tugas 1

9
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Bangka Tengah dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Pada awal berdirinya, Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas daerah lebih kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha dan berpenduduk 161,234 jiwa yang potensi pertambangannya menguntungkan perekonomian masyarakat khususnya Timah. Penambangan rakyat yang begitu luas sehingga banyak meninggalkan lubang-lubang bekas penambangan yang mubazir dan tidak direklamasi. Hal ini yang membuat masyarakat terketuk hatinya memanfaatkan lubang bekas galian penambangan timah untuk dijadikan berbagai macam keperluan, seperti yang dilakukan oleh Bapak MH yang membuat lahan bekas tambang menjadi lahan perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan air tawar di Kampung Jeruk, Kabupaten Bangka Tengah. Beliau memulai usahanya untuk mengembalikan fungsi lahan bekas tambang timah menjadi lahan produktif dimulai pada tahun 2006, yang dimana pembuatan lahan ini bertujuan untuk penelitian dan pembelajaran. Luas lahan yang direklamasi mencapai 31 hektar namun hingga sampai sekarang ini baru sekitar 8 hektar yang berhasil

Upload: bayu-rahmadika

Post on 03-Oct-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

reklamasi tambang

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGKabupaten Bangka Tengah dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Pada awal berdirinya, Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas daerah lebih kurang 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha dan berpenduduk 161,234 jiwa yang potensi pertambangannya menguntungkan perekonomian masyarakat khususnya Timah.Penambangan rakyat yang begitu luas sehingga banyak meninggalkan lubang-lubang bekas penambangan yang mubazir dan tidak direklamasi. Hal ini yang membuat masyarakat terketuk hatinya memanfaatkan lubang bekas galian penambangan timah untuk dijadikan berbagai macam keperluan, seperti yang dilakukan oleh Bapak MH yang membuat lahan bekas tambang menjadi lahan perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan air tawar di Kampung Jeruk, Kabupaten Bangka Tengah.Beliau memulai usahanya untuk mengembalikan fungsi lahan bekas tambang timah menjadi lahan produktif dimulai pada tahun 2006, yang dimana pembuatan lahan ini bertujuan untuk penelitian dan pembelajaran. Luas lahan yang direklamasi mencapai 31 hektar namun hingga sampai sekarang ini baru sekitar 8 hektar yang berhasil dilakukan untuk perkebunan, pertanian, peternakan dan perikanan. Pada awalnya lahan bekas tambang yang digunakan adalah lahan sawah untuk menanam padi yang terdiri dari beberapa petak sawah dengan luas kurang lebih 3 hektar. Usaha tersebut dianggap berhasil karena hasil panen pertama kali yang didapatkan adalah sekitar 3,7 Ton dan mendapatkan penghargaan KALPATARU dari pemerintah pusat. Selain lahan untuk pertanian dan perkebunan, pada lahan bekas tambang timah ini juga digunakan untuk budidaya ikan lele, ikan gurame dan ikan mas koi yang dimulai pada tahun 2007. Namun dikarenakan faktor pekerjaan lain, usaha budidaya ini dihentikan sementara dan dilanjutkan lagi beberapa tahun kemudian namun hanya membudidaya ikan lele hingga sampai sekarang ini.

B. MAKSUD DAN TUJUAN Mengetahui tinjauan teknis, tinjauan ekonomis dan tinjauan ekologis pemanfaatan lahan bekas tambang timah menjadi lahan peternakan ikan lele di Kampung Jeruk, Kabupaten Bangka Tengah.

BAB IIPEMBAHASANA. KAJIAN TEKNISTahapan awal yang dilakukan untuk usaha mengubah lahan bekas tambang timah menjadi lahan produktif adalah melakukan perataan lahan. Tanah berasal dari gundukan-gundukan hasil penggalian overburden yang digali kembali dengan menggunakan excavator. Sedangkan untuk lubang bekas timah (kolong) yang berukuran kecil ditutup dengan menggunakan tanah hasil pengerukan kolong yang lainnya sehingga menghasilkan dua buah kolong yang berukuran besar.Untuk mengontrol tingkat keasaman pada dua buah kolong tersebut, maka dilakukan berbagai upaya seperti menabur kompos, menebar eceng gondok, hingga air seni dan air bekas pemandian agar dapat mengurangi keasaman air. Kedua kolong tersebut merupakan sumber air untuk irigasi, perkebunan dan untuk budidaya lele.Setelah lahan tambang yang telah ditutupi dengan tanah penutup sudah relatif rata dan sudah terdapat sumber air yang memadai, maka dibangunlah infrastruktur berupa rumah untuk peternakan. Dirumah tersebut terdapat tiga macam hewan yang diternak, diantaranya ada sapi, ayam dan lele. Khusus untuk lele dibuat beberapa kolam untuk memisahkan antara benih-benih lele dan lele yang sudah siap dipasarkan, sedangkan untuk sapi dan ayam dibuat kandang tersendiri. Di bekas lahan tambang ini terdapat dua tempat dengan lokasi yang berbeda untuk budidaya lele, tempat yang pertama digunakan untuk benih dan indukan lele sedangkan tempat yang kedua digunakan untuk lele yang siap dijual untuk konsumsi. Jenis lele yang dibudidaya adalah jenis lele sangkuriang dan lele dumbo.Dalam perawatan lele secara teknis hampir sama pada umumnya dengan di tempat lain, namun yang membedakannya adalah sumber air yang digunakan. Selain itu juga diperlukan perawatan khusus terutama dari pemberian pakan, karena lele merupakan salah satu hewan kanibal maka harus teratur dalam memberi pakan lele tersebut. Pakan lele ditempat ini berupa cacing merah yang dibeli dari pasaran dan juga diternak sendiri, namun hal tersebut belum begitu optimal dilaksanakan.

B. KAJIAN EKONOMISInvestasi awal yang dikeluarkan untuk mengubah lahan bekas tambang timah menjadi lahan yang produktif di Kampung Jeruk ini adalah kurang lebih 1 milyar rupiah yang berasal dari dana pribadi Bapak MH. Besarnya dana yang dikeluarkan tersebut bukan menjadi suatu masalah bagi Bapak MH, karena beliau sadar akan dampak yang dihasilkan jika lahan bekas tambang tersebut dibiarkan begitu saja dan akan memberi bencana kepada anak cucu kita nanti di masa depan. Beliau juga ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa lahan tersebut bisa berubah menjadi lahan yang produktif serta bisa menjadi daerah penelitian dan pembelajaran.Modal awal yang dikeluarkan dalam pembuatan kolam lele cukup besar karena mahalnya pembuatan infrastruktur tersebut. Namun seiring berjalannya waktu dan ketekunan dalam perawatan lele, hasil yang didapatkan pun sangat memuaskan. Biasanya benih lele yang siap dijual ke pasaran berumur tiga bulanan dengan kisaran harga sebesar Rp 130.000 150.000. Dari segi keuntungan, dalam penjualan benih lele saja sudah mendapatkan puluhan juta per bulan ditambahkan lagi dalam penjualan lele untuk dikonsumsi, terhitung dalam setiap bulan keuntungan yang diperoleh Bapak MH dari penjualan lele bisa mencapai seratus jutaan.

C. KAJIAN EKOLOGISecara ekologi, spesies tanaman lokal seperti lada dapat beradaptasi dengan lahan bekas tambang timah tersebut. Selain itu juga tanaman lain yang dapat tumbuh di lahan tersebut adalah pepaya, jagung, padi, buah naga, singkong, kelapa sawit dan lain-lainnya. Rumput-rumput liar yang terdapat pada lahan produktif tersebut biasanya digunakan untuk makanan sapi. Selain itu juga terdapat berbagai macam hewan liar seperti burung-burung yang berterbangan untuk mencari makanan serta terdapat biawak dan ikan gabus yang berada di kolong bekas tambang, itu menandakan bahwa keadaan sekitar tidak mengganggu keberadaan makhluk hidup.masyarakat pun jika ingin belajar tentang budidaya lele bisa belajar dan mencari ilmu secara langsung di tempat ini dengan gratis, asalkan mempunyai modal niat dan semangat. Bapak MH tidak segan untuk memberi ilmunya kepada masyarakat karena hal tersebut merupakan tujuan utamanya membuat lahan produktif tersebut.

D. KESIMPULANKesimpulan yang telah didapatkan dari pengamatan ini, antara lain: Untuk mengurangi dan menjaga tingkat keasaman air pada lubang bekas galian tambang timah (kolong) dilakukan berbagai upaya seperti pemberian kompos kedalam kolong, menyebar tanaman eceng gondok dan dicampur dengan air seni serta air bekas pemandian. Pemberian pakan lele harus tepat dan tidak boleh terlambat karena akan berpengaruh sangat besar jika tidak tepat dalam pemberian pakan terhadap lele tersebut. Perlunya pemeriksaan rutin untuk menjaga kesehatan ikan lele agar terhindar dari berbagai macam penyakit yang dapat menyebaban kematian.

Besarnya investasi awal tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan hasil yang telah didapatkan berkat usaha dan kerja keras selama ini. Lahan produktif bekas tambang tersebut juga memberi dampak positif kepada lingkungan, hewan-hewan dan masyarakat.

Lampiran

Gambar 1. Rumah Peternakan Gambar 2. Kolam Pembibitan Lele

Gambar 3. Benih Lele Berumur Tujuh Hari Gambar 4. Benih Lele Siap Jual

Gambar 5. Indukan Lele Gambar 5. Kolong sebagai Sumber Air