda dengan persamaan Maxwell yang
digunakan pada pembahasan bahan konduktor. Hal ini didasarkan pada rapat muatan dan
rapat arus pada bahan.
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 1
BAB II
MEDAN ELEKTROMAGNETIK BERGANTUNG WAKTU PADA BAHAN
Pada gelombang elektromagnetik, medan listrik dan medan magnet muncul secara
bersamaan. Hal ini dapat terjadi jika medan listrik dan medan magnet bergantung pada
waktu, sehingga secara umum, persamaan Maxwell yang digunakan terdiri dari empat
persamaan sebagai berikut:
∇⃗ ∙ E⃗= ρε0
(1)
∇⃗ ∙ B⃗=0 (2)
∇⃗× E⃗=−∂ B⃗∂ t
(3)
∇⃗× B⃗=μ0( J⃗+ε0∂ E⃗∂ t ) (4)
Persamaan Maxwell yang digunakan bergantung pada sifat dari bahan yang ditinjau dan rapat
muatan serta rapat arus pada bahan tersebut.
2.1. Gelombang Bidang pada Bahan Dielektrik Isotropik dan Linier
Pada bahan dielektrik yang bersifat linier dan isotropik, karena rapat muatan ( ρ)
dan rapat arusnya (J⃗) nol, maka persamaan Maxwell yang digunakan menjadi:
∇⃗ ∙ D⃗=0 (5)
∇⃗ ∙ B⃗=0 (6)
∇⃗× E⃗=−∂ B⃗∂ t
(7)
∇⃗× H⃗=∂ D⃗∂ t
(8)
Dengan D⃗=ε E⃗ dan B⃗=μ H⃗ .
Persamaan gelombang yang diperoleh adalah sebagai berikut:
∇2 E⃗−με∂2 E⃗∂ t 2 =0 dan ∇2 H⃗ −με
∂2 H⃗∂ t 2 =0 (9)
Solusi gelombang bidang untuk persamaan di atas adalah
E⃗ ( r⃗ , t )=E⃗0 ei ( k⃗ ∙r⃗−ωt ) dan H⃗ ( r⃗ ,t )=H⃗ 0e i( k⃗ ∙ r⃗−ωt) (10)
Divergensi persamaan tersebut menunjukkan bahwa pada gelombang bidang
k⃗ ∙ D⃗0=0 dan k⃗ ∙ B⃗0=0 (11)
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 2
artinya, gelombang vektor k⃗ tegak lurus dengan D⃗ dan B⃗. Curl dari persamaan (10)
akan memberikan hasil
k⃗ × E⃗0=ωμ H⃗ 0 dan k⃗ × H⃗ 0=−ωε E⃗0 (12)
yang menunjukkan bahwa E⃗ dan H⃗ saling tegak lurus. Pada medium yang isotropik,
E⃗ paralel terhadap D⃗, dan B⃗ paralel terhadap H⃗ . Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa vektor gelombang k⃗ paralel dengan vektor Poynting S⃗= E⃗× H⃗ .
Dengan kata lain, untuk medium isotropik, arah perambatan energi sepanjang k⃗ .
Dengan mensubstitusi solusi gelombang bidang pada persamaan (10) ke
persamaan gelombang (9) akan dihasilkan relasi dispersi (dispersion relation),
−k 2+με ω2=0, dan dapat disimpulkan bahwa cepat rambat gelombang
elektromagnetik pada medium adalah:
v phase=ωk
= 1
√με(13)
Dan kecepatan grup, ∂ ω /∂ k untuk medium isotropik secara umum akan berbeda
dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik pada medium.
Sebagian besar material optik dan mineral geologi yang ada di alam memiliki
μ≅ μ0, dan ε selalu lebih besar dari ε 0. Oleh karena itu, cepat rambat gelombang
elektromagnetik pada suatu medium selalu lebih rendah dibandingkan cepat rambat
gelombang elektromagnetik di udara, dengan nilai ≅ c /√ε /ε0 . Nilai permeabilitas
bahan relatif dan permitivitas relatif beberapa bahan mineral ditunjukkan pada Tabel
2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1: Daftar nilai konstanta permeabilitas relatif dari berbagai mineral
(Telford et al, dalam Supriyanto, 2007)
Mineral Permeabilitas relatif, μ/ μ0
Magnetite 5
Pyrhotite 2,55
Hematite 1,05
Rutile 1,0000035
Calsite 0,999987
Quartz 0,999985
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 3
Tabel 2.2: Daftar nilai permitivitas relatif atau konstanta dielektrik, ε r, dan kecepatan
gelombang elektromagnetik dalam berbagai mineral geologi (Annan dan Cosway,
dalam Supriyanto, 2007)
Mineral ε r Kecepatan (m/ns)
Udara 1 0,30
Air laut 80 0,01
Pasir kering 3-6 0,15
Pasir basah 20-30 0,06
Limestone 4-8 0,12
Silts 5-30 0,07
Granit 4-6 0,13
Es 3-4 0,16
Hukum pemantulan dan pembiasan dapat dibuktikan dengan memenuhi syarat kondisi
di batas dua medium dielektrik.
2.2. Pemantulan dan Pembiasan
Tinjau sebuah gelombang bidang dengan vektor gelombang k⃗ i datang menuju
bidang batas medium sehingga menimbulkan gelombang pantul dengan vektor
gelombang k⃗ r dan gelombang bias (transmisi) dengan vektor gelombang k⃗ t, seperti
yang ditunjukkan Gambar 2.1.
Gambar 2.1: Vektor gelombang k⃗ i, k⃗ r, dan k⃗ t berada pada satu bidang
Pada titik r⃗ di batas medium, komponen paralel medan listrik akan sama di kedua
kedua medium. Oleh karena itu,
E0 , i∥ e
i ( k⃗ i⋅ r⃗−ωt )+ E0 ,r∥ e
i ( k⃗ r⋅ r⃗−ωt+φr )=E0 , t∥ e
i ( k⃗ t ⋅ r⃗−ωt +φ t) (14)
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 4
Jika persamaan di atas ingin dipenuhi untuk setiap r⃗ di batas medium, eksponensial
harus memiliki fungsi yang sama-sama bergantung r⃗ dan t , yaitu:
k⃗ i⋅ r⃗−ωt=k⃗ r ⋅ r⃗−ωt+φr=k⃗ t ⋅ r⃗−ωt+φt (15)
Dari persamaan (15) diperoleh ( k⃗ i− k⃗r )⋅ r⃗=φr. Dari persamaan ini dapat
didefinisikan bahwa batas dua medium tegak lurus dengan ( k⃗ i− k⃗r ). Karena ( k⃗ i− k⃗r ) tegak lurus dengan bidang, maka ( k⃗ i− k⃗r )× n̂=0, yang berimplikasi pada:
k isin θi=kr sin θr (16)
Karena gelombang datang dan gelombang pantul berada pada medium yang sama,
besar k i dan k r akan sama, sehingga
sin θi=sinθ r →θ i=θr saat θi , θr∈ (0 , π /2 ) (17)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul.
Dari persamaan (15) juga dapat diperoleh ( k⃗ i− k⃗ t )⋅ r⃗=φt, maka dapat dinyatakan
( k⃗ i− k⃗ t )× n̂=0 yang berimplikasi pada:
k isin θi=k t sin θt (18)
Karena gelombang datang dan gelombang transmisi berada pada medium yang
berbeda, maka besar k i dan k t akan berbeda. Dengan mengalikan kedua ruas pada
persamaan (18) dengan c /ω, akan diperoleh persamaan berikut:
ni sin θi=nt sin θt (19)
Dimana indeks bias, n, didefinisikan sebagai
n= cv phase
=√ μεμ0 ε0
≅ √ εε 0
≅√εr (20)
dengan ε r adalah konstanta dielektrik. Penurunan ini memberi hasil yang sama dengan
Hukum Snellius yang sudah dikenal dari pembahasandi tingkat pendidikan
sebelumnya.
2.3. Persamaan Fresnel
Untuk memperoleh amplitudo E0 , i, E0 , r, dan E0 , t dari gelombang datang, pantul,
dan bias (transmisi), perlu digunakan syarat batas yang lebih jelas. Pertama, pisahkan
E⃗ menjadi dua komponen, dinamakan Ep, yang paralel dengan bidang peristiwa
pemantulan dan pembiasan (tegak lurus terhadap bidang batas medium), dan E s, yang
tegak lurus dengan bidang (paralel dengan bidang batas). Kedua komponen harus
diselesaikan secara terpisah.
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 5
2.3.1. Polarisasi s
Gambar 2.2: Vektor medan listrik pada polarisasi-s tegak lurus dengan bidang
gambar
Pada polarisasi-s, gelombang memiliki medan listrik yang tegak lurus dengan
bidang gambar, artinya medan magnet berada pada bidang gambar.
Asumsikan E⃗i, E⃗r, dan E⃗t menunjuk pada arah yang sama, misalnya menuju
bidang gambar
Ei+E r=E t (21)
Terapkan syarat H ∥ kontinu di batas medium, dengan meninjau Gambar 2.2
maka diperoleh:
H i cosθi−H r cosθr=H t cosθ t (22)
Pada medium, keterkaitan besar H dan E dinyatakan oleh persamaan berikut
H=√ε /μ E=(1/ vμ ) E. Kalikan persamaan (22) dengan c dan substitusi H ,
akan diperoleh:
ni
μ i( Ei−E r ) cosθ i=
nt
μ t
Et cosθt (23)
Dengan menyelesaikan persamaan (21) dan (23) akan diperoleh:
( Er
E i)
s
=(ni / μi ) cosθ i−(nt / μt ) cosθ t
(n i /μ i) cos θi+(nt /μ t ) cosθ t
≡ rs (24)
dan
( Et
Ei)
s
=2 ( ni / μi ) cosθi
(ni /μi ) cosθ i+ (nt /μ t ) cosθt
≡t s (25)
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 6
2.3.2. Polarisasi p
Gambar 2.3: Vektor medan listrik pada polarisasi-p berada pada bidang gambar
Saat gelombang elektromagnetik mengalami polarisasi-p, medan listrik paralel
dengan bidang gambar, sedangkan medan magnet tegak lurus dengan bidang
gambar. Asumsikan H⃗ pada gelombang datang, pantul, dan transmisi memiliki
arah yang sama, misalnya keluar dari bidang gambar seperti Gambar 2.3.
Dengan menggunakan syarat batas dua medium yang menyatakan H ∥ dan E∥
kontinu di batas medium, diperoleh:
H i+H r=H t (26)
dan
Ei cosθi−Er cosθ r=E t cosθt (27)
Dengan mensubstitusi H dan mengalikan c di kedua ruasnya, persamaan (26)
dapat ditulis sebagai berikut:
ni
μ i( Ei+E r )=
n t
μt
Et (28)
Selesaikan persamaan (27) dan (28), maka akan diperoleh:
( Er
E i)
p
=(nt /μ t ) cosθi−(ni / μi ) cosθ t
(nt /μ t ) cosθ i+ (ni / μi ) cosθt
≡ r p (29)
dan
( Et
Ei)
p
=2 ( ni /μ i )cos θi
(nt /μ t ) cosθ i+( ni / μi ) cosθt
≡t p (30)
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 7
Perhatikan perbedaan antara persamaan (24) dan (25) dengan persamaan (29) dan
(30). Sebenarnya, setiap dielektrik dari segi optik, μ=μ0, berarti permeabilitas μ dapat
saling menghilangkan pada persamaan (23) dan persamaan-persamaan selanjutnya.
Gunakan Hukum Snellius untuk menyederhanakan persamaan (24), (25), (29),
dan (30) (eliminasi perbandingan indeks bias dan asumsikan μi=μ t), maka akan
diperoleh persamaan Fresnel:
r s=−sin (θi−θ t )
sin (θi+θt )(31)
r p=tan (θi−θ t )tan (θi+θt )
(32)
t s=2 sin θt cosθi
sin (θi+θt ) (33)
t p=2sinθ t cosθi
sin (θi+θt ) cos (θi−θ t )(34)
Bentuk alternatif untuk menuliskan persamaan (24), (25), (29), dan (30) diperoleh
dengan mengeliminasi sudut transmisi θt dari persamaan. Dengan n=(nt /μ t ) (ni /μi ) dan
cosθ t=√1−sin2θ t=1n √n2−sin2 θi, diperoleh:
r s=cosθi−n cosθt
cosθi+n cos θt
=cosθ i−√n2−sin2θi
cosθ i+√n2−sin2 θi
(35)
t s=2 cosθ i
cosθ i+√n2−sin2 θi
(36)
r p=ncos θi−cosθ t
ncosθi+cosθ t
=n2 cosθi−√n2−sin2θ i
n2 cosθi+√n2−sin2θ i
(37)
t p=2 ncosθ i
n2 cosθi+√n2−sin2θi
(38)
2.3.3. Pemantulan Total
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 8
Gambar 2.4: Nilai koefisien refleksi saat sinar datang dari medium udara ke kaca
Pada Gambar 2.4 ditunjukkan nilai koefisien refleksi untuk polarisasi-s dan
polarisasi-p saat sinar datang dari medium udara ke medium kaca atau dapat
dikatakan dari medium yang lebih renggang ke medium yang lebih rapat (
ni<nt). Gambar 2.5 menunjukkan grafik reflektansi terhadap sudut pada kasus
yang sama, yaitu gelombang elektromagnetik merambat dari medium
renggang ke medium rapat, namun medium rapat yang ditinjau bukan kaca,
dimana reflektansi dinyatakan sebagai R s=|r s|2 dan Rp=|r p|
2.
Gambar 2.5: Grafik nilai reflektansi terhadap sudut saat ni<nt
Dari Gambar 2.5, ni=n1 dan nt=n2, dapat disimpulkan bahwa reflektansi
gelombang-s terus naik hingga sudut maksimum, sedangkan reflektansi
gelombang-p mempunyai harga minimum. Untuk perambatan gelombang dari
medium renggang ke medium rapat tidak terjadi perubahan fase.
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 9
Gambar 2.6: Nilai koefisien refleksi saat sinar datang dari medium kaca ke udara
Pada Gambar 2.6 ditunjukkan nilai koefisien refleksi untuk polarisasi-s dan
polarisasi-p saat sinar (gelombang elektromagnetik) datang dari medium kaca
ke medium udara atau dapat dikatakan dari medium yang lebih rapat ke
medium yang lebih renggang (ni>nt). Sudut dimana nilai r p menghilang
dikenal dengan sudut Brewster. Saat ni>nt, dengan kata lain n bernilai lebih
kecil dari satu, ada yang disebut sudut kritis (θc). Jika θi>θc, maka akan terjadi
pemantulan total atau TIR (Total Internal Reflection), seperti ditunjukkan
Gambar 2.7, yang menyebabkan nilai cosθ t berharga imajiner. Pada saat terjadi
TIR juga terjadi perubahan fase sinar datang dan sinar pantul.
Gambar 2.7: Grafik nilai reflektansi terhadap sudut saat ni>nt, saat θi>θc terjadi
Total Internal Reflection (TIR)
Sudut kritis terjadi saat θt=90°, dan nilainya:
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 10
θc=sin−1 n t
ni(39)
Jika θi>θc:
sin θt=ni
nt
sin θi=sin θi
sin θc
>1
cosθ t=√1−( sin θi
sin θc)
2
=−i √( sin θi
sin θc)
2
−1=−i|cos θt|
Untuk mencari perubahan fase yang terjadi, dapat ditulis:
r s=cosθi−i √sin2θ i−n2
cosθi+i √sin2θi−n2(40)
r p=n2cosθ i−i √sin2 θi−n2
n2cos θi+i√sin2 θi−n2(41)
Dengan r s dapat ditulis sebagau eksponensial kompleks sebagai berikut:
r s=e−φ s=a e−iα
a e+iα (42)
Dari persamaan 40 diperoleh bahwa penyebut dan pembilangnya mempunyai
hubungan complex conjugate. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa φ s=2 α ,
dimana tan α (tan12
φs) ditunjukkan oleh persamaan berikut:
tan α=tan12
φ s=√sin2θi−n2
cosθ i
(43)
Dengan cara yang analog, r p=e−φp=b e−iβ
be+iβ , sehingga diperoleh hasil:
tan12
φp=√sin2θ i−n2
n2 cosθi
(44)
Masing-masing gelombang terefleksi internal secara total namun mengalami
perubahan fase yang berbeda untuk polarisasi-s dan polarisasi-p.
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 11
Gambar 2.8: Grafik fase terhadap sudut datang saat terjadi TIR
Saat terjadi pemantulan total, semua energi gelombang elektromagnetik
direfleksikan secara total. Perbedaan sinar datang dan sinar pantul hanya pada
fase gelombang seperti yang ditunjukkan Gambar 2.8.
2.4. Gelombang Evanescent
Meskipun faktanya energi gelombang datang dipantulkan seluruhnya saat sudut
datang lebih besar dari sudut kritis, ternyata medan listrik tidak tiba-tiba hilang di
batas medium. Perbedaan fase antara gelombang datang dan gelombang pantul
mencegah interferensi destruktif sempurna yang diperlukan untuk mengeliminasi
gelombang transmisi. Medan yang ditransmisikan yang dapat menjangkau dan
melewati batas dielektrik saat gelombang mengalami pemantulan internal sempurna
dinamakan gelombang evanescent.
Gambar 2.9: Muka gelombang untuk gelombang yang mengalami refleksi internal total.
Gelombang evanescent meneruskan sebagian perubahan fase gelombang pantul dan berjalan
sepanjang batas medium
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 12
Untuk mengetahui tentang gelombang evanescent, postulatkan gelombang
transmisi sebagai berikut:
E⃗t=E⃗t ,0 e i( k⃗ t ⋅ r⃗−ωt) (45)
Pilih sistem koordinat sedemikian sehingga batas medium ada di bidang-xy dan k⃗
berada di bidang-xz. Kemudian, tinjau sebuah titik r⃗ pada bidang gambar.
k⃗ t⋅ r⃗=k t x sin θt +k t z sin θt
k⃗ t⋅ r⃗=k t( x sin θ i
n+iz√ sin2θi
n2 −1) (46)
Dengan sin θi>n,
E⃗t (r⃗ , t)=E⃗ t ,0 e−αz e i(k ' x−ωt) (47)
untuk medan yang ditransmisikan. Perambatan gelombang sepanjang batas medium
(pada arah x) dengan konstanta perambatan k '=k t sin θt=k isin θi, yang berkurang
secara eksponensial dengan jarak dari batas medium (pada arah z) dengan konstanta
pengurangan α . Representasi muka gelombang datang, gelombang pantul, dan
gelombang evanescent ditunjukkan pada Gambar 2.9.
2.5. Gelombang Bidang pada Bahan Konduktor Isotropik dan Linier
Pada bahan konduktor yang bersifat linier dan isotropik, persamaan Maxwell
yang digunakan adalah:
∇⃗ ∙ E⃗=0 (48)
∇⃗ ∙ B⃗=0 (49)
∇⃗× E⃗=−∂ B⃗∂ t
(50)
∇⃗× B⃗=μ( J⃗+ε∂ E⃗∂ t ) (51)
Untuk mencari persamaan gelombangnya, dapat dicari curl dari persamaan Maxwell
ketiga.
∇⃗× ( ∇⃗× E⃗ )=−∂ ( ∇⃗× B⃗ )∂t
=−μ∂∂ t ( J⃗+ε
∂ E⃗∂ t ) (52)
Dengan J⃗=g E⃗, maka:
∇2 E⃗+με ω2(1+ igωε ) E⃗=0 (53)
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 13
Dengan cara yang sama, diperoleh:
∇2 H⃗ +με ω2(1+ igωε ) H⃗=0 (54)
Solusi untuk persamaan (53) dan (54) adalah sebagai berikut:
E⃗ ( r⃗ , t )=E⃗0 ei (K⃗ ∙ r⃗−ωt ) dan H⃗ ( r⃗ ,t )=H⃗ 0e i( K⃗ ∙r⃗−ωt) (55)
Dengan K⃗ adalah vektor yang komponennya adalah bilangan kompleks. Jika
persamaan Maxwell diterapkan pada solusi di atas, akan diperoleh hubungan antara
medan listrik dan medan magnet sebagai berikut:
K⃗ ⋅ E⃗0=0 K⃗ × E⃗0=ωμ H⃗ 0
K⃗ ⋅ H⃗ 0=0 K⃗ × H⃗ 0=−ω(ε+ igω )E⃗0
(56)
Persamaan gelombang (53) dan (54) dapat digunakan untuk memperoleh hubungan
dispersi:
K2=μω2(ε+ igω ) (57)
Sebagai pengantar untuk kasus yang lebih umum, tinjau kasus khusus pada konduktor
yang baik, dengan i μgω≫1. Pada kasus ini, K=√i μgω=√μgω/2+i √μgω /2≡ k+iα .
Substitusi ke solusi, maka diperoleh:
( E⃗ ( r⃗ ,t )H⃗ ( r⃗ , t ))=( E⃗0
H⃗0)e−α⃗⋅ r⃗ ei ( k⃗⋅ r⃗−ωt )
(58)
Gelombang pelemahan amplitudo secara eksponensial sepanjang lintasannya dengan
bertambahnya jarak tempuh gelombang. Kedalaman yang ditempuh gelombang
δ=1/α disebut skin depth.
Hubungan medan magnet dan medan listrik ditunjukkan oleh persamaan (56).
Dari persamaan tersebut, dapat diperoleh persamaan berikut:
H⃗ ( r⃗ ,t )=K⃗ × E⃗0
ωμei (K⃗ ∙ r⃗−ωt ) (59)
Vektor Poynting rata-rata ⟨ S⃗ ⟩ diperoleh:
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 14
(60)
Dan rapat energi U dihitung sebagai berikut
(61)
Untuk mengetahui lebih lengkap efek vektor gelombang kompleks K⃗ , dengan
K⃗= k⃗+i α⃗, dengan k⃗ dan α⃗ riil (dan collinear). Hubungkan k dan α dengan besaran fisis dari
medium, dan kaitkan dengan hubungan dispersi pada persamaan (57) maka diperoleh:
K2=k2−α 2+2iαk=μ ω2(ε+ igω ) (62)
Asumsikan bahwa g dan ε adalah bilangan riil, komponen riil dan imajiner dapat
dipisahkan sebagai berikut:
k 2−α 2=με ω2 dan 2 αk=μωg (63)
Dari persamaan (63) diperoleh solusi untuk α dan k
k 2=μ ε ω2
2[1+√1+( g/εω )2 ] ≡ μ ε ω2
2β dan α
2=μ2ω2 g2
4 k 2 (64)
Dengan β ≡ 1+√1+ (g /εω )2. Persamaan (64) juga menyatakan bahwa k merupakan
fungsi dari ω. Karena k berkaitan dengan cepat rambat, maka pada medium
konduktif, cepat rambat gelombang bergantung pada frekuensi. Medium yang
demikian disebut dengan medium dispersif.
Besaran gelombang untuk gelombang pada konduktor homogen dapat dituliskan
hubungannya dengan istilah-istilah atau besaran atau karakteristik medium sebagai
berikut:
λ=2 πk
= 2 πω√με √ 2
β≃2 π √ 2
μgω(65)
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 15
v phase=ωk
= 1√με √ 2
β≃√ 2 ω
μg (66)
δ= 1α= 2
g √ εμ √ β
2≃ √ 2
gμω(67)
n= cv phase
=c√ με √ β2≃c √ μg
2 ω(68)
dimana kesetaraan pada keempat persamaan di atas berlaku untuk konduktor yang
baik (g≫ ε ω). Terlihat bahwa skin depth dipengaruhi oleh frekuensi. Skin depth
semakin dangkal bila frekuensi semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada konduktor yang baik, gelombang
elektromagnetik memiliki indeks pembiasan yang sangat besar, panjang gelombang
yang sangat kecil, dan skin depth yang sangat kecil.
Pada konduktor yang buruk (konduktivitas rendah), nilai g jauh lebih kecil dari
ε ω. Sehingga skin depth menjadi: δ=2g √ ε
μ, dan tidak lagi bergantung pada frekuensi.
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 16
BAB III KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab dua, dapat disimpulkan bahwa gelombang elektromagnetik
meninjau medan magnet dan medan listrik secara bersamaan karena keduanya bergantung
terhadap waktu. Selain itu, gelombang elektromagnetik yang merambat pada bahan dapat
mengalami pemantulan dan pembiasan. Efek dan gejala yang ditimbulkan dari perambatan
gelombang elektromagnetik berbeda-beda bergantung pada jenis bahan.
1. Perambatan gelombang elektromagnetik pada medium memenuhi Hukum Snellius
dan Persamaan Fresnel, dengan memanfaatkan syarat batas dua medium.
2. Ketika gelombang datang dari medium rapat menuju medium yang lebih renggang,
dan sudut datang lebih besar dari sudut kritis, maka akan terjadi pemantulan total.
Pada bahan dielektrik, meskipun terjadi pematulan total, medan listrik masih dapat
ditransmisikan sepanjang batas dua medium. Medan yang ditransmisikan yang
dapat menjangkau dan melewati batas dielektrik saat gelombang mengalami
pemantulan internal sempurna dinamakan gelombang evanescent.
3. Pada bahan konduktor, ketika gelombang elektromagnetik menembus bahan,
amplitudo gelombang akan berkurang dan jarak yang ditempuh gelombang disebut
sebagai skin depth. Pada konduktor yang baik, skin depth dipengaruhi oleh
frekuensi, skin depth semakin dangkal bila frekuensi semakin tinggi, demikian pula
sebaliknya. Pada konduktor yang buruk, skin depth tidak bergantung pada
frekuensi.
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Vanderlinde, Jack. (2004). Classical Electromagnetic Theory, Second Edition.
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Supriyanto. (2007). Perambatan Gelombang Elektromagnetik, [PDF]. Tersedia:
http://supriyanto.fisika.ui.ac.id/laci04/gelombang _elektromagnetik.pdf [31
Oktober 2014]
Siregar, Rustam E. (2009). Optik Moderen S3 Fisika, [PDF]. Tersedia:
http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/O3/Optik_Moderen.pdf
[31 Oktober 2014]
Utami Widyaiswari (1406506162) Page 18