tuga akhir wira fadil 2012
DESCRIPTION
Good Luck..TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di
Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit
dari Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. PKS merupakan titik kritis dalam
alur hidup ekonomi buah kelapa sawit dan merupakan titik kritis dalam alur hidup
ekonomi buah kelapa sawit khususnya dan industri kelapa sawit umumnya. PKS
tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis
dan fisik.
Pabrik kelapa sawit mengolah TBS (Tandan Buah Segar) menjadi Crude
Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel) dilakukan dengan proses pemisahan dan
pengutipan melalui beberapa tahap, antara lain penerimaan buah, rebusan
(sterilizer), pemipilan (Threses), pelumatan (digester), pengempaan (presser),
pemurnian (klarifikasi) dan pemisahan biji dan kernel. Keberhasilan disuatu
proses itu akan mempengaruhi ke proses selanjutnya. Oleh karena itu, kinerja
PKS dituntut harus baik sesuai standart sesuai dengan prinsip pengolahan kelapa
sawit, yaitu mengutip minyak dan inti sawit sebanyak – banyaknya sehingga
tercapainya rendemen yang diinginkan.
Salah satu proses pengutipan minyak terjadi stasiun klarifikasi,Minyak
kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan (pengepresan) perlu
dibersihkan/dipisahkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur
(sludge), maupun air. Pada PKS umumnya memilki standart losses pada slugde <
1
10% max dan NOS < 7% max, sedangkan kadar kotoran 0,20% dan kadar air
0,80%. Untuk mencapainya tidak terlepas dari kontruksi dan fungsi alat
didalamnya dalam membantu jalannya proses pemisahan di VCT.
Pengaturan Aliran CPO dan Stirer merupakan salah satu alat yang membantu
proses pemisahan di VCT dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan
sehingga dengan begitu minyak dan non minyak akan lebih mudah terpisah
berdasarkan berat jenis dikarenakan adanya gaya sentrifugal yang ditimbulkan
oleh putaran stirer. Kontruksi stirer menjadi salah satu tolak ukur dalam menekan
juga meminimalisasi kehilangan minyak pada sludge dan kadar kotoran pada
minyak.
Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aliran CPO
pada VCT dengan menggunakan stirer propeller terhadap kehilangan
minyak.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi pemisahan dan
pengutipan minyak pada kotoran dengan menggunakan alat pengaduk propeler di
VCT. Dari penelitian ini kita dapat mengetahui seberapa efektif kontruksi alat ini
bekerja untuk proses pemisahan minyak dan kotoran.
B. Perumusan Masalah
Setiap PKS menggunakan alat dan mesin yang berbeda – beda untuk
menghasilkan minyak sebanyak – banyaknya pada proses pengutipan minyak.
Salah satu tolak ukur keberhasilan proses pengolahan di pabrik kelapa sawit yaitu
dapat dilihat dari proses klarifikasi. Proses yang terjadi pada stasiun klarifikasi
pada dasarnya menggunakan sistem pengendapan dan pengutipan minyak. Proses
pemisahan awal antara minyak dengan partikel non minyak tejadi di VCT. Disini
2
penulis membuat penelitian tentang pengaruh aliran cpo dengan menggunakan
stirer propeler terhadap losses minyak di Vertical Clrifier Tank. Perumusan
masalah penilitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh aliran aliran CPO dengan menggunakan stirer
propeller terhadap losses minyak di VCT.
2. Berapa % tase minyak yang terikut pada sludge sehingga menyebabkan
losses pada VCT..
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aliran CPO
terhadap persentase losses yang terjadi di VCT dengan menggunakan stirer
propeller.
D. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan referensi dalam melakukan proses pemisahan di VCT
melalui tahap uji coba terhadap kontruksi alat. Dan Untuk mengetahui pengaruh
setiap pengaturan aliran terhadap kehilangan minyak pada sludge. Sehingga
menjadi masukan dalam meminimalisasi kehilangan minyak pada proses
pengolahan kelapa sawit dan dapat digunakan sebagai pengembangan
pengetahuan bagi penelitian berikutnya.
3
E. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian/pengamatan ini dilakukan di pabrik kelapa sawit
dengan melihat serta mengamati proses pengolahan minyak di stasiun klarifikasi
pada suatu alat yaitu VCT dan juga melakukan proses analisa di laboratorium
untuk mengetahui persentase pengutipan minyak pada kotoran dari data atau
sampel yang diambil dari VCT tersebut.
F. Batasan Penelitian
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi masalah yang akan di
teliti pada saat pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut :
a. Penulis hanya menganalisa persentase minyak dan kotoran
b. Tidak membahas tentang ALB pada minyak
c. Tidak termasuk kualitas Minyak Kasar yang masuk ke VCT.
d. Analisa dilakukan mengikuti prosedur analisa laboratorium tempat
pelaksanaan pengamatan dan penelitian.
e. Mengetahui komponen alat pada VCT
f. Menganalisa losses minyak pada sludge
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Stasiun Klarifikasi
Minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari Screw Press masih
mengandung kotoran-kotoran, pasir, cairan, dan benda kasar lainnya. Oleh karena
itu perlu dilakukan pemurnian minyak untuk mengurangi kandungan yang tidak
diharapkan sesuai dengan norma yang ditetapkan.
Stasiun klarifikasi marupakan stasiun pemurnian minyak yang berasal dari
minyak kasar (crude oil) yang akan diproses lebih lanjut sehingga diperoleh
minyak produksi berupa CPO dengan kualitas yang baik atau sesuai dengan
standart penjualan.
Tujuan klarifikasi adalah :
1. Efisiensi pemisahan minyak murni dari crude oil pada tingkat awal.
2. Efisensi pemisahan kadar air pada minyak.
3. Pemisahan kadar kotoran.
4. Mendapatkan rendemen minyak yang optimal dengan lossis minyak yang
rendah
B. Pemisahan Minyak
Minyak mentah berupa cairan yang ditiriskan dari bejana pemeras dan
yang diperas oleh kempa (pressing) terdiri atas campuran minyak, air, sisa-sisa sel
serta potongan-potongan serabut halus dan cangkang halus. Sebagian besar berupa
minyak bebas yang terutama berasal dari tirisan bejana press, sisanya adalah
5
minyak yang sangat tercampur dengan air terutama berasal dari hasil pressan,
bahkan ada juga yan berupa emulsi. Emulsi air dalam minyak masih tidak begitu
sukar memisahkannya apabila suhu yang digunakan mencapai 90 – 95 oC, akan
tetapi jika minyak ter-emulsi didalam air maka akan sukar untuk memisahkannya.
Dalam cairan minyak terdapat fase yang sulit dipisahkan dengan satu cara,
maka dilakukan pemisahan fase minyak, fase NOS dan fase air dengan beberapa
tahapan. Pemisahan minyak dari fraksi cairan lainnya yang dilakukan dengan
berdasarkan prinsip filtrasi, pengendapan, pemguapan, sentrifugasi dan system
pemisahan lainnya.
Dalam pericarp buah yang direbus terdapat komposisi minyak 54%, air
28% dan NOS 18%, dan jika diperas denga screw press maka komposisi ini akan
berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak 66%, air 24% dan nos 10%,
(Ref. Naibaho P. M – Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit 1998).
Berat jenis minyak lebih kecil dari berat jenis air dan sludge, sehingga
butir dan gelembung minyak akan naik kepermukaan. Mula-mula dengan
kecepatan yang semakin besar, kemudian karena adanya gaya lawan yang berupa
gesekan dari sludge, butir-butir naik dengan kecepatan konstan, (Hukum Stokes).
Semakin tinggi viskositas cairan maka akan semakin besar gaya gesekan
yang timbul. Oleh karena ituuntuk mendapatkan proses pemisahan dari
pengendapan yang maksimal, maka tingkat viskositas harus diturunkan. Hal ini
dapat dicapai dengan suhu tinggi, tetapi dalam hal ini suhu terbatas sampai sedikit
dibawa titik air berkisar suhu diantara 90 - 95 oC. Selain sebagai penurun tingkat
viskositas, pengenceran dan pembagian suhu berfungsi untuk mencegah
6
timbulnya kemungkinan pembentukan lapisan ketiga yaitu berbentuk zat padat
bukan lemak. Upaya ini dilakukan agar pembentukan zat padat bukan lemak
tersebut tidak terlalu tinggi (< 3,5 %) karena hal ini akan menyebabkan naiknya
tingkat viskositas pada cairan. Selain penuruanviskositas, juga perlu dijaga sedikit
mungkin pembentukan butiran minyak yang lebih kecil dari 15 mikron, baik
dalam press maupun pompa penghantar.
C. Vertical Clarifier Tank ( VCT )
VCT adalah tempat pemisahan pertama antara minyak dengan sludge
dengan cara pengendapan. Agar pengendapan dapat berlangsung sempurna maka
diberi uap panas dan penahanan waktu yaitu 2-4 jam setelah dari COT, suhu harus
dijaga 90 - 95 oC dan ketebalan minyak pada VCT sebaiknya 30 – 50 cm baru di
lakukan pengutipan minyak melalui skimmer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja VCT adalah :
1. Temperatur
2. Air dilusi
3. Pengaduk
4. Kualitas dan kuantitas Umpan (feeding)
5. Desain untuk menentukan retention time
7
Gambar 01 : Alur Proses di Vertical Clarifier Tank pada umumnya (VCT)
Minyak yang mengapung di bagian atas dikutip melalui dua pipa limpahan
(skimmer) yang ujungnya berbentuk kerucut terbalik yang ketinggiannya dapat
distel. Drap (sludge) dikeluarkan dari bagian bawah tangki sedikit diatas dasar
lingkaran dari kerucut tangki melalui suatu pipa vertical yang ujungnya terbuka,
bibir luapannya sedikit lebuh tinggi dari bibir kerucut luapan minyak,
ketinggiannya pun dapat distel. Tangki dilengkapi dengan pengaduk dengan
sumbu vertical yang berputar lambat, daun adukan bergerak dalam bidang
8
Crude
Oil
Tank
Sludge
Tank
Oil
Tank
Steam coil
Foaming
Steam injectionAgitatorOil Purifier
Sludge
Sludge
Sludge
Sparator
Vibrating
Screen
VCT
Pengaturan suhu pada steam coil
horizontal shear atau guntingan yang ternyata memberiakan efek pengurangan
viskositas, (Mangoensoekarjo,2003).
Cara kerja tangki adalah mengendapkan sludge yang terikut pada minyak.
Minyak kasar yang berasal dari crude oil tank didiamkan selama 2-4 jam agar
minyak dan sludge dapat terpisah dengan sempurna (pengendapan sludge
sempurna).
VCT memiliki pengaduk yang dimana berfungsi untuk menghancurkan
sludge atau kotoran yang menggumpal yang telah lama terendap didasar VCT,
sehingga minyak lebih mudah terpisah dari sludge, dan pada saat blow down tidak
terjadi penyumbatan pada keran pipa buang.
D. Sistem Pemanasan pada VCT
Prinsip perpindahan panas fluida yang terjadi pada VCT dapat dikatakan
sebagai perpindahan panas secara konveksi.
Perpindahan panas secara konveksi merupakan dua aliran fluida yang
bergerak. Aliran dingin bergerak mendekat kepermukaan yang panas. Dimana
fluida itu memberikan bagian terbesar dari fluida yang dingin dengan
mencampurnya. Konveksi bebas atau alami terjadi ketika ketika fluida bergerak
tanpa peralatan mesin pengaduk, (Kern,1988).
9
Sistem pemanasan pada VCT terdiri dari 2 sistem yaitu :
1. Sistem Coil
Sistem ini yaitu penyaluran panas dengan penggunaan pipa berbentuk
spiral. Penyaluran uap panas pada system coil yaitu pemanasan dari bagian
atas pipa injeksi. Pipa ini memiliki katup yang secara automatis akan terbuka
saat tekanan uap di dalam pipa telah melebihi batas.
2. Sistem Injeksi
Yaitu penginjeksian uap panas melalui pipa spiral yang berada pada
bagian bawah pipa coil. Pipa injeksi inidilengkapi dengan lubang-lubang kecil
tempat keluarnya uap panas yang diinjeksikan.
10
Gambar 02. Tampilan VCT dua sisi belum menggunakan stirer propeller
Keterangan Gambar :
1. Distribution Tank 9. Stirer arm
2. Inlet pipe 10. Steam coil
3. Oil skimmer 11. Stirer shaft support
4. Stirer motor & gearbox 12. Injection steam
5. Sludge skimmer 13. Steam flushing
6. To sludge tank 14. Drain pipe
7. Thermometer
8. Underflow pipe
11
E. Stirer Propeller
Salah satu alat yang berpengaruh dalam proses pemisahan adalah
Stirer.Fungsi strirer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan
minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan
minyak dengan sludge. Kecepatan putaran juga akan mempengaruhi semakin
cepat akan menyebabkan gejolak pada minyak sehingga sludge akan ikut naik ke
atas. Selain putaran kontruksi stirer perlu diperhatikan diperhatikan agar
mempermudah pemecahan partikel – partikel / gumpalan – gumpalan sehingga
akan mempercepat proses pemisahan di VCT.
Berikut adalah gambar stirer propeller yang akan digunakan dalam dalam
penilitian VCT sesuai judul yang telah di tetapkan.
Gambar 03. Stirer Propeller
12
Stirer propeller ini biasa nya digunakan pada kecepatan berkisar antara
400 hingga 1750 rpm dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah.
Merupakan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi.
Rpm : 1150–1750 (ukuran kecil); 400–800 (ukuran besar).
Arus cairan meninggalkan propeler secara aksial sampai dibelokkan
oleh lantai atau dinding bejana.
Berputar membuat pola heliks di dalam cairan.
Rasio jarak zat cair yang dipindahkan terhadap diameter propeler
disebut jarak-bagi (pitch) jarak bagi = 1 disebut square pitch.
Paling banyak : marine propeller berdaun tiga dan square pitch.
Diameter propeler biasanya £ 18 in.
F. Defenisi Aliran
Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu
aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut
dalam banyak hal mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan
penting. Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan permukaan bebas;
aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas, sedang aliran saluran
tertutup tidak mempunyai permukaan bebas karena air mengisi seluruh
penampang saluran. Dengan demikian aliran saluran terbuka mempunyai
permukaan yang berhubungan dengan atmosfer, sedang aliran saluran tertutup
tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer.
13
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran dalam saluran terbuka,
dan dapat pula berupa aliran dalam pipa. Kedua jenis aliran tersebut memiliki
prinsip yang sangat berbeda. Aliran melalui saluran terbuka adalah aliran yang
memiliki permukaan bebas sehingga memiliki tekanan udara walaupun berada
dalam saluran yang tertutup. Adapun aliran dalam pipa merupakan aliran
yang tidak memiliki permukaan bebas, karena aliran air mengisi saluran
secara terus menerus, sehingga tidak dipengaruhi oleh tekanan udara dan hanya
dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik.
Analisis yang dilakukan pada saluran terbuka lebih sulit dibandingkan
analisis yang dilakukan pada aliran dalam pipa dan pada umumnya
analisis pada saluran terbuka menggunakan persamaan-persamaan empiris.
Hal tersebut dilakukan karena analisis aliran pada saluran terbuka
memiliki banyak variabel yang berubah-ubah dan tidak teratur terhadap
ruang dan waktu. Variabel-variabel tersebut antara lain penampang
saluran, kekasaran permukaan saluran, kemiringan saluran, debit aliran, kecepatan
aliran, pertemuan saluran (junction ), dan sebagainya.
Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan
kenyataan bahwa kedudukan permukaan yang bebas cendrung berubah sesuai
waktu dan ruang, dan juga bahwa kedalaman aliran, debit, kemiringan dasar
saluran dan permukaan bebas adalah tergantung satu sama lain. Kondisi fisik
saluran terbuka jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan pipa. Kombinasi
antara perubahan setiap parameter saluran akan mempengaruhi kecepatan yang
terjadi. Disisi lain perubahan kecepatan tersebut akan menentukan keadaaan dan
14
sifat aliran. Hal inilah yang ingin diketahui untuk menentukan pengaruh
ketinggian terhadap kecepatan yang terjadi.
G. Jenis Aliran Fluida
Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar , aliran
transisi dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapatkan dari hasil eksperiman yang
dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran 3
jenis. Jika air mengalir melalui sebuah pipa berdiameter d dengan kecepatan rata-
rata V maka dapat diketahui jenis aliran yang terjadi. Berdasarka eksperimen
tersebut maka didapatkan bilangan reynold dimana bilangan ini tergantung pada
kecepatan fluida, kerapatan, viskositas, dan diameter.
Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur
mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran
ini terjadi apabila kecepatan kecil atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen
jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa
dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi
apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.
p.d.vRe = ────────
μ
1. Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan persamaan:
dimana: ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
d = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
μ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)
15
Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida
merupakan viskositas kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga
dinyatakan:
μ d.v V = ─ Sehingga Re = ── p μ
Menurut Orianto (1989), berdasarkan percobaan aliran didalam
pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk angka Reynolds dibawah 2000,
gangguanaliran dapat diredam oleh kekentalan zat cair maka disebut aliran
laminar. Aliran akan menjadi turbulen apabila angka Reynolds lebih besar dari
4000. Apabila angka Reynolds berada di antara kedua nilai tersebut (2000 < Re <
4000) disebut aliran transisi.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN/PENGAMATAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus STIP- AP LPP Medan
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. VCT (Vertikal Clarifier Tank)
VCT merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan minyak, air
dan sludge yang di pabrikasikan dengan kapasitas kecil ± 250 liter
yang mampu atau bisa ditukar jenis stirer paddle dengan propeller
dalam pelaksanaan penelitian ini.
Gambar 04. Vertikal Clarifier Tank
17
Spesifikasi VCT :
- Tinggi : 140 cm
- Diameter : 55 cm
- Tinggi input : 40 cm
- Diameter input : 40 cm
- Kapasitas : 250 liter
- Kecepatan putaran : 4 – 6 rpm
b. Stirer Propeller
Fungsi strirer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat
pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan
serta mendorong lapisan minyak dengan sludge.
Gambar 05. Stirer Propeller
Spesifikasi stirer propeller :
- Tinggi : 90 cm
- Leber : 40 cm
- Kecepatan putaran : 4 – 6
18
c. Soxhlet Extraction
Soxhlet merupakan alat yang terdiri dari pengaduk atau granul anti-
bumping, still pot (wadah penyuling) bypass sidearm, thimble sulosa,
extraction liquid, sypon arm inlet, siphon arm outlet, expansion
adapter, condenser (pendingin), cooling water in dan cooling water
out. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih
sedikit (efesinsi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon
tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk
mengekstraksi sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi.
Gambar 06. Soxhlet Extraction
d. Oven
Oven laboratorium atau yang dapat juga disebut drying oven adalah
alat yang berguna untuk memanaskan atau mengeringkan peralatan
laboratorium, selain fungsi- fungsi diatas oven biasanya digunakan
untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia 19
maupun pelarut organik, dapat pula digunakan untuk mengukur kadar
air.
Gambar 07. Oven
e. Neraca Analitis
Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan dengan ketelitian tinggi
(0.0001 gram). Serta digunakan untuk menimbang bahan kimia dalam
proses pembuatan larutan untuk uji kuantitatif dan proses standarisasi.
Selain itu berfungsi untuk menimbang sampel / bahan dalam analisis
kuantitatif..
Gambar 08. Neraca Anlitis
20
f. Desikator
Berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan
pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin
karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan
vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa
dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan
pengering yang biasa digunakan adalah silika gel. Alat ini berfungsi
sebagai Tempat menyimpan sampel yang harus bebas air,
Mengeringkan padatan
Cara menggunakannya :
- Dengan membuka tutup desikator dengan menggesernya ke samping.
- Letakkan sampel dan tutup kembali dengan cara yang sama.
Keterangan :
Silika gel yang masih bisa menyerap uap air berwarna biru; jika silika
gel sudah berubah menjadi merah muda maka perlu dipanaskan
dalam oven bersuhu 105 oC sampai warnanya kembali biru.
Gambar 09. Desikator
21
g. Cawan Patri
Berbentuk seperti gelas kimia yang berdinding sangat rendah. Terbuat
dari kaca borosilikat tahan panas. Berfungsi sebagai wadah
menimbang dan menyimpan bahan kimia, mikrobiologi.
Gambar 10. Cawan Patri
h. Timbel ekstraksi
Timbel ekstraksi ini berfungsi sebagai wadah sampel dari sludge
yang telah di keringkan dari oven.
Gambar 11. Timbel ekstraksi
22
i. Corong Buchner
Berupa corong yang bagian dasarnya berpori dan berdiameter besar.
Terbuat dari porselen, plastik atau kaca. Berguna untuk menyaring
sampel agar lebih cepat kering. Cara menggunakannya dengan
meletakkan kertas saring yang diameternya sama dengan diameter
corong.
Gambar 12. Corong Buchner
j. Tabung destilasi
Berupa labu dengan leher yang panjang, alasnya ada yang bundar, ada
yang rata. Terbuat dari\ kaca tahan panas pada suhu 120-300
oC.Ukurannya mulai dari 250 mL sampai 2000 mL. berfungsi untuk
memanaskan larutan dan menyimpan larutan.
23
Gambar 13. Tabung destilasi
k. Sentrifuge
Berfungsi untuk mengendapkan dan memisahkan padatan dari
larutan.
Gambar 14. Sentrifuge
l. Stopwatch
Pengukuran waktu biasanya dilakukan untuk mengetahui besarnya
kecepatan rata - rata dan penentuan laju. Alat pengukuran waktu yang
umum digunakan adalah stopwatch. jenis dari stopwatch dibedakan
menjadi 2, yaitu stopwatch jarum dan stopwatch digital. Bila
stopwatch jarum memiliki skala terkecil sebesar 0,1 detik, maka pada
24
stopwatch digital memiliki tingkat ketelitian pengukuran yang lebih
baik, yaitu 0,01 detik.
Gambar 15. Stopwatch
2. Bahan
a. Sampel aliran output pada tabung umpan VCT
Sampel cairan input yang diambil pada umpan adalah cairan
cpo yang kaluar pada pipa outlet sebelum masuk ke VCT. Dimana pipa
tersebut dapat disambung dan di bongkar pasang sesuai kebutuhan
dalam tahap pengambilan sampel pertama untuk mengetahui persentase
kadar kotoran dan persentase kadar minyaknya.
25
b. Sampel cairan pada output sludge VCT
Sampel cairan sludge sesudah keluar dari VCT, juga diambil
untuk mengetahui berapa persentase minyak yang terikut pada kotoran
(losses ) oleh VCT dan seberapa efektif kinerja stirer propeller tersebut
terhadap pemisahan minyak dan sludge.
c.N-Hexane
N-Hexane digunakan sebagai larutan pencampur untuk
mempermudah pengextraksian pada sampel yang akan di analisa.
Gambar 16. N-Hexane
26
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan membuat
stirer jenis propeller membandingkan dan mencari pengaruh pemakaian alat stirer
tersebut pada VCT dalam menekan losess dan meminimalisasi kadar kotoran.
Dalam penelitian ini, akan diukur keberhasilan stirer yang digunakan dengan
pengambilan sample setiap 1 jam sekali dengan input yang sama untuk
mendapatkan hasil yang akurat.
27
D. Pengambilan Data
Pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel yang pertama dilakukan pada cairan input
umpan VCT, dimana terdapat pipa aliran yang dapat disambung dan
di bongkar pasang sesuai kebutuhan serta mempunyai kran aliran yang
mengatur besar kecilnya aliran Crude Oil sebelum masuk ke VCT,
untuk mengetahui berapa input crude oil yang masuk setiap variasi
aliran.
b. Pengambilan sampel yang kedua dan seterusnya untuk setiap bukaan
kran yang berbeda yaitu bukaan 1/4 ,1/2, 3/4, dan 1 ( penuh )
dilakukan pada output sludge VCT, dan melakukan pengukuran
dilaboratorium untuk mengetahui losses minyak pada sludge selama
proses berlangsung.
Gambar 17. VCT dengan stirer propeller
28
Secara sistematik penelitian dilakukan sebagaimana flow penelitian sebagai
berikut :
Pengulangan pada laju
Yang berbeda
Gambar 18. Flow Sistematik Penelitian
29
Set up alat yaitu VCT
250 Liter
Masukkan Bahan Baku Umpan VCT
Hitung laju aliran pada setiap bukaan Kran yang berbeda
Ambil sampel 1 pada inputAmbil sampel 1 pada input
Pisahkan dan analisa persentase kadar kotoran dan
kadar minyak
Pisahkan dan analisa persentase kadar kotoran dan
kadar minyak
Lalu ikuti proses pengendapan pada VCT
Lalu ikuti proses pengendapan pada VCT
Ambil sampel 2 pada sludge output
Ambil sampel 2 pada sludge output
Pemisahan dan pengutipan antara minyak dan sludge
Pemisahan dan pengutipan antara minyak dan sludge
LOSSES MINYAK %LOSSES MINYAK %
Tabel 01. Tabel pengambilan sampel
No Waktu pengambilan sample Satuan
1 Input 3 sample
2 2 jam pertama 3 sample
3 ± 20 3 sample
4 ± 40 3 sample
5 ± 60 3 sample
6 ± 80 3 sample
Pengambilan sample minyak di kotoran dengan blowdown :
Gambar 19. Tahap pengambilan sampel
30
E. Pengamatan Penelelitian
Setelah hasil eksperimen/Penelitian atau analisa data pada sampel
dilakukan di laboratorium Kampus STIPAP tempat penelitian dilakukan untuk
mendapatkan data yang akurat. Perlakuan pada sampel dilakukan beberapa kali
untuk setiap titik pengambilan sampel pada setiap objek penelitian sehingga data
yang diperoleh lebih spesifik lagi. Setelah analisa tersebut dilakukan, data yang
didapat dibuat dalam bentuk tabel dan grafik, sehingga dari data tersebut dapat
diketahui pengaruh aliran CPO dan seberapa efektif kinerja stirer propeler
terhadap losses minyak di VCT.
F. Analisa Data
Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
memudahkan dalam analisa data dan mengetahui hasil dari pengaruh pengaturan
aliran dengan setiap variasi yang berbeda terhadap losses minyak yang terjadi
dengan menggunakan stirer propeller.
31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisa
Kondisi percobaan yang terlihat pada hasil analisa berikut merupakan
perbandingan yang terjadi antara penelitian tentang pengaruh aliran CPO dengan
menggunakan stirer propeller terhadap losses minyak di VCT.
Prosedur analisa kandungan kadar minyak yang tercampur dikotoran pada VCT
yaitu :
1. Ambil cawan yang sudah dibersihkan, kemudian beri sampel sludge
setelah itu timbang berat cawan tersebut.
2. Setelah proses timbang cawan tersebut kemudian letakkan cawan yang
berisi tadi tersebut kedalam oven ± 4jam
3. Setelah dioven kemudian ambil cawan tersebut untuk ditimbang berat
keringnya,kemudian kerok sampel yang kering tadi untuk dimasukkan ke
kertas timbel.
4. Setelah dimasukkan kekertas timbel ambillah tabung destilasi dan
kemudian beri tanda terhadap tabung destilasi tersebut dan isikanlah n-
heksan sebesar 175ml.
5. Setelah itu bawa tabung destilasi tersebut ke sochlet ekstraksi.dan
kemudian tunggu hasilnya sampai warna yang bermula kuning CPO
menjadi bening.setelah bening angkatlah tabung destilasi dan catat
bahwasannya tabung destilasi tersebut agar tidak salah perhitungan,
32
6. Setelah itu timbang tabung destilasi yang berisi kemudian dikurangkan
dengan tabung destilasi yang belum terisi
7. Setelah itu hitunglah persentase minyak yang hilang dan kemudian
catatlah.
Sebelum menghitung kadar losses, terlebih dahulu harus menghitung
jumlah input dengan cara :
Jumlah Input = Sampel Input – Berat Plastik
5
Maka hasil yang di peroleh :
Tabel 02. Hasil analisa kalibrasi
kalibrasi Waktu pengambilan
sample (detik)
Berat sample
(gr)
Pelastik sample
(gr)
Rata –rata
Laju (gr/s)
1/ 4 5 200 13,14 37,37
1/ 2 5 500 13,14 97,37
3/ 4 5 1500 13,14 297,37
penuh 5 3400 13,14 677,37
Cara mengukur data input untuk mengetahui persentase input VCT dengan
menggunakan alat sentrifuge, kemudian di ukur dengan menggunakan rol untuk
mengetahui persentase Oil, Moisture, dan NOS yang terkandung dalam crude oil
input vertical clarifier tank.
33
Tabel 03. Komposisi Input pada VCT
Kalibrasi Oil (%) Moisture (%) NOS (%)
1/ 4 28 15 57
1/ 2 37 20 43
3/ 4 45 20 35
penuh 55 10 35
Penelitian dan pengamatan yang dilakukan pada proses pemurnian minyak
di VCT, dapat di simpulkan kondisi percobaan yang terlihat pada hasil analisa
berikut ini merupakan pemakaian stirer propeller dan terhadap kecepatan
pengendapan minyak di kotoran, penelitian tentang pengaruh aliran CPO dengan
menggunakan stirer propeller terhadap losses minyak di VCT miniatur berbentuk
pertikal dengan diameter yang disesuaikan, yang di laksanakan di sebuah alat
percobaan pada tanggal 10 juli sampai 16 juli 2012 maka didapat hasil
pengukuran kehilangan minyak sebagai berikut.
Dimana :
Nk = persentase losses (%)
M1 = massa losses (gr)
M2 = massa sample (gr)
34
Berdasarkan perlakuan pada alat didapat massa losses 2,3 gr, massa
sample 20,3 gr. Maka persentase kadar losses dihitung dengan persen dapat
dihitung hasilnya sebagai berikut :
%
2,3 = ── x 100
20,3
= 11,33
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, diperoleh hasil analisa
persentasi Losses pada waktu pengambilan 120 menit, 140 menit, 160 menit, 180
menit, 200 menit dengan rata – rata (NK) dengan perhitungan sebagai berikut :
NK 1 + NK 2 + NK 3
Nk =
3
2,5 + 1,9 + 2,5
Nk =
3
Nk = 2,3 gram
Hasil rata – rata sample diatas 2,3 gram.
35
Dengan cara inilah dilakukan seterusnya perhitungan kadar losses untuk
setiap perlakuan variasi 1/4, 1/2 , 3/4, dan penuh yang didapat dari data
sebagaimana pada tabel yang ditunjukkan diatas.
Tabel 04. Data persentase Oil Losses
Waktu
Pengambilan
Sampel
Variasi Bukaan Kran Aliran
1/4 1/2 3/4 Penuh
Oil Losses
(%)
Oil Losses
(%)
Oil Losses
(%)
Oil Losses
(%)
120 menit 11,3 8,5 18 17,5
140 menit 13 8,0 13 7
160 menit 10,4 8,4 5,5 7
180 menit 6,4 6,0 8,5 5
200 menit 26,5 8,5 6 7
Kemudian data akan ditampilkan dalam bentuk grafik untuk mengetahui
perbandingan losses yang terjadi sebagai berikut :
36
Gambar 20. Grafik Persentase Oil Losses
B. Pembahasan
Kadar losses merupakan suatu campuran antara partikel – partikel suatu
zat padat dan cair dimana satu campuran yang terdiri dua bahkan tak dapat di
campur dengan suatu bahan tersebar difase yang lain.
Dalam penelitian experimental ini di coba mencari seberapa besar
pengaruh aliran crude palm oil dengan menggunakan stirer propeller terhadap
losses minyak di VCT buatan. Analisa pengendapan kadar losses dilakukan
pengambilan sampel sebanyak 5 kali selama 4 jam 20 menit.
37
Tabel 05. Rata-rata losses pada setiap kalibrasi
38
Perbandingan Losses pada setiap kalibrasiVariasi waktu Persentase kadar
LossesRata-rata
1/4 (satu/empat) 120 menit 11,3
13,5220 menit 1340 menit 10,460 menit 6,480 menit 26,5
1/2 (satu/dua)120 menit 8,5
7,8820 menit 8,040 menit 8,460 menit 6,080 menit 8,5
3/4(tiga/empat)
120 menit 18
10,220 menit 1340 menit 5,560 menit 8,580 menit 6
Penuh
120 menit 17,5
43,520 menit 740 menit 760 menit 580 menit 7
Rata
- rat
a Pe
rsen
tase
los
ses
Gambar 21. Grafik perbandigan rata-rata losses pada setiap kalibrasi selama 3 jam 20 menit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian dan pengamatan nilai total losses pada Vertical clarifier
tank ( VCT) dapat kita simpulkan bahwa efektifitas kinerja pada suhu yang
tinggi maka losses di dapat akan lebih sedikit sehingga pengambilan sample
di lakukan dengan baik dan benar, tidak hanya pengambilannya tetapi
efektifitas kinerja Vertical Clarifier Tank (VCT) sangat baik.
2. Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
39
a. Stirer di VCT merupakan salah satu faktor pendukung dalam proses
pemisahan minyak dengan fraksi – fraksi yang lain seperti air, sludge
dan NOS.
b. Laju aliran CPO dengan bukaan kran yang besar akan menyebabkan
losses yang terjadi sangat tinggi dikarenakan singkatnya waktu
pemisahan.
c. Suhu juga mempengaruhi losses yang terjadi di karenakan minyak kasar
di panaskan secara manual dengan tungku pembakaran dan tidak adanya
sistem pemanas melalui steam pada eksperimental VCT miniatur ini .
Sehingga suhu yang di dapat cepat berubah dan menurun ketika masuk
di VCT.
3. Dari hasil penelitian menunjukkan rata – rata Oil Losses pada setiap Variasi
yaitu :
a. Oil Losses ( % ) Variasi 1/4 = 13,52 %
b. Oil Losses ( % ) Variasi 1/2 = 7,88 %
c. Oil Losses ( % ) Variasi 3/4 = 10,2 %
d. Oil Losses ( % ) Variasi 1 = 43,5 %
4. Stirer yang digunakan yaitu stirer jenis propeller yang hanya dirubah bentuk
namun tidak merubah fungsi dari kinerja stirer di VCT pada umunya.
40
5. Berdasarkan data hasil penelitian diatas, Losses yang terjadi sangat tinggi
pada bukaan kran variasi 1 ( penuh ) sedangkan pada variasi 3/4 dan 1/2 Oil
Losses relatif lebih sedikit dibandingkan pada variasi 1/4 ( seperempat ).
Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor seperti suhu yang tidak
konstan. Karena tidak adanya sistem pemanas pada VCT miniatur ini.
Sehingga pemanasan minyak kasar dilakukan secara manual dengan tungku.
B. Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar lebih memahami lagi dasar
tentang proses laju aliran CPO dengan pemakaian stirer propeller dan
pengaruhnya terhadap losses minyak di VCT. Untuk mendapatkan wawasan lebih
mendalam tentang pengaturan variasi bukaan kran pada laju aliran yang berbeda.
Dan diupayakan berani dalam melakukan eksperimen terhadap kontruksi alat di
VCT seperti mengubah letak pipa aliran input ataupun ketinggian pipa yang
terpasang di VCT agar kreatifitas semakin terasah dan meningkat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teknik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN IV.
Naibaho, Ir.Ponten.1998. Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : PPKS
Iyung Pahan. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manageman Agribisnis dari
Hulu Hilir. Jakarta : Swadaya
Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajeman Agribisnis Kelapa Sawit. Cetakan
Pertama. Yogyakarta : Gadja Mada University Press
42
Http://repository.usu.ac.id/simple-search?query=Referensi+Analisis Jenis +
Aliran Tebuka +CPO&submit.x=12&submit.y=10
Lampiran 01. Data Analisa Oil Losses Variasi 1/4 pada output VCT :W
A
K
T
u
Sampel
Berat Cawan
(BC) (Gr)
Berat Sample (BS) (Gr)
Berat cawan +
berat sampel (BC+BS)
(Gr)
BC + Berat
Sample Kering (BSK) (Gr)
Berat sampel kering
Berat Tabung Destilasi (TD) (Gr)
TD + L (Gr)
Losses
(gr)
Losses
(%)
120 menit
I 46 20,3 66,3 49,3 3,3 104,9 107,2 2,3 11,3
20 II 59,2 20 79,2 62,7 3,5 106 108,6 2,6 13
40 III 70 20,1 90,1 72,9 2,9 104,3 106,4 2,1 10,4
60 IV 68,8 20,4 89,2 71,5 2,7 100,2 101,5 1,3 6,4
80 V 49,2 20 69,2 53,5 4,3 102,4 107,7 5,3 26,543
Lampiran 02. Data Analisa Oil Losses Variasi 1/2 pada output VCT
Sampel
Berat Cawan
(BC) (Gr)
Berat Sample
(BS) (Gr)
Berat cawan +
berat sampel (BC+BS)
(Gr)
BC + Berat Sample Kering
(BSK) (Gr)
Berat sampel kering
Berat Tabung Destilasi (TD) (Gr)
TD + L (Gr)
Losses
(gr)
Losses
(%)
I 67 20 87,0 71,5 4,5 106,5 108,,2 1,7 8,5
II 80,1 20,1 100,2 84,7 4,6 100,2 101,8 1,6 8,0
III 65,1 20,1 85,2 69 3,9 106 107,7 1,7 8,4
IV 61 20,1 81,1 69 8,0 104,3 105,5 1,2 6,0
V 78,2 20,1 98,3 81,5 3,3 102,4 104,1 1,7 8,5
Lampiran 03. Data Analisa Oil Losses Variasi 3/4 pada output VCT :
Sampel
Berat Cawan
(BC) (Gr)
Berat Sample (BS) (Gr)
Berat cawan + berat sampel (BC+BS) (Gr)
BC + Berat Sample Kering (BSK) (Gr)
Berat sampel kering
Berat Tabung Destilasi (TD) (Gr)
TD + L (Gr)
Losses
(gr)
Losses
(%)
I 85,2 20 105,2 90,3 5,1 104,3 107,9 3,6 18
II 54,4 20 74,4 57,7 3,3 102,4 105 2,6 13
III 57,2 20,1 77,3 61,1 3,9 106,5 107,6 1,1 5,5
IV 72,4 20 92,4 87 14,6 106 107,7 1,7 8,5
V 49,1 20,1 69,2 52,1 3,0 104,9 106,1 1,2 6
44
Sampel
Berat Cawan
(BC) (Gr)
Berat Sample (BS) (Gr)
Berat cawan + berat sampel (BC+BS) (Gr)
BC + Berat Sample Kering (BSK) (Gr)
Berat sampel kering
Berat Tabung Destilasi (TD) (Gr)
TD + L (Gr)
Losses
(gr)
Losses
(%)
I 66,2 20 86,2 71,5 5,3 100,2 103,7 3,5 17,5
II 51,8 20 71,8 55,2 3,4 104,9 106,3 1,4 7
III 63,1 20 83,1 66,4 3,3 105,7 105,7 1,4 7
IV 55,7 20 75,7 59,2 3,5 106 107 1 5
V 30,4 20,1 50,5 33,1 2,7 106,5 107,9 1,4 7
Lampira 04. Data Analisa Oil Losses Variasi Penuh ( 1 ) pada output VCT :
45
46